Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Definisi
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya
dengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan otonomik yang disebabkan oleh
gangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit. 1
Klasifikasi vertigo meliputi :
1. Vertigo vestibular
Perifer : terjadi pada lesi di labirin dan nervus vestibularis
Sentral : terjadi pada lesi di nukleus vestibularis di batang otak, thalamus sampai
korteks serebri.
2. Vertigo non vestibuler. 2
Vertigo sentral adalah vertigo yang disebabkan oleh suatu penyakit yang berasal dari Sistem
Saraf Pusat (SSP), antara lain perdarahan atau iskemik pada serebelum, nukleus vestibularis
dan penghubungnya dengan batang otak, infeksi, trauma, tumor. 3
Epidemiologi
Insiden keseluruhan pusing, vertigo, dan gangguan keseimbangan adalah 5-10%, dan
mencapai 40% pada pasien yang lebih tua dari 40 tahun. Dimana pusing, vertigo dan
gangguan keseimbangan menjadi faktor risiko jatuh pada pasien, terutama lansia. Sebuah
laporan pada bagian emergensi US (eds) dari tahun 1995 sampai 2004 menunjukkan bahwa
vertigo dan pusing menyumbang 2,5 % dari seluruh kunjungan. 4
Di Amerika Serikat (US National Health Interviews Survey/NHIS) menyajikan data sekitar
300.000 orang menderita dizziness dan vertigo sepanjang tahun 1986-1988. 26% diantaranya
menjadi tidak dapat bekerja, menghitung dampak ekonomi, sekitar 75.000 orang per tahun
menjadi tidak dapat bekerja karena dizziness dan vertigo. Dengan kata lain, vertigo dan
dizziness dapat menurunkan produktifitas.
Dari seluruh pasien dengan keluhan dizziness, 30 50 % didapati gangguan pada telinga
bagian dalam, 5 30% mengalami gangguan medis, 2 30 % mengalami gangguan
neurologis, 15 50% mengalami gangguan psikiatrik, dan yang tidak terdiagnosis sebesar
hampir 50%.4
Etiologi
Vertigo vestibular sentral disebabkan oleh lesi pada jalur vestibular, yang memanjang dari
nukleus vestibular di medula oblongata ke nukleus motorik okular dan pusat integrasinya di
rostral mesensefalon serta ke vestibuloserebelum, thalamus dan korteks vestibular
multisensorik di regio temporoparietal. 5
Sindrom vestibular sentral diakibatkan oleh lesi pada jalur vestibular sentral yang disebabkan
antara lain oleh infark, perdarahan, tumor (seperti neuroma akustik) dan multiple sklerosis. 5
Bagian sentral dari sistem vestibuler terdiri dari nukleus vestibularis juga langsung
mempersarafi neuron motorik yang mengontrol otot-otot ekstraokuler, servikal dan postural. 3
Jalur vestibular sentral mengkoordinasikan dan mengintegrasi informasi tentang gerak kepala
dan tubuh serta menggunakannya untuk mengontrol keluaran dari dari neuron motorik yang
menyesuaikan kepala, mata dan posisi tubuh. Proyeksi sentral sistem vestibular berperan
dalam tiga kelompok refleks utama :
1. Membantu mempertahankan keseimbangan dan gaze selama pergerakan.
2. Mempertahankan postur.
3. Mempertahankan tonus otot.
Vestibulo Ocular Reflex (VOR) adalah mekanisme untuk menghasilkan gerakan mata
melawan gerakan kepala, memungkinkan gaze tetap terfiksasi pada titik tertentu. 3
Proyeksi descending nukleus vestibularis penting untuk penyesuaian kepala, dimediasi oleh
Vestibulo Cervical Reflex (VCR), serta penyesuaian tubuh yang dimediasi oleh Vestibulo
Spinal Reflex (VSR). Jalur VCR mengatur posisi kepala dengan aktivitas refleks otot-otot
leher sebagai respon stimulasi dari kanalis semi sirkularis ( Semi Circular Canal/SCC)
terhadap akselerasi rotasional kepala. Jalur VSR mengaktivasi kelompok neuron motorik
ipsilateral yang menginervasi otot-otot ekstensor rangka dan anggota gerak, memediasi
keseimbangan dan mempertahankan postur yang tegak.
3
Jaringan sensorik pada kanalis semisirkularis ditemukan pada krista ampularis. Sel rambut
pada bangunan ini, sama halnya dengan yang terdapat pada organon corti, memiliki
stereosilia apikal, namun dalam hal ini, setiap sel rambut juga memiliki cilia tunggal yang
besar, yang dikenal dengan kinocilium. Masa gelatinosa, cupula, membentang dan
menyumbat/menutupi ampula pada krista ampularis. Kanalis semisirkularis berisi cairan
endolimfe, dan selama percepatan angular kepala, tekanan erhadap cupula menyebabkan cilia
menekuk. Karena posisi 3 kanalis semisirkularis yang saling tegak lurus, pola perubahan
tekanan di dalam kanalis semisirkularis tergantung pada arah gerakan kepala. Ketika cilia
menekuk ke depan menuju kinocilium, potensial membran mengalami depolarisasi
(disebabkan oleh peningkatan konduksi kation); jika cilia menekuk ke arah yang berlawanan,
menyebabkan
terjadinya
hiperpolarisasi.
Depolarisasi
menyebabkan
dilepaskannya
Sistem vestibular mempunyai pengaruh terhadap tonus otot ipsilateral, respon serebelar dan
motilitas okular. Sinyal dari kanalis lateralis sinaps di kompleks nuklei vestibular ipsilateral
dan berproyeksi ke nukleus abdusen kontra lateral menginervasi m. rectus lateral. Interneuron
dari nervus abdusen menyilang kembali dan berproyeksi ke atas dalam fasikulus
longitudinalis medial ipsilateral ke nukleus okulomotor dan menginervasi m. rectus medial.
Sinyal vestibular dari berbagai struktur labirin juga bersinaps di nukleus vestibular lateral dan
menuju ke bawah ke jalur vestibulospinal pada medula spinalis untuk memodulasi tonus otot
ipsilateral. Sinyal tonik otot memberi umpan balik ke nuklelus vestibular, berinteraksi dengan
serebelum untuk mengatur tonus otot. Sinyal vestibular juga menuju korteks serebral melalui
thalamus untuk persepsi kortikal. 8
Manifestasi Klinik
Pada pasien yang datang dengan keluhan pusing berputar, penting untuk menentukan gejala
tersebut termasuk vertigo atau non vertigo. Setelah ditentukan bahwa gejala tersebut adalah
vertigo,
beberapa tanda dan gejala yang dapat membantu menentukan topis lesi seperti tercantum
pada tabel di bawah ini :10
Perifer
Sentral
Nistagmus
Horizontal,
Arah
torsional, torsional-vertikal
Fiksasi visual
Inhibisi
Non inhibisi
Pengaruh gaze
Mengubah arah
Tingkat keparahan
Berat
Sering ringan
Durasi
Singkat, berulang
Lama
Tinnitus
dan
(-)
pendengaran
Defisit neurologis
(-)
(+)
Latensi
(+), 20
Fatigabilitas
(+)
(-)
Habituasi
(+)
(-)
Vertigo sentral sering memperlihatkan sindrom klinis dari berbagai etiologi dengan
manifestasi motorik okular tipikal, perseptual dan postural yang dapat menunjukkan topis
yang terganggu. 7
Gejala yang biasanya dilaporkan terkait dengan stroke vertebrobasilar antara lain vertigo,
mual, muntah, nyeri kepala, penurunan kesadaran, tanda okulomotorik abnormal (nistagmus,
abnormalitas pandangan lateral, diplopia, perubahan pupil), kelemahan nervi kraniales
ipsilateral (disartria, disfagia, disfonia, kelemahan pada otot fasial atau lidah, kehilangan
sensasi pada wajah dan kulit kepala), ataksia, kelemahan motrik kontralateral, kuadriparesis,
nyeri sentral, inkontinensia, defek lapang pandang, keringat pada wajah dan ekstremitas. 3
Manifestasi khas dari stroke batang otak adalah keterlibatan jaras panjang batang otak
kontralateral bersama dengan defisit nervus kraniales ipsilateral. 3
Infark luas di serebelum dapat menunjukkan gejala yang mirip gangguan pada batang otak
seperti diplopia, disartria, ataksia, disfagia, kelemahan dan gangguan sensorik. Kurang lebih
10% pasien dengan infark serebelar hanya mengalami gejala vertigo saja, terutama pada
infark cabang medial dari PICA (96%)
Gejala dan tanda dari infark serebelar yaitu :
8
1. Ataksia
Kurang lebih 71% pasien dengan infark serebelum mengalami vertigo dan gangguan
berjalan/ Memerlukan bantuan untuk berjalan.
2. Direction changing nystagmus/ nistagmus multidireksional / gaze evoked nystagmus.
Terdapat perubahan arah nistagmus sesuai pandangan pasien, misal bila pasien melihat ke
kanan maka arah nistagmus ke kanan dan sebaliknya. Tanda ini memiliki sensitivitas
sebesar 56% .5,8,9
Insufisiensi Vertebrobasilar 3
Insufisiensi vertebrobasilar merupakan penyebab penting dari terjadinya vertigo dan
disequilibrium pada usia lanjut, karena memberikan kontribusi baik pada komponen perifer
maupun sentral dari sistem vestibular. Biasanya hal ini disebabkan oleh karena adanya
aterosklerosis dengan insufisiensi sirkulasi kolateral. Juga dapat terjadi akibat penekanan
pada arteri vertebralis oleh spondilosis servikalis, hipotensi postural atau oleh subclavian
steal syndrome.
Insufisiensi vertebrobasilar sering dapat juga terjadi karena aterosklerosis arteri subklavia,
vertebralis dan basilaris. Obstruksi dapat berasal dari emboli kardial yang berasal dari plaque
arteri vertebralis atau trombosis lokal dari arteri. Obstruksi bisa terjadi pada salah satu atau
lebih arteri tersebut atau salah satu cabang kecilnya.
Insufisiensi vertebrobasilar bisa juga disebabkan oleh hipotensi postural, atau yang dikenal
dengan Adam Stokes Attacks.
Menurut Baloh (1996) vertigo merupakan gejala yang paling sering terjadi pada insufisiensi
vertebrobasilar, namun tidak selalu jelas struktur atau kombinasi struktur mana yang
mengalami iskemi. Bila vertigo disertai gejala lain iskemi batang otak, biasanya akan timbul
asumsi bahwa vertigo itu dihasilkan dari iskemi nucleus vestibularis di medulla lateral.
Dalam penelitian terhadap 42 pasien vertigo yang diduga akibat insufisiensi vertebrobasilar
didapatkan bahwa selain disertai gejala lain yang muncul bersama, didapatkan sebanyak 62%
pasien setidaknya pernah sekali mengalami episode tunggal vertigo dan sebanyak 19% dari
serangan TIA vertebrobasilar dimulai dengan adanya insufisiensi vertebrobasilar.
Sindrom insufisiensi vertebrobasilar mempunyai karakteristik berupa disfungsi neurologis
dan episode intermiten. Gejala biasanya berulang tapi dapat menjadi progresif atau terjadi
tunggal, mendadak, dapat memberat dengan disfungsi neurologis yang komplit dan
permanen. Gejala vertigo yang muncul sering bersifat paroksismal, biasanya berakhir dalam
1 menit dan tidak disertai mual dan muntah.
9
10
sirkulasi posterior. Oklusi arteri basilaris sering terjadi tetapi sulit untuk mendiagnosis pasien
dengan onset purunan kesadaran yang cepat dan disfungsi batang otak.
Diagnosis
Diagnosis vertigo berdasarkan atas anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
Anamnesis
Anamnesis mendeskripsikan keluhan pasien secara jelas, meliputi :
1.
2.
3.
4.
Gejala otonom yang menyertai (mual, muntah, keringat dingin; gejala otonom ringan
atau berat),
5.
6.
7.
8.
9.
Defisit neurologis (hemihipestesi, baal wajah satu sisi, perioral numbness, disfagia,
hemiparesis, penglihatan ganda, ataksia serebelaris)
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi tanda vital, pemeriksaan umum, pemeriksaan
neurologik, pemeriksaan khusus neurootologi.3,10
Pemeriksaan khusus neurootologi diantaranya :
1. Test Romberg
Pasien berdiri tegak dengan kedua tangan di dada, kedua mata terbuka, diamati 30
detik, lalu pasien diminta menutup kedua mata, diamati 30 detik. Bila saat mata
terbuka pasien jatuh menunjukkan kelainan di serebelum. Bila pada saat mata tertutup
pasien cenderung jatuh ke satu sisi, menunjukkan gangguan di vestibular atau
proprioseptif.
11
12
13
4. Tes Fukuda
Pasien jalan di tempat 50 kali, dengan kedua lengan diluruskan ke depan dan pasien
diminta menutup kedua matanya. Hasil tes abnormal bila deviasi ke satu sisi > 30,
atau maju/ mundur > 1 meter
14
7. Pemeriksaan nistagmus :
15
Elektronistagmografi
Tes kalori
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain audiovestibulometri dan ABR.
Pemeriksaan lain meliputi pemeriksaan laboratorium dan imajing. Pemeriksaan laboratorium
antara lain hemoglobin dan gula darah. Pemeriksan imajing yang dilakukan antara lain CT
scan dan MRI. CT scan memiliki sensitivitas > 95% jika untuk mengidentifikasi perdarahan
intra atau ekstra aksial dalam 24 jam pertama setelah onset, sedangkan MRI lebih sensitif
daripada CT scan dalam mengidentifikasi gambaran iskemik. Angiografi bertujuan untuk
menentukan tipe lesi vaskular dan mekanisme stroke. Pemeriksaan Trans Cranial Doppler
(TCD) sering memberi hasil yang tidak akurat, dengan sensitivitas 72% dan spesifisitas 94%
pada pasien dengan penyakit arteri basiler. TCD berguna untuk follow up setelah evaluasi
awal menunjukkan adanya lesi. 3,4,,8
Penatalaksanaan
Terapi vertigo meliputi terapi non medikamentosa dan medikamentosa. Terapi non
medikamentosa meliputi terapi rehabilitatif dan menghindari faktor pencetus. Sedangkan
terapi medikamentosa meliputi terapi kausal dan simptomatik.
16
Terapi Kausal
Kausa
Terapi
Kausa Perifer
BPPV
Trauma labirin
Rehabilitasi vestibular
Penyakit meniere
Labirintitis
Fistula perilimf
Neuritis vestibularis
Kausa sentral
Migrain
Penyakit vaskular
Tumor CPA
Pembedahan
Tabel 2. Terapi kausal vertigo
Terapi kausal untuk vertigo sentral karena SNH adalah mengontrol faktor risiko vaskular
diantaranya dengan aspirin. Pada fase akut semua pasien stroke vertebrobasiler harus dirawat
di unit khusus untuk pasien stroke. Perawatan di ICU diindikasikan untuk :
Penurunan kesadaran
Terapi Simptomatik
Saat merencanakan terapi, harus mempertimbangkan kemampuan obat dalam kaitannya
dengan kompensasi tubuh karena setiap stimulus vestibular akan menimbulkan potensi untuk
memulai proses kompensasi/adaptasi.
Dalam memilih obat anti vertigo sedapat mungkin diusahakan memilih obat yang bersifat :
1. Meningkatkan kompensasi
2. Tidak menghambat kompensasi
17
Obat
sedatif
menghambat
kompensasi,
sedangkan
obat
stimulan
bersifat
Antikolinergik
Efek samping: mulut kering, dilatasi pupil, sedasi, gangguan akomodasi, menghambat
kompensasi. Tidak dianjurkan untuk pemakaian kronik.
Antihistamin
Mengurangi vertigo, hampir semua antihistamin yang digunakan untuk terapi vertigo
memiliki efek antikolinergik.
Benzodiazepin
Potensiasi GABA, supresan vestibular, dosis kecil dapat mengurangi vertigo. Efek
samping : adiksi, gangguan memori, mudah jatuh, menghambat kompensasi.
Golongan
Dosis Oral
Anti
emetik
Sedasi
Mukosa
Gejala
kering
Ekstrapiramidal
Ca Entry Blocker
Flunarizine
Cinnarizine
25 mg/8 jam
Prometazine
++
++
50 mg/8 jam
+++
Antihistamin
Dimenhidrinat
Antikolinergik
Scopolamine
18
Atropin
+++
25 mg/8 jam
Prochlorperazine
3 mg/8 jam
+++
++
Chlorpromazine
25 mg/8 jam
++
+++
+++
+++
++
+++
++
6 mg/8 jam
Sedang diteliti
Carbamazepine
Fenitoin
Monoaminergik
Amphetamine
Ephedrine
Fenotiazin
Benzodiazepine
Diazepam
Butirofenon
Haloperidol
Domperidone
Histaminik
Betahistin
24 mg/12 jam
Beta-blocker
Carvedilol
Antiepileptik
Terapi Rehabilitatif
Terapi rehabilitatif bertujuan untuk mencapai kompensasi dan adaptasi, dengan
meningkatkan balans dan rasa percaya diri, optimalisasi visual saat gerakan kepala serta
optimalisasi orientasi spasial
Penatalaksaan lain meliputi pencegahan faktor pencetus dan gaya hidup sehat.3
19
Prognosis
Prognosis pasien dengan vertigo sentral bervariasi tergantung dari penyakit yang mendasari.
Pada vertigo sentral dengan stroke sebagai penyebab yang mendasari, gejala vertigo dapat
menetap sampai dengan 6 bulan setelah onset stroke. 4
20
DAFTAR PUSTAKA
6. Mulroney SE, Myers AK, Netter FH. Netters Essential Physiology. Elsevier. USA; 2009
: 69 72.
7. Marill KA. Central Vertigo [internet]. c2014 [update 2014 Oct 8; cited 2014 Oct 24].
Available from : http://emedicine.medscape.com/article/794789
8. Brandt T, Dieterich M, Strupp M. Vertigo and Dizziness Common Complaints. Springer,
London, 2004 : 89-106.
9. Basjiruddin A. Gangguan Vestibuler yang Disebabkan oleh Gangguan Peredaran Darah Otak. In :
Joesoef AA, Kusumastuti K, eds. Neuro-Otologi Klinis vertigo. Airlangga University Press,
Surabaya, 2002 : 33-48.
10. Ropper AH, Samuels MA. Adams and Victors Principles of Neurology. 9th ed. Mc Graw Hill,
USA, 2009 : 276-301.
11. Nelson JA, Viire E. The Clinical Differentiation of Cerebellar Infarction from Common
Vertigo Syndromes. West J Emerg Med. 2009 November; 10(4): 273277.
12. Kelompok Studi Vertigo. Modul Workshop Vertigo. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia, 2012.
13. Strupp M, Thurtell MJ, Shaikh AG, Brandt T, Zee DS, Leigh RJ. Pharmacotherapy of
Vestibular and Ocular Motor Disorders, Including Nystagmus. J Neurol (2011)
258:12071222.
21
VERTIGO SENTRAL
Oleh : Marliani Afriastuti
Moderator : dr. Herlina Suryawati, Sp.S
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Ny. BU
Umur
: 52 tahun
: Kawin
Alamat
: Karanganyar
Pekerjaan
MRS
: 8 Agustus 2014
No. CM
: 023121
Masalah Aktif
Tanggal
1.
Vertigo 6
88-2014
2.
Nausea 6
88-2014
3.
Gangguan Keseimbangan 6
88-2014
Nistagmus Horisontal 6
88-2014
Disartria 6
88-2014
Vertigo Sentral
88-2014
Hiperkolesterol
10-8-2014
No.
Masalah Inaktif
: intrakranial
Onset
Kualitas
Kuantitas
Tanggal
Kronologis :
+ 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, penderita merasa pusing berputar, pasien merasa
dirinya berputar terhadap ruangan. Pusing berputar tidak dipengaruhi gerakan kepala.
Pusing bertambah bila pasien duduk atau berdiri dalam jangka waktu lama. Bila tiduran
dan memejamkan mata pusing berkurang, namun masih tetap dirasakan. Penderita juga
sering merasa limbung, seperti mau jatuh, ketika berdiri atau berjalan. Mual (+), muntah
(+). Kelemahan anggota gerak (-), kesemutan (-), baal (-), pelo (-), merot (-), melihat dobel
(-), telinga gemerebeg (-), gangguan pendengaran (-). BAB dan BAK lancar. Karena
pusing dirasakan tidak kunjung berkurang, pasien dibawa ke rumah sakit.
3 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien merasakan pusing berputar, pasien merasa
dirinya berputar terhadap ruangan. Mual (+), muntah (-), telinga gemerebeg (-), melihat
dobel (-), pendengaran terganggu (-), merot (-), pelo (-), kelemahan anggota gerak (-),
kesemutan/baal (-). Keluhan pusing hilang dengan sendirinya dalam waktu beberapa jam.
Faktor yang memperberat : duduk atau berdiri dalam jangka waktu lama
Faktor yang memperingan : tiduran dan memejamkan mata.
Gejala penyerta
Riwayat pusing berputar (+) 3 bulan SMRS. Pusing hilang dengan sendirinya.
23
: komposmentis
Tanda vital
(1,55 m)2
2. Status internus
Kepala
Mata
Leher
Mulut
Thorax
-
Jantung
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Paru
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas
3. Status Psikikus
Cara berpikir
: realistis
Perasaan hati
: hipothymi
Tingkah laku
: hipoaktif
Ingatan
: kesan cukup
Kecerdasan
: kesan cukup
24
4. Status Neurologis
Kesadaran
: GCS E4M6V5=15
Kepala
Mata
Leher
Nn. craniales
: disartria (+)
Motorik
Superior
Inferior
- Gerak
+N /+N
+N/+N
- Kekuatan
555/555
555/555
- Tonus
N/N
N/N
- Trofi
E/E
E/E
- R. Fisiologis :
++/++
- R. Patologis :
- /-
++/++
/ /
- Klonus
Sensibilitas
Vegetatif
Dismetri
: (-)
Disdiadokokinesis
: (-)
Romberg
Romberg dipertajam
Tandem gait
Dix Hallpike
Laboratorium :
Pemeriksaan
Hasil
*HEMATOLOGI PAKET*
Hemoglobin
12.8
Hematokrit
40.7
Eritrosit
5.3
MCH
24.4
MCV
77.4
MCHC
31.5
Lekosit
8.4
Trombosit
391.6
25
Satuan
Nilai Normal
gr%
%
juta/mmk
Pg
fL
g/dL
ribu/mmk
ribu/mmk
12.00 15.00
35.0 47.0
3.90 5.60
27.00 32.00
76.00 96.00
29.00 36.00
4.00 11.00
150.0 400.0
- RDW
14.6
7.3
%
fL
MPV
*KIMIA KLINIK*
Glukosa Sewaktu 98
Elektrolit
Natrium
139.1
Kalium
3.6
Chlorida
101.9
Kesan : dalam batas normal
11.60 14.80
4.00 11.00
mg/dL
74 106
mmol/L
mmol/L
mmol/L
136 145
3.5 5.1
98 107
V. RESUME
Seorang wanita, 52 tahun, dengan keluhan utama vertigo. 1 minggu pasien merasa vertigo
subyektif disertai nausea, vomitus dan gangguan keseimbangan. Vertigo memberat saat
duduk dan berdiri lama. 3 bulan sebelumnya pasien merasakan keluhan vertigo subyektif
disertai nausea, keluhan hilang dengan sendirinya dalam waktu beberapa jam.
Pemeriksaan Fisik :
KU
Kesadaran
: GCS: E4M6V5=15
Tanda vital
Mata
Nn. Craniales
: disartria (+)
Koordinasi, gait dan keseimbangan: romberg, romberg dipertajam, tandem gait belum
dapat dilakukan
Laboratorium
VI. DIAGNOSIS
1.
Diagnosis klinis
: Vertigo subyektif
Nausea vomitus
Nistagmus Horisontal
Gangguan keseimbangan
Disartria
Diagnosis topis
Diagnosis etiologi :
26
S:
O:
IpTx :
Ivfd RL 20 tpm
IpMx :
IpEx :
Vegetatif
: dbn
Romberg
: jatuh ke kiri (pada saat mata tertutup)
Romberg dipertajam
: jatuh ke kiri (pada saat mata terbuka dan tertutup)
Tandem gait
: jatuh ke kiri
Dix Hallpike
: pusing berputar (-), nistagmus (-)
Hasil CT Scan Kepala Non Kontras:
Kesan :
Tak tampak infark, perdarahan
maupun massa
Hasil Laboratorium :
Pemeriksaan
Glukosa Puasa
Glukosa PP 2 Jam
Asam Urat
Cholesterol
Trigliserida
Kesan : Hiperkolesterol
1.
A:
P:
Hasil
97
118
3.8
268
110
Satuan
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
Nilai Normal
80 109
80 140
2.60 7.20
50 200
30 150
2.
A:
P:
A:
P:
pemeriksaan
2.
A:
P:
Hiperkolesterol
Px : Tx :
- Simvastatin 10 mg/24 jam po
Mx : Ex : Menjelaskan kepada keluarga tentang hasil laboratorium, terapi dan
diet rendah kolesterol
Hasil ABR :
Nn Cranialis
: Disartria (+)
Motorik
Gerak
Kekuatan
Tonus
Trofi
Refleks Fisiologis
Refleks Patologis
Klonus
Sensibilitas
: dbn
Vegetatif
: dbn
1.
A:
P:
2.
A:
P:
:
:
:
:
:
:
:
Superior
+/+
5-5-5/5-5-5
N/N
E/E
++/++
-/-
Inferior
+/+
5-5-5/5-5-5
N/N
E/E
++/++
-/-/-
31
BAGAN ALUR
Tx lain tetap
Hasil ABR:
Susp. Insufisiensi vertebrobasiler
sinistra
32
DECISION MAKING
33