Вы находитесь на странице: 1из 11

e-Faktur, Upaya Peningkatan Pelayanan dan Pengawasan terhadap PKP

A. DASAR HUKUM

Pasal 13 ayat (8) UU Pajak Pertambahan Nilai (UU PPN) sebagaimana diubah terakhir
dalam UU Nomor 42 Tahun 2009.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.03/2013 (berlaku sejak 1 Januari 2014)


tentang Tata Cara Pembuatan dan Tata Cara Pembetulan atau Penggantian FP

PER-16/PJ/2014 (berlaku sejak 1 Juli 2014) tentang Tata Cara Pembuatan dan
Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik

PER - 17/PJ/2014 (berlaku sejak 1 Juli 2014) tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-24/PJ/2012 Tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara
Pengisian Keterangan, Prosedur Pemberitahuan Dlaam Rangka Pembuatan, Tata Cara
Pembetulan atau Penggantian, Dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak

KEP-136/PJ/2014 (berlaku sejak 1 Juli 2014) tentang Penetapan PKP yang Diwajibkan
Membuat Faktur Pajak Berbentuk Elektronik

SE-20/PJ/2014 tentang Tata Cara Permohonan Kode Aktivasi dan Password,


Permintaan Aktivasi Akun Pengusaha Kena Pajak dan Sertifikat Elektronik, Serta
Permintaan, Pengembalian, dan Pengawasan Nomor Seri Faktur Pajak

SE-21/PJ/2014 tentang Tata Cara Permintaan Data Faktur Pajak Berbentuk Elektronik

B. PEMBAHASAN
1.

Perjalanan Menuju e-Faktur


Sebelum

diberlakukannya

e-Faktur,

DJP

telah

berusaha

memaksimalkan

penggunaan teknologi informasi untuk meningkatkan kepuasan Wajib Pajak dan sekaligus
sebagai sarana untuk memudahkan pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban
perpajakan Wajib Pajak. Hal itu dilakukan dengan diberlakukannya e-SPT dan e-Filling yang
secara umum meliputi cara yang ditempuh untuk memudahkan WP memenuhi
kewajiban.Selain itu, e-NOFA juga diterapkan yang memang sangat difokuskan sebagai
sarana pengawasan fiskus terhadap WP terkait Faktur Pajak. Kemudian, secara khusus
dalam perkembangan menuju pengawasan PPN yang lebih baik, DJP melakukan registrasi
ulang PKP, kebijakan pengukuhan PKP, dan pembaruan batasan pengusaha kecil yang
semuanya dimaksudkan sebagai langkah terobosan dalam menerapkan e-Faktur.

Sistem Pelaporan Perpajakan e-SPT

Model pembayaran pajak dengan menggunakan model data elektronik yang kemudian
dikirimkan melalui internet seperti ini memanfaatkan teknologi dengan menggunakan

tools yang kemudian dikenal dengan istilah e-spt. Secara definitif Elektronik SPT
atau disebut e-SPT diartikan sebagai aplikasi (tools) yang dibuat oleh Direktorat
Jenderal Pajak untuk digunakan oleh para Wajib Pajak untuk kemudahan dalam
menyampaikan SPT. Penyampaian pelaporan pajak dengan memanfaatkan tehnologi
seperti ini, secara umum memberikan keunggulan antara lain cepat, aman, menghindari
pemborosan kertas dan waktu mengerjakan. Bagi Wajib Pajak penggunakan e-SPT
memungkinkan data perpajakan dapat terorganisasi dengan baik, memberi kemudahan
WP dalam melakukan penghitungan dalam pelaporan pajaknya karena dilakukan dengan
komputer.

Sistem e-Filling

Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-88/PJ/2004 tentang


Penyampaian Surat Pemberitahuan Secara Elektronik dalam Pasal 1 dijelaskan bahwa
Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pemberitahuan secara elektronik melalui
perusahaan penyedia jasa aplikasi (Application Service Provider) yang ditunjuk oleh
Direktur Jenderal Pajak. E-filing adalah layanan pengisian dan penyampaian Surat
Pemberitahuan (SPT) Wajib Pajak secara elektronik kepada Direktorat Jenderal Pajak
dengan memanfaatkan jaringan komunikasi internet. Sistem e-filing adalah suatu cara
penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) yang dilakukan melalui sistem online dan real
time. Dengan adanya sistem e-Filling ini akan membantu memangkas biaya dan waktu yang
dibutuhkan wajib pajak untuk mempersiapkan, memproses, dan melaporkan SPT ke Kantor
Pelayanan

Pajak

secara

benar

dan

tepat

waktu.

Namun

dalam

praktiknya,

sistem ini bukan merupakan hal yang mudah untuk diimplementasikan. Penerapan e-filling
sebagai suatu langkah dalam modernisasi sistem perpajakan di Indonesia diharapkan
mampu memberikan layanan prima terhadap publik sehingga dapat meningkatkan kepuasan
wajib pajak.

Penomoran Faktur Pajak Elektronik, e-NoFA (Elektronik Nomor Faktur Pajak)

Elektronik Nomor Faktur Pajak merupakan kebijakan baru yang dibuat oleh Direktorat
Jenderal Pajak yang tertuang dalam PER/24/PJ/2012 tentang bentuk, ukuran, tata cara
pengisian keterangan, prosedur pemberitahuan dalam rangka pembuatan, tata cara
pembetulan atau penggantian, dan tata cara pembatalan faktur pajak. Menggunakan
Elektronik Nomor Faktur Pajak ini Pengusaha Kena Pajak harus membuat faktur pajak
dengan menggunakan kode dan nomor seri faktur pajak yang terdiri dari 16 (enam belas)
digit yaitu :
a. 2 (dua) digit kode transaksi
b. 1 (satu) digit kode status

c. 13 (tiga belas) digit nomor seri faktur pajak yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal
Pajak.

Elektronik nomor faktur pajak (e-NoFA) ini merupakan pengawasan terhadap nomor faktur
pajak yang diterbitkan oleh WP yang pada akhirnya nomor seri faktur pajak akan dapat
diketahui oleh DJP, apakah nomor serinya valid atau tidak dan sesuai dengan batasan yang
diberikan DJP oleh WP atau tidak.
Nomor Seri Faktur Pajak adalah nomor seri yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak
(DJP) kepada Pengusaha Kena Pajak (PKP) dengan mekanisme tertentu untuk penomoran
Faktur Pajak yang berupa kumpulan angka, huruf, atau kombinasi angka dan huruf yang
ditentukan oleh DJP.
Untuk memperoleh nomor seri faktur pajak, PKP harus melakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. PKP mengajukan permohonan Kode Aktivasi dan Password dengan langkah:
PKP mengajukan surat permohonan Kode Aktivasi dan Password yang disampaikan
langsung ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat PKP dikukuhkan.
KPP akan menerbitkan Kode Aktivasi dan Password jika PKP telah memenuhi syarat
subjektif dan syarat objektif.
Surat pemberitahuan Kode Aktivasi akan dikirimkan melalui pos dalam amplop
tertutup ke alamat PKP.
Password akan dikirimkan melalui surat elektronik (email) ke alamat email PKP yang
dicantumkan dalam surat permohonan Kode Aktivasi dan Password.

b. PKP menyampaikan permintaan Nomor Seri Faktur Pajak dengan langkah:


PKP menyampaikan surat permintaan secara langsung ke KPP tempat PKP
dikukuhkan.

PKP menginput sendiri Kode Aktivasi dan Password yang telah diterima ke dalam
aplikasi yang ada di KPP.
KPP menerbitkan Surat Pemberitahuan Nomor Seri Faktur Pajak untuk digunakan
dalam penomoran Faktur Pajak.

Jumlah Faktur Pajak yang akan diberikan kepada PKP didasarkan pada jumlah Faktur Pajak
yang diterbitkan oleh PKP selama 3 bulan sebelumnya. Sebelum semua Nomor Seri Faktur
Pajak yang telah diterima sebelumnya digunakan oleh PKP, PKP dapat mengajukan kembali
permintaan Nomor Seri. Permohonan Kode Aktivasi dan Password hanya diajukan satu kali
dan digunakan pada setiap pengajuan permintaan Nomor Seri Faktur Pajak.
2.

Faktur Pajak Elektronik 2014

Latar Belakang e-Faktur


Beberapa latar belakang yang menjadi alasan utama perlunya DJP memberlakukan eFaktur adalah sebagai berikut:
o Penyalahgunaan Pengusaha Kena Pajak/Faktur Pajak
Non PKP Menerbitkan Faktur Pajak,
Faktur Pajak Tidak/Terlambat Terbit,
Faktur Pajak Fiktif,
Faktur Pajak Ganda,
Kepatuhan PKP menurun,
Penerimaan PPN kurang optimal.
o Beban Administrasi Faktur Pajak
PKP aktif berjumlah cukup besar yaitu sekitar 500 ribu,
Faktur Pajak per tahun berjumlah rata-rata 200 juta,
SPT per tahun rata-rata 2 juta,
Pelaporan sebagian masih menggunakan manual sehingga perlu effort lebih
untuk mengadministrasikannya,
Biaya kepatuhan dan beban pengawasan meningkat.

Penerapan e-Faktur

Faktur Pajak yang berbentuk elektronik, yang selanjutnya disebut e-Faktur, adalah Faktur
Pajak yang dibuat melalui aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau
disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak (Pasal 1 ayat (1) PER-16/PJ/2014). Aplikasi atau
sistem elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan petunjuk penggunaan (manual
user) yang merupakan satu kesatuan dengan aplikasi atau sistem elektronik tersebut (Pasal
1 ayat (3) PER-16/PJ/2014).

Ada 3 gelombang penerapan e-Faktur bagi WP PKP yaitu:


1. PKP wajib e-Faktur sejak 1 Juli 2014 ada 45 WP PKP yang ditetapkan melalui KEP136/PJ/2014
2. PKP wajib e-Faktur sejak 1 Juli 2015 adalah WP PKP di Jawa & Bali (diktum kedua KEP136/PJ/2014)
3. PKP wajib e-Faktur sejak 1 Juli 2016 adalah WP PKP seluruh Indonesia (diktum ketiga
KEP-136/PJ/2014).
PKP yang telah diwajibkan membuat Faktur Pajak berbentuk elektronik namun tidak
membuat Faktur Pajak berbentuk elektronik atau membuat Faktur Pajak berbentuk
elektronik namun tidak mengikuti tata cara sebagaimana dimaksud pada PER-16/PJ/2014,

PKP tersebut dianggap tidak membuat Faktur Pajak. (Pasal 11 ayat (4) PMK151/PMK.03/2013).
Transaksi yang wajib dibuatkan e-Faktur sesuai Pasal 2 ayat (1) PER-16/PJ/2014) yaitu:
1. Penyerahan BKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a dan/atau Pasal
16D UU PPN; dan/atau
2. Penyerahan JKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c UU PPN.
Transaksi yang dikecualikan dari kewajiban pembuatan e-Faktur sesuai Pasal 2 ayat (2)
PER-16/PJ/2014) yaitu:
1. yang dilakukan oleh pedagang eceran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 PP 1

TAHUN 2012;
2. yang dilakukan oleh PKP Toko Retail kepada orang pribadi pemegang paspor luar

negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16E UU PPN; dan (free duty shop)
3. yang bukti

pungutan

PPN-nya

berupa

dokumen

tertentu yang

kedudukannya

dipersamakan dengan Faktur Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6) UU
PPN. Resi telkom, resi PPLN, tiket pesawat.
Mata uang apa yang digunakan pada e-faktur?
1. e-Faktur dibuat dengan menggunakan mata uang Rupiah (Pasal 5 ayat (1) PER-

16/PJ/2014).
2. Untuk penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang menggunakan mata uang selain

Rupiah maka harus terlebih dahulu dikonversikan ke dalam mata uang Rupiah dengan
menggunakan kurs yang berlaku menurut Keputusan Menteri Keuangan pada saat
pembuatan e-Faktur (Pasal 5 ayat (2) PER-16/PJ/2014).
Ketentuan lain terkait pemberlakuan e-Faktur adalah:
o Atas e-Faktur yang salah dalam pengisian atau salah dalam penulisan, sehingga tidak
memuat keterangan yang lengkap, jelas dan benar, Pengusaha Kena Pajak yang
membuat e-Faktur tersebut dapat membuat e-Faktur pengganti melalui aplikasi atau
sistem elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan Direktorat Jenderal Pajak (Pasal 6
PER-16/PJ/2014).
o Dalam hal terdapat pembatalan transaksi penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP
yang e-Fakturnya telah dibuat, PKP yang membuat e-Faktur harus melakukan
pembatalan e-Faktur melalui aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau
disediakan Direktorat Jenderal Pajak (Pasal 7 PER-16/PJ/2014).
o Atas hasil cetak e-Faktur yang rusak atau hilang, PKP yang membuat e-Faktur dapat
melakukan cetak ulang melalui aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau
disediakan Direktorat Jenderal Pajak (Pasal 8 ayat (1) PER-16/PJ/2014).

o Atas data e-Faktur yang rusak atau hilang, PKP dapat mengajukan permintaan data eFaktur ke Direktorat Jenderal Pajak melalui KPP tempat PKP dikukuhkan dengan
menyampaikan surat Permintaan data e-Faktur sebagaimana diatur dalam Lampiran
PER-16/PJ/2014 (Pasal 8 ayat (2) PER-16/PJ/2014). Permintaan data e-Faktur ini
terbatas pada data e-Faktur yang telah diunggah (upload) ke Direktorat Jenderal Pajak
dan telah memperoleh persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak (Pasal 8 ayat (3) PER16/PJ/2014). Dalam hak PKP diwakili atau menunjuk kuasa,

Petugas Khusus

menindaklanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan


yang berlaku (Huruf E angka 3 SE-21/PJ/2014).
o Dalam hal terjadi keadaan tertentu yang menyebabkan PKP tidak dapat membuat eFaktur, PKP diperkenankan untuk membuat Faktur Pajak berbentuk kertas (hardcopy)
(Pasal 9 ayat (1) PER-16/PJ/2014). Keadaan tertentu yang menyebabkan PKP tidak
dapat membuat e-Faktur ini adalah keadaan yang disebabkan oleh peperangan,
kerusuhan, revolusi, bencana alam, pemogokan, kebakaran, dan sebab lainnya di luar
kuasa PKP, yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak (Pasal 9 ayat (2) PER16/PJ/2014).
o Dalam hal keadaan tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak telah berakhir,
data Faktur Pajak berbentuk kertas (hardcopy) yang dibuat dalam keadaan tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diunggah (upload) ke Direktorat Jenderal Pajak
oleh PKP melalui aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan
oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk mendapatkan persetujuan dari Direktorat Jenderal
Pajak (Pasal 9 ayat (3) PER-16/PJ/2014).
o Bentuk e-Faktur adalah berupa dokumen elektronik Faktur Pajak, yang merupakan hasil
keluaran (output) dari aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan
oleh Direktorat Jenderal Pajak (Pasal 10 ayat (1) PER-16/PJ/2014). e-Faktur tidak
diwajibkan untuk dicetak dalam bentuk kertas (hardcopy) (Pasal 10 ayat (2) PER16/PJ/2014).

Apabila e-Faktur dicetak di atas kertas yang disediakan secara khusus oleh Pengusaha
Kena Pajak, misalnya kertas yang telah dicetak logo perusahaan, alamat, atau informasi
lainnya, maka e-Faktur yang dicetak di atas kertas tersebut tetap berfungsi sebagai Faktur
Pajak (PENG-01/PJ.02/2014).
Kewajiban pelaporan e-Faktur (pasal 11 PER-16/PJ/2014)
1. e-Faktur wajib dilaporkan oleh PKP ke Direktorat Jenderal Pajak dengan cara diunggah

(upload) ke Direktorat Jenderal Pajak dan memperoleh persetujuan dari Direktorat


Jenderal Pajak.
2. Pelaporan e-Faktur ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi atau sistem elektronik

yang telah ditentukan dan/atau disediakan Direktorat Jenderal Pajak.


3. Direktorat Jenderal Pajak memberikan persetujuan untuk setiap e-Faktur yang telah

diunggah (upload) sepanjang Nomor Seri Faktur Pajak yang digunakan untuk penomoran
e-Faktur tersebut adalah Nomor Seri Faktur Pajak yang diberikan oleh Direktorat
Jenderal Pajak kepada PKP yang membuat e-Faktur sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
4. e-Faktur

yang

tidak

memperoleh

Pajak bukan merupakan Faktur Pajak.

persetujuan

dari

Direktorat

Jenderal

Alur terkait penerapan e-Faktur

Sementara itu, gambaran umum terkait pembuatan e-Faktur adalah sebagai berikut:

Di luar negeri, kebijakan terkait e-invoice atau e-faktur juga beragam, di antaranya:
Amerika Serikat memiliki peraturan yang cukup bebas tentang e-invoice, tanpa arahan

hukum yang spesifik.


Negara-negara Uni Eropa telah menerapkan peraturan e-invoice sejak tahun 2001.
Pedoman

Uni Eropa terbaru memastikan baik faktur elektronik maupun kertas

diperlakukan sama. Tidak ada teknologi e-invoice tertentu yang dipaksakan tapi,
persyaratan terkait keaslian dan integritas menjadi syarat wajib. Hal ini diterapkan di
semua negara Uni Eropa pada 1 Januari 2013.
Negara-negara Amerika Latin mengamanatkan digunakannya sistem e-invoice oleh

pemerintah yang difokuskan pada pengumpulan pajak.


Di masa lalu (dan sampai saat ini) Jepang, India dan China belum mengizinkan faktur

elektronik.
3.

Perbedaan Faktur Pajak Kertas dan Faktur Pajak Elektronik


No

Keterangan

Format/lay out

Tanda tangan
pegawai/pejabat yg
ditunjuk oleh PKP

Faktur Pajak
Kertas

Faktur Pajak elektronik

Bebas tidak
ditentukan

Ditentukan oleh
aplikasi/sistem yang
ditentukan dan atau
disediakan oleh DJP.

Tanda tangan basah


diatas FP kertas

Tanda tangan elektronik


berbentuk QR code.

Bentuk dan jumlah


lembar

PKP yang membuat

Jenis Transaksi

Prosedur
Lapor/upload dan
persetujuan DJP

Pelaporan SPT PPN

Diwajibkan berbentuk
kertas dan jumlah
lembar diatur

Tidak diwajibkan untuk dicetak


dalam bentuk kertas

Seluruh PKP

PKP yang ditetapkan oleh


Dirjen Pajak

seluruh

Penyerahan BKP/JKP saja

e-faktur dilaporkan ke DJP


dengan cara upload dan
mendapat persetujuan DJP

Menggunakan
aplikasi tersendiri

Menggunakan aplikasi yang


sama dengan aplikasi
pembuatan e-Faktur

C. HAMBATAN DAN MANFAAT FAKTUR PAJAK ELEKTRONIK


Hambatan :
1.

Mekanisme yang akan membutuhkan waktu yang lebih ketika terjadi pembatalan
transaksi karena harus melalui aplikasi atau sistem elektronik atau faktur yang hilang,
dimana wajib pajak harus mengajukan permohonan atas persetujuan DJP untuk
cetak ulang

2.

Kelemahan yang berkaitan dengan pelaporan online adalah konektivitas jaringan


internet yang terputus di saat sedang menggunakan aplikasi pembuatan faktur pajak.

3.

Bergantung pada minat masyarakat atau wajib pajak dalam pemanfaatan sistem
informasi untuk memfasilitasi kegiatannya.

Manfaat:

Вам также может понравиться