Вы находитесь на странице: 1из 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari cerpen bukanlah suatu karya sastra yang tidak dikenal. Secara tidak
disadari sebuah cerpen merupakan penyaluran ide atau pikiran pengarang melalui sebuah karya yang
disebut cerpen tersebut. Dalam penulisannya cerpen tentu berbeda dengan karangan ilmiah. Menulis
cerpen tidak hanya menuagkan gagasan atau merangkai cerita saja, tetapi juga herus menciptakan
kalimat-kalimat yang digunakan harus memiliki jiwa yang membuat pembaca seolah-olah mengalami
sendiri peristiwa atau konflik yang ada dalam cerita. Bahan cerita untuk menulis cerpen dapat kita
dapatkan dari pengalaman pribadi atau peristiwa yang terjadi di sekitar kita.
Cerpen atau cerita pendek adalah karya fiksi berbentuk prosa yang isinya merupakan kisahan pendek
dan mengandung kesan tunggal. Masalah kehidupan yang disuguhkan pengarang dalam cerpennya
tentu saja merupakan refleksi realitas (penafsiran mengenai kehidupan manusia atau merupakan suatu
bentuk penyaluran ide pengarang untuk menyindir suatu realita yang ada dalam masyarakat). Melalui
cerpen yang dikarangnya, pengarang juga dapat mengembangkan ide-ide baru yang terlintas dalam
pikiran pengarang sehingga dapat diperhatikan oleh pembaca dan dapat dijadikan sebagai bahan
perbaikan.
Pendekatan ekspresif adalah suatu pendekatan di mana pengarang dianggap sebagai Tuhan atau
sebagai manusia suci / sublim. Dalam pendekatan ini, karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang
dan lahan garapan penelaahnya adalah aspek-aspek
kejiwaan,pemikiran,ide-ide emosi, pandangan hidup dan sebagainya dari pengarang karena karya sastra
merupakan pengekspresian jiwa, pengalaman dunia batin pengarang.

B. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam makalah ini adalah menganalisis cerpen Robohnya Surau Kami dengan
menggunakan Pendekatan Ekspresif.

C. Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penulisan makalah ini adalah :
Menganalisis teks sastra untuk melihat keasliannya, baik dari segi ide maupun dari unsur-unsur yang
membangunnya.

Menelusuri setiap yang ada di dalam teks untuk mencari aspek yang sama di luar teks.
Memberikan uraian tentang bagian-bagian teks yang asli dan yang mana yang hasil tiruan.

BAB II
KAJIAN TEORITIK

Pendekatan ekspresif memandang karya sastra sebagai ekspresi, luapan, ucapan perasaan, sebagai hasil
imajinasi pengarang, pikiran-pikiran dan perasaannya. Pendekatan ini cenderung menimbang karya
sastra dengan keasliannya, kesejatianya, atau kecocokannya dengan visi atau keadaan pikiran dan
kejiwaan pengarang.
Telaah ini didasarkan pada teori ekspresif yang memandang suatu karya seni yang secara esensial
sebagai dunia internal (pengarang) yang terungkap sehingga menjadi dunia eksternal (berupa karya
seni), perwujudanya melalui proses kreatif, dengan titik tolak dorongan perasaan pengarang, dan
hasilnya adalah kombinasi antara persepsi, pikiran dan perasaan pengarangnya.
Sumber utama dan pokok masalah suatu novel, misalnya, adalah sifat-sifat dan tindakan-tindakan yang
berasal dari pemikiran pengarangnya.
Di sisi lain Rohrberger dan woods (1971:8) memandang pendekatan ekspresif ini sebagai pendekatan
biografis. Pendekatan biografis menyaran pada perlunya suatu apresiasi terhadap gagasan-gagasan dan
kepribadian pengaranguntuk memahami obyek literer. Atas dasar pendekatan ini, karya seni dipandang
sebagai refleksi kepribadian pengarang, yangn atas dasar pengalaman estetis pembaca dapat
menangkap kesadaran pengarangnya, dan yang setidak-tidaknya sebagian respon pembaca mengarah
kepada kepribadian pengarangnya. Untuk itu, dengan pendekatan ekspresif penelaah hendaknya
mempelajari pengetahuan tentang pribadi pengarang guna memahami karya seninya.
Telaah dengan pendekatan ekspresif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
pengarang dalam mengungkapkan gagasan-gagasan, imajinasi, spontanitasnya dan sebagainya.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Cerpen Robohnya Surau Kami

B. Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami dengan Pendekatan Ekspresif

Judul Cerpen : Robohnya Surau Kami


Pengarang : A.A. Navis
Tema : Religius

Haji Ali Akbar Navis yang lebih dikenal dengan A.A. navis, lahir di kampung Jawa, Padang, Sumatera
Barat, 17 November 1924. Beliau adalah seorang sastrawan dan budayawan terkemuka di Indonesia,
yang di kalangan sastrawan digelari sebagai Kepala Pencemooh, karena beliau adalah salah seorang
tokoh yang ceplas ceplos, apa adanya. Kritik-kritik sosialnya mengalir apa adanya untuk membangunkan
kesadaran setiap pribadi agar hidup lebih bermakna. Ia selalu mengatakan yang hitam itu hitam dan
yang putih itu putih. Ia amat gelisah melihat negeri ini digerokgoti para koruptor. Maka pada suatu
kesempatan ia mengatakan kendati menulis adalah alat utamanya dalam kehidupan tapi jika dia dikasi
memilih ia akan pilih menjadi penguasa untuk menangkap para koroptor. Walaupun oia tahu risikonya,
mungkin dalam tiga bulan,ia justru akan duluan ditembak mati oleh para koruptor itu.
Sepanjang hidupnya ia telah melahirkan sejumlah karya monumental dalam lingkup kebudayaan dan
kesenian. Ia bahkan telah menjadi guru bagi banyak sastrawan. Ia banyak menulis berbagai hal,
walaupun karya sastralah yang paling banyak digelutinya.
Penulis Robohnya Surau Kami dan menguasai berbagai kesenian seperti seni rupa dan musik, ini
meninggal dunia dalam usia hampir 79 tahun, sekitar pukul 05.00, Sabtu, 22 Maret 2003, di rumah sakit
Yos Sudarso, Padang.
Cerpen Robohnya Surau Kami terpilih menjadi satu dari tiga cerpen terbaik majalah sastra Kisah tahun
1955. Sebuah cerpen yang dinilai sangat berani. Kisah yang menjungkirbalikkan logika awam tentang
bagaimana seorang alim justru dimasukkan ke dalam neraka. Karena dengan kealimannya orang itu
melalaikan pekerjaan dunia sehingga tetap menjadi miskin.
Dalam Karya Robohnya Surau Kami pengarang juga mencerminkan perspektif pemikiran ini. Yang
roboh itu bukan dalam pengertian fisik tapi tata nilai. Pada kenyataannya, judul kisah ini hanya bersifat
simbolis, karen amemang tidak ada surau yang dikisahkan roboh, tetapi roboh di sini adalah nilai-nilai
agama yang disalah artikan oleh beberapa orang, terutama di Indonesia.

Cerpen ini mengisahkan bahwa adanya sekelompok orang yang menghadap Tuhan dan ingin
mengajukan protes kepada Tuhan karena telah memasukkan mereka ke dalam neraka, padahal selama
di dunia mereka selalu taat beribadah kepada Yang Maha Kuasa. Setelah mereka melakukan protes,
teenyata Tuhan tetap memasukkan mereka ke dalam neraka. Dalam kutipan ini pengarang
menggambarkan bahwa latar belakang suasana yang sedang berlangsung, kemudian menunjukkan
bahwa mereka berjumpa dengan Tuhan bahkan mereka berdialog dengan Tuhan, sementara berbicara
dengan Tuhan itu adalah suatu hal yang sangat luar bisa dan tidak biasanya ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari. Namun semmua ini dilatar belakangi oleh kehidupan akhirat pada saat manusia akan
menghadap Tuhan dan menerima keputusanNya, berdasarkan apa yang diperbuat selama di dunia.
Walaupun sang pengarang belum prnah berada dalam situasi yang sama.
Dalam kisah ini pengarang menyampaikan pesan dan moral melalui dialog antara Tuhan dan manusia,
seperti halnya Tuhan bertanya kepada mereka tentang apa yang mereka lakukan di dunia, kemudian
Tuhan menjatuhkan keputusanNya untuk memasukkan mereka ke dalam neraka. Tentu hal itu
mempunyai alasan, mengapa sampai dimasukkan ke neraka,dan alasan-alasan itu tersirat dalam dialog
yang mereka lakukan.
Selanjutnya, dari segi pemilihan nama pemimpim kelompok yang melakukan protes kepada Tuhan,
menurut saya pengarang menunjukkan bahwa nama yang agamis sekalipun seperti Haji Saleh tidak
mejamin akan kebaikan akhlak yang akhirnya dapat mengantarkan dia ke dalam surga. Karena kata Haji
berarti orang yabg sudah pernah melakukan ibadah ke Mekkah, sedangkan Saleh berarti seseorang
yang taat dan patuh beribadah serta beriman dan bertakwa kepadaNya. Sehingga betapa ironisnya jika
seorang Haji Saleh dimasukkan ke dalam neraka.
Kemudian Tuhan pun menanyakan keberadaan atau asal mereka, dan keadaan penduduk serta hasil
atau kekayaan alam asal mereka yakni Indonesia. Di sini pengarang menggambarkan bahwa ketaatan
beribadah yang dilakukan oleh Haji Saleh dari kelompoknya sudah mengesampingkan urusan duniawi
seperti halnya terlihat pada dialog antara mereka yang menyatakan bahwa walaupun negerinya sudah
melarat dan hasil kekayaan alamnya telah dikeruk oleh negara lain, maka mereka tidak peduli, yang
penting mereka terus beribadah kepada Tuhan.
Dalam kisah ini, melalui perkataan Tuhan yang terakhir bahwa mereka diputuskan untuk masuk neraka
karena Tuhan menjelaskan jika memang benar mereka telah membaca kitab suciNya, maka tentulah
mereka tidak hanya akan beribadah tapi juga beramal, bekerja sehingga nasib mereka bisa membaik.
Maka di sini sang pengarang mencoba menyindir presepsi bahwa agama itu hanya tentang menyembah
dan memuji Tuhan saja. Padahal ada keseimbangan antara kehidupan duniawi dan kehidupan rohani
yang harus di jaga.
Di akhir cerita, dikisahkan bahwa Tuhanpun akhirnya menjelaskan mengapa dia memutuskan untuk
melemparkan mereka ke dalam neraka. Tuhan mengatakan bahwa mereka lebih suka beribadat saja
karena beribadah tidak mengeluarkan pelkuh dan tidak perlu membanting tulang. Tuhan juga
mengatakan bahwa mereka hanya bisa membaca kitabNya tanpa menjelaskan isinya. Melalui kutipan
ini, pengarang meminjam kacamata Tuhan untuk untuk menyampaikan idenya.

Dalam cerita ini, pengarang menyampaikan beberapa pesan dan moral sebagai berikut. :
Amal ibadah kita harus berdasar pada keinginan untuk menjalankan agama Tuhan bukan hanya
untuk menghindari kehidupan dunia yang jauh lebih melelahkan
Jika kita telah mengaku menjadi hambaNya, tentu kita tidak akan saling menipu dan saling memeras
Pembacaan kitab suci tidak akan berarti apa-apa jika tidak ada aplikasi lebih lanjut dalam kehidupan
sehari-hari.
Tuhan telah menciptakan manusia bukan untuk menyembahNya sajakarena seperti yang Tuhan
katakan. Dia tidak mabuk pujian dan sembahandari manusia. Dia memang seharusnya Yang Maha Agung
walaupun tak ada yang menyembahnya. Oleh karena itu,manusialah yang seharusnya sensitif ke
keadaan sekitarnya dan berusaha untuk menjadi lebih efektif dalam merubah keadaan dirinya.
Dari teknik penceritaan pengarang,tidak biasanya terjadi pada kehidupan sehari-hari karena A.A.
Navis menceritakan suatu peristiwa yang terjadi di alam lain dengan menampilkantokoh Tuhan, bahklan
dalam peristiws ini terjadi dialog antara tokoh manusia dengan Tuhan Yang maha Tinggi, Maha Pencipta,
sehingga teknik penceritaannya terkesan unik. Dan cerpen ini lahir dalam atmosfer so an yang kembali
lagi memunculkan karakter Tuhan, di mana hal semacam ini pernah tercantum pada cerpen sebelum
Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis yaitu cerpen Langit Semakin Mendung karya Kipanjikorsim.

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Adapun simpulan dari hasil analisis cerpen Robohnya Surau Kami dengan Pendekatan Ekspresif
adalah sebagai berikut :
Cerpen Robohnya Surau Kami merupakan teks sastra yang baik atau orisinal karena ide-ide yang
ada dalam cerpen merupakan ide murni dari pengarang karena pengarana sebenarnya bermaksud
untuk mengkritik robohnya nilai-nilai agama yang sudah disalah artikan oleh beberapa orang terutama
di Indonesia.
Cara pengarang menyampaikan jalannya cerita pada cerpen Robohnya Surau Kami sebenarnya
telah terjadi pada cerpen sebelumnya yang kembali lagi memunculkan karakter Tuhan., yaitu cerpen
Langit Semakin Mendung karya Kipanjikorsim.
B. Saran

Sebaiknya perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam lagi terhadap cerpen Robohnya Surau Kami
agar dapat dijadikan rujukan dalam pengajaran sastra.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairil. 1993. Deru Campur Debu. Jakarta : Dian Rakyat.


Pradoko, Djoko Rahmat. 1993. Pengkajian Puisi. Yogyakarta : Gajah Mada University Pres
Wahid, Sugira. 2004. Kapita Selekta Kritik Sastra. Makassar : Universitas Negeri Makassar.

Вам также может понравиться