Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsolidasi adalah suatu proses berkurangnya volume atau berkurangnya rongga pori
dari tanah jenuh yang berpermeabilitas rendah akibat pembebanan, dimana prosesnya
dipengaruhi oleh kecepatan terperasnya air pori keluar dari rongga tanahnya.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh hubungan antara koefesien konsolidasi arah
horizontal (Ch) dan arah vertikal (Cv)
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian adalah jenis tanah yang dipakai sebagai objek penelitian ini diambil
sekitar pantai di daerah Tanjung Mas Semarang Utara, dengan alasan daerah tersebut
muka air tanahnya cukup tinggi 0.00 meter sampai 0.50 meter.
Pengambilan sampel tanah pada kedalaman 2 meter dan 5 m
Alat uji yang dipakai adalah oedometer test
2. STUDI PUSTAKA
2.1. Teori Konsolidasi
Bila suatu lapisan tanah jenuh yang kemampuan tanah dalam meloloskan air
(permeabilitas) rendah di beri beban, maka tekanan air pori dalam tanah tersebut
akan segera bertambah. Perbedaan tekanan air pori pada lapisan tanah,
berakibat air mengalir ke lapisan tanah dengan tekanan air pori yang lebih
rendah, yang diikuti penurunan tanahnya. Karena permeabilitas tanah yang
rendah proses ini membutuhkan waktu. Konsolidasi adalah proses berkurangnya
rongga pori dari tanah jenuh yang berpermeabilitas rendah akibat pembebanan.
Proses terjadinya dipengaruhi oleh kecepatan terperasnya air pori keluar dari
rongga tanahnya.
2.2. Analogi Konsolidasi Satu Dimensi
Mekanisme proses konsolidasi satu dimensi dapat digambarkan dengan cara
analisis seperti gambar 2.1. Silinder dengan piston yang berlubang dihubungkan
dengan pegas, diisi air sampai memenuhi volume silinder. Pegas dianggap
terbebas dari tegangan - tegangan dan tidak ada gesekan antara dinding silinder
dengan tepi pistonnya. Pegas mengambarkan keadaan tanah yang mudah
mampat, sedangkan air mengambarkan air pori dan lubang pada piston
mengambarkan (permeabilitas).
p
p
Katup (pori)
Air pori
Sc
u0 + p
u0
u0 + u1
u0
pegas
(b)
(a)
(c)
(d)
baik ke lapisan pasirnya dan pengaliran air hanya ke atas dan ke bawah saja.
Dianggap pula bahwa besarnya tambahan tegangan p sama di sembarang
kedalaman lapisan lempungmya.
Jalan proses konsolidasi diamati lewat pipa - pipa piezometer yang dipasang di
sepanjang kedalamannnya ( gambar 2.2b ), sedemikian rupa sehingga tinggi air
dalam pipa piezometer menyatakan besarnya kelebihan tekanan air pori ( excess
pore pressure ) di kedalaman pipanya.
Akibat tambahan tekanan p, yaitu segera setelah beban pondasi bekerja, tinggi
air dalam pipa piezometer naik setinggi h = p/ w, atau menurut garis DE. Garis
DE ini menyatakan distribusi kelebihan tekanan air pori awal.
Dalam waktu tertentu, tekanan air pori pada lapisan lebih dekat dengan lapisan
pasir akan berkurang, sedangkan tekanan air pori lapisan lempung bagian
tengah masih tetap.
Kedudukan dalam pipa ditunjukkan dalam kurva k1. Dalam tahapan waktu
sesudahnya, ketinggian air di dalam pipa ditunjukkan dalam kurva k2.
Setelah waktu yang lama, tinggi air dalam pipa piezometer mencapai kedudukan
yang sama dengan kedudukan muka air tanah ( garis AC ). Kedudukan garis AC
ini menunjukkan proses konsolidasi telah selesai, yaitu kelebihan tekanan air
pori telah nol.
Pada mulanya, tiap tekanan beban akan didukung sepenuhnya oleh tekanan air
pori, dalam hal ini berupa kelebihan tekanan air pori u yang besarnya sama
dengan p. Dalam kondisi demikian tidak ada
dalam tanah. Setelah air pori sedikit demi sedikit terperas keluar, secara
berangsur - angsur tanah mampat, beban perlahan - lahan ditransfer ke butiran
tanah, dan tegangan efektif bertambah. Akhirnya, kelebihan tekanan air pori
menjadi nol. Pada kondisi ini, tekanan air pori sama dengan tekanan hidrostatis
yang diakibatkan oleh air tanah.
H V
=
.. ( 2.1 )
H
V
Bila volume padat Vs = 1 dan volume pori awal adalah e0, maka kedudukan
akhir dari proses konsolidasi dapat dilihat dalam gambar 2.6. Volume padat
besarnya tetap, angka pori berkurang karena adanya e. ( gambar 2.6 ) dapat
diperoleh persamaan :
H = H
e
.......( 2.2 )
1 + e0
V1 V2 (1 + e1 ) (1 + e2 ) e1 e2
=
=
......... ( 2.2a )
V1
1 + e1
1 + e1
dimana :
e1
e2
V1
V2
Cc =
e1 e2
e
=
............ ( 2.3 )
log p ' 2 log p '1 log( p ' 2 / p '1 )
( pc )
V H e0 e1
e
=
=
=
................ ( 2.4 )
V
H
1 + e0 1 + e0
dimana :
V
= volume awal
= perubahan volume
= perubahan tebal
e0
e1
Karena regangan lateral nol, pengurangan volume per satuan volume sama
dengan pengurangan tebal per satuan tebalnya, yaitu penurunan per satuan
ketinggian atau panjangnya.
Besarnya penurunan lapisan tanah setebal dh dapat dinyatakan dalam
persamaan :
dS c =
e0 e1
e e p ' p0 '
dh = 0 1 1
dh = mv pdh
1 + e0
p1 ' p 0 ' 1 + e0
........... ( 2.5 )
dimana :
10
Sc =
e0 e1
e
H=
H ..... ( 2.7 )
1 + e0
1 + e0
dari nilai C c =
e
............... ( 2.8 )
log p 2 ' log p1 '
p '
H
log 2 ............... ( 2.9 )
1 + e0
p1 '
S c = Cc
p '+ p
H
log 0
... ( 2.10 )
1 + e0
p0 '
S c = Cc
Sc = Cr
p '+ p
H
log 0
..... ( 2.11 )
1 + e0
p0 '
( b ) Bila p0 + p > pc :
Hubungan Koefesien Konsolidasi
(Coefesien of Consolidation) arah Vertikal (Cv) dengan arah Horizontal (Ch)
11
Sc = Cr
p '
p '+ p
H
H
log c + C c
log 0
.... ( 2.12 )
1 + e0
p0 '
1 + e0
pc '
dimana :
Cr = indeks pemampatan kembali
Cc = indeks pemampatan
H = tebal lapisan tanah
pc = tekanan prakonsolidasi
e0 = angka pori awal
p = tambahan tegangan
p0 = tekanan overburden efektif mula mula
2.9. Konsolidasi Satu Dimensi
Untuk konsolidasi satu dimensi, Terzaghi memberikan cara penentuan distribusi
kelebihan tekanan hidrostatis dalam lapisan yang sedang mengalami konsolidasi
pada
sembarang
waktu
sesudah
bekerjanya
beban,
beserta
derajat
konsolidasinya.
Beberapa asumsi dalam menganalisa konsolidasi satu dimensi yaitu :
1. Tanah adalah homogen
2. Tanah lempung dalam keadaan jenuh sempurna
3. Partikel padat dan air tidak mudah mampat.
4. Arah pemampatan dan aliran air pori adalah vertikal ( satu dimensi )
5. Regangan kecil
6. Hukum Darcy berlaku pada seluruh gradient hidrolik
7. Koefisien permebilitas ( k ) dan koefesien pemampatan volume ( mv ) tetap
konstan selama prosesnya
8. Ada hubungan khusus yang tak tergantung waktu, antara angka pori dan
tegangan efektif
Ditinjau lapisan lempung setebal dz yang padanya bekerja tekanan p ( gambar
2.9 ). Jika kelebihan tekanan hidrostatis pada sembarang titik di dalam lapisan
lempung adalah u, maka ketidakseimbangan tekanan hidrostatis pada ketebalan
dz, dapat dinyatakan dalam persamaan :
u+
u
u
dz u =
dz ........... ( 2.13 )
z
u
12
i=
h
1 u
=
............. ( 2.14 )
z w z
Jika v adalah kecepatan drainase yang lewat lapisan tipis, maka persamaan
Darcy dapat dinyatakan sebagai :
v = ki = k
h
k u
=
.......... ( 2.15 )
z
w z
V+
V
dz per satuan luas
z
Maka volume bersih dari air keluar dari elemennya, dalam satuan waktu adalah :
V+
V
V
dz V =
dz ........... ( 2.16 )
z
z
13
per satuan volume semula, per satuan waktu, sama dengan perubahan porositas
per satuan waktu, maka :
V n
=
z t
sedang
n
= mv ; n = mv dp ............. ( 2.17 )
t
p menunjukan tambahan tekanan saat waktu tertentu.
Selanjunya dengan subtitusi,
diperoleh :
V
p . ( 2.18 )
= mv
t
z
p = u
p
u
... ( 2.19 )
=
t
t
Substitusi persamaan ( 2.19 ) ke dalam persamaan ( 2.18 ) akan diperoleh :
V
u
= mv
.............. ( 2.20 )
z
t
dari persamaan ( 2.15 ) untuk luas satuan =1,
V
k 2u
=
............... ( 2.21 )
z
w z 2
Persamaan ( 2.21 ) adalah persamaan diferensial dari tiap tiap proses
konsolidasi dalam kondisi drainasi linier.
Persamaan ini dapat diringkas menjadi :
Cv =
k
............. ( 2.22 )
w mv
u
2u
= C v 2 ............. ( 2.23 )
t
z
Persamaan ( 2.23 ) adalah dasar persamaan teori konsolidasi Terzaghi. Kondisi
batas untuk menentukan konsolidasi lapisan yang mengijinkan drainase ke arah
atas dan bawah adalah ( gambar 2.10 ) :
Hubungan Koefesien Konsolidasi
(Coefesien of Consolidation) arah Vertikal (Cv) dengan arah Horizontal (Ch)
14
1. Saat t=0, pada lapisan lempung setebal dz, kelebihan tekanan hidrostatisnya
( kelebihan tekanan air pori ) sama dengan p.
2. Untuk sembarang waktu t saat konsolidasi berlangsung, pada permukaan
drainasi z = 2H dan z=0, kelebihan tekanan hidrostatis sama dengan nol.
3. Sesudah waktu yang lama, pada sembarang kedalaman z, kelebihan tekanan
hidrostatis sama dengan nol.
Untuk kondisi tanah yang memungkinkan drainasi ke atas dan ke bawah,
penyelesaian dari persamaan ( 2.23 ) dengan Cv konstan pada kondisi awal
dengan ui sebagai fungsi z, adalah :
n = 1
u =
n =1 H
2H
n 2 2 C v t
nz nz
....... ( 2.4 )
u i sin
dz sin
exp
2
2 H 2 H
4H
dimana :
H
ui
= distribusi kelebihan tekanan air pori awal yang dapat berupa variasi,
n 2 2 C v 2
2ui
nz
4H
n =
......... ( 2.25 )
Tv =
Cv t
................... ( 2.26 )
H2
Tv adalah besaran tanpa dimensi, yang disebut faktor waktu ( time factor ), maka
persamaan ( 2.25 ) akan menjadi :
2ui
MZ
2
sin
exp M Tv ............ ( 2.27 )
m=0 M
H
m=
u=
15
tekanan air pori dan kondisi drainasi lapisan lempungnya ( yaitu drainasi ganda
atau tunggal ).
Derajat konsolidasi pada kedalaman z dan pada waktu t dapat diperoleh dengan
subtitusi nilai u pada persamaan ( 2.27 ) ke dalam persamaan
U z = 1
m =0
2
MZ
2
sin
exp M Tv ........... ( 2.28 )
M
H
16
U = 1
1
2H
2H
udz
0
ui
atau
m =
U = 1
m =0
2
exp M 2Tv .............. ( 2.29 )
2
M
Variasi kelebihan tekanan air pori dalam lapisan lempung, dalam prakteknya dapat
didekati dengan menganggap distribusi tekanan air pori awal yang konstan, linier,
dan lengkungan. Nilai nilai hubungan U dan Tv dalam kondisi tekanan air pori awal
( ui ) yang dianggap sama besar diseluruh lapisannya disajikan dalam Tabel 2.1. Bila
distribusi tekanan kelebihan air pori awal simetri terhadap tengah tengah tinggi
lapisan yang mempunyai drainasi ganda, maka pada sembarang waktunya distribusi
kelebihan tekanan air pori akan simetri terhadap bidang tengah ini. Jadi distribusi
kelebihan tekanan air pori setengah dari lapisan dengan drainasi ganda adalah sama
seperti kondisi kelebihan tekanan air pori dalam suatu lapisan drainasi tunggal yang
tebalnya setengah dari tebal lapisan drainasi ganda. Karena itu, nilai nilai di dalam
tabel 2.1 dapat pula digunakan dalam hitungan pada kondisi drainasi tunggal.
Derajat
Faktor Waktu
Konsolidasi
, Tv
10
0.008
20
0.031
30
0.071
40
0.126
50
0.197
60
0.287
70
0.403
80
0.567
90
0.848
100
17
waktunya,
dapat
ditentukan
dengan
menggambarkan
grafik
penurunan (s) versus waktu (t) untuk satu beban tertentu yang diterapan pada
alat oedometer. Dengan mengukur penurunan total pada akhir fase konsolidasi.
Kemudian dari data penurunan dan waktunya, sembarang waktu yang
menghubungkan dengan derajat konsolidasi rata rata tertentu ( misalnya U =
50 % ) ditentukan. Walaupun fase konsolidasi telah berakhir, yaitu ketika tekanan
air porinya telah nol, benda uji di dalam alat oedometer masih terus mengalami
penurunan akibat konsolidasi sekunder. Karena itu, tekanan air pori mungkin
perlu diukur selama proses pembebanannya atau suatu interprestasi data
penurunan dan waktu harus dibuat untuk menentukan kapan konsolidasi telah
selesai.
Jika sejumlah kecil udara terhisap masuk dalam air pori akibat penurunan
tekanan pori dari lokasi aslinya di lapangan, kemungkinan terdapat juga
penurunan yang berlangsung cepat, yang bukan bagian dari proses konsolidasi.
Karena itu, tinggi awal atau kondisi sebelum adanya penurunan saat permulaan
proses konsolidasi juga harus diinterprestasikan.
2.10.1.Log Time Fitting Method
Prosedur untuk menentukan nilai koefisien konsolidasi Cv diberikan oleh
Casagrande dan Fadum ( 1940 ).
Cv =
0.197 H 2 t
.... ( 2.30 )
t 50
Pada pengujian konsolidasi dengan drainasi atas dan bawah ( double drained ),
nilai H diambil setengah dari tebal rata rata benda uji pada beban tertentu.
18
19
Karakteristik cara akar waktu ini, yaitu dengan menentukan U=90% konsolidasi
di mana pada U=90%, absis OR akan sama dengan 1.15 kali absis OQ.
0.848 H t
Cv =
t 90
.. ( 2.31 )
Jika akan menghitung batas konsolidasi primer ( U=100% ), titik R100 pada kurva
dapat
diperoleh
dengan
mempertimbangkan
menurut
perbandingan
kedudukannya.
Seperti dalam penggambaran kurva log-waktu, gambar kurva akar waktu yang
terjadi memanjang melampaui titik 100 % ke dalam daerah konsolidasi
sekunder.
Metode
akar
waktu
membutuhkan
pembacaan
penurunan
20
3. METODE PENELITIAN
3.1. Pengambilan tanah tak terganggu (undisturb sample)
Tanah yang akan diuji dengan alat oedometer test, adalah tanah tak teganggu.
Sampel tak terganggu ini mengambilnya dengan menggunakan tabung undisturb
sampling.
Tanah undistrub direncanakan 5 tabung undistrub dengan kedalaman yang
sama sekitar 3.00 m dari permukaan tanah.
Kondisi tanah asli berada ( 0.50 1.00 ) m di bawah muka air tanah , kondisi sample
undistrurb adalah junuh air (full saturated).
0.00
- 0.50 s/d
1.00 meter
- 2.00 meter
Proses pengambilan tanah dilakukan dengan jalan para pekerja harus berendam sambil
membawa tabung undisturb dan cangkul.
21
Jumlah pekerja : 4 orang, 3 orang untuk proses pengambilan di lokasi dan dibantu 1
orang laboran/ petugas laboratorium untuk pengawasan dan membantu dalam
penanganan sample tanah
Sample Undisturb ,
a) Tabung undisturb disiapkan , dibersihkan bagian dalamnya
b) Tabung ditekan masuk dalam tanah secara vertikal
c) Kemudian ditekan perlahan lahan sampai seluruh tabung terbenam
d) Dengan bantuan cangkul, kita gali tanah di sekitar tabung tersebut
e) Dengan bantuan tangan, kita menutup bagian bawah tabung kemudian di
angkat ke atas
f)
top
0.00
- 0.50
s/d 1.00
- 2.00
Penggalian tanah dilakukan bila tabung
betul betul penuh dengan tanah
bottom
22
Sampel tanah
dalam tabung
undistrub
tembok
tembok
vertikal
Sampel tanah
undistrub
Tabung undisturb
horizontal
Stang pemutar
Catatan :
= Sampel uji yang dipakai untuk menghitung Ch
= Sampel uji yang dipakai untuk menghitung Cv
Gambar 3.4 : Proses Pencetakan Sampel Oedometer Test
dengan Alat Extruder di Laboratorium
23
4. tempatkan batu pori pada bagian atas dan bawah ring yang terlebih dahulu di
beri kertas saring kemudian masukan dalam sel oedometer,
5. pasang plat penumpu di atas batu pori,
6. atur kedudukan dial gauge sehingga mudah dibaca,
7. pasang beban 0,25 kg, 0,5 kg dan seterusnya, tiap beban bekerja 24 jam,
8. setelah pembacaan akhir dicatat keluarkan sampel tanah dari ring dari sel
kemudian ambil batu pori,
9. timbang sampel tanah dan ring cari kadar airnya.
3.2. Diagram alir :
24
4. PEMBAHASAN
4.1. Hasil Uji Index Properties
Pengujian Index properties yang dilakukan di laboratorum meliputi uji kadar air (water
content), spesific gravity (Gs) dan berat jenis tanah. Pengujian sampel tanah untuk
kedalaman 2 meter dan 5 meter dapat dilihat pada tabel berikut :
2m
5m
Sample ID
Cs1
Cs2
44.50
0.45
2.20
1.61
30.00
0.30
2.20
1.72
Index Properties
Water content, wn ( % )
Specific Gravity, Gs
sat ( t/m )
3
dry ( t/m )
3
Porosity, n
Void ratio, e
Jenis tanah
1.11
1.33
0.49
0.40
0.98
0.66
Marine Clay, very
Soft
Tabel 4.1 diatas menunjukan bahwa jenis tanah pada kedalaman 2 meter dan 5 meter
adalah sama atau dapat dinyatakan homogen yaitu jenis marine clay, very soft.
4.2. Hasil Uji Oedometer
Total sampel tanah yand dipakai untuk penelitian ini adalah 10 sampel, terdiri dari 5 uji
tiap kedalaman. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan uji oedometer adalah 45 hari.
Pengujian dilakukan di laboratorium Mekanika Tanah milih Fakultas Teknik Universitas
Katolik Soegijapranata Semarang.
Dalam mencari Cv dan Ch, diperlukan 2 metode grafis yaitu metode Log fitting dan
Metode Square Root Fitting.
Analisa yang dipakai untuk mencari hubungan antara Cv dan Ch dengan langkah
langakh sebagai berikut : hasil perhitungan Cv dan Ch pada masing masing kedalaman
diplot ke dalam grafik. Sumbu x adalah Ch dan Sumbu y adalah Cv. Data data hasil Cv
dan Ch dicari hubungannya dengan meregresi secara linier. Persamaan garis regresi
dari masing masing
25
0.848 H t
t 90
0.14
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
Cv = 0.5951 Ch + 0.0208
R2 = 0.4096
0
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
0.16
26
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
Cv = 1.0703 Ch - 0.0056
R2 = 0.5044
0
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.197 H 2 t
, maka data data koefesien
t 50
konsolidasi diplot dalam 2 (dua) sumbu x dan sumbu y. Sumbu x mewakili Cv sedangkan
sumbu y mewakili Ch, plotting data data dapat dilihat lihat gambar 4.3 dan gambar 4.4
27
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
Cv = 0.3975 Ch+ 0.1121
R2 = 0.5042
0
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
28
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
Cv = 0.1766 Ch + 0.149
2
R = 0.4489
0
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
29
5.2. Saran
1. Perlunya penyelidikan lebih lanjut dan intensif terhadap lapisan tanah yang lebih
kompleks
2. Proses pengambilan sampel undisturb jangan dilakukan pada musin penghujan,
karena sampel akan sulit diambil menggunakan tabung undisturb
3. Pengujian konsolidasi perlu dilakukan dengan membandingkan marine clay yang
lain
DAFTAR
PUSTAKA
1. Bowles, J.E., Foundation Analysis And Design, McGraw-Hill, New York, 1983.
2. Das, B. M., Advanced Soil Mechanics, McGraw-Hill, New York, 1983.
3. Das, B. M., Mekanika Tanah ( Prinsip prinsip Rekayasa Geoteknis ), Jilid 1 , Penerbit
Erlangga, 4 th ed, 1995.
4. Das, B. M., Mekanika Tanah ( Prinsip prinsip Rekayasa Geoteknis ), Jilid 2 , Penerbit
Erlangga, 4 th ed, 1995.
5. Das, B. M., Principles of Geotechnical Engineering, 4 th ed., International Thomson
Publishing, 1998.
6. Hary Christiady H., Mekanika Tanah 1, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
1992.
7. Hary Christiady H., Mekanika Tanah 2, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
1992.
8. Holtz, R.D. and Kovacs, W.D., An Introduction To Geotechnical Engineering, Prentice
Hall, New Jersey, 1981.
9. Rahardjo P.P., Karakteristik Lempung Marina, Seminar Geoteknik Foundation Design &
Improvement Techniques In Difficult Ground Testana Enginnering, Inc, Surabaya,
1996
10. Rahardjo P.P. dan Salim, El Fie., Interprestasi Tanah Lempung Lembek Berdasarkan Uji
Piezocone, GEC, UNPAR, Bandung, 1998
Hubungan Koefesien Konsolidasi
(Coefesien of Consolidation) arah Vertikal (Cv) dengan arah Horizontal (Ch)
30
31