Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
NAMA
: AGUS SUWARNO
NIM
: 10 13707 BP_SPKS
KELAS
:C
1. PENDAHULUAN
Berdasarkan
kecendrungan
peningkatan
produktivitas
dan
laju
mendapatkan
produksi
yang
maksimal,
maka
dalam
membudidayakan kelapa sawit tidak lepas dari keadaan lingkungan yang baik.
Peningkatan produksi ini pada dasarnya merupakan hasil dari interaksi langsung
antara faktor internal tanaman (genetik) dengan lingkungan. Faktor internal
tanaman merupakan faktor yang dipengaruhi oleh bibit yang pengaruhnya sangat
panjang terhadap produksi kelapa sawit, sehingga perlu perhatian kualitas bibit
yang akan ditanam dan sebaiknya digunakan benih bersertifikat. Sedangkan faktor
lingkungan meliputi iklim dan tanah, CSR (Corporate Social Responsibility) juga
berpengaruh terhadap keberhasilan suatu perkebunan kelapa sawit, CSR
merupakan suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai
kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggungjawab mereka terhadap
sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada.
Devisa negara dari sektor perkebunan begitu besar, namun sebagian
masyarakat
disekitar
perkebunan
masih
hidup
dalam
kondisi
yang
ini bisa dilihat dari pembangunan sarana sosial, pendidikan dan kesehatan untuk
karyawan kebun, dan tidak sedikit fasilitas yang dimiliki perusahaan perkebunan
sawit tersebut bisa dinikmati oleh masyarakat sekitar kebun.
Dalam rangka merespon kondisi tersebut pihak perkebunan dan
perusahaan - perusahaan lainnya telah melakukan program CSR (corporate social
responsibility). Meskipun isu tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate
Social Responsibility-CSR) sudah cukup lama muncul di negara-negara maju,
namun di Indonesia isu tersebut baru akhir-akhir ini mengalami perhatian yang
cukup intens dari berbagai kalangan (perusahaan, pemerintah, akademisi, dan
lembaga swadaya masyarakat). Masih relatif barunya konsep CSR tersebut
diperbincangkan oleh berbagai kalangan, membuat pemahaman terhadap konsep
CSR tersebut juga masih berbeda-beda, dan dipraktekkan secara berbeda-beda
pula.
Secara umum bentuk tanggung jawab sosial dan lingkungan atau biasa
dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan perkebunan
sawit, terbagi atas enam kategori, yakni sosial, ekonomi, politik, budaya,
lingkungan dan personal spiritual, termasuk didalamnya sektor pendidikan,
kesehatan, program sosial, program kelestarian lingkungan.
Prinsip keberlanjutan ini mengedepankan pertumbuhan, khususnya bagi
masyarakat miskin dalam mengelola lingkungannya dan kemampuan institusinya
dalam mengelola pembangunan, serta strateginya adalah kemampuan untuk
mengintegrasikan dimensi ekonomi, ekologi, dan sosial yang menghargai
kemajemukan
ekologi
dan
sosial
budaya.
Kemudian
dalam
proses
2. PEMBAHASAN
Praktik Corporate Social Responsibility (CSR) yang selama ini dilakukan
oleh beberapa perusahaan di Indonesia belum menunjukkan hasil yang signifikan,
bila dikaitkan dengan peningkatan keseahteraan masyarakat. Pola Community
Development (CD) merupakan bentuk CSR yang saat ini banyak dipraktikkan
oleh perusahaan (korporasi) besar. Yang jadi permasalahnya, makna yang
terkandung dalam CD, telah diimplementasikan secara benar atau belum. Dalam
implementasi CD inilah modal sosial (social capital) dapat dimanfaatkan dan
didayagunakan agar makna yang terkandung dalam CD benar - benar dapat
terlaksana. Diasumsikan bila CSR diimplementasikan melalui model alternatif
implementasi CSR yang berbasis pada pemanfatan modal sosial, maka CSR akan
lebih bermakna bagi pemberdayaan masyarakat, baik ekonomi, sosial, maupun
budaya secara berkelanjutan ( Thamrin, H., S. Imam, dan R. Badaruddin, 2010 ).
Program CSR, masih menyimpan banyak polemik di kalangan
departemen Hukum dan HAM yang berusaha mewajibkan CSR bagi perusahaan,
sedangkan Departemen perindustrian tidak mewajibkan perusahaan tidak
memiliki program CSR. Hal ini merupakan Full Anomali (terbalik - balik).
Departemen Hukum dan HAM yang seharusnya mendukung pengusaha karena
azas kebebasan, malah mewajibkan CSR sedangkan Departemen Perindustrian
yang mestinya diwajibkan CSR justru dibebaskan dari tuntutan kewajiban CSR
(Siregar, Chairil N., 2007).
Perubahan arah kecenderungan perkembangan pelaksanaan CSR
tersebut di Indonesia akhir - akhir ini cukup intens diperbincangkan berbagai
kalangan (pemerintah, pebisnis, akademisi, dan LSM). Namun demikian, risetriset yang terkait dengan implementasi CSR belum banyak dilakukan, khususnya
terkait dengan riset model implementasi CSR yang berbasis pada pemanfaatan
modal sosial. Riset yang dilakukan masih berkisar pada praktek CSR yang sedang
berlangsung saat ini, seperti yang dilakukan oleh Saidi, Tanry Widiyanarti, Fajar
Nursahid, Rusfadia Saktiyanti Jahya, dan Siti Adiprigandari Adiwoso Suprapto
(dalam Anonim , 2008).
Menurut Petani di Berangin, Sumatera Utara (dalam Yudistiro.R, 2012)
perusahaan perkebunan sawit Negara, misalnya, PTPN IV bekerjasama dengan
petani mengelola pabrik kepala sawit (pengolahan TBS) di Berangin, Sumatera
Utara. Petani tidak hanya menjual TBS, tapi turut mengawasi proses produksi
CPO dan palm kernel oil (PKO).
Bentuk lain program pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar kebun
adalah membuka peternakan sapi yang terintegrasi dengan perkebunan sawit,
seperti dilakukan PT Asian Agri di sebuah desa di Provinsi Jambi. Pelapah sawit
dan limbah PKS dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, kemudian kotoran sapi
pun dapat menjadi biogas dan pupuk organik bagi perkebunan, menurut Direktur
CSR Asian Agri, Pengarapen Gurusinga (dalam Yudistiro.R, 2012).
PT SMART Tbk menerapkan pola tanggung jawab sosial perusahaan
melalui Eka Tjipta Foundation yang menyelenggarakan program sosial
kemasyarakatan, pemberdayaan ekonomi dan lingkungan hidup. Contohnya di
bidang pendidikan program SMART Diploma membantu 74 mahasiswa dan 60
orang mendapatkan beasiswa Tjipta Agro pada tahun 2007. Selain itu, perseroan
sejak
perumusan
kebijakan
dan
penentuan
orientasi
program,
3. KESIMPULAN
Untuk mewujudkan tercapainya kesejahteraan masyarakat, semua pihak
atau stakholder pembangunan harus terlibat secara aktif khususnya sektor
perusahaan yang selama ini mendapatkan keuntungan dari eksploitasi lingkungan.
Dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki pemerintah tidak akan mungkin bisa
bekerja sendiri dalam menyesuaikan pembangunan.
Keterlibatan perusahaan dalam melakukan pemberdayaan masyarakat
dan meningkatkan kesejahteraan merupakan hal penting. Bahkan suatu keharusan
bukan hanya hubungan simbiosis mutualisme dengan perusahaan, konsekuensi
logis dari peran dan tanggung jawab perusahaan untuk memperbaiki lingkungan
selama ini mereka eksploitasi.
Untuk memenuhi UU No. 40 tahun 2007, Sebagaian besar setiap
perusahaan khususnya di bidang perkebunan kelapa sawit yang ada di Indonesia
telah melaksanakan program CSR. Bagi perusahaan program CSR yang telah
dilaksanakan adalah suatu kebanggan tersendiri dan dengan CSR perusahaan akan
dapat diuntungkan dari aspek sosial dan lingkungan perusahaan. Akan tetapi
program CSR yang telah dilaksanakan dan diberikan, belum diketahui tepat
sasaran atau tidaknya bagi masyarakat setempat.
DAFTAR PUSTAKA