Вы находитесь на странице: 1из 20

MENENTUKAN JUMLAH SIMETRI LIPAT PADA BANGUN DATAR

MENGGUNAKAN ORIGAMI
Rizalatul Falah
Jurusan Tadris Matematika
Fakultas Tarbiyan dan Ilmu Keguruan (FTIK)
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung
e-mail: rizalatulfalah@yahoo.co.id
ABSTRAK
Karya ilmiah ini bertujuan untuk membantu siswa SD kelas V dalam menentukan
jumlah simetri lipat pada bangun datar. Media pembelajaran yang digunakan
adalah origami. Sebelum menggunakan media origami penulis menemukan
beberapa hal yang menyebabkan siswa kesulitan dalam menentukan jumlah
simetri lipat pada bangun datar antara lain; siswa tidak mengenal konsep simetri
lipat, guru mengajar menggunakan metode ceramah dengan komunikasi satu arah
sehingga siswa hanya mendengar dan menghafal apa yang dikatakan oleh guru.
Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: (1) melalui pembelajaran
dengan media origami mampu mengenalkan konsep simetri lipat kepada siswa;
(2) dapat mempermudah siswa dalam menentukan jumlah simetri lipat; (3) siswa
bisa menemukan sendiri berapa jumlah simetri lipat pada tiap-tiap bangun datar
melalui pengalamannya sendiri. Pembelajaran ini dilakukan dengan tiga tahap,
yaitu: (i) tahap awal meliputi menyampaikan tujuan pembelajaran, menjelaskan
tentang manfaat dan keterampilan apa yang diperoleh setelah mengikuti
pembelajaran ini, kemudian membagikan origami kepada siswa, (ii) tahap inti
menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan siswa, serta meminta kepada
siswa untuk mencatat hal-hal yang diangap penting dan siswa dapat melakukan
percobaan sendiri, (iii) tahap akhir meliputi membuat kesimpulan dan evaluasi.
Kata Kunci : Simetri Lipat, Origami
ABSTRACT
This paper aims to help elementary school students in grade V in determining the
amount of symmetry in the wake fold flat. Instructional media used is origami.
Before using media origami authors found several things that cause students
difficulty in determining the amount of the flat wake fold symmetry, among
others; students are not familiar with the concept of fold symmetry, the teacher
taught using lecture method with one-way communication so that students just
listen and memorize what was said by the teacher. The expected results of this
research are: (1) through the medium of learning origami fold symmetry able to
introduce the concept to the students; (2) to facilitate students in determining the
amount of fold symmetry; (3) the students can find themselves how many fold

Rizalatul Falah
symmetry in each flat wake through his own experience. Learning is done in three
stages, namely: (i) the initial phase includes conveying learning objectives,
describes the benefits and skills acquired after following this study, then share
origami to students, (ii) the core stage describes the steps that must be done
students, and ask students to record things as may be necessary and students can
perform their own experiments, (iii) the final stage include making inferences and
evaluations.
Keywords: Fold Symmetry, Origami
PENDAHULUAN
Istilah matematika berasal dari kata Yunani mathein atau mathenein,
yang artinya mempelajari. Mungkin juga kata tersebut erat hubungannya dengan
kata Sansekerta medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan
atau inteligensi. Andi Hakim Nasution tidak menggunakan istilah ilmu pasti
dalam menyebut istilah ini. Kata ilmu pasti merupakan terjemahan dari bahasa
Belanda wiskunde. Penggunaan kata ilmu pasti atau wiskunde untuk
mathematics seolah olah membenarkan pendapat bahwa di dalam metematika
semua hal sudah pasti dan tidak dapat diubah lagi. Padahal kenyataannya
sebenarnya tidaklah demikian. Dalam matematika,banyak terdapat pokok bahasan
yang justru tidak pasti, misalnya dalam statistika ada probabilitas
(kemungkinan).1
Matematika, menurut Russefendi (1991), adalah symbol; ilmu deduktif
yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan,
dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke
aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.2 Mengacu pada definisi-definisi
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa matematika adalah suatu ilmu yang berisi
simbol-simbol yang yang dapat dibuktikan kebenarannya melalui perhitungan,
pengukuran, pengkajian, yang menggunakan nalar atau kemampuan berfikir
seseorang secara logika berdasarkan akal budi manusia dan bersifat sistematis.
Menurut R. Soejadi, ciri khusus atau karakteristik yang dapat merangkum
pengertian matematika secara umum adalah memiliki objek kajian yang abstrak3,
yakni yang menjadi objek dasar adalah pikiran. Objek dasar itu meliputi fakta,
konsep, dan prinsip. Dalam proses pembelajaran matematika, siswa dibiasakan
untuk memperoleh pemahaman melalui pengalamannya tentang sifat-sifat yang
dimiliki dan yang tidak dimiliki oleh sekumpulan objek (abstraksi) yang ada di
sekitar. Dengan pengamatan terhadap contoh-contoh tersebut diharapkan siswa

Moch. Masykur, Abdul Halim Fathani, Mathematical Intelegence:Cara Cerdas Melatih


Otak dan menanggulangi Kesulitan belajar, (Yogyakarta:AR-RUZZ MEDIA,2008), hal.43
2
Heruman. Model Pembelajaran Matimatika di Sekolah Dasar, (Bandung:PT.Remaja
Rosdakarya,2007), Hal. 1
3
R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (Jakarta:Dirjen Dikti,1999),
hal. 13

2|M e n e n t u k a n J u m l a h S i m e t r i L i p a t p a d a B a n g u n D a t a r . . .

Rizalatul Falah
mampu menangkap suatu konsep berdasarkan prinsip-prinsip yang ada. Dari
obyek dasar itulah dapat disusun suatu pola dan struktur matematika.
Selain itu, matematika disebut juga sebagai ilmu yang hanya diterima
pola pikirnya yang deduktif.4 Pola pikir deduktif dapat dikatakan pemikiran yang
berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal
yang bersifat khusus. Kebenaran dari suatu konsep atau pernyataan diperoleh
sebagai akibat yang logis dari kebenaran sebelumnya sehingga keterkaitan antara
konsep yang satu dengan konsep yang lainnya bersifat konsisten. Dalam
matematika sering terjadi bahwa aturan-aturan dicoba dibuktikan kebenarannya
sebelum ditetapkan sebagai aturan umum. Setelah kebenarannya terbukti, maka
aturan tersebut dapat dinyatakan sah dan diterapkan di dalam persoalan-persoalan
metematika. Namun tentu semuanya itu harus disesuaikan dengan perkembangan
kemampuan siswa, sehingga pada akhirnya akan sangat membantu kelancaran
proses pembelajaran matematika di sekolah.
Matematika merupakan subjek yang sangat penting dalam sistem
pendidikan di seluruh dunia. Negara yang mengabaikan pendidikan matematika
sebagai prioritas utama akan tertinggal dari kemajuan segala bidang (terutama
sains dan teknologi), dibanding dengan Negara lainnya yang memberikan tempat
bagi matematika sebagai subjek yang sangat penting.5 Ilmu metematika
merupakan ilmu dasar yang wajib diajarkan pada anak. Di Indonesia, matematika
sudah diajarkan sejak bangku SD, bahkan mungkin sejak play group atau
sebelumnya.
Secara detail, dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22
Tahun 2006, dijelaskan bahwa tujuan pelajaran matematika di sekolah adalah agar
peserta didik mampu mempersiapkan dirinya agar dapat mempergunakan
matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu
pengetahuan.6 Sesuai dengan tujuan tersebut, matematika memiliki peranan yang
sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Anak memerlukan matematika untuk
memenuhi kebutuhan praktis dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya berhitung, mengukur dan juga menafsirkan.
Sejalan dengan kemajuan jaman, tentunya ilmu pengetahuan semakin
berkembang. Perkembangan matematika berbanding lurus dengan kemajuan sains
dan teknologi. Supaya suatu negara bisa lebih maju, maka negara tersebut perlu
memiliki manusia-manusia yang melek akan teknologi. Untuk keperluan ini
tentunya mereka perlu belajar matematika sekolah terlebih dahulu karena
matematika memegang peranan yang sangat penting bagi perkembangan
teknologi itu. Tanpa bantuan matematika tidak mungkin terjadi perkembangan
teknologi seperti sekarang ini.
4

Ibid, hal. 13
Moch. Masykur,Abdul Halim Fathani, Mathematical hal. 41
6
Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Jakarta:UPI Press,2003),
5

hal.58

3|M e n e n t u k a n J u m l a h S i m e t r i L i p a t p a d a B a n g u n D a t a r . . .

Rizalatul Falah
Secara umum, tujuan diberikannya matematika di sekolah adalah untuk
mempersiapkan peserta didik agar bisa menghadapi perubahan kehidupan dan
dunia yang selalu berkembang. Hal itu bisa dicapai dengan melalui latihan-latihan
bertindak yang disertai dengan berfikir secara logis, rasional, praktis dan juga
kritis. Selain itu, siswa juga diharapkan agar bisa menerapkan ilmu matematika
dalam pembentukan pola pikir, sikap dan kepribadian yang baik. Dalam mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan, harus disusun konsep-konsep serta rencana
yang jelas dan terarah. Sehingga proses pembelajaran matematika dapat berjalan
sesuai tujuan yang diinginkan.
Adapun fungsi dari pembelajaran matematika di sekolah adalah untuk
mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan
menggunakan rumus matematika sederhana yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari melalui materi bilangan, pengukuran, dan geometri serta
mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa
melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan
matematika.7 Dengan mempelajari matematika, siswa bisa berfikir dengan lebih
cermat, teliti, sistematis, kritis, dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil suatu
keputusan.
Siswa Sekolah Dasar pada umumnya berkisar 6 atau 7 tahun sampai 13
tahun. Menurur Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret.8
Kemampuan yang tampak pada fase operasional konkrit ini adalah kemampuan
dalam proses berfikir secara nalar, yakni berdasarkan pada pengamatan melalui
benda-benda atau objek-objek nyata yang ada di sekitar siswa.
Dilihat dari usia perkembangannya, siswa SD masih terikat dengan objek
konkret yang dapat ditangkap oleh panca indra. Oleh karena itu dalam
mengembangkan kreativitas dan kompetensi siswa, guru hendaknya dapat
menyajikan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai dengan pola pikir siswa.
Guru juga harus memahami bahwa kemampuan antar siswa itu berbeda-beda
dalam menguasai pelajaran matematika.
Berdasarkan dari hasil penelitian di Indonesia, ditemukan bahwa tingkat
penguasaan peserta didik dalam matematika pada semua jenjang pendidikan
masih sekitar 34%. Ini sangat memprihatinkan. Anggapan masyarakat khususnya
dikalangan pelajar, matematika masih merupakan mata pelajaran sulit,
membingungkan bahkan sangat ditakuti oleh sebagian besar pelajar.9 Akibatnya,
matematika tidak lagi menjadi disiplin ilmu yang objektif-sistematis, tetapi justru
menjadi bagian yang sangat subjektif dan kehilangan sifat netralnya.
Kata bangun datar tentu sudah tidak asing lagi bagi kita. Bangun datar
atau bidang datar merupakan bangun berdimensi dua dengan permukaan datar

Sunaryo, Modul Pembelajaran Inklusif Gender, (Jakarta:LAPIS,2010), hal. 596


Heruman. Model hal 1
9
Moch. Masykur,Abdul Halim Fathani, Mathematical hal. 34
8

4|M e n e n t u k a n J u m l a h S i m e t r i L i p a t p a d a B a n g u n D a t a r . . .

Rizalatul Falah
atau rata.10 Bangun datar bisa juga disebut sebagai bangun dua dimensi yang
dibatasi oleh garis lurus atau lengkung saja, sehingga hanya memiliki panjang dan
lebar. Macam-macam bangun datar antara lain persegi, persegi panjang, segitiga,
jajar genjang, trapesium, layang-layang, belah ketupat, segilima dan lingkaran.
Pengenalan berbagai macam bentuk bangun datar bukan merupakan topik yang
terlalu sulit untuk diajarkan. Materi ini juga sudah dikenalkan sejak siswa kelas 3
SD. Akan tetapi guru kadang tidak memperhatikan batasan sejauh mana materi
yang perlu diberikan kepada siswa. Apalagi mengenai pokok bahasan simetri
lipat. Jika suatu bangun dilipat dan sisi lipatannya saling berimpit dengan tepat,
maka bangun tersebut mempunyai simetri lipat.11
Berdasarkan pengalaman di lapangan, sering kali guru memberitahu
berbagai jumlah simetri lipat pada bangun datar kepada siswa. Sehingga siswa
hanya belajar mengenai simetri lipat melalui metode hafalan saja. Bahkan ada
juga guru yang hanya menyuruh siswa untuk membayangkan saja terkait dengan
materi itu. Sehingga siswa kurang memahami konsep dari materi tersebut. Dalam
proses pembelajaran melalui metode menghafal, siswa cenderung akan
menemukan penguasaan materi pengetahuan atau fakta-fakta tanpa memperoleh
arti terhadap pengetahuan tersebut. Seorang murid yang mempelajari sesuatu
dengan menghapalkannya, dia hanya akan menguasai hal itu secara verbal tanpa
mengetahui makna sebenarnya.
Melalui pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat
bantu yang berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang
disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa.
Konsep abstrak yang baru dipahami siswa segera diberi penguatan, agar melekat
pada pola pikir dan pola tindakan siswa. Untuk itu diperlukan pembelajaran
melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat
fakta saja, karena hal itu akan mudah untuk dilupakan siswa.
Langkah yang paling tepat agar siswa lebih memahami konsep tentang
simetri lipat pada bangun datar adalah dengan menggunakan media origami.
Origami mudah didapatkan, sehingga tidak akan menyulitkan siswa. Selain itu,
origami terdiri dari beberapa warna yang sangat menarik, sehingga tidak membuat
siswa merasa bosan. Melalui origami siswa diberi arahan untuk membuat suatu
pola bangun datar dan bagaimana cara mencari jumlah simetri lipat pada bangun
datar tersebut. Sebelumnya siswa juga harus mengetahui pula apa itu sumbu
simetri. Sumbu simetri adalah garis yang membagi suatu bangun menjadi dua
bagian sama besar. Untuk mencari simetri lipat pada suatu bangun datar, siswa
dapat membuat percobaan dengan membuat potongan kertas yang ukurannya
mirip dengan bangun yang akan diujikan. Jika suatu bangun dapat dilipat menjadi
10
Sri Subarinah, Inovasi pembelajaran Matematika Sekolah Dasar.
(Jakarta:DEPDIKNAS,2006), hal. 127
11
Y. D. Sumanto, Heny kusmawati dan Nur Aksin, Gemar matematika 5,
(Surabaya:UD. UTAMA PRIMA,2008), Hal 170.

5|M e n e n t u k a n J u m l a h S i m e t r i L i p a t p a d a B a n g u n D a t a r . . .

Rizalatul Falah
dua bagian yang sama sehingga bagian yang satu dapat menutupi bagian yang
satunya dengan tepat, maka bangun tersebut dikatakan memiliki simetri lipat.
Dengan begitu siswa bisa memahami konsep tentang simetri lipat melalui
pengalamannya sendiri.
KAJIAN TEORI
A. Media dalam Pembelajaran
1. Pengertian media dalam pembelajaran
Kata media, berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah
berarti tengah, perantara atau pengantar. Secara lebih khusus,
pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai
alat-alat grafis, photo grafis, atau elektronis untuk menangkap, memproses,
dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Disamping sebagai
sistem penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata
mediator menurut Fleming (1987: 234) adalah penyebab atau alat yang turut
campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah
mediator, media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur
hubungan yang efektif antara dua pihak yang utama dalam proses belajarsiswa dan isi pelajaran.12 Menurut teknologi dan komunikasi pendidikan
(Association of Education and Communication technology /AECT)
mendefinisikan media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan
orang untuk menyalurkan pesan atau infomasi.13
Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang
bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka
media itu disebut media pembelajaran. Kata media pembelajaran sering
pula dimanfaatkan di dalam kegiatan belajar. Bahkan kata media
pembelajaran digantikan dengan istilah-istilah seperti alat pandang-dengar,
bahan pengajaran, komunikasi pandang-dengar, teknologi pendidikan, alat
peraga dan media penjelas. Dengan begitu maka media adalah bagian yang
tak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan
pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada
khususnya. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
(bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran,
dan perasaan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai
tujuan belajar.
2. Fungsi media dalam pembelajaran
Penggunaan media pembelajaran dapat membantu meningkatkan
pemahaman dan daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang dipelajari.
12
13

hal. 6

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran. (Jakarta:PT. Rajagrafindo Persada.2002), hal 3


Arief S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006),

6|M e n e n t u k a n J u m l a h S i m e t r i L i p a t p a d a B a n g u n D a t a r . . .

Rizalatul Falah
Berikut ini fungsi-fungsi dari penggunaan media pembelajaran menurut
Asnawir dan Usman (2002):14 (a) membantu memudahkan belajar bagi
siswa dan membantu memudahkan mengajar bagi guru; (b) memberikan
pengalaman lebih nyata (yang abstrak dapat menjadi lebih konkrit); (c)
menarik perhatian siswa lebih besar (kegiatan pembelajaran dapat berjalan
lebih menyenangkan dan tidak membosankan); (d) semua indra siswa dapat
diaktifkan; (e) lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar
Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi
pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan
penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan
motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa
meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan
terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.15
Salah satu fungsi dari media pembelajaran adalah sebagai alat bantu
mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar
yang ditata dan diciptakan oleh guru. Dalam memilih media pembelajaran,
harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang
diharapkan siswa sesuai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks
pembelajaran termasuk karakteristik siswa.
3. Manfaat media dalam pembelajaran
Beberapa manfaat media pembelajaran menurut Nana Sudjana dan
Ahmad Rivai (1992) adalah:16 (a) pembelajaran akan lebih menarik
perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; (b) bahan
pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh
siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik;
(c) metode pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa
tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar
untuk setiap jam pelajaran; (d) siswa lebih banyak melakukan kegiatan
belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas
lain seperti pengamatan, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
Maka dapat diambil kesimpulan bahwa manfaat dari penggunaan
media pembelajaran didalam proses belajar mengajar adalah bahan
pembelajaran akan menjadi lebih jelas maknanya sehingga menumbuhkan
14

hal 24-25

15
16

Asnawir dan Basyirudin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002),

Azhar Arsyad, Media hal 15


Ibid hal 24-25

7|M e n e n t u k a n J u m l a h S i m e t r i L i p a t p a d a B a n g u n D a t a r . . .

Rizalatul Falah
motivasi siswa untuk belajar dan materi yang diajarkan akan lebih jelas,
cepat dipahami sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa.
B. Pembelajaran Menggunakan Media Origami
1. Pengertian Origami
Origami adalah seni melipat kertas. Sementara di USA terkenal dengan
paper folding dan di Spanyol dikenal dengan Papiroflexia. Kata Origami
sendiri diambil dari bahasa Jepang, yaitu Ori yang berarti melipat dan
gami diambil dari kata benda Kami yang berarti kertas. Namun, hal ini
bukan berarti origami diciptakan di Jepang. Origami pertama ditemukan di
Cina perkiraan abad pertama atau kedua dan kemudian menyebar ke Jepang
sekitar abad keenam. Di Jepang origami berkembang secara pesat dan
menjadi kebudayaan, bahkan setiap aspek kehidupan orang Jepang selalu
mengaitkan dengan origami. Mulai dari kehidupan sehari-hari hingga
perayaan keagamaan mereka, hal ini membuat seni melipat kertas di dunia
lebih dikenal dengan nama ORIGAMI.17 Tokoh Origami antara lain
Tomoko Fuse, Robert J.Lang, Akira Yozhizawa, Kusho Uchiyama, Ihara
Saikaku, dll. Sedangkan seniman origami antara lain adalah Chris Palmer,
Eric Gjerde, Polly Verity, Joel Cooper, Christine Edison, Ray Schamp,
Roberto Gretter, Goran Konjevod, Cristiane Bettens, dll.18
2. Manfaat Origami
Sebagai hobi, origami memang terlihat sepele, tapi jika dilihat
sebagai sesuatu yang mendidik, origami akan bermakna sangat besar. Ada
berbagai macam manfaat yang diperoleh dari seni lipat-melipat ini antara
lain adalah ada sebuah thesis untuk gelar PhD yang meneliti tentang manfaat
origami bagi seseorang. Di situ tercatat ada sepuluh manfaat origami,
yaitu: pembentukan kemampuan motorik yang lebih sempurna pada kedua
tangan, peningkatan kemampuan intelektual, peningkatan kemampuan daya
kreatif, merangsang kinerja seimbang antara bagian otak kiri dan kanan,
peningkatan daya imajinasi, meningkatkan kemampuan memusatkan
perhatian (boleh dibilang meningkatkan konsentrasi), meningkatan
kemampuan daya ingat (memori), melatih kesabaran, memberikan
pengalaman emosional dan estetis, dan tentu saja membuat seseorang bisa
lebih menghargai kenikmatan, kepuasan, dan kebanggaan akan hasil
kerjanya.
Sebuah situs khusus origami juga menunjukkan manfaat origami
dalam kaitannya dengan pendidikan. Yang pertama, origami dapat
17

Mawar Oktaringga, 2012, Antara Matematika dan Origami, yang termuat dalam
file:///C:/Users/USERPC/Documents/simetri/Math%20Science%20Information%20%20Antara%2
0Matematika%20dan%20Origami.htm diakses pada tanggal 24 September 2014 jam 7:26:12
18
Rendi, 2011, Origami, yang termuat dalam file:///C:/Users/USERPC/Documents/Origami.htm diakses pada tanggal 6 November 14 jam ::

8|M e n e n t u k a n J u m l a h S i m e t r i L i p a t p a d a B a n g u n D a t a r . . .

Rizalatul Falah
meningkatkan kemampuan matematika. Dalam proses lipat-melipat pasti
terjadi perhitungan, membagi kertas dalam dua atau beberapa lipatan, atau
bagaimana membagi kertas tersebut menjadi beberapa bagian yang sama
besar. Setelah itu ketika sebuah hasil lipatan origami yang sudah jadi dibuka
kembali, akan terlihat pola-pola simetris dari garis bekas lipatan. Hal ini
membantu seseorang (terlebih anak-anak) dalam mengenali pola dan konsep
bentuk atau bangun geometris.19 Yang kedua, origami juga membantu
mengajarkan berbagai konsep matematika. Para guru dapat menggunakan
origami untuk mengajarkan berbagai konsep matematika karena
menciptakan selembar kertas yang datar menjadi bentuk tiga dimensi adalah
suatu cara yang baik untuk menarik perhatian anak-anak dan mereka belajar
keahlian dan konsep-konsep tertentu sambil bermain. Melalui origami anakanak dapat belajar mengenali bentuk geometri, memahami simetri, serta
memahami pembagian dan proporsi.20
3. Origami dalam Pembelajaran Matematika Simetri Lipat pada Bangun Datar
Media pembelajaran yang sangat tepat digunakan untuk menghitung
atau menentukan jumlah simetri lipat pada bangun datar adalah dengan
origami. Di dalam pelajaran matematika, origami dapat digunakan sebagai
media pembelajaran yang berkaitan dengan materi bentuk, ukuran, warna,
mengembangkan konkruensi, kesebangunan, simetri, sudut, pecahan dan
lain-lain.
Langkah-langkah untuk mencari simetri lipat menggunakan origami
tidaklah sulit, yakni; (a) siswa menggambar pola bangun datar yang akan
dicari simetri lipatnya pada origami; (b) siswa menggunting pola tersebut
sepanjang kelilingnya; (c) siswa melipat-lipat pola yang sudah jadi itu
sampai bagian yang satu berimpit dengan bagian yang lainnya dengan tepat
atau sampai terbentuk dua bangun yang simetris; (d) buka lipatan kertas
tersebut dan pada setiap bekas lipatannya beri garis putus-putus untuk
menunjukkan sumbu simetrinya; (e) siswa harus melakukan berulang kali
sampai tidak ada sumbu simetri yang sama atau rangkap; (f) hitung semua
sumbu simetri yang terbentuk. Jumlah sumbu simetri lipat yang terbentuk
sama dengan jumlah simetri lipat pada bangun datar tersebut.
C. Konsep simetris dan sumbu simetri pada bangun datar di Sekolah Dasar

19

Mas Sugeng, 2013, Manfaat Origami, yang termuat dalam file:///C:/Users/USERPC/Documents/Manfaat%20Origami%20_%20Mimiracle.htm diakses pada tanggal November
jam 6:21:47
20
Pelangi Bunda, 2013, Origami dan Manfaatnya Untuk Kecerdasan Anak, yang termuat
dalam
file:///C:/Users/USERPC/Documents/simetri/Origami%20dan%20manfaatnya%20untuk%20kecer
dasan%20anak%20_%20Pelangi%20Bunda.htm diakses pada tanggal 30 Oktober jam
::

9|M e n e n t u k a n J u m l a h S i m e t r i L i p a t p a d a B a n g u n D a t a r . . .

Rizalatul Falah
Konsep adalah suatu kelas atau kategori objek-objek yang memiliki
ciri-ciri umum.21 Soejadi menjelaskan bahwa konsep dalam matematika
adalah ide abstrak yang memungkinkan seseorang dapat mengklasifikasikan
objek-objek atau kejadian-kejadian tertentu, apakah objek-objek atau
kejadian-kejadian itu merupakan contoh atau bukan contoh.22
Menurut Imam Roji bangun datar adalah bagian dari bangun datar yang
dibatasi oleh garis-garis lurus atau lengkung. Sedangkan menurut Julius
Hambali bangun datar dapat didefinisikan sebagai bangun yang rata yang
mempunyai dua dimensi yaitu panjang dan lebar, tetapi tidak mempunyai
tinggi atau tebal. Mengacu pada definisi-definisi tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa bangun datar merupakan bangun dua dimensi yang hanya
memiliki panjang dan lebar, yang dibatasi oleh garis lurus atau lengkung.
Suatu bangun dikatakan simetris jika bangun tersebut dapat dibagi
menjadi dua bagian yang sama besar (konkruen).23 Garis simetri atau sumbu
simetri bangun datar adalah garis yang membagi bangun datar menjadi dua
bagian yang sama besar (simetris).24 Simetri lipat adalah jumlah lipatan yang
dapat dibentuk oleh suatu bidang datar menjadi dua bagian yang sama besar.
PEMBAHASAN
A. Penyebab Siswa Kesulitan dalam Menentukan Jumlah Simetri Lipat Pada
Bangun Datar
Dalam menentukan jumlah simetri lipat pada bangun datar seringkali
siswa mengalami kesulitan. Kesulitan tersebut disebabkan oleh beberapa hal,
antara lain karena siswa tidak mengenal konsep simetri lipat, guru mengajarnya
menggunakan metode ceramah dengan komunikasi satu arah sehingga siswa
hanya menghafal apa yang dikatakan oleh guru. Kesulitan yang dihadapi siswa
dalam menentukan jumlah simetri lipat juga dikemukakan oleh Tsunade
Haruna Mabrura dalam skripsi yang menyatakan bahwa Hal ini terjadi juga
pada kelas IVA SD Negeri 14 Indralaya Utara, terbukti pada tes awal yang
dilaksanakan pada tanggal 17 Januari 2014, hasilnya dari 22 siswa, hanya 5
siswa yang berhasil mengerjakan atau presentase 21,7 %. Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) pelajaran matematika di SD 14 Indralaya Utara adalah 60.
Nilai tertinggi yang diperoleh kelas IVA adalah 60 dan yang terendah 10
dengan menggunakan rentang nilai (0 sampai 100). Melihat rendahnya hasil
presentase tes yang dikerjakan oleh siswa, maka dapat disimpulkan bahwa
siswa kelas IVA belum memahami tentang materi simetri lipat.

21

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.(Jakarta;PT


Bumi Aksara,2006),hal 162
22
R. Soejadi, Kiat , hal. 4
23
Tim Bina Karya Guru, Terampil Berhitung Matematika untuk SD Kelas IV.
(Jakarta:Erlangga.2006), hal. 199
24
Ibid hal. 204

10 | M e n e n t u k a n J u m l a h S i m e t r i L i p a t p a d a B a n g u n D a t a r . . .

Rizalatul Falah
Adapun peneliti menemukan kesulitan-kesulitan yang di hadapi oleh
siswa kelas IVA SD Negeri 14 Inderalaya Utara mengenai tentang simetri lipat
yaitu: (1) Siswa tidak mengenal konsep simetri lipat (2) Siswa memerlukan
waktu yang lama untuk menemukan jawaban atas soal-soal yang diberikan,
sehingga hasil belajar kurang maksimal.
Penyebab kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa saat mengerjakan soal
tentang simetri lipat, dari hasil pengamatan dan wawancara peneliti dengan
guru kelas IVA SD Negeri 14 Indralaya Utara disebabkan oleh beberapa faktor:
(1) terkadang guru mengajar masih satu arah (2) guru menggunakan metode
ceramah saja tanpa menggunakan benda-benda yang ada di lingkungan
sekitar.25
Berdasarkan kenyatan yang ada di lapangan, sering kali guru mengajar
masih satu arah. Banyak guru yang memberitahu berbagai jumlah simetri lipat
pada bangun datar kepada siswa. Sehingga siswa hanya belajar mengenai
simetri lipat melalui metode hafalan saja. Bahkan ada juga guru yang hanya
menyuruh siswa untuk membayangkan saja terkait dengan materi itu. Sehingga
siswa kurang memahami konsep dari materi tersebut. Dalam proses
pembelajaran melalui metode menghafal, siswa cenderung akan menemukan
penguasaan materi pengetahuan atau fakta-fakta tanpa memperoleh arti
terhadap pengetahuan tersebut. Untuk itu dalam pembelajaran, diperlukan suatu
perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta
saja, karena hal itu akan mudah untuk dilupakan siswa.
Penyebab yang lain yaitu, dalam mengajar guru hanya menggunakan
metode ceramah atau secara lisan saja tanpa menggunakan benda-benda yang
ada di lingkungan sekitar. Cara ini kadang terkesan membosankan, maka dalam
pelaksanaannya memerlukan ketrampilan tertentu, agar penyajiannya tidak
membosankan dan dapat menarik perhatian siswa. Terkadang siswa juga
kurang menangkap maksud dari apa yang dikatakan oleh guru, sehingga
pembelajaran tersebut kurang bermakna dan akhirnya mengarah ke verbalisme.
B. Cara Mengatasi Kesulitan Siswa dalam Menentukan Jumlah Simetri
Lipat pada Bangun Datar
Bangun datar atau bidang datar merupakan bangun berdimensi dua
dengan permukaan datar atau rata.26 Bangun datar bisa juga disebut sebagai
bangun berdimensi dua yang dibatasi oleh garis lurus atau lengkung saja,
sehingga hanya memiliki panjang dan lebar tanpa memiliki tinggi atau tebal.

25

Tsunade Haruno Mabrura, 2014, Skripsi, yang termuat dalam file:///C:/Users/USERPC/Documents/simetri/skripsi%20simetri%20lipat.htm diakses pada tanggal Oktober jam
7:15:21
26
Sri Subarinah, Inovasi pembelajaran Matematika Sekolah Dasar.
(Jakarta:DEPDIKNAS,2006), hal. 127

11 | M e n e n t u k a n J u m l a h S i m e t r i L i p a t p a d a B a n g u n D a t a r . . .

Rizalatul Falah
Macam-macam bangun datar antara lain persegi, persegi panjang, segitiga, jajar
genjang, trapesium, layang-layang, belah ketupat, segilima dan lingkaran.
Melihat rendahnya presentase keberhasilan siswa dalam belajar
matematika mengenai materi simetri lipat tersebut, maka perlu dipikirkan lagi
bagaimana cara merancang suatu pembelajaran yang menarik serta mampu
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain itu, siswa juga diharapkan
agar siswa bisa menemukan konsep permasalahan yang akan dicari dan tidak
merasa bosan dengan pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Menurut
penulis, cara yang paling efektif untuk mengatasi kesulitan siswa dalam
menentukan jumlah simetri lipat pada bangun datar adalah dengan
menggunakan kertas origami. Selain mudah didapatkan, kertas origami terdiri
dari bermacam-macam warna sehingga dalam pembelajaran ini tidak
menimbulkan kebosanan pada siswa.
Cara penggunaanya media origami ini pun sangat mudah, yakni siswa
melipat-lipat kertas tersebut agar menjadi dua bagian yang sama besar. Jika
suatu bangun dilipat menjadi dua, sehingga lipatan yang satu dapat menutup
bagian yang lain dengan tepat, maka dikatakan bangun tersebut memiliki
simetri lipat. Sebelumnya siswa juga harus mengetahui pula apa itu sumbu
simetri. Sumbu simetri adalah garis yang membagi suatu bangun menjadi dua
bagian sama besar. Jumlah sumbu simetri yang terbentuk sama dengan jumlah
simetri lipat yang dimiliki bangun datar tersebut.
1. Persegi
Jumlah simetri lipat pada bangun persegi dapat dicari dengan
menggunakan kertas origami. Langkah-langkah yang harus dilakukan
antara lain sebagai berikut:
a. Gambar pola persegi pada kertas origami, kemudian gunting pola
tersebut sepanjang kelilingnya.

b. Lipatlah kertas menjadi dua bagian tepat berimpit satu dengan lainnya.
Buka lipatan kertas, amati bekas lipatan yang ada. Dan tandai garis
lipatan dengan garis putus-putus untuk menunjukkan sumbu simetrinya.
dilipat

dibuka

c. Lipatlah ke arah yang lain apabila masih ada arah lipatan yang lain dan
tandai bekas lipatan dengan garis putus-putus.
dilipat

dibuka
dilipat

12 | M e n e n t u k a n J u m l a h S i m e t r i L i p a t p a d a B a n g u n D a t a r . . .

Rizalatul Falah

dilipat

dibuka

dibuka

d. Apabila sudah tidak ada arah lipatan yang lain, hitung bekas lipatan
yang diperoleh. Hasil lipatan menunjukkan bahwa persegi mempunyai
4 simetri sumbu simetri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa persegi
memiliki 4 simetri lipat.
2. Persegi Panjang
Untuk mencari jumlah simetri lipat pada persegi panjang, bisa dilakukan
seperti pada saat mencari simetri lipat pada persegi. Langkah-langkahnya
sebagai berikut
a. Gambar pola persegi panjang pada kertas origami, kemudian gunting
pola tersebut sepanjang kelilingnya.

b. Lipatlah kertas menjadi dua bagian tepat berimpit satu dengan lainnya.
Buka lipatan kertas, amati bekas lipatan yang ada. Dan tandai garis
lipatan dengan garis putus-putus untuk menunjukkan sumbu
simetrinya.
dilipat

dibuka

c. Lipatlah ke arah yang lain apabila masih ada arah lipatan yang lain dan
tandai bekas lipatan dengan garis putus-putus.
dilipat

dibuka

d. Apabila sudah tidak ada arah lipatan yang lain, hitung bekas lipatan
yang diperoleh. Hasil lipatan menunjukkan bahwa persegi panjang
mempunyai 2 sumbu simetri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
persegi panjang memiliki 2 simetri lipat.
3. Segitiga
Dilihat dari panjang sisinya segitiga dibagi menjadi 4 , yakni:
a. Segitiga Samasisi

13 | M e n e n t u k a n J u m l a h S i m e t r i L i p a t p a d a B a n g u n D a t a r . . .

Rizalatul Falah
Pada segitiga samasisi bisa dicari simetri lipatnya dengan langkahlangkah seperti berikut.
1. Gambar pola segitiga samasisi pada kertas origami, lalu gunting.

2. Lipatlah kertas menjadi dua bagian tepat berimpit satu dengan


lainnya. Buka lipatan kertas, amati bekas lipatan yang ada. Dan
tandai garis lipatan dengan garis putus-putus.

dilipat

dibuka

3. Lipatlah ke arah yang lain apabila masih ada arah lipatan yang lain
dan tandai bekas lipatan dengan garis putus-putus.
dilipat

dibuka
dilipat

dibuka

4. Apabila sudah tidak ada arah lipatan yang lain, hitung bekas lipatan
yang diperoleh. Hasil lipatan menunjukkan bahwa segitiga
samasisi mempunyai 3 sumbu simetri. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa segitiga samasisi memiliki 3 simetri lipat.
b. Segitiga Samakaki
Pada segitiga samakaki bisa dicari simetri lipatnya dengan langkahlangkah seperti berikut.
1. Gambar pola segitiga samakaki pada kertas origami, lalu gunting.

2. Lipatlah kertas menjadi dua bagian tepat berimpit satu dengan


lainnya. Buka lipatan kertas, amati bekas lipatan yang ada. Dan
tandai garis lipatan dengan garis putus-putus.
dilipat

dibuka

3. Karena sudah tidak ada arah lipatan yang lain, maka dapat
disimpulkan bahwa segitiga samakaki mempunyai 1 sumbu simetri
dan 1 simetri lipat.
14 | M e n e n t u k a n J u m l a h S i m e t r i L i p a t p a d a B a n g u n D a t a r . . .

Rizalatul Falah
c. Segitiga Siku-siku

Dengan menggunakan origami, diperoleh bahwa segitiga siku-siku


tidak memiliki sumbu simetri dan simetri lipat.
d. Segitiga Sembarang

Dengan menggunakan origami, diperoleh bahwa segitiga sembarang


tidak memiliki sumbu simetri dan simetri lipat, karena apabila pola
segitiga sembarang dilipat ke segala arah tidak akan ada kesimetrisan
bagian yang satu dengan bagian yang lain.
4. Jajar Genjang

Dengan menggunakan origami, diperoleh bahwa bangun jajar genjang


tidak memiliki sumbu simetri dan simetri lipat.
5. Trapesium
Dengan origami jumlah simetri lipat pada trapesium dapat dicari dengan
langkah-langkah sebagai berikut
a. Gambar pola trapesium pada kertas origami, lalu gunting.

b. Lipatlah kertas menjadi dua bagian tepat berimpit satu dengan lainnya.
Buka lipatan kertas, amati bekas lipatan yang ada. Dan tandai garis
lipatan dengan garis putus-putus.
dilipat

dibuka

c. Karena sudah tidak ada arah lipatan yang lain, maka dapat disimpulkan
bahwa trapesium mempunyai 1 sumbu simetri dan 1 simetri lipat.
6. Layang-layang
Pada layang-layang dapat dicari jumlah simetri lipatnya dengan
menggunakan origami. Langkahnya adalah sebagai berikut
a. Gambar pola layang-layang pada kertas origami, lalu gunting.

15 | M e n e n t u k a n J u m l a h S i m e t r i L i p a t p a d a B a n g u n D a t a r . . .

Rizalatul Falah
b. Lipatlah kertas menjadi dua bagian tepat berimpit satu dengan lainnya.
Buka lipatan kertas, amati bekas lipatan yang ada. Dan tandai garis
lipatan dengan garis putus-putus untuk menunjukkan sumbu simetrinya.
dilipat

dibuka

c. Karena sudah tidak ada arah lipatan yang lain, maka dapat disimpulkan
bahwa layang-layang mempunyai 1 sumbu simetri dan 1 simetri lipat.
7. Belah ketupat
Simetri lipat pada belah ketupat dapat dicari dengan menggunakan kertas
origami. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut
a. Gambar pola belah ketupat pada kertas origami, lalu gunting.

b. Lipatlah kertas menjadi dua bagian tepat berimpit satu dengan lainnya.
Buka lipatan kertas, amati bekas lipatan yang ada. Dan tandai garis
lipatan dengan garis putus-putus untuk menunjukkan sumbu
simetrinya.
dilipat

dibuka

c. Lipatlah ke arah yang lain apabila masih ada arah lipatan yang lain dan
tandai bekas lipatan dengan garis putus-putus.
dilipat

dibuka

d. Apabila sudah tidak ada arah lipatan yang lain, hitung bekas lipatan
yang diperoleh. Hasil lipatan menunjukkan bahwa belah ketupat
mempunyai 2 sumbu simetri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
segitiga samasisi memiliki 2 simetri lipat.
8. Segilima
Simetri lipat pada segilima dapat dicari dengan menggunakan kertas
origami. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut
a. Gambar pola segilima pada kertas origami, lalu gunting.

b. Lipatlah kertas menjadi dua bagian tepat berimpit satu dengan lainnya.
Buka lipatan kertas, amati bekas lipatan yang ada. Dan tandai garis
lipatan dengan garis putus-putus untuk menunjukkan sumbu
simetrinya.
16 | M e n e n t u k a n J u m l a h S i m e t r i L i p a t p a d a B a n g u n D a t a r . . .

Rizalatul Falah

dilipat

dibuka

c. Lipatlah ke arah yang lain apabila masih ada arah lipatan yang lain dan
tandai bekas lipatan dengan garis putus-putus.
dilipat

dibuka
dilipat

dilipat

dibuka

dibuka

dilipat

dibuka

d. Apabila sudah tidak ada arah lipatan yang lain, hitung bekas lipatan
yang diperoleh. Hasil lipatan menunjukkan bahwa segilima
mempunyai 5 sumbu simetri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
segilima memiliki 5 simetri lipat.
9. Lingkaran
Simetri lipat pada lingkaran dapat dicari dengan menggunakan kertas
origami. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut
a. Gambar pola lingkaran pada kertas origami, lalu gunting.

b. Lipatlah kertas menjadi dua bagian tepat berimpit satu dengan lainnya.
Buka lipatan kertas, amati bekas lipatan yang ada. Dan tandai garis
lipatan dengan garis putus-putus untuk menunjukkan sumbu simetrinya.
dilipat

dibuka

c. Lipatlah ke arah yang lain apabila masih ada arah lipatan yang lain dan
tandai bekas lipatan dengan garis putus-putus.
dilipat

dibuka

17 | M e n e n t u k a n J u m l a h S i m e t r i L i p a t p a d a B a n g u n D a t a r . . .

Rizalatul Falah
dilipat

dilipat

dibuka

dibuka

dilipat

dibuka
dilipat

dilipat

dibuka

dibuka

dilipat

dibuka

d. Apabila kertas tersebut dilipat ke segala arah maka hasilnya


menunjukkan bahwa lingkaran dapat dilipat ke arah mana saja dengan
bagian yang atas tepat menutupi bagian yang bawah dengan tepat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa lingkaran memiliki tak terhingga
sumbu simetri dan tak terhingga simetri lipat.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penyebab siswa kesulitan dalam menentukan jumlah simetri lipat antara
lain karena siswa tidak mengenal konsep simetri lipat, guru dalam
mengajar menggunakan komunikasi satu arah sehingga siswa hanya
menghafal apa yang dikatakan oleh guru, dan juga guru mengajar
dengan metode ceramah saja tanpa menggunakan benda-benda yang ada
di lingkungan sekitar.
2. Cara yang paling efektif untuk menjawab rumusan di atas adalah dengan
menggunakan media origami. Melalui origami diperoleh berbagai
macam jumlah simetri lipat pada bangun datar sebagai berikut
No
Bangun Datar
Sumbu Simetri
Simetri lipat
1
Persegi
4
4
2
Persegi panjang
2
2
18 | M e n e n t u k a n J u m l a h S i m e t r i L i p a t p a d a B a n g u n D a t a r . . .

Rizalatul Falah
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
B. Saran

Segitiga samasisi
Segitiga samakaki
Segitiga siku-siku
Segitiga sembarang
Jajar genjang
Belah ketpat
Layang-layang
Trapesium
Segilima
Lingkaran

3
1
2
1
1
5
Tak terhingga

3
1
2
1
1
5
Tak terhingga

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat penulis


sampaikan adalah sebagai berikut :
1. Bagi guru yang ingin menerapkan pembelajaran menggunakan media
origami, buat pembelajaran tersebut semenarik mungkin agar
pembelajaran tersebut tidak menimbulkan rasa bosan bagi siswa. Bila
perlu selingi dengan permainan ringan.
2. Bagi siswa yang ingin meningkatkan prestasi belajarnya harus
memperhatikan saat diterangkan oleh guru. Jangan ramai sendiri,
sehingga ketika diberi tugas dari guru bisa mengerjakan sendiri tanpa
harus bergantung pada teman yang lain yang dianggap mempunyai
kemampuan lebih. Sehingga kegiatan pembelajaran ini menjadi lebih
berarti dan bermanfaat.

DAFTAR RUJUKAN
[1] Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta:PT RAJAGRAFINDO
PERSADA.
[2] Asnawir dan Basyirudin Usman. 2012. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat
Pers.
[3] D. Sumanto, Y, Heny kusmawati dan Nur Aksin. 2008. Gemar matematika 5.
Surabaya:UD. UTAMA PRIMA.
[4] Hamalik, Oemar. 2006. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Jakarta;PT Bumi Aksara.
[5] Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matimatika di Sekolah Dasar.
Bandung:PT.Remaja Rosdakarya.
[6] Mabrura, Tsunade Haruno, 2014, Skripsi, yang termuat dalam
file:///C:/Users/USER-PC/Documents/simetri/skripsi%20simetri%20lipat.htm
diakses pada tanggal Oktober jam 7:15:21
[7] Masykur, Moch., Abdul Halim Fathani. 2008. Mathematical Intelegence:Cara
Cerdas Melatih Otak dan menanggulangi Kesulitan belajar. Yogyakarta:ARRUZZ MEDIA.
19 | M e n e n t u k a n J u m l a h S i m e t r i L i p a t p a d a B a n g u n D a t a r . . .

Rizalatul Falah
[8] Oktaringga, Mawar . 2012. Antara Matematika dan Origami,
file:///C:/Users/USERPC/Documents/simetri/Math%20Science%20Informati
on%20%20Antara%20Matematika%20dan%20Origami.htm diakses pada
tanggal 24 September 2014 jam 7:26:12
[9] Pelangi Bunda. 2013. Origami dan Manfaatnya untuk Kecerdasan Anak,
file:///C:/Users/USERPC/Documents/simetri/Origami%20dan%20manfaatny
a%20untuk%20kecerdasan%20anak%20_%20Pelangi%20Bunda.htm diakses
pada tanggal 30 Oktober jam::
[10] Rendi. 2011. Origami, file:///C:/Users/USER-PC/Documents/Origami.htm
diakses pada tanggal 6 November jam 6:21:15
[11] S. Sadiman, Arief, dkk. 2006. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
[12] Soedjadi, R. 1999. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta:Dirjen
Dikti.
[13] Subarinah, Sri. 2006. Inovasi pembelajaran Matematika Sekolah Dasar.
Jakarta:DEPDIKNAS.
[14] Sugeng, Mas. 2013. file:///C:/Users/USERPC/Documents/Manfaat%20Origami%20_%20Mimiracle.htm diakses pada
tanggal November jam 6:21:47
[15] Suherman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Jakarta:UPI Press.
[16] Sunaryo. 2010. Modul Pembelajaran Inklusif Gender. Jakarta:LAPIS.
[17] Tim Bina Karya Guru. 2006. Terampil Berhitung Matematika untuk SD
Kelas IV. Jakarta:Erlangga.

20 | M e n e n t u k a n J u m l a h S i m e t r i L i p a t p a d a B a n g u n D a t a r . . .

Вам также может понравиться