Вы находитесь на странице: 1из 10

ANGKA KEJADIAN KASUS INFEKSI NOSOKOMIAL PADA RUANG RAWAT INAP PASIEN

KELAS 1-2-3 DI BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM RSUP DR. MOH. HOESIN
PALEMBANG TAHUN 2010
Adin Prasetyo Adi1, Yuwono2, Ella Amalia3
1. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Palembang
2. Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Palembang
3. Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Palembang
Jl. Dr. Muh. Ali Kompleks RSMH Palembang Madang Sekip, Palembang, 30126, Indonesia
E-mail: noorilmi.adin@yahoo.co.id

ABSTRAK
Infeksi nosokomial atau Infeksi terkait rumah sakit (Hospital Associated-Infection) dipengaruhi oleh banyak hal,
salah satunya dari fasilitas ruang rawat inap yang disediakan rumah sakit. Jenis pelayanan dan fasilitas ruang rawat
inap yang disediakan rumah sakit sendiri berbeda mulai dari kelas 3, kelas 2, kelas 1 sampai dengan ruangan VVIP.
Ruang rawat inap yang tidak baik dapat mempermudah terjadinya infeksi nosokomial. Hasil studi deskriptif
Suwarni di rumah sakit di Yogyakarta menunjukkan bahwa angka kuman lantai pada ruang perawatan yang buruk
mempunyai hubungan bermakna dengan infeksi nosokomial. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan angka
kejadian infeksi nosokomial di ruang rawat inap kelas 1-2-3 di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Moh.
Hoesin Palembang tahun 2010. Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif studi kasus dengan
menggunakan data sekunder. Data diambil dari Pusat Data Rekam Medik pasien rawat inap RSUP. Moh. Hoesin
Palembang. Sampel penelitian adalah data pasien rawat inap di Bagian Ilmu Penyakit Dalam kelas 1-2-3 yang
secara administrasi terdaftar dan dirawat inap mulai dari Januari sampai Desember 2010. Penelitian ini
menunjukkan angka kejadian infeksi nosokomial pada ruang rawat inap pasien di Bagian Ilmu Penyakit Dalam
RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang tahun 2010 sebesar 9,1% yang seluruhnya adalah pasien di ruang rawat kelas 2.
Kemungkinan ini dipengaruhi oleh kondisi ruang rawat, virulensi mikroba patogen dan perilaku pasien maupun
petugas yang tidak sesuai dengan kewaspadaan dini terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial paling banyak
ditemukan pada ruang rawat inap kelas 2 di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang.

Kata Kunci: Infeksi Nosokomial, Ruang Rawat Inap


ABSTRACK
Nosocomial infection or hospital associated-infection is affected of many factors, one of them is nursing rooms
which are made available by the hospital. There are many kind and type of nursing rooms that available in hospital
such as 3rd class room, the 2nd, the 1st until the VVIP room. A poor condition of inpatient room, espesially the
physical condition, can support this kind of infection. Result from Suwarnis descriptive study in hospital at
Yogyakarta conclude that nosocomial infection has a connection with amount of bacterial floor in poor condition
inpatient room. So researcher want to identifying nosocomial infection-rate in 1st-2nd-3rd class of inpatient room at
Internal Medicine Department Moh. Hoesin General Hospital during 2010. This research is a case descriptive
observational study. Data taken from Medical Record Centre Dr. Moh. Hoesin General Hospital. The samples were
all Internal Medicine inpatient in 1st-2nd-3rd class of nursing room which are sign in from January until December
2010. The result shows nosocomial infection-rates in Inpatient Rooms of Internal Medicine Moh. Hoesin General
Hospital during 2010 is 9,1% which happened in room class 2. This probably affected by inpatient room condition,
microbial patogen virulence dan patient also paramedic behaviour which not have awareness to hospital
associated-infection. The conclusion of this research is that all cases of hospital associated-infection in Inpatient
Rooms of Internal Medicine Moh. Hoesin General Hospital during 2010 are patient in the inpatient room class 2.
Keyword: nosocomial infection, nursing room, hospital associated-infection

1. Pendahuluan
Infeksi
adalah
invasi
dan
pembiakan
mikroorganisme pada jaringan tubuh, terutama
yang menyebabkan cedera seluler1. Penyakit
yang disebabkan oleh infeksi ini masih menjadi
sorotan besar di Indonesia.
Penyakit infeksi mempunyai angka mortilitas
dan morbiditas yang cukup tinggi di dunia. Pada
laporan profil kesehatan tahun 2008 yang
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, kematian pasien karena
infeksi menempati urutan ke 2 dari 10 penyebab
kematian terbanyak di rumah sakit2. Sepuluh
penyakit terbesar yang ada dalam data dinas
kesehatan kota Palembang pada bulan JanuariApril 2010 menunjukkan 6 di antaranya
dikategorikan dalam penyakit infeksi3.
Pajanan agen penyebab infeksi dapat ditemukan
di mana-mana. Faktor lingkungan di sekitar kita
juga sangat berperan penting dalam terjadinya
pajanan agen-agen penginfeksi. Lingkungan
yang paling banyak terdapat berbagai macam
agen infeksi adalah rumah sakit, karena di
sanalah tempat semua orang dengan segala
macam penyakit diobati dan paling banyak
berbagai jenis patogen4.
Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit
dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari
72 jam, menunjukkan bahwa masa inkubasi
penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk.
Sedangkan infeksi yang baru menunjukkan
gejala setelah 72 jam -setelah pasien dirawat di
rumah sakit- dinamakan infeksi nosokomial.
Dengan kata lain infeksi nosokomial adalah
infeksi yang didapat seorang penderita yang
sedang menjalani perawatan di rumah sakit5.
Di rumah sakit, prosedur tetap untuk semua jenis
penyakit sudah ditentukan dan pelaksanaannya
kepada semua pasien adalah sama. Tetapi ada
berbagai macam pelayanan dan fasilitas yang
disediakan pihak rumah sakit dengan kelas yang
berbeda.
Namun perbedaan yang sangat kontras terlihat
pada kondisi ruang rawat inap pasien itu sendiri.
Ruang rawat inap pasien kelas 1 tidak sama
dengan ruang rawat inap pasien kelas 2 dan
ruang rawat inap pasien kelas 2 tidak sama

dengan ruang rawat inap pasien kelas 3.


Perbedaan mencolok terdapat pada perawatan
ruang rawat dan kondisi ruang rawat, mulai dari
pelayanan keperawatan sampai kondisi ruang
rawat inap yang kurang baik, ini akan membuat
suatu suasana yang kondusif bagi agen
penginfeksi untuk berkembang biak dengan baik.
Dari hasil studi deskriptif Suwarni di semua
rumah sakit di Yogyakarta tahun 1999
menunjukkan bahwa proporsi kejadian infeksi
nosokomial berkisar antara 0,0% hingga 12,06%,
dengan rata-rata keseluruhan 4,26%. Untuk ratarata lama perawatan berkisar antara 4,3-11,2
hari, dengan rata-rata keseluruhan 6,7 hari.
Setelah itu diteliti lebih lanjut maka didapatkan
bahwa angka kuman lantai ruang perawatan
mempunyai hubungan bermakna dengan infeksi
nosokomial6.
Jika ruang rawat pasien bisa menjadi tempat
berkembang biak bakteri yang baik dan ditambah
dengan kondisi sistem imun pasien yang sangat
lemah dikarenakan oleh penyakit yang sedang
dideritanya saat ini7, maka kemungkinan besar
bakteri dapat menginvasi host atau pasien
dengan mudah. Akibatnya adalah jika infeksi
nosokomial ini terjadi pada seorang pasien yang
seharusnya
hanya
mengeluarkan
biaya
pengobatan untuk penyakit yang membawa dia
datang ke rumah sakit, maka ia harus
mengeluarkan biaya tambahan untuk mengobati
penyakit infeksi nosokomial yang ia dapatkan
dan juga dapat
memperpanjang masa
pengobatannya di rumah sakit8.
Pelayanan, fasilitas dan sanitasi ruang rawat inap
pasien kelas 1, 2 dan 3 itu berbeda-beda, maka
penulis tertarik untuk mengetahui perbandingan
kasus infeksi nosokomial pada ruang rawat inap
pasien kelas 1-2-3 di bagian Ilmu Penyakit
Dalam di RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang.

2. Metode Penelitian
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
observasional deskriptif studi kasus dengan
menggunakan data sekunder, dengan melihat
seluruh data pasien rawat inap yang berada di
bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Moh.
Hoesin Palembang yang tercatat dalam laporan
rekam medis selama tahun 2010.

Penelitian dilakukan di bagian rekam medis


RSUP Dr. Moh. Husin Palembang. Populasi
penelitian ini adalah data dari rekam medis
pasien yang dirawat di ruang rawat inap pasien
kelas 1-2-3 di bagian Ilmu Penyakit Dalam
RSUP Dr. Moh. Husin Palembang tahun 2010.
Penetapan sampel pada penelitian ini adalah dari
catatan status dan hasil laboratorium pasien
rawat inap yang memenuhi kriteria inklusi yaitu,
pasien yang mengalami infeksi nosokomial
dengan umur di atas 18 tahun dan melakukan
rawat inap lebih dari 3 hari di bagian Ilmu
Penyakit Dalam RSUP Dr. Moh. Husin
Palembang.

3. Hasil
Infeksi nosokomial berdasarkan umur
Untuk
mengetahui
distribusi
infeksi
nosokomial/HAI
(Healtcare-Associated
Infection) berdasarkan kategori umur dapat
dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Distribusi infeksi nosokomial/HAI
(Healtcare-Associated Infection) berdasarkan
kategori umur di bagian Ilmu Penyakit Dalam
RSUP Dr. Moh. Husin Palembang tahun 2010
Umur
(Tahun)

Infeksi nosokomial

Total

20-29

Negatif
n
%
2
20

Positif
n
%
0
0

n
2

%
18,2

30-39

40-49

50

100

54,5

50-59

10

9,1

60-69

10

9,1

70-79

10

9,1

Total

10

100

100

11

100

Dari distribusi antara kategori umur pasien


dengan angka kejadian infeksi nosokomial telah
didapat bahwa kasus infeksi nosokomial yang
positive hanya terdapat 1 pasien dengan kategori
umur 40-49 tahun
Infeksi nosokomial berdasarkan jenis kelamin
Untuk mengetahui distribusi infeksi nosokomial
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada
Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Distribusi infeksi nosokomial


berdasarkan jenis kelamin di bagian Urologi
Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Moh Husin
Palembang tahun 2010
Jenis
Kelamin

Infeksi nosokomial

Total

Negatif
n
%
7
70

Positif
n %
1 100

n
8

%
72,7

Laki-laki

30

27,3

Total

10

100

1 100

11

100

Perempuan

Dari tabel distribusi di atas diketahui bahwa


terdapat angka kasus infeksi nosokomial paling
tinggi pada jenis kelamin perempuan dengan
jumlah 1 orang
Infeksi nosokomial berdasarkan diagnosis
penyakit
Untuk mengetahui distribusi infeksi nosokomial
berdasarkan diagnosa penyakit dapat dilihat pada
Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Distribusi
infeksi nosokomial
berdasarkan diagnosa penyakit di bagian Ilmu
Penyakit Dalam RSUP Dr. Moh. Husin
Palembang tahun 2010
Diagnosis
Penyakit

Infeksi nosokomial

Total

Negatif
n
%
3
30

Positif
n %
0 0

n
3

%
27,3

Cystitis
Unspesified
ISK

60

1 100

63,6

10

9,1

Total

10

100

1 100

11

100

Cystitis

Hasil dari distribusi antara jenis infeksi saluran


kemih dengan jumlah kasus infeksi nosokomial
yang terjadi pada tahun 2010, telah diketahui
bahwa infeksi nosokomial terjadi pada infeksi
saluran kemih tipe cystitis unspcified yang
berjumlah 1 orang.
Infeksi nosokomial berdasarkan kelas ruang
rawat
Untuk mengetahui distribusi kasus infeksi
nosokomial berdasarkan jenis kelas perawatan
dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Distribusi kasus infeksi nosokomial


berdasarkan jenis kelas perawatan di bagian
Urologi Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr.
Moh. Husin Palembang tahun 2010
Kelas
Ruang
Rawat

Infeksi nosokomial

Total

Negatif
n
%
1
10

Positif
n
%
0
0

n
1

%
9,1

20

100

27,3

70

63,6

Total

10

100

100

11

100

Menurut hasil distribusi antara kasus infeksi


nosokomial dengan kelas ruang rawat inap
pasien, ditunjukkan bahwa pada ruang rawat inap
pasien kelas 2 terdapat kasus infeksi nosokomial
dengan jumlah 1 orang.
Infeksi nosokomial berdasarkan lama
perawatan
Untuk mengetahui distribusi infeksi nosokomial
berdasarkan katergori lamanya perawatan pasien
dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11. Distribusi infeksi nosokomial
berdasarkan katergori lamanya perawatan
pasien di bagian Urologi Ilmu Penyakit
Dalam RSUP Dr. Moh. Husin Palembang
tahun 2010
Lama
Perawatan
(Minggu)

Infeksi nosokomial

Total

0-1

Negatif
n
%
5
50

Positif
n
%
1 100

n
6

%
54,5

1-2

30

27,3

2-3

10

9,1

3-4

4-5

10

9,1

Total

10

100

100

11

100

Di atas adalah tabel distribusi antara waktu


lama perawatan pasien dengan angka kejadian
infeksi nosokomial. Dari lama perawatannya,
infeksi nosokomial dapat diketahui terjadi pada
pasien yang dalam 1 minggu asuhan
keperawatan dengan jumlah 1 pasien. Pada

pasien tersebut, infeksi nosokomial terjadi pada


hari ke-5 sejak awal dilakukan rawat inap.

4. Pembahasan
Dalam pengumpulan data rekam medik yang
diambil dari instalasi rekam medik RSUP Moh.
Hosein Palembang, penulis mengacu kepada
jenis penyakit yang diderita pasien, yaitu Infeksi
Luka Operasi, Infeksi Luka tusukan jarum infus,
Pneumonia yang terkait Ventilator, Infeksi
Saluran Kemih dan Ulkus Dekubitus. Dari
kelima jenis penyakit ini, penulis hanya
menemukan data rekam medik dengan jenis
penyakit Infeksi Saluran Kemih dengan
diagnosis, yaitu Cystitis, Cystitis Unspesified
dan Infeksi Saluran Kemih-Site non spesified.
Jumlah sampel yang diperoleh melalui data
rekam medik untuk penyakit Infeksi Saluran
Kemih sebesar 60 data rekam medik sedangkan
jumlah sampel yang masuk dalam kriteria inklusi
berjumlah 23 data rekam medik.
Infeksi nosokomial berdasarkan umur
Umur merupakan salah satu faktor resiko yang
mempengaruhi
sistem
kekebalan
tubuh
seseorang. Tingkat kekuatannya pun bervariasi
berdasarkan umur. Umur yang ekstrim (balita
atau orang tua) lebih rentan terkena penyakit
yang dikarenakan oleh sistem imun tubuh yang
belum sempurna (pada bayi/balita) atau menurun
akibat penuaan dari pada seseorang yang dewasa
dengan sistem kekebalan tubuh yang sudah
sempurna dan masih berfungsi dengan baik.
Teori sistem imun mengemukakan bahwa
kemampuan
sistem
imun
mengalami
kemunduran
pada
masa
penuaan
dan
mengakibatkan terjadinya peningkatan infeksi,
penyakit autoimun, dan kanker. Terdapat juga
perubahan yang progresif dalam kemampuan
tubuh
untuk
berespon
secara
adaptif
(Homeostasis), seiring dengan pengunduran
fungsi dan penurunan kapasitas untuk
beradaptasi terhadap stres biologis dehidrasi,
hipotermi, dan proses penyakit akut dan kronik.
Faktor predisposisi lain berupa kekurangan
asupan gizi khusus pada kelompok umur
tertentu, pola hidup tidak sehat, kelelahan fisik
dan tekanan psikologis akibat pekerjaan (pada
kelompok umur usia produktif), maka tubuh
seseorang itu akan mengalami fase penurunan

stamina yang pada akhirnya akan mempermudah


terkena atau terpaparnya penyakit
Pada tabel distribusi berdasarkan kelompok
umur, tabel 3.1 telah didapat bahwa kasus infeksi
nosokomial yang positive hanya terdapat 1
pasien dengan kategori umur 40-49 tahun.
Sedangkan rata-rata angka kejadian infeksi
nosokomial pada pasien adalah negative.
Hasil ini tidak sejalan dengan teori yang
dikemukakan sebelumnya. Infeksi nosokomial
juga dapat dipengaruhi oleh faktor predisposisi
berupa keadaan umum yang semakin menurun,
adanya komplikasi dari penyakit awal yang
diderita, pemakaian obat imunosupresif atau
imobilisasi yang terlalu lama selama dalam
asuhan keperawatan
Infeksi nosokomial berdasarkan jenis kelamin
Pada dasarnya laki-laki dan perempuan memiliki
organ-orang yang sama pada saluran kemihnya

kelamin perempuan. Jenis kelamin kemungkinan


tidak secara langsung mempengaruhi angka
kejadian infeksi nosokomial. Hal yang terjadi
adalah peningkatan jumlah pasien dengan
penyakit yang memberikan angka pada infeksi
nosokomial itu sendiri
Infeksi nosokomial berdasarkan diagnosis
penyakit
Infeksi saluran kemih (ISK atau UTI=Urinary
Tract Infection) adalah infeksi bakteri yang
menyerang setiap bagian dari saluran kemih.
Gejala termasuk perasaan sering dan / atau
kebutuhan untuk buang air kecil, buang air kecil
sakit, dan urin keruh. Penyebab biasanya infeksi
saluran kemih dikaitkan dengan penggunaan
kateter urin yang dimasukkan ke dalam saluran
kemih si penderita. Agen penyebab utama adalah
Escherichia coli. Meskipun urin mengandung
berbagai cairan, garam, dan produk-produk
limbah, biasanya tidak memiliki bakteri di
dalamnya, tetapi ketika bakteri memasuki
kandung kemih atau ginjal dan berkembang biak
dalam urin, bakteri itu dapat menyebabkan ISK.
Infeksi saluran kemih bisa mengenai organ
saluran kemih yang mana saja tetapi biasanya
infeksi saluran kemih menyerang organ bagian
bawah yaitu infeksi pada kandung kemih (cytitis)
dan infeksi pada uretra (uretritis).
Jenis penyakit urologi yang diderita pasien yang
ditemukan catatan rekam medis di RSUP Moh.
Hosein Palembang yaitu Cystitis, Cystitis
Unspecified dan UTI site non specified.

Gambar 4.1. Anatomi saluran


kemih pada perempuan
yaitu ginjal, ureter, kandung kemih, uretra dan
yang akhirnya bermuara di penis atau vagina.
Perbedaannya adalah pada uretranya. Uretra
secara alami pada perempuan lebih pendek dari
pada laki-laki. Oleh karena itu pada kondisi
uretra yang tidak bersih akan menyebabkan
mudahnya penyakit menginfeksi saluran kemih
yang berada di atas kandung kemih di samping
letak organ ini yang berdekatan dengan colon
yang mengandung banyak bakteri yang berasal
dari feses.
Hasil yang ditunjukkan pada tabel 3.2. adalah
kasus infeksi nosokomial terjadi pada jenis

Cystitis adalah inflamasi atau peradangan yang


terjadi pada kandung kemih yang disebabkan
oleh berbagai macam penyebab. Penyebab utama
cystitis bisa digolongkan menjadi 2 yaitu
Infectious Cystitis (Bacterial Cystitis) dan NonInfectious Cystitis. Infectious Cystitis biasanya
disebabkan karena transmisi langsung bakteri
melalui hubungan seksual (cystitis terkait
komunitas) atau ascenden dari muara saluran
kemih ke ruang kandung kemih melalui urin.
Transmisi bakteri melalui urin biasanya terjadi
karena pemakaian kateter. Urin yang tertampung
di urin bag menjadi sarana yang baik bagi
bakteri untuk berkembang biak.
Lain dengan non-infectious Cystitis, meskipun
sama-sama terjadi peradangan pada kandung

kemih tetapi penyebabnya bukan karena invasi


bakteri. Non-infectious cystitis diantaranya:
Interstitial Cystitis: infeksi kandung kemih
kronik yang penyebabnya tidak diketahui.
Lokasi inflamasi biasanya terletak di jaringan
interstitial organ
Cystitis karena Obat: (Drug-Induced Cystitis)
biasanya disebabkan karena pemakaian obat
kemoterapi, menjadi residu atau component
yang rusak dan harus dikeluarkan, sehingga
menyebabkan rusaknya jaringan pada
kandung kemih
Cystitis karena Radiasi: terapi radiasi pada
area pelvic dapat berakibat perubahan
jaringan pada jaringan kandung kemih yang
menyebabkan inflamasi
Cystitis karena benda asing (Foreign-body
Cystitis): penggunaan kateter jangka panjang
dapat menyebabkan infeksi bakteri dan
merusak jaringan sekitar juga memnyebabkan
inflamasi
Cystitis karena bahan kimia: kebanyakan
terjadi pada perempuan karena mereka
menggunakan produk kebersihan khusus
perempuan baik itu berupa sabun, cairan,
sprays memungkinkan untuk terjadinya reaksi
alergi pada organ tersebut
Cystitis terkait kondisi lain: cystitis kadang
terjadi karena komplikasi penyakit lain,
seperti kanker rahim, inflamasi pelvic,
endometriosis, lupus atau tuberculosis.
Sedangkan untuk Cystitis Unspecified adalah
infeksi kandung kemih (cystitis) yang
penyebabnya tidak diketahui atau tidak tergolong
dalam pengelompokan dari cystitis yang dibahas
sebelumnya.
Cystitis atau infeksi saluran kemih pada kandung
kemih baik specific maupun unspecified terbukti
lebih banyak, karena pada organ ini air seni hasil
dari produksi sisa ginjal ditampung untuk
beberapa waktu sebelum akhirnya dikeluarkan
apabila sudah mencapai batas daya tampung
kandung kemih. Karena air senih mengandung
banyak bakteri dan sisa-sisa metabolisme tubuh,
maka tempat ini sangatlah cocok untuk
perkembang biakan bakteri secara cepat. Oleh
karena itu lah infeksi saluran kemih pada
kandung kemih sangat mencolok pada hasil
tabulasi pada tabel di atas. Pada cystitis
unspecified itu terjadi sama dengan cystitis,

hanya dengan perbedaan penyebab utama cystitis


tersebut. Sedangkan UTI atau Urinary Tract
Infection adalah infeksi saluran kemih yang
menginfeksi organ lain selain kandung kemih.
Infesksi saluran kemih ini bisa saja menjadi
faktor penyebab infeksi nosokomial atau bisa
menjadi akibat dari infeksi nosokomial yang
terjadi pada pasien itu. Namun dalam hal ini
peneliti mengambil sudut pandang yang
menerangkan infeksi saluran kemih yang
menyebabkan infeksi nosokomial.
Merujuk pada tabel 3.3. yang menyebutkan hasil
dari distribusi antara infeksi nosokomial dengan
diagnosis penyakit pada pasien, terlihat bahwa
kasus infeksi nosokomial terjadi pada pasien
yang mengalami penyakit infeksi saluran kemih
pada kandung kemih tidak spesifik (cystitis
unspecified) dengan maksud unspesified di sini
adalah lokasi terjadinya cystitis tersebut tidak
diketahui.
Pada data khusus yang peneliti miliki, pada
kasus ini pasien didiagnosis dengan penyakit
cystitis unspecfied dengan kata lain infeksi
nosokomial ini bukan berupa infeksi saluran
kemih melainkan terdapat infeksi selain infeksi
saluran kemih yang ia derita. Kemungkinan
infeksi nosokomial yang didapat oleh pasien ini
adalah karena tindakan pengobatan yaitu
pemasangan infus yang dilakukan tenaga medis.
Selama perawatan tentu saja penderita dengan
gangguan sistem neurologi akan lebih banyak
menerima tindakan-tindakan invasif yang
berpotensi untuk menimbulkan infeksi baru.
Penderita dengan gangguan sistem ini lebih
banyak menerima tindakan pemasangan infus
dan juga memiliki riwayat lama pemasangan
infus yang lebih lama bila dibandingkan dengan
gangguan sistem yang lainnya.
Infeksi nosokomial berdasarkan lama
perawatan
Semakin lama waktu perawatan pasien yang
dibutuhkan, kemungkinannya akan banyak sekali
infeksi yang akan dialami oleh pasien yang
menjalani pengobatan di rumah sakit tersebut
dikarenakan masa inkubasi mikroba bakteri
patogen sudah melewati batas. Masa inkubasi
mikroba yang bermacam-macam dan tingkat
mikroba bakteri patogen untuk meninvasi inang,

patogenitas, toksigenitas juga dipengaruhi oleh


jenis mikroba patogen itu sendiri.
Lamanya perawatan ini dipengaruhi oleh
tindakan pengobatan yang sesuai dengan standar
prosedur operasional yang ditetapkan oleh
masing-masing rumah sakit. Selain itu kondisi
dan sikap pasien pun mempengaruhi tingkat
penyembuhan penyakit yang dideritanya, diluar
tingkat kesulitan penyembuhan penyakit itu
sendiri. Oleh karena itu pasien yang kooperatif
kemungkinan bisa mempercepat lama waktu
perawatan dibandingkan pasien yang tidak bisa
diajak bekerja sama dalam rangka penyembuhan
penyakit.
Pada hasil distribusi antara variabel Lama
Perawatan dan Infeksi Nosokomial (tabel 3.4),
infeksi nosokomial terjadi pada pasien yang
menjalani pengobatan selama kurun waktu 1
minggu. Hal ini berlawanan dengan penjelasan
yang disampaikan di atas. Kasus seperti ini dapat
terjadi karena berbagai macam faktor. Selain
faktor usia maupun prosedur tetap yang salah
dilakukan dalam pengobatan pasien, infeksi
nosokomial yang terjadi ini bisa disebabkan
karena pajanan mikroba bakteri yang tingkat
infeksivitas, patogenitas, virulensi, toksigenitas,
antigenitas dan tingkat invasi yang tinggi juga
dapat menyebabkan masa inkubasi mikroba
bakteri patogen pada host atau inang sangat
cepat mulai dari 3 hari, 5 hari, 7 hari, 14 hari, 21
hari dan bahkan yang kurang dari satu hari dapat
mempengaruhi lamanya waktu infeksi yang
dialami pasien tersebut dan menimbulkan tandatanda infeksi yang mungkin lebih cepat dari
mikroba bakteri lainnya.
Infeksi nosokomial berdasarkan kelas ruang
rawat
Selama dalam masa asuhan kepewaratan di
rumah sakit, penderita akan di tempatkan di
ruangan/bangsal yang tersedian untuk melakukan
tindakan observasi dan terapi. Di sini
ditempatkan sejumlah tempat tidur untuk
penderita, serta sejumlah peralatan medis dan
nonmedis lainnya untuk keperluan tatalaksana
manajemen asuhan perawatan.
Ruangan/bangsal maupun kamar perawatan,
tidak saja sebagai tempat pemulihan kesehatan,
tetapi hendaknya juga berfungsi sebagai tempat

istirahat bagi penderita. Untuk tujuan ini,


ruangan/bangsal maupun kamar penderita harus
diatur sedemikian rupa, sehingga aman dan
nyaman bagi penderita, serta kelancaran dalam
menjalani asuhan keperawatan.
Pemilihan ruangan/bangsal maupun kamar
perawatan, tidak saja berdasarkan penyakit yang
dideritanya, melainkan banyak hal yang perlu
dilihat untuk pemilihan tersebut.
Di rumah sakit terutama rumah sakit umum,
terdapat penggolongan kelas ruang perawatan
pasien yang digolongkan menjadi kelas 1, 2, 3,
VIP dan seterusnya. Penggolongan kelas ini
dipengaruhi oleh tingkat pelayanan non medik
seperti fasilitas ruangan, jumlah tempat tidur
dalam satu ruangan, standar kebersihan, bentuk
ruangan/bangsal,
pelayanan
ekstra
dan
sebagainya.
Pada fasilitas ruangan, di sini bisa terdapat
seperti penyejuk ruangan, lemari es, sofa, tempat
tidur tambahan, kamar mandi untuk pasien dan
sebagainya. Perbedaan ini sangat mempengaruhi
tingkat sanitasi ruang asuhan keperawatan
pasien. Tingkat sanitasi ditentukan oleh banyak
hal, termasuk fasilitas, sarana dan prasarana
ruang kelas tersebut. Pada jenis ruang kelas
perawatan yang memiliki fasilitas yang standar
atau
rendah
kemungkinan
tingkat
perkembangbiakan mikroba bakteri akan
meningkat karena suasana tempat yang
mendukungnya untuk berkembang biak. Oleh
karena itu invasi mikroba bakteri akan sangat
mudah, apalagi ditambah dengan design ruangan
yang buruk dan hunian yang terlalu padat
kemungkinan bisa kita temukan pada ruang
rawat kelas 3 yang dalam satu ruangan itu
terdapat lebih dari 3 tempat tidur.
Dengan banyaknya jumlah pasien yang berada
dalam satu ruangan, pasien kemungkinan akan
dengan mudah tertular penyakit pasien yang ada
di sebelahnya dengan mudah selain didukung
oleh keadaan ruang rawat. Apabila ditambah
dengan ruang rawat yang tidak dibersihkan
secara teratur, bagian ruangan seperti sudut
ruangan, ventilasi udara ruangan, kamar madi
pasien, wadah sampah medis dan sebagainya
akan meningkatkan tingkat invasi mikroba
bakteri patogen untuk menyerang pasien yang

notabennya dalam kondisi kekebalan tubuh yang


lemah karena penyakit yang dideritanya.
Dengan macam-macam fasilitas yang diberikan
itulah, kemungkinan besar mikroba bakteri
patogen dapat melakukan invasi kepada pasien
melalui beberapa cara; melalui penularan
langsung dan tidak langsung. Pada penularan
langsung atau direct transmisson ini bisa di
sebabkan oleh keadaan ruang/bangsal yang
banyak menampung pasien sehingga penularan
secara langsung dapat memungkinkan invasi
mikroba bakteri tak terhindarkan. Sedangkan
pada penularan bakteri tidak secara langsung
dapat melalui beberapa perantara yang terdapat
pada ruang asuhan keperawatan pasien seperti
udara, air, makanan, hingga peralatan medis
yang digunakan tenaga medik untuk melakukan
pengobatan. Suasana yang sumpek dan lembab,
air yang kotor yaitu air yang berasal dari kamar
mandi pasien yang kemungkinan dipakai
bersama oleh pengunjung pasien yang lain, bisa
menjadi sarana mikroba bakteri untuk
berkembang biak.
Jika dilihat dari penjelasan yang telah diuraikan
di atas, hasil pengamatan dari distribusi kelas
ruang rawat inap pasien (tabel 4.3.), didapat
angka terbesar terdapat pada ruang rawat inap
kelas 3 atau sebesar 60%. Sedangkan yang
paling sedikit terdapat pada ruang rawat inap
pasien kelas 1 atau 11,4% yang berjumlah hanya
4 orang saja. Kondisi keuangan salah satu
penyebab pihak keluarga pasien hanya bisa
memberikan kondisi ruangan yang standar untuk
perawatan penyakitnya dan kodisi ini di luar
kemampuan tenaga medis untuk memberikan
keadaan yang apik.
Lain halnya dengan yang ditunjukkan oleh hasil
distribusi antara variabel kelas ruang rawat inap
pasien dengan infeksi nosokomial, seharusnya
kasus infeksi nosokomial banyak terjadi pada
pasien yang menjalani pengobatan di ruang kelas
3, sedangkan pada hasil yang tertera pada tabel
4.9. di atas menunjukkan bahwa kasus infeksi
nosokomial ini terjadi pada pasien yang dirawat
di kelas 2.
Pada penelitian sebelumnya, penderita infeksi
nosokomial lebih banyak ditemukan di ruang
perawatan kelas 3 dibandingkan ruang perawatan
lainnya (kelas utama, 1 dan 2). Mustafa (1997)

dan Samriana (2007) menemukan bahwa


penderita infeksi nosokomial lebih banyak
berada pada ruang perawatan kelas 3.
Hal ini bisa saja terjadi bukan karena kondisi
ruangan atau fasilitas yang diberikan pihak
rumah sakit, akan tetapi kasus infeksi
nosokomial ini terjadi lebih mengarah kepada
standar prosedur operasional yang dilakukan
pada pasien tersebut. Dengan menjalani SOP
yang diluar prosedur tetap, pasien bisa saja
mengalami infeksi atau penyakit di luar penyakit
bawaannya karena keteledoran tenaga medis
yang sedang menangani pasien ini. Dengan kata
lain jenis ruang kelas asuhan keperawatan pasien
terdapat perbedaan tingkat pelayanan yang
diberikan oleh pihak rumah sakit

5. Kesimpulan
Hasil dari penelitian ini menunjukkan angka
kejadian infeksi nosokomial pada ruang rawat
inap pasien di bagian Ilmu Penyakit Dalam
RSUP Dr. Moh. Husin Palembang tahun 2010
sebesar 9,1% yang terjadi di ruang rawat kelas 2
dari seluruh pasien yang dirawat pasien di bagian
Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Moh. Husin
Palembang.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah
kemungkinan adanya penyebab lain yang
mempengaruhi infeksi nosokomial selain sanitasi
buruk; virulensi mikroba patogen dan human
error baik dari petugas maupun pasien sendiri.

Daftar Acuan
1. Novak, Patricia D. 1998. Kamus Saku
Kedokteran Dorland Edisi 25. Terjemahan
oleh: Poppy Kumala, dkk EGC, Jakarta,
Indonesia. Hal. 555.
2. Ahmad, S. 2009. Profil Kesehatan Indonesia
2008. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta, Indonesia. Hal. 49
3. Gema, A. 2010. Data Dasar Kesehatan Kota
Palembang 2010. Dinas Kesehatan Kota
Palembang, Palembang, Indonesia.
4. Darmadi,
2008.
Infeksi
Nosokomial:
Problematika
dan
Pengendaliannya.
Salemba Medika, Jakarta, Indonesia. Hal. 32
5. Wahyudhy, H. U. 2006. Infeksi Nosokomial.
21
Desember
2006.
(http://klikharry.wordpress.com/2006/12/21/i

nfeksi-nosokomial/, diakses tanggal 23


Agustus 2011)
6. Suwarni, A. 2001. Studi Diskriptif Pola
Upaya
Penyehatan
Lingkungan
Hubungannya dengan Rerata Lama Hari
Perawatan dan Kejadian Infeksi Nosokomial
Studi Kasus: Penderita Pasca Bedah Rawat
Inap di Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta
Provinsi DIY Tahun 1999. Badan Litbang
Kesehatan Departemen Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial, Yogyakarta. Indonesia
7. Wahyu, A. S. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi IV Jilid III. Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Unversitas Indonesia. Jakarta,
Indonesia. Hal. 1749
8. Yale Care for Public Health Preparedness,
2006. Modes of Transmission of Infectious
Organism. Yale Care for Public Health
Preparedness, New Heaven, USA. Hal 1
9. Wikipedia, 2011. Incubation Period. 9
September
2011.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Incubation_peri
od, diakses tanggal 23 Agustus 2011)
10. Fadilah, S. S. 2008. Menteri Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor:
129/Menkes/SK/II/2008 Tentang: Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta,
Indonesia. Hal. 53
11. Brooks, Geo F. Butel, Janet S. dan Morse,
Stephen A. 2004. Jawetz, Melnick &
Adelbergs Medical Microbiology. Edisi 23.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Hal. 245

12. Baratawidjaja, Karnen G. dan Rengganis,


Iris. 2009. Imunologi Dasar. Edisi 8. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta. Hal. 399
13. Horan, Teresa C. Andrus, Mary. Dan Dudeck
Margaret A. 2008 (diperbarui: Juni 2011).
CDC/NHSN surveillance definition of health
careassociated infection and criteria for
specific types of infections in the acute care
setting. Association for Professionals in
Infection Control and Epidemiology, Inc.
Atlanta,
USA.
(www.cdc.gov/ncidod/dhqp/nhsn,
diakses
tanggal 8 Agustus 2011)
14. Fadilah, S. S. 2008. Menteri Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor:
340/Menkes/PER/III/2010
Tentang:
Klasifikasi Rumah Sakit. Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, Indonesia. Hal.
Lampiran
15. ______.
2011.
Penelitian
Infeksi
Nosokomial. Repository Unhas, Makasar.
(http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handl
e/123456789/225/BAB%20V.docx?sequence
=3, diakses tanggal 14 Januari 2014)
16. Fauci, Anthony S. (et al.). 2009. Harrisons,
MANUAL OF MEDICINE International
Edition (ed 17). McGraw-Hill Medical. USA.
Hal. 428
17. Mayo Clinic. 2012. Causes, Cystitis. Mayo
Clinic Foundation for Medical Education and
Reasearch.
Arizona,
USA.
(http://www.mayoclinic.org/diseasesconditions/cystitis/basics/causes/con20024076, diakses tanggal 14 Februari 2014)

BIODATA PENULIS

PENULIS I
Nama

: Adin Prasetyo Adi

NIM

: 54081001096

Tempat, tanggal lahir

: Sekayu, 8 November 1990

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Nomor Telepon

: 082183456432

Email

: noorilmi.adin@yahoo.co.id

Alamat

: Jl. Manunggal II no. 2116 2116 Rt/Rw: 37/13 Kel. 30 Ilir Kec. Ilir 2
Palembang

PENULIS II
Nama

: Dr. dr. Yuwono, M.Biomed

NIP

: 1971 1010 199802 1 001

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Departemen

: Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Nomor Telepon

: 082380086897

PENULIS III
Nama

: dr. Ella Amalia

NIP

: 1984 1014 201012 2007

Jenis Kelamin

: Perempuan

Departemen

: Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Nomor Telepon

: 081367067284

Вам также может понравиться