Вы находитесь на странице: 1из 12

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS ILMU KULIT DAN KELAMIN


NO.RM : 206823

Nama : Ny. S
Umur : 47 th

ANAMNESIS

Ruang

: Poli

Nama

: Ny. S

Jenis Kelamin

: Perempuan

Tanggal lahir

: 16 Februari 1967

Umur

: 47 th

Pekerjaan

: Petani

Pendidikan

: SMP

Alamat

: Keduren 02/04, Purwodadi, Purworejo

Masuk RS Tanggal

: 13/12/2014

Diagnosis Masuk

: DKI toksisk

Dokter yang merawat

: dr. Yuli Sp.KK

Tanggal

: 13-12-2014

Keluhan Utama

: Gatal, perih dan kemerahan pada paha kiri

Keluhan Tambahan

: demam (-), kulit terasa panas.

Riwayat Penyakit Sekarang:


2 HSMRS pasien mengeluhkan pada paha kiri bawah terasa gatal dan perih disertai rasa
panas namun tidak nyeri. Kulit yang terasa gatal dan perih awalnya tampak lecet kemerahan 1
minggu yang lalu saat pagi hari setelah bangun tidur. Kulit terasa gatal, panas dan tidak bertambah
gatal ketika berkeringat. Sebelum muncul keluhan, pasien tidak merasakan adanya demam, badan
pegal-pegal ataupun lemas. Pasien sudah berobat ke bidan diberi obat minum dan salep namun
keluhan belum membaik.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Alergi (-), HT(-), DM (-),
asma (-), bersin-bersin pagi hari (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Dalam keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang sama.
Riwayat Sosial :
Kurang lebih dalam 2 minggu terakhir, beberapa tetangga pasien memiliki keluhan serupa dengan
pasien. lingkungan tempat tinggal pasien terdapat banyak sawah.
PEMERIKSAAN UMUM
Kesan umum

: sadar, tampak tenang


RM.01.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS ILMU KULIT DAN KELAMIN


NO.RM : 206823

Kesadaran

: compos mentis

Tekanan Darah

: (tidak dilakukan)

Nadi

: 82x/menit

Suhu badan

: 36,5C

Pernafasan

: 20 x/menit

PEMERIKSAAN FISIK :
STDV : pada lutut bawah kaki kiri
tampak vesikel multiple dengan dasar
eritem bentuk linear, sebaian erosi

DIAGNOSIS BANDING
Dermatitis Kontak Iritan Toksik
Dermatitis Kontak Alergi
Dermatitis Venenata
Herpes Simplek
Herpes Zoster
DIAGNOSIS KERJA
Dermatitis Kontak Iritan Toksik (Paederus Dermatitis)
PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa
Penjelasan mengenai penyakit dan terapinya :

Mengetahui jenis serangga penyebabnya


RM.02.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS ILMU KULIT DAN KELAMIN


NO.RM : 206823

Mengedukasi pasien agar tidak menggaruk luka yang ada supaya tidak menyebar ke
anggota badan yang lain.

Medikamentosa
Per Oral
Dexamethasone
: 0,5 mg per hari
Ceterizin
: 10 mg per hari
Topikal
o Hydrocortison Cream 1%

MASALAH YANG DIKAJI


Bagaimana penegakan diagnosis dan rencana terapi pada kasus ini

TINJAUAN PUSTAKA
Paederus Dermatitis
A. Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berinteraksi dengan bahan-bahan yang mungkin
dapat menimbulkan iritan maupun alergi bagi seseorang dan belum tentu bagi individu lain.
Bahan-bahan ini dapat menimbulkan kelainan pada kulit sesuai dengan kontak yang terjadi.
Kelainan ini disebut dermatitis kontak.
Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak diketahui, sebagian besar merupakan respon
kulit terhadap agen eksogen maupun endogen. Dermatitis kontak ini dibagi menjadi
Dermatitis Kontak Iritan dan Dermatitis Kontak Alergi. Dalam makalah ini akan dijelaskan
tentang Dermatitis Kontak Iritan, khususnya dermatitis kontak akibat bahan aktif serangga
dari genus Paederus.
Serangga (Insecta) merupakan kelas dari filum Arthropoda. Ordo yang paling sering
mengakibatkan masalah kulit adalah klas Lepidoptera (kupu-kupu), hemiptera (bed bug),
Anoplura (Pediculus sp.), Diptera (nyamuk), Coleoptera (blister beetle atau Paederus),
Hymenoptera (lebah, tawon, semut), Shiponaptera (flea). Kelas arthropoda lain yang
RM.03.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS ILMU KULIT DAN KELAMIN


NO.RM : 206823

bermakna secara dermatologis adalah myriapoda (kelabang) dan arachnida (laba-laba, tick,
mite, kalajengking).
B. Definisi
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap
pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa
efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan
gatal.
Dermatitis Kontak Iritan adalah peradangan kulit yang disebabkan terpaparnya kulit
dengan bahan dari luar yang bersifat iritan yang menimbulkan kelainan klinis efloresensi
polimorfik berupa eritema, vesikula, edema, papul, vesikel, dan keluhan gatal, perih serta
panas. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan hanya beberapa saja.
Dermatitis Venenata adalah Dermatitis Kontak Iritan yang disebabkan oleh terpaparnya
bahan iritan dari beberapa tanaman seperti rumput, bunga, pohon mahoni, kopi, mangga, serta
sayuran seperti tomat, wortel dan bawang. Bahan aktif dari serangga juga dapat menjadi
penyebab.
Dermatitis yang disebabkan spesifik diakibatkan oleh bahan aktif yang dikandung oleh
serangga genus Paederus, yakni pederin, disebut dengan paederus dermatitis atau dermatitis
linearis atau blister beetle dermatitis.
C. Epidemiologi
DKI adalah penyakit kulit akibat kerja yang paling sering ditemukan, diperkirakan sekitar
70%-80% dari semua penyakit kulit akibat kerja. DKI dapat diderita oleh semua orang dari
berbagai golongan umur, ras dan jenis kelamin. Jumlah penderita DKI diperkirakan cukup
banyak terutama yang berhubungan dengan pekerjaan (DKI akibat kerja). Insiden dari
penyakit kulit akibat kerja di beberapa negara adalah sama, yaitu 50-70 kasus per 100.000
pekerja pertahun. Pekerjaan dengan resiko besar untuk terpapar bahan iritan yaitu pemborong,
pekerja industri mebel, pekerja rumah sakit (perawat, cleaning services, tukang masak), penata
rambut, pekerjaindustri kimia, pekerja logam, penanam bunga, pekerja di gedung. Adapun
pada DKI akibat serangga khususnya yang disebabkan kumbang Paederus kejadiannya
meningkat pada musim penghujan, karena cuaca yang lembab merupakan lingkungan yang
sesuai bagi organism penyebab dermatitis venenata (misal: Genus Paederus). Paederus
dermatitis terjadi di seluruh bagian dunia, khususnya daerah beriklim tropis seperti Indonesia,
RM.04.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS ILMU KULIT DAN KELAMIN


NO.RM : 206823

dan pernah dilaporkan kejadian yang merebak di Australia, Malaysia, Srilanka, Nigeria,
Kenya, Iran, Uganda, Okinawa, Sierra Leone, Argentina, Brazil, Venezuela, Ecuador, India.
D. Etiologi
Penyebab munculnya dermatitis kontak iritan ini adalah bahan yang bersifat iritan,
misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu. (3) Bahan
aktif dari serangga juga dapat menjadi penyebab.
Spesies serangga yang paling sering menyebabkan dermatitis venenata adalah dari genus
Paederus. Spesies dari genus ini menyebabkan paederus dermatitis. Paederus dermatitis
sendiri di Indonesia paling disebabkan oleh Pederus peregrines. Paederus dewasa panjang
tumbuhnya 7-10 mm dan lebar 0,5 mm seukuran dengan nyamuk. Paederus berkepala hitam
dengan abdomen di caudalnya dan juga elytral ( struktur yang membungkus sayap dan
sepertiga atas segmen abdomen). Meskipun paederus dapat terbang, namun paederus lebih
sering berlari dan meloncat. Paederus memiliki karateristik mengangkat bagian abdomennya
ketika mereka lari ataupun merasa terganggu. Spesies yang biasa menyebabkan paederus
dermatitis adalah Paederus melampus di India, Paederus brasiliensis di Amerika Latin,
Paederus colombius di Venezuela, Paederus fusipes di Taiwan dan tentunya Paederus
peregrinus di Indonesia.(6) Kumbang ini tidak menggigit atau menyengat, namun tepukan
keras pada kumbang ini diatas kulit akan memicu pengeluaran bahan aktifnya yang berupa
paederin.

Gambar. Paederus sp
Paederus merupakan makhluk nocturnal dan tertarik dengan cahaya putih dan terang.
Hemolimfe dari paederus mengandung suatu bahan aktif yakni paederin yang kemudian
menyebabkan keluhan gatal, rasa panas tebakar, kemerahan pada kulit yang timbul dalam 1248 jam setelah kulit terpapar. Paederin yang berumus kimia C25H45O9N adalah sebuah struktur
RM.05.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS ILMU KULIT DAN KELAMIN


NO.RM : 206823

amida dengan dua cincin tetrahydropyran.


E. Patogenesis
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui
kerja kimiawi atau fisis. Ada 4 mekanisme yang berhubungan dengan DKI.
1. Hilangnya membran lemak (Lipid Membrane)
2. Kerusakan dari sel lemak
3. Denaturasi keratin epidermal
4. Efek sitotoksik secara langsung
Kerusakan membran mengaktifkan fosfolipase dan melepaskan asam arakidonat (AA),
diasilgliserida (DAG), platelet activating factor (PAF), dan inositida (IP3). AA dirubah
menjadi prostaglandin (PG) dan leukotrien (LT). PG dan LT menginduksi vasodilatasi, dan
meningkatkan permeabilitas vaskular sehingga mempermudah transudasi komplemen dan
kinin. PG dan LT juga bertindak sebagai kemoaktraktan kuat untuk limfosit dan neutrofil,
serta mengaktifasi sel mas melepaskan histamin, LT dan PG lain, dan PAF, sehingga
memperkuat perubahan vaskular.
DAG dan second messengers lain menstimulasi ekspresi gen dan sintesis protein,
misalnya interleukin-1 (IL-1) dan granulocyte-macrophage colony stimulating factor
(GMCSF). IL-1 mengaktifkan sel T-helper mengeluarkan IL-2 dan mengekspresi reseptor IL2, yang menimbulkan stimulasi autokrin dan proliferasi sel tersebut.
Keratinosit juga membuat molekul permukaan HLA-DR dan adesi intrasel-1 (ICAM-1).
Pada kontak dengan iritan, keratinosit juga melepaskan TNF, suatu sitokin proinflamasi
yang dapat mengaktifasi sel T, makrofag dan granulosit, menginduksi ekspresi molekul adesi
sel dan pelepasan sitokin.
Rentetan kejadian tersebut menimbulkan gejala peradangan klasik di tempat terjadinya
kontak di kulit berupa eritema, edema, panas, nyeri, bila iritan kuat. Bahan iritan lemah akan
menimbulkan kelainan kulit setelah berulang kali kontak, dimulai dengan kerusakan stratum
korneum oleh karena delipidasi yang menyebabkan desikasi dan kehilangan fungsi sawarnya,
sehingga mempermudah kerusakan sel dibawahnya oleh iritan.
F. Tanda dan Gejala

RM.06.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS ILMU KULIT DAN KELAMIN


NO.RM : 206823

Gejala klinis yang terjadi sangat beragam, bergantung pada sifat iritan. Iritan kuat
memberi gejala akut, sedang iritan lemah memberi gejala kronis meskipun faktor individu dan
lingkungan sangat berpengaruh.
Kelainan kulit bergantung pada stadium penyakit, pada stadium akut kelainan kulit
berupa eritema, edema, vesikel, atau bula, erosi dan eksudasi, sehingga tampak basah.
Stadium sub akut, eritema berkurang, eksudat mengering menjadi krusta, sedang pada stadium
kronis tampak lesi kronis, skuama, hiperpigmentasi, likenifikasi, papul, mungkin juga terdapat
erosi atau ekskoriasi karena garukan. Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak
awal suatu dermatitis memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis demikian
pula efloresensinya tidak selalu harus polimorfik. Mungkin hanya oligomorfik.
Pada paederus dermatitis, lesi biasanya terjadi pada bagian tubuh yang tidak tertutupi,
misalnya tangan, kaki juga leher dan wajah, khususnya area periorbital, yang merupakan
bagian tubuh paling sering menjadi predileksi paederus dermatitis. Tidak berbeda jauh dengan
jenis dermatitis kontak iritan lainnya, lesi yang biasa ditimbulkan oleh bahan aktif paederin
berupa patch eritem linear yang kemudian berlanjut menjadi bula, terkadang bula dapat
menjadi pustular. Pada pasien yang datang ke tenaga medis, bula dapat intak ataupun sudah
terjadi erosi dengan dasar eritem. Lesi mulai muncul setelah 12-48 jam pasca paparan
paederin dan membaik dalam waktu seminggu.
G. Diagnosis
Diagnosis DKI didasarkan anamnesis yang cermat dan pengamatan gambaran klinis. DKI
akut lebih mudah diketahui karena munculnya lebih cepat sehingga penderita pada umumnya
masih ingat apa yang menjadi penyebabnya. Sebaliknya, DKI kronis timbulnya lambat serta
mempunyai variasi gambaran klinis yang luas, sehingga adakalanya sulit dibedakan dengan
dermatitis kontak alergik. Untuk ini diperlukan uji tempel dengan bahan yang dicurigai untuk
menyingkirkan diagnosa bandingnya.(1, 3)

Tabel. Kriteria Diagnostik DKI


Kriteria Diagnostik DKI
Mayor
Subyektif
Onset dimulai dari beberapa menit

Minor
Onset

dimulai

minggu

setelah
RM.07.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS ILMU KULIT DAN KELAMIN


NO.RM : 206823

hingga beberapa jam kemudian dari

paparan

paparan

Pada awalnya terdapat rasa nyeri, rasa

Banyak orang mempunyai gejala sama


pada lingkungan tersebut

terbakar, perasaan tidak enak yang


berlebih, gatal
Obyektif
Didominasi oleh

macula

eritem,

Pada

perubahan
tingkat

morfologi

hiperkeratosis, fissure

menunjukkan

konsentrasi

Terdapat gambaran epidermis kering,

menghasilkan

seperti terbakar

sedangkan waktu kontak menghasilkan

Proses penyembuhan dimulai dengan

perbedaan yang banyak pada tingkat

menghindari iritan

kerusakan kulit

sedikit

perbedaan

Patch tes negatif

Diagnosis Banding
DKI sering didiagnosis dengan berbagai jenis dermatitis termasuk DKA. Untuk menegakkan
diagnosis perlu anamnesa detail, termasuk pekerjaan, hobi, riwayat pengobatan dan
beberapa pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan.
Perbedaan DKA dan DKI sebagai berikut :
Perbedaan

DKI

DKA

Keluhan

Gatal, nyeri, perih menyengat

Nyeri, gatal

Lesi

Batas tegas, terbatas pada daerah

Lesi dapat melebihi daerah

yang terpapar bahan iritan

yang terpapar nahan alergen,


biasanya berupa vesikel yang

Bahan

Reaksi yang
muncul

Bahan iritan, tergantung pada

kecil
Bahan alergen, tidak tergantung

konsentrasi dan letak kulit yang

konsentrasi bahan, hanya pada

terpapar, semua orang bisa kena

orang yang mengalami

Akibat kerusakan jaringan

hipersensitifitas
Proses reaksi hipersensitivitas
tipe 4

RM.08.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS ILMU KULIT DAN KELAMIN


NO.RM : 206823

H. Penatalaksaan
Penanganan dermatitis kontak yang tersering adalah menghindari bahan yang menjadi
penyebab.
Pengobatan medikamentosa terdiri dari:
Pengobatan sistemik :
1. Kortikosteroid, hanya untuk kasus yang berat dan digunakan dalam waktu singkat.
Prednisone
Dewasa : 5-10 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o
Anak
: 1 mg/KgBB/hari
Dexamethasone
Dewasa : 0,5-1 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o
Anak
: 0,1 mg/KgBB/hari
Triamcinolone
Dewasa : 4-8 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o
Anak
: 1 mg/KgBB/hari
2. Antihistamin
Chlorpheniramine maleat
Dewasa : 3-4 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o
Anak
: 0,09 mg/KgBB/dosis, sehari 3 kali
Diphenhydramine HCl
Dewasa : 10-20 mg/dosis i.m. sehari 1-2 kali
Anak
: 0,5 mg/KgBB/dosis, sehari 1-2 kali
Loratadine
Dewasa : 1 tablet sehari 1 kali
Pengobatan topikal :
1. Bentuk akut dan eksudatif diberi kompres larutan garam faali (NaCl 0,9%)
2. Bentuk kronis dan kering diberi krim hydrocortisone 1% atau diflucortolone valerat 0,1%
atau krim betamethasone valerat 0,005-0,1%
I. Prognosis
Prognosis dari DKI akut baik jika penyebab iritasi dapat dikenali dan dihilangkan. Prognosis
untuk DKI kumulatif atau kronis tidak pasti dan bahkan lebih buruk dari Dermatitis Kontak
Alergi. Latar belakang pasien atopi, kurangnya pengetahuan mengenai penyakit, dan atau
diagnosis dan penatalaksanaan adalah faktor-faktor yang membawa ke perburukan dari
prognosis.(

RM.09.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS ILMU KULIT DAN KELAMIN


NO.RM : 206823

RM.010.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS ILMU KULIT DAN KELAMIN


NO.RM : 206823

DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., editor. Djuanda S., Sularsito SA., penulis. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin, Edisi Kelima, Jakarta Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007,
hal 129-138.
2. Wolff K., Goldsmith LA., Katz SI., Gilchrest BA., Paller AS., Leffell DJ., Fitzpatricks
DERMATOLOGY IN GENERAL MEDICINE, 7th ed, USA: McGraw-Hill Companies.,
2008, pg 395-401
3. Pohan SS., Hutomo MM., Sukanto H., Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin, Indonesia: Pusat Penerbitan Universitas Airlangga., hal 5-8

RM.01.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS ILMU KULIT DAN KELAMIN


NO.RM : 206823

Diperiksa dan disahkan oleh:


Dokter Pembimbing,

(dr. Tuti Widowati, Sp.Rad)

Co-Assisten,

(Ridyahningtyas S.)

RM.01.

Вам также может понравиться