Вы находитесь на странице: 1из 55

KETENTUAN PEMBENTUKAN

PERATURAN DAERAH
BERDASARKAN UNDANGUNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011
VIRNASARI
DIREKTORAT FASILITASI PERANCANGAN PERATURAN
DAERAH
DIREKTORAT JENDERAL PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan
tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat
secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh
lembaga negara atau pejabat yang berwenang
melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan
Perundang-undangan.
(Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011)

AZAS PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN

Kejelasan tujuan;
Kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat;
Kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi

muatan;
Dapat dilaksanakan;
Kedayagunaan dan kehasilgunaan;
Kejelasan rumusan;dan
Keterbukaan.
(Ps. 5 Undang-Undang No. 12 Tahun 2011)

ASAS MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN


1. pengayoman;
2. kemanusiaan;
3. kebangsaan;
4. kekeluargaan;
5. kenusantaraan;
6. bhinneka tunggal ika;
7. keadilan;
8. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;
9. ketertiban dan kepastian hukum;dan/atau
10.keseimbangan, keserasian, dan keselarasan;serta
11. Asas lain sesuai dengan bidang hukum peraturan perundangundangan.
(Pasal 6 UU Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan)

MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN

adalah materi yang dimuat dalam Peraturan


Perundang-undangan sesuai dengan jenis, fungsi,
dan hierarki Peraturan Perundang-undangan
(Pasal 1 angka 13 UU Nomor 12 Tahun 2011)

Materi muatan yg harus diatur dengan Undang-Undang

a.
b.
c.
d.
e.

pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
perintah suatu Undang-Undang untuk diatur dengan UndangUndang;
pengesahan perjanjian internasional tertentu;
tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi; dan/atau
pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.

Materi muatan Peraturan Pemerintah

berisi materi untuk menjalankan Undang-Undang


sebagaimana mestinya.
Materi muatan Peraturan Presiden
berisi materi yang diperintahkan oleh UndangUndang, materi untuk melaksanakan Peraturan
Pemerintah, atau materi untuk melaksanakan
penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan.

Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi dan

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota :


berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan
otonomi daerah dan tugas
pembantuan serta menampung kondisi khusus
daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan
Perundangundangan yang lebih tinggi.

KEDUDUDUKAN PERATURAN DAERAH


DALAM HIRARKHI PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN

JENIS dan HIERARKI Peraturan Perundangundangan terdiri atas:


a. Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

DASAR HUKUM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN


Dasar hukum memuat:

a. Dasar kewenangan pembentukan Peraturan


Perundang-undangan; dan
b. Peraturan Perundang-undangan yang
memerintahkan pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.

DASAR HUKUM PERATURAN DAERAH


Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945,


Undang-Undang tentang Pembentukan Daerah;
Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah; dan
Undang-Undang yang mendelegasikan.

KETENTUAN DALAM PROLEGDA


Program Legislasi Daerah yang selanjutnya disebut

Prolegda adalah instrumen perencanaan program


pembentukan Peraturan Daerah Provinsi atau
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang disusun
secara terencana, terpadu, dan sistematis.
(Pasal 1 angka 10 UU Nomor 12 Tahun 2011)

Mengapa Prolegda diperlukan?

- Memberikan gambaran objektif tentang kondisi


umum mengenai permasalahan pembentukan
Peraturan Daerah;
- Menetapkan skala prioritas penyusunan rancangan
Peraturan Daerah untuk jangka waktu 1 (satu) tahun
sebagai pedoman bersama dalam pembentukan
Peraturan Daerah;
- Menyelenggarakan sinergi antar lembaga yang
berwenang membentuk Peraturan Daerah;
- Mempercepat proses pembentukan Peraturan Daerah
dengan
memfokuskan
kegiatan
penyusunan
Rancangan Peraturan Daerah menurut skala prioritas
yang ditetapkan;
- Menjadi sarana pengendali kegiatan pembentukan
Peraturan Daerah.

Mekanisme Penyusunan Prolegda


Perencanaan Penyusunan Peraturan Daerah Provinsi

dilakukan dalam Prolegda Provinsi.

Perencanaan Penyusunan Peraturan Daerah Kabupaten/

Kota dilakukan dalam Prolegda Kabupaten/Kota.

Lanjutan:
Penyusunan

Prolegda Provinsi, atau Kabupaten/Kota


dilaksanakan oleh DPRD Provinsi, Kabupaten/Kota dan
Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota.
Prolegda Provinsi, Kabupaten/Kota ditetapkan untuk
jangka waktu 1 (satu) tahun berdasarkan skala prioritas
pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota.
Penyusunan
dan
penetapan
Prolegda
Provinsi,
Kabupaten/Kota dilakukan setiap tahun sebelum
penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota.

Lanjutan:
Penyusunan Prolegda Provinsi atau Kabupaten/Kota

antara DPRD
Provinsi atau Kabupaten/Kota dan Pemerintah Daerah Provinsi
atau
Kabupaten/Kota dikoordinasikan oleh DPRD Provinsi,
Kabupaten/Kota melalui alat kelengkapan DPRD Provinsi atau
Kabupaten/Kota yang khusus menangani bidang legislasi.
Penyusunan Prolegda Provinsi atau Kabupaten/Kota di lingkungan
DPRD Provinsi atau Kabupaten/Kota dikoordinasikan oleh alat
kelengkapan DPRD Provinsi atau Kabupaten/Kota yang khusus menangani
bidang legislasi.
Penyusunan Prolegda Provinsi
Kabupaten/Kota di lingkungan
Pemerintah Daerah Provinsi atau Kabupaten/Kota dikoordinasikan
oleh biro hukum dan dapat mengikutsertakan instansi vertikal terkait.
(Yang dimaksud dengan instansi vertikal adalah Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM)

LANJUTAN
Hasil

penyusunan
Prolegda
Provinsi,
Kabupaten/Kota
antara
DPRD
Provinsi,
Kabupaten/Kota dan Pemerintah Daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota disepakati menjadi Prolegda
Provinsi atau Kabupaten/Kota dan ditetapkan
dalam Rapat Paripurna DPRD Provinsi atau
Kabupaten/Kota.
Prolegda Provinsi atau Kabupaten/Kota ditetapkan
dengan Keputusan DPRD Provinsi atau
Kabupaten/Kota.

Lanjutan:
Dalam Prolegda dapat dimuat daftar kumulatif terbuka yang terdiri
atas:

a. akibat putusan Mahkamah Agung; dan


b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi, Kab/Kota.

Dalam keadaan tertentu, DPRD atau Kepala daerah dapat mengajukan Rancangan
Peraturan Daerah Provinsi, Kab/Kota di luar Prolegda Provinsi, Kab/Kota:

a. untuk mengatasi keadaan luar biasa, keadaan konflik, atau


bencana alam;
b. akibat kerjasama dengan pihak lain; dan
c. keadaan tertentu lainnya yang memastikan adanya urgensi atas
suatu rancangan peraturan daerah provinsi yang dapat disetujui
bersama oleh alat kelengkapan DPRD Provinsi yang khusus
menangani bidang legislasi dan biro hukum.

Pasal 40 UU No. 12 Tahun 2011


Ketentuan mengenai perencanaan penyusunan Peraturan

Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32


sampai dengan Pasal 38 berlaku secara mutatis mutandis
terhadap perencanaan penyusunan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota.

Lanjutan:
Pasal 41 UU No. 12 Tahun 2011
Dalam Prolegda Kabupaten/kota dapat dimuat daftar

kumulatif terbuka mengenai pembentukan, pemekaran,


dan penggabungan Kecamatan atau nama lainnya
dan/atau pembentukan, pemekaran, dan penggabungan
Desa atau nama lainnya.

KETENTUAN DAN SISTEMATIKA MENGENAI NASKAH


AKADEMIK
Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau

pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap


suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut
dalam suatu Rancangan Undang-Undang, Rancangan
Peraturan Daerah Provinsi, atau Rancangan Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota sebagai solusi terhadap
permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat.
(Pasal 1 angka 11 UU Nomor 12 Tahun 2011)

Sistematika Naskah Akademik :

Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Bab IIKajian Teoretis Dan Praktik Empiris
Bab III Evaluasi Dan Analisis Peraturan Perundangundangan

Terkait
Bab IV Landasan Filosofis, Sosiologis, Dan Yuridis
Bab V Jangkauan, Arah Pengaturan, Dan Ruang Lingkup Materi
Muatan Peraturan Daerah.
Bab VI Penutup
Daftar Pustaka
Lampiran: Rancangan Peraturan Perundang-undangan

BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan memuat latar belakang, sasaran yang akan diwujudkan,
identifikasi masalah, tujuan dan kegunaan, serta metode penelitian.
Latar Belakang

memuat pemikiran dan alasan-alasan perlunya penyusunan Naskah Akademik


sebagai acuan pembentukan Rancangan Peraturan Daerah tertentu.
Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah memuat rumusan mengenai masalah apa yang akan
ditemukan dan diuraikan dalam Naskah Akademik tersebut.
1. Permasalahan apa yang dihadapi dalam kehidupan berbangsa, bernegara,
dan bermasyarakat serta bagaimana permasalahan tersebut dapat diatasi.
2. Mengapa perlu Rancangan Peraturan Daerah sebagai dasar pemecahan
masalah tersebut, yang berarti membenarkan pelibatan negara dalam
penyelesaian masalah tersebut.
3. Apa yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis
pembentukan Rancangan Rancangan Peraturan Daerah.
4. Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan,
dan arah pengaturan.

Tujuandan Ke gunaanK egiatanPenyusunan Naskah Akade mi k

Merumuskan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan

berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat serta cara-cara


mengatasi permasalahan tersebut.
Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi sebagai alasan
pembentukan Rancangan Undang-Undang atau Rancangan
Peraturan Daerah sebagai dasar hukum penyelesaian atau solusi
permasalahan dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat.
Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis,
yuridis pembentukan Rancangan Undang-Undang atau Rancangan
Peraturan Daerah.
Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup
pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dalam Rancangan
Peraturan Daerah.

Penyusunan Naskah Akademik pada dasarnya

merupakan suatu kegiatan penelitian sehingga


digunakan metode penyusunan Naskah Akademik
yang berbasiskan metode penelitian hukum atau
penelitian lain.
Penelitian hukum dapat dilakukan melalui metode
yuridis normatif dan metode yuridis
empiris.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

Bab ini memuat uraian mengenai materi yang

bersifat teoretis, asas, praktik, perkembangan


pemikiran, serta implikasi sosial, politik, dan
ekonomi, keuangan negara dari pengaturan dalam
suatu Peraturan Daerah.

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN TERKAIT

Bab ini memuat hasil kajian terhadap Peraturan

Perundang-undangan terkait yang memuat kondisi


hukum yang ada, keterkaitan Undang-Undang dan
Peraturan Daerah baru dengan Peraturan Perundangundangan lain, harmonisasi secara vertikal dan
horizontal, serta status dari Peraturan Perundangundangan yang ada, termasuk Peraturan Perundangundangan yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
serta Peraturan Perundang-undangan yang masih tetap
berlaku karena tidak bertentangan dengan UndangUndang atau Peraturan Daerah yang baru.

BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS,


DAN YURIDIS
A.

LANDASAN FILOSOFIS
Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan
pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana
kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari
Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
B. LANDASAN SOSIOLOGIS
Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek.
Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut fakta empiris
mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dan
negara.

C. Landasan Yuridis
Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi
permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan
mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang
akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan
masyarakat.
Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum yang berkaitan dengan
substansi atau materi yang diatur sehingga perlu dibentuk Peraturan
Perundang-Undangan yang baru. Beberapa persoalan hukum itu, antara
lain, peraturan yang sudah ketinggalan, peraturan yang tidak harmonis
atau tumpang tindih, jenis peraturan yang lebih
rendah dari Undang-Undang sehingga daya berlakunya lemah,
peraturannya sudah ada tetapi tidak memadai, atau
peraturannya memang sama sekali belum ada.

5. BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP


MATERI MUATAN UNDANG-UNDANG, PERATURAN DAERAH
PROVINSI, ATAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
Naskah Akademik pada akhirnya berfungsi mengarahkan ruang lingkup

materi muatan Rancangan Peraturan Daerah yang akan dibentuk.


Dalam Bab ini, sebelum menguraikan ruang lingkup materi muatan,
dirumuskan sasaran yang akan diwujudkan, arah dan jangkauan pengaturan.
Materi didasarkan pada ulasan yang telah dikemukakan dalam bab
sebelumnya.
Ruang lingkup materi pada dasarnya mencakup:
A. ketentuan umum memuat rumusan akademik mengenai
pengertian istilah, dan frasa;
B. materi yang akan diatur;
C. ketentuan sanksi; dan
D. ketentuan peralihan.

6. BAB VI PENUTUP
Bab penutup terdiri atas subbab simpulan dan saran.
A. Simpulan
Simpulan memuat rangkuman pokok pikiran yang
berkaitan dengan praktik penyelenggaraan, pokok elaborasi teori,
dan asas yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya.
B. Saran
Saran memuat antara lain:
1. Perlunya pemilahan substansi Naskah Akademik dalam suatu Peraturan
Perundang-undangan atau Peraturan Perundang-undangan di
bawahnya.
2. Rekomendasi tentang skala prioritas penyusunan Rancangan Peraturan
Daerah dalam Program Legislasi Daerah.
3. Kegiatan lain yang diperlukan untuk mendukung penyempurnaan
penyusunan Naskah Akademik lebih lanjut.

7.DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka memuat buku, Peraturan Perundangundangan, dan jurnal yang menjadi sumber bahan
penyusunan Naskah Akademik.
8. LAMPIRAN

PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH


Rancangan Perda dapat berasal dari:

DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kota;


Gubernur atau Bupati/Walikota.

Rancangan Peraturan Daerah disertai dengan penjelasan atau keterangan dan/atau

naskah akademik.
Apabila Rancangan Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota

mengatur mengenai:

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;


b.
pencabutan Peraturan Daerah; atau
c. perubahan Peraturan Daerah yang hanya terbatas mengubah beberapa materi,
disertai dengan keterangan yang memuat pokok pikiran dan materi muatan yang
diatur.

Lanjutan:

Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dapat diajukan oleh anggota,

komisi, gabungan komisi, atau alat kelengkapan DPRD Provinsi yang


khusus menangani bidang legislasi.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mempersiapkan
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dalam Peraturan DPRD Provinsi.
(Pasal 60 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011)
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang telah disiapkan oleh
DPRD Provinsi disampaikan dengan surat pimpinan DPRD Provinsi
kepada Gubernur.
Rancangan Peraturan Daerah yang telah disiapkan oleh Gubernur
disampaikan dengan surat pengantar Gubernur kepada pimpinan
DPRD Provinsi.
(Pasal 61 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011)

Lanjutan:
Apabila dalam satu masa sidang DPRD Provinsi dan Gubernur

menyampaikan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi mengenai


materi yang sama, yang dibahas adalah Rancangan Peraturan
Daerah Provinsi yang disampaikan oleh DPRD Provinsi dan
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang disampaikan oleh
Gubernur digunakan sebagai bahan untuk dipersandingkan.
(Pasal 62 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011)
Ketentuan mengenai Penyusunan Peraturan Daerah Provinsi
mutatis mutandis dengan Penyusunan Peraturan Daerah
Kabupaten /Kota.
(Pasal 63 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011)

TEKNIK PENYUSUNAN
Mengacu pada Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-

Undangan yang diatur dalam Lampiran II Undang-Undang


Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan

SISTEMATIKA PERATURAN DAERAH

Judul
Pembukaan
Batang Tubuh
Penjelasan (Jika Diperlukan)
Lampiran (Jika Diperlukan)

JUDUL
Judul harus singkat, jelas, tetapi mencerminkan norma

yang diatur.
Judul memuat keterangan mengenai jenis, nomor, tahun
penetapan, dan nama Peraturan Daerah
Nama Peraturan Daerah dibuat secara singkat dengan
hanya menggunakan 1 (satu) kata atau frasa tetapi secara
esensial mempunyai makna dan mencerminkan isi
Peraturan Daerah.
Judul ditulis dengan huruf kapital yang diletakkan di
tengah marjin tanpa diakhiri tanda baca
Judul tidak boleh ditambah dengan singkatan atau akronim

PEMBUKAAN

1. Frasa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA.


2. Jabatan Pembentuk Peraturan Daerah.
3. Konsiderans Menimbang
4. Dasar Hukum Mengingat
5. Diktum

KONSIDERANS
Konstatasi fakta mengenai urgensinya dibuat suatu

peraturan harus disusun sedemikian rupa untuk setiap


pertimbangan yang satu dengan pertimbangan berikutnya
tidak boleh berdiri sendiri-sendiri maknanya, tetapi alur
pikirannya harus berkesinambungan secara rentet.
Memuat uraian singkat mengenai pokok-pokok pikiran
yang menjadi latar belakang dan alasan pembuatan
peraturan perundang-undangan.
Pokok-pokok pikiran memuat unsur filosofis, yuridis, dan
sosiologis yang menjadi latar belakang pembuatannya.

DASAR HUKUM

Memuat dasar kewenangan pembuatan peraturan perundangundangan dan peraturan peraturan perundang-undangan yang
memerintahkan pembuatan peraturan perundang-undangan.
Peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai dasar hukum
hanya peraturan perundang-undangan yang tingkatannya lebih tinggi
atau sama.
Peraturan perundang-undangan yang akan dicabut dengan peraturan
perundangan yang dibentuk atau belum resmi berlaku tidak boleh
dijadikan dasar hukum.
Apabila lebih dari satu, urutan pencantuman perlu memperhatikan
tata urutan peraturan perundang-undangan dan jika tingkatannya
sama disusun secara kronologis berdasarkan saat pengundangan atau
penetapannya.
Diikuti dengan penyebutan Lembaran Negara Republik Indonesia dan
Tanbahan Negara Republik Indonesia.
Setiap frasa diakhiri dengan tanda baca titik koma(;)
Walaupun untuk akhir frasa huruf terakhir.

DIKTUM
Kata memutuskan; kata
Kata menetapkan;
Jenis dan nama peraturan Perundang-undangan.

BATANG TUBUH
Batang tubuh suatu perda memuat substansi perda yang dirumuskan

dalam bentuk kalimat norma baik berupa norma larangan, perintah,


dan kebolehan. Batang Tubuh perda pada umumnya terdiri atas
pasal-pasal yang dikelompokkan dalam Bab, Bagian, dan Paragraf,
kecuali pengelompokkan tersebut tidak dibutuhkan.

Substansi dalam batang tubuh perda dikelompokkan dalam:

1. Ketentuan Umum;
2. Materi pokok (pokok-pokok materi) yang diatur;
3. Ketentuan Pidana (jika diperlukan);
4. Ketentuan Peralihan (jika diperlukan);
5. Ketentuan Penutup.

KETENTUAN UMUM
a.
b.
c.

Batasan pengertian atau definisi;


Singkatan atau akronim yang digunakan dalam
peraturan; atau
Hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi
pasal-pasal berikutnya antara lain ketentuan yang
mencerminkan asas, maksud, dan tujuan.

MATERI POKOK YANG DIATUR


Ditempatkan langsung setelah bab ketentuan umum, dan

jika tidak ada pengelompokan bab, materi pokok yang


diatur diletakkan setelah pasal-pasal ketentuan umum.

KETENTUAN PIDANA

Peraturan Daerah boleh memuat ketentuan pidana (berdasarkan ketentuan Pasal 143
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentan Pemerintahan Daerah) tetap dibatasi
sebagai berikut :

Lamanya pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan.

Banyaknya denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

Ketentuan pidana tidak boleh diberlakukan surut

Dalam hal ketentuan pidana berlaku untuk siapa saja, maka untuk subyek
ditulis setiap orang.

Bila ketentuan pidana hanya berlaku untuk subyek tertentu, maka harus
secara tegas disebut subyek tersebut, misalnya Pegawai Negeri Sipil,
Pengemudi dan lain-lain.

Dalam

merumuskan ketentuan lamanya pidana atau banyaknya denda perlu


dipertimbangkan mengenai dampak yang ditimbulkan baik berupa keresahan masyarakat
maupun kerugian yang besar atau motif tindak pidana yang dilakukan.
Hanya Undang-undang dan Peraturan Daerah yang dapat memuat Ketentuan Pidana.
Ketentuan Pidana harus menyebutkan secara tegas norma larangan atau perintah yang
dilanggar dan menyebut pasal (-pasal) yang memuat norma tersebut.

KETENTUAN PERALIHAN

Memuat penyesuaian terhadap peraturan perundang-undangan yang


sudah ada pada saat peraturan perundang-undangan baru mulai
berlaku, agar peraturan perundang-undangan tersebut dapat berjalan
lancar dan tidak menimbulkan permasalahan hukum

KETENTUAN PENUTUP
Memuat ketentuan mengenai :
a.
Penunjukan organ atau alat perlengkapan yang melaksanakan
peraturan perundang-undangan;
b.
Nama singkat;
c.
Status peraturan perundang-undangan;
d.
Saat mulai berlaku peraturan perundang-undangan.

LANJUTAN:
Penutup merupakan bagian akhir dari suatu perda

biasanya terdiri terdiri dari:


Rumusan (norma) perintah pengundangan, tempat dan
tanggal pengesahan serta tanda nama dan tangan pejabat
yang berwenang mengesahkan.
Tempat dan tanggal pengundangan serta tanda tangan dan
nama pejabat yang berwenang mengundangkan.
Bagian akhir Penutup mencantumkan frasa LEMBARAN
DAERAH PROVINSI ... TAHUN NOMOR atau Berita
Daerah;
Penandatanganan
Pengesahan
Perda;
Pengundangan Perda; dan Akhir Bagian Penutup.

KETENTUAN PENGHARMONISASIAN RANCANGAN PERATURAN


DAERAH
Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi

Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang berasal dari


DPRD Provinsi dikoordinasikan oleh alat kelengkapan DPRD
Provinsi yang khusus menangani bidang legislasi.
Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang berasal dari
Gubernur dikoordinasikan oleh biro hukum dan dapat
mengikutsertakan instansi vertikal dari kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum.
Pasal 58 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

KETENTUAN DALAM PENETAPAN ATAU PENGESAHAN


PERATURAN DAERAH

1. Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi


Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang telah disetujui bersama

oleh DPRD Provinsi dan Gubernur


disampaikan oleh pimpinan DPRD Provinsi kepada
Gubernur untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah
Provinsi.
Penyampaian Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung
sejak tanggal persetujuan bersama.

Lanjutan:
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal

78 ditetapkan oleh Gubernur dengan membubuhkan tanda tangan dalam


jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak Rancangan Peraturan
Daerah Provinsi tersebut disetujui bersama oleh DPRD Provinsi dan
Gubernur.
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang tidak ditandatangani oleh
Gubernur dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak Rancangan
Peraturan Daerah Provinsi tersebut disetujui bersama, Rancangan Peraturan
Daerah Provinsi tersebut sah menjadi Peraturan Daerah Provinsi dan wajib
diundangkan.
Kalimat Pengesahan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi berbunyi:
Peraturan Daerah ini dinyatakan sah,
yang dibubuhkan pada halaman terakhir Peraturan Daerah Provinsi sebelum
pengundangan naskah Peraturan Daerah Provinsi dalam Lembaran Daerah.

2. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota


Ketentuan mengenai penetapan Rancangan
Peraturan Daerah Provinsi dalam Pasal 78
dan Pasal 79 berlaku secara mutatis mutandis
terhadap penetapan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota.

KESIMPULAN
Penyusunan PROLEGDA Provinsi atau Kabupaten/kota

dilakukan oleh DPRD Provinsi atau Kabupaten/kota


dan Pemerintah Daerah Provinsi atau Kabupaten/kota
Rancangan Peraturan Daerah disusun berdasarkan
Naskah akademik.
Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah disusun
berpedoman pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2012 tentang Pembentukan Peraturan PerundangUndangan dan memperhatikan Lampiran II UndangUndang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan.

SEKIAN

TERIMA KASIH

Вам также может понравиться