Вы находитесь на странице: 1из 70

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Oksigen merupakan kebutuhan dasar yang sangat vital bagi mahluk
hidup, terutama bagi manusia. Kekurangan atau tidak mendapatkan oksigen
hanya dalam waktu 4-6 menit dapat mengakibatkan kematian. Oksigen diperoleh
melalui proses bernafas (pernafasan), proses bernafas diantaranya meliputi
Inspirasi (menghirup udara) dan ekspirasi (mengeluarkan udara).
Peran pernafasan adalah untuk mengelola pertukaran oksigen dan
karbondioksida antara udara dengan darah, oksigen diperlukan oleh semua sel
untuk menghasilkan energi. Organ pernafasan yang peranannya sangat vital
adalah paru-paru, dalam melakukan fungsinya, normalnya paru-paru terutama
alveolus mempunyai daya elastis untuk kembang kempisnya paru, paru
mengembang saat inspirasi dan mengempis saat ekspirasi.
Ada suatu keadaan tertentu abnormal yang mengakibatkan paru-paru
kehilangan daya elastisitasnya yaitu pada penyakit empeima. Empeima adalah
proses supurasi (kerusakan jaringa) yang terjadi di dalam rongga pleura sehingga
cairan pleura menjadi keruh dan kental, endapan fibrin akan membentuk
kantung-kantung yang akhirnya akan melokalisasi nanah tersebut.
Empeima merupakan penyakit yang termasuk dalam bagian Penyakit
Paru Obstruksi Menahun (PPOM) penyebab dari empeima adalah infeksi yang
bisa berasal dari paru-paru

pneumonia, abses paru, sedangkan dari luar paru

diantara trauma thorax, pembedahan thorax dan infeksi kuman, diantaranya


stafilokokus, streptokokus, bakteri gram negatif dan bakteri anaerob.
Dari hasil pelayanan UPF Paru RSUD Ulin Banjarmasin dari bulan
januari hingga desember 2002, ada 1 kasus pasien dengan empeima, sedangkan

pada periode januari hingga desember 2003 ada 1 kasus pasien dengan penyakit
empeima.
Dari hasil evaluasi bagian rekam medik Rumah Sakit Islam Banjarmasin
didapatkan data bahwa dari periode januari hingga desember 2003 kasus
empeima hanya terdapat 1 kasus.
Empeima marupakan suatu penyakit yang sangat perlu penanganan secara
intensif karena penderita empeima dapat mengalami empeima nesesitosis, syok
sepsis, gagal jantung kongestif. Pengobatan pada penderita empeima terdiri dari
pengosongan rongga pleura, pemberian anti biotik, penutupan rongga empeima,
pengobatan kausal dan pengobatan tambahan.
Berdasarkan fenomena dan fakta diatas, maka penulis merasa perlu untuk
memberikan dan menguraikan proses asuhan keperawatan pada klien dengan
empeima.
B. Tujuan Umum.
Melaksanakan dan melaporkan asuhan keperawatan pada klien Bapak An
diruang III RSUD Ulin Banjarmasin secara komprehensif proses keperawatan
sampai dengan pendokumentasian.
C. Tujuan Khusus.
Sesuai dengan tujuan umum diatas maka dirumuskan beberapa tujuan
khusus yaitu :
1. Melakukan pengkajian untuk mendapatkan data yang meliputi faktor
biologis, psikologis, sosial dan spiritual pada klien Bapak An di ruang III
RSUD Ulin Banjarmasin.
2. Merumuskan diagnosa keperawatan yang diperoleh dari data hasil pengkajian
pada klien Bapak An di ruang III RSUD Ulin Banjarmasin.
3. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien Bapak An di ruang III
RSUD Ulin Banjarmasin.

4. Melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan rencana yang telah disusun


pada klien Bapak An di ruang III RSUD Ulin Banjarmasin.
5. Melakukan evaluasi atas asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada
klien Bapak An di ruang III RSUD Ulin Banjarmasin.
6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan secara keseluruhan pada klien
Bapak An di ruang III RSUD Ulin Banjarmasin.
D. Metodologi Asuhan.
Asuhan keperawatan yang diberikan adalah dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian, perumusan
diagnosa,

penyusunan

melakukan

evaluasi

rencana
atas

keperawatan,

asuhan

implementasi

keperawatan

yang

keperawatan,

diberikan,

dan

mendokumentasikan hasil dari seluruh proses keperawatan yang telah dilakukan.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Tinjauan Teoritis Empeima.
1. Pengertian.
Empeima ialah proses suparasi yang terjadi di dalam rongga pleura,
dimana rongga tersebut secara anatomis sudah ada. (Alsagaff, 1995: 155)
Empeima dalam thoraks didefinisikan sebagai efusi pleura terinfeksi
bakteri purulensi bisa terlokalisasi atau bisa mengakibatkan keseluruhan
kavitas thoraks. (Sabiston, 1999: 667)
Empeima adalah gumpalan dari nanah / pus pada rongga pleura,
empeima terjadi dari komplikasi bakteri atau abses yang lama. (Suzanne C,
1999: 445)
Empeima adalah adanya pus pada rongga tubuh / pleura, faktanya dari
kehadiran purulen diantara rongga pleura, komplikasi dapat terjadi pada fase
post operasi thoraks seperti pneumonectomy. (Bryant, 19: 230)
2. Etiologi.
Penyebab empeima adalah infeksi yang berasal dari paru atau luar
paru :
a. Infeksi berasal dari paru adalah pneumonia, abses paru, tuberkulosis paru,
aktinomikosis paru.
b. Infeksi dari luar paru adalah trauma thoraks, pembedahan thoraks
torasentesis, abses hati karena amoeba, fistei esofagus pleura. (Alsagaff,
1996: 155)
Empeima bisa berakibat perluasan langsung dari komponen abses atau
pneumonia atau bisa menyebar dari asal hematogen atau limfatik, sebab lain
mencakup ruptura trakea atau bronki, ruptura esofatus atau abses hati atau

latrogenik dari tahap efusi pleura atau sebab kurang lazim seperti
osteomelitis. (Sabiston, 1999: 667)
3. Patofisiologi.
Invasi kuman piogenik di rongga pleura

Radang akut dan pembentukan eksudat


Pertambahan sel paru yang mati/ hidup dan peningkatan
kadar protein dalam cairan pleura

Cairan pleura jadi keruh dan kental


Fibrin membentuk kantong dan melokalisasi nanah

Empeima
4. Tanda dan Gejala.
Tanda dan gejala empeima paru terdiri dari :
a. Demam, berkeringat malam, nyeri pleura, dispnea, anorexia, dan
penurunan berat badan.
b. Tidak terdapatnya bunyi nafas, pendataran pada perkusi dada, penurunan
femitus. (Huddak, 1997: 562)
Tanda dan gejala klinis empeima dibagi menjadi dua (menurut
Smeltzer, 2000: 446) stadium yaitu :
a. Empeima akut.
Pada permulaan gejala mirip dengan pneumonia yaitu panas badan
tinggi, nyeri pleura dan pada pemeriksasn fisik didapat tanda-tanda cairan
dalam rongga pleura, apabila stadium ini dibiarkan akan timbul toksimea,
anemia dari jaringan tubuh, dan apabila nanah tidak dikeluarkan akam

timbul fistel bronko pleura atau empeima nesesitosis, tanda terbentuknya


fistel broko pleura adalah apabila batuk makin produktif bercampur darah
dan nanah yang banyak.
b. Empeima kronis.
Batas yang jelas antara akut dan kronis sukar ditentukan tapi bila
proses berlangsung lebih dari 2 bulan dari penderita, badan tampak lemah
dan kurus, kesehatan makin mundur, tampak pucat sering dijumpai jari
tubuh dada datar sampai mencekung pada bagian yang sakit disertai
tanda-tanda cairan pleura. (Alsagaff, 1995: 157)
Penurunan pertukaran gas akibat penumpukan pus pada paru
mengakibatkan defisit oksigen dan karbondioksida sehingga menimbulkan
tanda dan gejala yang mirip dengan pneumonia seperti demam, berkeringat
malam, nyeri dada daerah pleura, batuk, sesak nafas, anorexia dan penurunan
berat badan.
5. Pemeriksaan Diagnostik.
Pemeriksaan penunjang / diagnostik yang diperlukan pada penyakit
empeima paru menurut (Doengoes, 1999: 157) adalah :
a. Foto Thoraks.
Dapat mengatakan tanda-tanda cairan dengan atau tanpa kelainan
paru yang jelas dan kantong empeima dapat berbeda di satu tempat.
b. Bronkoskopi.
Dilakukan untuk menentukan tomur atau benda asing intra
bronkial, dan untuk menentukan fistel bronko pleura dibuktikan dengan
penyuntikan beberapa CC methylon ke dalam rongga pleura dengan
bronkoskopi dapat dilihat dari lobus mana yang sekretnya berwarna biru.
(Alsagaff, 1995: 157)

c. Tes Fungsi Paru.


Dilakukan

untuk

menentukan

penyebab

dispnea,

untuk

menentukan fungsi abnormal adalah obstruksi atau retriksi untuk


memperkirakan derajat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek terapi.
d. Sputum.
Kultur

dilakukan

untuk

menentukan

adanya

infeksi

mengidentifikasi patogen, pemeriksaan sitolitik untuk mengetahui adanya


keganasan atau gangguan alergi.
6. Penatalaksanaan Medis.
Ada 3 dasar prinsip pengobatan paru menurut Tucker (1998: 263):
a. Pengeluaran pus seluruhnya.
b. Paru dapat mengembang sampai pleura parietalis menempel dengan
pleura viseralis.
c. Memberantas infeksi dengan anti biotik.
Penanganan dapat berupa fungsi pleura dan mengeluarkan cairan,
pemasangan WSD (Water Sealed Drainage) dan torakoplasti. (Mansjoer ,
2000: 301)
Sasaran penatalaksanaan adalah untuk mengalirkan kavitas pleura dan
mencapai ekspansi paru optimal dicapai dengan drainase yang adekuat, anti
biotik (dosis besar). Drainase cairan pleural / pus tegantung pada tahap
penyakit dicapai dengan :
a. Aspirasi jarum jika cairan tidak kental.
b. Drainase dada tertutup.
c. Drainase dada terbuka.
d. Dekortitasi jika inflamasi telah bertahan lama.
Prinsip pengobatan empeima yaitu menurut Huddak (1997: 562):
a. Pengosongan rongga pleura.
1) Drainase tertutup dengan indikasi nanah sangat kental.

2) Drainase tertutup dengan indikasi empeima menahun karena


pengobatan terlambat.
b. Antibiotika.
Diberikan begitu diagnosis telah ditegakkan dan dosis adekuat.
Pemilihan antibiotik didasarkan pada hasil pengecatan gram dari hapusan
nanah, antibiotik diberikan secara sistematik atau topikal.
c. Penutupan rongga empeima.
Dengan pembedahan yaitu dekortikasi (mengelupas jaringan
pleura yang menebal), torako plasti (pemotongan iga).
d. Pengobatan kausal.
e. Pengobatan tambahan.
Fisioterapi untuk membebaskan jalan nafas dari sekret, latihan
gerak untuk mengurangi terjadinya cacat tubuh (deformitas). (Huddak,
1997: 562)
B. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Klien Dengan Empeima.
1. Pengkajian.
Data yang diambil pada saat pengkajian meliputi:
a. Identitas pasien.
b. Pola fungsional.
1) Persepsi kesehatan dan penanganan kesehatan.
a) Keluhan utama.
Klien biasanya datang dengan keluhan sesak nafas.
b) Riwayat penyakit sekarang.
Klien biasanya merasakan sesak dan batuk, tanyakan tindakan
yang dilakukan untuk mengatasi keluhan klien tersebut.
c) Riwayat penyakit dahulu.
Klien mungkin pernah menderita penyakit paru.
d) Riwayat penyakit keluarga.
Perlu dikaji apakah ada keluarga yang menderita penyakit paru.

2) Pola nutrisi dan metabolik.


Perlu dikaji kebiasaan makan sebelum sakit dan sesudah sakit, adanya
keluhan mual dan muntah.
3) Pola eliminasi.
Kebiasaan BAB dan BAK sebelum sakit dan saat sakit dan keluhan
BAB dan BAK.
4) Aktifitas dan istirahat.
Keletihan, kelelahan, malaise, tidak mampuan tidur, perlu tidur dalam
posisi duduk tinggi, dispnea pada saat istirahat ada respon terhadap
aktifitas atau latihan. Keletihan, gelisah, kelemahan umum.
5) Makanan dan minuman.
Mual, muntah, nafsu makan buruk, penurunan berat badan menetap.
Turgor kulit buruk, berkeringat, penurunan berat badan.
6) Pernafasan.
Nafas pendek, episode batuk hilang timbul, penggunaan oksigen.
Pernafasan cepat lambat, penggunaan otot bantu pernafasan, taktil
premitus lemah.
7) Pola kognitif konseptual.
Yang perlu dikaji dalam hal ini adalah penglihatan, pendengaran,
penghidu dan status mental apakah ada gangguan.
8) Pola tidur dan istirahat.
Tidur dalam posisi semi fowler atau terlentang dan apakah ada
gangguan dalam pola tidur.
9) Pola persepsi diri/ konsep diri.
Klien mungkin merasa citra dirinya terganggu karena keadaan
sesaknya dan membuat dirinya tergantung pada orang lain.
10) Pola interaksi sosial.
Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung, kegagalan
dukungan. Keterbatasan mobilitas fisik, kelalaian hubungan dengan
anggota keluarga lain.

11) Pola seksualitas reproduksi.


Klien mungkin merasa tidak dapat membahagiakan pasangannya.
12) Pola koping pertahanan diri/ psikologis.
Klien mungkin tidak dapat menerima penyakitnya dan tidak mampu
memutuskan

masalah

dan

memerlukan

orang

lain

untuk

memutuskannya.
13) Pola kepercayaan/ spiritual.
klien tidak mampu melakukan ibadah karena keluhan sakitnya dan px
tampak tidak sholat (melakukan ibadah). Klien mungkin lebih
bersikap pasrah dan menyerahkan semuanya pada tuhan. (menurut
Engram, B, 1998: 315)
2. Diagnosa Keperawatan.
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronko spasme,
peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, kental, penurunan
energi / kelemahan.
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
(obstruksi, spasme bronkus, jebakan udara, kehilangan elastisitas paru.
c. Perubahan nutrisi kurang dari keperluan tubuh berhubungan dengan
dispnea, kelemahan, efek samping obat, produksi sputum, anorexia, mual
dan muntah.
d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat
imunitas, proses penyakit kronis, mal nutrisi.
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, ketidak berdayaan,
dispnea.
f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi berhubungan dengan kurang
informasi, tidak mengenal sumber informasi, kurang mengingat,
keterbatasan kognitif.
3. Rencana Asuhan Keperawatan.
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif.
Intervensi :

1) Kaji / pantau frekuensi pernafasan.


2) Auskultasi bunyi nafas.
3) Catat adanya dispnea.
4) Dorong / berikan pasien latihan nafas abdomen dan bibir.
5) Berikan posisi yang nyaman dan pertahankan jalan nafas.
b. Kerusakan pertukaran gas.
Intervensi :
1) Kaji / awasi warna kulit dan membran mukosa.
2) Tinggikan kepala tempat tidur.
3) Dorong pengeluaran sputum, penghisapan bila diindikasikan.
4) Kolaboratif; Beri O2 bila perlu, berikan intubasi, berikan / pertahankan
ventilasi mekanik jika perlu.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Intervensi :
1) Kaji kebiasaan diit, evaluasi berat badan.
2) Auskultasi bunyi bising usus.
3) Berikan perawatan oral terutama sebelum dan sesudah makan.
4) Hindari makanan yang mengandung gas dan sangat panas / dingin.
d. Resiko tinggi terhadap infeksi.
Intervensi :
1) Awasi secara ketat suhu tubuh.
2) Kaji pentingnya nafas dalam, batuk efektif dan masukan cairan yang
adekuat.
3) Dorong keseimbangan aktifitas dan istirahat.

e. Intoleransi aktifitas.
Intervensi :
1) Pantau nadi dan nafas sebelum dan sesudah beraktifitas.

2) Beri bantuan dalam beraktifitas.


3) Tingkatkan aktifitas secara bertahap sesuai toleransi.
4) Perhatikan klien saat beraktifitas.
f. Kurang pengetahuan.
Intervensi :
1) Jelaskan proses penyakit pada individu.
2) Kuatkan rasional untuk latihan nafas, batuk efektif dan latihan umum.
3) Diskusikan tentang obat pernafasan.
4. Evaluasi.
Diharapkan kepatenan jalan nafas dapat dipertahankan menunjukan
perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat dengan AGD
(Analisa Gas Darah) yang normal, adanya peningkatan berat badan menuju
tujuan yang tepat dapat dicegah dari infeksi, meningkat toleransi terhadap
aktifitas. (Doengoes, 2000: 156-163)
5. Pendokumentasian.
Menurut Carpenito Lynda Juall, 2000: 235-245 antara lain:
a. Pengkajian pola nafas klien.
b. Melakukan latihan nafas dalam setiap jam.
c. Mencapai fungsi paru-paru yang maksimal.
d. Mengutarakan pentingnya latihan paru-paru setiap hari.
e. Menyatakan faktor penyebab jika diketahui.

BAB III
HASIL ASUHAN
A. Gambaran Kasus.
Klien Bapak As, umur 40 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan
terakhir SD (Sekolah Dasar), pekerjaan swasta, agama islam, sudah menikah,
beralamat di Sungai Tabuk, masuk RSUD Ulin Banjarmasin tanggal 30 april
2004, dengan diagnosa medis empeima.
Penanggung jawab klien adalah Bapak B, berumur, 25 tahun, jenis
kelamin laki-laki, pendidikan SMP (Sekolah Menengah Pertama), pekerjaan
swasta, beralamat di Sungai Tabuk, hubungan dengan klien adalah adik kandung.
Pada pengkajian tanggal 4 mei 2004 didapatkan data :
Keluhan utama klien masuk RSUD Ulin Banjarmasin tanggal 30 april
2004 adalah sesak nafas dan merasa mual dan badannya panas dan batuk
berdahak.
Riwayat penyakit sekarang, klien mengatakan bahwa kurang lebih sejak 1
bulan yang lalu klien mengeluh badannya panas, mual, batuk berdahak, sehingga
tidak nafsu makan, klien dibawa berobat ke Puskesmas dan diberi obat penurun
panas dan vitamin, selama 2 minggu klien merasa tidak ada perubahan dan klien
kembali berobat ke Mantri / Perawat dengan keluhan tidak nafsu makan, mual,
batuk berdahak, panas dan kadang-kadang sesak, klien disuruh untuk berobat ke
Dokter spesialis paru dan klien pergi ke tempat praktek Dr.M, dan klien diberi
surat rujukan untuk berobat ke RSUD Ulin Banjarmasin, oleh keluarganya klien
langsung dibawa ke RSUD Ulin Banjarmasin tanggal 30 april 2004.
Riwayat penyakit dahulu, klien mengatakan bahwa ia pernah mengalami
sesak nafas tetapi hanya beberapa jam setelah meminum obat yang dibeli di
warung, sesaknya pun hilang dengan sendirinya, klien mengatakan belum pernah
masuk rumah sakit sebelumnya dan klien suka minum jamu-jamuan dan dulu

pernah merokok tapi sekarang sudah berhenti sejak tahun 2003 + bulan
september, dan px pernah menderita penyakit Hepatitis.
Riwayat penyakit keluarga, klien mengatakan dalam anggota keluarganya
baik anaknya, istrinya atau saudaranya tidak ada yang pernah menderita Asma,
Hypertensi, DM, Hepatitis, ataupun sesak nafas, hanya saudara istrinya pernah
menderita batuk lama tidak sembuh-sembuh atau TBC. Selain itu tidak ada
riwayat lain seperti operasi hidung / salurang nafas seperti Polip, Flue lama, dan
sesak nafas.
Keadaan umum klien tampak lemah, lemas dan sesak nafas, kesadaran
CM, dengan nilai GCS = E4 V5 M6, tanda-tanda vital : tekanan darah 100/60
mmHg, nadi 96 x/m, pernafasan 32 x/m, suhu per axila 36,4 C, tinggi badan 160
cm, berat badan 45 kg.
Kulit, kebersihan kulit baik, pada inspeksi tidak ditemui adanya lesi,
edema maupun peradangan pada kulit tidak ditemui adanya joundice, tidak
ditemui adanya sianosis pada palpasi kulit teraba hangat, turgor kulit baik bila
dicubit kembali kurang dari 2 detik, CRT normal kembali kurang dari 2 detik,
dan tekstur kulit teraba kasar dan kering, warna kulit coklat.
Kepala dan leher, struktur kepala dan leher simetris, bentuk normal,
kebersihan rambut dan kepala terjaga baik, warna rambut hitam dan distribusi
merata, tidak ditemui adanya lesi, hematom atau bekas trauma pada kepala, ada
keluhan pusing tapi tidak berat, pada leher tidak ditemui adanya pembesaran
kelenjar tyroid saat dipalpasi, tidak ada keluhan sulit atau sakit menelan, tidak
ada keterbatasan gerak kepala dan leher.
Mata dan penglihatan, bentuk normal dan simetris antara mata kanan dan
kiri, kebersihan baik tidak ditemui adanya kotoran, konjunctiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik, pergerakan bola mata baik, klien tidak menggunakan alat
bantu penglihatan.

Hidung dan penciuman bentuk normal, kebersihan baik tidak ditemui


adanya kotoran, tidak ditemui adanya peradangan dan pendarahan pada hidung,
tidak ditemui adanya polip hidung, cuping hidung mengembang bila sesak,
fungsi penciuman baik klien dapat membedakan antara bau alkohol dan bau
balsem / minyak angin.
Mulut dan gigi, bentuk normal, kebersihan mulut dan gigi terjaga baik,
tidak ditemui adanya peradangan dan pendarahan pada mulut dan gusi, mukosa
bibir sedikit kering, fungsi mengunyah baik, klien tidak menggunakan gigi palsu.
Dada dan pernafasan, bentuk dada simetris, diameter AP > Lateral-lateral,
klien bernafas dengan menggunakan otot bantu pernafasan, saat bernafas terlihat
cuping hidung mengembang, irama nafas tidak teratur, nafas klien cepat dan
dangkal dengan frekuensi 32 x/m, pada palpasi taktil premitus melemah, perkusi
bunyi pekak pada dada sebelah kanan, auskultasi paru terdengar bunyi nafas
abnormal ronki pada sebelah kanan paru, tidak terdengar bunyi jantung
tambahan, irama jantung teratur dengan frekuensi 96 x/m, klien mengeluh sesak
nafas dan sulit mengeluarkan nafas, hasil pemeriksaan rontgen dada pada tanggal
3 mei 2004 menunjukan adanya diagnosa masif right pleura efusion yang artinya
ada penumpukan pus pada pleura bagian kanan, kesan dari empeima.
Abdomen, bentuk normal, kebersihan terjaga baik tidak ditemui adanya
lesi atau trauma, tidak ditemui adanya asites dan distensi abdomen, tidak ada
keluhan nyeri perut dan epigastrium, pada palpasi tidak ditemui adanya
pembesaran hepar, pada auskultasi terdengar bising usus normal dengan
frekuensi 10 x/m.
Genetalia dan urinaria, tidak ditemui adanya haemorroid, tidak ada
kesulitan dan keluhan nyeri saat Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil
(BAK).
Ekstrimitas atas dan bawah, bentuk normal, struktur simetris antara
ekstrimitas atas kanan dan kiri dan ekstrimitas bawah kanan dan kiri, tidak ada

keterbatasan gerak pada ekstrimitas tapi masih lemah, tonus otot baik, tampak
terpasang infus RL 20 tts/m pada ekstrimitas kiri atas.
Skala kekuatan otot :

pola aktivitas dan istirahat, di rumah aktivitas klien dilakukan pada siang
hari, tidur siang kadang-kadang, dan tidur malam sekitar 7-8 jam/hr, dan tidak
ada kesulitan saat menjelang tidur, di rumah sakit klien terlihat lebih banyak
berbaring dengan posisi semi fowler di tempat tidur, tidur siang kadang-kadang
sekitar 1-2 jam/hr, dan tidur malam sangat jarang karena klien merasa sesak dan
sangat mengganggu, klien hanya dapat tidur malam sekitar 2 jam, dan klien
mengeluh bahwa apabila banyak atau terlalu lama beraktivitas seperti ke kamar
mandi sendiri ia merasa sesak nafas dan perlu dibantu oleh keluarganya, dengan
skala aktivitas 3 yaitu dibantu sebagian dan aktivitas perlu pengawasan.
Pola personal hygent, di rumah frekuensi mandi 2 x/hr, gosok gigi 2x/hr,
keramas rambut bila dirasa perlu, potong kuku bila dirasa panjang, di rumah sakit
klien mandi dan diseka oleh istrinya dengan frekuensi 3 x/hr, gosok gigi sehabis
makan, berkumur-kumur bila mau makan, keramas 1 x, potong kuku belum
pernah, pakaian yang digunakan bersih, klien mengatakan ia ganti baju 2 x/hr,
dan kadang-kadang 3 x/hr bila cuaca terasa gerah.
Pola nutrisi di rumah frekuensi 3 x/hr dengan diit nasi biasa ditambah
ikan dan sayuran, pantangan makanan tidak ada, klien mengatakan selama 1
bulan terakhir ia mengalami penurunan nafsu makan, di rumah sakit frekuensi
makan 3 x/hr, dengan diit bubur rendah garam, klien mengeluh tidak nafsu
makan dan sering merasa mual, tampak klien tidak dapat menghabiskan makanan
dalam porsi yang disediakan rumah sakit, klien hanya dapat menghabiskan
porsi yang disediakan rumah sakit, frekuensi minum 2-3 gelas/hr, berat badan
klien 45 kg. (berat badan normal 54 kg)

Pola eliminasi, di rumah frekuensi BAB 1 x/hr, frekuensi BAK sering


sekitar 3-4 x/hr, tidak ada keluhan nyeri saat BAB dan BAK. Di rumah sakit
frekuensi BAB 1x/hr kadang-kadang, frekuensi BAK 4-5 x/hr, tidak ada keluhan
nyeri saat BAB dan BAK.
Psikososial, klien tampak tenang dan sabar menghadapi keadaannya saat
ini, hubungan dan komunikasi dengan keluarga dan klien lain yang sekamar serta
tim kesehatan sangat baik, klien dapat diajak bekerjasama dalam proses
pelaksanaan perawatan dan pengobatan, klien serta keluarganya selalu mengikuti
anjuran yang diberikan oleh perawat maupun dokter.
Spiritual, klien dan keluarganya beragama islam, klien menyatakan bahwa
dalam keadaan bagaimanapun sebagai seorang muslim sholat harus dikerjakan,
termasuk dalam keadaan sakit, walaupun sholat hanya dengan berbaring, klien
selalu berharap dan berdoa sakitnya dapat sembuh dan tidak kambuh lagi.
Klien seorang laki-laki berumur 40 thn, istri klien 1 orang, anak klien 4
orang, hubungan klien dan keluarga sangat erat tampak istri dan anak-anaknya
selalu menemaninya, dan saudara-saudaranya sangat memperhatikannya.
Dari pemeriksaan laboratorium yang dilakukan tanggal 3 mei 2004
didapatkan data Hb: 11,3 gram% (L: 13,5 17,5 P: 11,5 15,5), Eritrosit: 3,33
juta/mm3 (4,5 6,0 juta/mm3), Lekosit: 31.300 /mm3 (4000 11.000), LED: 33
mm/jam I, 60 mm/jam II (L: <15 mm/jam, P: <20 mm/jam), Hematokrit: 28 %
(L: 40 50, P: 35 45), Trombosit: 304.000 /mm3 (50 350 ribu). Dan hasil
pemeriksaan cairan pleura tanggal 1 mei 2004 :
Mokos: beku awal: negatif (n: negatif), warna coklat susu (n: tidak
berwarna), kekeruhan: keruh (n: jernih), bau: amis (n: tidak berbau), BJ: 1,010
(n: <1,018).
Mikros: leokosit 650 u/l, hitung jenis segmen 2 %, limposit 98 %,
pengecatan gram: ditemukan kuman batang gram negatif, pengecatan 2n: tidak
ditemukan BTA.

Hasil photo thorax av yang dilakukan pada tanggal 3 mei 2004


menunjukan adanya diagnosa masif right efusion yang artinya ada penumpukan
pus pada pleura bagian kanan, kesan dari empeima.
Terapi yang didapatkan klien pada tanggal 4 mei 2004 yaitu infus RL 20
tts/m, injeksi Fortagyl bolus 3x1, Curcuma 1 3x1 tab, Pct 3x500 gr (kp),
Phylocontin 2x1 tab, Becomplex 3x1, Mucera 2x1 tab.
Data fokus pada inspeksi klien tampak lemah dan kurus, dada berbentuk
simetris, pernafasan cuping hidung mengembang, konjunctiva tidak anemis,
pernafasan klien cepat dan dangkal dan terlihat klien bernafas dengan
menggunakan otot bantu pernafasan, pada palpasi taktil premitus melemah, TTV:
TD: 100/60 mmHg, N: 96 x/m, R: 32 x/m, T: 36,4 C, pada perkusi bunyi pekak
pada dada / paru sebelah kanan, pada auskultasi sebelah kanan terdengar bunyi
nafas ronki.

Tabel 1
B. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan.
No
1
1

Data
2
Data Subjektif :

Masalah
3
Bersihan

a) Klien mengeluh batuk berdahak

jalan nafas sekresi yang

b) Klien mengeluh sudah berusaha batuk tidak efektif

Etiologi
4
Adanya
tertahan

dengan keras untuk mengeluarkan dahak


tapi hanya sedikit yang mau keluar dan
klien merasa sesak
Data Objektif :
a) Batuk klien terdengar produktif
b) Pada auskultasi terdengar suara nafas
abnormal ronkhi
2

Data Subjektif :

Pola

Penurunan

a) Klien mengeluh sesak nafas

pernafasan

ekspansi paru

b) Klien mengeluh sulit mengeluarkann tidak efektif


nafas
c) Klien

sekunder
terhadap

mengatakan

dulu

ia

pernah

dorongan

merokok tapi sudah lama ia berhenti

dalam rongga
pleura

Data Objektif :
a) Nafas klien cepat dan dangkal 32 x/m
b) Klien bernafas dengan cuping hidung
mengembang dan dengan menggunakan
otot bantu pernafasan
c) Taktil fremitus melemah
d) Perkusi paru bunyi pekak
1

e) Hb: 11,3 gr %
f) Hasil foto rontgen dada menunjukan
adanya pus pada pleura sebelah kanan
kesan dari empeima
3

Data Subjektif :

Gangguan

a) Klien mengatakan ia tidak nafsu makan, pemenuhan


dan sering merasa mual

Anoreksia
dan mual

nutrisi
kurang dari

Data Objektif :
a) Klien

tampak

kebutuhan
tidak

menghabiskan tubuh

makanan dalam porsi yang disediakan di


Rumah Sakit
b) Tampak klien hanya menghabiskan
porsi makan yang disediakan Rumah
Sakit
c) Klien tampak kurus / lemah
d) Konjunctiva anemis
e) TB: 160 cm, BB: 45 kg, BBI: 55 kg,
LLA: 20 cm
f) Berat badan klien kurang 10 kg dari
berat badan ideal
g) Klien tampak lemah
4

Data Subjektif :

Gangguan

a) Klien mengeluh tidak dapat tidur baik pola tidur

terbangun

pada malam maupun siang hari karena

sekunder

terganggu oleh sesak nafas

terhadap

b) Klien mengatakan tidur malam sekitar 2


1

Sering

gangguan
3

Jam.

sirkulasi

c) Klien mengatakan tidur siang sekitar 1


2 jam
Data Objektif :
a) Klien tampak ngantuk dan menguap
b) Klien tampak coklat di sekitar daerah
mata
5

Data Subjektif :
a) Klien

mengeluh

Intoleransi
sesak

bila

terlalu aktivitas

beraktivitas, seperti mandi dan berjalan


ke kamar mandi
Data Objektif :
a) Klien tampak banyak berbaring dengan
posisi semi fowler di tempat tidur
b) Skala aktivitas klien 3 dengan dibantu
sebagian oleh orang lain dan perlu
pengawasan saat beraktivitas
c) Klien tampak lemah
d) TD: 100/60 mmHg,
N: 96 x/m, R: 32 x/m
T: 36,4 C

Prioritas Diagnosa Keperawatan.

Kelemahan
dan
nafas

sesak

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya sekresi yang
tertahan.
2. Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
sekunder terhadap dorongan dalam rongga pleura.
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia dan mual.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun sekunder
terhadap gangguan sirkulasi.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan sesak nafas.

Tabel 2

C. Rencana Keperawatan.
No
1
1

Diagnosa Keperawatan
2
Bersihan

jalan

Tujuan
3
nafas Keefektifan

tidak efektif berhubungan bersihan


dengan adanya sekresi jalan

Rasional
5
a) Bunyi

bunyi nafas.

nafas ronki

nafas b) Berikan

menunjuka

yang tertahan.

klien

posisi

Data Subjektif :

terpenuhi

nyaman.

a) Klien

yang

b) Klien

perawatan.

mengeluh Kriteria

klien

an saluran

untuk

nafas oleh

melakukan

sudah berusaha batuk hasil :

batuk

dengan keras untuk a) Klien

efektif.

adanya

penyumbat

mengeluh dalam 2 hari c) Ajarkan

batuk berdahak

sekresi.
b) Posisi yang
nyaman

mengeluarkan dahak

tidak lagi d) Anjurkan

memungki

tapi

mengeluh

klien banyak

nkan klien

yang mau keluar dan

batuk

minum.

rileks

klien merasa sesak.

berdahak.

(terutama air

memudahk

hangat)

an

hanya

sedikit

b) Bunyi

klien

nafas

a) Batuk klien terdengar

ronkhi

bantuan

tidak

fisioterapi

efektif

terdengar

dada.

merupakan

Kolaborasi :

cara untuk

b) Pada

auskultasi

terdengar suara nafas


abnormal ronkhi.

lagi.
c) Sputum

e) Berikan

dan

Data Objektif :
produktif.

Perencanaan
Intervensi
4
a) Auskultasi

f) Beri

bernafas.
c) Batuk

anti

melarutkan

dan

sputum.

dapat

biotik

dikeluark

mukolitik

an.

SOD.

5
d) Air

hangat

dapat
melarutkan
sputum.
e) Fisioterapi
dada

untuk

mengeluarkan
sputum
f) Anti

biotik

mencegah
penyebaran
infeksi

dan

mukolitik
membantu
menghancurka
n sekresi.
2

Pola

nafas

tidak Keefektifan

efektif berhubungan pola


dengan

nafas

penurunan terpenuhi

ekspansi
sekunder

a) Auskultasi

dorongan

dalam Kriteria hasil :

rongga paru.

ronki

nafas.

menunjukan
adanya

posisi yang

penyumbatan

nyaman.

saluran

a) Klien tidak c) Observasi


mengeluh

ketat status b) Posisi

a) Klien mengeluh

sesak nafas

pernafasan.

lagi.

nafas

oleh sekresi.

Data Subjektif :
sesak nafas

nafas

bunyi

paru dalam 3 hari b) Berikan


terhadap perawatan.

a) Bunyi

yang

nyaman
memungkinkan

b) Klien mengeluh

klien

sulit
1

2
mengeluarkan nafas

3
b) Klien

4
d) Ajarkan

5
bernafas

c) Klien

bernafas

klien untuk

dengan

pernah

dengan

latihan

mudah.

merokok tapi sudah

normal

meniup

c) Penurunan

lama ia berhenti

tanpa

udara

mengguna

dalam

peningkata

Data Objektif :

kan

botol.

a) Nafas klien cepat dan

bantu

dulu

mengatakan
ia

dangkal 32 x/m

otot

ke

e) Ajarkan

status

pernafasan

pernafasan

dan dorong

secara

dan

klien untuk

ekstrim

cuping

pengemban

melakukan

menunjuka

hidung mengembang

gan cuping

latihan

dan

hidung.

nafas

distress

dalam

pernafasan.

b) Klien

bernafas

dengan

dengan

menggunakan

otot c) Bunyi

bantu pernafasan
c) Perkusi paru bunyi

secara

d) Latihan

paru sonor.

perlahan

meniup

sesuai

Udara

dengan

dalam

toleransi

botol suatu

keadaan

latihan

klien.

mengeluark

Kolaborasi :

an

f) Beri

secara

oksigen,
bronkodilat
or

adanya

perkusi

pekak

dan

dan

ke

nafas

maksimal.
e) Nafas
dalam

steroid

dapat

SOD.

mengatur

5
irama
pernafasan

dan

lebih

menghemat
energi
f) O2

untuk

suplai
O2
,bronkodila
tor

dan

steroid
untuk
mengurang
i

spasme

pada
bronkus
dan
melebarkan
jalan nafas.
3

Gangguan
nutrisi

pemenuhan Kebutuhan
kurang

kebutuhan

dari nutrisi

a) Beri

klien

tubuh dapat dipenuhi

berhubungan

dengan secara

anoreksi dan mual

bertahap dalam

Data Subjektif :

10

a) Makanan

dalam porsi

dalam porsi

kecil

kecil

tapi

sering.

memungki

hari b) Berikan

a) Klien mengatakan ia perawatan.


tidak

makanan

makanan

nafsu makan

nkan
mengurang
i kejenuhan

dan sering merasa


1

2
Mual.
Data Objektif :

3
Kriteria hasil :

4
Kesukaan

a) Keluhan

jika

tidak

5
b) Selera
makan

a) Klien tampak tidak

nafsu

ada kontra

biasanya

menghabiskan

makan dan

indikasi.

muncul

makanan dalam porsi

mual tidak c) Anjurkan

karena

yang disediakan di

ada lagi.

klien untuk

adanya

melakukan

makanan

badan

oral

kesukaan.

mencapai

hygiene

c) Bau mulut

berat ideal.

sebelum

merupakan

dan

salah

sesudah

faktor

makan.

penyebab

Rumah Sakit

b) Berat

b) Tampak klien hanya


menghabiskan
porsi

makan

disediakan

yang

Rumah c) Konjunctiv

Sakit

c) Klien tampak kurus /

tidak

anemis.

lemah

d) Anjurkan

satu

anoreksia.

d) Konjunctiva anemis

kepada

e) TB: 160 cm, BB: 45

klien untuk

yang masih

kg, BBI: 55 kg, LLA:

makan

hangat

20 cm.

selagi

dapat

makanan

mengurang

masih

i rasa mual

hangat.

saat makan.

Kolaborasi :
e) Beri cairan

d) Makanan

e) Multi
vitamin

elektrolit

dan

dan

elektrolit

multi

vitamin

dapat

SOD.

5
Membantu
asupan
nutrisi dan

cairan
tubuh klien.
a) Mengkaji
4

Gangguan

pola

berhubungan

tidur Pola
dengan klien

sering

tidur a) Kaji
dapat

terbangun terpenuhi

sekunder

pola

pola

tidur klien.

untuk

b) Ciptakan

terhadap dalam 2 hari

mengetahui

suasana

kebiasaan
tidur klien.

gangguan sirkulasi.

perawatan.

yang

Data Subjektif :

Kriteria hasil :

tenang dan b) Agar

a) Klien mengeluh tidak a) Klien dapat

tidur

dapat merasa

nyaman.

dapat tidur baik pada

tidur 6 7 c) Atur posisi

malam maupun siang

jam sehari.

klien

Klien

nyaman

dan

tenang.
c)

Posisi

yang

hari karena terganggu b) Klien

senyaman

nyaman dapat

oleh sesak nafas

mungkin.

membuat

b) Klien

mengatakan

tampak
tenang,

d) Mengganti

tidur malam sekitar 2

tidak

alat

jam

mengeluh

klien.

c) Klien

mengatakan

tidur siang sekitar 1


2 jam

tidak dapat

tidur.

d) Alat tenun
yang bersih
merasakan
dan

mengantuk
a) Klien

ingin

dapat

tidur lagi.
c) Klien tidak

Data Objektif :

tenun

klien

lagi.
tampak

ngantuk dan menguap


1

2
3
b) Klien tampak coklat d) Tidak ada
di

sekitar

mata.

daerah

lagi

garis

hitam
kelopak

di

5
Menambah
rasa
nyaman
tidur klien.

mata
bawah.
5

Intoleransi

aktivitas Klien

berhubungan
kelemahan

dapat a) Pantau nadi a) Kenaikan

dengan beraktivitas
dan

sesak sesuai dengan

dan

nadi

dan

pernafasan

pernafasan

nafas.

toleransi

sebelum

ketika

Data Subjektif :

keadaannya

dan

beraktivitas

sesudah

menunjuka

terlalu perawatan.

klien

n toleransi

seperti Kriteria hasil :

beraktivitas

klien

terhadap

a) Klien
sesak

mengeluh dalam 6 hari


bila

beraktivitas,

mandi dan berjalan a) Tidak ada


ke kamar mandi.

keluhan

b) Tingkatkan

aktivitas.

sesak

aktivitas

Data Objektif :

ketika ber

secara

n aktivitas

a) Klien tampak banyak

aktivitas.

bertahap

secara

sesuai

bertahap

berbaring

dengan b) Klien tidak

b) Peningkata

posisi semi fowler di

hanya lebih

dengan

memungki

tempat tidur

banyak

toleransi.

nkan klien

b) Skala aktivitas klien


3

dengan

dibantu

sebagian oleh orang


lain

dan

perlu

pengawasan

saat

berbaring
di

tempat

tidur.

c) Berikan

untuk

bantuan

mentoleran

dalam

si

melakukan

tahap

aktivitas

kenaikan

4
Sesuai

5
Aktivitas.

setiap

beraktivitas
1

2
c) Klien tampak lemah
d) TD: 100/60 mmHg,
N: 96 x/m, R: 32 x/m
T: 36,4 C

3
c) Skala
aktivitas

dengan

(0) mandiri

kebutuhan.
d) Berikan

c) Kebutuhan
dasar klien
sangat

asupan

perlu

nutrisi

diperhatika

yang

adekuat.

aktivitasny

e) Anjurkan

keluarga
untuk

dalam
sehari-

harinya.
d) Nutrisi

mengawasi

sebagai

klien

sumber

saat

ber

energi

aktivitas.

diperlukan
untuk

ber

aktivitas.
e) Serangan
sesak nafas
biasa dapat
diperkiraka
n waktunya
sehingga
klien harus
diawasi
saat
berktivitas.

Tabel 3
D. Implementasi.
No
1
1

Hari /
Tanggal
2
Selasa

Dx

Jam

3
I

4
11.50

Implementasi
5
a) Mengatur

Evaluasi Tindakan
6

posisi a) Klien

04 mei

semi fowler.

2004

11.50

mengatakan

b) Mengajarkan

lebih

kepada klien batuk


efektif.
11.51

untuk

11.45

bernafas.
belum

dapat melakukan

banyak

minum air hangat.


11.30

mudah

b) Klien

c) Menganjurkan

ia

batuk efektif.
3) Klien

d) Melakukan

mau

mengikuti

postural drainage

anjuran

(claping).

efektif.

e) Membantu dokter 4) Sputum


mengaspirasi

batuk
belum

keluar.

memfungsi cairan 5) Cairan / pus yang


fleura.
11.45

keluar sebanyak

6) Memberikan :

70

Fortagyl

Mucera

seperti

warna
susu

kedelai.

flash/hr.

cc,

3x1

tab.
2

Selasa

II

11.50

a) Memandu

11.50

b) Mengobservasi

04 mei
2004

tidak
klien a) Klien
mampu
melakukan latihan
melakukan nafas
nafas dalam.
irama, f rekuensi

4
dan

5
kedalaman

nafas klien.
11.55

3) Mengawasi warna

dalam.
b) Irama nafas tidak
6
teratur, frekuensi
32 x/m dan nafas
masih dangkal.

kulit dan membran c) Tidak

ditemui

mukosa

dari

sianosis.
12.00

adanya sianosis.
d) Klien

4) Memberikan

mengatakan

posisi semi fowler.


12.30

5) Memberikan :

mudah bernafas.
e) Klien

masih

mengeluh

sesak

lt/m.

nafas

masih

Phylocontin

dirasakan.

Oksigen

ia

2x1 tab.
3

Selasa

III

12.00

1)

04 mei

Mengajarkan
cara

2004

1)

melakukan

mulut

sebelum

perawatan mulut

dan

sebelum

sesudah makan.
12.00

2)

12.00

3)

klien 2)

mengatakna nafsu

sering.

makannya masih
kurang.

Menganjurkan
makan
yang

makanan
dalam

keadaan hangat.

4
12.00

4)

5
Membagikan
makanan

kepada

klien.
5)

Klien

makan sedikit tapi

kepada klien untuk 3)

dan

sesudah makan.

Menganjurkan
kepada

dapat

mengerti

melakukan

perawatan

Klien

Memberikan :

Klien
mengatakan
bahwa

makan

makanan dalam

6
Keadaan

hangat

mengurangi rasa
mual.
4) Klien

mau

12.10
12.30

Infus

RL 20

makan tapi tidak

tts/m.

menghabiskan

Eureuma 3x1

dari porsi yang

disediakan.

Complex

5) Klien

3x1

masih

mengeluh sering
merasakan mual.
4

Selasa

IV

12.00

04 mei

1) Mengkaji
tidur klien.

2004

12.00

pola 1) Klien
mengatakan tidak

2) Memberi

tahu

ada

keluarga

klien

kebiasaan

agar

dapat

sebelum

tidur

dan

tidak

menciptakan
suasana

yang

tenang

dan

3) Mengatur
klien

posisi

senyaman

dapat tidur hanya


sekitar 2 jam.

4) Mengganti
tenun klien.

mengatakan
suasana
lingkungan agak

mungkin.
16.00

dia

2) Klien

nyaman.
12.00

lagi

alat

tenang.
3) Klien

merasa

posisi

semi

fowler

yang

nyaman
.
1

6
4) Klien
mengatakan
spreinya nyaman
dan bersih.

Selasa

13.00

1)

04 mei
2004

Memanta

1)

dan nafas klien

pernafasan

meningkat saat
dan

setelah

sesudah

beraktivitas.

beraktivitas.
2)

2)

keluarga selalu

kepada

membantu klien

keluarga
untuk

klien

dalam

membantu

memenuhi

memenuhi

kebutuhannya.

kebutuhan

3)

dasarnya.
3)

12.00

Klien
mengatakan

Meningka

belum bisa ke

tkan aktivitas klien

kamar

secara

bertahap

sendiri.

sesuai

toleransi 4)

Infus

keadaan klien.
12.00

Tampak

Menganju
rkan

12.00

4)

RL

5)

an asupan nutrisi

menjaga

yang adekuat.

saat

5) Menganjurkan

6
saat

beraktivitas.
6

Rabu

11.30

1)

Mengatur

klien

beraktivitas.

keluarga

Klien

20

Keluarga selalu

untuk menjaga
2

mandi

tts/m terpasang.

Memberik

kepada

nadi

u frekuensi nadi,
sebelum

12.00

Frekuensi

posisi 1) Klien

05 mei
2004

11.45

11.30

2)

semi fowler klien.

mengatakan

Memandu

klien

dengan

posisi

Kembali

untuk

setengah

duduk

melakukan batuk

ia lebih mudah

efektif.

beraktivitas

3) Mengkaji bersihan 2) Klien


jalan nafas dengan

dapat melakukan

mengauskultasi

batuk efektif.

bunyi nafas klien.


11.30

3) Terdengar bunyi

4) Memberi postural
drainage (claping)

12.45

belum

5) Memberikan

nafas

abnormal

ronki.
/ 4) Klien

membantu dokter

mengatakan

mengaspirasi

masih

cairan pleura :

berdahak.

batuk

Fortagyl

1 5) Cairan pleura /

flash/hr.

pus hanya 1 cc,

Mucera

2x1

tab.

seperti

susu

warna

seperti

susu kedelai.
7

Rabu

II

11.45

05 mei

irama,

2004

1) Mengobservasi
frekuensi

dan kedalaman

nafas cepat 34

6
x/m,

2) Memberikan
3) Memandu

nafas

dangkal.

posisi semi fowler.


11.30

tidak

teratur, frekuensi

5
Nafas.

11.30

1) Irama

klien

2) Klien
mengatakan

ia

melakukan

nafas

dalam

sesuai

toleransi.
11.45

mudah

bernafas.
3) Klien

4) Mengawasi warna

belum

mampu

kulit dan membran

melakukan nafas

mukosa

dalam.

dari

sianosis.
11.45

lebih

4) Tidak

5) Memberikan :

adanya

ditemui
sianosis

Oksigen 2 lt/m

pada kulit dan

Phylocontin

membran

2x1 tab.

mukosa.
5) Klien mengeluh
sesak

nafas

masih dirasakan.
8

Rabu

III

12.15

05 mei

kembali

2004

tentang

perawatan mulut.
12.15

1) Menganjurkan

2) Menganjurkan

selalu

melakukan
perawatan mulut.
2) Klien

kembali kepada

mengatakan

5
Klien untuk makan

6
Nafsu makannya

sedikit-sedikit tapi

masih kurang.

sering.
12.15

1) Klien

3) Menganjurkan

3) Klien
mengatakan

kembali

kepada

bahwa

makan

klien untuk makan

dalam

keadaan

dalam

hangat

keadaan

hangat.
12.15

mengurangi

4) Membagikan
makanan

mual.

kepada 4) Klien

klien

makan tapi hanya

5) Memberikan :
12.45

mau

menghabiskan

RL 20 tts/m.

porsi

Curcuma 3x1

disediakan.

Becomplex

yang

5) Klien mengeluh
sering

3x1

merasa

mual mendadak.
1) Klien
9

Rabu

IV

13.00

05 mei
2004

13.00

1) Mengkaji kembali

mengatakan tidur

pola tidur klien.

malam sekitar 4
jam.

2) Menganjurkan

kepada 2) Klien
mengatakan
klien

kembali
keluarga
untuk

menjaga

lingkungan

suasana
lingkungan
nyaman

suasana

yang
dan

tenang

dan

nyaman.

tenang.
1

4
13.00

5
3) Mengganti

6
alat 3) Alat tenun klien

tenun

dan

terlihat

merapikan

alat

dan

tenun klien.

klien

bersih

rapi

dan

merasa

nyaman.
10

Rabu

13.00

05 mei

1) Memantau

1) Frekuensi

frekuensi

2004

dan

pernafasan

klien

sebelum

dan

sesudah

meningkat
setelah
2) Klien

2) Menganjurkan

mengatakan

ia

kepada klien untuk

tidak dapat ke

meningkatkan

kamar

mandi

aktivitas

secara

sendiri,

harus

bertahap seperti ke

dibantu

kamar

keluarganya.

mandi

sendiri.
13.00

pernafasan

beraktivitas.

beraktivitas.
13.00

dan

nadi

3) Tampak keluarga

3) Menganjurkan
kepada

keluarga

klien

selalu

menjaga

dan

klien

untuk

membantu klien

membantu

klien

dalam memenuhi

memenuhi

kebutuhan

kebutuhan

dasarnya.

dasarnya.
11

Kamis

II

11.45

06 mei
1

2
2004

1) Menganjurkan
kembali kepada

1) Klien
mengatakan ia

5
Klien

6
untuk

Tidak

mampu

melakukan tehnik

melakukan nafas

nafas dalam sesuai

dalam-dalam.

toleransi

keadaan 2) Frekuensi

nafas

klien.
11.50

klien cepat 28

2) Mengobservasi
frekuensi,
dan

x/m

irama

kedalaman

pernafasan klien.
11.45

12

Kamis

11.15

06 mei

3) Mengawasi secara

ditemui

adanya
sianosis.pada

dan

kulit

membran

atau

memberan

4) Memberikan :

mukosa.

O2 2 lt/m.

Phylocontin

mengeluh sesak

2x1 tab.

nafas

4) Klien

1) Suara

1) Memantau
nafas

jalan
dengan

masih

nafas
ronki

masih terdengar.
mulai

dapat melakukan

bunyi nafas.
2) Memandu

abnormal
2) Klien

mengauskultasi
11.15

dangkal.

ketat, warna kulit

bersihan

2004

irama teratur dan


3) Tidak

mukosa.
12.00

dengan

klien

batuk efektif.

gg
untuk 3) Obat
diberikan SOD,
melakukan batuk
sputum
masih
efektif.
kembali

11.50

tertahan

3) Melakukan

pada

saluran nafas
1

5
6
Postural drainage 4) Cairan pus yang
(claping).

keluar sebanyak

4) Memberikan :

Fortagyl

7
1

cc,

seperti

warna
susu

flash/hr.

kedelai.

Mucera

2x1

tab.
13

Kamis

III

11.15

06 mei

1) Memperhatikan
kembali

2004

tentang

perawatan
yang

oral

dilakukan

makanan

selagi
kepada

3) Menganjurkan
kembali

12.00

terus

melakukan

oral

hygiene sesering
mulai

menghabiskan
lebih dari porsi
yang disediakan.

klien.
11.15

terlihat

2) Klien

2) Memberikan
hangat

sering

mungkin.

klien
11.55

1) Klien

kepada

3) Klien
mengatakan

klien untuk makan

makan

sedikit-

sedikit-sedikit tapi

sedikit

dapat

sering.

mengurangi rasa
jenuh

4) Menanyakan
tentang

makanan

terhadap

makanan.

klien 4) Klien

kesukaan

dan menganjurkan

mengatakan

kepada

menyukai semua

keluarga

untuk memberikan

12.00

5
Makanan kesukaan

6
Makanan

klien tersebut yang

dan

tidak bertentangan.

makannya

5) Memberikan :

sudah

jadi
nafsu
mulai

Infus RL 20

baik.
5) Klien

tts/m.

merasa

Curcuma 3x1

tidak mual lagi,

Bicomplex 3x1

dan nafsu makan


masih

belum

baik.
14

Kamis

IV

12.30

06 mei

1) Mengkaji kembali
pola tidur klien.

2004

16.00

2) Mengganti

alat

tenun

dan

merapikan

alat

1) Klien
mengatakan tidur
malam dan siang
cukup, sekitar 5
6 jam.
2) Klien

tenun klien.

merasa

nyaman

dengan

alat tenun yang


bersih dan rapi.
15

Kamis

11.00

06 mei
2004

11.00

1) Frekuensi

1) Mengukur
frekuensi nadi dan

dan

pernafasan

klien

klien

pernafasan
mulai

setelah

teratur

beraktivitas.

beraktivitas.

setelah

2) Memotivasi klien 2) Klien


mengatakan
untuk

ia

meningkatkan

hanya mampu

5
aktivitas

secara

6
berjalan ke kamar

bertahap

sesuai

mandi

dengan toleransi.
11.00

nadi

3) Menganjurkan

dengan
keluarga.

itupun
bantuan

11.00

keluarga

untuk 3) Tampak keluarga

membantu

klien

klien

selalu

memenuhi

membantu dalam

kebutuhan

memenuhi

dasarnya.

kebutuhan

4) Mengingatkan

dasarnya.

keluarga
selalu

untuk 4) Tampak keluarga


menjaga

klien

saat

klien

selalu

menemani.

melakukan
aktivitas.
16

Jumat

II

10.30

07 mei
2004

1) Mengobservasi

mulai normal (26

dan

x/m), irama nafas

kedalaman

2) Mengobsevasi
warna kulit dan

10.35

masih

belum

teratur dan tidak


dangkal lagi.

membran mukosa 2) Tidak

ditemui

dari sianosis.

sianosis

3) Memotivasi klien

adanya

pada kulit dan

untuk melakukan

membran

nafas dalam sesuai

mukosa.

toleransi.
12.00

nafas

frekuensi , irama
nafas klien.
10.35

1) Frekuensi

4) Memberikan :

5
phylocontin
2x1 tab.

3) Klien

mulai

dapat melakukan
6
nafas dalam.
4) Klien
mengatakan
bahwa

sesak

nafas

mulai

berkurang.
17

Jumat

10.30

07 mei

1) memantau

1) Suara nafas ronki

bersihan

2004

nafas

jalan
dengan

masih terdengar
tapi tidak jelas.

mendengar bunyi 2) Klien


nafas klien.
10.35

mengatakan

2) Mengatur

posisi

merasa

nyaman

semi

fowler

dengan

posisi

dengan

tetap

memperhatikan
potensi

3) Klien

jalan

nafas.
10.35

melakukan batuk
dan

3) Memandu

klien

mengeluarkan

untuk

batuk

sputum.

4) Memberikan :

Fortagyl

Mucera
tab.

4) Sekresi

pada

saluran

nafas

sebagian

dapat

dikeluarkan.

flash/hr.

10.45

dapat

efektif

efektif.
12.00

setengah duduk.

3x1 5) Sputum
keluar.

5) Melakukan
postural drainage

6) Dari
pleura

tampak
cairan
yang

keluar sekitar
1

4
10.45

5
(claping)
6) membantu dokter
measpirasi cairan
pleura.

6
3 cc seperti susu
kedelai.

18

Jumat

III

12.00

07 mei

1) Mengkaji kembali 1) Klien


efektifitas

2004

oral

hygiene

yang

dilakukan klien.
12.30

2) Memberikan
makanan
hangat

selagi
kepada

selalu

segar.
klien

mampu
menghabiskan
hampir 1 porsi

3) Memberikan :

mulutnya
2) Tampak

klien.
12.00

mengatakan

yang disediakan

Infus RL 20

RS.
3) Klien

tts/m.

Curcuma 3x1

mengatakan

Bicomplex 3x1

sudah

tidak

myual lagi dan


nafsu

makan

kembali baik.
19

Jumat

IV

16.00

07 mei

1) Mengkaji
tidur klien.

2004

16.00

2) Mengganti
tenun klien.

pola 1) Klien
mengatakan
alat

kebutuhan
tidurnya
terpenuhi dengan
bukti klien dapat
tidur sekitar

6
6 7 jam perhari.
2) Klien
nyaman

merasa
dengan

sprei bersih dan

rapi.
20

Jumat

10.30

07 mei

1) Meningkatkan
kualitas

2004

aktivitas

mengatakan mual

klien

secara

dapat ke kamar

bertahap

sesuai

mandi sendiri.

dengan

toleransi 2) Keluarga

keadaan klien.
10.30

1) Klien

2) Menganjurkan
kembali

kepada

keluarga
selalu

selalu

membantu klien
memenuhi
kebutuhan.

untuk 3) Keluarga
membantu

kebutuhan

klien

selalu

menjaga

klien

saat beraktivitas.

dalam beraktivitas.
10.30

3) Mengingatkan
keluarga

klien

untuk

menjaga

klien

dalam

beraktivitas.
1) Frekuensi
21

Sabtu

II

08.00

08 mei

1) Mengobservasi
irama,

2004

dan

frekuensi
kedalaman

pernafasan klien.

nafas

mulai normal (26


x/m),

irama

belum

teratur,

nafas tidak

2) Memotivasi klien
1

5
Untuk melakukan

6
Dangkal.

nafas dalam sesuai 2) Klien


toleransi.
3) Memberikan :

mulai

dapat melakukan
nafas dalam.

Phylocontin

3) Klien
mengatakan

2x1 tab.

sesak

sangat

jarang dirasakan
lagi.
22

Sabtu

08.00

1)

08 mei
2004
08.10

Mengobservas

ronki

jalan nafas klien.

terdengar

2)

Mengatur

3)

Memandu

tapi

2) Klien
mengatakan
merasa nyaman.

untuk

melakukan

batuk 3) Klien

4)

masih

samar-samar.

klien

dapat

melakukan batuk

efektif.

09.00

nafas

i kembali bersihan

posisi semi fowler.


08.40

1) Bunyi

Membantu

efektif.

dokter measpirasi 4) Cairan


09.00

tidak

cairan pleura.
5)

08.15
6)

Memberikan :

Portagyl 3x1

Mucera 3x1
Melakukan

postural drainage.

pleura
ada

lagi

yang keluar.
5) Sekresi

dapat

dikeluarkan
sebagian melalui
batuk.
6) Sputum

dapat

dikeluarkan.
1
23

2
Sabtu

3
III

4
12.00

5
1) Memberikan

6
1) Klien

08 mei

makan

selagi

2004

hangat

kepada

klien.

tampak

hanya
menyisakan
sekitar 2 sendok

12.00

2) Menganjurkan
klien

dari porsi yang

makan

sedikit tapi sering.


12.00

3) Memberikan :

disediakan.
2) Klien
mengatakan

RL 20 tts/m.

bahwa di rumah

Curcuma 3x1

sakit tidak bisa

Bicomplex 3x1

sering makan.
3) Klien
mengatakan tidak
mual dan nafsu
makan baik.
1) Klien

24

Sabtu

08.45

08 mei
2004

mengatakan

1) Mengobservasi
frekuensi nadi dan

bahwa ia tidak

pernafasan

saat

sesak lagi bila

sebelum

dan

beraktivitas
ringan.

sesudah

2) Klien

beraktivitas.
08.45

mengatakan

2) Mendorong

bahwa ia dapat

peningkatan
aktivitas

secara

sendiri.

bertahap.

1
25

2
Minggu

3
II

4
08.00

09 mei

5
1) Mengobservasi
irama,

2004

dan

6
1) Frekuensi

nafas

frekuensi

mulai normal 24

kedalaman

x/m, irama belum

nafas klien.
08.00

ke kamar mandi

2) Memotivasi klien

teratur dan nafas


tidak dangkal.

untuk melakukan 2) Klien


nafas dalam.
12.00

melakukan nafas

3) Memberikan :

dapat

dalam.
3) Klien

Phylocontyn

mengatakan

2x1 tab.

sesak nafas tidak


dirasakan lagi.
1) Bunyi
26

Minggu

08.00

09 mei

abnormal

1) Mengobservasi
nafas

masih terdengar

dengan

tapi samar-samar.
2) Klien

mengauskultasi
2) Memandu
untuk

klien

dapat

dikeluarkan.
4) Sekresi

3) Melakukan
postural drainage.

09.00

efektif.

batuk 3) Sputum

efektif.
08.10

dapat

melakukan batuk

bunyi nafas.
08.15

ronki

jalan

bersihan

2004

nafas

dapat

dikeluarkan.

4) Memberikan :

Portagyl

flash/hr.

1
27

2
Minggu

3
III

4
12.00

09 mei

Mucera 2x1tab

5
1) Memberikan
makan

2004

6
1) Klien
dalam

keadaan hangat.
12.00

2) Memberikan :

RL 20 tts/m.

tampak

menghabiskan
lebih dari porsi
yang disediakan.
2) Klien

Curcuma 3x1

mengatakan tidak

Bicomplex 3x1

mual

lagi

nafsu

dan

makan

baik.
1) Klien
28

Minggu

08.45

09 mei

mengatakan

1) Mendorong

dapat

peningkatan

2004

aktivitas
secara

klien
bertahap

ia

berjalan

keluar pintu / ke
beranda sendiri.

dengan 2) Klien
mengatakan
toleransi keadaan.
sesuai
08.45

tidak sesak lagi

2) Mengobservasi
frekuensi nadi dan

saat

beraktifitas

peranafasan

saat

ringan.

sebelum

dan

sesudah
beraktivitas.

Tabel 4
E. Evaluasi.
No
1
1

Hari /
Tanggal
2
Rabu
05 mei

Dx

Jam

3
I

4
17.00

ia

Evaluasi Perkembangan
(SOAP)
5
S : Klien masih mengeluh
batuk berdahak.

Paraf
6

2004

: Klien masih terdengar


batuk,

sputum

belum

dapat dikeluarkan, pada


auskultasi bunyi nafas
ronki masih ada, pada
aspirasi cairan pleura 7
cc.
A

: Masalah belum teratasi.

: Lanjutkan intervensi.
a) Auskultasi

bunyi

Nafas.
b) Berikan posisi yang
nyaman

dan

pertahankan

patensi

jalan nafas.
c) Anjurkan klien batuk
efektif.
d) Anjurkan
banyak

klien
minum

air

putih hangat.
e) Berikan anti biotik
dan ekspectoral.
2

Rabu

II

17.00

2
05 mei

2004

: Klien masih mengeluh


5
sesak nafas.

: Pernafasan menggunakan
otot

bantu

nafas,

frekuensi 32 x/m, irama


nafas

tidak

teratur,

oksigen masih terpasang.


A

: Masalah belum teratasi.

: Lanjutkan intervensi.

Kaji

status

pernafasan klien, atur


posisi klien, berikan
O2.
3

Rabu

III

13.10

: Klien masih mengeluh


tidak nafsu makan dan

05 mei

sering merasa mual.

2004
O

: Klien

tampak

mual,

konjunctiva anemis, berat


badan

dibawah

berat

badan ideal.
A

: Masalah belum teratasi.

: Intervensi dilanjutkan.

Berikan

perawatan

oral hygiene sesering


mungkin.

Berikan

makan

sedikit demi sedikit


tapi sering.

5
Memberikan
makanan
klien

selagi

6
kepada
dalam

keadaan hangat.

Teruskan pemberian

multivitamin dan anti


emetik SOD.
4

Rabu

IV

13.15

05 mei

: Klien mengatakan tidak


dapat tidur dan hanya

2004

bisa tidur sekitar 2 jam.


O

: Disekitar mata tampak


coklat,

klien

tampak

ngantuk.
A

: Masalah belum teratasi.

: Intervensi dilanjutkan.

Mengkaji pola tidur


klien.

Mengatur posisi klien


senyaman mungkin.

Memberi tahu kepada


keluarga klien bahwa
agar menjaga suasana
lingkungan

yang

aman dan tenang.

Mengganti alat tenun


klien.

1
5

2
Rabu

3
V

4
17.00

05 mei

5
: Klien masih mengeluh
sesak

2004

nafas

saat

beraktivitas.
O

: Sebagian
dasar

kebutuhan
klien

dapat

dipenuhi secara mandiri


skala

aktivitas

(3)

dibantu

sebagian

dan

perlu pengawasan, klien


tampak

masih

banyak

bersandar di tempat tidur.


A

: Masalah belum teratasi.

: Intervensi dilanjutkan.

Pantau frekuensi nadi


dan

pernafasan

sebelum dan sesudah


beraktivitas.

Tingkatkan aktivitas
secara

bertahap

sesuai

toleransi

keadaan kien.

Bantu

klien

beraktivitas.
6

Kamis

17.00

06 mei

: Klien masih mengeluh


batuk berdahak.

2004

: Tampak

klien

masih

sering batuk berdahak,


dan cairan aspirasi pleura
1

5
7

cc,

6
dahak

belum

keluar, pada auskultasi


bunyi nafas ronki masih
terdengar.
A

: Masalah belum teratasi.

: Intervensi dilanjutkan.

Auskultasi

bunyi

Nafas.

Berikan posisi yang


nyaman.

Ajarkan klien batuk


efektif.

Anjurkan klien untuk


sering

minum

air

hangat.

Lanjutkan pemberian
anti

biotik

dan

ekspectoran SOD.
7

Kamis

II

17.10

06 mei

: Klien masih mengeluh


sesak nafas.

2004

: Klien tampak bernafas


dengan

menggunakan

otot bantu pernafasan


, frekuensi nafas 28 x/m,
irama tidak teratur, nafas
klien masih dangkal.

: Masalah belum teratasi.

: Intervensi dilanjutkan.

5
Observasi ketat status
pernafasan.

Awasi
dan

warna

kulit

membran

mukosa dari sianosis.

Dorong klien untuk


melakukan

latihan

nafas dalam.

Lanjutkan pemberian
O2.

Kamis

III

13.10

06 mei

: Klien masih mengeluh


tidak nafsu makan.

2004

: Klien

tampak

menghabiskan porsi
yang

disediakan,

konjunctiva anemis.
A

: Masalah belum teratasi.

: Intervensi dilanjutkan.

Lanjutkan perawatan
oral hygiene.

Anjurkan

kepada

klien makan dalam


keadaan hangat.

Beri makan
porsi

dalam

kecil

tapi

sering.

5
Lanjutkan pemberian
multi

vitamin

dan

cairan elektrolit.
9

Kamis

IV

13.15

: Klien mengatakan sudah

06 mei

dapat tidur sekitar 5 6

2004

jam.
O

: Klien

tampka

tidak

ngantuk dan lebih segar.


A

: Masalah teratasi.

: Intervensi dilanjutkan.

Menkaji

lagi

frekuensi dan pola


tidur klien.

Mengganti

dan

merapikan alat tenun


klien.
10

Kamis

17.00

06 mei

: Klien

mengatakan

pernafasan mulai jarang

2004

sesak saat beraktivitas.


O

: Klien

tampak

keluarga

dibantu

ke

kamar

mandi, skala aktivitas 3


(perlu

dibantu

dan

diawasi).

: Masalah belum teratasi.

: Intervensi dilanjutkan.

5
Pantau

6
nadi

dan

pernafasan

sebelum

dan

sesudah

beraktivitas.

Tingkatkan aktivitas

secara

bertahap

sesuai

toleransi

keadaan.

Berikan

bantuan

dalam

memenuhi

kebutuhan sehari-hari
klien.

Anjurkan

keluarga

untuk

selalu

menemani

dan

membantu

klien

dalam beraktivitas.
11

Jumat

II

16.00

07 mei

: Klien mengatakan sesak


nafas mulai berkurang.

2004

: Pernafasan klien tidak


menggunakan otot bantu
pernafasan, irama mulai
teratur, pernafasan dalam
dengan frekuensi 26 x/m.

: Masalah belum teratasi.

: Intervensi dilanjutkan.

Lanjutkan meng

5
Observasi

6
status

pernafasan.

Awasi secara rutin


warna
membran

kulit

dan

mukosa

dari sianosis.

Dorong klien untuk


melakukan

nafas

dalam.
12

Jumat

16.00

07 mei

: Klien masih mengeluh


batuk

2004

berdahak

dan

dahak dapat dikeluarkan.


O

: Klien masih terdengar


sering batuk, klien dapat
melakukan batuk efektif,
dahak

terlihat

dapat

dikeluarkan, bunyi nafas


abnormal, ronki masih
terdengar,

pus

yang

keluar saat aspirasi 3 cc.


A

: Masalah belum teratasi.

: Intervensi dilanjutkan.

Auskultasi

buni

nafas.

Berikan posisi yang


nyaman.

Dorong klien untuk

5
Melakukan

6
batuk

efektif.

Berikan

bantuan

fisioterapi dada.

Lanjutkan pemberian

anti

biotik

dan

ekspectoral SOD.
13

Jumat

III

13.10

07 mei

: Klien mengatakan tidak


mual

2004

lagi

dan

nafsu

makan kembali baik.


O

: Klien

tampak

mampu

menghabiskan hampir 1
porsi

yang

disediakan

RS.
A

: Masalah belum teratasi.

: Intervensi dilanjutkan.

Kaji

kembali

efektifitas perawatan
oral hygiene.

Berikan

makanan

selagi masih dalam


keadaan hangat.

Lanjutkan pemberian
multi

vitamin

dan

elektrolit.

1
14

2
Jumat

3
IV

4
13.15

5
S

07 mei

: Klien
kebutuhan

2004

6
mengatakan
tidur

terpenuhi sekitar 6 7
jam.
O

: Klien tampak segar dan

tidak ngantuk.

15

Jumat

16.00

: Masalah teratasi.

: Intervensi dihentikan.

: Klien

07 mei

mengatakan

ia

masih merasakan sesak

2004

saat

beraktivitas

sesaknya

tapi

kurang

dari

sebelumnya.
O

: Klien mampu memenuhi


kebutuhan

dasarnya

sendiri.
A

: Masalah

sebagian

teratasi.
P

: Intervensi dilanjutkan.

Kaji frekuensi nadi


dan nafas sebelum
dan

sesudah

beraktivitas.

Tingkatkan aktivitas
sesuai

dengan

toleransi keadaan.

Anjurkan kembali

5
Keluarga

6
untuk

menjaga klien saat


beraktivitas.
16

Sabtu

II

16.00

: Klien

mengatakan

08 mei

sesaknya sudah jarang

2004

dirasakan.
O

: Irama pernafasan teratur


dan

dalam,

dengan

frekuensi 26 x/m.
A

: Masalah

teratasi

sebagian.
P

: Intervensi dilanjutkan.

Kaji frekuensi nafas,


irama

dan

kedalaman.

Dorong klien untuk


melakukan
dalam

nafas
sesuai

toleransi keadaan.
17

Sabtu

16.00

: Klien

08 mei

mengatakan

dahak / sputum dapat

2004

dikeluarkan.
O

Klien dapat batuk efektif


dahak dapat dikeluarkan,
pada aspirasi tidak ada
cairan lagi.

5
A

: Masalah

6
teratasi

sebagian.
P

: Intervensi dilanjutkan.

Auskultasi
nafas.

bunyi

Atur posisi senyaman


mungkin.

Dorong klien untuk


melakukan

batuk

efektif.

Berikan

fisioterapi

dada.
18

Sabtu

III

13.00

08 mei

: Klien mengatakan nafsu


makan sudah baik.

2004

: Klien

tampak

menyisakan

hanya
sendok

makan dari porsi yang


disediakan.
A

: Masalah

teratasi

sebagian.
P

: Intervensi dilanjutkan.

Berikan makan selagi


hangat.

Lanjutkan pemberian
multivitamin

dan

elektrolit SOD.

1
19

2
Sabtu
08 mei
2004

3
V

4
16.10

: Klien
tidak

5
mengatakan
sesak

melakukan

6
ia
lagi

aktivitas

ringan seperti ke kamar


mandi.

: Klien mampu memenuhi


kebutuhan

aktivitas

sendiri, skala aktivitas 1


(mandiri).
A

: Masalah

teratasi

sebagian.
P

: Intervensi dilanjutkan.

Dorong klien untuk


meningkatkan
aktivitas

secara

bertahap

sesuai

toleransi keadaan.
20

Minggu

II

16.00

: Klien mengatakan sesak

09 mei

nafas

2004

lagi.
O

tidak

dirasakan

: Irama pernafasan klien


mulai teratur, frekuensi
26 x/m, dan klien tidak
menggunakan otot bantu
pernafasan.

Masalah

teratasi

sebagian.

4
P

5
Intervensi
untuk

6
dilanjutkan
mengobservasi

keadaan klien.

Dorong klien untuk


melakukan

nafas

dalam.

Observasi warna kulit


dan

membran

mukosa dari sianosis.


21

Minggu

16.10

: Klien mengatakan dahak

09 mei

dapat dikeluarkan dengan

2004

cara batuk biasa / batuk


efektif.
O

: Klien

tampak

batuk

dahak

dapat

efektif,

dikeluarkan, bunyi ronki


masih terdengar.
A

: Masalah

teratasi

sebagian.
P

: Intervensi dilanjutkan.

Atur

posisi

klien

senyaman mungkin.

Dorong klien untuk


batuk efektif.

Berikan

tempat

khusus pembuangan
sputum.

5
Bantu

6
fisioterapi

dada.

Lanjutkan pemberian
anti biotik SOD.

22

Minggu

III

13.00

09 mei

: Klien mengatakan nafsu


makan sudah baik.

2004

: Klien

tampak

menghabiskan lebih dari


porsi yang disediakan.

23

Minggu

16.15

: Masalah teratasi.

: Intervensi dihentikan.

: Klien

09 mei

tidak

2004

mengatakan
sesak

lagi

bila

beraktivitas ringan.
O

: Klien tampak berjalan


keluar sendiri.

: Masalah teratasi.

: Intervensi dihentikan.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan.

ia

Dari hasil pengkajian yang dapat dilakukan pada tuan AS, semua data
baik data subjektif maupun data objektif dapat digali dan dikumpulkan sesuai
dengan tujuan khusus yang ingin dicapai, karena klien dan keluarga sangat
kooperatif, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik.
Dari hasil pengkajian pada tuan AS, ditemukan 5 diagnosa keperawatan :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif B.D adanya sekresi yang tertahan.
2. Pola pernafasan tidak efektif B.D penurunan ekspansi paru sekunder terhadap
dorongan dalam rongga pleura.
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh B.D anoreksia dan
mual.
4. Gangguan pola tidur B.D sering terbangun sekunder terhadap gangguan
sirkulasi.
5. Intoleransi aktivitas B.D kelemahan dan sesak nafas.
Implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan rencana yang telah
disusun, implementasi dilakukan tanggal 04 09 mei 2004, faktor yang
mendukung dalam melakukan implementasi adalah :
1. Alokasi waktu yang diberikan oleh pihak akademik tidak terbatas, sehingg
asuhan keperawatan yang diberikan dapat dilaksanakan sesuai dengan
rencana yang disusun
2. Pihak rumah sakit yang telah memberikan kepercayaan kepada mahasiswa
untuk melakukan tindakan keperawatan.
3. Klien dan keluarga sangat kooperatif, memudahkan dalam pelaksanaan
implementasi.
Sedangkan faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan implementasi
keperawatan pada tuan AS adalah :
1. Ilmu pengetahuan dan keterampilan dari siswa yang sangat terbatas sehingga
asuhan keperawatan yang diberikan tidak maksimal.

2. Kurangnya kesadaran klien dan keluarga untuk menjalani pengobatan secara


tuntas,

sehingg

pengobatan

yang

diberikan

tidak

maksimal

dan

memungkinkan terulangnya penyakit.


Dari evaluasi yang dilakukan, kelima masalah yang muncul pada tuan AS,
hanya sebagian masalah teratasi yaitu diagnosa I, seperti sekret dapat dikeluarkan
yang tertahan pada jalan nafas, pada diagnosa II, sesak nafas yang dirasakan klien
mulai hilang, pada diagnosa III, masalah nutrisi belum teratasi karena pemulihan
status nutrisi memerlukan jangka waktu relatif lama, pada diagnosa IV, pola tidur
klien mulai membaik, pada diagnosa V toleransi klien terhadap aktivitas mulai
tercapai, klien tidak sesak nafas lagi melakukan aktivitas ringan.
B. Saran-saran.
1. Kepada pihak rumah sakit agar setiap klien dilakukan pemeriksaan diagnostik
secara lengkap dan seharusnya klien dengan penyakit paru ditempatkan
diruang khusus paru, agar penatalaksanaan kepada klien menjadi maksimal.
2. Kepada mahasiswa agar selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
agar dapat memberikan asuhan keperawatan secara profesional dan
komprehensif.
3. Kepada klien dan keluarga untuk dapat melanjutkan pengobatan secara tuntas
setelah keluar dari rumah sakit.

KEPUSTAKAAN
Alsagaff, hood, dkk, 1997, Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University
Press.
Brayant, Rulh A, 1996, Acute and Chronic Wounds: Nursing Management,
Oklahoma City, Oklahoma.

Carpenito, Lynda Juall, 1998, Diagnosa Keperawatan, Edisi 6, Jakarta, Penerbit


Buku Kedokteran EGC.
Doenges, Marilynn E. et al, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Huddak, Carolyn m. et al, 1997, Critical Care Nursing: A Holistic Approach,
Medical Center Denver Colorado.
, 1997, Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistic, Edisi VI Volume I, Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Mukty, Abdul, dkk, 1994, Pedoman Diagnosa Terapi: Lab/UPF Ilmu Penyakit Paru,
Surabaya, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangg Surabaya.
Priharjo Robert, 1993, Pengkajian Fisik Keperawtan, Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Price, Sylvia A, et al, 1995, Fatofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit, Edisi 4,
Buku 2, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sjamsuhidajat R, dkk, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer, Suzanne C, et al, 2000, Text Book of: Medical Surgical Nursing, Edisi 9,
Mosby Company.
Tucker, Susan Martin, et al, 1998, Standar Perawatan Pasiein, Edisi V, Vol 2,
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Lampiran 2
1. Skala aktivitas menurut Allen CV (1998)
Perawatan diri secara penuh

Memerlukan penggunaan alat/ peralatan

Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain

Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain dan peralatan atau alat

Tergantung dan tidak dapat beradaptasi

2. Skala kekuatan otot menurut Sudiarto (1996)


Tidak berkontraksi

Sedikit kontraksi/ tahanan ringan

Aktif, tapi tidak dapat melawan gravitasi

Aktif, dapat melawan gravitasi tapi tidak tahan lama

Aktif, dapat melawan gravitasi bertahan cukup tetapi kekuatan


tidak penuh
Kekuatan penuh dan bertahan cukup lama

4
5

Вам также может понравиться