Вы находитесь на странице: 1из 135

MODUL BAHAN AJAR

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES DHARMASRAYA

PILIHAN KATA:
PERUBAHAN MAKNA KATA
Pernyataa tentang makna sebuah kata secara sinkronis data berubah menyiratkan pula
egertian bahwa tidak setiap tata maknanya harus atau berubah secara diakronis. Berikut ini
akan dibcarakan sebab sebab perubahan itu serta wujud atau macam perubahannya.
Sebab sebab perubahan
Banyak factor yang menyebabkan terjadinya erubah makna sebuah kata, diantaranya ada
Perkembangan Dalam Ilmu dan Teknologi
Pekembangan dalam bidang IPTEK menyebabkan terjadinya perubahan makna sebuah
kata.Disini sebuah kata yang tadinya mengandung konsep makna mengenai sesuatu yang
sederhana , tetap digunakan walaupun konsep yan dikandung telah berubah sebagai akibat
dari pandangan baru atau teori dalam satu bidang ilmu atau sebagai akibat perkembangan
teknologi.
Contoh pada kata perahu , walaupun kini sebaga akibat perkembangan teknologi,
sudah berganti atau mnggunakan istilah kapal memang masih ada orang ysng masih
menggunakan perahu tapi khususnya di desa- desa.Contoh lain kata telepon sekarang
sudah berganti menjadi HP ( hand phond ) sebagai akibat dari perkembangan teknologi
tapi juga masih ada tersedia telepon umum biasanya digunakan untuk umum yang disebut
wartel atau telepon rumah.
Kata computer sekarang sudah diganti dengan laptop atau notebook sbagai akibat dari
perkembangan teknologi ,tapi masih ada juga yang menggunakan computer misalnya saja
jasa warnet.
Perkembangan Sosial dan Budaya
Perkembangan dalam bidang social kemasyarakatan dapat menyebabkan terjadinya
perubahan makna sama seperti yang terjadi sebagai akiba dari erkembangan teknologi.
Contoh
Perbedaan Bidang Pemakaian
Dalam setiap bidang kehidupan atau kegiatan memiliki kosa kata tersndiri yang hanya dan
digunakan dengan makna tertentu dalam bidang tersebut.Contoh dalam bidang kesehatan
ada kata kata dokter , suster, perawat , apotik, obat, opnam diagnosa, infus,
koma,penyakit, rumah sakit , pasien. Dalam bidang olah raga ada kata kata alit, renang,
berlari , melempar, senam lantai, erobik, fitnes, bulu tangkis, sepak bola, Voli, basket,
melompat ,Adanya Asosiasi

Kata kata yan digunakan diluar bidangnya,seperti yang sudah dibicarakan diatas masih
behubungan maknanan dengan makna yang diguakan dalam bidang asalnya. Ada
perbedaan dengan perubahan aknayan terjadi sebagai akbat penggunaan dalam bidang
yang lain,disini makna baru yang muncul adalah bekaitan dengan hal/ peristiwa yang lain
yan berkeaan dengan kata tersebut.Contoh asosiasi antara dompet dengan uang
inidimaksud adalah isinya yaitu uang,
Contoh lain ada pula asosiasi yang berkanaan dengan waktu, misalnya perayaan 21 april
maksudnya tentu perayaan hari kartini. Karena hari kartini jatuh pada tanggal 21 april.
Dengan kata lain di sini yang disebut waktunya, namun yang di maksud ialah
peristiwanya.
Ada pula perbedaan makna akibat asosiasi yang berkenaan dengan tempat, contoh ayo kita
bertamasya ke curug ceheng. Maksud dari kata curug ceheng, adalah mengasosiasikan
tempat yang ada di desa ceheng.
Pertukaran tanggapan indra
Alat indra yang kita miliki ada lima dan sudah mempunyai tugasnya masing-masing.
Akan tetapi yang kita bahas ialah tentang pertukaran antar indra. Misalnya : Suaranya
sangat merdu dan enak didengar. Pada contoh ini, pertukaran yang terjadi ialah antara inda
pendengaran dengan perasa.
Contoh lain yaitu : kue ini terlihat sangat enak sekali. Ini terjadi perubahan dari indra
penglihatan dengan perasa. Kedengarannya gadis itu terlihat sangat cantik. Ini mengalami
perubahan dari indra pendengaran menjadi penglihatan.
Dalam pemakaian bahasa Indonesia, banyak sekali terjadi senestisi ini seperti dalam frase
coklat tua dengan merah muda yang menggabungkan secara warna (merah dengan coklat)
dengan usia (tua dan muda) yang terjadi b ukan gejala sinestesia melainkan gejala
perbandingan.
Perbedaan tanggapan
Setiap unsure leksikal atau kata sebenarnya secara sinkrons telah mempunyai makna
leksikal yang tetap. Namun karena pandangan hidup dari masyrakat, maka banya kata
yang memiliki nilai rasa yang rendah maupun nilai rasa yang tinggi. Hal ini sering di sebut
juga peyoratif dan amelioratif.
Contoh kata bunting, dewasa ini dianggap peyoratif. Namun kata hamil adalah
amelioratif. Kata mati dianggap peyoratif namun kata meninggal dunia sebagai
amelioratif.

Adanya penyingkatan
Dalam bahasa Indonesia banyak sekali kata, baik yang diucapkan maupun di tulis. Namun
tanpa disadari secara keseluruhan, setiap orang pasti memiliki paham atau maksud
tersendiri tentang sebuah kata.
Contoh kata ortu, setiap orang pasti sudah mengetahui bahwa yang dimaksud ialah orang
tua. Kata puskesmas, maksudnya ialah pos pelayanan masyarakat.
Proses gramatikal
Proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi yang memiliki makna
perubahan kata dapat berpengaruh dengan perubahan makna. Akan tetapi bukan perubahan
makna yang menjadikan hal seperti itu, melainkan bentuk kata yang sudah menjadi hasil
proses gramatikal.
1. Perkembangan istilah
Upaya dalam membentuk atau mengembangkan istilah baru ialah dengan memnfaatkan
kosakata bahasa Indonesia yang ada dengan jalan memberi makna baru.contoh kata bahan
yang semula bermakna kain, kini menjadi bermakna baju.
1. Jenis perubahan
Perubahan kata ada yang bersifat halus maupun kasar yang bertujuan baik menyempitkan
ataupun memperluas. Hal ini akan diperjelas lagi sebagai berikut.
a)

Meluas

Adalah perubahan makna secara meluas, misalnya : kata beliau yang semula digunakan
untuk orang yang memiliki jabatan tinggi, kini juga bisa digunakan untuk orang yang lebih
tua atau orang yang lebihtinggi derajatnya.
b)

Menyempit

Adalah sebuah kata yang mengalami penyempitan makna, misalnya kata ilmuan yang
biasanya digunakan untuk orang yang pandai atau cendekiawan. Namun kini digunakan
untuk penemu atau professor.

c)

Perubahan secara total

Terjadi perubahan makna secara total. Misalnya kata pandai dan pintar. Kini menjadi kata
cerdas. Kata sigapdan rajin kini menjadi terampil.
d)

Penghalusan (ufemia)

Kata yang bermakna kasar berubah menjadi halus dalam penggunaan kata. Misal kata
maling kini menjadi pencuri, tua menjadi lanjut usia dan lain sebagainya.
e)

Pengkasaran

Kata yang mengalami perubahan makna dari halus ke kasar. Misalnya kata menendang
yang sebenarnya mengeluarkan.

B.DENOTASI

DAN

1.

Makna

KONOTASI
Denotasi

Makna denotasi merupakan makna kata yang sesuai dengan makna yang sebenarnya atau
sesuai dengan makna kamus. Makna denotasi lazim disebut 1) makna konseptual yaitu
makna yang sesuai dengan hasil observasi (pengamatan) menurut penglihatan, penciuman,
pendengaran, perasaan, atau pengalaman yang berhubungan dengan informasi (data)
faktual dan objektif. 2) makna sebenarnya, umpamanya, kata kursi yaitu tempat duduk
yang berkaki empat (makna sebenarnya). 3) makna lugas yaitu makna apa adanya, lugu,
polos,

makna

sebenarnya,

Contoh

bukan

makna

kias.

1. Adik makan nasi. ( makan artinya memasukkan sesuatu ke dalam mulut )


2. Harga kambing hitam itu sangat mahal. ( kambing hitam bermakna kambingg yang
memiliki

warna

hitam

2. Makna konotasi
Makna konotasi merupakan makna kiasan atau makna yang timbul setelah disusun dalam
kalimat.
Contoh :
1. Dalam peristiwa itu, dia dijadikan kambing hitam. (kambing hitam bermakna orang
yang dipersalahkan)
2. Anak itu berangkat besar ketika ayahnya pergi ke Jepang. ( berangkat bermakna
beranjak atau mulai menjadi )
3. Bunga desa itu sudah menjadi karyawan bank.(Kata bunga desa bermakna sesuatu
yang dianggap cantik)
Makna konotasi dibagi menjadi 2 yaitu :
A. Konotasi positif merupakan kata yang memiliki makna yang dirasakan baik dan lebih
sopan.
Contoh :
1. Sebagai seorang istri harus pandai menyenangkan suami.
2. Biaya pemakaman para korban bencana alam ditanggung pemerintah setempat.
3. Para wanita tuna susila bekerja akibat tuntutan kebutuhan ekonomi.
4. Tiga pahlawan reformasi telah gugur lima tahun yang lalu. ( Kata gugur bermakna
mati dalam pertempuran )
B. Konotasi negatif merupakan kata yang bermakna kasar atau tidak sopan.
Contoh :
1. Selama meringkuk di penjara, Roy berubah menjadi pendiam. ( Kata penjara bermakna
tempat mengurung badan )
2. Masih ada segerombolan orang yang suka menebang demi keuntungan pribadi. (Kata
gerombolan bermakna kawanan pengacau / perusuh.)
3. Banyak gelandangan tidur di bawah jembatan.

C. SINONIM, HOMONIM, HOMOGRAF DAN HOMOFON

SINONIM
1.Bapak=Ayah
-Ayah saya seorang PNS.
2.Nakal=Bandel
-Ayu memeng anak yang bandel
3.Dusta =Bohong
-Jumardi berbohong kepada saya.
4.Ganteng=Keren
-kakak saya orangnya memeng keren.
5.Senang=Gembira
-Saya sangat gembira bertemu dengan ibu.
HOMONIM
1.Bulan(dalam kalender), Bulan(nama satelit)
-Pada bulan Desember akan di adakan semester.
-Malam ini bulan bersinar dengan indah.
2.Genting(gawat),Genting(atap rumah)
-Keadaan masyarakat palestina sekarang sangat genting.
-Genting rumah saya bocor.
3.Dasar
-Dasar Andi anaknya memeng nakal.
-Dasar Negara kita adalah pancasila.
4.Bagi(pembagian), Bagi(untuk)
-Makanan itu harus di bagi rata.
-Bagi mahasiswi UnisMuh diwajibkan memakai jilbab.
5.Rapat(tidak renggang), Rapat(pertemuan)
-Pak guru menyuruh kami rapat dalam barisan.
-Besok pagi ada rapat di kantor.
HOMOGRAF
1.Serang(nama kota), Serang(perang)

-Minggu depan saya ingin ke kota Serang.


-Pasukan itu di serang oleh musuhnya.
2.Rendang(makanan), Rendang(pohon yang lebat)
-Ibu sedang masak rendang.
-Tidur di bawah pohon yang rendang memeng nyaman.
3.Per(benda), Per(pembagian)
-Per sepeda itu bekerja dengan baik.
-Mahasiswa harus membayar uang Bpp per semester.
4.Tahu(makanan), Tahu(mengetahui)
-Irsan tidak suka makan tahu.
-saya tahu tentang pelajaran ini.
HOMOFON
1.Rok(pakaian), Rock(aliran music)
-Saya sangat suk music rock.
-Ayu memakai rok ke kampus.
2.Djarum(merek rokok), Jarum(alat untuk menjahit)
-Ayah menyuruh saya membeli rokok djarum.
-Tangan sya berdarah tertusuk jarum.
3.Tank(kendaraan perang), Tang(alat perkakas)
-TNI latihan enggunakan mobil tank.
-Saya butuh tang untuk memprbaiki motor.
4.Massa(kerumunan masyarakat), Masa(waktu)
-Pencuri itu tewas di keroyok massa.
-Saya ingin hidup lebih baik di masa yang akan datang.
5.Bank(tempat menyimpan uang), Bang(panggilan untuk kakak)
-Banyak orang yag menyimpan uangnya di bank.
-Bang Toyib masih belum pulang juga.

D. KATA ABSTRAK DAN KATA KONKRET


Kata yang acuannya semakin mudah diserap oleh panca indra disebut kata konkrit.
Contoh:

lemari,

kursi,

mobil,

tampan.

Jika acuannya sebuah kata tidak mudah diserap pancaindra, kata itu disebut kata abstrak.
Contoh:

kebijakan,

usulan,

khayalan,

impian.

Kata abstrak digunakan untuk menggungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu
membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata
abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu dapat
menjadi

samar

dan

tidak

cermat.

Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkrit mempunyai
referensi objek yang dapat diamati. Pemakaian dalam penulisan bergantung pada jenis dan
tujuan penulisan. Karangan berupa deskripsi fakta menggunakan kata-kata konkrit, seperti:
hama tanaman penggerak, penyakit radang paru-paru, Virus HIV. Tetapi karangan berupa
klasifikasi atau generalisasi sebuah konsep menggunakan kata abstrak, seperti: pendidikan
usia dini, bahasa pemograman, High Text Markup Language (HTML). Uraian sebuah
konsep biasanya diawali dengan detil yang menggunakan kata abstrak dilanjutkan dengan
detil

yang

menggunakan

kata

konkrit.

Contoh:
1.Pegawai

Negri

RI

mendapatkan

kenaikan

sepuluh

persen

(kata

konkrit)

2.Kebaikan (kata abstrak) seseorang kepada orang lain bersifat abstrak. (tidak berwujud
atau

tidak

3.kebenaran (kata abstrak) pendapat itu tidak terlalu tampak.

berbentuk)

E. KATA UMUM DAN KATA KHUSUS


Kita mengenal kata-kata umum yaitu kata-kata yang pemakaiannya mencakup berbagai
bidang ilmu dalam kehidupan dan kata-kata khusus yaitu kata-kata yang penggunaannya
terbatas pada suatu bidang ilmu atau kehidupan tertentu saja.
Misalnya :
sari : digunakan sebagai kata umum
benang sari : digunakan sebagai kata khusus
bersama : digunakan sebagai kata umum
kantor bersama : digunakan sebagai kata khusus
Coba anda perhatikan penggunaan kata umum dan kata khusus dalam kalimat di bawah ini
:
a. Ada persamaan watak di antara kedua anak itu.
b. Persamaan dan pertidaksamaan adalah 2 istilah yang sering digunakan dalam
matematika.
a. Setiap manusia wajib mencari ilmu.
b. Seorang ilmuwan harus mengamalkan ilmunya untuk kemajuan bangsa.
a. Para pemuda berkumpul di suatu ruangan untuk mendiskusikan suatu masalah.
b. Himpunan adalah kumpulan benda-benda yang sejenis.
a. Perkakas dapur banyak terbuat dari bahan plastik
b. Pesawat telepon automat mahal harganya.
a. Di setiap sudut rumah banyak bersarang nyamuk.
b. Sepak pojok dilakukan oleh pemain depan kesebelasan PSSI, dan membuahkan gol.
Perhatikan dan bandingkan contoh-contoh di bawah ini :

penelitian = riset
cocok, sesuai, selaras, serasi = harmonis
setuju, sepakat, sependapat = akur
susunan = formasi
gejala, tanda-tanda, petunjuk, ciri-ciri = indikasi
lambang, isyarat = simbol
F. PERISTILAHAN : SUMBER ISTILAH
Peristilahan adalah merupakan suatu hal yang penting dalam sebuah bahasa. Sebuah
bahasa pasti mempunyai istilah tertentu dalam mengungkapkan suatu bidang tertentu.
Demikian juga halnya dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia menggunakan istilah
tertentu untuk mengungkapkan hal atau bidang tertentu pula. Jika dirujuk pada Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI 2008), istilah bermakna:

Kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep,
proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.

Sebutan nama. Misalnya janda muda disebut dengan istilah janda kembang.

G. ASPEK TATA BAHASA PERISTILAHAN


Istilah dapat berupa (1) bentuk dasar, (2) bentuk berafiks, (3) bentuk ulang, (4) bentuk
majemuk, (5) bentuk analogi, (6) hasil metanalisis, (7) singkatan, (8) akronim.
III.1 Istilah Bentuk Dasar
Istilah bentuk dasar dipilih di antara kelas kata utama, seperti nomina, verba, adjektiva,
dan numeralia.
Misalnya :
Nomina : kaidah rule
busur
cahaya

bow
light

Verba : keluar out


Uji

test

Tekan

press

Adjektiva : kenyal elastic


Acak

random

Cemas

anxious

Numeralia : gaya empat four force


(pukulan) satu-dua

one-two

(bus) dua tingkat

double decker

III.2Istilah Bentuk Berafiks


Istilah bentuk berafiks disusun dari bentuk dasar dengan penambahan prefiks, infiks,
sufiks, dan konfiks seturut kaidah pementukan kata bahasa Indonesia, misalnya dari bentuk
pirsa menjadi pemirsa, bukan pirsawan ; dari hantar menjadi keterhantaran, bukan
kehantaran. Istilah bentuk berafiks menunjukkan pertalian yang teratur antara bentuk dan
maknanya. Istilah bentuk berafiks tersebut mengikuti paradigm berikut, yang unsurunsurnya demi kejelasan dimasukkan dalam berbagai kotak.
III.2.1 Paradigma Bentuk Berafiks berBer- Tani = bertani petani pertanian
bel- ajar = belajar pelajar pelajaran
ber- ubah = berubah peubah perubahan
Istilah berafiks petani, pelajar, peubah yang mengacu kepada pelaku atau alat, dan
pertanian, pelajaran, perubahan yang mengacu ke hal, keadaan, atau tempat dibentuk dari
verba bertani, belajar, berubah yang berasal dari bentuk dasar tani, ajar, dan ubah.
III.2.2 Paradigma Bentuk Berafiks meng
men- tulis = menulis penulis penulisan tulisan
meng- ubah = mengubah pengubah pengubahan ubahan
mem- besarkan = membesarkan pembesar pembesaran besaran
meng- ajari = mengajari pengajar pengajaran ajaran
Istilah berafiks penulis, pengubah, pembesar, pengajar, yang mengacu kepada pelakuatau
alat, dan penulisan, pngubahan, pengajaran yang mengacu ke proses atau perbuatan serta
tulisan, ubahan, besaran, ajaran yang mengacu ke hasil dijabarkan dari verba menulis,
mengubah, membesarkan, mengajar yang berasal dari bentuk dasar tu-lis, ubah, besar, dan
ajar.
mem- berdayakan = memberdayakan pemberdaya pemberdayaan
mem- berhentikan = memberhentikan pemberhenti pemberhentian

mem- belajarkan = membelajarkan pembelajar pembelajaran


Istilah berafiks pemberdaya, pemberhenti, pembelajar yang mengacu kepada pelakudan
pemberdayaan, pemberhentian, pembelajaran yang mengacu ke perbuatandibentuk dari
verba memberdayakan, memberhentikan, membelajarkan yang dibentukdari berdaya,
berhenti, belajar yang berasal dari bentuk dasar daya, henti, dan ajar.
Mem- persatukan = mempersatukan pemersatu pemersatuan persatuan
Istilah berafiks pemersatu, pemeroleh, pemelajar yang mengacu kepada pelaku
danpemersatuan, pemerolehan, pemelajaran yang mengacu ke perbuatan atau proses serta
persatuan, perolehan, pelajaran yang

mengacu

ke hasil dibentuk dari verba

mempersatukan, memperoleh, mempelajari yang dibentuka dari bersatu, beroleh, belajar


yang berasal dari bentuk dasar satu, oleh, ajar.
III.2.3 Paradigma Bentuk Berkonfiks kean
kean saksi kesaksian
kean bermakna kebermaknaan
kean terpuruk keterpurukan
kean seragam keseragaman
Istilah berkonfiks kean yang mengacu ke hal atau keadaan dibentuk dari pangkal yang
berupa bentuk dasar atau bentuk yang berprefiks ber-, ter-, se-, seperti saksi,
bermakna, terpuruk,dan seragam.
III.2.4 Paradigma Bentuk Berinfiks er-, -el-, -em-, inSabut

serabut gigi gerigi

Tunjuk

telunjuk gembung gelembung

Kelut

kemelut getar gemetar

Kerja

kinerja sambung sinambung

Istilah berinfiks er-, -el-, -em-, -in- seperti serabut, gerigi, telunjuk, gelembung, kemelut,
gemetar, kinerja, sinambung yang mengacu ke jumlah, kemiripan, atau hasil dibentuk dari
dasar sabut, gigi, tunjuk, gembung, kelut, getar, kerja dan sambung.
III.3 Istilah Bentuk Ulang
Istilah bentuk ulang dapat berupa ulangan bentuk dasar seutuhnya atau sebagiannya
dengan atau tanpa pengimbuhan dan pengubahan bunyi.

III.3.1 Bentuk Ulang Utuh


Istilah bentuk ulang utuh yag mengacu ke kemiripan dapat dilihat pada contoh berikut :
Ubur-ubur, paru-paru, anal-anal, langit-langit, Undur-undur, kanak-kanak, kunang-kunang,
kuda-kuda.
III.3.2 Bentuk Ulang Suku Awal
Istilah bentuk ulang suku awal (dwipurwa) yang dibentuk melalui pengulangan konsonan
awal dengan penambahan pepet dapat dilihat pada contoh berikut.
Laki

lelaki

rata

merata

Tangga

tetangga

buku

bebuku

Jarring

jejaring

tikus

tetikus

III.3.3 Bentuk Ulang Berafiks


Istilah bentuk ulang dengan afiksasi dibentuk melalui paradigma berikut:
Daun

dedaunan

Pohon
Rumput

pepohonan
rerumputan

Istilah bentuk ulang dedaunan, pepohonan, rerumputan yang mengacu ke berbagai


macam,keanekaan dibentuk dari dasar daun, pohon, dan rumput yang mengalami
perulangan.
III.3.4 Bentuk Ulang Salin Suara
Istilah bentuk ulang salin suara dibentuk melalui pengulangan dengan perubahan bunyi.
Perhatikan contoh berikut.
Sayur sayur-mayur

warna warna-warni

Beras beras-petas

teka teka-teki

Serta serta-merta

balik bolak-balik

Dari segi makna, perulangan dengan cara itu mengandung makna bermacam-macam.
III.4 Istilah Bentuk Majemuk
Istilah bentuk majemuk atau kompositum merupakan hasil penggabungan dua bentuk atau
lebih, yang menjadi satuan leksikal baru. Gabungan kata itu berupa (1) gabungan bentuk

bebas dengan bentuk bebas, (2) bentuk bebas dengan bentuk terikat, atau (3) bentuk terikat
dengan bentuk terikat.
III.4.1 Gabungan Bentuk Bebas
Istilah majemuk bentuk bebas merupakan penggabungan dua unsur atau lebih, yang
unsure-unsurnya dapat berdiri sendiri sebagai bentuk bebas. Gabungan bentuk bebas
meliputi gabungan (a) bentuk dasar dengan bentuk dasar, (b) bentuk dasar dengan bentuk
berafiks
atau sebaliknya, dan (c) bentuk berafiks dengan bentuk berafiks.
III.4.1.1Gabungan Bentuk Dasar
Istilah majemuk gabungan bentuk dasar merupakan penggabungan dua bentuk dasar atau
lebih.
Garis lintang

kereta api listrik

Masa depan

rumah sangat sederhana

Rawat jalan
III.4.1.2Gabungan Bentuk Dasar dan Bentuk Berafiks
Istilah majemuk bentuk gabungan ini merupakan penggabungan bentuk berafiks dan
bentuk berafiks atau sebaliknya.
Proses berdaur

menembak jatuh

Sistem pencernaan

tertangkap tangan

III.4.1.3Gabungan Bentuk Berafiks dan Bentuk Berafiks


Istilah majemuk bentuk gabungan ini merupakan penggabungan bentuk berafiks dan
bentuk berafiks.
Misalnya :
Kesehatan lingkungan
Perawatan kecelakaan
Pembangunan berkelanjutan
III.4.2 Gabungan Bentuk Bebas dengan Bentuk Terikat
Istilah majemuk bentuk gabungan ini merupakan penggabungan dua bentuk, atau lebih,
yang salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri. Ada sejumlah bentuk terikat yang
dapat digunakan dalam pembentukan istilah yang berasal dari bahasa Jawa Kuno dan
Melayu.

Misalnya :
adiadikarya

masterpiece

adikuasa

superpower

anekaanekabahasa

multilingual

anekawarna

multicolored

antarantarkota

intercity

antarbangsa

international

awaawaair dewater
awalengas dehumidity
caturcaturwulan quarter
caturlarik quatrain
dasadasawarsa decade
dasalomba decathlon
durdurhaka rebellious
dursila unethical
dwidwimingguan biweekly
dwibahasa bilingual
ekaekamatra unidimension
ekasuku monosyllable
lajaklajaklaku overaction
lajakaktif overactive
lewahlewahumur overage

lewahbanyak abundant
lirlirintan diamondike
lirruang spacelike
mahamahatahu omniscient
maharatu empress
nirnirlaba non-profit
nirgelar nondegree
pancapancamuka multifaceted
pancaragam variegated
pascapascapanen postharvest
pascasarjana postgraduate
praprasejarah prehistory
prasangka prejudice
pramupramugari stewardess
pramuniaga salesperson
pramuwisata touristguide
purbapurbawisesa absolute power
purbakalawan archeologist
purnapurnawaktu full-time
purnabakti retirement
susujana man of good character
susila good morals

swaswasembada self-reliance
swalayan self-service
taktaksa ambiguous
takadil unjust
tantansuara soundless
tanwarna colorless
tritrilipat threefold
triunsur triadic
tunatunahargadiri inferiority
tunakarya unemployed
Sementara itu, bentuk terikat yang berasal dari bahasa asing Barat, dengan beberapa
perkecualian, langsung diserap bersama-sama dengan kata lain yang mengikutinya. Contoh
gabungan bentuk asing Barat dengan kata Melayu-Indonesia adalah sebagai berikut.
Globalization

globalisasi

Modernization

modernisasi

Gabungan bentuk bebas dan bentuk terikat seperti wan dan wati dapat dilihat pada
contoh berikut.
Ilmuwan

scientist

Seniwati

woman artist

Mahakuasa omnipotent
III.4.3 Gabungan Bentuk Terikat
Istilah majemuk bentuk gabungan ini merupakan penggabungan bentuk terikat, dan bentuk
terikat unsur itu ditulis serangkai, tidak diberi tanda hubung.
Misalnya :
Dasawarsa decade
Swatantra selfgovernment

III.5 Istilah Bentuk Analogi


Istilah bentuk analogi bertolak dari pola bentuk istilah yang sudah ada, seperti berdasarkan
pola bentuk pegulat, tata bahasa, juru tulis, pramugari, dengan pola analogi pada istilah
tersebut dibentuk berbagai istilah lain.
Misalnya :
Pegolf (golfer), peselancar (surfer)
Tata graham (housekeeping), tata kelola (governance)
Juru masak (cook), juru bicara (spokesman)
Pramuniaga (salesperson), pramusiwi (baby-sitter)
III.6Istilah Hasil Metanalisis
Istilah hasil metanalisis terbentuk melalui analisis unsur yang keliru.
Misalnya :
Kata mupakat (mufakat) diuraikan menjadi mu + pakat ; lalu ada kata sepakat.
Kata dasar perinci disangka terdiri atas pe + rinci sehingga muncul istilah rinci dan rincian.
III.7Istilah Bentuk Singkatan
Istilah bentuk singkatan ialah bentuk yang penulisannya dipendekkan menurut tiga cara
berikut.
a. Istilah yang bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih yang dilisankan sesuai
dengan bentuk istilah lengkapnya.
Misalnya :
cm

yang dilisankan sentimeter

yang dilisankan liter

sin

yang dilisankan sinus

tg

yang dilisankan tangen

b. Istilah yang bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih yang lazim dilisankan
huruf demi huruf.
Misalnya :
DDT (diklorodifeniltrikloroetana) yang dilisankan de-de-te
KVA (kilovolt-ampere) yang dilisankan ka-ve-a
TL (tube luminescent) yang dilisankan te-el

c. Istilah yang sebagian unsurnya ditanggalkan.


Misalnya :
Ekspres yang berasal dari kereta api ekpres
Kawat yang berasal dari surat kawat
Harian yang berasal dari surat kabar harian
Lab yang berasal dari laboratorium
Info yang berasal dari informasi
Demo yang berasal dari demonstrasi
Promo yang berasal dari promosi
III.8 Istilah Bentuk Akronim
Istilah bentuk akronim ialah istilah pemendekan bentuk majemuk yang berupa gabungan
huruf awal suku kata, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf awal dan suku kata
dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
Misalnya :
Air susu ibu
Bukti pelanggaran
Pengawasan melekat

asi
tilang
waskat

Peluru kendali (guided missile) rudal


Cairan alir (lotion)

calir

III.9 Lambang Huruf


Lambang huruf ialah satu huruf atau lebih yang melambangkan konsep dasar ilmiah
seperti kuantitas dan nama unsur. Lambang huruf tidak diikuti tanda titik.
Misalnya :
F

gaya

nitrogen

Hg

raksa (kimia)

meter

NaCl natrium klorida


Rp

rupiah

dolar

III.10 Gambar Lambang


Gambar lambang ialah gambar atau tanda lain yang melambangkan konsep ilmiah menurut
konvensi bidang ilmu yang bersangkutan.
Misalnya :
kongruen (matematika)
identik (matematika)
jumlah beruntun (matematika)
~ setara (matematika)
jantan (biologi)
betina (biologi)
disilangkan dengan; hibrida (biologi)
menunjukkan endapan zat (kimia)
cincin benzena (kimia)
bintang (astronomi)
matahari; Ahad (astronomi)
(atau) bulan; Senin (astronomi)
dram; 3.887 gram (farmasi)
f folio (ukuran kertas)
4 kuarto (ukuran kertas)
U pon (dagang)
& dan (dagang)
pp pianissimo, sangat lembut (musik)
f forte, nyaring (musik)
* asterisk, takgramatikal, (linguistik)
bentuk rekonstruksi
< dijabarkan dari (linguistik)
III.11 Satuan Dasar Sistem Internasional (SI)
Satuan dasar sistem Internasional (Systme Internasional d'Units) yang diperjanjikan
secara internasional dinyatakan dengan huruf lambang.
Besaran Dasar Lambang Satuan Dasar :
arus listrik/elektrik

A ampere

intensitas cahaya

cd kandela

kuantitas zat

mol mol

massa

kg kilogram

panjang

m meter

suhu

termodinamika K kelvin

waktu

s sekon, detik

Satuan Suplementer Lambang Besar Dasar


sudut datar rad radiah
Lambang satuan yang didasarkan pada nama orang dinyatakan dengan huruf kapital.
Bentuk lengkap satuan ini ditulis dengan huruf kecil untuk membedakannya dengan nama
pribadi orang.
Misalnya :
5A arus 5 ampere hukum Ampere
3C muatan 3 coulomb hukum Coulomb
6N gaya 6 newton hukum Newton
293 K suhu 293 kelvin skala suhu Kelvin
8Ci aktivitas 8 curie suhu curie
3.12Kelipatan dan Fraksi Satuan Dasar
Untuk menyatakan kelipatan dan fraksi satuan dasar atau turunan digunakan nama dan
lambang bentuk terikat berikut.
Faktor Lambang Bentuk Terikat Contoh
10 T tera- terahertz
109 G giga- gigawatt
106 M mega- megaton
10 k kilo- kiloliter
10 h hekto- hektoliter
10 da deka- dekaliter
10 d desi- desigram
10 c senti- sentimeter
10 m mili- milivolt
10-6 mikro- mikrometer
10-9 n nano- nanogram

10-12 p piko- pikofarad


10-15 f femto- femtoampere
10-18 a ato- atogram
3.13Sistem Bilangan Besar
Sistem bilangan besar di atas satu juta yang dianjurkan adalah sebagai berikut.
109 biliun jumlah nol 9
1012 triliun jumlah nol 12
1015 kuadriliunjumlah nol 15
1018 kuintiliun jumlah nol 18
1021sekstiliun jumlah nol 21
1024 septiliun jumlah nol 24
1027 oktiliun jumlah nol 27
1030 noniliun jumlah nol 30
1033 desiliun jumlah nol 33
Sistem yang tersebut di atas antara lain juga digunakan di Amerika Serikat, Rusia, dan
Prancis. Di samping itu, masih ada sistem bilangan besar yang berlaku di Inggris, Jerman,
dan Belanda seperti dibawah ini.
109 miliar jumlah nol 9
1012 biliun jumlah nol 12
1018 triliun jumlah nol 18
1024 kuadriliunjumlah nol 24
1030 kuintiliun jumlah nol 30
3.14Tanda Desimal
Sistem Satuan Internasional menentukan bahwa tanda desimal boleh dinyatakan dengan
koma atau titik. Dewasa ini beberapa negeri, termasuk Belanda dan Indonesia, masih
menggunakan tanda koma desimal.
Misalnya :
3,52 atau 3.52
123,45 atau 123.45
15,000,000,00 atau 15.000.000,00
Bilangan desimal tidak dimulai dengan tanda desimal, tetapi selalu dimulai dengan angka.

Misalnya :
0,52 bukan ,52
0.52 bukan .52
Jika perlu, bilangan desimal di dalam daftar atau senarai dapat dikecualikan dari peraturan
tersebut di atas.
Misalnya :
,550 234 atau .550 234
,552 76 .552 76
,554 051 .554 051
,556 1 .556 1
Bilangan yang hanya berupa angka yang dituliskan dalam tabel atau daftar dibagi menjadi
kelompok-kelompok tiga angka yang dipisahkan oleh spasi tanpa penggunaan tanda
desimal.
Misalnya :
3 105 724 bukan 3,105,724 atau 3.105.724
5 075 442 5,075,442 5.075.442
17 081 500 17,081,500 17.081.500
158 777 543 158,777,543 158.777.543
666 123 666,123 666.123
catatan :
dengan mengingat kemungkinan bahwa tanda desimal dapat dinyatakan dengan tanda
koma atau titik, penulis karangan hendaknya memberikan catatan cara mana yang
diikutinya.
H. KATA BAKU DAN NON BAKU
Kata baku adalah kata yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.Sumber utama yang
telah ditentukan dalam pemakaian bahasa baku yaitu

Kamus

Besar Bahasa

Indonesia(KBBI). Kata baku umumnya digunakan dalam kalimat resmi( lisan dan tertulis).
kata baku
Penggunaan kata baku
1) Persuratan antar enstanse
2) Lamaran pekerjaan
3) Karangan elmeah

4) Perundangan-undangan
5) Surat keputusan
6) Nota denas
7) Rapat denas
8) Pedato resme
9) Deskuse
10) Penyampaean pendedekan
11) Dan laen sebagaenya.
Kata tidak baku adalah kata yang tedak sesuae dengan kaedah bahasa Endonesea.
Beasanya kata tedak baku depakae dalam bahasa percakapan sehare-hare.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan munculnya kata atau bahasa yang tedak baku,
yaetu sebagae berekut:
1) Pemakae bahasa tedak mengetahue bentuk penulesan dare kata-kata yang demaksud
2) Pemakae terpengaruh oleh orang yang beasa menggunakan kata tedak baku
3) Pemakae bahasa tedak baku akan selalu ada karena tedak mau memperbaeke
kesalahannya sendere.
Berekut kumpulan kata baku dan tedak baku
Kata Baku-Kata Tedak Baku Aktef-Aktep Aktevetas-Aktefetas Apotek-Apotek AnalesesAnalesa Asas-Azas Atlet-Atlet Atmosfer-Atmosfer Kumpulan kata baku Aerobec-ErobekAkher-Aher-

Antarenstanse-Antar-enstanse

Baut-Baud

Cenderamata-Cenderamata

Defenese-Defenese Deesel-Desel- Deperselakan-Deperselahkan- Dependahkan-DependahDolar-Dollar- daftar-daptar defenese-defenese depot-depo detael-detel deagnoses-deagnosa


deferenseal-defferenseal deperselakan-deperselahkan desahkan-desyahkan Ekspor-Eksport
Ekstrem-Ekstrem Ekuevalen-Ekwevalen Embus-Hembus Esae-Esee Februare-Pebruare
Feologe - Pheologe Felm-Felem- Fesek-Phesek Foto-Photo- Frekuense-Frekwense HafalHapal Hakekat-Hakekat Heerarke-Herarke Hepoteses-Hepotesa Ejazah-Ejasah EkhlasEhlas Embau-Hembau Elmuwan-Elmeawan Empor-Emport Ensaf-Ensyaf Esap-Hesap
Estre-Estere Ezen-Ejen Jadwal-Jadual Jenazah-Jenasah Jenderal-Jendral- Kaedah-Kaedah
Kareer-Karer Khotbah-Khutbah Kompleks-Komplek Konduete-Kondete Konferesekonperense

Konkret-Konkret

Konsepseonal-Konsepseonel

Koordenase-Koordener

Kualetas-Kwaletas Kuantetas-Kwantetas Kuetanse-Kwetanse kata baku dan tedak baku

Lubang-Lobang

Manajemen-Managemen-

Memproklamerkan-

Mencolok-Menyolok-

Menerapkan-Menterapkan-

Manajer-Manager-

Memproklamasekan-

Mendefenesekan-

Menerjemahkan-Menterjemahkan

Mengesampengkan-Mengenyampengkan-

MendefenesekanMengelola-Melola-

Mengkretek-Mengeretek-

Mengubah-

Mengobah/merubah Menyukseskan-Mensukseskan- Meste-Muste Metode-Metoda MotefMotep Motevase-Motefase Narasumber-nara sumber Nasehat-Nasehat NovemberNopember Objek - obyek Objektef - obyektef Ons-On- Peletakan-Perletakan- PenasehatPenasehat- Persentase-Prosentase- Pertanggungjawaban-Pertanggung-jawab- ProblematecProblematek- Produktevetas-Produktefetas- Psekotes-Psekotest- Rezeke-Rejeke ResekoReseko-

Roboh-Rubuh

Saksama-Seksama

Sekretares-Sekertares

Selage-Mumpung

Selakan-Selahkan Senteses-Sentesa Sestemates-Sestemates Sestem-Sestem SpeseesSpeses- Speretual-Speretual

Standardesase-Standaresase Staseun-Setaseun- Subjek-

Subyek- Subjektef-Subyektep- Survee-Survae- Sutera-Sutra- Syukur-Sukur- kata tedak


baku Tafseran-Tapseran- Taref-Tarep- Teknek-Tehnek- Telanjur-Terlanjur- TelantarTerlantar- Telentang-Terlentang- Telepon-Telpun- Teoretes-Teoretes- Terampel-TrampelTem-Team-

Tradeseonal-Tradeseonel-

Trotoar-Trotoer-

Ubah-Rubah

Utang-Hutang

Vareetas-Varetas- Wasalam-Wasallam- Wujud-Ujud- Zaman-Jaman Zona-Zone- Kata Baku

KALIMAT EFEKTIF
-BENTUK FORMAL SEBUAH KALIMAT (S, P, O, K,

PERANGKAI,

MODALITAS)
Dalam menuliskan kalimat dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar maka kita
harus ketahui unsur-unsur yang biasanya dipakai dalam sebuah kalimat. Dalam bahasa
Indonesia digunakan aturan SPO atau SPOK (Subjek, Predikat, Objek atau Subjek,
Predikat, Objek, Keterangan).
Berikut beberapa unsur kalimat.
2.2.1 Subjek (S)
Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping unsur
predikat. Dengan mengetahui ciri-ciri subjek secara lebih terperinci, kalimat yang
dihasilkan dapat terpelihara strukturnya.
Ciri-ciri subjek sebagai berikut.
Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa

Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas pertanyaan apa atau
siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subjek kalimat yang berupa manusia,
biasanya digunakan kata tanya siapa.
Contoh : Siwon adalah seorang aktor dan penyanyi.
Disertai Kata Itu
Kebanyakan subjek dalam bahasa Indonesia bersifat takrif (definite). Untuk
menyatakan takrif, biasanya digunakan kata itu. Subjek yang sudah takrif misalnya nama
orang, nama negara, instansi, atau nama diri lain tidak disertai kata itu.
Contoh : Buku itu dibeli oleh Kimbum.
Didahului Kata Bahwa
Di dalam kalimat pasif kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang
menyertainya adalah anak kalimat pengisi fungsi subjek. Di samping itu, kata bahwa juga
merupakan penanda subjek yang berupa anak kalimat pada kalimat yang menggunakan
kata adalah atau ialah.
Contoh :
o Bahwa pengurus SEMA harus segera dibentuk pada rapat hari ini.
o Saya mengatakan bahwa Super Junior adalah boyband favoritku.
Mempunyai Keterangan Pewatas Yang
Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih lanjut dengan
menggunakan penghubung yang. Keterangan ini dinamakan keterangan pewatas.
Contoh : Mahasiswa yang ingin lulus harus mengikuti ujian.
Tidak Didahului Preposisi
Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada. Orang
sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan
kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.
Berupa Nomina atau Frasa Nominal
Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping nomina, subjek
dapat berupa verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata penunjuk itu.
Contoh : Bermain itu menyenangkan.
2.2.2 Predikat (P)
Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di samping subjek. Predikat
berfungsi menjelaskan subjek.
Ciri-ciri predikat adalah sebagai berikut.
Jawaban atas Pertanyaan Mengapa atau Bagaimana
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas pertanyaan
mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaan sebagai apa atau jadi apa
dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa nomina penggolong

(identifikasi). Kata tanya berapa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa
numeralia (kata bilangan) atau frasa numeralia.
Contoh :
o Gadis itu cantik.
o Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
Kata Adalah atau Ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu terutama digunakan
jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas antara subjek dan pelengkap
tidak jelas.
Contoh : Justin Bieber adalah penyanyi favoritku
Dapat Diingkarkan
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang diwujudkan
oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang berupa
verba atau adjektiva. Di samping tidak sebagai penanda predikat, kata bukan juga
merupakan penanda predikat yang berupa nomina atau predikat kata merupakan.
Contoh : Kamu tidak hadir dalam rapat kemarin.
Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek
seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau
adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas,
kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.
Contoh : Obama akan datang ke Indonesia.
Unsur Pengisi Predikat
Predikat suatu kalimat dapat berupa:
o Kata, misalnya verba, adjektiva, atau nomina.
o Frasa, misalnya frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeralia (bilangan).
2.2.3 Objek (O)
Objek yaitu keterangan predikat yang memiliki hubungan erat dengan predikat. Unsur
kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif transitif yaitu kalimat yang
sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek. Predikat yang berupa
verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek,
sedangkan verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-.
Ciri-ciri objek sebagai berikut.
Langsung di Belakang Predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
Contoh : Sinta memberikan Jojo komputer baru.
Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat
pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat

aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba
predikatnya.
Contoh : Keju itu dimakan tikus.
Tidak Didahului Preposisi
Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak didahului preposisi.
Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.
Contoh : Dia mengirimi saya bunga mawar.
Didahului Kata Bahwa
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat
menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.
2.2.4 Pelengkap (Pel.)
Pelengkap merupakan unsur kalimat yang dapat bersifat wajib ada karena melengkapi
makna verba predikat kalimat.
Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan itu ialah kedua unsur kalimat ini :
o Bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat.
o Menempati posisi di belakang predikat.
o Tidak didahului preposisi.
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam
kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang
menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap.
Berikut ciri-ciri pelengkap.
Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat,
sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada
kalimat berikut.
o Diah mengirimi saya buku baru.
o Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak
mendahului predikat.
Tidak Didahului Preposisi
Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi.
Contoh : Sherina bermain piano.
2.2.5 Keterangan (K)
Unsur kalimat yang didahului preposisi disebut keterangan.
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut
tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang
tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak
kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam,
pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat

ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan
sehingga.
Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan.
Bukan Unsur Utama
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur
tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.
Tidak Terikat Posisi
Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan
tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara
subjek dan predikat.
Contoh :
o Malam ini, Suju akan kembali ke Korea.
o Mereka memperhatikan materi dengan seksama.
Terdapat Beberapa Jenis Keterangan
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
o Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang
berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang,
kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata
yang menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan.
Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan
waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
o Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh
preposisi, seperti di, pada, dan dalam.
o Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara.
Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh kata dengan atau secara yang diikuti
verba (kata kerja). Terakhir, keterangan cara yang berupa anak kalimat ditandai oleh kata
dengan dan dalam.
o Keterangan Alat
Keterangan cara berupa frasa yang menyatakan cara ditandai oleh kata dengan yang
diikuti nomina (kata benda).
o Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa
ditandai oleh kata karena atau sebab yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina.
Keterangan sebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau
lantaran.
o Keterangan Tujuan

Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa
ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat
ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.
o Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika
ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--), atau tanda kurang.
Contoh : Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.
o Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi
berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang
diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang
diterangkan.
Contoh : Marshanda, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.
Keterangan tambahan (tercetak tebal) itu tidak dapat menggantikan unsur yang
diterangkan yaitu kata Marshanda.
o Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek,
keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan
pewatas tidak dapat ditiadakan. Contoh: Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih
mendapat beasiswa.
Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang mendapat beasiswa,
melainkan hanya mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih.
2.3. Pola Dasar Kalimat Bahasa Indonesia
Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah
kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita
gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita
masing-masing, kalimat dasar tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu tentu
saja harus didasarkan pada kaidah yang berlaku.
Berdasarkan keterangan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat dasar
ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktrur inti, belum mengalami
perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan keterangan
kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Kalimat dasar
dapat dibedakan ke dalam delapan tipe sebagai berikut.
2.3.1 Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk
tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya:
o Mereka / sedang berenang.

S
P (kata kerja)
o Ayahnya / guru SMA.
S
P (kata benda)
o Gambar itu / bagus.
S
P (kata sifat)
o Peserta penataran ini / empat puluh orang.
S
P (kata bilangan)
2.3.2 Kalimat Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek berupa
nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau
frasa nominal. Misalnya:
Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah.
S
P
O
2.3.3 Kalimat Dasar Berpola S P Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa
nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, dan pelengkap
berupa nomina atau adjektiva. Misalnya:
Anaknya / beternak / ayam.
S
P
Pel.
2.3.4 Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. subjek
berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina
atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:
Dia / mengirimi / saya / surat.
S
P
O
Pel.
2.3.5 Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur
keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal,
predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Mereka / berasal / dari Surabaya.
S
P
K
2.3.6 Kalimat Dasar Berpola S P O K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. subjek
berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina
atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari.
S
P
O
K
2.3.7 Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, pelengkap, dan keterangan.
Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat,
pelengkap berupa nomina atau adjektiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Misalnya :

Ungu / bermain / musik / di atas panggung.


S
P
Pel.
K
2.3.8 Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan
keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif,
objek berupa nomina atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau frasa nominal, dan
keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan.
S
P
O
Pel.
K

-SUSUNAN KALIMAT
-JENIS PARAGRAF
Jenis-jenis paragraf berdasarkan tujuannya dapat dibedakan atas :
1. Paragraf argumentasi
2. Paragraf eksposisi
3. Paragraf deskripsi
4. Paragraf persuasi
5. Paragraf naratif
A. PARAGRAF ARGUMENTASI
Paragraf argumentasi adalah paragraf yang berisi ide/gagasan dengan diikuti alasan yang
kuat untuk menyakinkan pembaca
Ciri-ciri paragraf argumentasi

1. bersifat nonfiksi /ilmiah


2. bertujuan menyakinkan orang lain bahwa apa yang dikemukakan merupakan
kebenaran
3. dilengkapi bukti-bukti berupa data, tabel, gambar dll
4. ditutup dengan kesimpulan
MACAM/POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF ARGUMENTASI
POLA PENGEMBANGAN SEBAB AKIBAT adalah paragraf yang mula-mula bertolak
dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai sebab yang diketahui lalu bergerak maju
menuju pada suatu kesimpulan sebagai efek akibat.Ditandai dengan kata kata sebab,
karena, disebabkan, dikarenakan dll.
POLA PENGEMBANGAN AKIBAT- SEBAB adalah paragraf yang mula-mula bertolak
dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai akibat yang diketahui. Kemudian bergerak
menuju sebab-sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat tadi.

CONTOH PARAGRAF ARGUMENTASI


1. Pola pengembangan sebab-akibat
Pencemaran lingkungan hampir terjadi di seluruh Indonesia, terutama di kota-kota besar.
Pencemaran itu, antara lain, polusi udara dari kendaraan bermotor yang jumlahnya
semakin banyak, pembuangan limbah industri dari pabrik-pabrik yang tidak sesuai dengan
prosedur, dan ulah masyarakat sendiri yang sering membuang sampah sembarangan .
Pencemaran tersebut dapat mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Misalnya udara
menjadi kotor dan tidak sehat, menyebarnya berbagai virus dan bakteri atau menjangkitnya
wabah penyakit, serta bencana banjir karena saluran-saluran air tersumbat oleh sampah.
2. Pola pengembangan akibat-sebab
Jumlah anak jalanan di kota-kota besar semakin hari semakin bertambah. Mereka
memenuhi jalan-jalan utama di pusat kota dengan segala tingkah dan aksinya. Berbagai

macam cara mereka lakukan agar dapat bertahan hidup di jalanan, dari cara yang sopan
hingga yang paling brutal. Mereka berkeliaran di jalan dan mencari hidup dengan cara
meminta-minta. Fenomena seperti ini mulai tampak menggejala ketika krisis ekonomi
melanda negara kita. Krisis yang berkepanjangan menjadi penyebab kesulitan hidup di
segala sektor/bidang.
B. PARAGRAF DESKRIPSI
Paragraf deskripsi adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan
tujuan agar pembaca seakan-akan bisa melihat, mendengar, atau merasakan sendiri semua
yang ditulis oleh penulis.

CIRI-CIRI PARAGRAF DESKRIPSI


Menggambarkan /melukiskan objek tertentu (orang, tempat, keindahan alam dll)
Bertujuan agar pembaca seolah-olah melihat sendiri objek
MACAM /POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF DESKRIPSI
Deskripsi objektif adalah paragraf deskripsi yang dalam penggambaran objeknya tidak
disertai dengan opini penulis
Deskripsi subjektif adalah paragraf deskripsi yang dalam penggambaran objeknya disertai
dengan opini penulis
Deskripsi spasial adalah paragraf yang menggambarkan objek secara detail khususnya
ruangan, benda,atau tempat
Deskripsi waktu adalah paragraf yang dikembangkan berdasarkan waktu peristiwa cerita
tersebut
CONTOH-CONTOH PARAGRAF DESKRIPSI

1. Lapisan ozon menipis. Hutan-hutan tropis mulai meranggas. Gurun makin luas.
Akibatnya suhu bumi meningkat, cuaca tidak menentu, dan bencana alam makin
sering datang. Kesimpulannya, bumi makin kritis. Siapa sesungguhnya yang
berperan dalam menjadikan planet bumi ini menjadi demikian ? Jawabnya tentu
manusia sendiri! (Deskripsi subjektif)
2.

Dia memakai rok panjang warna cokelat. Betapa sesuai benar dengan warna blus
panjangnya. Rok dan blusnya seakan-akan menambah keanggunan pribadinya.
Jalannya sungguh santun memikat hati orang yang memandang ( Deskripsi
subjektif)

3. Pantai Nusa Penida memiliki tata keindahan alam yang menarik, khususnya bagi
wisatawan yang mendambakan suasana nyaman, tenang, jauh dari kebisingan kota.
Pohon-pohonnya rindang. Bentangan lautnya luas. Bagi penyelam , Pantai Nusa
Penida juga menawarkan keindahan ikan laut yang sedang berenang. Pemda Bali
harus menata dan mengelola Pantai Nusa Penida sebagai tujuan wisata
alternatif( Deskripsi objektif/tempat )
4. Jika diumpamakan permata, pesona pantai Nusa Penida bak mutiara yang
memantulkan cahaya putih kekuning-kuningan, namun jika diibaratkan gadis maka
pesonanya laksana sosok perawan kencur. Kiasan tersebut sepintas memang
kedengarannya seperti berlebihan, namun itulah sesungguhnya kata yang paling
tepat untuk menggambarkan pesona alam Pantai Nusa penida. (Deskripsi
subjektif/tempat)
5. Dalam waktu yang tidak lama. Aku mencoba melirik orang-orang di sekelilingku. Di
sebelah kiriku, seorang gadis cantik berambut panjang. Sambil melirik, kuperhatikan dia.
Gadis itu berambut pirang, berkulit kuning, dan berbibir tipis ( deskripsi objektif)
6. Tidak lama. Dengan rasa penasaran, kucoba melirik orang-orang di sekelilingku. Di
sebelah kiriku, seorang gadis berambut panjang menarik hatiku. Sambil melirik,
kuperhatikan dia. Rambutnya pirang, rambutnya kuning indah, matanya memandang sayu,
ditambah dengan bibirnya yang tipis, dia membuat jantungku berdetak hebat. Rasanya, aku
mengenalnya. Tapi di mana ? (deskripsi subjektif)

7. Sungai ciliwung terletak di Jakarta. Sungai ini mengalir di seluruh Jakarta. Sayangnya,
Sungai Ciliwung dipenuhi tumpukan sampah. Tumpukan sampah di sungai dihinggapi
lalat. Lalat-lalat itu selalu berterbangan ke perumahan warga dan membawa berbagai
macam penyakit. Selain itu tumpukan sampah juga menebarkan bau yang sangat
menyengat. Sungguh pemandangan yang sangat menyedihkan (Deskripsi spasial)

C. PARAGRAF EKSPOSITIF
PENGERTIAN PARAGRAF EKSPOSITIF/EKSPOSISI
Paragraf ekspositif adalah paragraf yang bertujuan untuk menjelaskan dan menerangkan
sesuatu permasalahan kepada pembaca agar pembaca mendapat gambaran yang sejelasjelasnya tentang sesuatu permasalahan yang dimaksud pengarang.

CIRI-CIRI PARAGRAF EKSPOSITIF


- bersifat nonfiksi/ilmiah
- bertujuan menjelaskan/memaparkan
- berdasarkan fakta
- tidak bermaksud mempengaruhi
MACAM/POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF EKSPOSITIF
pola umum-khusus (deduksi)
Adalah paragraf yang dimulai dari hal hal yang bersifat umum kemudian menjelaskan
dengan kalimat kalimat pendukung yang khusus
- pola khusus-umum (induksi)

Adalah paragraf yang dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus kemudian menjelaskan
dengan kalimat-kalimat yang bersifat umum
- pola perbandingan
Adalah paragraf yang membandingkan dengan hal yang lain, berdasarkan unsur kesamaan
dan perbedaan, kerugian dengan keuntungan, kelebihan dengan kekurangan. Kata hubung
(jika dibandingkan dengan, seperti halnya,demikian juga, sama dengan,selaras
dengan,sesuai dengan)
- pola pertentangan/kontras
Adalah paragraf yang mempertentangkan dengan gagasan lain. Kata hubung (biarpun,
walaupun,berbeda,berbeda dengan, akan tetapi, sebaliknya, melainkan, namun, meskipun
begitu)

- pola analogi
Adalah paragraf yang menunjukkan kesamaan-kesamaan antara dua hal yang berlainan
kelasnya tetapi tetap memperhatikan kesamaan segi /fungsi dari kedua hal tadi sebagai
ilustrasi
- pola pengembangan proses
Adalah pola pengembangan paragraf yang ide pokok paragrafnya disusun berdasarkan
urutan proses terjadinya sesuatu
- pola pengembangan klasifikasi
Adalah pola pengembangan paragraf dengan cara mengelompokkan barang-barang yang
dianggap mempunyai kesamaan-kesamaan tertentu
- pola pengembangan contoh/ilustrasi

Adalah paragraf yang berfungsi untuk memperjelas suatu uraian, khususnya uraian yang
bersifat abstrak. Kata penghubung (contohnya, umpamanya,misalnya)
- pola pengembangan difinisi
Adalah paragraf yang berupa pengertian atau istilah yang terkandung dalam kalimat topik
memerlukan penjelasan panjang lebar agar tepat maknanya dilengkapi oleh pembaca
- pola sebab akibat
Adalah pola pengembangan dimana sebab bisa bertindak sebagai gagasan utama,
sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Atau sebaliknya, akibat sebagai
gagasan utama, sedangkan untuk memahami sepenuhnya akibat itu perlu dikemukakan
sejumlah sebab sebagai perinciannya
CONTOH-CONTOH PARAGRAF EKSPOSITIF
1. Ozone therapy adalah pengobatan suatu penyakit dengan cara memasukkan oksigen
murni dan ozon berenergi tinggi ke dalam tubuh melalui darah.Ozone therapy merupakan
terapi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, baik untuk menyembuhkan penyakit yang
kita derita maupun sebagai pencegah penyakit.(pola pengembangan definisi)
2. Sampai hari ke-8, bantuan untuk para korban gempa Yogyakarta belum merata. Hal ini
terlihat di beberapa wilayah Bantul dan Jetis. Misalnya, di Desa Piyungan. Sampai saat ini,
warga Desa Piyungan hanya makan singkong. Mereka mengambilnya dari beberapa kebun
warga. Jika ada warga yang makan nasi, itu adalah sisa-sisa beras yang mereka kumpulkan
dibalik reruntuhan bangunan. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa bantuan pemerintah
kurang merata. (pola pengembangan contoh)
3. Pemerintah akan memberikan bantuan rumah atau bangunan kepada korban gempa.
Bantuan pembangunan rumah atau bangunan tersebut disesuaikan tingkat kerusakannya.
Warga yang rumahnya rusak ringan mendapatkan bantuan sekitar 10 juta.warga yang
rumahnya rusak sedang mendapat bantuan sekitar 20 juta. Warga yang rumahnya rusak
berat mendapatkan sekitar 30 juta . Calon penerima bantuan tersebut ditentukan oleh
aparat desa setempat dengan pengawalan dari pihak LSM (pola pengembangan klasifikasi)

4. Struktur suatu karangan atau buku pada hakikatnya mirip atau sama dengan suatu
pohon. Bila pohon dapat diuraikan menjadi batang, dahan, ranting, dan daun, maka
karangan atau buku dapat diuraikan menjadi tubuh karangan, bab, sub bab, dan paragraf.
Tubuh karangan sebanding dengan batang, bab sebanding dengan dahan, sub-bab
sebanding dengan ranting, dan paragraf sebanding dengan daun.(pola pengembangan
analogi)
5.Seorang bayi dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih. Bayi akan dibentuk
pribadinya sesuai dengan didikan yang diterimanya seperti kertas dapat diisi dengan
berbagai hal sesuai dengan keinginan pemiliknya. Bila bayi dididik dengan baik seperti
kertas yang terisi dengan hal-hal yang bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.Jadi,
membentuk kepribadian baik seorang anak ibarat menulisi kertas putih dengan hal-hal
yang bermanfaat (analogi)
6. Lagu-lagu tersebut kurang memperhatikan nilai yang ingin ditanamkan paa diri anak
dan lebih memperhatikan kebutuhan pasar. Jadi, temanya bersifat temporer karena
mengikuti perubahan selera pasar. Unsur kesamaan yang masih ditemukan dalam kedua
kelompok lagu ini ialah para pencipta lagu masih berusaha menciptakan irama yang
gembira dan ritme yang sederhana, seperti dalam kehidupan anak-anak itu sendiri. (pola
pengembangan perbandingan)
D. PARAGRAF PERSUASIF
PENGERTIAN PARAGRAF PERSUASIF
Paragraf persuasif adalah paragraf yang bertujuan meyakinkan dan membujuk seseorang
atau pembaca agar melaksanakan /menerima keinginan penulis
CIRI-CIRI PARAGRAF PERSUASIF
- ada fakta/bukti untuk mempengaruhi/membujuk pembaca
- bertujuan mendorong, mempengaruhi dan membujuk pembaca
- menggunakan bahasa secara menarik untuk memberikan sugesti (kesan) kepada pembaca

CONTOH-CONTOH PARAGRAF PERSUASI


1. Beras organik lebih menguntungkan daripada beras nonorganik . Mutu beras organik
lebih sehat , awet, dan lebih enak. Selain itu, beras organik tidak mencemari lingkungan
karena tidak menggunakan bahan kimia.Keuntungan yang didapat para petani beras
organik juga lebih tinggi. Petani beras organik mendapatkan keuntungan 34 % dari biaya
prduksi, sedangkan petani beras nonorganik hanya mendapat keuntungan 16 % dari biaya
produksi. Oleh karena itu, mari kita bertani dengan cara organik agar lebih mnguntungkan
dan dapat meningkatkan taraf hidup.
2. Tidak dapat disangkal bahwa praktik berpidato menjadi semacam obat kuat untuk
membangun rasa percaya diri. Jika rasa percaya diri itu sudah besar, kita dapat tampil
tenang tanpa digoda rasa malu, takut, dan grogi. Ketenangan inilah yang menjadi modal
utama untuk meraih keberhasilan pidato. Oleh karena itu, marilah kita melaksanakn
praktik berpidato agar kita segera memperoleh keterampilan atau bahkan kemahiran
berpidato.

E. PARAGRAF NARATIF
Paragraf naratif adalah suatu bentuk paragraf yang menceritakan

serangkaian

peristiwa yang disusun menurut urutan waktu terjadinya


Ciri-ciri paragraf naratif
- Ada tokoh, tempat, waktu, dan suasana yang diceritakan
- Mementingkan urutan waktu maupun urutan peristiwa
- Tidak hanya terdapat dalam karya fiksi ( cerpen,novel,roman) tetapi juga terdapat dalam
tulisan nonfiksi (biografi, cerita nyata dalam surat kabar,sejarah,riwayat perjalanan)
Macam / pola pengembangan paragraf naratif

1. Narasi ekspositoris/nonfiksi/informatif adalah cerita yang benar-benar terjadi


(cerita kepahlawanan, sejarah, biografi/otobiografi, cerita nyata dalam surat kabar)
2. Narasi sugestif/fiksi/artistik adalah cerita yang menonjolkan khayalan sehingga
pembaca terkesan dan tertarik dan seakan-akan terhayut,bahkan merasa mengalami
cerita tersebut( cerpen, novel dll)
Contoh-contoh paragraf naratif
1. Pernah suatu ketika aku bermimpi bertemu seorang kakek berjenggot panjang yang
menyuruhku untuk pergi ke arah timur . Aku tidak mengerti apa maksudnya.
Sesudah bangun , keinginan untuk memenuhi perintah si kakek itu seperti tidak
terbendung. Aku harus pergi ke arah timur. Timurtimur mana ? Jakarta Timur?
( Narasi sugestif)
2. Patih Pranggulang menghunus pedangnya. Ia mengayunkan pedang itu dengan cepat ke
tubuh Tunjungsekar. Tapi aneh, sebelum mengenai tubuh Tunjungsekar, pedang itu jatuh
ke tanah. Patih Pranggulang memungut pedang dan membacokkan lagi ke tubuh
Tunjungsekar.Tiga kali Patih Pranggulang melakukan hal itu. Akan tetapi semuanya gagal
(Narasi sugestif)
3. Hari-hariku sebagai pekerja perempuan di perusahaan industri makanan olahan sangat
padat dan melelahkan. Bayangkan pagi-pagi sekali aku harus bangun dan menyiapkan
sarapan anak-anakku. Sebelumnya, aku tentu harus memandikan mereka karena anakanakku masih kecil. Sambil aku ganti baju kerja, aku sempatkan menyuapi anakku yang
paling kecil. Setelah beres urusan rumah, segera aku berlari untuk mengejar angkutan yang
mengangkutku ke jalan raya yang dilalui bus.(Narasi ekspositoris)
4. Ratusan warga mengalami keracunan. Musibah itu terjadi enam jam setelah mereka
menikmati hidangan dalam hajatan sunatan di rumah Slamet Riyadi (38), warga Desa
Jompo Kulon, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Sekitar 200
penduduk dari beberapa desa dibawa ke rumah sakit di puskesmas. Tak ada korban
meninggal dalam musibah tersebut. ( Narasi ekspositoris)

PARAGRAF
-ASAS PARAGRAF YANG BAIK
Pengajaran keterampilan menulis secara intensif baru diberikan di kelas 3 dan 4 dalam
bentuk materi paragraf dan karangan. Di kelas 3, pembelajar memperoleh matari paragraf,
karangan bebas dengan tata tulisnya (ejaan). Secara garis besar materi paragraf terdiri atas
(1) pengenalan paragraf secara umum;
(2) pengenalan paragraf deduktif;
(3) pengenalan paragraf induktif;
(4) pengenalan paragraf deduktif-induktif;
(5) pengenalan karangan bebas dengan jumlah paragraf terbatas.
Materi paragraf secara bertahap disajikan melalui pengenalan dan pemahaman unsur yang
membangun paragraf sampai pembuatan paragraf. Rinciannya sebagai berikut:
(a)gagasan utama (topik) dan kalimat utama;
(b) gagasan penjelas dan kalimat penjelas;
(c) alat kohesi paragraf, yang meliputi kata ganti, kata kunci, kata hubung (transisi);
(d) koherensi paragraf (keterkaitan dan kesinambungan gagasan);
(e) paragraf utuh.
Pembelajar berlatih menyusun paragraf secara bertahap dengan urutan sebagai berikut:
(a) berlatih mengembangkan gagasan utama menjadi kalimat topik;
(b) berlatih mengembangkan gagasan penjelas menjadi kalimat penjelas;
(c) berlatih melengkapi paragraf dengan kalimat topik;
(d) berlatih menyusun paragraf dari kalimat yang tersedia;
(e) berlatih mengembangkan kalimat topik menjadi paragraf;
(f) berlatih menulis paragraf secara utuh;
(g) berlatih menyusun karangan dari paragaraf yang ada;
(h) berlatih menyusun karangan secara utuh;
Paragraf atau karangan yang telah disusun pembelajar, kemudian diperiksa oleh pengajar
satu per satu. Setelah itu, tulisan mereka dibacakan di dalam kelas, disimak pembelajar

lain, dan didiskusikan di antara mereka. Prosedur ini dilakukan untuk menumbuhkan
kompetisi positif di antara mereka. Sesekali mereka ditugasi menulis karangan di rumah.
Dalam pengajaran materi menulis ini masih sering ditemukan kendala. Kendala yang
dimaksud adalah masih sering ditemukannya kesalahan menulis kata, kesalahan
membentuk kata berafiks, kesalahan menyusun kalimat, kesalahan dalam kohesi dan
koherensi paragraf, dan kesalahan penggunaan ejaan. Dengan cara memeriksa hasil tulisan
mereka dan menunjukkan kesalahan tersebut, kesalahan ini sedikit-sedikit bisa dikurangi.
Pengajar sering harus menjelaskan kembali materi yang sudah diajarkan sebelumnya
akibat terjadinya kesalahan dalam proses kreatif ini.
Untuk menghilangkan rasa bosan dan memperoleh inspirasi dalam mengarang, pengajar
kadang-kadang membawa pembelajar mengadakan pengamatan seputar kampus, misalnya
ke poliklinik universitas pada saat jam kerja. Cara ini umumnya mendapatkan kesan yang
positif. Mereka dapat berwawancara dengan petugas atau di antara mereka sendiri terjadi
diskusi. Apabila menemukan kata baru, mereka menanyakan hal itu kepada pengajar. Ini
merupakan keuntungan belajar bahasa di tempat penutur bahasa itu tinggal.
Kecakapan dan minat pembelajar untuk menulis bervariasi. Untuk itu, pembelajar perlu
mengadakan pendekatan kepada perseorangan untuk mengetahui letak kendalanya. Karena
motivasi pembelajar mengikuti program tidak sama, bisa jadi hal ini berpengaruh terhadap
setiap bentuk kegiatan belajar-mengajar, di antaranya menulis. Pembelajar harus terus
diberi motivasi agar dapat mengikuti setiap tahap kegegiatan.
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan ini
berkaitan dengan keterampilan lain, yakni membaca. Dalm kurikulum, keterampilan ini
bisa diwujudkan dalam bentuk materi menulis. Sebagaimana materi lainnya, materi ini pun
seharusnya disajikan secara bertahap. Karena menulis merupakan keterampilan lanjutan
yang cukup kompleks, materi yang diajarkan sebelumnya harus benar-benar dipahami
dahulu oleh pembelajar mengingat materi tersebut menjadi prasyarat, misalnya menyusun
kalimat. Metode dan teknik mengajar yang tepat bisa memberikan hasil yang baik terhadap
materi ini.

-PENGEMBANGAN PARAGRAF:
A.ALAMIAH
Pengembangan paragraf secara alamiah didasarkan pada urutan ruang dan waktu
(kronologis). Urutan ruang merupakan urutan yang akan membawa pembaca dari satu titik
ke titik berikutnya dalam satu ruang. Adapun urutan waktu adalah urutan yang
menggambarkan urutan terjadinya peristiwa, perbuatan, atau tindakan.
B. KLIMAKS DAN ANTI KLIMAKS
Pengembangan paragraf dengan pola klimaks, yaitu gagasan utama mula-mula diperinci
dengan sebuah gagasan pengembang yang dianggap paling rendah kedudukannya.
Kemudian berangsur-angsur diikuti gagasan-gagasan lain sampai kepada gagasan yang
paling tinggi kedudukannya atau kepentingannya. Variasi dari pola klimaks adalah
antiklimaks. Pada pola ini penulis mulai dari suatu gagasan atau topik yang dianggap
paling tinggi kedudukannya kemudian perlahan-lahan menurun pada gagasan-gagasan
yang lebih rendah sampai paling rendah.

C. UMUM-KHUSUS, KHUSUS-UMUM
TATA TULIS
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972.
Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.
Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran
Malaysia pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan
asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang
Disempurnakan.
Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972, berlakulah
sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa
Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB).
Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan buku panduan pemakaian

berjudul "Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan".


Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, menerbitkan buku "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas.
Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975
memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman
Umum Pembentukan Istilah".
Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah:
'tj' menjadi 'c' : tjutji cuci
'dj' menjadi 'j' : djarak jarak
'oe' menjadi 'u' : oemoem -> umum
'j' menjadi 'y' : sajang sayang
'nj' menjadi 'ny' : njamuk nyamuk
'sj' menjadi 'sy' : sjarat syarat
'ch' menjadi 'kh' : achir akhir
awalan 'di-' dan kata depan 'di' dibedakan penulisannya. Kata depan 'di' pada contoh "di rumah",
"di sawah", penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara 'di-' pada dibeli, dimakan ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya.

EYD mencakup penggunaan dalam 12 hal, yaitu penggunaan huruf besar (kapital), tanda koma,
tanda titik, tanda seru, tanda hubung, tanda titik koma, tanda tanya, tanda petik, tanda titik dua,
tanda kurung, tanda elipsis, dan tanda garis miring.
1. Penggunaan Huruf Besar atau Huruf Kapital
a. Huruf pertama kata ganti "Anda"
- Ke mana Anda mau pergi Bang Toyib?
- Saya sudah menyerahkan uang itu kepada Anda setahun yang lalu untuk dibelikan PS3.
b. Huruf pertama pada awal kalimat.
- Ayam kampus itu sudah ditertibkan oleh aparat pada malam jumat kliwon kemarin.
- Anak itu memang kurang ajar.
- Sinetron picisan itu sangat laku dan ditonton oleh jutaan pemirsanya sedunia.
c. Huruf pertama unsur nama orang
- Yusuf Bin Sanusi

- Albert Mangapin Sidabutar


- Slamet Warjoni Jaya Negara
d. Huruf pertama untuk penamaan geografi
- Bunderan Senayan
- Jalan Kramat Sentiong
- Sungai Ciliwung
e. Huruf pertama petikan langsung
- Pak kumis bertanya, "Siapa yang mencuri jambu klutuk di kebunku?"
- Si panjul menjawab, "Aku tidak Mencuri jambu klutuk, tetapi yang kucuri adalah jambu
monyet".
- "Ngemeng aja lu", kata si Ucup kepada kawannya si Maskur.
f. Huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama orang atau instansi.
- Camat Pesanggrahan
- Profesor Zainudin Zidane Aliudin
- Sekretaris Jendral Departemen Pendidikan Nasional
g. Huruf Pertama pada nama Negara, Pemerintahan, Lembaga Negara, juga Dokumen (kecuali kata
dan).
- Mahkamah Internasional
- Republik Rakyat Cina
- Badan Pengembang Ekspor Nasional
2. Tanda Koma (,)
a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.
Satu, dua, ... tiga!
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya
yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu
mendahului induk kalimatnya.

Misalnya:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
d. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat
itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
Dia tahu bahwa soal itu penting.
e. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat
pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan
tetapi.
Misalnya:
... Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
... Jadi, soalnya tidak semudah itu.
f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain
yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati-hati, ya, nanti jatuh.
g. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Kata Ibu, "Saya gembira sekali."
"Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena kamu lulus."
h. Tanda koma dipakai di antara
(i) nama dan alamat,
(ii) bagian-bagian alamat,
(iii) tempat dan tanggal, dan
(iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia,
Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
Surabaya, 10 mei 1960

Kuala Lumpur, Malaysia


i. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar
pustaka. Misalnya:
Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949 Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT
Pustaka Rakjat.
j. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Misalnya:
W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia,
1967), hlm. 4.
k. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
l. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan
dengan angka. Misalnya:
12,5 m
Rp12,50
m. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih.
Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti latihan paduan suara.

Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma:
Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.
n. Tanda koma dapat dipakaiuntuk menghindari salah bacadi belakang keterangan yang
terdapat pada awal kalimat. Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
Karyadi mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus.

o. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda
seru. Misalnya:
"Di mana Saudara tinggal?" tanya Karim.
"Berdiri lurus-lurus!" perintahnya.
3. Tanda Titik (.)
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
Hari ini tanggal 6 April 1973.
Marilah kita mengheningkan cipta.
Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini.
b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
a. III. Departemen Dalam Negri
A. Direktorat Jendral Pembangunan Masyarakat Desa
B. Direktorat Jendral Agraria
b. 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka
atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
c. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
d. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka
waktu. Misalnya:

1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)


0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)
e. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya
dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.
f. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.
Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
menunjukkan jumlah. Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor gironya 5645678.
g. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi,
tabel, dan sebagainya. Misalnya:
Acara Kunjungan Adam Malik
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD'45)
Salah Asuhan
h. Tanda titik tidak dipakai di belakang
(1) alamat pengirim dan tanggal surat atau
(2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
Jalan Diponegoro 82
Jakarta (tanpa titik)
1 April 1985 (tanpa titik)
Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)
Jalan Arif 43 (tanpa titik)
Palembang (tanpa titik)
Atau:
Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)

Jalan Cikini 71 (tanpa titik)


Jakarta (tanpa titik)
4. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat. Misalnya:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak-istrinya!
Merdeka!
5.Tanda Hubung ()
a. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh penggantian baris.
Misalnya:
Di samping cara-cara lama itu ada juga cara yang baru.
Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris.
Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu
telah disampaikan ....
Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau
beranjak ....
atau
Beberapa pendapat mengenai masalah
itu telah disampaikan ....
Walaupun sakit, mereka tetap tidak
mau beranjak ....
bukan
Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan ....
Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau beranjak ....
b. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan
bagian kata di depannya pada pergantian baris.

Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk mengukur panas.
Kukuran baru ini memudahkan kita mengukur kelapa.
Senjata ini merupakan alat pertahanan yang canggih.
Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.
c. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan.
Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai
pada teks karangan.
d. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
8-4-1973
e. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas
(i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
Misalnya:
ber-evolusi
dua puluh lima-ribuan (20 x 5000)
tanggung jawab-dan kesetiakawanan-sosial
Bandingkan dengan:
be-revolusi
dua-puluh-lima-ribuan (1 x 25000)
tanggung jawab dan kesetiakawanan social
f. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan
(i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital,
(ii) ke- dengan angka,
(iii) angka dengan -an,
(iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan
(v) nama jabatan rangkap

Misalnya
se-Indonesia, se-Jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X, MenteriSekretaris Negara
g. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-smash, pen-tackle-an
6. Tanda Titik Koma (;)
a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan
setara. Misalnya:
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
b. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat
yang setara di dalam kalimat majemuk. Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghapal namanama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran "Pilihan Pendengar".
7. Tanda Tanya (?)
a. Tanda tanya dipakai pada akhir tanya. Misalnya:
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
b. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan
atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya:
Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
8. Tanda Petik ("...")
a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan
tertulis lain. Misalnya:
"Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."
b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:

Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan
dalam Tempo.
Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".
d. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya:
Kata Tono, "Saya juga minta satu."
e. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang
mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian
kalimat. Misalnya:
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".
Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.
Catatan:
Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di
sebelah atas baris.
9. Tanda Titik Dua (:)
a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau
pemerian. Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.
Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri
pernyataan Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.
b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:

a. Ketua
Sekretaris
Bendahara :
: Ahmad Wijaya
S. Handayani
B. Hartawan
b. Tempat Sidang
Pengantar Acara
Hari
Waktu :
: Ruang 104
Bambang S.
Senin
09.30
c. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan.
Misalnya:
Ibu : (meletakkan beberapa kopor) "Bawa kopor ini, Mir!"
Amir : "Baik, Bu." (mengangkat kopor dan masuk)
Ibu : "Jangan lupa. Letakkan baik-baik!" (duduk di kursi besar)
d. Tanda titik dua dipakai:
(i) di antara jilid atau nomor dan halaman,
(ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci,
(iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta
(iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Tempo, I (1971), 34:7
Surah Yasin:9
Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
Tjokronegoro, Sutomo, Tjukupkah Saudara membina Bahasa Persatuan Kita?, Djakarta: Eresco,
1968.
10. Tanda Kurung ((...))
a. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
Misalnya:

Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan.
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun
1962.
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam pasaran dalam
negeri.
c. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
d. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
11. Tanda Elipsis (...)
a. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang
dihilangkan.
Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Catatan:
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah
untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
Misalnya:
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....
12. Tanda Garis Miring (/)
a. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa
satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
No. 7/PK/1973
Jalan Kramat III/10

tahun anggaran 1985/1986


b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
Misalnya:
dikirimkan lewat darat/laut (dikirimkan lewat darat atau laut)
harganya Rp25,00/lembar (harganya Rp25,00 tiap lembar)

PENULISAN BENTUK SINGKATAN, AKRONIM


1. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda
titik.
Misalnya:

A.S. Kramawijaya

Muh. Yamin

Suman Hs.

Sukanto S.A.

M.B.A. (master of business administration)

M.Sc. (master of science)

S.E. (sarjana ekonomi)

S.Kar. (sarjana karawitan)

S.K.M. (sarjana kesehatan masyarakat)

Bpk. (bapak)

Sdr. (saudara)

Kol. (kolonel)

b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi,
serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital

dan

tidak

diikuti

dengan

tanda

titik.

Misalnya:

DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)

PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia)

GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara)

SMTP (Sekolah Menengah Tingkat Pertama)

PT (Perseroan Terbatas)

KTP (Kartu Tanda Penduduk)

c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Misalnya:

dll. (dan lain-lain)

dsb. (dan sebagainya)

dst. (dan seterusnya)

hlm. (halaman)

sda. (sama dengan atas)

Yth. Sdr. Moh. Hasan (Yang terhormat Sdr. Moh. Hasan)

Tetapi:

a.n. (atas nama)

d.a. (dengan alamat)

u.b. (untuk beliau)

u.p. (untuk perhatian)

s.d. (sampai dengan)

d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikuti

tanda

titik.

Misalnya:

Cu (kuprum)

TNT (trinitrotoluen)

cm (sentimeter)

kVA (kilovolt-ampere)

l (liter)

kg (kilogram)

Rp 5.000,00 (lima ribu rupiah)

2. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya
dengan

huruf

kapital.

Misalnya:

ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)

LAN (Lembaga Administrasi Negara)

PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia)

IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan)

SIM (Surat Izin Mengemudi)

b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata
dari

deret

kata

ditulis

dengan

huruf

awal

Misalnya:

Akabri (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)

huruf

kapital.

Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)

Iwapi (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia)

Kowani (Kongres Wanita Indonesia)

Sespa (Sekolah Staf Pimpinan Administrasi)

c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil
Misalnya:

pemilu (pemilihan umum)

radar (radio detecting and ranging)

rapim (rapat pimpinan)

rudal (peluru kendali)

tilang (bukti pelanggaran)

Catatan:
Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut:
1. Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazin pada kata
Indonesia.
2. Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan
konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.

PEMENGGALAN KATA
Pemenggalan Kata
1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut:
a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan kata itu dilakukan di antara kedua
huruf vokal itu.

Misalnya: ma-in, sa-at, bu-ah


Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di
antara kedua huruf itu.
Misalnya:
au-la bukan a-u-la
sau-da-ra bukan sa-u-da-ra
am-boi bukan am-bo-i
b. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua buah
huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Misalnya:
ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir
c. Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara
kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan.
Misalnya:
man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok, Ap-ril, bang-sa, makh-luk
d. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara
huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
in-strumen, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trik, ikh-las
2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk
serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada
pergantian baris.
Misalnya:
makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah
Catatan:
a. Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.

b. Akhiran -i tidak dipenggal.


(Lihat keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 1.)
c. Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut.
Misalnya: te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi
3. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan
unsur lain, pemenggalan kata dapat dilakukan
(1) di antara unsur-unsur itu atau
(2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d di atas.
Misalnya:
bio-grafi, bi-o-gra-fi
foto-grafi, fo-to-gra-fi
intro-speksi, in-tro-spek-si
kilo-gram, ki-lo-gram
kilo-meter, ki-lo-me-ter
pasca-panen, pas-ca-pa-nen

PENULISAN KATA SERAPAN


Kata serapan dalam bahasa Indonesia sangat sering kita pakai saat menulis artikel. Dalam
ragam artikel tertentu, bahkan kata serapan yang kita pakai cenderung lebih banyak
ketimbang ragam lainnya. Misalnya dalam penulisan artikel ragam ilmiah.
Kata serapan dalam bahasa Indonesia, jika melihat asal-usulnya, ada yang berasal dari
bahasa Sansekerta, Belanda, Portugis dan Arab serta Cina dan Inggris. Lalu, dari sisi
tingkat penerimaan dalam bahasa Indonesia, kosakata serapan itu secara umum terbagi
dalam dua kelompok.
Yang pertama, kata-kata asing itu belum terserap sepenuhnya ke dalam bahasa Indonesia.
Yang kedua, kata-kata serapan yang sudah lebih diterima sebagai kosakata bahasa
Indonesia. Ditandai dengan cara pengucapan dan penulisan yang sudah menyesuaikan
dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.

Contoh;
Kata-kata dari bahasa asing yang belum terserap sepenuhnya ke dalam bahasa Indonesia.
Kata-kata serapan tersebut dipakai dalam bahasa Indonesia, tapi cara penulisan dan
pengucapan masih mengikuti kaidah bahasa asal.
shuttle

cock

reshuffle
Kosakata dari bahasa asing yang penulisan dan pengucapannya sudah menyesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia.
kubik (berasal dari bahasa asing cubic, ada penyesuaian pengucapan dan penulisan)
manfaat (berasal dari bahasa asing manfaah, ada penyesuaian pengucapan dan penulisan)
Dalam proses penyerapan kosakata asing menjadi kosakata bahasa Indonesia, ada banyak
kaidah yang mengatur proses pembentukan kata baru. Sebuah huruf tertentu akan berubah
menjadi huruf lainnya begitu kosakata asing itu kita serap menjadi kosakata bahasa
Indonesia. Sebagian lainnya tak berubah. Coba perhatikan beberapa contoh berikut;
Jika (ain Arab) diikuti dengan (a) menjadi (a), dalam kaidah bahasa Indonesia diserap
menjadi (a) saja.
Contoh;
(manfaah ) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (manfaat)
(asr) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (asar)
(saah) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (saat)
Catatan: contoh-contoh kata serapan di atas, selain mengalami penyesuaian penulisan juga
pengucapan.
Jika (ain Arab) berada di akhir suku kata, akan berubah menjadi (k)
Contoh;
(mana) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (makna)
(rayah) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (rakyat)

Huruf (aa dalam bahasa Belanda), dalam bahasa Indonesia berubah menjadi (a)
Contoh;
(octaaf) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (oktaf)
(paal) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (pal)
Gabungan vokal (ae) diserap dalam bahasa Indonesia menjadi dua bentuk, ada yang tetap
(ae) dan ada yang berubah menjadi (e)
Contoh (ae) yang tidak berubah;
(aerobic) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (aerobik)
(aerodinamics) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi
(aerodinamika)
(aerobe) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (aerob)
Contoh (ae) yang berubah menjadi (e)
(haemoglobin) jika diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi
(hemoglobin)
Gabungan vokal (ai) tetap menjadi (ai)
Contoh;
(trailer) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (trailer)
(caisson) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (kaison)
Dalam kaidah ketatabahasaan Indonesia, kosakata serapan sudah begitu banyaknya. Tapi
masalahnya, banyak yang abai, mulai dari sejarah katanya atau etimologi hingga kebakuan
menurut Ejaan Yang Disempurnakan EYD. Padahal, salah satu syarat dalam menulis
artikel yang bagus, kepatuhan pada kaidah ketatabahasaan sangat penting artinya. Nah,
untuk mengetahui lebih dalam tentang kaidah dan proses pembentukan kata serapan, simak
Kaidah Ejaan Kata Serapan.

PEMAKAIAN TANDA BACA


A Tanda Titik (.)

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
Hari ini tanggal 6 April 1973.
Marilah kita mengheningkan cipta.
Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini.
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar,
atau daftar.
Misalnya:
a
III. Departemen Dalam Negeri
A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
B. Direktorat Jenderal Agraria
1.
b
1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika
angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu.
Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
1.32.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)

5. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir
dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai Pustaka.
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.
Catatan: tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor gironya 5645678.
7. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau
kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara Kunjungan Adam Malik
Bentuk dan Kebudayaan (Bab I UUD45)
Salah Asuhan
8. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau
(2) nama dan alamat pengirim surat.
Misalnya:
Jalan Diponegoro 82
Jakarta
1 April 1991

Yth. Sdr. Moh. Hasan


Jalan Arif 43
Palembang
Kantor Penempatan Tenaga
Jalan Cikini 71
Jakarta
B Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan prangko.
Satu, dua, tiga!
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika
anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika
anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
Dia tahu bahwa soal itu penting.

4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat


yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi
pula, meskipun begitu, dan akan tetapi.
Misalnya:
Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
Jadi, soalnya tidak semudah itu.
5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan
dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati-hati, ya, nanti jatuh.

6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
Misalnya:
Kata Ibu, Saya gembira sekali.
Saya gembira sekali, kata Ibu, karena kamu lulus.
7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii)
tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Misalnya:
Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas
Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
Surabaya, 10 Mei 1960
Kuala Lumpur, Malaysia
8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka.
Misalnya:

Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia, jilid 1 dan 2.
Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dlam catatan kaki.
Misalnya:
W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP
Indonesia, 1967), hlm. 4
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen
yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
Rp12,50
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.
Misalnya:
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih.
Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti latihan paduan
suara.
Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma:
Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.
13. Tanda koma dapat dipakaiuntuk menghindari salah bacadi belakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-

sungguh.
Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan
bahasa.
Karyadi mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus.
14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda
tanya atau tanda seru.
Misalnya:
Di mana Saudara tinggal? tanya Karim.
Berdiri lurus-lurus! perintahnya.
C Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang
sejenis dan setara.
Misalnya:
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghapal
nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran Pilihan
Pendengar.
D Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.

- Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap
yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai jurusan ekonomi umum dan jurusan ekonomi perusahaan.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
Ketua

: Ahmad Wijaya

Sekretaris

: S. Handayani

Bendahara

: B. Hartawan

Tempat Sidang

: Ruang 104

Pengantar Acara

: Bambang S.

3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : (meletakkan beberapa koper) Bawa
koper ini, Mir!
Amir : Baik, Bu. (mengangkat koper dan
masuk)
Ibu : Jangan lupa. Letakkan baik-baik!
(duduk di kursi besar)
4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara
bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan,
serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Tempo, I (1971), 34:7
Surah Yasin:9
Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
Tjokronegero, Sutomo. 1968. Tjukupkah Saudara Membina Bahasa Persatuan Kita?
Djakarta: Eresco.

E Tanda Hubung (-)


1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian
baris.
Misalnya:
Di samping cara-cara lama itu ada juga cara yang baru.
Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal
baris.
Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu
telah disampaikan.
Walaupun sakit, mereka tetap tidak
mau beranjak
Atau
Beberapa pendapat mengenai masalah
itu telah disampaikan .
Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau beranjak .
Bukan
Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan .
Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau beranjak .
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau
akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk mengukur panas.
Alat ukur baru ini memudahkan kita mengukur kelapa.
Senjata ini merupakan alat pertahanan yang canggih.

3.

Tanda

hubung

menyambung

unsur-unsur

kata

ulang.

Misalnya:
anak-anak
berulang-ulang
kemerah-merahan
Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak
dipakai pada teks karangan.
4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian
tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
8-4-1973
5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata
atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
Misalnya:
ber-evolusi dua puluh lima-ribuan (205.000)tanggung jawab dan kesetiakawanan-sosial
Bandingkan dengan:
be-revolusi dua-puluh-lima-ribuan (1 25000) tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang
dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an, dan (iv)
singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan
rangkap.
Misalnya:
se-Indonesia
se-Jawa Barat
hadiah ke-2
tahun 50-an
mem-PHK-kan
hari-H
sinar-X
Menteri-Sekretaris Negara

7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing.
Misalnya:
di-smash
pen-tackle-an
F Tanda Pisah ()
1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di
luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itusaya yakin akan tercapaidiperjuangkan oleh bangas itu sendiri.
2. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain
sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian temuan inievolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atomtelah
mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti sampai.
Misalnya:
19101945
Tanggal 510 April 1970
JakartaBandung
Catatan:
Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi
sebelum dan sesudahnya.G Tanda Elipsis ()
1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu ya, marilah kita bergerak.
2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian
yang dihilangkan.
Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan akan diteliti lebih lanjut.

Catatan:
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik;
tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
Misalnya:
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati .
H Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Ia dilahirkan pada tahun 1683. (?)
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
I Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi
yang kuat.
Misalnya:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak istrinya.
Merdeka!
J Tanda Kurung (())
1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral
pokok pembicaraan.

Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul Ubud (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada
tahun 1962.
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam pasaran
dalam negeri.
3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
Pejalan kaki itu berasal dari (Kota) Surabaya.
4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan
keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
K Tanda Kurung Siku ([])
1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu
menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam
naskah asli.
Misalnya:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya [lihat halaman 3538] tidak dibicarakan) perlu
dibentangkan di sini.
L Tanda Petik ()
1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
Saya belum siap, kata Mira, tunggu sebentar!

Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.


2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
Misalnya:
Bacalah Bola Lampu dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul Rapor dan Nilai Prestasi di SMA
diterbitkan dalam Tempo.
Sajak Berdiri Aku terdapat pada halaman 5 buku itu.
3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara coba dan ralat saja.
Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama cutbrai.
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya:
Kata Tono, Saya juga minta satu.
5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda
petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada
ujung kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya:
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan Si Hitam.
Bang Komar sering disebut pahlawan, ia sendiri tidak tahu sebabnya.
Catatan:
Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama
tinggi di sebelah atas baris.

M Tanda Petik Tunggal ()


1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya Basri, Kau dengar bunyi kring-kring tadi?
Waktu kubuka pintu kamar depan, kudengar teriak anakku, Ibu, Bapak pulang, dan rasa
letihku lenyap seketika, ujar Bapak Hamdan.
2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan
asing.
Misalnya:
feed-back balikan
N Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwin.
Misalnya:
No. 7/PK/1973
Jalan Kramat II/10
tahun anggaran 1985/1986
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, atau tiap.
Misalnya:
mahasiswa/mahasiswi
harganya Rp150,00/lembar
O Tanda Penyingkat atau Apostrof ()
Tanda penyingkat atau apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian
angka tahun.
Misalnya:
Ali kan kusurati. (kan = akan)
Malam lah tiba. (lah = telah)
1 Januari 88 (88 = 1988)

Perencanaan Karangan
Perencanaan karangan adalah proses awal dalam membuat karangan sampai
dengan

akhir

penulisan.

Penulisan

sebuah

karangan

harus

memenuhi

persyaratan.Persyaratan ini menyangkut isi, bahasa, dan teknik penyajian, Oleh sebab itu
untuk membuat

sebuah

karangan

perlu

direncanakan

dan

tentunya

sesuai

dengan pengelompokkan karangannya, baik menurut bentuk, ragam, jenis, rumpun,


ataupun macam karangannya.1[1]
Secara

teoritis,

perencanaan

karangan

terdiri

atas

tiga

tahapan:

prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan (revisi). Pada tahap prapenulisan, seorang


penulis dituntut untuk mempersiapkan bahan-bahan yang akan dijadikan tulisan pada tahap
berikutnya. Pada tahap selanjutnya, penulis dituntut untuk mengembangkan kerangka yang
sudah

dibuat

tadi.

Dengan

kalimat,

ungkapan,

frare,

dan

kata-kata,

penulis

mengembangkan kerangka tersebutmenjadi paragraph, subbab, bab, wacana, akhirnya


menjadi sebuah karya tulis yang utuh. Tahap pascapenulisan (revisi) merupakan tahap
akhir penulisan. Pada tahap ini, penulis mengurangi segala kekeliruan dan kekurangan
yang mungkin timbul.2[2]
A. Tema, Topik, dan Judul Karangan
1. Pengertian Tema, Topik, dan Judul
Sebelum melakukan penulisan, setiap orang pasti sudah memikirkan apa
yang ingin ditulisnya. Tentu hal-hal yang akan ditulis berhubungan dengan segala yang
telah diketahui. Jika hal tersebut merupakan hal yang baru, maka setidaknya ia akan
mengaitkan hal yang ingin ditulis dan hal yang telah diketahuinya atau ia akan
mengumpulkan bahan-bahan informasi yang berhubungan dengan sesuatu yang ingin
ditulis.3[3]
Topik:
Topik adalah berasal dari bahasa Yunani topoi yang berarti tempat, dalam tulis menulis
berarti pokok pembicaraan atau sesuatu yang menjadi landasan penulisan suatu artikel.
Tema:
1
2
3

Tema berasal dari bahasa Yunani thithenai, berarti sesuatu yang telah diuraikan atau
sesuatu yang telah ditempatkan. Tema merupakan amanat utama yang disampaikan oleh
penulis melalui karangannya. Dalam karang mengarang, tema adalah pokok pikiran yang
mendasari karangan yang akan disusun. Dalam tulis menulis, tema adalah pokok bahasan
yang akan disusun menjadi tulisan. Tema ini yang akan menentukan arah tulisan atau
tujuan dari penulisan artikel itu. Menentukan tema berarti menentukan apa masalah
sebenarmya yang akan ditulis atau diuraikan oleh penulis.
Sumber Tema dapat berupa:
1.

Pengalaman

2.

Penelitian atau pengamatan

3.

Pendapatan atau keyakinan

4.

Daya khayal atau imajinasi (khusus karangan fiksi)

Cara mencari Tema (dalam suatu bacaan)


1. Jika pilihan jawaban berupa kalimat luas
Maka:

Tentukan objek yang dibicarakan

Pilih kalimat yang paling luas yang memuat objek tersebut atau pikirkan objek tersebut
merupakan bagian atau persempitan dari objek yang lebih luas
2. Jika pilihan jawaban berupa kalimat sempit atau langsung pada isi bacaan
Maka : pilih satu kalimat yang dibicarakan dalam setiap paragraf yang ada.

Judul
Judul adalah nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, kepala berita, dan
lain-lain; identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya tulis, bersifat menjelaskan diri dan
yang menarik perhatian dan adakalanya menentukan wilayah (lokasi). Dalam artikel judul
sering disebut juga kepala tulisan.
Ada yang mendefinisikan Judul adalah lukisan singkat suatu artikel atau disebut
juga miniatur isi bahasan. Judul hendaknya dibuat dengan ringkas, padat dan menarik.
Judul artikel diusahakan tidak lebih dari lima kata, tetapi cukup menggambarkan isi
bahasan.

Syarat-syarat pembuatan judul :


1.

Harus relevan, yaitu harus mempunyai pertalian dengan temanya, atau ada pertalian
dengan beberapa bagian penting dari tema tersebut.

2.

Harus provokatif, yaitu harus menarik dengan sedemikian rupa sehingga menimbulkan
keinginan tahu dari tiap pembaca terhadap isi buku atau karangan.

3. Harus singkat, yaitu tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frase yang panjang, tetapi
harus berbentuk kata atau rangkaian kata yang singkat. Usahakan judul tidak lebih dari
lima kata.
Judul terbagi menjadi dua, yaitu :
1.

Judul langsung : Judul yang erat kaitannya dengan bagian utama berita, sehingga
hubungannya dengan bagian utama nampak jelas.

2.

Judul tak langsung : Judul yang tidak langsung hubungannya dengan bagian utama
berita tapi tetap menjiwai seluruh isi karangan atau berita.

Fungsi Judul

1. Merupakan identitas/cermin dari jiwa seluruh karya tulis.


2. Temanya menjelaskan diri dan menarik sehingga mengundang orang untuk membacanya
atau untuk mempelajari isinya.
3. Merupakan gambaran global tentang arah, maksud, tujuan, dan ruang lingkupnya.
4. Relevan dengan isi seluruh naskah, masalah maksud,dan tujuannya.
Judul yang dibuat atau dipilih harus memiliki daya tarik untuk mendorong orang
membaca karangan tersebut. Judul dapat berbentuk pertanyaan atau seruan,
misalnya:
- Sudah Sukseskah Anda?
- Narkoba? No Way!
dan sebagainya
Penulisan judul harus sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Huruf
awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital, kecuali kata depan atau kata tugas yang
berada di tengah. Kata tugas yang berada di awal kalimat judul ditulis dengan huruf
kapital.

Contoh hubungan antara tema, topik, tujuan, dan judul dalam perencanaan membuat
karangan:
Tema : Perpustakaan sekolah
Topik : - Perpustakaan sekolah
- Sebagai sumber belajar
- Memanfaatkan perpustakaan sekolah
- Perpustakaan sekolah sarana berkumpul.4[4]
Perbandingan antara Topik,Tema dan Judul :

Topik, tema, dan judul pada dasarnya hampir sama maknanya, yaitu pokok
pembicaraan dalam diskusi atau dialog, pokok pikiran suatu karangan, dan nama yang
digunakan untuk makalah atau buku atau bahan sajak. Untuk jelasnya, marilah kita kutip
apa yang dikemukakan oleh Pusat Bahasa lewat Kamus Besar Bahasa Indonesia, sebagai
berikut :
Topik
Pokok pembicaraan dalam diskusi, ceramah, karangan, dan sebagainya ; bahan diskusi.
Hal yang menarik perhatian umum waktu akhir-akhir ini ; bahan pembicaraan.
Tema
Pokok pikiran, dasar cerita ( yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang,
mengubah sajak, dan sebagainya ).
Judul
Nama yang dipakai untuk buku atau bab dalam buku yang dapat menyiratkan secara
pendek isi buku atau bab itu. Kepala karangan (cerita, drama; tajuk). Berjudul berarti
berkepala karangan; bertajuk.
Jelas terlihat bahwa apa yang dikemukakan Kamus Besar Bahasa Indonesia
menyiratkan bahwa arti ketiga kata yang kita bicarakan ini sama adanya. Jika kita
berdialog dengan seseorang, biasanya kita memperbincangkan satu masalah tertentu,
misalnya tentang banjir, tentang narkoba, tentang sepak bola, dan lain sebagainya. Kalau
4

yang kita bicarakan hanya satu masalah saja, maka hal semacam itu topik tunggal. Akan
tetapi, kadangkala kita mula-mula membicarakan satu masalah saja, kemudian
berkembang kepada masalah lain, maka topiknya menjadi banyak. Topik semacam itu kita
sebut multitopik atau topik ganda.
Tidak saja topik yang dapat dipecahan menjadi subtopik, tema dapat pula menjadi
subtema, judul menjadi subjudul. Dialog dengan subtopik seperti contoh tadi, merupakan
komunikasi yang efektif. Hal semacam itu harus diahindari dengan empathy, yaitu
merasakan apa yang dirasakan lawan bicara kita. Sebuah dialog bisa berhasil baik, jika
keduanya berada dalam mood (suasana hati) yang sama.
Judul dapat dikatakan sebagai jabaran topik atau tema. Karena itu judul harus
mempu mencerminkan topik atau tema, tidak boleh menyimpang dari intinya. Itulah
sebabnya memilih judul tidak selalu gampang. Dalam percakapan sehari-hari yang kurang
penting, tidak biasa ditentukan topiknya. Namun, dalam pembicaraan atau dialog khusus
bisa saja ditentukan topiknya supaya pihak-pihak bisa mempersiapkan diri.

PERBEDAAN TOPIK, TEMA DAN JUDUL


Topik berasal dari bahasa Yunani yaitu Topoi yang berati tempat dalam tulis
menulis, pembicaraan atau sesuatu yang menjadi landasan penulisan. Maka dari itu topik
dalam wacana merupakan salah satu unsur yang penting dalam percakapan. Menurut
Howe, topik itu merupakan syarat terbentuknya wacana percakapan.
Tema merupakan amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui
karangannya atau dalam karang mengarang, tema juga adalah pokok pikiran yang
mendasari karangan yang akan disusun. Dalam tulis menulis, tema adalah pokok bahasan
yang akan disusun menjadi tulisan. Tema ini yang akan menentukan arah tulisan atau
tujuan dari penulisan artikel itu. Menentukan tema berarti menentukan apa masalah
sebenarnya yang akan ditulis atau diuraikan.
Judul adalah sebuah nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, atau kepala
berita. Dalam artikel judul sering disebut juga kepala tulisan. Ada yang mendefinisikan
Judul adalah lukisan singkat suatu artikel atau disebut juga miniatur isi bahasan. Judul
hendaknya dibuat dengan ringkas, padat dan menarik. Judul artikel diusahakan tidak lebih
dari lima kata, tetapi cukup menggambarkan isi bahasan.
Syarat topik bisa ditinjau dari 2 segi, yaitu topik yang baik bagi penulis dan topik yang
baik bagi pembaca.

Bagi penulis, topik yang baik yaitu berbasis pada kompetensi penulisnya yaitu
Bidang keahlian.
Bidang studi yang didalami.
Bidang kerja atau profesi.
Karakter penulis (baik, cerdas, inovatif, kreatif).
Temuan yang pernah diteliti.
Kualifikasi pengalaman: nasional, internasional.
Kemampuan memenuhi tuntutan masyarakat pembacanya.
Kemampuan memenuhi target kebutuhan segmen pembacanya, dan
Temuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan pembacanya.
Sedangkan bagi pembaca, topik itu baik jika layak dibaca. Artinya, topik tersebut dapat
mengembangkan kompetensi pembacanya, yaitu sesuai dengan:
Tuntutan pembaca untuk mencapai target informasi yang diharapkan.
Upaya pembaca untuk meningkatkan kecerdasan, kompetensi pengembangan akademik dan
profesi.
Ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditekuni pembacanya.
Pengembangan dan peningkatan karier dan profesinya.
Upaya mempertajam dan memperhalus rasa kemanusiaan.
Upaya mempertajam dan memperhalus daya nalarnya.
Sesuai dengan kebutuhan informasi iptek yang diperlukan, dan sebagainya.
Namun, jika ditinjau secara umum syarat topik yang baik yaitu:
1. Menarik untuk ditulis dan dibaca. Topik yang menarik bagi penulis akan meningkatkan
kegairahan dalam mengembangkan penulisannya, dan bagi pembaca akan mengundang
minat untuk membacanya.
2.

Dikuasai dengan baik oleh penulis minimal prinsip-prinsip ilmiah. Untuk


menghasilkan tulisan yang baik, penulis harus menguasai teori-teori (data sekunder), data
di lapangan (data primer). Selain itu, penulis juga harus menguasai waktu, biaya, metode
pembahasan, bahasa yang digunakan, dan bidang ilmu.
Syarat-syarat tema Berikut ini beberapa syarat tema yaitu :

1. Tema harus menarik perhatian penulis.

2. Tema harus diketahui/dipahami penulis.


3. Tema harus Bermanfaat.
4. Tema yang dipilih harus berada disekitar kita.
5. Tema yang dipilih harus yang menarik.
6. Tema yang dipilih ruang lingkup sempit dan terbatas.
7. Tema yang dipilih memiliki data dan fakta yang obyektif.
8. Tema yang dipilih harus memiliki sumber acuan.
Ada beberapa Syarat-syarat judul yaitu:

Harus berbentuk frase,

Tanpa ada singkatan atau akronim,

Awal kata harus huruf kapital kecuali preposisi dan konjungsi,

Tanpa tanda baca di akhir judul karangan

Menarik perhatian,

Logis,

Sesuai dengan isi

Judul harus: asli, relevan, provakitif, dan singkat


Pembatasan Topik
Menurut Sabarti Akhadiah (1994:211), ada lima hal yang perlu diperhatikan

1)
2)
3)
4)
5)

dalam memilih topik:


Ada manfaatnya untuk perkembangan ilmu atau profesi
Cukup menarik untuk dibahas
Dikenal dengan baik
Bahannya mudah diperoleh
Tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit
Keraf (1979: 113) merumuskan kiat pembatasan topik adalah dengan
langkah sebagai berikut :
Pertama, tetapkan topik yang ingin dibahas dalam suatu kedudukan sentral.
Kedua, ajukanlah pertanyaan, apakah yang berada dalam kedudukan sentral itu masih
dapat diperinci lebih lanjut? Bila dapat, tempatkanlah perincian itu di sekitar lingkaran
topik yang pertama tadi.
Ketiga, tetapkanlah yang mana dari perincian tadi yang akan dipilih.
Keempat, ajukanlah pertanyaan apakah sektor tadi masih perlu diperinci lebih lanjut?
Demikian dilakukan berulang sampai diperoleh topik yang sangat khusus.5[5]
5

Pembatasan sebuah topik mencangkup konsep, variabel, data, lokasi atau lembaga
dan waktu pengumpulan data. Topik yang terlalu luas menghasilkan tulisan yang dangkal,
tidak mendalam, dan tidak tuntas. Selain itu, pembahasan menjadi tidak fokus pada
masalah utama yang ditulis atau dibaca. Akibatnya, pembahasan menjadi panjang, namun
tidak berisi. Sebaliknya, topik yang terlalu sempit menghasilkan tulisan yang tidak
(kurang) bermanfaat bagi pembacanya. Selain itu, karangan menjadi sulit dikembangkan,
tidak menarik untuk dibahas atau pun dibaca. Maka dari itu, pembahasan topik dilakukan
secara cermat, sesuai dengan kemampuan, tenaga, waktu, tempat, dan kelayakan yang
dapat terima oleh pembacanya. Contoh pembatasan topik:

Upaya mengembangkan

kualitas perawatan yang bermutu bagi pelayanan pasien di Rumah Sakit. Jadi, kualitas
perawatan ini dikembangkan terbatas bagi pelayanan pasien di Rumah Sakit.
Contoh Penentuan Topik, Tema dan judul dalam membuat suatu karangan adalah :
Topik : Banjir di Bandung Selatan.
Tema : Apakah sebab-sebab terjadinya banjir dan bagaimanakah cara mengatasi akibat
banjir tersebut.
Judul : Penanggulangan akibat banjir di Bandung Selatan.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ialah gambaran atau perencanaan menyeluruh yang akan
mengarahkan penulis dalam melakukan tindakan menyelesaikan tulisannya. Dengan
mengetahui tujuan, penulis akan dapat menentukan bahan (materi) tulisan, organisasi
karangan, dan sudut pandang (point of view).
Ada dua cara untuk menyatakan tujuan penulisan, yaitu : tesis dan
pernyataan maksud.
1) Tesis
Tesis adalah rumusan singkat yang mengandung tema dasar dari sebuah karangan
bila ada sebuah tema karangan yang dominan. Tesis sama dengan sebuah kalimat utama
dalam paragraf. Oleh sebab itu, tesis tidak diperkenankan lebih dari satu kalimat.6[6]
2) Pengungkapan Maksud
Pengungkapan maksud dilakukan tidak bermaksud untuk mengembangkan ide
sentral.7[7]
6
7

Contoh tujuan pada karangan berbentuk narasi:


Tema : Kisah usaha seorang kakak untuk membelikan adiknya boneka dari hasil menyemir
sepatu.
Tujuan : Menggugah simpati pembaca untuk ikut memikirkan betapa susahnya hidup
orang tak mampu tapi tetap menyayangi saudaranya.
Contoh tujuan pada karangan argumentasi:
Tema : Bahaya kecanduan rokok
Tujuan : Menggugah orang yang terbiasa merokok agar mengurangi kebiasaan merokok.
C. Bahan Penulisan
Langkah yang terpenting dalam penulisan ialah menentukan tujuannya. Jika tujuan
tersebut sudah diketahui, penulis akan mudah mencari bahan penulisan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Semua informasi atau data yang diperlukan itulah yang disebut
bahan penulisan. Bahan tersebut berupa kutipan, pengalaman pribadi, data, contoh,
perbandingan, kasus, fakta, gagasan, hasil observasi, aksioma, dalil, dan sebagainya.
Dalam menulis karangan fiktif, sumber bahan yang utama adalah hasil imajinasi.
Bahan utama karya ilmiah ialah fakta dan data. Untuk mendapatkan itu, yang harus
dilakukan oleh seorang penulis nonfiksi adalah penelitian (research), baik penelitian
perpustakaan (library research), maupun penelitian lapangan (field research). Dengan
demikian, jika dibandingkan dengan karangan fiktif tadi, sebuah tulisan ilmiah tidak dapat
dihasilkan hanya dengan melamun atau mengkhayal. Dengan adanya fakta dan data, karya
ilmiah harus mencukupi syarat-syarat ilmiah misalnya: empiris, sistematis, objektif, dan
rasional.
1) Bahan Pustaka
Ada dua macam bahan pustaka yang harus penulis kumpulkan. Yang pertama,
bahan bahan sumber yang bersifat teori. Ini biasanya digunakan untuk mencari definisi,
pengertian, atau terminologi dan lain-lain dari bahan penelitian. Bahan teori ini biasanya
merupakan sumber dari bab dua baik penelitian kualitatif maupun kuantitatif. Yang kedua,
bahan sumber asli yang berasal dari seorang tokoh. Ini biasanya digunakan untuk studi
tokoh atau pendapat seorang tokoh. Sumber seperti ini biasanya digunakan untuk studi
literatur.
2) Wawancara
Wawancara (interview) adalah salah satu cara mengumpulkan data dengan
mengajukan pertanyaan kepada seseorang yang dianggap berkompeten (berotoritas)
tentang yang ditulis. Wawancara biasanya digunakan untuk mendapatkan data secara lisan.
3) Angket

Angket (quetioner) adalah pertanyaan yang digunakan untuk menjaring pendapat


(opini) orang tentang sesuatu. Jawaban pertanyaan sudah disediakan. Responden tinggal
melingkari atau menyilangnya.
D. Kerangka Karangan
Menyusun kerangka karangan merupakan tahap terakhir dari prapenulisan. Yang
mempengaruhi kerangka karangan ini ialah tujuan dan tahap penulisan. Menyusun
kerangka pada hakikatnya membagi topic ke dalam subtopic dan selanjutnya ke dalam
sub-subtopik yang lebih kecil.
Bentuk Kerangka
I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang: Isinya bahasan kesenjangan konsep ideal dan fakta, kajian pustaka, dan
penalaran yang menimbulkan masalah.
B. Perumusan Masalah: Isinya rumusan masalah dalam kalimat tanya yang akan dibahas dan
akhirnya akan dijawab dalam kesimpulan.
C. Tujuan Penulisan: Isinya target yang ingin dicapai.
D. Pembatasan Masalah: Isinya perincian ruang lingkup pembahasan, tempat penelitian, dan

waktunya.
E. Metode Pembahasan: Isinya metode yang digunakan dalam penelitian tersebut.
F. Sistematika Penulisan: Isinya adalah urutan-urutan dan system pembahasan.
II.
LANDASAN TEORI: Rumusan teori yang berhubungan dengan topik yang akan dibahas,
III.

misalnya: pengertian, bagian-bagian, dan lain-lain yang sifatnya teoritis.


HASIL PENELITIAN Isinya inti pembahasan. Biasanya merupakan aplikasi teori, hasil

dari seluruh penelitian.


IV.
PENUTUP biasanya berisi kesimpulan (jawaban masalah) dan saran-saran jika ada.
DAFTAR PUSTAKA yang memuat referensi tentang tulisan tersebut.
E. Pengembangan Kerangka
Setelah kerangka selesai, tahap selanjutnya adalah mengembangkan kerangka
tersebut menjadi kalimat, wacana, dan bab. Kalimat, wacana, dan bab tidak langsung
menjadi tulisan yang benar dan utuh, namun masih dapat diperbaiki dan direvisi. Dengan
kata lain, jarang sekali ada tulisan yang langsung menjadi sebuah artikel, tanpa adanya
tahap revisi.

PENALARAN KARANGAN

1. 1. Pengertian Penalaran
Penalaran mempunyai beberapa pengertian, yaitu: (1) proses berpikir logis, sistematis,
terorganisasi dalam urutan yang saling berhubungan sampai dengan simpulan, (2)
menghubung-hubungkan fakta atau datasampai dengan suatu simpulan, (3) proses
menganalisis suatu topic sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian baru, (4)
proses mengkaji, membahas, atau menganalisis dengan menghubungkan variabel yang
dikaji sampai menghasilkan derajat hubungan dan simpulan, (5) pembahasan suatu
masalah sampai menghasailkan suatu simpulan atau pengertian baru.
Unsur-unsur penalaran karangan ilmiah:
1)

Topik yaitu ide sentral dalam bidang kajian dan berisi sekurang-kurangnya dua

variable.
2)

Dasar pemikiran, pendapat, atau fakta dirumuskan dalam bentuk proposisi yaitu

kalimat pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya.


3)

Proposisi mempunyai beberapa jenis, antara lain:

(a)

Proposisi empirik yaitu proposisi berdasarkan fakta. Misalnya: Rajin pangkal pandai.

(b)

Proposisi mutlak yaitu pembenaranyang tidak memerlukan pengujian. Missalnya:

Kursi adalah tempat untuk duduk.


(c)

Proposisi hipotetik yaitu persyaratan hubungan subjek dan predikat yang harus

dipenuhi. Misalnya: Jika dilamar, Icha akan menerimanya.


(d)

Proposisi kategoris yaitu tidak adanya persyaratan hubungan subjek dan predikat.

Misalnya: Tedi akan menikahi Komala.


(e)

Proposisi positif universal pernyataan positif yang mempunyai kebenaran mutlak.

Misalnya: Semua yang hidup mempunyai cinta.


(f)

Proposisi positif parsial yaitu pernyataan bahwa sebagian unsure pernyataan tersebut

bersifat positif. Misalnya: Sebagian mahasiswa ingin cepat lulus.

(g) Proposisi negatif universal yaitu kebalikan dari proposisi positif universal. Misalnya:
Tidak ada cinta bagi yang mati.
(h) Proposisi negatif parsial yaitu kebalikan darai proposisi positif parsial. Misalnya:
Sebagian pelajar tinggal kelas.
4)

Proses berpikir ilmiah yaitu kegiatan yang dilakukan secara sadar, teliti, dan terarah

menuju suatu kesimpulan.


5)

Logika yaitu metode pengujian ketepatan penalaran, penggunaan argumen (alasan),

argumentasi (pembuktian), fenomena, dan justifikasi (pembenaran).


6)

Sistematika yaitu seperangkat proses atas bagian-bagian atau unsure-unsur proses

berpikir ke dalam suatu kesatuan.


7)

Permasalahan yaitu pertanyaan yang harus dijawab (dibahas) dalam karangan.

8)

Variabel yaitu unsur satuan pikiran dalam sebuah topik yang akan dianalisis.

9)

Analisis

(pembahasan,

penguraian)

dilakukan

dengan

mengidentifikasi,

mengklarifikasi, mencari hubungan (korelasi), membandingkan, dan lain-lain.


10)

Pembuktian (argumentasi) yaitu proses pembenaran bahwa proposisi itu terbukti

kebenarannya atau kesalahannya. Ini harus disertai dukungan yang berupa: metode
analisis, baik manual maupun berupa softwer (misalnya: SPSS). Selain itu, pembuktian
harus disertai data yang mencukupi, fakta, contoh, dan hasil analisis yang akurat.
11) Hasil yaitu akibat yang ditimbulkan dari sebuah analisis induktif atau deduktif.
12)

Kesimpulan (simpulan) yaitu penafsiran atas hasil pembahasan. Dapat berupa

implikasi atau inferensi.


1. 2. Penalaran Induktif
Proses bernalar, pada dasarnya, ada dua macam, yaitu induktif dan deduktif. Penalaran
induktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan observasi data, pembahasan,
dukungan pembuktian, dan diakhiri dengan kesimpulan umum. Kesimpulan inin dapat

berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum atas fakta yang bersifat khusus. Ada tiga
macam penalaran induktif, diantaranya: generalisasi, analogi, dan sebab-akibat.
Generalisasi adalah proses penalaran berdasarka pengamatan atas sejumlah data yang
bersifat khusus yang disusun secara logis dan diakhiri dengan kesimpulan yang bersifat
umum. Analogi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas data khusus dengan
membandingkan atau mengumpamakan suatu objek yang sudah teridentifikasi secara jelas
terhadap objek yang dianalogikan sampai dengan kesimpulan yang berlaku umum. Sebabakibat adalah proses penalaran berdasarka hubungan antardata yang mengikuti pola sebabakibat, akibat-sebab, sebab akibat-akibat.
Contoh:
(1) Seorang polisi lalu lintas mengidenfikasi proses terjadinya kecelakaan lalu lintas di
perempatan Rawamangun Muka, persilangan Rawamangun MUka-Utan Kayu dan
Cililitan-Tanjung Priok, yang terjadi pada tanggal 11 April 2011 pukul 07.30 pagi tadi.
Sebuah truk dari arah Cililitan menabrak bajaj sehingga terpental 100 meter, bagian depan
truk penyok sedalam 15 cm, dan supir bajaj terpental keluar dari kendaraannya. Seorang
saksi mata menuturkan bahwa bajaj tersebut terpental berguling-guling di udara. Dalam
pengamatannya, melalui proses penghitungan waktu, polisi menyatakan bahwa pada saat
truk melintas dari arah Cililitan ke Rawamangun Muka lampu hijau menyala dan
dibenarkan oleh para saksi. Polisi juga menyatakan bahwa dalam keadaan lampu menyala
merah sebuah bajaj berkecepatan tinggi dari arah Tanjung Priok menerobos sehingga
tertabrak oleh truk yang sedang berbelok dari arah selatan kea rah Rawamangun Muka.
Hasil pengamatan: supir bajaj terbukti bersalah. Kesimpulan: (1) supir bajaj menanggung
biaya kerusakannya sendiri, (2) supir bajaj mengganti biaya perbaikan truk yang
menabraknya, (3) supir bajaj membayar denda atas pelanggarannya.
Karangan ilmiah kualitatif induktif dilandasi penalaran (1) observasi data, (2) menyusun
estimasi (perkiraan desain), (3) verifikasi analisis pembuktian, (4) pembenaran/komparasi
konstan (terus-menerus dan berkelanjutan sampai suatu simpulan), (5) konfirmasi
(penegasan dan pengesahan) melalui pengujian hipotesis, (6) hasil generalisasi/induksi, (7)
konklusi (simpulan: penafsiran atas hasil berupa implikasi atau inferensi).

Proses bernalar diawali dari topic sampai dengan simpulan: Topik (mendesain kerangka
dasar penalaran) menjadikannya sebuah kerangka karangan (mendesain metode)
pengumpulan data, deskripsi data, dan analisis (menetapkan) hasil analisis kesimpulan
(menafsirkan hasil analisis).
Gb. 1 perbandingan penalarn indduktif dan deduktif.
1. 3. Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah suatu proses berpikir logis yang diawali dengan penyajian
fakta yang bersifat umum, disertai pembuktian khusus, dan diakhiri simpulan khusus yang
berupa prinsip, sikap, atau fakta yang berlaku khusus. Karangan deduktif mempunyai
bermacam-macam jenis berdasarkan tehnik pengembangannya maupun uraian isinya.
Dalam paragraf sederhana jenis-jenis tersebut dapat dilihat pada contoh berikut.
Contoh:
(2) Kegiatan LKMSM (Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Siswa Muslim) pada
bulan Ramadhan sangat meriah. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh Siswa-siswi Kota Depok
yang diadakan di sekolah SMAN 1 Depok.Dan yang dibimbing oleh Mahasiswa UI
Depok. Semua Siswa-siswi yang mengikuti kegiatan tersebut sangat semangat apalagi para
Panitia dan Pembimbing sudah menyiapkan Hadiah dan Sertifikat untuk Siswa yang
berprestasi saat mengikuti acara.
Paragraf di atas berupa karangan deduktif. Proses penalaran diawali dengan (1) pernyataan
yang bersifat umum: Kegiatan LKMSM (Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Siswa
Muslim) pada bulan Ramadhan sangat meriah, (2) pembahasan kuantitasi peserta, (3)
spesifikasi keadaan kegiatan, (4) pemberian hadiah dan sertifikat untuk siswa yang
berprestasi saat mengikuti acara.
Dalam karangan (laporan penelitian) deduktif kuantitatif ditandai dengan penggunaan
angka kuantitatif yang bersifat rasional. Secara rinci proses penalaran tersebut
menguraikan:
1)

Bidang observasi: berdasarkan bidang studi kajian,

2)

Rumusan masalah: pertanyaan yang akan dibahas,

3)

Kerangka teori: berisi pola pembahasan variable,

4)

Tujuan: tahapan kegiatan yang hendak dicapai,

5)

Rumusan hipotesis dan penjelasannya,

6)

Deskripsi data: diperlukan untuk pengujian hipotesis,

7)

Desain penelitian (metode penelitian): proses pengumpulan data, pengolahan, hasil

analisis data, sampai dengan simpulan,


8)

Analisis data,

9)

Hasil analisis,

10) Simpulan deduktif: interpretasi atas hasil.

3.1 Urutan Logis


Karangan disusun berdasarkan satu kesatuan konsep, dikembangkan dalam urutan logis,
sistematik, jelas, dan akurat. Urutan dapat disusun berdasarkan urutan peristiwa, waktu,
ruang, penalaran (induksi, deduksi, sebab-akibat), proses, kepentingan, dan sebagainya.
Berikut beberapa contoh paragraf dalam urutan tersebut.
3.1.1 Urutan Peristiwa (Kronologis)
Karangan dengan urutan peristiwa secara kronologis berarti menyajikan bahasan
berdasarkan urutan kejadian. Peristiwa yang terjadi lebih dahulu diuraikan lebih dulu,
peristiwa yang terjadi kemudian diuraikan kemudian. Urutan dapat disajikan dengan pola
sebagai berikut:
Cara pertama: urutan kronologis secara alami.
Peristiwa 1,
Peristiwa 2,
Peristiwa 3, dan seterusnya.
Cara kedua: urutan peristiwa dengan sorot balik (flashback).
1. Peristiwa terakhir
2. a. Peristiwa pertama
b. Peristiwa kedua
c. Peristiwa ketiga
1. Peristiwa terakhir.
(1) Peristiwa terakhir, (2) peristiwa pertama s.d. ketiga dalam bentuk sorot balik atau
flashback, (3) kembali peristiwa terakhir dan melanjutkan cerita.

3.1.2 Urutan Ruang


urutan ruang dipergunakan untuk menyatakan hubungan tempat atau ruang.
Contohnya:
(3)

Di tengah sebuah kamar yang teduh, aku duduk bersila sambil ditemani angin

yang pelan. Asalnya dari kipas angin tua yang berada semeter di sampingku. Pasti kipas
renta itu bosan karena yang dilakukannya dari tadi hanya memutar baling-balingnya. Jika
aku menengadah ke atas, aku akan melihat sebuah lampu menumpahkan cahayanya ke
seluruh penjuru kamar. Kamar ini kira-kira memiliki besar yang sama dengan setengah
besar lapangan tenis. Di depanku ada sebuah ranjang yang hanya muat untuk satu orang.
Di atasnya ada tiga bantal berserakan. Bantal di ujung kanan dan kiri bergambar
Spiderman dan Batman, sedangkan bantal di antara keduanya bergambar bunga-bunga.
Aku jadi penasaran apa yang kira-kira bisa dilakukan dua superhero dunia dengan
bunga-bunga di atas ranjang.
Sebuah jam dinding berwarna cokelat digantung di atas meja belajar di dekat pintu. Pukul
satu dini hari sekarang. Jarum detik yang tipis berputar dengan rapi dan konsisten. Jarumjarum jam itu tak pernah mengenal eksistensialisme sebab arah putarannya selalu sama
sepanjang waktu. Meja belajar, di bawahnya, sudah terlalu sesak dengan barang-barang
nonedukatif. Di atas meja itu ada sebungkus kopi instan, sekotak tisu, kartu remi, botol air
mineral yang sudah kosong, obat-obatan, pengharum ruangan dan krim pencuci muka.
Lalu di rak atasnya ada satu pak korek kuping, odol, minyak wangi, pencuci rambut, dan
kaleng bekas susu. Ada sebuah kursi biru yang melengkapi meja itu, namun jaket putih
ditaruh secara asal di situ.
Di samping meja belajar itu ada ruang kosong yang sengaja disediakan agar pintu lemari
yang berada di pojok bisa terbuka. Tapi keadaannya tidak betul-betul kosong. Di situ
berserakan celana jins, sajadah, sarung, jaket, sapu lidi, timbangan berat badan, keset, dan
korek kuping bekas yang semuanya hidup pluralis. Ada sebuah gitar di pojok lain kamar
ini. Senar kesatunya sudah putus, membuat senar nada B di atasnya kehilangan satu
sahabat resonansi. Alat musik konvensional didalam kamar ini tampaknya hanya gitar itu.

Malam makin larut dan suasana makin sepi. Sebetulnya ada suara-suara kendaraan yang
melintas nun jauh puluhan meter di jalan raya, yang sepersekian desibelnya mampu
melintas melebihi kecepatan kendaraan itu sendiri dan sampai ke telingaku. Para
pengendara malam itu tidak akan pernah menyangka ada seseorang yang sedang
mendengarkan mereka. Mereka hanya memikirkan tujuan. Kalau saja aku menyalakan
benda elektronik yang ada di kamar ini, misalnya saja televisi yang dari tadi bertengger di
atas rak kecil persis di sebelah lemari. Layar empat belas incinya dari tadi merekam setiap
gerakanku. Ada antena yang besarnya seperempat televisi itu sendiri. Warnanya oranye,
besi-besi transmisinya penyok, dan kabel koaksialnya terbenam di punggung televisi.
Mungkin hanya akan terjadi keriuhan kecil karena aku tak mungkin menyalakan benda itu
dengan suara keras pada jam seperti ini.
Kita lihat dalam tulisan di atas urutan ruang dipergunakan bersamaan dengan urutan
waktu. Untuk menyatakan urutan ruang itu antara lain kita dapat menggunakan ungkapanungkapan:
di sana, di sini, di situ,
di, pada,
di bawah, di atas,
di tengah,
di utara, di selatan,
di depan, di muka,
di belakang, di muka,
di kiri, di kanan,
di luar, di dalam,
berhadapan,
bertolak belakang dengan,

berseberangan,
melalui, belok kanan,
belok kiri, ke depan,
ke atas, ke samping,
di sisi, di seberang,
di hadapan,
di persimpangan.
3.1.3 Urutan Alur penalaran
Berdasarkan alur penalarannya, suatu paragraf dapat dikembangkan dalam urutan
umum-khusus dan khusus-umum. Urutan ini telah dibahas pada bagian sebelumnya.
Urutan ini menghasilkan paragraf deduktif dan induktif. Dalamkarangan yang panjang
terdiri beberapa bab akan menghasilkan bab simpulan.
Urutan umum-khusus banyak dipergunakan dalam karya ilmiah. Tulisan yang paragrafparagrafnya dikembangkan dalam urutan ini secara menyeluruh lebih mudah dipahami
isinya. Dengan membaca kalimat-kalimat pertama pada paragraf-paragraf itu, pembaca
dapat mengetahui garis besar isi seluruh karangan (lihat contoh paragraf induktif dan
deduktif sebelumnya).
3.1.4 Urutan kepentingan
Suatu karangan dapat dikembangkan dengan urutan berdasarkan kepentingan gagasan
yang dikemukakan. Dalam hal ini arah pembicaraan ialahdari yang paling penting sampai
kepada yang paling tidak penting atau sebaliknya.
Contohnya:
(4)

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun hipotesis. Yang

paling penting ialah penyusunan kerangka berpikir berdasarkan atas suatu teori yang

dipergunakan sebagai landasan deduksi.kerangka piker inilah yang akan menentukan apa
hipotesis yang diajukan mengenai hubungan variabel yang dimasalahkan. Hal berikut
yang tidak boleh diremehkan ialah aspek bahasanya.
Suatu hipotesis harus dinyatakan dalam kalimat pernyataan bahwa hipotesis harus
dinyatakan sejelas mungkin dan didukung oleh kalimat sesederhana mungkin.
4. Isi karangan
Isi karangan dapat berupa sajian fakta ( benda,kejadian,gejala,sifat atau ciri sesuatu dan
sebagainya ), pendapat /sikap dan tanggapan ,imajinasi ,ramaln dan sebagainya. Karya
ilmiah berisi sajian ilmu pengetahuan dan teknologi, membahas permasalahan
,pembahasan dan pembuktian. Dalam bagian ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan
dengan fakta,generalisasi,spesifikasi,klasifikasi,perbandingan dan pertentangan ,sebabakibat,analogi dan perkiraan (ramalan)
Generalisasi dan Spesifikasi
Proses penarikan kesimpulan generalisasi disebut generalisasi juga, jadi generalisasi
adalah pernyataan yang berlaku untuk semua atau sebagian besar gejala yang diamati.
Suatu generalisasi mencakup ciri-ciri umum yang menonjol bukan rincian. Didalam
pengembangan karangan, generalisasi perlu ditunjang pembuktian dengan fakta,contohcontoh ,data statistik dan sebagainya yang merupakan spesifikasi atau ciri khusus.
Contoh :
Gempa di aceh 26 desember 2004 yang berkekuatan 9 pada skala rigter itu menimbulkan
korban jiwa yang terus berjatuhan hingga 31 desember 2004 di srilanka 28.508 orang,
india 10.736 orang, thailand 4.500 orang dan di aceh 79.940 dan cenderung bertambah.
Selain itu, hingga 2 januari 2005, sekalipun belum ada angka pasti , korban menderita sakit
berat dan cacat tubuh yang diakibatkan oleh gempa dan gelombang tsunami yang sangat
dahsyat itu di aceh dapat diperkirakan cukup besar. Korban harta benda, termasuk rumah
tinggal yang luluh lantah rata dengan tanah dan sebagian terbawa gelombang air laut
tersebut diperkirakan mencapai belasan triliyun rupiah. Korban gempa di aceh ini
merupakan yang terbesar di dunia.

Bagian yang dicetak miring merupakan kesimpulan generalisasi. Generalisasi itu


didukukng dengan detail awal yang disusun secara logis menuju generalisasi. Perhatikan
kata-kata yang digunakan untuk mengungkapkan generalisasi dan ungkapan pendukung.
Ungkapan generalisasi :
Terbesar, ter

tidak pernah

Paling besar,

pada umumnya

Semua, setiap

secara keseluruhan,

Ungkapan pendukung :
Cenderung,

pada galibnya,

Pada umumnya,

selalu,

Sebagian besar,

dukungan kuantitatif (angka)

Perlu diperhatikan bahwa bukti-bukti atau rincian penunjang harus relevan dengan
generalisasi yang dikemukakan. Paragraf yang mencatumkan penunjang yang tidak
relevan dipandang tidak logis.
Generalisasi yang mengemukakan fakta disebut generalisasi. Faktual atau opini.
Generalisasi faktual lebih mudah diyakini oleh pembaca daripada generalisasi yang berupa
pendapat atau penilaian. Fakta mudah dibuktikan, mudah diuji kebenarannya, sedangkan
opini atau penilaian sulit dibuktikan atau diuji. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut :
(1) a. Kependudukan merupakan masalah pokok dunia
b. Baginya masalah itu terlalu remeh
(2) a. Guru adalah tenaga kependidikan
b. Sudah selayaknya guru di soroti masyarakat

Dengan segera kita dapat diketahui bahwa pernyataan-pernyataan a mengemukakan fakta


sedangkan b mengemukakan penilaian/ pendapat.
Selanjutnya, generalisasi dapat berupa pokok pembicaraan, seperti geografi , sastra/seni,
teknologi, bangsa, negara dan sebagainya. Dalam paragraf, generalisasi itu dapat
diletakkan pada bagian awal atau akhir.
4.2 Klasifikasi
Klasifikasi adalah pengelompokkan fakta berdasarkan atas ciri atau kriteria tertentu.
Klasifikasi ada dua jenis yaitu klasifikasi sederhana yang hanya mengelompokkan objek
menjadi dua kelompok , misalnya : manusia terdiri dua jenis yaitu pria dan wanita ; dan
klasifikasi kompleks yang mngelompokkan objek menjadi tiga kelompok atau lebih,
misalnya : usia manusia dapat dikelompokkan kedalam beberapa kelompok yaitu anak
balita ,anak usia sekolah SD,SMP dan SMU, orang dewasa dan manula.
Baik klasifikasi sederhana maupun kompleks harus didasarkan kriteria ciri yang menandai
fakta yang akan diklasifikasikan. Klasifikasi dalam penalaran ini berbeda dengan
pembagian. Tetapi jika kita mengklasifikasi ke dalam lima kelompok menurut indeks
prestasi belajarnya, hasilnya :

kelompok mahasiswa dengan IPK 4,

kelompok mahasiswa dengan IPK 3,

kelompok mahasiswa dengan IPK 2

kelompok mahasiswa dengan IPK 1 , dan

kelompok mahasiswa dengan IPK lebih kecil dari 1

sekumpulan fakta atau data diklasifikasikan berdasarkan kriteria. Misalnya, klasifikasi


mahasiswa menurut umurnya, hobinya, jenis kelaminnya, tempat tinggalnya, latar
belakang pekerjaan orang tuanya dan sebagainya. Kriteria ini bergantung kepada keperluan
atau masalah yang dihadapi. Yang penting kita harus memilih kriteria yang paling logis
dan dilakukan secara konsisten.

Dalam pengembangan karangan, klasifikasi merupakan sejenis generalisasi. Fakta yang


banyak dikelompokkan menurut persamaan/perbedaab yang ada. Dengan demikian
sekurang-kurangnya sudah dikemukakan dua macam generalisasi yaitu generalisasi biasa
dan generalisasi klasifikasi contoh :
1. bahasa-bahasa di madagaskar, formosa, filipina dan indonesia termasuk rumpun
bahasa austronesia ( generalisasi klasifikasi )
2. semua mahasiswa mampu berpikir mandiri ( generalisasi biasa )
untuk menulis klasifikasi diperlukan kata-kata atau ungkapan berikut :
jenis , tipe,

dengan mudah dapat dikelompokkan

cara, sumber,

dengan jelas dapat dibedakan,

bagian,aspek,dipandang,

ditinjau dari,

kategori,ciri-ciri,

menurut, dapat dibagi,

kelas,dengan mengingat,

golongan, sesuai dengan

contoh :
(8) Jenis transportasi modem yang digerakkan dengan mesin dapat diklasifikasi menjadi :
transportasi udara, laut dan darat. Pertama, transportasi udara terdiri dua jenis, yaitu :
pesawat terbang sipil dan pesawat terbang militer. Kedua, transportasi darat terdiri dari
kereta api, mobil dan sepeda motor ; masing-masing dapat digunakan untuk keperluan
militer maupun sipil. Selain itu, masing-masing terdiri beberapa jenis berdasarkan daya
angkut, kecepatan melaju atau kapasitas penumpang. Ketiga, transportasi laut
menggunakan kapal. Kapal ini dapat diklasifikasi berdasarkan besar-kecilnya, daya
jelajahnya, fungsinya dan sebagainya.
4.3 Perbandingan dan Pertentangan

Perbandingan dan pertentangan sebenarnya merupakan dua hal yang berbeda tetapi erat
hubungannya sehingga seringkali dibicarakan bersama-sama. Keduanya seringkali terdapat
dalam satu karangan.
Perbandingan membahas kesamaan dan kemiripan sedangkan pertentangan membahas
perbedaan dan ketidaksamaan. Kalimat-kalimat berikut merupakan indikator perbandingan
dan pertentangan.
Dahulu di gunung kidul air sangat langka,sekarang mudah didapat.
Perbedaan sistem liberal dan demokrasi pancasila
Apa persamaan antara suling dengan klarinet?
Anak muda sekarang lebih bebas bergaul daripada anak muda dahulu
India adalah negara benua sedangkan indonesia adalah negara maritim.
Perhatikan contoh berikut
(9) kerangka karangan ada dua macam yaitu kerangka topik dan kerangka kalimat.
Keduanya sama baiknya. Perbedaannya terletak pada bentuk dan pemakaiannya. Kerangka
topik terdiri dari butir-butir yang merupakan topik-topik dan digunakan jika kita
mengemukakan taraf-taraf dalam suatu proses, kerangka kalimat terdiri dari butir-butir
yang merupakan kalimat dan merupakan bentuk yang lebih baik jika kita
mengemukakakan gagasan.
Paragraf di atas sekaligus mengemukakan perbandingan dan pertentangan, yaitu
persamaan dan perbedaan antara kerangka topik dan kerangka kalimat. Katakata/ungkapan yang dipergunakan untuk menyatakan perbandingan dan pertentangan di
antaranya :
Untuk membandingkan: Untuk mempertentangkan:
Sama dengan,
Seperti,

berbeda dengan,
bertentangan dengan,

Seperti halnya,

berlawanan dengan,

Menyerupai,

.sedangkan..,

Hampir sama dengan,

sebaliknya

Selaras dengan,

dipihak lain,

Sesuai dengan,

kurang dari,

Tepat sama dengan,

tidak sama dengan,

Demikian juga,

akan tetapi,

Sama saja,

halnya dengan,

Serupa dengan, meskipun,


Sejalan dengan,
lain halnya dengan.
Perhatikan contoh perbandingan berikut ini.

(10)

Ion Hutan dan Plasmacluster

Hutan memiliki mekanisme membersihkan udara secara alami. Proses berlangsung dengan
prinsip keseimbangan ion positif dan ion negatif. Penelitian Sharp Corporation
menyebutkan bahwa hutan memiliki lebih kurang 4200 ion/cc udara ion positif dan ion
negatif. Sedangkan udara perkotaan mengandung ion negatif 100 ion/cc dan 500 ion/cc.
Namun, kondisi ini kurang efektif mengurangi bakteri dan jamur. Ini berbakti belum
efektif mengurangi sumber penyakit yang ditimbulkan oleh polusi udara dalam ruang.
Generator plasmacluster( Sharp) didesain untuk menghasilkan ion positif dan ion negatif,
masing-masing 50.000 ion setiap detik. Penelitian departemen biologi ITB menyimpulkan
plasmacluster mampu menonaktifkan bakteri di ruang sebesar 320 hingga 100% selama 6

jam dan jamur hingga 100% dalam waktu 12 jam. Selain itu penelitian kitasato research
centre of environmental sciences ( jepang, ion positif dan ion negatif dapat mengatasi
bakteri, jamur dan virus. ( kompas, 20 Agustus 2004 )
(11)

film misteri bertentangan dengan upaya mencerdaskan anak. Banyak orang tua

mengeluhkan anaknya menjadi penakut. Mereka mengambil minum di ruang makan


sendiri pun tidak berani. Bahkan, mereka belajar pun juga harus ditemani. Ibu yang
menemani tertidur, ia pun ikut tidur. Namun, tayangan acara tersebut tetap berlangsung.
Iklan yang mendukung acara ini juga banyak. Artinya, tayangan film ini cukup laku :
banyak penggemar dan banyak sponsor.
4.4 Sebab dan Akibat
Suatu peritiwa dapat menyebabkan serangkain akibat sehingga timbullah serangkaian
sebab-akibat. Dalam proses sebab-akibat, sebab dan akibat itu kerap kali tidak jelas, mana
sebab dan mana akibat. Setiap titik pada sisi lingkaran dapat merupakan awal dan
akhirnya. Peristiwa awal merupakan sebab terhadap peristiwa berikutnya dan sebaliknya.
Sebab-akibat ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1)

Satu sebab-satu akibat

2)

Sebab-akibat berkelanjutan membentuk lingkaran

3)

Satu sebab-banyak akibat

4)

Banyak sebab-satu akibat

5)

Sebab- akibat berkelanjutan menuju situasi memburuk

6)

Sebab-akibat berkelanjutan menuju situasi membaik

Proses mengarang dengan penalaran sebab-akibat: 1) menentukan topik, 2) menentukan


pola, 3) menetukan sebab, 4) mulai menulis dengan kalimat topik yang menjadi sebab, 5)
menjelaskan sebab-sebab tersebut, mengapa sebab-sebab itu bisa terjadi, 6) menyebutkan/
menjelaskan akibat yang ditimbulkan.

Kata atau ungkapan yang lazim digunakan :


Oleh sebab itu, dengan pertimbangan bahwa
Oleh karena itu,

dengan alasan itu

Akibatnya,

dengan alasan itu

Alhasil, jadi,

pengalaman membuktikan bahwa

Sebab,

karena,

Contoh :
(12) Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) diawali pada masa orde baru. Pada ,masa itu,
KKN mulai lahir, tumbuh menjadi besar dan menyebar ke seluruh sendi-sendi kehidupan
bangsa indonesia. Penyebaran bagaikan virus ganas,KKN merasuki berbagai lembaga
eksekutif,legislatif dan yudikatif. Bahkan, pada tahun 2004 ini begitu banyak kasus KKN
di kalangan DPRD di berbagai daerah terungkap. Akibatnya, begitu banyak masalah
bangsa sulit teratasi. Misalnya pencurian penebangan hutan secara liar hingga saat ini 2004
masih berlangsung. Orang yang berakal sehat tidak percaya, pemerintah tidak mampu
mengatasi pencurian hutan, pencemaran lingkungan, narkoba dan lain-lain. Selain itu,
pertumbuhan ekonomi terlalu lambat, kepastian hukum tidak berlangsung semestinya,
kualitas SDM menjadi amat rendah di banding negara lain yang dulunya di bawah kualitas
bangsa indonesia.
4.5 Analogi
Analogi adalah suatu bentuk kias persamaan atau perbandingan dua atau lebih objek yang
berlainan, misalnya manusia dan semut, malaikat dan manusia. Kedua objek tersebut dicari
persamaannya ( bukan perbedaannya ). Pengungkapan, secara garis besar analogi dapat
dibedakan atas :
1. Analogi sederhana

Mudah dipahami karena mencari persamaan dua objek yang tidak menuntut
penjelasan fakta secara mendalam dan sudah lazim diketahui.

Mencari persamaan dua objek berdasarkan salah satu dari objek yang sudah
diketahui

Contoh : gadis itu bagaikan bunga mawar di kelas kami.

1. Analogi yang berupa kiasan

Sulit dipahami karena bersifat subjektif dan berdasarkan situasi pembicaraan yang
sedang berlangsung.

Contoh : daya pikir mahasiswa itu tajam. Kata tajam tidak dapat diukur secara
objektif

Analogi berdasarkan pengungkapan isi :


1. Analogi deklaratif

Menjelaskan suatu objek yang belum dikenal berdasarkan persamaannya dengan


objek yang sudah dikenal

Tidak menghasilkan simpulan

Kata-kata yang digunakan : bagaikan,laksana, seperti ,bagai, se.( kata keadaan,


misalnya seindah )

Contoh :
(13) Ia berdiri di depanku dengan wajah merah padam. Matanya melotot bagaikan batara
kala yang sedang marah. Lalu, sambil meletakkan pistol dari tangan kirinya di meja,
seperti militer siap tembak musuh, ia memukul meja di hadapannya, sambil berteriak tak
terkendali. Suaranya menggelegar, mengejutkan seperti guntur di musim panas. Semua
orang yang hadir terdiam dan mengecut seperti bekicot disiram garam.
2. Analogi induktif

Menjelaskan suatu objek yang dapat memberikan pengetahuan baru, berdasarkan


persamaan ciri utama dengan objek yang sudah dikenal,

Menghasilkan suatu kesimpulan induktif yang khusus, seperti : pengetahuan baru,


tindakan baru atau pengetahuan baru berdasarkan ciri dasar atas objek lama
terhadap fakta baru.

Contoh :
(14) Pada pertengahan juli 1981, saya pergi ke kampus university untuk mengikuti kuliah
pagi. Masih ada waktu 30 menit untuk mengikuti kuliah tersebut maka saya dapat berjalan
santai sambil menikmati musim panas yang masih terasa sejuk. Di depan kampus, tiba-tiba
saya mendengar teriakan,Halo indonesia. Saya menengok ke arah suara, sambil
bertanya. How do you know? Mereka bertiga menjawab dalam bahasa indonesia.
Mudah saja. Walaupun anda tampak seperti orang philipin, jalan anda persis seperti
orang indonesia, Santai! Dengan pengalaman itu, saya perlu mengubah jalan saya.
Walaupun tidak secepat orang inggris atau orang eropa pada umunya, saya harus
membiasakan berjalan secepat mereka. Mereka benar. Orang berjalan santai beresiko
dicopet, dipalak atau sejenisnya oleh orang yang akan memanfaatkan kelengahan orang
lain. Tegasnya, saya harus berjalan cepat seperti kebiasaan orang eropa.
Sepintas lalu kesimpulan analogi menyerupai generalisasi. Yang dipergunakan sebagai
dasar penarikan kesimpulan ialah gejala-gejala khusus yang diamati. Akan tetapi harus
diingat, dalam generalisasi lebih bersifdat umum , lebih luas daripada yang dinyatakan
dalam premis-premisnya. Sebaliknya, pada analogi kesimpulan bersifat khusus. Jadi,
proses analogi induktif dari fakta yang dibandingkan langsung ditarik kesimpulan khusus.
Dalam contoh di atas, simpulan induktif saya harus berjalan secepat kebiasaan orang
eropa. Induksi ini berlaku bagi saya dan tidak berlaku bagi orang indonesia yang berupa
induksi dalam bentuk generalisasi.
4.6 Ramalan dan Perkiraan
Ramalan adalah semacam inferensi yang berisi pernyataan tentang sesuatu yang terjadi
pada waktu yang akan datang. Berdasarkan proses dan landasan berpikir, ramalan
dibedakan atas ramalan tidak ilmiah dan ramalan ilmiah. Ramalan tidak ilmiah adalah
ramalan yang diperoleh melalui prosedur yang tidak ilmiah, misalnya sesuatu yang bersifat

gaib. Ramalan ilmiah (perkiraan) disusun berdasarkan hasil penalaran ilmiah : perhitungan
atas fakta, pengalaman empirik, pengujian atau hasil analisis ilmiah yang lazim disebut
perkiraan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkiraan yang dibuat selalu
menuntut pengamatan terhadap fakta. Jadi, dasarnya adalah fakta. Kata-kata yang lazim
digunakan dalam perkiraan :
Memperkirakan/diperkirakan,

anggapan

Ditaksir,

dapat diproyeksikan,

Sangat mungkin,

mungkin,

Boleh jadi,

diduga akan,

Contoh :
(15) Sumitro Djojohadikusumo ( 1997 ) menyatakan bahwa dengan memperhitungkan
penurunan kesuburan sebesar 23% penduduk indonesia ditaksir akan berjumlah sekitar 250
juta pada tahun 2000 nanti. Perkiraan tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataan.
Jumlah penduduk 2004 ini baru berjumlah lebih-kurang 206 juta. Perkiraan penurunan
kesuburan tersebut diduga lebih besar dari perkiraan 23% pada 1997.

5. KESIMPULAN
Data yang dianalisis berdasarkan fakta. Hasil analisis dinterpretasikan menjadi simpulan
yang dapat berupa:
1. Implikasi, yaitu simpulan yang bersifat melibat data artinya dalam kesimpulan itu
terkandung hasil analisis data.
2. Interferensi diambil berdasarkan analisis yang bersumber pada referensi atau
rujukan yang datanya tidak dapat diamati secara langsung dan tidak terkait
langsung dengan kalimat simpulan
3. Tindakan, yaitu simpulan yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari suatu kajian.

SURAT MENYURAT
1.PERANAN DAN FUNGSI SURAT

Pengertian dan Fungsi Surat


A. Pengertian Surat
Surat merupakan suatu sarana komunikasi tertulis untuk menyampaikan informasi,
pernyataan atau pesan kepada pihak lain yang mempunyai keperluan kegiatan dengan
bentuk tertentu. Dengan demikian surat membawa informasi, pernyataan atau pesan yang
diharapkan informasi itu akan tersampaikan kepada yang dituju oelh penulis surat.
Apabila ditinjau dari sifatnya, surat adalah jenis karangan paparan, sebab pengirim
surat mengemukakan maksud dan tujuannya, menjelaskan apa yang dipikirkannya dan
dirasakannya melalui surat. Berbeda halnya jika ditinjau dari wujud penuturannya, surat
merupakan percapakan tertulis, dari seseorang kepada seseorang, dari seseorang kepada
lembaga, dari lembaga kepada seseorang, atau dari lembaga ke lembaga. Apabila ditinjau
dari fungsinya, surat merupakan sarana komunikasi tertulis. Komunikasi tersebut dapat
berupa pengumuman, pemberitahuan, keterangan dan sebagainya.
B. Fungsi Surat
Surat merupakan salah satu sarana komunikasi berbahasa tulisan. Dari berbagai jenis surat
yang biasa digunakan dapat dikelompokan kedalam beberapa fungsi surat sebagai salah
satu sarana dalam kegiatan berbahasa tulis, sebagai berikut:
1. Sebagai alat komunikasi
Dalam hal ini surat dapat berfungsi untuk menyampaikan informasi. Informasi yang
dimaksud dapat berupa pemberitahuan, pernyataan, permintaan, penawaran, laporan
usulan, dan sejenisnya.
2. Sebagai wakil penulis
Pada fungsi ini surat dapat mewakili keinginan penulis, sehingga penulis tidak
perlu bersusah payah untuk bertemu dengan penerima surat, yang mungkin jarak
tinggalnya cukup jauh. Harapan dan keinginan penulis cukup diungkapkan dan diwakili
oleh surat tersebut
3. Sebagai alat bukti historis
Surat merupakan wujud kegiatan berbahasa tertulis, sehingga dapat dibedakan sebagai
bukti historis. Contohnya ialah surat-surat pada arsip lama yang dapat digunakan sebagai

bahan penelitian atau pengkajian guna mengetahui kegiatan atau keadaan suatu intansi atau
sesuatu hal pada masa yang lampau.
4. Sebagai pedoman pelaksanaan kerja
Sebagai wujud tertulis, surat dapat berupa ketentuan atau pedoman bagi pelaksanaan
sesuatu. Surat-surat yang dimaksud pada fungsi ini, misalnya surat keputusan, intruksi,
surat edaran, dan sebagainya
5. Sebagai alat pengingat
Surat dapat disimpan dan diamankan, sehingga dapat dijadikan sebagai pengingat apabila
terdapat kehilapan terhadap pesan surat. Contoh-contoh surat dalam fungsi ini ialah suratsurat yang diarsipkan dan sewaktu-waktu dapat dibuka lagi untuk mempermudah
penyelesaikan suatu masalah atau pekerjaan
6. Sebagai alat bukti tertulis
Surat dapat dijadikan sebagai bukti tertulis dari sesuatu urusan, sehingga jika terjadi
kekeliruan atau kesalahpahaman surat merupakan bukti tertulis. Contohnya, surat
perjanjian, surat sewa menyewa, surat jual beli, surat wasiat, dan sebagainya
7. Sebagai alat untuk memperpendek jarak dan penghemat tenaga
Surat dapat dijadikan medai hantar informasi yang tidak terhambat oleh jarak; dengan
surat hambatan jarak tidak menjadi alasan pemborosan energi dan waktu.

PENGELOLAAN SURAT
Prosedur Pengelolaan Surat Masuk dan Surat Keluar
Prosedur adalah serangkaian tugas yang saling berhubungan yang merupakan prosedur
urutan menurut waktu dan acara tertentu untuk melaksanakan pekerjaan yang harus
diselesaikan. Prosedur merupakan rencana yang penting dalam setiap perusahaan.
Pengelolaan adalah proses yang membantu merumuskan kebijakan dan tujuan
organisasi atau proses yang memberikan pengawasan pada suatu hal yang terlibat dalam
pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan.
6.1. Prosedur Pengelolaan surat masuk
Prosedur Pengelolaan surat masuk yang baik hendaknya menggunakan langkah-langkah
sebagai berikut:
1.

Penerimaan Surat

a. Mengumpulkan dan menghitung jumlah surat yang masuk


b. Meneliti ketepatan alamat pengirim
c. Menggolongkan surat sesuai dengan jenisnya
d. Menandatangani bukti pengiriman sebagai tanda tanda terima bahwa surat telah diterima
2.

Penyortiran

Penyortiran merupakan kegiatan memisah-misahkan surat untuk pengelolaan lebih lanjut.


Tugas yang dilakukan antara lain:
a. Menggolongkan surat kedalam surat pribadi dan dinas
b. Memisahkan surat pribadi untuk pimpinan, sekretaris, atau pegawai lainnya
c. Menggolongkan surat atas surat dinas rutin atau biasa, surat dinas penting dan surat
dinas rahasia
3.

Pencatatan

a. Membuka sampul surat


Dibuka dengan alat pembuka hand opener seperti pisau, silet, gunting, atau menggunakan
arus listrik, dll.b.

Penyortiran tanggal dan pemeriksaanSetelah dibuka, maka diberi

stempel agenda yang didalamnya berisi tanggal penerimaan surat dan dilanjutkan
memeriksa kelengkapan surat yang terdiri dari:

1) Nomor surat
2) Alamat surat
3) Perihal
4) Lampiran

4.

Pengagendaan

Proses pengagendaan ini dilakukan oleh petugas yang dinamakan agendaris (Mail Clerk).
Setiap surat masuk diberi nomor agenda surat masuk.
5.

Pengarahan dan Penerusan

Surat-surat yang perlu diproses lebih lanjut, harus diarahkan dan diteruskan kepada
pejabat yang berhak mengolahnya.
6.

Penyampaian Surat

Penyampaian surat dilakukan oleh petugas ekspedisi. Langkah-langkahnya adalah sebagai


berikut:
a.

Surat yang sudah berdisposisi terlebih dahulu dicatat dalam buku ekspedisi intern.

b.

Menyampaikan surat terlebih dahulu melalui .buku ekspedisi kepada pihak yang

bersangkutan
c.

Petugas ekspedisi mengembalikannya kepada urusan agenda untuk dicatat dalam

buku penyerahan.
7.

Penyimpanan Berkas atau Arsip Surat Masuk

Penyimpanan berkas atau arsip surat masuk dari pimpinan dilakukan oleh unit pengolah
dengan mempergunakan system kearsipan yang berlaku di kantor tersebut.

6.2. Prosedur Pengelolaan surat keluar


Prosedur Pengelolaan surat keluar yang baik hendaknya menggunakan langkah-langkah
sebagai berikut:
Langkah-langkah dalam pembuatan surat adalah sebagai berikut:
1.

Persiapan

a.

Menentukan jenis, ukuran dan warna kertas

b.

Mengemukakan ide fakta, dan informasi yang lengkap dan mudah dimengerti

c.

Menentukan bentuk surat

d.

Harus menggunakan Bahasa Indonesia yang baku

e.

Menghindarkan singkatan-singkatan yang tidak lazim

f.

Menggunakan bahasa yang singkat, jelas dan sopan

2.

Pembuatan Konsep Surat (Drift)

Konsep surat dibuat oleh Sekretaris atau oleh bagian Tata Usaha dengan idenya dari
Pimpiman, Kepala Bagian ataupun Kepala Seksi. Berikut adalah syarat-syarat dari konsep
surat :
a.

Bersifat Dinas

b.

Objektif

c.

Ringkas dan jelas maksudnya

d.

Bahasanya sopan dan ramah

e.

Bentuknya seragam

f.

Pengetikan rapih

Ditinjau dari segi pembuatannya, konsep surat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:
a.

Sentralisasi / terpusat

Semua pembuatan konsep surat dipusatkan pada unit tertentu yaitu pada bagian surat
menyurat.
b.

Desentralisasi / terpisah

Semua pembuatan konsep surat dilaksanakan oleh atau pada masing-masing bagian/unit.
3.

Pengetikan Surat

Setelah konsep surat disetujui oleh pimpinan, kemudian setelah itu surat ditik atau
diserahkan kepada bagian pengetikan. Hal yang harus diperhatikan dalam pengetikan surat
adalah:
a.

Pemakaian surat

b.

Bentuk surat

c.

Redaksi surat

4.

Pentaklikan Surat

Pentaklikan adalah pengkoreksian surat oleh pimpinan, dimana pimpinan tersebut


memeriksa dan menyetujui surat yang telah ditik. Apabila sudah tidak ada kesalahan, maka
surat dibuat rangkap 3 (tiga) beserta lampirannya (jika ada).
5.

Pencatatan Surat

Sebelum surat dicap/distempel, terlebih dahulu dilakukan penomoran surat. Setelah selesai
maka surat dicatat di buku agenda atau kartu kendali.
6.

Penyampaian Surat

Pengiriman surat (ekspedisi) kepada pihak yang bersangkutan.


7.

Penyimpanan Surat

Surat pertama dikirimkan kepada pihak yang bersangkutan, surat kedua diserahkan kepada
bagian sekretariat untuk disimpan sebagai arsip, dan surat ketiga disimpan di unit pengolah
sebagai arsip bagi yang mengolahnya.

7. Proses Penemuan Kembali Surat

Langkah-langkah dalam penemuan kembali surat antara lain sebagai berikut:


1. Mencari data arsip/surat yang akan dicari pada buku agenda.
2. Setelah menemukan datanya, kemudian langsung mencari ke tempat arsip.
3. Setelah ditemukan surat tersebut, lalu cocokan dengan kode dan perihalnya.
4. Apabila surat tersebut sudah cocok dengan surat yang dicari, maka kemudian dapat
diproses sesuai dengan apa yang dibutuhkan.

JENIS SURAT (PRIBADI DAN DINAS)


Surat pribadi
Surat pribadi adalah surat yang digunakan untuk kepentingan pribadi. Surat dapat berupa
korespondensi antara sesama teman atau keluarga. Ciri-ciri surat pribadi yaitu:
1. Tidak menggunakan kop surat
2. Tidak ada nomor surat
3. Salam pembuka dan penutup bervariasi
4. Penggunaan bahasa bebas, sesuai keinginan penulis
5. Format surat bebas

Surat Resmi
Surat resmi adalah surat yang digunakan untuk kepentingan resmi, baik perseorangan,
instansi, maupun organisasi; misalnya undangan, surat edaran, dan surat pemberitahuan.
Ciri-ciri surat resmi:
1.Menggunakan kop surat apabila dikeluarkan organisasi
2.Ada nomor surat, lampiran, dan perihal
3.Menggunakan salam pembuka dan penutup yang lazim
4.Penggunaan ragam bahasa resmi
5.Menyertakan cap atau stempel dari lembaga resmi
6.Ada aturan format bakuBagian-bagian surat resmi:

Kepala/kop surat
Kop surat terdiri dari:
1. Nama instansi/lembaga, ditulis dengan huruf kapital/huruf besar.
2. Alamat instansi/lembaga, ditulis dengan variasi huruf besar dan kecil
3. Logo instansi/lembaga
Nomor surat, yakni urutan surat yang dikirimkan
Lampiran, berisi lembaran lain yang disertakan selain surat
Hal, berupa garis besar isi surat
Tanggal surat (penulisan di sebelah kanan sejajar dengan nomor surat)
Alamat yang dituju (jangan gunakan kata kepada)
Pembuka/salam pembuka (diakhiri tanda koma)
Isi surat
Uraian isi berupa uraian hari, tanggal, waktu, tempat, dan sebagainya ditulis dengan huruf
kecil, terkecuali penulisan berdasarkan ejaan yang disempurnakan (EYD) haruslah
menyesuaikan.
Penutup surat
Penutup surat, berisi:
1. salam penutup
2. jabatan
3. tanda tangan
4. nama (biasanya disertai nomor induk pegawai atau NIP)
Tembusan surat, berupa penyertaan/pemberitahuan kepada atasan tentang adanya suatu
kegiatan

Bagian-bagian surat yang saya akan uraikan di bawah ini merupakan bagian-bagian surat
resmi, bagian-bagian surat resmi tersebut adalah sebagai berikut ini:
1. Kepala Surat/ Kop Surat
Kepala surat atau yang bisa juga disebut dengan kop surat merupakan bagian teratas dalam
sebuah surat. Fungsi penyertaan kepala surat tersebut tidak terlepas dari pemberian
informasi mengenai nama, alamat, kegiatan dari lembaga tersebut serta juga bisa menjadi
alat promosi. Bagian surat yang pertama ini berisi:

Logo atau lambang dari sebuah instansi, lembaga, perusahaan atau organisasi,

Nama instansi, lembaga, perusahaan, atau organisasi tersebut,

Alamat instansi, lembaga, perusahaan, atau organisasi tersebut,

Nomor telepon, kode pos, alamat email atau alamat web.

Biasanya setelah penulisan kepala surat atau kop surat terdapat sebuah garis horizontal
pemisah yang memisahkan antara kepala surat dengan bagian-bagian surat yang lain
seperti tempat dan tanggal pembuatan.
2. Tempat dan Tanggal Surat
Pencantuman tempat dan tanggal surat tersendiri ditujukan untuk memberikan informasi
mengenai tempat dan tanggal penulisan surat tersebut. Untuk tempat biasanya tidak
dicantumkan kembali jika tempat sudah ditulis di kepala surat yang berupa alamat instansi.
Tapi bagi surat bukan resmi yang tidak memiliki kepala surat, wajib menuliskan tempat di
bagian surat ke 2 ini.
Contoh:
Jakarta,

Januari

2014

Cirebon, 18 Mei 1990


3. Nomor Surat
Sebuah surat resmi yang mewakili sebuah lembaga, instansi, perusahaan atau organisasi
biasanya menggunakan penomoran terhadap surat yang dikeluarkan atau yang diterima.
Nomor surat biasanya meliputi nomor urut penulisan surat, kode surat, tanggal, bulan dan
tahun penulisan surat. Penomoran surat tersebut berfungsi untuk:

Memudahkan pengaturan, baik untuk penyimpanan maupun penemuannya kembali


apabila diperlukan

Mengetahui jumlah surat yang diterima dan yang dikeluarkan oleh organisasi,
lembaga atau perusahaan

Memudahkan pengklasifikasian surat berdasarkan isinya

Penunjukan secara akurat sumber dalam hubungan surat menyurat.

Contoh:
Nomor:

023/PMR/05/12/2013

Nomor: 042/PRMK/28/08/2013
4. Lampiran
Bagian lampiran merupakan bagian penjelas yang menginformasikan bahwa ada sejumlah
berkas atau dokumen yang disertakan dalam surat tersebut. Jika tidak terdapat berkas atau
dokumen yang dilampirkan, maka bagian lampiran bisa ditiadakan.
5. Hal
Pada bagian surat ke lima ini berisi hal atau perihal. Hal berfungsi memberikan petunjuk
bagi pembaca mengenai pokok isi surat tersebut.

6. Alamat Dalam
Terdapat dua alamt yang dituliskan dalam surat, yaitu alamat luar (yang ditulis di sampul
surat) dan alamat dalam (yang ditulis di dalam surat). Alamat yang dimaksud dalam bagian
ini merupakan alamat dalam. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menulis
alamat dalam ini, hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:

Kata "kepada" pada alamat dalam sebenarnya tidak harus ada. Kata "kepada" dirasa
berlebihan karena sudah ada kata "YTH/ yang terhormat"

Menggunakan kata "Yang terhormat" yang bisa disingkat menjadi "YTH"

Menggunakan kata "Bapak", "Ibu" atau "Sdr" jika yang dituju adalah seseorang
bukan nama instasi. Kata "Bapak, Ibu, Sdr" selalu ditulis dengan huruf kapital
diawal kata dan diikuti oleh nama orang.

Di setiap bari pada bagian alamat dalam tidak diakhiri oleh tanda titik.

Menuliskan alamat orang atau lembaga yang dituju, lengkap lebih bagus.

Contoh:
Yth. Bapak Sugiono
Kepala Sekolah SMA Karang Tengah 01

Jalan Mawar, Losari Lor


Brebes, 52255
7. Salam Pembuka
Bagian surat yang ke 7 adalah salam pembuka yang berfungsi sebagai sapaan dalam surat.
Salam pembuka ditulis dengan huruf kapital di awal dan diakhiri oleh tanda koma.
Contoh:
Dengan hormat,
Salam pramuka,
Assalamualaikum wr.wb.
8. Isi Surat

Pembuka
Pembuka merupakan alenia pertama yang berfungsi sebagai pengantar atau
pendahuluan terhadap infomrasi yang disampaikan di alenia isi.

Isi
Alendia isi berisi informasi yang akan disampaikan.

Penutup
Sedangkan alenia penutup ini berisi ucapan terima kasih atau harapan dari penulis
surat kepada pembaca surat.

9. Salam Penutup
Salam penutup merupakan penutup surat yang biasanya menggunakan kata: "Hormat saya,
Hormat kami, Wassalam". Penulisan salam penutup tersebut seperti salam pembuka,
diawali oleh huruf kapital dan diakhiri oleh tanda koma.

10.Nama Jelas Pengirim dan Tanda tanganSetelah salam penutup, terdapat nama jelas
pengirim surat beserta tanda tangannya.
11. Tembusan
Tembusan merupakan bagian surat yang menunjukkan pihak atau orang lain yang juga
berhak mendapatkan surat tersebut.
Contoh:
Tembusan:
1. Kepala SMA Negeri 01 Tanjung
2. Pembina OSIS SMA Negeri 01 Tanjung
Posisi ke 12 bagian surat resmi tersebut di atas bisa saja berubah, tergantung format atau
bentuk surat. Ke 12 bagian tersebut di atas merupakan bagian-bagian surat resmi,
sedangkan jika sobat ingin menulis surat yang sifatnya kurang atau tidak resmi ada bagianbagian yang dihilangkan seperti, kepala surat/ kop surat. Untuk lebih memahami
penjelasan bagian-bagian surat di atas mari kita lihat contoh surat di bawah ini:

POKOK POKOK PENYUSUNAN LAPORAN


1.SEGI TEKNIS PENYUSUNAN LAPOARAN
Sebelum laporan disajikan secara lisan, laporan terlebih dahulu disusun dalam bentuk
tertulis secara sistematis sehingga mudah dipahami. Dari segi bentuk tertulis, laporan
terbagi menjadi seperti berikut.
1. Laporan berbentuk formulir atau matriks, yaitu laporan yang tinggal mengisi pada
blangko yang disediakan.
2. Laporan berbentuk memorandum atau nota, yaitu laporan yang diuraikan secara
singkat. Laporan ini dibuat dalam rangka proses hubungan kerja antara atasan dan
bawahan atau antar-unsur-unsur dalam suatu instansi.
3. Laporan berbentuk surat, yaitu laporan yang diuraikan lebih panjang dari
memorandum sebagaimana uraian dalam bentuk surat biasa. Jenis laporan ini dapat
dipergunakan untuk bermacam-macam topik.
4. Laporan berbentuk naskah, yaitu laporan yang panjang, biasanya disusun seperti
makalah. Materi laporan dibagi menjadi beberapa topik dan subtopik.
5. Laporan berbentuk buku, yaitu laporan yang disusun dalam bentuk buku.
Agar suatu laporan dapat berfungsi sebagaimana mestinya, dalam proses penyusunan
laporan, selain harus memperhatikan berbagai prinsip dan syarat dalam penyusunan
laporan, juga harus memperhatikan tata caranya. Pada intinya, tata cara penyusunan
laporan dimulai dari tahap persiapan yang mencakup penentuan kerangka permasalahan,
tujuan penulisan laporan, dan proses pengumpulan data, kemudian membuat kerangka
laporan , dan diakhiri dengan tahap penulisan laporan itu sendiri.
1.Tahap Persiapan
Pada tahap awal ini harus terjawab beberapa pertanyaan penting seperti hal apa yang akan
dilaporkan ? Mengapa hal itu harus dilaporkan ? Kapan laporan akan disampaiakan ? Data
apa yang penting, baik sebagai data utama maupun data pendukung ? Dengan terjawabnya
beberapa pertanyaan ini, maka akan dapat dirumuskan secara jelas latar belakang dan
masalah laporan, tujuan laporan, target waktu laporan, data yang relevanuntuk disajikan,
dan sumber-sumber data.

2. Pengumpulan dan Penyajian Data


Setelah itu, langkah berikutnya adalah merencanakan pengumpulan dan penyajian data.
Dalam proses pengumpulan harus selalu mengacu pada permasalahan dan tujuan yang
telah ditetapkan. Data yang diperoleh dari berbagai sumber, baik sumber primer maupun
sumber sekunder. Setelah dikumpulkan, kemudian data itu dikelompokkan, data mana
yang menjadi bahan utama dan data pendukung atau penunjang.
dan penyajian data
3. Sistematika Laporan
Tahap berikutnya adalah menentukan bagian-bagian utama laporan atau lazim disebut
sistematika laporan, kemudian sub-sub bagian laporan yang nantinya akan dijabarkan lebih
lanjut dalam kalimat-kalimat.
4. Penulisan Laporan
Pada tahap penulisan laporan harus mengacu pada sistematika yang telah ditetapkan
sehingga laporan tersebut dapat tersaji secara runtut, mudah dipahami, dan enak dibaca.
2.SUSUNAN URAIAN LAPORAN
Seperti halnya karangan pada umumnya, laporan harus disampaikan dalam bentuk dan
struktur yang baik dan sistematis. Bentuk yang baik bertalian dengan teknik penulisan,
sedangkan struktur bertalian dengan organisasinya. Oleh sebab itu struktur laporan
terutama yang berbentuk buku, harus dilengkapi oleh unsur-unsur yang baku. Unsur-unsur
struktur laporan yang umum berlaku dalam penyusunan laporan, antara lain :
1) Halaman judul
2) Daftar penyerahan
3) Daftar isi
4) Intisari atau abstrak
5) Pendahuluan
6) Isi laporan
7) Simpulan dan saran
8) Apendiks
9) Bibliografi
Format laporan
Format laporan pada umumnya memiliki unsur-unsur yang terbagi atas tiga bagian, yaitu:

1) Bagian awal
a) Halaman sampul (cover)
Halaman sampul (cover) memuat judul laporan, yaitu diletakkan ditengah halaman dengan
bentuk dan ukuran huruf yang proporsional . Yang kedua adalah logo, lambang badan
lembaga atau institusi, yaitu diletakkan di tengah asal judul dengan ukuran sesuai
ketentuan. Di bawah judul dicantumkan nama krtua atau anggota tim pembuat laporan dan
ditulis lengkap dengan atau tanpa gelar kesarjanaan. Selanjutnya adalah nama badan,
lembaga atau institusi. Dan yang terakhir adalah tahun penulisan laporan.
b) Halaman judul
Halaman judul berisi hal-hal yang sama seperti halaman sampul (cover).
c) Halaman pengesahan
Halaman pengesahan antara lain memuat : Judul lapor, identitas laporan lengkap dengan
daftar nama ketua dan anggota tim pembuat laporan dan tanggal pengesahan laporan yang
ditandai oleh tanda tangan ketua tim pembuat laporan serta tanda tangan pimpinan badan,
lembaga atau institusi.
d) Prakata
Prakata memuat penjelasan singkat latar belakang dan tujuan kegiatan yang dilaporkan.
Selain itu, juga dicantumkan ucapan terimakasih kepada pihak (perorangan dan lembaga)
tertentu yang membantu proses kegiatan sejak persiapan hingga penulisan laporan. Dalam
prakata sedapat mungkin dihindari hal-hal yang bersifat ilmiah.
e) Daftar isi
Daftar isi memuat gambaran secara menyeluruh tentang isi laporan yang dapat menuntun
pembaca apabila ingin melihat langsung bagian tertentu. Daftar isi memuat urutan judul,
subjudul, dan subjudul-subjudul yang lebih kecil beserta nomor halaman.
f) Daftar tabel (jika ada)
Daftar tabel memuat urutan judul tabel serta nomor halaman.
g) Daftar gambar (jika ada)

MACAM MACAM LAPORAN


1.LAPORAN ILMIAH

LAPORAN ILMIAH
Penulisan laporan merupakan penyampaian pengalaman peneliti dan hasil-hasilnya kepada
masyarakat, tanpa ada penulisan laporan, hasil penelitian merupakan barang mati yang
hanya akan dinikmati peneliti senddiri. Padahal tujuan dari penelitian tidak lain dari
mencari suatu, dan menyampaikan hasilnya sebagai sumbangasih ilmuawan kepada ilmu
pengetahuan.
Ada empat jenis laporan ilmiah yaitu laporan lengkap atau monograf, artikel penelitian,
laporan summary report, dan laporan untuk administrator dan kebijkan ( policy maker ).
Sistematika penulisan yang lazim da nada dalam suatu kerangka laporan penelitian
biasanya adalah :
Unsur-unsur Kerangka Laporan
1. Judul, pernyataan mengenai maksud penulisan laporan ilmiah
2. Nama dan tim peneliti
3. Kata pengantar
a. Uraian yang mengantar para pembaca laporan penelitian kepada permasalahan
yang diteliti.
b. Ungkapan ucapan terima kasih dan apresiasi peneliti kepada pihak-pihak yang
telah berjasa dalam menyelesaikan penelitian ilmiahnya.
4. Abstrak
1. Uraian singkat tapi lengkap tentang judul, permasalahan, pendekatan
terhadap masalah, landasan teori yang digunakan, hasil temuan penelitian,
dan rekomendasi.

5. Daftar isi
1. Menyajikan sistematika isi laporan penelitian secara rinci.
2. Berfungsi untuk mempermudah pembaca mencari judul atau sub-judul yang
diinginkan.

6. Daftar table
Sama saja dengan daftar isi, yakni menyajikan table secara berurutan mulai dari table
pertama sampai dengan table terakhir yang ada dalam laporan penelitian.
7. Daftar gambar
Daftar gambar berfungsi untuk menyajikan gambar pertama sampai gambar terakhir yang
diberi masing-masing nomor.
8. Daftar lampiran
Menyajikan daftar lampiran secara berurutan yang ada paa penulisan laporan ilmiah.
9. Bab I pendahuluan
Bab I berisi tentang :
Latar belakang dan analisis masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, asumsi, hipotesis, metode penelitian secara garis besar serta teknik
pengumpulan data.
10. Bab II Landasan teori
Adanya landasan teori dimaksudkan untuk :
1. Menemukan dengan mudah teori teori yang mendasari kajian masalah dan
prosedur penelitian
2. Menemukan kebijakan, peraturan yang berlaku

3. Menemukan hasil penelitian terdahulu.


Landasan teori dapat diambil dari buku buku teks, jurnal, majalah ilmiiah, dokumen
dokumen resmi, dan hasil hasil penelitian.

11. Bab III metode penelitian


Merupakan penjabaran lebih rinci tentang metode penelitian yang secar garis besar telah
disinggung pada bab I. yang akan dibahasa dalam bab ini adalah :
1. Pembatasan istilah (definisi operasional) yang ada paada judul dan variable
yang dilibatkan dalam penelitiian
2. Prosedur, proses, dan hasil penellitian sejak persiapan hingga penelitian
berakhir
3. Metode penelitian yang digunakan beserta alasan alasan ilmiah lainnya
4. Teknik penelitian yang meliputi teknik pengumpulan data dan teknik
pengolahan data
5. Instrument penelitian dan kualitasnya, serta
6. Populasi serta teknik pengambilan sampelnya
12. Bab IV pembahasan hasil penelitian
13. Bab V kesimpulan dan rekomendasi
14. Daftar pustaka
15. Lampiran
16. Riwayat hidup

2. LAPORAN KEGIATAN
Pengertian Laporan Kegiatan

Laporan kegiatan adalah suatu ikhtisar tentang hal ikhwal pelaksana suatu kegiatan, yang
harus

disampaikan

oleh

pembina

kepada

pihak

yang

memberi

tugas

sebagai

pertanggungjawaban.
Pentingnya Laporan Kegiatan
Laporan kegiatan merupakan alat yang penting untuk :
a.

Dasar penentuan kebijakan dan pengarahan pimpinan.

b.

Bahan penyusunan rencana kegiatan berikutnya.

c.

Mengetahui perkembangan dan proses peningkatan kegiatan.

d.

Data sejarah perkembangan satuan yang bersangkutan dan lain-lain.

Macam Laporan Kegiatan


a.

Ditinjau dari cara penyampaian, terdapat :


1)

Laporan lisan, disampaikan secara lesan, biasanya dilakukan hal-hal yang perlu
segera disampaikan laporan lisan dapat dengan tatap muka, lewat telepon ,
wawancara dan sebagainya.

2)
b.

Laporan tertulis, disampaikan secara lengkap dalam bentuk tulisan.

Ditinjau dari bahasa yang digunakan, terdapat :


1)

Laporan yang ditulis secara populer, yang menggunakan kata-kata sederhana,


kadang-kadang diselingi dengan kalimat humor / lucu.

2)

Laporan yang ditulis secara ilmiah, sebagai hasil peneliti. Biasanya isinya singkat
tetapi padat dan sistimatis serta logis.

c.

Ditinjau dari isinya, dapat dibedakan :


1)

Laporan kegiatan, misalnya pelaksanaan perkemahan, pelaksanaan ujian SKU,


SKK, Pramuka Garuda.

2)

Laporan perjalanan, misalnya laporan wisata, pengembaraan, penjelejahan dan


sebagainya.

3)

Laporan keuangan, menyangkut masalah penerimaan dan penggunaan uang.

Sistimatika Laporan
Hendaknya laporan lengkap, dapat menjawab semua pertanyaan mengenai : apa ( what ),
mengapa ( why ), siapa ( Who ), dimana ( where ), kapan ( when ), bagaimana ( how ).
Urutan isi laporan sebaiknya diatur, sehingga penerima laporan dapat mudah memahami.
Urutan isi laporan antara lain sebagai berikut :
1.

Pendahuluan
Pada pendahuluan disebutkan tentang :

2.

a.

Latar belakang kegiatan.

b.

Dasar hukum kegiatan.

c.

Apa maksud dan tujuan kegiatan.

d.

Ruang lingkup isi laporan.

Isi Laporan
Pada bagian ini dimuat segala sesuatu yang ingin dilaporkan antara lain :
a.

Jenis kegiatan.

b.

Tempat dan waktu kegiatan.

c.

Petugas kegiatan.

d.

Persiapan dan rencana kegiatan.

e.

Peserta kegiatan.

f.

Pelaksanaan kegiatan (menurut bidangnya, urutan waktu pelaksanaan, urutan


fakta / datanya).

g.

Kesulitan dan hambatan.

h.

Hasil kegiatan.

i.

Kesimpulan dan saran penyempurnaan kegiatan yang akan datang.

3.

Penutup
Pada kegiatan ini ditulis ucapan terima kasih kepada yang telah membantu
penyelenggaraan kegiatan itu, dan permintaan maaf bila ada kekurangan-kekurangan.
Juga dengan maksud apa laporan itu dibuat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan

Laporan diusahakan agar :


a.

Singkat dan padat.

b.

Runtut atau sistimatis.

c.

Mudah dipahami isinya.

d.

Isinya lengkap.

e.

Menarik penyajiannya.

f.

Berpegangan pada fakta, data dan persoalannya.

g.

Tepat pada waktunya.

Lain lain.
a. Dalam laporan dapat dilampirkan : photo-photo kegiatan, tanda bukti, surat-surat
keterangan dan sebagainya ( copy )
b. Untuk mempermudah penyusunan laporan sebaiknya tetap mengacu pada proposal yang
pernah diajukan.
c. Memberikan Laporan kegiatan dengan tembusan kepada satuan/ lembaga yang terkait.
( Mabi, Kwartir, Sponsor dll )

3.LAPORAN INSIDENTAL
Laporan insidental adalah laporan yang perlu disampaikan, balk atas permintaan atasan
maupun atas prakarsa bawahan sehubungan dengan adanya kasus atau rnasalah tertentu.
Atasan dapat meminta laporan kepada bawahan untuk memperoleh informasi tentang suatu
kejadian yang menyangkut kedinasan dan memiliki dampak terhadap pelaksana program.
Sebatiknya, tanpa diminta atasan, bawahan wajib menyampaikan laporan kepada atasan
jika

sewaktu-waktu

mengalami

kejadian

tertentu

sebagai

informasi

dan

pertanggungjawaban. Laporan insidental merupakan sarana komunikasi dua arah untuk


mencegah dan membatasi timbulnya akibat-akibat sampingan yang tidak diinginkan.
4.LAPORAN PERJALANAN
Jika anda adalah seorang pelajar atau pekerja tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah
laporan, seringkali kita diwajibkan membuat sebuah laporan setelah adanya suatu kegiatan
tertentu. Laporan adalah tulisan yang berisi menerangkan kegiatan yang telah dilakukan,
merekam, menyajikan dan memaparkan hasil kerja. Ada empat jenis laporan berdasarkan
bentuk penyajiannya, yaitu bentuk formulir, surat, artikel, dan laporan resmi. Salah satu
contoh bentuk laporan adalah laporan perjalanan. Juhara menyebutkan bahwa laporan
perjalanan adalah salah satu jenis laporan yang isinya adalah kegiatan seseorang dalam
melaksanakan perjalanan ke suatu tempat yang dikunjungi. Sehingga dapat dikatakan
bahwa contoh laporan perjalanan semestinya berdasarkan pengamatan, pengalaman, dan
observasi langsung pada tempat tertentu yang dikunjungi.
Telah disebutkan sebelumnya bahwa laporan perjalanan adalah laporan yang dibuat
seseorang mengenai isi kegiatan perjalanan ke suatu tempat yang didasarkan pada
pengamatan, pengalaman, dan observasi langsung terhadap tempat yang dikunjungi.
Contoh isi laporan perjalanan yaitu persiapan sebelum perjalanan dilakukan, kemudian
kegiatan yang terjadi selama perjalanan itu, serta tujuan yang didapat setelah perjalanan
tersebut dilakukan. Pada dasarnya menulis contoh laporan perjalanan sama dengan
menulis laporan pada umumnya, yaitu berproses sama halnya dengan menyusun tulisan
jenis lainnya. Menurut Hadiwidjoyo, penulisan laporan merupakan suatu proses. Di dalam

proses tersebut terdapat beberapa tahapan yang berawal dengan persiapan dan diakhiri
dengan pemeriksaan atau review dan penyelesaian naskah akhir.
Contoh sistematika laporan perjalanan adalah:
1. Nama kegiatan, yaitu identitas kegiatan yang dilakukan
2. Dasar pemikiran, yaitu latar belakang ditulisnya laporan perjalanan
3. Tujuan penulisan berisi indikator yang hendak digapai selepas penulisan laporan
4. Waktu, tempat dan lokasi perjalanan. Hal ini wajib untuk ditulis dalam sebuah
laporan perjalanan.
5. Peserta, yaitu siapa saja yang ikut dalam sebuah perjalanan
6. Biaya yang dikeluarkan dan sumber biaya. Dalam contoh laporan perjalanan harus
disebutkan berapa jumlah dana yang dikeluarkan untuk perjalanan tersebut dan dari
mana dana itu diambil.
7. Hal-hal yang diobservasi. Dalam contoh penulisan laporan perjalanan ambillah
suatu hal yang penting untuk dibahas dalam laporan yang akan dibuat.
8. Pembahasan yang berisi informasi-informasi dari awal sampai akhir perjalanan
dengan cara mendiskripsikan atau menyimpulkan kegiatan yang dilakukan selama
perjalanan.
Dalam membuat contoh laporan perjalanan, tidak ada salahnya jika anda mengikuti tipstips dalam menulis laporan perjalanan agar anda tidak merasa kesulitan. Saran atau tips
untuk menulis sebuah laporan perjalanan pun tidak sulit untuk didapatkan, sekarang
banyak sekali artikel yang membahas khusus tentang tips-tips dalam penulisan sebuah
lapaoran. Tips yang pertama adalah berikan sudut pandang atau pokok permasalahan yang
tidak biasa dan kreatiflah semampu anda, termasuk pada saat memilih gaya bahasa.
Gunakanlah bahasa yang menarik dan tidak berbelit-belit sehingga mudah dimengerti.
Anda juga bisa menggunakan sudut pandang personal yaitu mengambil pendekatan secara
pribadi untuk menjelaskan sebuah tempat dan aktivitas yang dilakukan sehingga akan
didapatkan tulisan atau laporan yang baru dan orisinil.

Keseimbangan sangat diperlukan dalam membuat contoh laporan perjalanan. Dalam


laporan tersebut anda harus cermat dalam mensintesiskan observasi personal, deskripsi dan
komentar serta informasi-informasi yang didapat mengenai perjalanan yang dilakukan. Itu
semua harus ditulis secara seimbang sehingga fakta-fakta dari perjalanan yang dilakukan
pun terjaga. Dalam menulis sebuah laporan ada hal-hal penting yang harus diperhatikan,
yaitu aspek isi dan aspek kebahasaan. Aspek isi (substansi) berkaitan dengan materi atau
topik yang dilaporkan, sedangkan aspek kebahasaan (peredaksian) berkaitan dengan media
atau sarana untuk menyampaikan tempat materi. Biasanya aspek isi terdapat pada
penjabaran topik menjadi subtopik yang tertera dalam kerangka atau tubuh laporan.
Sedangkan aspek kebahasaan ada pada penggunaan diksi, pemakaian kalimat, penyusunan
paragraph, serta penggunaan ejaan.
Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas tadi, penggunaan ejaan dan tanda baca
merupakan aspek yang tidak bisa ditinggalkan dan harus diperhatikan dalam penulisan
contoh laporan perjalanan. Dalam hal ini, aspek ejaan mencakup seperti pemakaian huruf,
penulisan unsur serapan, dan penulisan kata. Sementara penggunaan tanda baca juga tidak
kalah pentingnya, contohnya sering kali penulis lupa menggunakan tanda titik (.) atasu
bahkan salah dalam menggunakan tanda baca koma (,). Demikian uraian tentang penulisan
laporan perjalanan. Semoga bermanfaat.
Advertisement

Вам также может понравиться