Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ASFIKSIA
Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh
Program Pendidikan Profesi Dokter (PPPD)
Disusun Oleh :
Monda Ayu Astiningrum
(01.203.4619)
Noormalia Serafina P
(01.209.5965)
Tasia Deastuti
(01.209.6031)
(01.209.6049)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2014
ASFIKSIA
A.
PENGERTIAN
Asfiksia merupakan istilah yang sering digunakan untuk menyatakan
berhentinya respresi yang efektif (cessation of effective respiration) atau
ketiadaan kembang kempis (absence of pulsation).
Anoksia adalah suatu keadaan dimana tubuh sangat kekurangan
oksigen, yang berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 4 golongan, yaitu :
1. Anoksia anoksik (anoxic anoxia) oksigen tidak dapa mencapai darah
sebagai akibat kurangnya oksigen yang masuk paru-paru.
2. Anoksia anemik (anaemic anoxia), karena darah tidak dapat menyerap
oksigen, seperti pada keracunan karbon monoksida.
3. Anoksia stagnan (stagnant anoxia) darah tidak mampu membawa
oksigen ke jaringan, seperti pada heart failure atau embolism.
4. Anoksia histotoksik (histotoxic anoxia) jaringan tidak mampu menyerap
oksigen, seperti pada keracunan cyanida. Yaitu anoksia anemik, stagnan
dan histotosik disebabkan penyakit atau keracunan (yaitu anoksia
anoksik) kurangan oksigen atau obstruksi mekanik pada jalan nafas.
Ketiga jenis anoksia yang terakhir (yaitu anoksia anemic, stagnan,
histotoksik) disebabkan oleh penyakit atau keracunan, sedang anoksia yang
pertama (yaitu anoksia anoksik) disebabkan kekurangan oksigen atau
obstruksi mekanik pada jalan nafas. Yang disebut asfiksia sebenarnya adalah
anoksia anoksik, atau sering disebut juga asfiksia mekanik (mechanical
asphyxia).
B.
JENIS-JENIS ASFIKSIA
1. Strangulasi, antara lain :
-
Gantungn (hanging)
2. Sufokasi
3. Pembengkapan (somethering)
4. Penyumpalan (choking/gaging)
5. Tenggelam (drowning)
6. Crush asphyxia :
C.
Berdesakan.
D.
3. Edema
Kekurangan oksigen yang berlangnsung lama akan mengakibatkan
kerusakan pada pembuluh darah kapiler, sehingga permaebilitasnya
meningkat.
E.
GANTUNG
Peristiwa gantung (hanging) adalah peristiwa dimana seluruh atau
sebagian dari berat tubuh seseorang ditahan dibagian lehernya oleh sesuatu
benda dengan permukaan yang relatif sempit dan panjang (biasanya tali)
sehingga daerah tersebut mengalami tekanan.
Ciri-ciri peristiwa gantung yang seluruh tubuhnya berada di atas
lantai, yaitu :
-
suatu benda (misalnya tangan kursi, tangga, atau tali yang terbentang) guna
menahan sebagian atau seluruh berat tubuhnya, jejas yang terlihat pada leher
tidak jelas dan tidak khas, bahkan mungkin tidak terlihat sama sekali.
1. PENYEBAB KEMATIAN
Kematian pada peristiwa gantung disebabkan oleh :
-
Asfiksia
Cyanosis
2) Tanda-tanda khusus
a. Tanda khusus pada leher berupa :
-
Lebam mayat.
Mati dalam keadaan tergantung cukup lama maka lebam mayat
ditemukan pada tubuh bagian bawah, alat genetikal bagian distal.
Lidah
Posisi ali di bawah cartilago thyroid maka lidah akan terlihat
menjulur keluar berwarna lebihgelap akibat proses pengeringan.
3. CARA KEMATIAN
Jika seseorang meninggal dunia dalam keadaan tergantung
penyelidikan yang teliti sebab peristiwa gantung dapat terjadi karena :
1) Bunuh diri
2) Pembunuhan
3) Kecelakaan.
Untuk menentukan cara kematian tersebut perlu dilakukan
pemeriksaan ditempat kejadian. Tujuan pertamanya ialah untuk
mengetahui apakah korban benar-benar sudah mati atau belum. Tujuan
keduanya ialah untuk mengumpulkan fakta-fakta guna dipakai sebagai
dasar membuat kesimpulan tentang cara kematian tersebut.
Hal-hal
1. SEBAB KEMATIAN
Pada peristiwa penjeratan dengan tali maka kematian disebabkan :
1) Tertutupnya jalan nafas sehingga menimbulkan anoksia atau
hipoksia.
2) Tertutupnya vena menibulkan anoksia pada otak
3) Vagal reflek
4) Tertutupnya pembuluh darah karotis sehingga jaringan otak
kekurangan darah
Arahnya horisontal
b. Lecet/memar
Pada peristiwa pembnuhan sering ditemukan adanya lecet-lecet
atau memar-memar disekitar jejas. Kelainan terjadi karena
korban berusaha membuka jeratan.
2) Kepala
a. Terlihat tanda-tanda asfiksia
b. Kongesti dan bintik-bintik perdarahan pada daerah di atas jejas.
3) Tubuh bagian dalam.
a. Leher bagian dalam terdapat :
-
b. Paru-paru :
-
3. CARA KEMATIAN
Peristiwa jeratan dengan menggunakan tali dapat terjadi karena :
G.
Pembunuhan
Bunuh diri
Kecelakaan
b. Bagian dalam :
-
2) Paru-paru
Edema paru-paru terjadi jika anoksia berlangsung lama.
H.
SUFOKASI
Peristiwa sufokasi (Suffocation) dapat terjadi jika oksigen yang ada di
udara lokal kurang memadai, seperti misalnya ditempat tahanan yang tidak
ada ventilasinya atau di tempat penambangan yang mengalami keruntuhan.
Sebab kematian pada peristiwa ini biasanya merupakan kombinasi
dari anoksia, keracunan CO2, hawa panas dan kemungkinan juga luka-luka
akibat runtuhnya tempat penambangan itu.
Pada pemeriksaan pos mortem dapat dilihat adanya tanda-tanda umum
asfiksia disertai tanda-tanda lain, misalnya luka-luka yang terjadi akibat
tetimpa runtuhan.
I.
PEMBEKAPAN
Pembekapan (smothering) merupakan asfiksia yang disebabkan
penutupan lubang hidung dan mulut. Penutupan dapat dilakukan dengan
menggunakan tangan atau sesuatu benda yang lunak (misalnya bantal).
J.
CHOKING/GAGING
Choking/gaging merupakan jenis asfiksia yang disebabkan blokade
jalan nafas oleh benda asing yang datangnya dari luar ataupun dari dalam
tubuh, misalnya inhalasi tumpahan, tumor, jatuhnya lidah ke belakang
ketika dalam keadaan tidak sadar, bekuan darah atau gigi yang lepas.
Pada pemeriksaan pos portem dapat dilihat adanya tanda-tanda
asfiksia yang jelas, kecuali jika karena vagal reflex. Kadang-kadang
kematian terjadi sangat cepat tanpa tanda-tanda choking, terutama pada
kematian karena vagal reflex akibat inhalasi makanan dan memberikan
kesan aanya serangan jantung yang sering disebut Cafe Coronaries.
K.
CRUSH ASPHYXIA
Crush asphyxia disebabkan karena dada dan perut mendapat tekanan
secara bersamaan oleh suatu kekuatan, misalnya pohon yang tumbang atau
tebing yang runtuh. Dan juga dapat terjadi karena berdesak-desakan keluar
dari suatu ruangan melalui pintu yang sempit. Akibanya akan terjadi
kompresi pada dada dan perut sehingga diafragma dalam keadaan terfikir.
Pada pemeriksaan pos mortem akan terlihat adanya tanda-tanda umum
asfiksia, misalnya cyanosisi, bintik-bintik perdarahan pada bagian atas dari
tubuh, edema serta pembengkakan apada bola mata dan kongesti pada tubuh
sebelah atas akibat darah terdorong ke atas oleh kompresi pada abdomen.
L.
TENGGELAM
Peristiwa tenggelam (drowning), seluruh tubuh tidak harus tenggelam
di dalam air. Perlu diketahui bahwa jumlah air yang dapat mematikan jika
dihirup oleh paru-paru adalah sebanyak 2 liter untuk orang dewasa dan 30
sampai 40 mililiter untuk bayi.
1. SEBAB KEMATIAN
1) Vagal reflex. Akibat kematian ini disebut tenggelam tipe I. Pada
pemeriksaan pos mortem tidak ditemukan adanya tanda-tanda
asfiksia ataupun air di dalam paru-parunya disebut tenggelam kering
(dry drowning).
2) Spasme laring. Kematian pada peristiwa ini sangat jarang sekali
terjadi. Disebabkan karena rangsangan air yang masuk ke laring.
Tenggelam jenis ini disebut tenggelam tipe I.
3) Pengaruh air yang masuk paru-paru.
a. Pada peristiwa tenggelam di air tawar akan menimbulkan
anoksia disertai gangguan elektrolit. Tenggelam jenis ini disebut
tenggelam tipe II A
b. Pada peristiwa tenggelam di air asin akan mengakibatkan
terjadinya anoksia dan hemokonsentrasi. Tidak terjadi gangguan
keseimbangan elektrolit, Tenggelam jenis ini disebut tenggelam
tipe II B
2. CARA KEMATIAN
1) Kecelakaan. Tenggelam karena kecelakaan sering terjadi karena
korban jatuh kelaut. Faktor yang sering menjadi penyebab
kecelakaan itu antara lain karena mabuk atau mendapat serangan
epilepsi.
2) Bunuh diri. peristiwa ini sering terjadi.
3) Pembunuhan. Banyak cara yang digunakan, misalnya melemparkan
korban kelaut atau memasukkan kepalanya ke dalam bak berisi air.
Pakaian basah
Kulit
telapak
tangan
dan
telapak
kaki
kadang-kadang
Tanda yang paling kuat adalah adanya buih halus yang terbentuk
akibat acut pulmonary edema, berwarna putih dan persisten.
Buih menjadi banyak jika dada ditekan.
2) Pemeriksaan dalam.
Akan ditemukan tanda-tanda :
-
4. TES KONFIRMASI
Berb agai tes konfirmasi dapat dilakukan untuk memba ntu menegakkan
diagnosis tenggelam antara lain :
1) Tes asal air
Diperlukan untuk :
-
Membedakan apakah air dalam paru-paru berasal dari luar atau dari
proses edema.
Tes ini baru dianggap reliabel jika dilakukan dalam waktu 24 jam
setelah kematian.
3) Tes diatome jaringan
Tes ini dapat dilakukan untuk menemukan adanya diatome pada
jaringan tubuh. Jika pada hati, otal atau sumsum tulang ditemukan
diatome maka hal ini dapat dijadikan bukti kuat terjadinya peristiwa
tenggelam.
Pada mayat yang sudah membusuk, dimana kelainan-kelainan yang
dapat memberi petunjuk tenggelam sulit ditemukan maka tes ini
akan sangat bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA