SAMPAH DI INDONESIA Data Kementerian PU (2012): 99% TPA di Indonesia masih open dumping. Baru 70% TPA yang didesain secara controlled landfill/sanitary landfill dari 492 TPA di seluruh Kab/Kota di Indonesia (Sumber: Kementerian PU, 2012). Sampah menyumbang emisi (1 ton sampah setara dengan 0,6 ton CO2e), total emisi tahun 2010 5,8 juta ton CO2 (tahun 2020 menjadi 76,8 juta ton CO2), (Sumber:Kementerian PU, 2012).
KONDISI UMUM PENGELOLAAN
SAMPAH DI INDONESIA Pengelolaan Sampah di Kota Metro Besar dengan jumlah penduduk 500.000 - > 1.000.000 jiwa pada umumnya telah diatur dalam Perda Pengelolaan Sampah seperti DKI Jakarta, Kawasan Metropolitan Bandung, dan Balikpapan. Beberapa kota dengan kondisi operasional TPA cukup baik (menuju controlled landfill yang dilengkapi fasilitas pengolahan/pemanfaatan sampah) antara lain adalah TPST Bantar Gebang (DKI Jakarta), dan TPA Manggar (Balikpapan).
KONDISI UMUM PENGELOLAAN
SAMPAH DI INDONESIA Kelembagaan untuk TPA regional di daerah antara lain terdapat di Provinsi Jawa Barat yaitu Balai Pengelolaan Sampah Regional (BPSR) yang mengelola TPA Sarimukti, Sekretariat Bersama (Sekber) Kartamantul (Yogyakarta-Sleman-Bantul) di Provinsi DI Yogyakarta yang mengelola TPA Piyungan, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali UPT Persampahan yang mengelola TPA Sarbagita dan TPA Bangli.
KONDISI UMUM PENGELOLAAN
SAMPAH DI INDONESIA Beberapa TPA yang dikelola oleh swasta antara lain adalah Bantar Gebang (DKI Jakarta), Sarbagita (Bali), dan Telaga Punggur (Batam-Kepulauan Riau). Pengelolaan sampah Kota Sedang-Kecil dengan jumlah penduduk 20.000 500.000 jiwa secara keseluruhan memiliki TPA yang beroperasi secara open dumping, dikelola oleh Pemda Kota/Kabupaten. Secara umum aspek pembiayaan pengelolaan TPA masih menjadi kendala penerapan sanitary landfill di setiap daerah terutama yang dikelola oleh Pemda atau kelembagaan regional.
Komparasi Pengelolaan Sampah dan
TPA di Negara Lain Negara Berkembang A. Mumbai (India) Pemerintah Mumbai memiliki TPA dengan volume harian 7000 ton dan telah dilakukan pemilahan untuk daur ulang dan pengomposan. Pengelola sampah sudah mulai menutup landfillnya karena semua sampah diolah (zero waste). Program CSR telah banyak bergerak di bidang lingkungan/persampahan, namun masyarakat masih membuang sampah tidak pada tempatnya. B. Sri Lanka Setiap kota di Sri Langka sudah memiliki kebijakan pengelolaan sampah kota termasuk memiliki TPS sekaligus TPA, namun pembuangan sampah tidak pada tempatnya masih marak dilakukan warga
Komparasi Pengelolaan Sampah dan
TPA di Negara Lain Negara Maju A. Jerman Produsen (pabrik) dituntun mempertimbangkan aspek-aspek waste avoidance, waste recovery, environmentally compatible. disposal dalam proses produksi dan pengemasan untuk mengurangi jumlah buangan ke TPA. Tahun 1991 memiliki organisasi non profit DSD (Duales System Deutschland) pengumpul kemasan, pemilah, penanganan sampai daur ulang. Anggota DSD (produsen) memperoleh izin mencantumkan logo Der Grune Punkt atau The Green Dot pada kemasan produknya yang menjamin tanggung jawab para produsen terhadap proses daur ulang kemasan yang dihasilkan. DSD memfasilitasi kedisiplinan warga dalam memilah sampah dengan menyediakan tempat sampah berwarna berdasarkan jenis sampah.
Komparasi Pengelolaan Sampah dan
TPA di Negara Lain Negara Maju B. Swedia Swedia merupakan pengimpor 800 ribu ton sampah tahun dari Norwegia untuk program WTE yang telah mengolah 2 juta ton sampah menjadi energi panas yang dialirkan kepada 810 ribu rumah penduduk dan energi listrik ke 250 rumah penduduk. Hanya sekitar 4% dibuang ke TPA. Kebijakan yang berlaku antara lain mengenai tanggung jawab perusahaan terhadap sampah yang dihasilkannya, pajak TPA sangat tinggi (landfill tax), kampanye mengurangi, memilah dan mengolah sampah serta menjadi kurikulum sekolah.
Komparasi Pengelolaan Sampah dan
TPA di Negara Lain Negara Maju C. Jepang Pengelolaan sampah dimulai dari pemilahan di rumah sesuai jenis berikut pewadahannya, dikumpulkan ke TPS sesuai jadwal kemudian diambil oleh petugas. Pengolahan sampah dengan incinerator dikelola Pemda. Hasil berupa slag dipakai sebagai campuran dalam cone-block untuk lapisan jalan, sedangkan panas yang dihasilkan digunakan sebagai pembangkit listrik incinerator plant. Cairan sampah disuling terlebih dulu sebelum dialirkan ke sungai. Sampah plastik dipilah kemudian dikirim ke pabrik sebagai campuran bahan pembuat baja, sebagian lagi dikirim ke pabrik pembuat marka jalan.
SARBAGITA
SARBAGITA merupakan pusat pengolahan sampah
terpadu dengan konsep berbasis 3 R (Reduce, Reuse, Recycling) di TPA. Untuk jangka panjang pengelolaan sampah di kota Denpasar akan dilakukan secara terpadu dengan bekerjasama dengan 3 kabupaten lain dengan nama SARBAGITA (Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan). Pusat pengelolaan sampah terpadu dilakukan di TPA Sampah Suwung, bekerjasama dengan pihak ketiga yang bertujuan mengelola sampah menjadi energi yang dapat dimanfaatkan yaitu energi listrik.