Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Jihan Rabial
Skripsi
Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
Medan, 2009
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Judul
Peneliti
Program
Tahun akademik
ABSTRAK
Kata kunci
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
UCAPAN TERIMAKASIH
Assalamualaikum wr wb
Alhamdulilahirabbilalamin, segala puji syukur penulis panjatkan kepada
ALLAH SWT yang telah menyertai penulis untuk menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behavior Therapy)
Relaksasi dan Distraksi Pada Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di RSUP Haji
Adam Malik Medan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis
untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara dan Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing yang
penuh keikhlasan dan kesabaran telah memberikan arahan, bimbingan, dan
ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Fatwa Imelda S.Kep. Ns selaku dosen penasehat akademik saya, Ibu
Erniyati, S.Kp, MNS selaku penguji II, dan kepada Bapak Dudut Tanjung
S.Kp, MKep selaku dosen penguji III yang dengan teliti memberikan masukan
yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan staf
nonakademik yang membantu memfasilitasi secara administratif.
5. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang telah
memberikan izin penelitian.
6. Para responden yang telah bersedia berpartisipasi dan meluangkan waktu
untuk pengisian kuesioner.
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Penulis
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................
ABSTRAK ...............................................................................................
ii
iii
viii
ix
BAB 1PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ...........................................................................
12
12
2. Nyeri...........................................................................................
14
14
16
20
21
23
26
26
27
28
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
28
29
29
29
30
32
32
32
35
36
37
38
38
39
39
40
41
42
43
45
2. Pembahasan ...............................................................................
52
57
2. Rekomendasi .............................................................................
58
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1.
2.
Kuesioner penelitian
3.
4.
5.
Surat izin penelitian dari Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan
6.
7.
Curiculum vitae
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
DAFTAR TABEL
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
DAFTAR SKEMA
36
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker adalah segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel
yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan
biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang
bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis)
(Donny,
2009).
Nurlaila
(2008)
juga
menyatakan
bahwa
kanker
adalah pertumbuhan sel tubuh yang tidak normal (tumbuh sangat cepat & tidak
terkontrol), menginfiltrasi, menekan jaringan tubuh sehingga akan mempengaruhi
fungsi organ tubuh.
Kanker dapat menyerang siapa saja, tidak peduli status atau golongan
seseorang, siapapun beresiko mengalami penyakit ini. Di dunia, penyakit kanker
merupakan penyebab utama kematian setelah penyakit kardiovaskuler (Donny,
2009). Prevalensi penyakit ini meningkat dari tahun ke tahun terutama di negaranegara berkembang.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada 2003 terdapat
sepuluh juta kasus kanker baru per tahun dan terjadi peningkatan sekitar 20 persen
tiap tahunnya. Prevalensi kanker di Indonesia juga terus meningkat dan terdapat
kecenderungan peningkatan jumlah penderita usia muda (Hadi, 2007). Survei
Kesehatan Rumah Sakit di Indonesia pada tahun 2001 menunjukkan penyakit
kanker merupakan penyebab kematian kelima di Indonesia dengan peningkatan
kasus kematian akibat kanker dari 3,4 persen pada tahun 1980 menjadi 6,0 persen
pada tahun 2001 (Donny, 2009). Berdasarkan perhitungan tersebut, diperkirakan
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
pada tahun 2020 terdapat 20 juta kasus baru per tahunnya dan 84 juta orang akan
meninggal bila tidak ada upaya penanggulangan yang komprehensif (Donny,
2009).
Pada penderita kanker, nyeri merupakan masalah utama yang paling sering
dijumpai. Nyeri dapat dibedakan menjadi dua, yakni nyeri akut dan nyeri kronis.
Nyeri akut adalah nyeri yang datang secara tiba-tiba. Jika tidak ditanggulangi
secara benar, nyeri akut bisa berubah menjadi nyeri kronis. Karena itu, perawat
sebaiknya mewaspadai gejala dari nyeri akut tersebut sebelum berubah menjadi
nyeri kronis yang cenderung lebih sulit disembuhkan. Nyeri akut sendiri
datangnya tiba-tiba atau singkat, dapat hilang dengan sendiri, dapat diprediksi,
dan merupakan reaksi fisiologi akan sesuatu yang berbahaya (Dinisari, 2006).
Pada kondisi nyeri hebat, nyeri akan menstimulasi reaksi stres yang dapat
mempengaruhi sistem jantung dan imun (Benedetti, 1990). Jika seseorang
mengalami stres maka tekanan darahnya akan meningkat dan denyut jantung
bekerja semakin cepat, sehingga dapat menurunkan sistem imun yang berdampak
negatif bagi tubuh (Syaifuddin, 1997).
Strategi penatalaksanaan nyeri harus mencakup pendekatan farmakologis
dan non farmakologis. Perilaku dan teknik farmakologis dapat digunakan bersama
dengan penatalaksanaan nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri. Salah satu cara
terapi non farmakologis untuk mengurangi nyeri pada pasien nyeri kronis adalah
dengan terapi perilaku kognitif. Dalam penggunaan terapi perilaku dan terapi
kognitif selalu digunakan bersamaan, karena kedua terapi tersebut saling
mendukung kebersamaannya untuk mengurangi nyeri (Keefe, 1996).
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Terapi perilaku kognitif didasarkan pada pola pemikiran dan perilaku yang
dapat mempengaruhi gejala dan ketidakmampuan yang mungkin menghambat
proses penyembuhan (Dharmono, 2007). Terapi perilaku kognitif mencakup
teknik relaksasi, manajemen stres, distraksi dan cara lain untuk membantu pasien
dalam mengatasi nyeri yang dirasakan. Sebagai contoh ketika pasien merasakan
nyeri yang menakutkan, pasien mungkin merasa bahwa nyeri itu akan semakin
berat dan menyebabkan perubahan fisik dalam tubuh, seperti peningkatan tekanan
darah, pelepasan hormon stres, ketegangan otot, dan merasa lebih nyeri (Keefe,
1996). Beberapa pasien tidak dapat atau tidak akan melaporkan secara verbal
bahwa mereka mengalami nyeri, oleh karena itu perawat juga bertanggung jawab
terhadap pengamatan perilaku non verbal yang dapat terjadi bersama dengan nyeri
(Smeltzer & Bare, 2002).
Tujuan dari terapi perilaku kognitif adalah untuk merubah cara berfikir
tentang nyeri agar respon tubuh dan pikiran lebih baik ketika mengalami nyeri.
Terapi berfokus pada perubahan pikiran tentang penyakit dan kemudian
membantu menjadi suatu koping positif bagi pasien terhadap penyakitnya, terapi
kognitif dan perilaku ini sangat berpengaruh terhadap penurunan nyeri (Keefe,
1996).
Perawat menghabiskan lebih banyak waktu bersama pasien dibandingkan
dengan tenaga perawat profesional lainnya,
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kanker
1.1 Defenisi
Kanker adalah sel yang telah kehilangan pengendalian dan mekanisme
normalnya, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel tubuh abnormal, tidak
terkontrol dan tidak berbentuk, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak
teratur (Nurcahyo, 2009). Kanker merupakan suatu neoplasma ganas yang berasal
dari sel. Sedangkan Neoplasma adalah massa abnormal dari sel-sel yang
mengalami proliferasi (Harnawatiaj, 2008).
Dalam perkembangannya, sel-sel kanker membentuk suatu massa dari
jaringan ganas yang menyusup ke jaringan di dekatnya dan bisa menyebar
(metastasis) ke seluruh tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian. Kanker
dapat menimpa semua orang, pada setiap bagian tubuh dan pada semua golongan
umur, namun lebih sering menimpa orang yang berusia di atas 40 tahun.
Umumnya sebelum kanker meluas atau merusak jaringan di sekitarnya, penderita
tidak merasakan adanya keluhan ataupun gejala.
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
1.3.2 Limfoma
Limfoma adalah jenis kanker yang berasal dari jaringan yang membentuk
darah, misalnya jaringan limfe, lacteal, limfa, berbagai kelenjar limfe, timus, dan
sumsum tulang. Limfoma spesifik antara lain adalah penyakit Hodgkin (kanker
kelenjar limfe dan limfa).
1.3.3 Leukemia
Leukemia adalah jenis kanker yang tidak membentuk massa tumor, tetapi
memenuhi pembuluh darah dan mengganggu fungsi sel darah normal.
1.3.4 Sarkoma
Sarkoma adalah jenis kanker dimana jaringan penunjang yang berada di
permukaan tubuh seperti jaringan ikat, termasuk sel-sel yang ditemukan di otot
dan di tulang.
1.3.5 Glioma
Glioma adalah kanker susunan saraf, misalnya sel-sel glia (jaringan
penunjang) di susunan saraf pusat.
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
1.4.4 Virus
Virus juga dapat menyebabkan kanker. Virus yang dicurigai menyebabkan
kanker antara lain: Virus Papilloma, berbentuk kutil alat kelamin (genitalis) dan
merupakan salah satu penyebab kanker leher rahim pada wanita (Potter, 2005).
Virus penyebab kanker lainnya adalah virus situmegalo menyebabkan sarkoma
kaposi (kanker sistem pembuluh darah yang ditandai oleh lesi kulit berwarna
merah), serta Virus hepatitis B dapat menyebabkan kanker hati.
1.4.5 Infeksi
Infeksi yang dibiarkan tanpa penanganan medis akan menambah resiko
terkena kanker. Organisme penyebab kanker antara lain, Parasit Schistosoma
(bilharzia) yang dapat menyebabkan kanker kandung kemih, ditandai dengan
terjadinya iritasi menahun pada kandung kemih. Organisme penyebab kanker
lainnya adalah Clonorchis yang menyebabkan kanker pankreas dan saluran
empedu. Helicobachter Pylori, merupakan penyebab kanker lambung, dan diduga
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
bakteri ini menyebabkan cedera dan peradangan lambung kronis sehingga terjadi
peningkatan kecepatan siklus sel.
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
1.6 Diagnosis
Kebanyakan kanker dikenali karena tanda atau gejala tampak atau melalui
screening. Beberapa kanker ditemukan secara tidak sengaja pada saat evaluasi
medis dari masalah yang tak berhubungan.
Tes penyaringan kanker dimaksudkan untuk mengetahui kemungkinan
terjadinya kanker. Tes ini dapat mengurangi jumlah kematian akibat kanker,
karena jika kanker ditemukan pada stadium paling dini, biasanya dapat diobati
sebelum menyebar lebih jauh.
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
2. Nyeri
2.1 Defenisi Nyeri dan teori nyeri
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Keefe,
1996). Batasan atau defenisi nyeri yang diusulkan oleh International Association
for the Study of Pain sebagai berikut: nyeri adalah suatu pengalaman perasaan dan
emosi yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan sebenarnya
ataupun yang potensial dari jaringan (Priharjo, 1993).
Dalam konteks keperawatan defenisi nyeri yaitu "apapun yang dikatakan
orang yang mempunyai pengalaman nyeri, keberadaannya ada kapan saja saat Ia
mengatakan nyeri" (Mander, 2003). Rasa nyeri selalu subyektif sifatnya. Setiap
insan mempelajari penerapan dari kata tersebut melalui pengalaman sebelumnya
dalam kehidupan. Tidak dapat dipungkiri bahwa nyeri adalah perasaan tubuh atau
bagian dari tubuh manusia (Shone, 1995).
Nyeri merupakan alasan utama seseorang untuk mencari bantuan
perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau
bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan (Brunner &
Suddarth, 2001).
Teori nyeri yang diterima saat ini salah satunya adalah teori Gate Control.
Menurut teori ini, sensasi nyeri dihantar sepanjang saraf sensoris menuju ke otak
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
dan hanya sejumlah sensasi atau pesan tertentu dapat dihantar melalui jalur saraf
ini pada saat bersamaan (Mander, 2003).
Teori Gate Control menyatakan bahwa sinaps pada akar dorsal yang
dikenal sebagai substansia gelatinosa berperan sebagai gerbang yang dapat
meningkatkan atau menurunkan rangsang nyeri dari saraf perifer ke otak. Gerbang
ini terbuka atau tertutup tergantung input dari serabut saraf besar dan kecil.
Peningkatan aktivitas serabut saraf kecil akan membuka gerbang dan
menyebabkan sensasi nyeri sampai ke otak. Sedangkan peningkatan aktifitas
serabut saraf besar akan menutup pintu gerbang sehingga sensasi nyeri tidak
sampai ke otak (Guyton, l990).
Serabut serat A-Beta berdiameter terbesar dan berespon secara maksimal
pada sentuhan ringan dan atau rangsang pergerakan (Isselbacher et all, 1999),
merupakan serat saraf spinalis bermielin dengan ambang tinggi dan berkecepatan
antara 30-90 meter perdetik dalam menghantarkan impuls sedangkan serabut serat
A-Delta merupakan serat saraf bermielin dan berdiameter kecil yang
menghantarkan impuls pada kecepatan rendah yaitu antara 6-30 meter perdetik
sedangkan serabut saraf C yang tidak bermielin memiliki kecepatan konduksi 0,520 meter perdetik (Guyton, 1990). Serabut saraf A-Delta dan C berespons secara
maksimal terhadap nyeri. Pada mekanisme teori ini, serabut saraf A-Beta yang
menyampaikan sensasi sentuhan akan melewati mekanisme gerbang. Ketika
diaktifkan, serabut saraf ini akan berlomba dengan serabut saraf A-Delta maka
gerbang akan tertutup bagi impuls nyeri pada serabut saraf A-Delta sehingga
memblok impuls nyeri. Bila gerbang tertutup impuls nyeri terhambat, bila gerbang
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
terbuka sebagian, beberapa impuls nyeri dapat masuk. Bila gerbang terbuka maka
nyeri akan dirasakan (Kozier, 1987).
2.2.Klasifikasi Nyeri
2.2.1 Berdasarkan Sumber Nyeri
Sumber nyeri bisa berasal dari mana saja yaitu kulit, ligamen, otot dll.
Berdasarkan sumbernya, nyeri dapat dibedakan atas:
a. Cutaneus/ superfisial
Cutaneus/ superfisial adalah nyeri yang mengenai kulit/ jaringan
subkutan. Biasanya bersifat burning (seperti terbakar). Contoh: terkena ujung
pisau atau gunting.
b. Deep somatic/ nyeri dalam
Deep somatic/ nyeri dalam adalah nyeri yang muncul dari ligament,
pembuluh darah, tendon dan saraf. Nyeri menyebar & lebih lama daripada
cutaneus. Contoh: sprain sendi.
c. Visceral (pada organ dalam)
Visceral (pada organ dalam) adalah stimulasi reseptor nyeri dlm
rongga abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot,
iskemia, dan regangan jaringan (Tamsuri, 2007).
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
a. Fisik
Penyebab nyeri secara fisik adalah merupakan nyeri yang berasal
dari bagian tubuh seseorang dan ini terjadi karena stimulus fisik serta nyeri ini
dapat dilihat secara langsung dari morfologi tubuh yang berubah (Contoh: fraktur
femur)
b.Psycogenic
Nyeri psycogenic terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah
diidentifikasi, bersumber dari emosi/psikis dan biasanya tidak disadari. (Contoh:
orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya).
Biasanya nyeri terjadi karena perpaduan 2 sebab tersebut (Tamsuri, 2007).
kronis akan timbul perasaan yang tidak aman, karena ia tidak pernah tahu apa
yang akan dirasakannya dari hari ke hari (Purwandari, 2008).
- Batasan Karakteristik :
Karakteristik nyeri kronis terbagi dalam dua golongn, yakni mayor (harus
terdapat) dicirikan dengan individu melaporkan bahwa nyeri telah ada lebih dari 6
bulan dan minor (mungkin terdapat) dicirikan dengan ketidaknyamanan, marah,
frustasi, depresi karena situasi, raut wajah kesakitan, anoreksia, penurunan berat
badan, insomnia, gerakan yang sangat berhati-hati, spasme otot, kemerahan,
bengkak, panas, perubahan warna pada area terganggu, abnormalitas refleks.
Berikut ini adalah tabel perbedaan nyeri akut dengan nyeri kronis:
Tabel 1. Perbedaan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis
Nyeri akut
Nyeri kronis
Lamanyna
Ditandai
menyatakan
mengerang
hitungan
respirasi
Respon
sampai
> 6 bln
pasien:Fokus
nyeri
pada
menangis
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
P, dan enzim proteolitik. Zat-zat kimia ini akan mensensasi ujung saraf dan
menyampaikan implus ke otak (Torrance & Serginson, 1997).
Serabut saraf perifer yang membawa sensasi ke otak dibedakan atas tiga
bentuk, serabut saraf A-alfa dan A-beta yaitu serabut saraf besar yang bermielin.
Serabut saraf A-delta adalah serabut saraf halus, bermielin. Serabut saraf C, tidak
dibungkus oleh mielin. Serabut ini halus dan hantarannya lambat yang membawa
senasasi neyri tumpul (Torrance & Serginson, 1997).
Agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada sistem asenden harus
diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak
dalam kulit dan organ internal, terdapat interkoneksi neuron dalam kornu dorsalis
yang ketika diaktifkan, menghambat atau memutuskan transmisi informasi yang
menyakitkan (Priharjo, 1993).
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
2.4.3 Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon
ternadap nyeri. Suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat
yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak
mengeluh jika ada nyeri (Gill, 1990).
2.4.5 Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi seseorang terhadap nyeri dan nyeri bisa
menyebabkan seseorang cemas. Hal ini merupakan hubungan timbal balik yang
dapat dialami penderita nyeri. Bayangan akan rasa nyeri yang hebat tentu saja
membuat cemas (Gill, 1990).
pengukuran nyeri pada saat belum dilakukan terapi dan setelah pemberian terapi
kepada pasien (Potter & Perry, 1993).
Gambaran skala nyeri merupakan makna yang dapat diukur. Gambaran
skala nyeri tidak hanya berguna dalam mengkaji beratnya nyeri, tetapi juga dalam
mengevaluasi perubahan kondisi anda (Potter & Perry, 1993).
Ada 3 cara mengkaji intensitas nyeri yang biasanya digunakan, antara lain:
2.5.1 Visual Analog Scale (VAS)
Digunakan garis 10 cm batas antara daerah yang tidak sakit ke sebelah kiri
dan daerah batas yang paling sakit (Mc Kinney et al, 2000).
Tidak sakit
(No pain)
0
1
No pain
2
3
4
5
6
7
Mild pain
Moderate pain
8
9
10
Worst possible
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
No worst pain
Mild possible
Very pain
Intensitas nyeri mengacu pada kehebatan sensasi nyeri itu sendiri (Stewart,
1996). Untuk menentukan derajat nyeri, perawat dapat menanyakan anda tentang
nyeri yang dirasakan dengan menggunakan skala numerik 0-10 atau skala yang
serupa lainnya yang membantu menerangkan bagaimana intensitas nyerinya
(Shone, 1995). Nyeri yang ditanyakan pada skala tersebut adalah sebelum dan
sesudah dilakukan intervensi untuk mengevaluasi keefektifannya (Mc Kinney et
al, 2000).
Dari beberapa macam pengukuran nyeri yang dipaparkan diatas maka
peneliti bermaksud menggunakan Verbal Numerical Rating Scale (VNRS) dalam
penelitian ini. Pemilihan metode ini dikarenakan kelebihan verbal numerical
rating scale ialah bentuk tes yang menghendaki jawaban yang berupa uraian
bahasa. Jawaban atau respon yang dimaksud dapat diproyeksikan berupa bahasa
yang diucapkan (oral = lisan), dan dapat pula dinyatakan dengan bahasa tulisan
(Ramali, 2000).
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
terjadi ketika kita tertekan, kita mungkin lebih menyimpulkan sesuatu dengan
ekstrem. Terapi perilaku kognitif dapat membantu seseorang untuk berhenti dari
siklus keadaan seperti diatas yaitu berhubungan dengan pemikiran, perasaan dan
perilaku (Keefe, F.J, 1996).
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
terapi relaksasi
merupakan cara
yang
digunakan untuk
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
itu
pasien
mengulang
langkah
ke-4
dan
seseorang
yang
berlaku
sebagai
pelatih
yang
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
atau imajinasi mental merupakan suatu teknik untuk mengkaji kekuatan pikiran
saat sadar maupun tidak sadar untuk menciptakan bayangan gambar yang
membawa ketenangan dan keheningan (National Safety Council,2004).
Imajinasi terbimbing merupakan salah satu jenis dari teknik distraksi
sehingga manfaat dari teknik ini pada umumnya sama dengan manfaat dari teknik
distraksi yang lain. Para ahli dalam bidang teknik imajinasi terbimbing
berpendapat bahwa imajinasi merupakan penyembuh yang efektif. Teknik ini
dapat mengurangi nyeri, mempercepat penyembuhan dan membantu tubuh
mengurangi berbagai macam penyakit seperti depresi, alergi dan asma
(Holistic-online,2006).
Berdasarkan pada penggunaannya terdapat beberapa macam teknik
imajinasi terbimbing (holistic-online.2006) :
1. Guided Walking Imagery
Teknik ini ditemukan oleh psikoleuner. Pada teknik ini pasien dianjurkan
untuk
mengimajinasikan
pemandangan
standar
seperti
padang
rumput,
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
3. Covert sensitization
Teknik ini berdasar pada paradigma reinforcement yang menyimpulkan
bahwa proses imajinasi dapat dimodifikasi berdasarkan pada prinsip yang sama
dalam modifikasi perilaku.
4. Covert Behaviour Rehearsal
Teknik ini mengajak seseorang untuk mengimajinasikan perilaku koping
yang dia inginkan. Teknik ini lebih banyak digunakan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan distraksi dengan teknik
imajinasi terbimbing yaitu Guided Walking Imagery. Teknik yang dilakukan yaitu
mengajarkan pasien teknik lima jari.
pasien
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Pada dasarnya penelitian ini adalah untuk membandingkan tingkat
efektivitas dari dua jenis terapi, yakni terapi perilaku kognitif relaksasi dan terapi
perilaku kognitif distraksi.
Untuk mengetahui efektivitas tersebut maka dibutuhkan suatu penelitian
yang diawali dengan pemeriksaan kondisi awal atau sebelum dilakukannya terapi
dan kondisi akhir atau sesudah dilakukan terapi.
Modifikasi perilaku kognitif didasarkan pada asumsi bahwa perilaku
manusia secara resiprok dipengaruhi oleh pemikiran, perasaan, proses fisiologis,
serta konsekuensinya pada perilaku. Jadi bila ingin mengubah perilaku yang
maladaptif dari manusia, maka tidak hanya sekedar mengubah perilakunya saja,
namun juga menyangkut aspek kognitifnya. Terapi perilaku kognitif memiliki
berbagai prosedur pelatihan, termasuk di dalamnya antara lain terapi relaksasi dan
distraksi.
Nyeri merupakan alasan yang paling umum seseorang mencari bantuan
perawatan kesehatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan banyak pasien
terutama pasien dengan nyeri kronis. Nyeri merupakan suatu keadaan subjektif
dimana seseorang memperlihatkan rasa tidak nyaman secara verbal atau non
verbal.
Melalui penelitian ini akan dilihat bagaimana dampak yang dirasakan
sebelum dan setelah pasien mendapatkan terapi perilaku kognitif relaksasi dan
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
terapi perilaku kognitif distraksi pada pasien nyeri kronis yang dilakukan oleh
peneliti.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka peneliti merumuskan kerangka
konseptual sebagai berikut:
Terapi perilaku
kognitif:
Relaksasi
Pre Test
Nyeri
Kronis
Terapi perilaku
kognitif:
Distraksi
Post Test
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen, pre
test, post test desain pada kedua kelompok intervensi yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap penurunan nyeri pada
pasien kanker dengan nyeri kronis.
inklusi yang ditentukan dalam penelitian yaitu panik, depresi, gangguan makan,
gangguan obsesive kompulsif, gangguan dismorphia, gangguan stress setelah
trauma, kemarahan, masalah dalam tidur, syndrom lemah kronis, nyeri kronis,
fobia.
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
2. Ananomity
Selama kegiatan penelitian, nama dari responden tidak digunakan. Sebagai
gantinya peneliti menggunakan nama inisial responden.
3. Informed Consent
Seluruh responden bersedia menandatangani lembar persetujuan setelah
peneliti menjelaskan tujuan, manfaat, dan harapan peneliti terhadap
responden, setelah responden memahami semua penjelasan peneliti.
4. Confidentiality
Peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan kelompok data
tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.
5. Protection From Discomfort
Responden bebas dari rasa sakit, baik secara fisik dan tekanan psikologis
diluar dari nyeri kronis yang tengah dialami. Apabila nyeri pasien kanker
nyeri kronis bertambah hebat, maka terapi segera dihentikan dan melapor
kepada petugas jaga atau orang yang lebih berkompeten menanganinya.
terapi
menganjurkan
dan
distraksi.
Sementara
memperagakan
untuk
terapi
gerakan-gerakan
relaksasi,
peneliti
tertentu.
Dengan
menggunakan MP4 (Multimedia Player 4) yakni sejenis alat elektronik yang bisa
mengeluarkan suara musik untuk pemberian instruksi terapi. Untuk memperoleh
data yang dapat diukur maka peneliti telah menyediakan angket atau kuesioner
yang berisi sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang
diketahuinya.
Pemberian terapi perilaku kognitif relaksasi dibagi dalam 2 tahap yaitu
pada tahap pertama dimulai dengan pembukaan, memperkenalkan diri,
menyampaikan tujuan terapi relaksasi,
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
(8)
(9)
(10) Data yang didapatkan merupakan hasil terapi yang dilakukan terhadap 1
orang responden sebanyak 3 kali yakni sebelum terapi, pada saat terapi dan
setelah terapi.
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
berusia 35-44 tahun (43.8%, n=7) dan mayoritas responden adalah perempuan
(81.2%, n=13). Lebih dari tiga perlima dari jumlah responden menganut agama
Kristen (67.3%, n=9) sedangkan sisanya adalah agama Islam yaitu (43.8%, n=7).
Berdasarkan tingkat pendidikan sebanyak kurang dari dua perlima responden
adalah SMU (37.5%, n=6), dan hampir setengah responden adalah ibu rumah
tangga (43.8%, n=7). Jenis kanker yang paling banyak diderita oleh responden
adalah kanker payudara (43.8%, n=7). Karakteristik demografi responden dapat
dilihat pada tabel 2.
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Karakteristik responden di RSUP H Adam Malik Medan
(N=16)
No
Karakteristik
Frekuensi
Persentase (%)
1
Usia
21-34 tahun
3
18.8
7
43.8
35-44 tahun
45-60 tahun
6
37.5
2.
Jenis Kelamin
Laki-laki
3
18.8
Perempuan
13
81.2
3.
Agama
Islam
7
43.8
Kristen Protestan
7
43.8
Kristen Katolik
2
12.5
Hindu
Budha
4.
Pendidikan Terakhir
Tidak Sekolah
SD
1
6.2
SMP
5
31.2
SMU
6
37.5
Diploma/Perguruan
4
25.0
Tinggi
5.
Suku
Batak
10
62.5
Jawa
2
12.5
Mandailing
3
18.8
Minang
1
6.2
6.
Jenis kanker
Payudara
Serviks
Tiroid
Lain-lain
7
3
2
4
43.8
18.8
12.6
25.0
5.1.2 Intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi relaksasi pada pasien kanker nyeri
kronis
Sebelum terapi relaksasi dilakukan, responden diminta untuk menunjukkan skala
nyeri yang dirasakan. Berdasarkan pengukuran nyeri yang dilakukan sebelum terapi,
lebih dari sepertiga responden menunjukkan nyeri pada rentang 8-10 (berat) (37.5%,
M=6.38, SD=2.13). Sedangkan sesudah terapi, nyeri yang dirasakan oleh responden
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
berkurang skalanya sehingga nyeri pada rentang 8-10 (berat) adalah 0% (M=3.75,
SD=1.58). Hasil pengukuran intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi relaksasi lebih
lengkap dapat dilihat pada table 3.
Tabel 3. Hasil Pengukuran Intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi relaksasi
Sebelum terapi
Sesudah terapi
Intensitas
Frekuensi
Persentase
Intensitas
Frekuensi
Persentase
nyeri
(n)
(%)
nyeri
(n)
(%)
Ringan (2-4)
25
Ringan (2-4)
62.5
Sedang (5-7)
37.5
Sedang (5-7)
37.5
Berat (8-10)
37.5
Berat (8-10)
(M=6.38, SD=2.13)
(M=3.75, SD=1.58)
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa intensitas nyeri
yang dirasakan pasien menurun sesudah terapi relaksasi diberikan. Penurunan
nyeri ini diperoleh dari pengukuran nyeri sebelum dan sesudah terapi relaksasi
dengan menggunakan uji paired t-test. Hasil rata rata uji paired t-test ini adalah
2.625 dan Standard deviasinya 0.916. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai p<0.05
(0.000) yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan/bermakna. Maka dari
hasil uji paired t-test tersebut diketahui bahwa terapi relaksasi efektif terhadap
penurunan intensitas nyeri. Hasil uji paired t-test untuk intensitas nyeri sebelum
dan sesudah terapi relaksasi dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji Paired t-test untuk Intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi
relaksasi
Variabel
Mean
df
Standard
deviasi
P value
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Intensitas nyeri
2.625
0.916
8.104
0.000
5.1.3 Intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi distraksi pada pasien kanker nyeri
kronis
Sebelum terapi distraksi diberikan, dilakukan pengukuran nyeri yang dirasakan
responden. Dari hasil pengukuran diperoleh bahwa lebih dari sepertiga responden
menunjukkan nyeri pada rentang 8-10 (berat) (37.5%, M=6.38, SD=2.13) dan hanya
seperdelapan responden menunjukkan nyeri pada rentang 2-4 (ringan) (12.5%, M=6.38,
SD=2.13). Sedangkan sesudah dilakukan terapi diperoleh bahwa jumlah responden yang
menunjukkan skala nyeri pada rentang 8-10 (berat) menjadi tidak ada (0%, M=3.75,
SD=1.58), dan jumlah responden pada rentang nyeri 2-4 (ringan) bertambah hingga lebih
dari tiga perlima (62.5%, M=3.75, SD=1.58). Hasil Pengukuran Intensitas nyeri sebelum
dan sesudah terapi distraksi lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil Pengukuran Intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi distraksi
Sebelum terapi
Sesudah terapi
Intensitas
Frekuensi
Persentase
Intensitas
Frekuensi
Persentase
nyeri
(n)
(%)
nyeri
(n)
(%)
Ringan (2-4)
12.5
Ringan (2-4)
62.5
Sedang (5-7)
50
Sedang (5-7)
37.5
Berat (8-10)
37.5
Berat (8-10)
(M=6.38, SD=2.13)
(M=3.75, SD=1.58)
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa intensitas nyeri yang
dirasakan pasien menurun sesudah terapi distraksi diberikan. Penurunan nyeri ini
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
diperoleh dari pengukuran nyeri sebelum dan sesudah terapi distraksi dengan
menggunakan uji paired t-test. Hasil rata rata uji paired t-test ini adalah 2.375 dan
Standard deviasinya 0.518. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai p<0.05 (0.000) yang
berarti terdapat perbedaan yang signifikan/bermakna. Maka dari hasil uji paired t-test
tersebut diketahui bahwa terapi relaksasi efektif terhadap penurunan intensitas nyeri.
Hasil uji paired t-test untuk Intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi distraksi dapat
dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Hasil Uji Paired t-test untuk Intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi
distraksi
Variabel
Intensitas nyeri
5.1.4
Mean
df
Standard
deviasi
2.375
0.518
12.979
P value
0.000
Perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi relaksasi dan distraksi
pada pasien kanker nyeri kronis
responden yang menunjukkan intensitas nyeri pada rentang 5-7 (sedang) adalah 37.5%
dan responden yang menunjukkan intensitas nyeri pada rentang 8-10 (berat) menjadi
tidak ada (0%). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah responden yang menunjukkan nyeri
pada rentang 8-10 (berat) berkurang, untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada tabel3.
b. Perbedaan nyeri sebelum dan sesudah terapi distraksi
Sebelum terapi distraksi diberikan, terlebih dahulu juga dilakukan pengukuran
intensitas nyeri yang dirasakan responden. Berdasarkan pengukuran nyeri yang
dilakukan diperoleh bahwa sebanyak 12.5% responden menunjukkan nyeri pada rentang
2-4 (ringan), setengah responden menunjukkan nyeri pada rentang 5-7 (sedang) (50%),
dan sisanya menunjukkan nyeri pada rentang 8-10 (berat) (37.5%). Sesudah terapi
distraksi diberikan, pengukuran intensitas nyeri juga dilakukan kembali. Dari hasil
pengukuran nyeri tersebut diperoleh bahwa tiga perlima responden menunjukkan
intensitas nyeri pada rentang 2-4 (ringan) (62.5%). Hasil pengukuran ini menunjukkan
bahwa responden yang menunjukkan intensitas nyeri pada rentang 2-4 (ringan)
bertambah. Jumlah responden yang menunjukkan intensitas nyeri pada rentang 5-7
(sedang) adalah 37.5%, dan pada rentang 8-10 (berat) menjadi 0%, untuk lebih jelasnya
lagi dapat dilihat pada tabel5.
c. Perbedaan nyeri antara terapi relaksasi dan distraksi
Dari hasil pengukuran nyeri yang dirasakan responden sebelum dan sesudah
dilakukan terapi relaksasi dan distraksi diperoleh bahwa jumlah responden pada rentang
nyeri 2-4 (ringan) bertambah hingga 62.5% baik pada terapi relaksasi maupun distraksi.
Sedangakan responden yang mengalami nyeri berat sebelum diberikan terapi relaksasi
dan distraksi adalah sebanyak 37.5%, dan sesudah diberikan terapi menjadi 0%. Hasil
analisa data ini menunjukkan bahwa terapi relaksasi dan distraksi sama-sama efektif
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
tetapi tidak ditemukan perbedaan pada tingkat keefektifan kedua terapi tersebutl, untuk
lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada tabel7.
Tabel 7. Perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi relaksasi dan distraksi
pada pasien kanker nyeri kronis
Sebelum terapi
Intensitas nyeri
Sesudah terapi
relaksasi
Distraksi (n
(n (%))
(%))
Ringan (2-4)
2 (25)
1 (12.5)
Sedang (5-7)
3 (37.5)
Berat (8-10)
3 (37.5)
Intensitas nyeri
Relaksasi
Distraksi
(n (%))
(n (%))
Ringan (2-4)
5 (62.5)
5 (62.5)
4 (50)
Sedang (5-7)
3 (37.5)
3 (37.5)
3 (37.5)
Berat (8-10)
(M=6.25, SD=1.58)
(M=3.88, SD=1.35)
Untuk melihat perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi relaksasi
dan distraksi pada pasien kanker nyeri kronis digunakan uji independen test. Tabel 7
hanya memaparkan intensitas nyeri sebelum dan sesudah terpai ralaksasi dan distraksi.
Pada tabel 8 terlihat hasil uji independen t-tes dengan nilai rata-rata terapi relaksasi
sebelum 6.38 dengan SD=2.134 dan sesudah 3.75 dengan 1.581. Sedangkan pada terapi
distraksi 6.25 dengan SD=1.581 dan sesudah 3.88 dengan SD=1.356.
Tabel 8. Hasil Uji Independen t-test untuk Intensitas nyeri sebelum dan sesudah
terapi relaksasi dan distraksi
Variabel
Intensitas
nyeri:
-sebelum
-sesudah
Relaksasi
Distraksi
Mean df
Standard
deviasi
Mean
Standard
deviasi
6.38
3.75
2.134
1.581
6.25
3.88
1.581
1.356
P value
0.133
0.170
0.896
0.868
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Dari hasil uji independen t-tes pada tabel 8diperoleh nilai p sebelum terapi
relaksasi dan distraksi 0.896 (p>0,05) dan sesudah 0.868 (p<0.05). Dengan demikian
dapat disimpulkan, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara terapi relaksasi
dengan terapi distraksi dalam menurunkan intensitas nyeri.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Karakteristik Demografi Responden
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menjawab pertanyaan
mengenai efektivitas terapi kognitif (Cognitif Behavior Therapy Relaksasi and
Distraksi) pada pasien kanker di RSUP Haji Adam Malik Medan.
Karakteristik demografi responden menunjukkan hampir tiga perempat
adalah perempuan (81.2%) namun menurut Gill (1990) tidak ada perbedaan yang
signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam merespon nyeri. Usia responden
dalam penelitian ini lebih dari setengah berada pada rentang usia 35-44 tahun
(43.8%) yang adalah kelompok usia dewasa yang mana berdasarkan pendapat Gill
(1990) orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan
mengalami kerusakan fungsi. Responden menganut agama Islam dan Kristen
Protestan sebanyak masing-masing 43.8%. Agama mempengaruhi respon individu
terhadap nyeri yang dirasakannya. Individu dapat merespon nyeri dengan kegiatan
spiritual seperti berdoa, beribadah, dan kegiatan spiritual lainnya. Kurang dari dua
perlima responden tingkat pendidikan terakhirnya adalah SMU. Tingkat
pendidikan juga mempengaruhi individu dalam merespon nyeri. Hal ini terkait
dengan tingkat pengetahuan dan pengalamannya dalam menangani nyeri yang
dirasakannya (Gill, 1990). Kerusakan fungsi yang lebih dominan adalah
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
dikarenakan kanker dan jenis kanker yang lebih dominan adalah kanker payudara
(43.8%). Lima perdelapan responden adalah suku batak (62.5%). Suku batak
merupakan suku yang apresiatif dalam mengungkapkan nyeri yang dirasakannya.
Hal ini didukung oleh Gill (1990) yang menyatakan bahwa orang belajar dari
budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri. Suatu daerah
menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena
mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.
5.2.2 Intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi relaksasi pada pasien kanker
nyeri kronis
Berdasarkan pengukuran nyeri yang dilakukan sebelum terapi, lebih dari
sepertiga responden menunjukkan nyeri pada rentang 8-10 (berat) (37.5%,
M=6.38, SD=2.13). Sedangkan sesudah terapi, nyeri
responden berkurang skalanya sehingga nyeri pada rentang 8-10 (berat) adalah
0% (M=3.75, SD=1.58). Terapi relaksasi bertujuan untuk membantu pasien
menurunkan intensitas nyeri yang dirasakan. Karena terapi relaksasi adalah teknik
untuk mengurangi ketegangan otot skeletal dan menurunkan kecemasan (Ramali,
2000). Sesuai dengan pendapat Gill (1990) kecemasan dapat meningkatkan
persepsi seseorang terhadap nyeri yang dirasakan. Hal ini merupakan hubungan
timbal balik yang dapat dialami penderita nyeri. Bayangan akan rasa nyeri yang
hebat tentu saja membuat cemas. Terapi relaksasi ini merupakan metode yang
efektif terutama pada pasien yang mengalami nyeri kronis (McCaffery, 1989).
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
5.2.3 Intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi distraksi pada pasien kanker
nyeri kronis
Dari hasil pengukuran diperoleh bahwa lebih dari sepertiga responden
menunjukkan nyeri pada rentang 8-10 (berat) (37.5%, M=6.38, SD=2.13) dan
hanya seperdelapan responden menunjukkan nyeri pada rentang 2-4 (ringan)
(12.5%, M=6.38, SD=2.13). Sedangkan sesudah dilakukan terapi diperoleh bahwa
jumlah responden yang menunjukkan skala nyeri pada rentang 8-10 (berat)
menjadi tidak ada (0%, M=3.75, SD=1.58), dan jumlah responden pada rentang
nyeri 2-4 (ringan) bertambah hingga lebih dari tiga perlima (62.5%, M=3.75,
SD=1.58). Hasil ini menunjukkan bahwa intensitas nyeri menurun setelah terapi
distraksi diberikan. Tamsuri (2007) mengatakan bahwa teknik distraksi adalah
pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke stimulus yang lain. Teknik
distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktivasi retikuler
menghambat stimulus nyeri. Jika seseorang menerima input sensori yang
berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak (nyeri
berkurang atau tidak dirasakan oleh pasien) (Priharjo, 1993).
5.2.4 Perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi relaksasi dan distraksi
pada pasien kanker nyeri kronis
Dari hasil penelitian pada terapi relaksasi yang dianalisa dengan uji paired ttest, secara signifikan terdapat penurunan intensitas nyeri pada responden tersebut
dengan nilai p<0,05 yaitu 0,000. Hasil ini juga didukung oleh pendapat
McCaffery (1989) bahwa terapi relaksasi ini merupakan metode yang efektif
dalam menurunkan intensitas nyeri yang dirasakan pasien terutama pada pasien
yang mengalami nyeri kronis. Terapi relaksasi mengurangi ketegangan otot
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
terhadap nyeri yang dirasakannya berkurang (Ramali, 2000). Efek positif terapi
relaksasi pada pasien yang menderita nyeri kronis adalah memperbaiki kualitas
tidur, memperbaiki kemampuan pemecahan masalah, menurunkan fatigue,
meningkatkan kepercayaan diri dan self control dalam koping terhadap nyeri,
meningkatkan efektifitas terhadap tindakan lain untuk mengurangi nyeri,
memperbaiki kemampuan dalam toleransi (Priharjo, 1993).
Berdasarkan hasil uji paired t-tes pada responden yang mendapatkan terapi
distraksi, secara signifikan terdapat penurunan intensitas nyeri dengan nilai
p<0,05 yaitu 0,000. Hasil ini didukung oleh pendapat Priharjo (1993) bahwa
teknik distraksi dapat mengatasi nyeri melalui aktivasi retikuler menghambat
stimulus nyeri.
Stimulus yang menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi
endorfin, sehingga stimulus nyeri yang dirasakan oleh pasien menjadi berkurang.
Peredaan nyeri secara umum berhubungan langsung dengan partisipasi aktif
individu, banyaknya modalitas sensori yang digunakan dan minat individu dalam
stimulasi, oleh karena itu, stimulasi otak akan lebih efektif dalam menurunkan
nyeri (Tamsuri, 2007).
Hasil uji independen t-test dengan membandingkan intensitas nyeri antara
kelompok
responden
yang
mendapatkan
terapi relaksasi
dengan
yang
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
BAB 6
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
2. Rekomendasi
2.1 Bagi Pendidikan Keperawatan
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 1998. Prosedur suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Benedetti, 1996. Review of Medical Physiology, 6th Ed., Lange Medical Publ.
Beta, L.C. & Sowden, A.L. 2002. Keperawatan Pediatric : Ahli Bahasa, Yan
Tambayong ; editor edisi Bahasa Indonesia, Sari Kurnia Ningsih, Manica
este, Jakarta : EGC.
Carpenito, L.J. (1995) Diagnosa keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis (ed.
Indonesia). Ed. 6 Jakarta: EGC.
Dalimartha, S. 2004. The Alkaloids, Chemistry and Physiology - Pharmacology,
Academic Press, London
Donny, Arif. 2009. Kapita selekta kedokteran Jilid 1 Edisi ke tiga. Jakarta: Media
Aesculapius.
Dharmono, 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.:
Balai Penerbit FKUI.
Engram, B. 1998. Rencana Asuhan keperawatan Medikal bedah : Ahli Bahasa,
Suharyati Samba; editor edisi Bahasa Indonesia, Monica Ester, Jakarta :
EGC.
Gill F.S, 1990. Buku Saku Kesehatan Kerja, EGC.
Guyton, 1990. Textbook of Medical Physiology, Saunders, Igaku Shoin
Hadi, E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
Harnawatiaj, 2008. Kinerja Perawat Ditinjau dari Lingkungan Kerja dan
Karakteristik Individu. Jurnal MPK Volume 06/Nomor 01/2008.
Isselbachter et all, 1999. Review of Medical Physiology, 6th Ed., Lange Medical
Publ.
Keefe, F.J. (1996) Cognitive Behavioral Therapy For Managung The Clinical
Psychologist, 49 (3), 4-5.
Kolcaba, 1994. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Torrance and Eva Serginson, 1997. Surgical Nursing. Author. Torrance, Colin;.
Publisher. London Bailliere Tindal.
Wong, D.L. Waley, L.F. 1999. Nursing Care of Infant and Children. St. Louis
Missouri : Mosby Company.
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Lampiran 1
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
Petunjuk Pengisian
Bapak/Ibu diharapkan :
1. Menjawab tiap pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda
contreng
A.
Data Demografi
Usia responden
Jenis kelamin
: ( ) Laki-laki
tahun
( ) Perempuan
Agama
: ( ) Islam
( ) Kristen Katolik
( ) Kristen Protestan
( ) Hindu
( ) Budha
Pendidikan Terakhir
: ( ) Tidak Sekolah
( ) SD
( ) SMU
( ) SMP
( ) Diploma/Perguruan Tinggi
Pekerjaan
: ( ) Pegawai Negeri
( ) Swasta
( ) Buruh
( ) Ibu Rumah Tangga
( ) Wiraswasta
Jenis kanker
B.
Pengukuran Nyeri
Verbal Numerical Rating Scale (VNRS)
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Sama dengan VAS hanya diberi skor 0 10 daerah yang paling sakit dan
kemudian diberi skala.
1. Intensitas nyeri yang dirasakan sebelum terapi perilaku kognitif relaksasi
Tdk ada
nyeri
Nyeri
minimal
Nyeri sedang
10
Nyeri berat
Tdk ada
nyeri
Nyeri
minimal
5
Nyeri sedang
10
Nyeri berat
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
KUESIONER PENELITIAN
Petunjuk Pengisian
Bapak/Ibu diharapkan :
1. Menjawab tiap pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda
contreng
C.
Data Demografi
Usia responden
Jenis kelamin
: ( ) Laki-laki
tahun
( ) Perempuan
Agama
: ( ) Islam
( ) Kristen Katolik
( ) Kristen Protestan
( ) Hindu
( ) Budha
Pendidikan Terakhir
: ( ) Tidak Sekolah
( ) SD
( ) SMU
( ) SMP
( ) Diploma/Perguruan Tinggi
Pekerjaan
: ( ) Pegawai Negeri
( ) Swasta
( ) Buruh
( ) Ibu Rumah Tangga
( ) Wiraswasta
Jenis Kanker
D.
Pengukuran Nyeri
Verbal Numerical Rating Scale (VNRS)
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Sama dengan VAS hanya diberi skor 0 10 daerah yang paling sakit dan
kemudian diberi skala.
1. Intensitas nyeri yang dirasakan sebelum terapi perilaku kognitif distraksi
Tdk ada
nyeri
Nyeri
minimal
Nyeri sedang
10
Nyeri berat
Tdk ada
nyeri
Nyeri
minimal
5
Nyeri sedang
10
Nyeri berat
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Lampiran 3 A
PROTOKOL PANDUAN TERAPI PERILAKU KOGNITIF (COGNITIVE
BEHAVIOR THERAPY) RELAKSASI PADA PASIEN KANKER DENGAN
NYERI KRONIS
Protokol Relaksasi :
Memperkenalkan diri pada pasien dan keluarga pasien, menjelaskan
tentang terapi yang akan diberikan kepada pasien, memberikan leaflet berupa
penjelasan tentang terapi yang akan diberikan kepada pasien, meminta kesediaan
pasien penderita nyeri kronis untuk mendapatkan terapi relaksasi. Teknik-teknik
yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
Teknik/cara pertama :
1.Pasien menarik napas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara
2.Perlahan-lahan udara dihembuskan sambil membiarkan tubuh
menjadi kendor dan merasakan dan merasakan betapa nyaman hal
tersebut
3.Pasien bernapas beberapa kali dengan irama normal
4.Pasien menarik napas dalam lagi dan menghembuskan pelan-pelan
dan membiarkan hanya kaki dan telapak kaki yang kendor. Perawat
minta pasien untuk mengkonsentrasikan pikiran pasien pada kakinya
yang terasa ringan dan hangat
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
seseorang
yang
berlaku
sebagai
pelatih
yang
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Lampiran 3 B
PROTOKOL PANDUAN TERAPI PERILAKU KOGNITIF (COGNITIVE
BEHAVIOR THERAPY) DISTRAKSI PADA PASIEN KANKER DENGAN
NYERI KRONIS
Protokol Distraksi :
Memperkenalkan diri pada pasien dan keluarga pasien, menjelaskan
tentang terapi yang akan diberikan kepada pasien, memberikan leaflet berupa
penjelasan tentang terapi yang akan diberikan kepada pasien, meminta kesediaan
pasien penderita nyeri kronis untuk mendapatkan terapi distraksi. Teknik-teknik
yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
Teknik-teknik Distraksi :
1. Memperkenalkan diri pada pasien dan keluarga pasien.
2. Menjelaskan tentang terapi yang akan diberikan kepada pasien.
3. Memberikan leaflet berupa penjelasan tentang terapi yang akan
diberikan kepada pasien.
4. Meminta kesediaan pasien penderita nyeri kronis untuk
mendapatkan terapi distraksi.
5. Setelah pasien bersedia, maka peneliti akan melakukan terapi
imajinasi terbimbing sebagai jenis terapi yang digunakan.
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Prinsip
Jadwal
:
- Lembar Kuesioner
- Leaflet
- MP4
Prosedur Tindakan:
Persiapan
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Penutup
- Sebelum di mulai terapi distraksi pada setiap minggu dilakukan pengisian
kuesioner sebanyak 3 kali selama 3 hari penelitian dilakukan.
- Setelah selesai, peneliti menutup pelaksanaan olahraga pernapasan dengan
mengucapkan salam dan terima kasih.
- Kriteria hasil:
-
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Lampiran 4
Hari
Frekuensi
(kali/3 hari)
Waktu tiap
sekali terapi
(menit)
Introduksi/
Pengenalan
Terapi
Relaksasi
40
10
30
II
40
10
30
III
40
10
30
Hari
Frekuensi
(kali/3 hari)
Waktu tiap
sekali terapi
(menit)
II
III
Terapi
Distraksi
40
10
30
40
10
30
40
10
30
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
CURRICULUM VITAE
Nama
: Jihan Rabial
Jenis Kelamin
: Perempuan
Kewarganegaraan
: Indonesia
Agama
: Islam
Alamat
Pendidikan
SDN 5 Bireuen
: Tahun 1993-1999
SLTPN 2 Bireuen
: Tahun 1999-2002
SMUN 2 Bireuen
: Tahun 2002-2005
: Tahun 2005-2009
Jihan Rabial : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.