Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Nama : Ny. S
Umur : 47 th
ANAMNESIS
Ruang
: Poli
Nama
: Ny. S
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tanggal lahir
: 16 Februari 1967
Umur
: 47 th
Pekerjaan
: Petani
Pendidikan
: SMP
Alamat
Masuk RS Tanggal
: 13/12/2014
Diagnosis Masuk
: DKI toksisk
Tanggal
: 13-12-2014
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan Darah
: (tidak dilakukan)
Nadi
: 82x/menit
Suhu badan
: 36,5C
Pernafasan
: 20 x/menit
PEMERIKSAAN FISIK :
STDV : pada lutut bawah kaki kiri
tampak vesikel multiple dengan dasar
eritem bentuk linear, sebaian erosi
DIAGNOSIS BANDING
Dermatitis Kontak Iritan Toksik
Dermatitis Kontak Alergi
Dermatitis Venenata
Herpes Simplek
Herpes Zoster
DIAGNOSIS KERJA
Dermatitis Kontak Iritan Toksik (Paederus Dermatitis)
PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa
Penjelasan mengenai penyakit dan terapinya :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Mengedukasi pasien agar tidak menggaruk luka yang ada supaya tidak menyebar ke
anggota badan yang lain.
Medikamentosa
Per Oral
Dexamethasone
: 0,5 mg per hari
Ceterizin
: 10 mg per hari
Topikal
o Hydrocortison Cream 1%
TINJAUAN PUSTAKA
Paederus Dermatitis
A. Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berinteraksi dengan bahan-bahan yang mungkin
dapat menimbulkan iritan maupun alergi bagi seseorang dan belum tentu bagi individu lain.
Bahan-bahan ini dapat menimbulkan kelainan pada kulit sesuai dengan kontak yang terjadi.
Kelainan ini disebut dermatitis kontak.
Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak diketahui, sebagian besar merupakan respon
kulit terhadap agen eksogen maupun endogen. Dermatitis kontak ini dibagi menjadi
Dermatitis Kontak Iritan dan Dermatitis Kontak Alergi. Dalam makalah ini akan dijelaskan
tentang Dermatitis Kontak Iritan, khususnya dermatitis kontak akibat bahan aktif serangga
dari genus Paederus.
Serangga (Insecta) merupakan kelas dari filum Arthropoda. Ordo yang paling sering
mengakibatkan masalah kulit adalah klas Lepidoptera (kupu-kupu), hemiptera (bed bug),
Anoplura (Pediculus sp.), Diptera (nyamuk), Coleoptera (blister beetle atau Paederus),
Hymenoptera (lebah, tawon, semut), Shiponaptera (flea). Kelas arthropoda lain yang
RM.03.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
bermakna secara dermatologis adalah myriapoda (kelabang) dan arachnida (laba-laba, tick,
mite, kalajengking).
B. Definisi
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap
pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa
efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan
gatal.
Dermatitis Kontak Iritan adalah peradangan kulit yang disebabkan terpaparnya kulit
dengan bahan dari luar yang bersifat iritan yang menimbulkan kelainan klinis efloresensi
polimorfik berupa eritema, vesikula, edema, papul, vesikel, dan keluhan gatal, perih serta
panas. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan hanya beberapa saja.
Dermatitis Venenata adalah Dermatitis Kontak Iritan yang disebabkan oleh terpaparnya
bahan iritan dari beberapa tanaman seperti rumput, bunga, pohon mahoni, kopi, mangga, serta
sayuran seperti tomat, wortel dan bawang. Bahan aktif dari serangga juga dapat menjadi
penyebab.
Dermatitis yang disebabkan spesifik diakibatkan oleh bahan aktif yang dikandung oleh
serangga genus Paederus, yakni pederin, disebut dengan paederus dermatitis atau dermatitis
linearis atau blister beetle dermatitis.
C. Epidemiologi
DKI adalah penyakit kulit akibat kerja yang paling sering ditemukan, diperkirakan sekitar
70%-80% dari semua penyakit kulit akibat kerja. DKI dapat diderita oleh semua orang dari
berbagai golongan umur, ras dan jenis kelamin. Jumlah penderita DKI diperkirakan cukup
banyak terutama yang berhubungan dengan pekerjaan (DKI akibat kerja). Insiden dari
penyakit kulit akibat kerja di beberapa negara adalah sama, yaitu 50-70 kasus per 100.000
pekerja pertahun. Pekerjaan dengan resiko besar untuk terpapar bahan iritan yaitu pemborong,
pekerja industri mebel, pekerja rumah sakit (perawat, cleaning services, tukang masak), penata
rambut, pekerjaindustri kimia, pekerja logam, penanam bunga, pekerja di gedung. Adapun
pada DKI akibat serangga khususnya yang disebabkan kumbang Paederus kejadiannya
meningkat pada musim penghujan, karena cuaca yang lembab merupakan lingkungan yang
sesuai bagi organism penyebab dermatitis venenata (misal: Genus Paederus). Paederus
dermatitis terjadi di seluruh bagian dunia, khususnya daerah beriklim tropis seperti Indonesia,
RM.04.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
dan pernah dilaporkan kejadian yang merebak di Australia, Malaysia, Srilanka, Nigeria,
Kenya, Iran, Uganda, Okinawa, Sierra Leone, Argentina, Brazil, Venezuela, Ecuador, India.
D. Etiologi
Penyebab munculnya dermatitis kontak iritan ini adalah bahan yang bersifat iritan,
misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu. (3) Bahan
aktif dari serangga juga dapat menjadi penyebab.
Spesies serangga yang paling sering menyebabkan dermatitis venenata adalah dari genus
Paederus. Spesies dari genus ini menyebabkan paederus dermatitis. Paederus dermatitis
sendiri di Indonesia paling disebabkan oleh Pederus peregrines. Paederus dewasa panjang
tumbuhnya 7-10 mm dan lebar 0,5 mm seukuran dengan nyamuk. Paederus berkepala hitam
dengan abdomen di caudalnya dan juga elytral ( struktur yang membungkus sayap dan
sepertiga atas segmen abdomen). Meskipun paederus dapat terbang, namun paederus lebih
sering berlari dan meloncat. Paederus memiliki karateristik mengangkat bagian abdomennya
ketika mereka lari ataupun merasa terganggu. Spesies yang biasa menyebabkan paederus
dermatitis adalah Paederus melampus di India, Paederus brasiliensis di Amerika Latin,
Paederus colombius di Venezuela, Paederus fusipes di Taiwan dan tentunya Paederus
peregrinus di Indonesia.(6) Kumbang ini tidak menggigit atau menyengat, namun tepukan
keras pada kumbang ini diatas kulit akan memicu pengeluaran bahan aktifnya yang berupa
paederin.
Gambar. Paederus sp
Paederus merupakan makhluk nocturnal dan tertarik dengan cahaya putih dan terang.
Hemolimfe dari paederus mengandung suatu bahan aktif yakni paederin yang kemudian
menyebabkan keluhan gatal, rasa panas tebakar, kemerahan pada kulit yang timbul dalam 1248 jam setelah kulit terpapar. Paederin yang berumus kimia C25H45O9N adalah sebuah struktur
RM.05.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
RM.06.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Gejala klinis yang terjadi sangat beragam, bergantung pada sifat iritan. Iritan kuat
memberi gejala akut, sedang iritan lemah memberi gejala kronis meskipun faktor individu dan
lingkungan sangat berpengaruh.
Kelainan kulit bergantung pada stadium penyakit, pada stadium akut kelainan kulit
berupa eritema, edema, vesikel, atau bula, erosi dan eksudasi, sehingga tampak basah.
Stadium sub akut, eritema berkurang, eksudat mengering menjadi krusta, sedang pada stadium
kronis tampak lesi kronis, skuama, hiperpigmentasi, likenifikasi, papul, mungkin juga terdapat
erosi atau ekskoriasi karena garukan. Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak
awal suatu dermatitis memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis demikian
pula efloresensinya tidak selalu harus polimorfik. Mungkin hanya oligomorfik.
Pada paederus dermatitis, lesi biasanya terjadi pada bagian tubuh yang tidak tertutupi,
misalnya tangan, kaki juga leher dan wajah, khususnya area periorbital, yang merupakan
bagian tubuh paling sering menjadi predileksi paederus dermatitis. Tidak berbeda jauh dengan
jenis dermatitis kontak iritan lainnya, lesi yang biasa ditimbulkan oleh bahan aktif paederin
berupa patch eritem linear yang kemudian berlanjut menjadi bula, terkadang bula dapat
menjadi pustular. Pada pasien yang datang ke tenaga medis, bula dapat intak ataupun sudah
terjadi erosi dengan dasar eritem. Lesi mulai muncul setelah 12-48 jam pasca paparan
paederin dan membaik dalam waktu seminggu.
G. Diagnosis
Diagnosis DKI didasarkan anamnesis yang cermat dan pengamatan gambaran klinis. DKI
akut lebih mudah diketahui karena munculnya lebih cepat sehingga penderita pada umumnya
masih ingat apa yang menjadi penyebabnya. Sebaliknya, DKI kronis timbulnya lambat serta
mempunyai variasi gambaran klinis yang luas, sehingga adakalanya sulit dibedakan dengan
dermatitis kontak alergik. Untuk ini diperlukan uji tempel dengan bahan yang dicurigai untuk
menyingkirkan diagnosa bandingnya.(1, 3)
Minor
Onset
dimulai
minggu
setelah
RM.07.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
paparan
paparan
macula
eritem,
Pada
perubahan
tingkat
morfologi
hiperkeratosis, fissure
menunjukkan
konsentrasi
menghasilkan
seperti terbakar
menghindari iritan
kerusakan kulit
sedikit
perbedaan
Diagnosis Banding
DKI sering didiagnosis dengan berbagai jenis dermatitis termasuk DKA. Untuk menegakkan
diagnosis perlu anamnesa detail, termasuk pekerjaan, hobi, riwayat pengobatan dan
beberapa pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan.
Perbedaan DKA dan DKI sebagai berikut :
Perbedaan
DKI
DKA
Keluhan
Nyeri, gatal
Lesi
Bahan
Reaksi yang
muncul
kecil
Bahan alergen, tidak tergantung
hipersensitifitas
Proses reaksi hipersensitivitas
tipe 4
RM.08.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
H. Penatalaksaan
Penanganan dermatitis kontak yang tersering adalah menghindari bahan yang menjadi
penyebab.
Pengobatan medikamentosa terdiri dari:
Pengobatan sistemik :
1. Kortikosteroid, hanya untuk kasus yang berat dan digunakan dalam waktu singkat.
Prednisone
Dewasa : 5-10 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o
Anak
: 1 mg/KgBB/hari
Dexamethasone
Dewasa : 0,5-1 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o
Anak
: 0,1 mg/KgBB/hari
Triamcinolone
Dewasa : 4-8 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o
Anak
: 1 mg/KgBB/hari
2. Antihistamin
Chlorpheniramine maleat
Dewasa : 3-4 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o
Anak
: 0,09 mg/KgBB/dosis, sehari 3 kali
Diphenhydramine HCl
Dewasa : 10-20 mg/dosis i.m. sehari 1-2 kali
Anak
: 0,5 mg/KgBB/dosis, sehari 1-2 kali
Loratadine
Dewasa : 1 tablet sehari 1 kali
Pengobatan topikal :
1. Bentuk akut dan eksudatif diberi kompres larutan garam faali (NaCl 0,9%)
2. Bentuk kronis dan kering diberi krim hydrocortisone 1% atau diflucortolone valerat 0,1%
atau krim betamethasone valerat 0,005-0,1%
I. Prognosis
Prognosis dari DKI akut baik jika penyebab iritasi dapat dikenali dan dihilangkan. Prognosis
untuk DKI kumulatif atau kronis tidak pasti dan bahkan lebih buruk dari Dermatitis Kontak
Alergi. Latar belakang pasien atopi, kurangnya pengetahuan mengenai penyakit, dan atau
diagnosis dan penatalaksanaan adalah faktor-faktor yang membawa ke perburukan dari
prognosis.(
RM.09.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
RM.010.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., editor. Djuanda S., Sularsito SA., penulis. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin, Edisi Kelima, Jakarta Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007,
hal 129-138.
2. Wolff K., Goldsmith LA., Katz SI., Gilchrest BA., Paller AS., Leffell DJ., Fitzpatricks
DERMATOLOGY IN GENERAL MEDICINE, 7th ed, USA: McGraw-Hill Companies.,
2008, pg 395-401
3. Pohan SS., Hutomo MM., Sukanto H., Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin, Indonesia: Pusat Penerbitan Universitas Airlangga., hal 5-8
RM.01.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Co-Assisten,
(Ridyahningtyas S.)
RM.01.