Вы находитесь на странице: 1из 16

29

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif merupakan
salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan
terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya.
Definisi lain menyebutkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak
menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap
data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian pula pada tahap
kesimpulan penelitian akan lebih baik bila disertai dengan gambar, table, grafik,
atau tampilan lainnya.
Menurut Sugiyono, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada
umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012: 7). Metode kuantitatif sering
juga disebut metode tradisional, positivistik, ilmiah/scientific dan metode
discovery. Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini
sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk
penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan

30

pada filsafat positivisme. Metode ini disebut sebagai metode ilmiah (scientific)
karena metode ini telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit, empiris,
obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode ini juga disebut metode
discovery karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai
iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa
angka-angka dan analisis menggunakan statistik.
Penelitian kuantitatif merupakan studi yang diposisikan sebagai bebas
nilai (value free).Dengan kata lain, penelitian kuantitatif sangat ketat menerapkan
prinsip-prinsip objektivitas. Objektivitas itu diperoleh antara lain melalui
penggunaan instrumen yang telh diuji validitas dan reliabilitasnya. Peneliti yang
melakukan studi kuantitatif mereduksi sedemikian rupa hal-hal yang dapat
membuat bias, misalnya akibat masuknya persepsi dan nilai-nilai pribadi. Jika
dalam penelaahan muncul adanya bias itu maka penelitian kuantitatif akan jauh
dari kaidah-kaidah teknik ilmiah yang sesungguhnya (Sudarwan Danim, 2002:
35).
Selain itu metode penelitian kuantitatif dikatakan sebagai metode yang
lebih menekankan pada aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena
sosial. Untuk dapat melakukan pengukuran, setiap fenomena sosial di jabarkan
kedalam beberapa komponen masalah, variable dan indikator. Setiap variable
yang di tentukan di ukur dengan memberikan simbol-simbol angka yang berbeda
beda sesuai dengan kategori informasi yang berkaitan dengan variable tersebut.
Dengan menggunakan simbolsimbol angka tersebut, teknik perhitungan secara
kuantitatif matematik dapat di lakukan sehingga dapat menghasilkan suatu

31

kesimpulan yang belaku umum di dalam suatu parameter. Tujuan utama dati
metodologi ini ialah menjelaskan suatu masalah tetapi menghasilkan generalisasi.
Generalisasi ialah suatu kenyataan kebenaran yang terjadi dalam suatu realitas
tentang suatu masalah yang di perkirakan akan berlaku pada suatu populasi
tertentu. Generalisasi dapat dihasilkan melalui suatu metode perkiraan atau
metode estimasi yang umum berlaku didalam statistika induktif. Metode estimasi
itu sendiri dilakukan berdasarkan pengukuran terhadap keadaan nyata yang lebih
terbatas lingkupnya yang juga sering disebut sample dalam penelitian
kuantitatif. Jadi, yang diukur dalam penelitian sebenarnya ialah bagian kecil dari
populasi atau sering disebut data. Data ialah contoh nyata dari kenyataan yang
dapat diprediksikan ke tingkat realitas dengan menggunakan metodologi
kuantitatif tertentu. Penelitian kuantitatif mengadakan eksplorasi lebih lanjut serta
menemukan fakta dan menguji teori-teori yang timbul.

B. Variabel Penelitian
1. Variabel Terikat
Variabel Terikat dalam penelitian ini ialah Resiliensi
2. Variabel Bebas
Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah :
a. Insight
b. Inisiatif

32

C. Definisi Konsepsional
1. Resiliensi
Menurut Reivich. K dan Shatte. A yang dituangkan dalam bukunya The
Resiliency Factor menjelaskan resiliensi adalah kemampuan untuk mengatasi
dan beradaptasi terhadap kejadian yang berat atau masalah yang terjadi dalam
kehidupan. Bertahan dalam keadaan tertekan, dan bahkan berhadapan dengan
kesengsaraan (adversity) atau trauma yang dialami dalam kehidupannya (Reivich.
K & Shatte. A, 2002 ). Menurut Jackson (2002) resiliensi adalah kemampuan
individu untuk dapat beradaptasi dengan baik meskipun dihadapkan dengan
keadaan yang sulit.
2. Insight
Kohler

dan

kawan-kawan

dalam

Sanjaya

(2006),

teori

Gestalt

dikembangkan oleh Kohler dan kawan-kawan. Teori ini berbeda dengan teori
teori yang telah dijelakan terdahulu. Menurut teori Gestalt, belajar adalah proses
mengembangkan insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar
bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Berbeda dengan teori behaviouritik
yang menganggap belajar atau tingkah laku itu bersifat mekanistis sehingga
mengabaikan atau mengingkari peranan insight. Teori Gestalt justru menganggap
bahwa insight adalah inti dari pembentukan tingkah laku.
3. Inisiatif
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2005:395) Inisiatif adalah
kemampuan untuk mencipta atau daya cipta. Menurut Wollfock dalam
Mardiyanto

(2008:23)

Inisiatif

adalah

kemampuan individu

dalam

33

menghasilkan sesuatu yang baru atau asli atau suatu pemecahan masalah.
Menurut

Suryana

(2006:2)

mengungkapkan bahwa

kemampuan mengembangkan ide dan

Inisiatif

adalah

cara-cara baru dalam memecahkan

masalah dan menemukan ide dan cara-cara baru dalam memecahkan masalah
dan menemukan peluang (thinking new things ).

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Menurut

Sugiyono

(2008:115),

Populasi

adalah

wilayah

generalisasi terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik


tertentu. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Arikunto (2002) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu
yang berlaku bagi populasi. Dalam penelitian ini populasinya adalah siswa kelas
VI, VII, dan VIII SMP IT MADINA.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2008:116) sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel pada penelitian dipilih
dengan pertimbangan, adapun ciri-ciri sampel pada penelitian ini adalah santri
putra Ponpes Darrussaadah SMP IT MADINA kelas VII, VIII, dan IX.
Jenis populasi yang digunakan untuk penelitian purposive sample yaitu
pengambilan sampel atau subjek yang didasarkan atas cirri-ciri atau sifat-sifat
tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut dengan sifat-sifat yang telah

34

diketahui (Hadi, 1993). Selain itu sampel yang dipakai dalam penelitian ini
menggunakan rancangan sampel probabilitas yang artinya penarikan sampel
didasarkan atas pemikiran bahwa keseluruhan unit populasi memiliki kesempatan
yang sama untuk dijadikan sampel (Bungin, 2005).
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah metode yang digunakan peneliti untuk
memperoleh data yang diteliti. Menurut Suryabrata (2003) metode pengumpulen
data adalah suatu cara yang dipakai oleh peneliti untuk memperoleh data yang
akan diteliti. Kualitas data ditentukan oleh kualitas alat pengambilan data dan alat
ukurnya.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode angket yaitu suatu daftar yang berisi rangkaian pernyataan mengenai suatu
hal yang diteliti. Angket merupakan suatu daftar dari sejumlah pertanyaan atau
pernyataan yang ditujukan terhadap subjek penelitian dengan harapan akan
dipergunakan untuk mengungkapkan suatu kondisi subjek yang hendak diteliti,
kondisi subjek tersebut bersifat pribadi yang dapat berupa harapan, tekanan
prasangka, dan sebagainya (Hadi, 2000). Adapun alat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini adalah skala. Penggunaan skala pada penelitian ini didasarkan atas
karakteristik skala sebagai alat ukur psikologi sebagaimana dikemukan oleh
Azwar (2003). Pengumpulan data didalam penelitian ini menggunakan tiga
macam skala, yaitu :

35

1. Skala Resiliensi
Skala ini disusun berdasarkan aspek yang dikemukakan menurut Reivich
dan Shatte (2002), memaparkan tujuh kemampuan yang membentuk resiliensi,
yaitu sebagai berikut :
a. Emotion Regukation
Regulasi emosi adalah kemampuan untuk tetap tenang di bawah
kondisi yang menekan (Reivich & Shatte, 2002). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa orang yang kurang memiliki kemampuan untuk
mengatur emosi mengalami kesulitan dalam membangun dan menjaga
hubungan dengan orang lain. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai macam
faktor, di antara alas an yang sederhana adalah tidak ada orang yang mau
menghabiskan waktu bersama orang yang marah, merengut, cemas,
khawatir serta gelisah setiap saat. Emosi yang dirasakan oleh seseorang
cenderung berpengaruh terhadap orang lain. Semakin kita terasosiasi
dengan

kemarahan maka kita akan semakin menjadi seorang yang

pemarah (Reivich & Shatte, 2002).


b. Impulse control
Pengendalian impuls

adalah kemampuan Individu untuk

mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul


dari dalam diri (Reivich & Shatte, 2002). Individu yang memiliki
kemampuan pengendalian impuls yang rendah, cepat mengalami
perubahan emosi yang pada akhirnya mengendalikan pikiran dan perilaku
mereka. Mereka menampilkan perilaku mudah marah, kehilangan

36

kesabaran, impulsif, dan berlaku agresif. Tentunya perilaku yang


ditampakkan ini akan membuat orang di sekitarnya merasa kurang nyaman
sehingga berakibat pada buruknya hubungan sosial individu dengan orang
lain.
c. Optimism
Individu yang

resilien adalah individu yang optimis, optimisme

adalah ketika kita melihat bahwa masa depan kita cemerlang (Reivich &
Shatte, 2002). Optimisme

yang dimiliki

oleh seorang individu

menandakan bahwa individu tersebut percaya bahwa dirinya memiliki


kemampuan untuk mengatasi kemalangan yang mungkin terjadi di masa
depan. Hal ini juga merefleksikan self-efficacy yang dimiliki oleh
seseorang, yaitu kepercayaan individu bahwa ia mampu menyelesaikan
permasalahan yang ada dan mengendalikan hidupnya. Optimisme akan
menjadi hal yang sangat bermanfaat untuk individu bila diiringi dengan
self-efficacy, hal ini dikarenakan dengan optimisme yang ada seorang
individu terus didorong untuk menemukan solusi permasalahan dan terus
bekerja keras demi kondisi yang lebih baik (Reivich & Shatte, 2002).
d. Casual analysis
Causal analysis merujuk pada kemampuan individu untuk
mengidentifikasikan secara akurat penyebab dari permasalahan yang
mereka hadapi. Individu yang tidak mampu mengidentifikasikan penyebab
dari permasalahan yang mereka hadapi secara tepat, akan terus menerus
berbuat kesalahan yang sama.

37

Seligman (2002). mengidentifikasikan gaya berpikir explanatory


yang erat kaitannya dengan kemampuan causal analysis yang dimiliki
individu. Gaya berpikir explanatory dapat dibagi dalam tiga dimensi:
personal (saya-bukan saya), permanen (selalu-tidak selalu), dan pervasive
(semua-tidak semua).
e. Empathy
Empati sangat erat kaitannya dengan kemampuan individu untuk
membaca tanda-tanda kondisi emosional dan psikologis orang lain
(Reivich & Shatte, 2005). Beberapa individu memiliki kemampuan yang
cukup mahir dalam menginterpretasikan bahasa-bahasa nonverbal yang
ditunjukkan oleh orang lain, seperti ekspresi wajah, intonasi suara, bahasa
tubuh dan mampu menangkap apa yang dipikirkan dan dirasakan orang
lain. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki kemampuan berempati
cenderung memiliki hubungan sosial yang positif (Reivich &Shatte, 2002).
f. Self-Efficacy
Self-efficacy adalah hasil dari pemecahan masalah yang berhasil.
Self efficacy merepresentasikan sebuah keyakinan bahwa kita mampu
memecahkan masalah yang kita alami dan mencapai kesuksesan. Self
efficacy merupakan hal yang sangat penting untuk mencapi resiliensi
(Reivich & Shatte, 2002).
g. Reaching out
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, bahwa resiliensi lebih
dari sekedar bagaimana seorang individu memiliki kemampuan untuk

38

mengatasi kemalangan dan bangkit dari keterpurukan, namun lebih dari itu
resiliensi juga merupakan kemampuan individu meraih aspek positif dari
kehidupan setelah kemalangan yang menimpa (Reivich & Shatte, 2002).
Banyak individu yang tidak mampu melakukan reaching out, hal
ini dikarenakan mereka telah diajarkan sejak kecil untuk sedapat mungkin
menghindari kegagalan dan situasi yang memalukan. Mereka adalah
individu-ind ividu yang lebih memilih memiliki kehidupan standar
dibandingkan harus meraih kesuksesan namun harus berhadapan dengan
resiko kegagalan hidup dan hinaan masyarakat. Hal ini menunjukkan
kecenderungan individu untuk berlebih-lebihan (overestimate) dalam
memandang kemungkinan hal-hal buruk yang dapat

terjadi di masa

mendatang. Individu-individu ini memiliki rasa ketakutan untuk


mengoptimalkan kemampuan mereka hingga batas akhir.

Tabel 1. Distribusi Aitem Skala Resiliensi


No
1
2
3
4
5
6
7

Aspek
Emotion Regukation
Impulse Control
Optimism
Casual Analysis
Empathy
Self-efficacy
Reaching out
Jumlah

Aitem
Favorable
1, 8, 15
2, 9, 16
3, 10, 17
4, 11, 18
5, 12, 19
6, 13, 20
7, 14
20

Jumlah
3
3
3
3
3
3
2
20

39

2. Skala Insight
Skala Insight diambil berdasarkan Aspek-aspek insight pada individu
yang dijelaskan Kohler dalam Sanjaya (2006) adalah sebagai berikut;
Kesanggupan, Kesanggupan berkaitan dengan kemampuan inteligensi
individu. Pengalaman, Dengan belajar, individu akan mendapatkan suatu
pengalaman dan pengalaman itu akan menyebabkan munculnya insight. Taraf
kompleksitas dari suatu situasi, Semakin kompleks masalah, maka akan
semakin sulit untuk diatasi. Latihan, Latihan yang rutin akan meningkatkan
kemampuan insight dalam situasi yang bersamaan. Trial and Error, Apabila
seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah, seseorang akan melakukan
percobaan-percobaan hingga akhirnya menemukan insight untuk memecahkan
masalah tersebut.

Tabel 2. Distribusi Aitem skala Insight


No
1
2
3
4
5

Aspek
Kesanggupan
Pengalaman
Taraf kompleksitas dari suatu
situasi
Latihan
Trial and Error
Jumlah

Aitem
Favorable

Jumlah

1, 6, 11, 16
2, 7, 12, 17

4
4

3, 8, 13, 18

4, 9, 14, 19
5, 10, 15, 20
20

4
4
20

3. Skala Inisiatif
Skala inisiatif diambil dari aspek-aspek inisiatif yang di paparkan oleh Sund
dalam Slameto (2003) Inisiatif dalam penelitian ini dapat dilihat dalam proses

40

kegiatan pembelajaran. Inisiatif santri yang diamati meliputi; Dorongan rasa ingin
tahu yang tinggi, Keterampilan berfikir luwes, Keterampilan berfikir lancer,
Keterampilan berfikir orisinil, dan Berani mengambil resiko

Tabel 3. Distribusi Aitem skala Inisiatif


No

Aspek

Dorongan rasa ingin tahu yang


tinggi
Keterampilan berpikir fleksibel
Keterampilan berpikir lancer
(kritis)
Keterampilan berpikir orisinil
(kreatif)
Berani mengambil resiko
Jumlah

2
3
4
5

Aitem
Favorable

Jumlah

1, 6, 11, 16

2, 7, 12, 17
3, 8, 13, 18

4
4

4, 9, 14, 19

5, 10, 15, 20
20

4
20

F. Validitas dan Reliabilitas


Azwar (2004) mengatakan bahwa uji validitas alat ukur bertujuan untuk
mengetakui sejauh mana sekala yang digunakan mampu menghasilkan data yang
akurat sesuai dengan tujuannya. Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah validitas isi (content validity), validitas butir, dan validitas kontruksi
teoritis (construct validity). Menurut Azwar (2004) validitas isi ditentukan melalui
pendapat professional dalam telaah aitem dengan menggunakan spesifikasi yang
telah ada. Validitas butir bertujuan untuk mengetahui apakah butir atau aitem
yang digunakan baik atau tidak, yang dilakukan dengan mengkorelasikan skor

41

butir total. Sedangkan validitas konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan


alat ukur.
Reliabilitas

menunjukkan

konsistensi

atau

keterpercayaan

hasil

pengukuran suatu alat ukur. Hal ini ditunjukkan konsistensi skor yang diperoleh
sunjek yang diukur dengan alat yang sama (Azwar, 2004). Reliabilitas ini
dinyatakan dalam koefisien reliabilitas, dengan angka antara 0 sampai 1,00.
Semakin tinggi koefisien mendekati angka 1,00 berarti reliabilitas alat ukur
semakin tinggi. Sebaliknya alat ukur yang rendah ditandai dengan koefisiensi
reliabilitas yang mendekati angka 0 (Azwar,2004).
Uji reliabilitas dilakukan dengan konsistensi internal yaitu dengan
menggunakan teknik Alpha Cronbach. Alasan pengunaan teknik Alpha cronbach
karena dapat digunakan untuk menguji skala ataupun tes dengan tingkat
kesukaran yang seimbang dan dapat digunakan untuk butir-butir dikotomi atu
nirdikotomi (Hadi,2000).

G. Teknik Analisis Data


Analisis data yang dilakukan untuk pengolahan data penelitian adalah
dengan mengu8nakan analisis regresi untuk mengetahui seberapa besar hubungan
dan kemampuan prediksi kedua variable bebas (Insight dan Inisiatif) terhadap
variable tergantung (Resiliensi). Menurut Hadi (2000) analisis regresi digunakan
untuk mencari korelasi antara satu variable bebas (X) atau lebih dengan sebuah
variable terikat (Y). sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji

42

asumsi yang meliputi normalitas sebaran linearitas hubungan antara variable


bebas dan variable tergantung.

H. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas


1. Skala Resiliensi
Skala Resiliensi terdiri dari 20 butir dan terbagi dalam 7 faktor. Hasil
analisis butir didapatkan dari r hitung > r tabel untuk N = 60 = 0,250. Berdasarkan
hasil uji validitas menunjukkan terdapat 0 butir yang gugur.
Nama Konstrak : Resiliensi
Nama Faktor 1 : Emotion Regukation
Nama Faktor 2 : Impulse Control
Nama Faktor 3 : Optimism
Nama Faktor 4 : Casual Analysis
Nama Faktor 5 : Empathy
Nama Faktor 6 : Self-Efficacy
Nama Faktor 7 ; Reaching out

Tabel 4. Rangkuman Analisis Kesahihan Butir (N = 60)


Jumlah
Jumlah
Butir Gugur
Butir Sahih
0
3
0
3
0
3
0
3
3
0
3
3
0
3
3
0
2
2
Sumber Data : Hasil olah SPSS hal : 81

Faktor
1
2
3
4
5
6
7

Jumlah
Butir Awal
3
3
3

Corectted itemtotal correlation


0.556 0.716
0.498 0.569
0.615 0.701
0.532 0.577
0.415 0.464
0.439 0.702
0.455

43

Uji keandalan yang dilakukan dengan teknik Alpha Cronbachs didapatkan


hasil alpha = 0.934 dan hal tersebut dinyatakan andal.
2. Skala Insight
Skala Insight terdiri dari 20 butir dan terbagi dalam 5 faktor. Hasil analisis
butir didapatkan dari r hitung > r tabel untuk N = 60 = 0.250. Berdasarkan hasil
uji validitas menunjukkan terdapat 0 butir yang gugur.
Nama Konstrak : Insight
Nama Faktor 1 : Kesanggupan
Nama Faktor 2 : Pengalaman
Nama Faktor 3 : Taraf Kompleksifitas dari suatu situasi
Nama Faktor 4 : Latihan
Nama Faktor 5 : Trial and Error
Tabel 5. Rangkuman Analisis Kesahihan Butir (N = 60)
Jumlah
Jumlah Butir
Jumlah
Butir Awal
Gugur
Butir Sahih
4
0
4
4
0
4
4
0
4
4
1
3
4
0
4
Sumber Data : Hasil olah SPSS hal : 70

Faktor
1
2
3
4
5

Corectted itemtotal correlation


0.453 0.782
0.576 0.741
0.545 0.637
0.306 0.454
0.644 0.819

Uji keandalan yang dilakukan dengan teknik Alpha Cronbachs didapatkan


hasil alpha = 0.942 dan hal tersebut dinyatakan andal.

44

I. Skala Inisiatif
Skala Insight terdiri dari 20 butir dan terbagi dalam 5 faktor. Hasil analisis
butir didapatkan dari r hitung > r tabel untuk N = 60 = 0.250. Berdasarkan hasil
uji validitas menunjukkan terdapat 0 butir yang gugur.
Nama Konstrak : Inisiatif
Nama Faktor 1 : Dorongan rasa ingin tahu yang tinggi
Nama Faktor 2 : Keterampilan berpikir fleksibel
Nama Faktor 3 : Keterampilan berpikir lancer (kritis)
Nama Faktor 4 : Keterampilan berpikir orisinil (kreatif)
Nama Faktor 5 : Berani mengambil resiko
Tabel 5. Rangkuman Analisis Kesahihan Butir (N = 60)
Jumlah
Jumlah Butir
Jumlah
Butir Awal
Gugur
Butir Sahih
4
0
4
4
0
4
4
0
4
4
0
4
4
0
4
Sumber Data : Hasil olah SPSS hal : 76

Faktor
1
2
3
4
5

Corectted itemtotal correlation


0.373 0.546
0.529 0.612
0.535 0.700
0.447 0.706
0.445 0.620

Uji keandalan yang dilakukan dengan teknik Alpha Cronbachs didapatkan


hasil alpha = 0.939 dan hal tersebut dinyatakan andal.

Вам также может понравиться