Вы находитесь на странице: 1из 15

A.

Rabies
Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit hewan yang disebabkan oleh virus,
bersifat akut serta menyerang susunan saraf pusat. Rabies bersifat zoonosis artinya
penyakit tersebut dapat menular dari hewan ke manusia dan menyebabkan kematian pada
manusia dengan CFR (Case Fatality Rate) 100%. Virus rabies dikeluarkan bersama air
liur hewan yang terinfeksi dan disebarkan melalui luka gigitan atau jilatan.

B. Etiologi
Virus rabies merupakan virus RNA, termasuk dalam familia Rhabdovirida, genus
Lyssa. Virus berbentuk peluru atau silindris dengan salah satu ujungnya berbentuk
kerucut dan pada potongan melintang berbentuk bulat atau elip (lonjong). Virus tersusun
dari ribonukleokapsid dibagian tengah, memiliki membran selubung (amplop) dibagian
luarnya yang pada permukaannya terdapat tonjoloan (spikes) yang jumlahnya lebih dari
500 buah. Pada membran selubung (amplop) terdapat kandungan lemak yang tinggi.
Virus berukuran panjang 180 nm, diameter 75 nm, tonjolan berukuran 9 nm, dan jarak
antara spikes 4-5 nm.
Virus peka terhadap sinar ultraviolet, zat pelarut lemak, alkohol 70 %, yodium, fenol
dan klorofrom. Virus dapat bertahan hidup selama 1 tahun dalam larutan gliserin 50 %.
Pada suhu 600 C virus mati dalam waktu 1 jam dan dalam penyimpanan kering beku
(freezedried) atau pada suhu 40 o C dapat tahan selama bebarapa tahun.

C. Masa Inkubasi
Masa inkubasi rabies pada anjing 10 15 hari, dan pada hewan lain 3-6 minggu
kadang-kadang berlangsung sangat panjang 1-2 tahun. Masa inkubasi pada manusia yang
khas adalah 1-2 bulan tetapi bisa 1 minggu atau selama beberapa tahun (mungkin 6 tahun
atau lebih). Biasanya lebih cepat pada anak-anak dari pada dewasa. Kasus rabies manusia
dengan periode inkubasi yang panjang (2 sampai 7 tahun) telah dilaporkan, tetapi jarang
terjadi.
Masa inkubasi bisa tergantung pada umur pasien, latar belakang genetik, status
immun, strain virus yang terlibat, dan jarak yang harus ditempuh virus dari titik pintu
masuknya ke susunan saraf pusat.
Masa inkubasi tergantung dari lamanya pergerakan virus dari luka sampai ke otak,
pada gigitan dikaki masa inkubasi kira-kira 60 hari, pada gigitan di tangan masa inkubasi
40 hari, pada gigitan di kepala masa inkubasi kira-kira 30 hari. Setelah virus rabies masuk

melalui luka gigitan, maka selama 2 minggu virus tetap tinggal pada tempat masuk dan
didekatnya, kemudian bergerak mencapai ujung-ujung serabut saraf posterior tanpa
menunjukkan perubahan-perubahan fungsinya. Masa inkubasi bervariasi yaitu berkisar
antara 2 minggu sampai 2 tahun, tetapi pada umumnya 3-8 minggu, berhubungan dengan
jarak yang harus ditempuh oleh virus sebelum mencapai otak. Sesampainya di otak virus
kemudian memperbanyak diri dan menyebar luas dalam semua bagian neuron, terutama
mempunyai predileksi khusus terhadap sel-sel sistem limbik, hipotalamus dan batang
otak. Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron sentral, virus kemudian kearah
perifer dalam serabut saraf eferen dan pada saraf volunter maupun saraf otonom. Dengan
demikia virus menyerang hampir tiap organ dan jaringan didalam tubuh, dan berkembang
biak dalam jaringan - jaringannya, seperti kelenjar ludah, ginjal, dan sebagainya.

D. Gejala Klinis
Gejala klinis pada manusia dibagi menjadi empat stadium.
1. Stadium Prodromal
Gejala awal yang terjadi sewaktu virus menyerang susunan saraf pusat adalah
perasaan gelisah, demam, malaise, mual, sakit kepala, gatal, merasa seperti terbakar,
kedinginan, kondisi tubuh lemah dan rasa nyeri di tenggorokan selama beberapa hari.
2. Stadium Sensoris
Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka
kemudian disusul dengan gejala cemas dan reaksi yang berlebihan terhadap ransangan
sensoris.
3. Stadium Eksitasi
Tonus otot-otot akan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala berupa
eksitasi atau ketakutan berlebihan, rasa haus, ketakutan terhadap rangsangan cahaya,
tiupan angin atau suara keras. Umumnya selalu merintih sebelum kesadaran hilang.
Penderita menjadi bingung, gelisah, rasa tidak nyaman dan ketidak beraturan.
Kebingungan menjadi semakin hebat dan berkembang menjadi argresif, halusinasi,
dan selalu ketakutan. Tubuh gemetar atau kaku kejang.
4. Stadium Paralis
Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi. Kadang-kadang
ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan paresis otot-otot yang
bersifat progresif. Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang yang
memperlihatkan gejala paresis otot-otot pernafasan.

E. Tipe Rabies Pada Anjing


a. Rabies Ganas
-

Tidak menuruti lagi perintah pemilik.

Air liur keluar berlebihan

Hewan menjadi ganas, menyerang, atau menggit apa saja yang ditemui dan

ekor

dilekungkan kebawah perut diantara dua paha.


-

Kejang

Kejang kemudian lumpuh, biasanya mati setelah 47 hari sejak timbul atau paling
lama 12 hari setelah penggigitan.

b. Rabies Tenang
-

Bersembunyi di tempat gelap dan sejuk.

Kejang

Kejang berlangsung singkat bahkan sering tidak terlihat.

Kelumpuhan tidak mampu menelan, mulut terbuka dan air liur keluar berlebihan.

Kematian terjadi dalam waktu singkat.

F. Patogenesis
Cara penularan melalui gigitan dan non gigitan (aerogen, transplantasi, kontak dengan
bahan mengandung virus rabies pada kulit lecet atau mukosa). Cakaran oleh kuku hewan
penular rabies adalah berbahaya karena binatang menjilati kuku-kukunya. Saliva yang
ditempatkan pada permukaan mukosa seperti konjungtivamungkin infeksius. Ekskreta
kelelawar yang mengandung virus rabies cukup untuk menimbulkan bahaya rabies pada
mereka yang masuk gua yang terinfeksi dan menghirup aerosol yang diciptakan oleh
kelelawar. Penularan rabies melalui transplan korneadari penderita dengan ensefalitis
rabies yang tidak didiagnosis pada resipen /penerima sehat telah direkam dengan cukup
sering. Penularan dari orang ke orang secara teoritis mungkin tetapi kurang
terdokumentasi dan jarang terjadi.
Luka gigitan biasanya merupakan tempat masuk virus melalui saliva, virus tidak bisa
masuk melalui kulit utuh. Setelah virus rabies masuk melalui luka gigitan, maka selama 2
minggu virus tetap tinggal pada tempat masuk dan didekatnya, kemudian bergerak
mencapai ujung-ujung serabut saraf posterior tanpa menunjukkan perubahan perubahan
fungsinya. Bagian otak yang terserang adalah medulla oblongata dan annons hoorn.
Sesampainya di otak virus kemudian memperbanyak diri dan menyebar luas dalam
semua bagian neuron, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap sel-sel sistem

limbik, hipotalamus dan batang otak. Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron
sentral, virus kemudian ke arah perifer dalam serabut saraf eferen dan pada saraf
voluntermaupun saraf otonom. Dengan demikian virus ini menyerang hampir tiap organ
dan jaringan didalam tubuh dan berkembang biak dalam jaringan-jaringan seperti kelenjar
ludah, ginjal dan sebagainya. Gambaran yang paling menonjol dalam infeksi rabies
adalah terdapatnya badan negri yang khas yang terdapat dalam sitoplasma sel ganglion
besar.

G. Epidemiologi
Rabies telah menyebabkan kematian pada orang dalam jumlah yang cukup banyak.
Tahun 2000, World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa setiap tahun di
dunia ini terdapat sekurang-kurangnya 50.000 orang meninggal karena rabies. Rabies bisa
terjadi disetiap musim atau iklim, dan kepekaan terhadap rabies kelihatannya tidak
berkaitan dengan usia, seks atau ras. Di Amerika Serikat rabies terutama terjadi pada
musang, raccoon, serigala dan kelelawar. Rabies serigala terdapat di Kanada, Alaska dan
New York. Kelelawar penghisap darah (vampir), yang menggigit ternak merupakan
bagian penting siklus rabies di Amerika latin. Eropa mempunyai rabies serigala, di Asia
dan Afrika masalah utamanya adalah anjing gila.
Beberapa daerah di Indonesia yang saat ini masih tertular rabies sebanyak 16 propinsi,
meliputi Pulau Sumatera (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera
Selatan, dan Lampung), Pulau Sulawesi (Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara), Pulau Kalimantan (Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur) dan Pulau Flores. Kasus terakhir yang terjadi
adalah Propinsi Maluku (Kota Ambon dan Pulau Seram).
Provinsi DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat telah dinyatakan bebas dari rabies
melalui SK Menteri Pertanian No. 566 Tahun 2004, Banten sejak tahun 1996, dan
provinsi Jawa Barat sejak tahun 2001. Dengan diterbitkannya SK Mentan bebas rabies
ini, maka seluruh pulau Jawa telah bebas rabies karena Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DI
Yogyakarta telah lebih dahulu dibebaskan berdasarkan SK Mentan No. 897 Tahun 1997.
Daerah yang secara historis bebas rabies (belum pernah ada kasus) adalah provinsi
Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur (kecuali Pulau Flores), Kalimantan
Barat, Papua, Irian Jaya Barat, Maluku Utara, Kepulauan Riau dan Kepulauan Bangka
Belitung dan sampai saat ini tetap dapat dipertahankan bebas rabies.

Manusia yang menderita rabies selalu berakhir dengan kematian (100% Case Fatality
Rate), gigitan oleh anjing menempati persentase tertinggi (99,4%) diikuti kucing (0,29%)
dan hewan lain, kera dan hewan piaraan atau liar lainnya (0,31%). Bagian tubuh manusia
yang digigit meliputi kepala (5%), tangan (28%), kaki(57%), lain-lain (10%).

H. Tipe-Tipe Vaksin
Semua vaksin rabies untuk manusia mengandung virus rabies yang telah diinaktifkan.
1. Vaksin sel diploid manusia (HDCV)
Untuk mendapkatkan suatu suspensi virus rabies yang bebas dari protein asing dan
protein sistem saraf, virus rabies diadaptasi untuk tumbuh dalam lini sel fibroblast
normal manusia WI-38. Preparasi virus rabies dipekatkan oleh ultrafiltrasi dan
diinaktivasi dengan -propiolakton. Tidak ada reaksi ensefalitik ataupun anafilaktik
serius yang pernah dilaporkan.
2. Vaksin rabies, terabsorbsi (RVA)
Suatu vaksin yang dibuat dalam lini sel diploid yang berasal dari sel-sel paru janin
kera rhesus diijinkan di AS tahun 1988. Virus vaksin ini diinaktivasi oleh propiolakton dan dipekatkan oleh adsorbsi dengan aluminium fosfat.
3. Vaksin sel embrio ayam yang dimurnikan (PCEC)
Vaksin ini dipreparasi dari strain virus rabies fixed flury LEP yang tumbuh dalam
fibroblast ayam. Diinaktivasi oleh -propiolakton dan dimurnikan lebih lanjut oleh
sentrifugasi zonal.
4. Vaksin jaringan saraf
Dibuat dari otak domba, kambing atau tikus yang terinfeksi dan digunakan di banyak
bagian dunia termasuk Asia, Afrika dan Amerika Selatan. Menimbulkan sensitisasi
pada jaringan saraf dan menghasilkan ensefalitis pasca vaksinasi (suatu penyakit
alergi) dengan frekuensi subscansial (0,05%). Perkiraan efektivitasnya pada orang
yang digigit oleh hewan buas/gila bervariasi dari 5 sampai 50%.
5. Vaksin embrio bebek
Vaksin ini dikembangkan untuk meminimalkan masalah ensefalitis pasca vaksinasi.
Virus rabies ditanam dalam telur bebek berembrio. Jarang terdapat reaksi anafilaktik,
tetapi antigenisitas vaksinnya rendah, sehingga beberapa dosis harus diuji untuk
mendapatkan respon antibodi yang memuaskan.

6. Virus hidup yang dilemahkan


Virus hidup yang dilemahkan yang diadaptasi untuk tumbuh pada embrio ayam
(misalnya, strai flury) digunakan untuk hewan tetapi tidak untuk manusia. Kadangkadang vaksin demikian bisa menyebabkan kematian oleh rabies pada kucing atau
anjing yang disuntik. Virus rabies yang tumbuh pada biakan sel hewan yang berlainan
telah dipakai sebagai vaksin untuk hewan piaraan.

I. Pencegahan dan Pengendalian Rabies


I. Pencegahan
a. Pencegahan Primer
1. Tidak memberikan izin untuk memasukkan atau menurunkan anjing, kucing,
kera dan hewan sebangsanya di daerah bebas rabies.
2. Memusnahkan anjing, kucing, kera atau hewan sebangsanya yang masuk
tanpa izin ke daerah bebas rabies.
3. Dilarang melakukan vaksinasi atau memasukkan vaksin rabies kedaerahdaerah
bebas rabies.
4. Melaksanakan vaksinasi terhadap setiap anjing, kucing dan kera, 70%
populasi yang ada dalam jarak minimum 10 km disekitar lokasi kasus.
5. Pemberian tanda bukti atau pening terhadap setiap kera, anjing, kucing yang
telah divaksinasi.
6. Mengurangi jumlah populasi anjing liar atan anjing tak bertuan dengan jalan
pembunuhan dan pencegahan perkembangbiakan.
7. Anjing peliharaan, tidak boleh dibiarkan lepas berkeliaran, harus didaftarkan
ke Kantor Kepala Desa/Kelurahan atau Petugas Dinas Peternakan setempat.
8. Anjing harus diikat dengan rantai yang panjangnya tidak boleh lebih dari 2
meter. Anjing yang hendak dibawa keluar halaman harus diikat dengan rantai
tidak lebih dari 2 meter dan moncongnya harus menggunakan berangus
(beronsong).
9. Menangkap dan melaksanakan observasi hewan tersangka menderita rabies,
selama 10 sampai 14 hari, terhadap hewan yang mati selama observasi atau
yang dibunuh, maka harus diambil spesimen untuk dikirimkan ke laboratorium
terdekat untuk diagnosa.
10. Mengawasi dengan ketat lalu lintas anjing, kucing, kera dan hewan
sebangsanya yang bertempat sehalaman dengan hewan tersangka rabies.

11. Membakar dan menanam bangkai hewan yang mati karena rabies sekurangkurangnya 1 meter.

b. Pencegahan Sekunder
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan untuk meminimalkan resiko
tertularnya rabies adalah mencuci luka gigitan dengan sabun atau dengan deterjen
selama 5-10 menit dibawah air mengalir/diguyur. Kemudian luka diberi alkohol
70% atau Yodium tincture. Setelah itu pergi secepatnya ke Puskesmas atau Dokter
yang terdekat untuk mendapatkan pengobatan sementara sambil menunggu hasil
dari rumah observasi hewan. Resiko yang dihadapi oleh orang yang mengidap
rabies sangat besar. Oleh karena itu, setiap orang digigit oleh hewan tersangka
rabies atau digigit oleh anjing di daerah endemic rabies harus sedini mungkin
mendapat pertolongan setelah terjadinya gigitan sampai dapat dibuktikan bahwa
tidak benar adanya infeksi rabies.

c. Pencegahan Tersier
Tujuan dari tiga tahapan pencegahan adalah membatasi atau menghalangi
perkembangan ketidakmampuan, kondisi, atau gangguan sehingga tidak
berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan perawatan intensif yang
mencakup

pembatasan

terhadap

ketidakmampuan

dengan

menyediakan

rehabilitasi. Apabila hewan yang dimaksud ternyata menderita rabies berdasarkan


pemeriksaan klinis atau laboratorium dari Dinas Perternakan, maka orang yang
digigit atau dijilat tersebut harus segera mendapatkan pengobatan khusus (Pasteur
Treatment) di Unit Kesehatan yang mempunyai fasilitas pengobatan Anti Rabies
dengan lengkap.
II. Pengendalian
a. Aturan Perundangan
Upaya pencegaan dan pengendalian rabies telah dilakukan sejak lama, di
Indonesia dilaksanakan melalui kegiatan terpadu secara lintas sektoral antara lain
dengan adanya Surat Keputusan Bersama 3 Menteri yaitu Menteri Kesehatan,
Menteri Pertanian, dan Menteri Dalam Negeri No: 279A/MenKes/SK/VIII/1978;
No: 522/Kpts/Um/8/78; dan No: 143/tahun1978. Penerapan aturan perundangan
ini perlu ditegakkan, agar pelaksanaan di lapangan lebih efektif dan secara tegas
memberikan otoritas kepada pelaksana untuk melakukan kewajibannya sesuai

dengan aturan perundangan yang ada, baik tingkat nasional, tingkat kawasaan,
maupun tingkat lokal.
b. Surveilans
Pelaksanaan surveilans untuk rabies merupakan dasar dari semua program dalam
rangka pengendalian penyakit ini. Data epidemiologi harus dikumpulkan sebaik
mungkin, dianalisis, dipetakan, dan bila mungkin segera didistribusikan secepat
mungkin. Informasi ini juga penting untuk dasar perencanaan, pengorganisasian,
dan pelaksanaan program pengendalian.
c. Vaksinasi Rabies
Untuk mencegah terjadinya penularan rabies, maka anjing, kucing, atau kera dapat
diberi vaksin inaktif atau yang dilemahkan (attenuated). Untuk memperoleh
kualitas vaksin yang efektif dan efisien, ada beberapa persyaratan yang harus
dipenui, baik vaksin yang digunakan bagi hewan maupun bagi manusia, yakni :
1.

Vaksin harus dijamin aman dalam pemakaian.

2.

Vaksin harus memiliki potensi daya lindung yang tinggi.

3.

Vaksin harus mampu memberikan perlindungan kekebalan yang lama.

4.

Vaksin arus mudah dalam cara aplikasinya.

5.

Vaksin harus stabil dan menghasilkan waktu kadaluwarsa yang lama.

6.

Vaksin harus selalu tersedia dan mudah didapat sewaktu-waktu


dibutuhkan.

J. Fungsi Perawat Dalam Managemen Rabies


1. Fungsi independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat
dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri
dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti
pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigen, pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi,). Pemenuhan
kebutuhan aman dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan
kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri (notoatmodjo, 2001).
a. Anamnesa pasien yang dicurigai rabies :
Pemeriksaan fisik meliputi :
1) Status pernapasan :
a) Peningkatan tingkat pernapasan

b) Takikardi
c) Peningkatan suhu ( 37,9 O C )
d) Menggigil
2) Status nutrisi
a) Kesulitan dalam menelan makanan
b) Mual dan muntah
3) Status neurosensori
a) Adanya tanda-tanda inflamasi
b. Anamnesis :
a) Kontak / jilatan / gigitan
b) Kejadian didaerah tertular / terancam / bebas
c) Didahului tindakan provokatif / tidak
d) Hewan yang menggigit menunjukkan gejala rabies
e) Hewan yang menggigit hilang, lari dan tidak dapat di tangkap atau
dibunuh dan dibuat.
f) Hewan yang menggigit mati, tapi masih diragukan menderita rabies.
g) Penderita luka gigitan pernah di VAR dan kapan?
h) Hewan yang menggigit pernah di VAR dan kapan?
c. Identifikasi luka gigitan
Luka resiko tinggi : jilatan atau luka pada mukosa, luka di atas daerah bahu
(mukosa, leher, kepala), luka pada jari tangan, kaki, genitalia, luka lebar atau
dalam, dan luka banyak (multiple wound).
d. perawatan luka rabies
o Pertolongan pertama di rumah :
Setiap ada kasus gigitan hewan menular rabies harus ditangani dengan
cepat dan sesegera mungkin. Untuk mengurangi/mematikan virus rabies
yang masuk pada luka gigitan, usaha yang paling efektif ialah mencuci
luka gigitan dengan air (sebaiknya air mengalir) dan sabun atau diteregent
selama 10-15 menit, kemudian diberi antiseptik (alkohol 70 %, betadine,
obat merah dan lain-lain). Kemudian Segera ke Puskesmas/ Rabies Center/
Rumah Sakit untuk mencari pertolongan selanjutnya.
o Di Puskesmas/ Rabies Center/ Rumah Sakit di lakukan :

Ulangi cuci luka gigitan dengan sabun, detergent lain di air mengalir

selama 10 15 menit dan beri anti septik (betadine, alkohol 70 %, obat


merah dll)

Penderita dirujuk ke Rumah Sakit, Sebelum dirujuk, penderita diinfus


dengan cairan Ringer Laktat/NACI 0,9%/cairan lainnya, kalau perlu
diberi anti konvulsan dan sebaiknya penderita difiksasi selama di
perjalanan dan waspada terhadap tindaktanduk penderita yang tidak
rasional, kadang kadang maniakal disertai saatsaat responsif.

Di Rumah Sakit penderita dirawat di ruang perawatan dan diisolasi

Tindakan medik dan pemberian obatobat simptomatis dan supportif


termasukanti biotik bila diperlukan.

Untuk menghindari adanya kemungkinan penularan dari penderita,


maka sewaktu menangani kasus rabies pada manusia, hendaknya
dokter dan paramedis memakai sarung tangan, kaca mata dan masker,
serta sebaiknya dilakukan fiksasi penderita pada tempat tidurnya .

e. KIE mengenai pencegahan penularan rabies kepada masyarakat sebelum


terkena gigitan hewan yaitu masuk ke pencegahan tersier seperti yang di
jelaskan di atas dan setelah terkena gigitan hewan yaitu melakukan
pertolongan pertama penangan luka akibat gigitan rabies seperti yang
dijelaskan di atas. Selain itu juga memberitahu mengenai tanda dan gejala
rabies.
2. Fungsi dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi
dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal
ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari
perawat primer ke perawat pelaksana (notoatmodjo, 2001).
Contoh : seperti pada kasus, ada seorang warga yang terkena gigitan hewan,
kemudian melaporkan / memeriksakan pada dokter di klinik, kemudian dokter atau
perawat tersebut melaporkan kejadian tersebut ke dokter/ perawat di puskesmas
setempat untuk di tindak lanjuti .
a. Tata Cara Pelaporan Rabies
1. Apabila ada persangkaan rabies pada hewan, Kepala Desa harus segera
melaporkan kepada Caroat dan petugas Peternakan di kecamatan.

2. a.

Camat setelah menerima laporan dari kepala desa tentang adanya

persangkaan

rabies

pada

hewan

harus

segera

melaporkan

kepada

Bupati/Walikota madya Daerah Tingkat II.


b.

Petugas peternakan di Kecamatan setelah menerima laporan dari

kepala desa dan pimpinan unit kesehatan setempat tentang adanya


persangkaan rabies harus segera melaporkan kepada kepala Dinas Peternakan
Kabuapten/Kotamadya Daerah Tingkat II.
3. Kepala Dinas Peternakan di Kabupaten/Kotamadya setelah menerima laporan
harus segera melaporkan kepada Bupati/Walikota madya.
4. Dinas Peternakan setelah melakukan pemeriksaan klinis atau menerima hasil
pemeriksaan laboratorium dari spesemen yang berasal dari hewan tersangka
rabies harus segera melaporkan kepada unit Kesehatan yang melakukan
perawatan penderita.
5. Instansi-instansi yang dimaksud dalam angka 3 setelah laporan untuk
selanjutnya melaporkannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
6. Pimpinan Unit Kesehatan yang merawat orang yang digigit atau dijilat hewan
yang tersangka rabies harus segera melaporkan kepada Dinas Peternakan
setempat.
7. Pimpinan Unit Kesehatan yang dimaksud selanjutnya melaporkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
3. Fungsi interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan
diantara tim satu dengan yang lainnya, fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk
pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam
memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit
kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga
dari dokter (notoatmodjo, 2001).
Pemberian Vaksin Anti Rabies dan Serum Anti Rabies

Dosis dan Cara Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR)


1. Purified Vero Rabies Vaccine (PVRV)
Kemasan :
Vaksin terdiri dari vaksin kering dalam vial dan pelarut sebanyak 0,5 ml
dalam syringe.
a. Dosis dan cara pemberian sesudah digigit (Post Exposure Treatment)

- Cara pemberian : disuntikkan secara intra muskuler (im) di daerah


deltoideus (anakanak di daerah paha).
- Dosis
VAKSINASI

DOSIS

WAKTU

ANAK

DEWASA

PEMBERIAN

0,5 ml

0,5 ml

4x pemberian:
-

Hari ke-0, 2x
pemberian
sekaligus
(deltoideus
kiri

dan

kanan)
-

Hari ke 7 dan
21

Ulangan

b. Dosis dan cara pemberian VAR bersamaan dengan SAR sesudah digigit
(Post Exposure Treatment)
- Cara pemberian : sama seperti pada butir 1.a.
- Dosis
VAKSINASI

Dasar

DOSIS

WAKTU

ANAK

DEWASA

PEMBERIAN

0,5 ml

0,5 ml

0,5

ml

4x

pemberian:
-

Hari ke-0, 2x
pemberian
sekaligus
(deltoideus
kiri

dan

kanan)
-

Hari ke 7 dan
21

Ulangan

0,5 ml

0,5 ml

Hari ke 90

2. Suckling Mice Brain Vaccine (SMBV)


Kemasan :
- Dos berisi 7 vial @ 1 dosis dan 7 ampul pelarut @ 2 ml.
- Dos berisi 5 ampul @ 1 dosis intra cutan dan 5 ampul pelarut @ 0,4 ml.
a. Dosis dan cara pemberian sesudah digigit (Post Exposure Treatment)
- Cara pemberian :
Untuk vaksinasi dasar disuntikkan secara sub cutan (sc) di sekitar daerah
pusar.
Sedangkan untuk vaksinasi ulang disuntikkan secara intra cutan (ic) di
bagaian fleksor lengan bawah .
- Dosis
VAKSINASI

DOSIS

Dasar

Ulangan

WAKTU

KET

ANAK

DEWASA

PEMBERIAN

1 ml

2 ml

7x pemberian

ANAK: 3 tahun

setiap hari

ke bawah

0.1 ml

0,25 ml

Hari ke 11, 15,


25, 35 dan 90

a. Dosis dan cara pemberian bersamaan dengan SAR sesudah digigit (Post
Exposure Treatment)
- Cara pemberian : sama seperti pada butir 2.a.
- Dosis
VAKSINASI

DOSIS
DEWASA

PEMBERIAN

1 ml

2 ml

7x pemberian setiap

Anak: 3 tahun ke

hari

bawah

0.1 ml

0.25 ml

Hari ke 11, 15, 25, 35


dan 90

KET

ANAK
Dasar

Ulangan

WAKTU

Dosis dan Cara Pemberian Serum Anti Rabies (SAR)


1. Serum hetorolog (Kuda)
- Kemasasn : vial 20 ml (1 ml = 100 IU)
- Cara pemberian :

Disuntikkan secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak mungkin, sisanya


disuntikkan intramaskuler.
-Dosis :
JENIS SERUM

DOSIS

WAKTU PEMBERIAN

Serum

20 IU/kg BB

Bersamaan

Homolog

KETERANGAN

dengan Sebelumnya

pemberian VAR hari ke-0

tidak

dilakukan skin test

Kemasan : vial 2 ml ( 1 ml = 150 IU )


- Cara pemberian :
Disuntikkan secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak mungkin, sisanya disuntikkan
intramuskuler.
- Dosis :
JENIS SERUM

DOSIS

WAKTU

KETERANGAN

PEMBERIAN
Serum Homolog

20 IU/kg BB

Bersamaan

dengan Sebelumnya

tidak

pemberian VAR hari dilakukan skin test


ke-0

Dosis dan Cara Pemberian VAR Untuk pengebalan Sebelum Digigit (Pre
Exposure Immunization)
1. Purified Vero Rabies Vaccine (PVRV)
Kemasan :
Vaksin terdiri dari vaksin kering dalam vial dan pelarut sebanyak 0,5 ml
dalam syringe.
- Cara pemberian (cara I) :
Disuntikkan secara intra muskuler (im) di daerah deltoideus.
- Dosis :

VAKSINASI
Dasar

DOSIS

WAKTU PEMBERIAN

I.

0.5 ml

Pemberian I (hari ke-0)

II.

0.5 ml

Hari ke 28

Ulangan

0.5 ml

1 tahun setelah pemberian 1

Ulangan Selanjutnya

0.5 ml

Tiap 3 tahun

- Cara pemberian (cara II) :


Disuntikkan secara intra cutan ( dibagian fleksor lengan bawah ).
- Dosis :
VAKSINASI

DOSIS

Dasar

Ulangan

WAKTU PEMBERIAN

I.

0,1 ml

Pemberian I (hari ke-0)

II.

O,1 ml

Hari ke 7

III.

0,1 ml

Hari ke 28

0,1 ml

Tiap 6 bulan - 1 tahun

Suncling Mice Brain Vaccine (SMBV)


Kemasan :
Dus berisi 7 vial @ 1 dosis dan 7 ampul pelarut @ 2 ml
Dus berisi 5 ampul @ 1 dosis intra cutan dan 5 ampul pelarut @ 0,4 ml.
- Cara pemberian :
Disuntikkan secara intra cutan (ic) di bagian flektor lengan bawah.
- Dosis :

VAKSINASI

Dasar

Dosis

WAKTU

ANAK

DEWASA

PEMBERIAN

I 0,25 ml

Pemberian I

I I 0,25 ml

0,1ml

II 0,1 ml

minggu

setelah

pemberian I
Ulangan

III 0,1 ml

III 0.25 ml

minggu

pemberian
0,1 ml

0.25 ml

Tiap 1 tahun

setelah

Вам также может понравиться

  • Leaflet DM
    Leaflet DM
    Документ3 страницы
    Leaflet DM
    Haris Suhamdani
    Оценок пока нет
  • LP Kunjungan Mira
    LP Kunjungan Mira
    Документ8 страниц
    LP Kunjungan Mira
    Willy Kusmana Junior Part II
    Оценок пока нет
  • REFERENSI
    REFERENSI
    Документ1 страница
    REFERENSI
    Willy Kusmana Junior Part II
    Оценок пока нет
  • Analisa Pico
    Analisa Pico
    Документ1 страница
    Analisa Pico
    Willy Kusmana Junior Part II
    Оценок пока нет
  • Diagnosa Halaman 6
    Diagnosa Halaman 6
    Документ1 страница
    Diagnosa Halaman 6
    Willy Kusmana Junior Part II
    Оценок пока нет
  • Laporan Kunjungan II Ny. y
    Laporan Kunjungan II Ny. y
    Документ3 страницы
    Laporan Kunjungan II Ny. y
    Willy Kusmana Junior Part II
    Оценок пока нет
  • Leaflet Senam DM
    Leaflet Senam DM
    Документ3 страницы
    Leaflet Senam DM
    Willy Kusmana Junior Part II
    Оценок пока нет
  • Sap PHBS
    Sap PHBS
    Документ8 страниц
    Sap PHBS
    Willy Kusmana Junior Part II
    Оценок пока нет
  • Lembar Pengesahan DM
    Lembar Pengesahan DM
    Документ1 страница
    Lembar Pengesahan DM
    Willy Kusmana Junior Part II
    Оценок пока нет
  • LAPORAN1
    LAPORAN1
    Документ3 страницы
    LAPORAN1
    Ariez van Louphez
    Оценок пока нет
  • SAP DM Dan Komplikasinya
    SAP DM Dan Komplikasinya
    Документ7 страниц
    SAP DM Dan Komplikasinya
    Willy Kusmana Junior Part II
    Оценок пока нет
  • Fix Rabies
    Fix Rabies
    Документ14 страниц
    Fix Rabies
    Willy Kusmana Junior Part II
    Оценок пока нет
  • Laporan Penyakit DM
    Laporan Penyakit DM
    Документ13 страниц
    Laporan Penyakit DM
    Willy Kusmana Junior Part II
    Оценок пока нет
  • Askep DM
    Askep DM
    Документ22 страницы
    Askep DM
    Willy Kusmana Junior Part II
    Оценок пока нет
  • Konsep Dasar Keluarga
    Konsep Dasar Keluarga
    Документ11 страниц
    Konsep Dasar Keluarga
    Willy Kusmana Junior Part II
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ6 страниц
    Cover
    Willy Kusmana Junior Part II
    Оценок пока нет
  • Lembar Kosong
    Lembar Kosong
    Документ2 страницы
    Lembar Kosong
    Willy Kusmana Junior Part II
    Оценок пока нет
  • LP Kunjungan
    LP Kunjungan
    Документ7 страниц
    LP Kunjungan
    Willy Kusmana Junior Part II
    Оценок пока нет
  • Sab
    Sab
    Документ9 страниц
    Sab
    Willy Kusmana Junior Part II
    Оценок пока нет
  • Analisa Pico
    Analisa Pico
    Документ1 страница
    Analisa Pico
    Willy Kusmana Junior Part II
    Оценок пока нет
  • R19 LP Nyeri Struma
    R19 LP Nyeri Struma
    Документ11 страниц
    R19 LP Nyeri Struma
    Willy Kusmana Junior Part II
    Оценок пока нет
  • Poli IPD LP Termoregulasi
    Poli IPD LP Termoregulasi
    Документ16 страниц
    Poli IPD LP Termoregulasi
    Willy Kusmana Junior Part II
    Оценок пока нет
  • Translate Jurnalef
    Translate Jurnalef
    Документ10 страниц
    Translate Jurnalef
    Willy Kusmana Junior Part II
    Оценок пока нет
  • ASKEP An. M
    ASKEP An. M
    Документ5 страниц
    ASKEP An. M
    Willy Kusmana Junior Part II
    Оценок пока нет
  • Askep HT Ny. S
    Askep HT Ny. S
    Документ8 страниц
    Askep HT Ny. S
    Willy Kusmana Junior Part II
    Оценок пока нет
  • Abses Hepar
    Abses Hepar
    Документ8 страниц
    Abses Hepar
    Willy Kusmana Junior Part II
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ11 страниц
    Cover
    Willy Kusmana Junior Part II
    Оценок пока нет
  • Ria
    Ria
    Документ2 страницы
    Ria
    Willy Kusmana Junior Part II
    Оценок пока нет
  • Ria
    Ria
    Документ2 страницы
    Ria
    Willy Kusmana Junior Part II
    Оценок пока нет
  • Data Askep Fix
    Data Askep Fix
    Документ2 страницы
    Data Askep Fix
    Willy Kusmana Junior Part II
    Оценок пока нет