Вы находитесь на странице: 1из 57

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan

di sektor dunia

usaha tidak

menutup

kemungkinan

menimbulkan persaingan yang semakin ketat di antara perusahaan - perusahaan


yang homogen dalam memenangkan pangsa pasar. Untuk itu perusahaan dituntut
agar lebih peka terhadap keinginan konsumen serta mampu memberikan nilai
-nilai tambah terhadap produk yang ditawarkan.
Produk merupakan titik pusat dari kegiatan pemasaran karena produk
merupakan hasil dari suatu perusahaan yang dapat ditawarkan ke pasar untuk di
konsumsi dan merupakan alat dari suatu perusahaan untuk mencapai tujuan dari
perusahaannya. Suatu produk harus memiliki keunggulan dari produk - produk
yang lain baik dari segi kualitas, desain, bentuk, ukuran, kemasan, pelayanan,
garansi dan rasa agar dapat menarik minat konsumen untuk mencoba dan membeli
produk tersebut.
Setiap perusahaan menyadari pentingnya menyiapkan produk yang dapat
mendorong peningkatan penjualan dan laba perusahaan. Untuk mendorong
tersedianya produk tersebut maka perusahaan biasanya menyediakan beberapa
jenis produk yang dapat dipilih oleh konsumen dengan berbagai variasi harga dan
kualitas yang akan memenuhi kebutuhan konsumen, apalagi dikalangan ibu-ibu
rumah tangga.
Demikian halnya dengan produk tupperware yang dalam memasarkan
produksinya harus memberikan kepuasan kepada konsumen. Salah satu produk
unggulan Tupperware adalah peralatan rumah tangga, dengan pasar sasaran

(market share) produk peralatan rumah tangga adalah kaum perempuan dari
segala kalangan.
Pada penjualan ini juga tergantung pada loyalitas konsumen sebagai
contoh misalnya sesorang telah merasa puas dengan produk tersebut dia akan
melakukan pembelian berulang bahkan rutin ini menguntungkan bagi penjualan
produk karena terjadi volume penjualan meningkat. Dalam kegiatan pemasaran
penjualan ini adalah bagian dari kegiatan pemasaran karena disinilah tercipta
pertukaran barang dan jasa antara penjual dan pembeli.
Suatu perusahaan memasarkan produknya berpengaruh juga pada
loyalitas konsumen terhadap atribut dari produk tersebut. Tindakan sesudah
pembelian yang dilakukan oleh konsumen terhadap produk Tupperware juga
mempengaruhi loyalitas konsumen terhadap produk ini. Produk-produk Tupperware
dapat digunakan dalam waktu yang relatif lama serta tidak ketinggalan zaman. Selain itu
kepuasan konsumen terhadap produk Tupperware baik dilihat dari kualitas, manfaat
maupun bentuk-bentuk dan variasi-variasi produk yang sangat menarik serta dapat
digunakan oleh berbagai kalangan dan usia, sangat mempengaruhi loyalitas konsumen
terhadap produk ini.

Sebagai teori menurut Setiadi (2003)

mengatakan bahwa loyalitas

konsumen merupakan perilaku pengulangan pembelian oleh konsumen terhadap


suatu produk maupun jasa sehingga konsumen tidak mempertimbangkan lagi
merek-merek lain dalam pembelian suatu produk. Bagi marketer / perusahaan,
loyalitas pelanggan (consumer loyalty) merupakan tujuan utama yang terusmenerus diupayakan, karena dengan itu dipastikan perusahaan akan menangguk
keuntungan besar.

Pada setiap usaha baik itu perusahaan yang baru berdiri, yang sedang
berkembang maupun yang sudah mapan, kondisi perekonomian yang labil,
menjadi faktor penentu bagi perkembangan perusahaan, maka tidak dapat
dihindari apa yang dinamakan persaingan dalam mempertahankan dan merebut
bagian pasar, setiap perusahaan mempunyai kewajiban untuk menyusun strategi
agar perusahaannya mampu bertahan dalam kancah bisnis. Selain salah satu cara
ini adalah dilakukannya Multi Level Marketing (MLM).
MLM adalah sebuah bisnis pemasaran atas suatu produk yang dilakukan
melalui banyak tingkatan atau level, yang sering disebut dengan up-line (tingkat
atas) dan down-line (tingkat bawah). Sistem pemasaran dan penjualan atas suatu
produk dengan menggunakan sistem jaringan atau networking. Up-line diharuskan
untuk mencari down-line sebanyak-banyaknya agar mendapatkan bonus yang
berlipat. Banyak keuntungan yang didapat sebuah perusahaan MLM dengan
menggunakan sistem online.
Dengan adanya sistem online member dapat mengakses dari manapun, dan
juga member yang bergabung tidak hanya berasal dari perusahaan MLM itu
berada. Tetapi member dari berbagai daerah juga dapat bergabung disini. Antara
member

upline dan downline juga belum tentu pernah bertatap muka. Hal

tersebut bisa dikatakan sebagai perkembangan MLM di Indonesia makin


berkembang secara pesat di iringi dengan kemajuan teknologi.
Di Indonesia, bisnis MLM makin berkembang dengan pesat dari tahun ke
tahun yang menunjukkan bisnis ini mempunyai prospek yang cukup cerah di
Indonesia. Alasannya, makin berkembangnya naluri wirausaha saat ini membuat
orang berlomba-lomba bekerja keras untuk masa depan yang lebih baik.

Kemudian budaya persahabatan dan networking di Indonesia memungkinkan


bisnis MLM yang tumbuh dari jaringan dapat berkembang pesat.
Faktor pendukung lain di tengah jumlah pengangguran di Indonesia yang
semakin membengkak, bisnis MLM ini bisa menjadi solusi karena mampu
menciptakan kesempatan kerja yang luas.
Perusahaan melakukan pemasaran dengan sistem Multi Level Marketing
(MLM) seperti produk Tupperware (alat-alat rumah tangga) Tuppeware
Tupperware telah menjadi salah satu perusahaan terkemuka di dunia dibidang
wadah plastik untuk penyimpanan maupun penyajian yang berkualitas tinggi
dalam usianya yang lebih dari setengah abad. Tupperware merupakan perusahaan
ketiga terbesar di dunia untuk kategori penjualan langsung (Direct Selling). Di
Indonesia sendiri, Tupperware mulai dijual sejak tahun 1991.
Indonesia telah memiliki lebih dari 70 distributor resmi yang tersebar
dibeberapa kota. Di Indonesia punya keunggulan tersendiri yaitu Tupperware
dibuat dari bahan bermutu tinggi yang diproses secara cermat dengan garansi
seumur hidup. Artinya Tupperware akan mengganti produk yang rusak atau cacat
dalam pemakaian normal bukan pemakaian komersial. Seandainya produk yang
sama tidak tersedia maka akan diganti dengan produk tupperware lain senilai
harganya dengan barang yang sama. Tupperware melakukan program garansi
seumur hidup ini agar konsumennya merasa puas terhadap produk tupperware
sehingga akan melakukan pembelian berulang.
Volume penjualan produk Tupperware selama dua tahun terakhir
mengalami peningkatan yang sangat pesat hal inidapat digambarkan pada tabel di
bawah ini.

Tabel 1.1
Volume Penjualan Produk Tupperware Berdasarkan Produk terlaris pada
kurun waktu 2010-2011
No
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Kategori / Nama Barang


Fridgesmart Medium
Container
Medium Deco Canister
Multi Bowl Set
Slim line 2L
Bread server
Fix and Mix
Lunch Lie Set
Super Oval
Dringking Flast
Kiddie tumbler spesial
Circus buddi
Sport Bottle

Square Kepper
Cereal Bowl
Hangout Set
Jumlah

Penjualan pada Tahun


2010
1.753

2011
2.303

1.577
1473
1.182
1.173
1.015
861
138
665
450
405
100
88
92
91
11.063

2.210
1.550
1.482
1.385
1.256
1.150
1.097
927
596
447
128
101
98
80
14.810

Keterangan

Sumber: Manajemen PT.Nazila Jambi nugraha Tupperware.


Berdasarkan tabel 1.1 tersebut dapat dikatakan bahwa volume penjualan
produk Tupperware selama mengalami peningkatan pada tahun 2011 yaitu
sebanyak 3.747 item atau meningkat sebesar 25,30 %. Hal ini menandakan bahwa
penjualan produk Tupperware mengalami kenaikan selama dua tahun terakhir. Hal
ini tentu nenimbulkan pertanyaan di benak berbagai pihak, faktor faktor apa saja
yang

mempengaruhi

konsumen

dalam

memutuskan

pembelian

produk

Tupperware tersebut.
Target pasar utama Tupperware adalah kalangan ibu - ibu rumah
tangga,produk ini diminati oleh ibu rumah tangga karena atribut yang ada produk
Tupperware adalah memberikan garansi seumur hidup, anti basi, tahan panas,

warna yang beragam), tetapi yang menjadi persoalan harganya yang relatif mahal
karena sebagian besar pandangan ibu rumah tangga menganggap produk
Tuppeware hanya mengandalkan brand yang sudah mendunia seperti kalangan
menengah ke atas yang banyak menggunakan produk Tuppeware karena harganya
yang relatif mahal untuk sebuah wadah plastik.
Selain itu brand produk rumah tangga lainnya sekarang mulai banyak
menyaingi produk Tupperware, Pesaing terdekat tupperware adalah Twin
Tulipware

karena Tulipware ini menawarkan produk yang sama seperti

tupperware produk tulipware menggunakan bahan baku - sanitized Additive Anti


Microbial

(bahan baku anti bakteri yang mampu mencegah berkembangnya

bakteri) selain itu bahannya lebih tebal sehingga tidak mudah pecah dan warna
pun berwarna warni hal ini menjadi pesaing terdekat tupperware.
Selain itu Tulipware menganut sistem online pada setiap pembelanjaan
sehingga data penjualananya langsung tersistem dari pusat hal ini memudahkan
konsumen yang ingin berbelanja di stokis manapun jadi tidak terpaku pada
distributor tempat mendaftar karena disemua stokis di indonesia bisa berbelanja.
Dalam hal ini Tulipware mulai berkembang khususnya di kota jambi
walaupun data untuk penjualannya tidak bisa di akses. Kini produk tulipware
mulai di kenal masyarakat jambi hal ini merupakan perkembangan bagi produk
Tulipware sendiri. Dan melihat latar belakang di atas hal itulah yang menarik bagi
penulis untuk meneliti secara mendalam bagaimana loyalitas konsumen terhadap
atribut produk Tupperware(Anti basi, tahan panas, garansi seumur hidup seta
warna yang beragam atau kemasan pada produk tersebut) di sini penulis ingin

menganalisa Analisis Dimensi Dimensi Nilai Loyalitas Konsumen pada


Produk tupperware (studi kasus PT.Nazila Jambi Nugraha Tupperware).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana dimensi nilai untuk produk Tupperware ?
2. Dimensi nilai mana yang tertinggi terhadap loyalitas konsumen ?
C. Tujuan Masalah
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
a. Untuk meengetahui dimensi nilai pada produk Tupperware
b. Untuk mengetahui dan menganalisis dimensi nilai tertinggi terhadap loyalitas
konsumen.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
a. Bagi Penulis :
Penelitian ini menjadi sarana untuk mengaplikasikan pengetahuan teoritis
pemasaran khususnya mengenai atribut produk Tupperware terhadap kepuasan
konsumen dalam pembelian produk Tupperware.
b. Bagi Perusahaan :
Dapat digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam mengelola dan
mempertahankan merek agar tetap menjadi pilihan pelanggan mengingat
persaingan antar merek yang semakin meningkat

c . Bagi Pihak Lain


Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pihak-pihak yang
membutuhkan sebagai bahan pertimbangan, perbandingan dan penyempurnaan
bagi penelitian selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teoritis
2.1.1. Defenisi-Defenisi
Ada beberapa definisi mengenai pemasaran diantararanya adalah :
A. Pemasaran
a. Menurut Tjiptono (2006) pemasaran memiliki definisi suatu proses sosial dan
manajerial dimana individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran segala
sesuatu yang bernilai dengan orang atau kelompok lain.
b. Handoko (2000) bahwa pemasaran memiliki pengertian sebagai suatu
sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditunjukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan
barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang
ada maupun pembeli potensial.
B. Perilaku Konsumen
Mowen at al (2001 : 6) Perilaku konsumen adalah studi tentang unit
pembelian (buying units)dan proses pertukaran (exchange process) yang
melibatkan perolehan konsumsi pembuangan barang dan jasa,pengalaman serta
ide - ide.
Engel et al (2001) menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan
langsung untuk mendapatkan,mengkonsumsi,dan menghabiskan produk dan jasa
termasuk proses keputusan.

C. Loyalitas Konsumen
Loyalitas Konsumen
Menurut Setiadi (2003) loyalitas konsumen merupakan perilaku
pengulangan pembelian oleh konsumen terhadap suatu produk maupun jasa
sehingga konsumen tidak mempertimbangkan lagi merek-merek lain dalam
pembelian suatu produk.
Menurut Griffin (2002) mengungkapkan loyalitas adalah mengacu
kepada perilaku dari unit unit pengambilan keputusan konsumen untuk
melakukan pembelian secara terus menerus terhadap barang / jasa suatu
perusahaan yang dipilih.
Menurut Kotler dan Armstong (2007) mendefinisikan bahwa loyalitas
berasal dari pemenuhan harapan atau harapan konsumen, sedangkan
ekspektasi sendiri berasal dari pengalaman pembelian terdahulu oleh
konsumen, opini dari teman dan kerabat, janji atau informasi dari pemasar
atau pesaing.
Menurut Kotler (2000) mengatakan dalam hal ini dapat disimpulkan
bahwa konsumen yang loyal tidak diukur dari berapa banyak dia membeli,
tapi dari berapa sering dia melakukan pembelian ulang, termasuk disini
merekomendasikan orang lain untuk membeli.
Menurut Wahyu Nugroho (2005) loyalitas konsumen didefinisikan sebagai
suatu ukuran kesetiaan dari pelanggan dalam menggunakan suatu merek
produk atau merek jasa pada kurun waktu tertentu pada situasi dimana banyak

10

pilihan produk ataupun jasa yang dapat memenuhi kebutuhannya dan


pelanggan memiliki kemampuan.
Menurut Kotler (2003) mendefinisikan loyalitas adalah saat dimana
konsumen mencapai tingkat kepuasan tertinggi yang menimbulkan ikatan
emosi yang kuatdan komitmen jangka panjang dengan merek perusahaan.
Philip Kotler (2001) menyatakan bahwa loyalitas konsumen adalah
pelanggan yang melakukan pembelian dengan prosentasi makin meningkat
pada perusahaan tertentu daripada perusahaan lain.
Menurut Tjiptono (2000) Loyalitas Konsumen adalah komitmen pelanggan
terhadap suatu merek, toko atau pemasok berdasarkan sifat yang sangat positif
dalam pembelian jangka panjang. Dari pengertian ini dapat diartikan bahwa
kesetiaan terhadap merek diperoleh karena adanya kombinasi dari kepuasan
dan keluhan. Sedangkan kepuasan pelanggan tersebut hadir dari seberapa besar
kinerja

perusahaan

untuk

menimbulkan

kepuasan

tersebut

dengan

meminimalkan keluhan sehingga diperoleh pembelian jangka panjang yang


dilakukan oleh konsumen.
Menurut Tjiptono (2002) terciptanya loyalitas konsumen dapat memberikan
beberapa manfaat diantaranya hubungan antara perusahaan dan pelanggan
menjadi harmonis, menjadi dasar bagi pembelian ulang dan menciptakan
loyalitas

pelanggan

serta

rekomendasi

dari

mulut

ke

mulut

yang

menguntungkan perusahaan.

11

2.1.2. Kerangka Teoritis


Menurut Tjiptono (2006:296) bahwa ikatan emosional yang terjalin antara
pelanggan dan produsen yaitu setelah pelanggan menggunakan produk dan jasa
dari perusahaan dan mendapati bahwa produk atau jasa tersebut memberi nilai
tambah hal ini dapat melahirkan loyalitas konsumen terhadap produk tersebut .
berikut Dimensi nilai terdiri dari 4, yaitu :
1. Nilai emosional, utilitas yang berasal dari perasaan atau afektif atau emosi
positif yang ditimbulkan dari mengkonsumsi produk. Kalau konsumen mengalami
perasaan positif (positive feeling) pada saat membeli atau menggunakan suatu
merek, maka merek tersebut memberikan nilai emosional. Pada intinya nilai
emosional berhubungan dengan perasaan, yaitu perasaan positif apa yang akan
dialami konsumen pada saat membeli produk.
2. Nilai sosial, utilitas yang didapat dari kemampuan produk untuk meningkatkan
konsep diri - sosial konsumen. Nilai sosial merupakan nilai yang dianut oleh suatu
konsumen, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh
konsumen.
3. Nilai kualitas, utilitas yang didapat dari produk karena reduksi biaya jangka
pendek dan biaya jangka panjang.
4. Nilai fungsional adalah nilai yang diperoleh dari atribut produk yang
memberikan kegunaan (utility) fungsional kepada konsumen nilai ini berkaitan
langsung dengan fungsi yang diberikan oleh produk atau layanan kepada
konsumen.

12

Menurut Tjiptono (2002) terciptanya kepuasan dapat memberikan


beberapa manfaat diantaranya hubungan antara perusahaan dan pelanggan
menjadi harmonis, menjadi dasar bagi pembelian ulang dan menciptakan loyalitas
pelanggan serta rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan
perusahaan.
Kesetiaan konsumen tidak terbentuk dalam waktu singkat tetapi melalui
proses belajar dan berdasarkan hasil pengalaman dari konsumen itu sendiri dari
pembelian konsisten sepanjang waktu. Bila yang didapat sudah sesuai dengan
harapan, maka proses pembelian ini terus berulang. Hal ini dapat dikatakan bahwa
telah timbul kesetiaan konsumen. Bila dari pengalamannya, konsumen tidak
mendapatkan merek yang memuaskan maka ia tidak akan berhenti untuk mencoba
merek-merek lain sampai ia mendapatkan produk atau jasa yang memenuhi
kriteria yang mereka tetapkan. Loyalitas merupakan besarnya konsumsi dan
frekuensi pembelian dilakukan oleh seorang konsumen terhadap suatu perusahaan.
Dan mereka berhasil menemukan bahwa kualitas keterhubungan yang terdiri dari
kepuasan, kepercayaan dan komitmen mempunyai hubungan yang positif dengan
loyalitas.
Loyalitas memberi pengertian yang sama atas loyalitas merek dan loyalitas
pelanggan. Memang benar bahwa loyalitas merek mencerminkan loyalitas
pelanggan terhadap merek tertentu, tetapi apabila pelanggan dimengerti sama
dengan konsumen, maka loyalitas konsumen lebih luas cakupannya daripada
loyalitas merek karena loyalitas konsumen mencakup loyalitas terhadap merek.
Loyalitas adalah tentang presentase dari orang yang pernah membeli dalam

13

kerengka waktu tertentu dan melakukan pembelian ulang sejak pembelian yang
pertama.
Dalam mengukur kesetiaan, diperlukan beberapa attribut yaitu :
1.

Mengatakan hal yang positif tentang perusahaan kepada orang lain

2.

Merekomendasikan perusahaan kepada orang lain yang meminta saran

3.

Mempertimbangkan bahwa perusahaan merupakan pilihan pertama dalam


melakukan pembelian jasa

4.

Melakukan lebih banyak bisnis atau pembelian dengan perusahaan beberapa


tahun mendatang.

Oliver mendefinisikan loyalitas konsumen dengan suatu keadaan dimana terdapat


komitmen yang kuat dalam pembelian ulang dan penggunaan kembali barang dan
jasa perusahaan. Tingkat loyalitas konsumen terdiri dari empat tahap :
1. Loyalitas Kognitif
Tahap dimana pengetahuan langsung maupun tidak langsung konsumen akan
merek, manfaat dan dilanjutkan kepembelian berdasarkan keyakinan akan
superioritas yang ditawarkan. Dasar kesetiaan adalah informasi tentang produk
atau jasa yang tersedia bagi konsumen.
2. Loyalitas Afektif
Sikap favorable konsumen terhadap merek merupakan hasil dari konfirmasi yang
berulang dari harapannya selama tahap cognitively loyalty berlangsung. Dasar
kesetiaan konsumen adalah sikap dan komitmen terhadap produk dan jasa,
sehingga telah terbentuk suatu hubungan yang lebih mendalam antara konsumen
dengan penyedia produk atau jasa dibandingkan pada tahap sebelumnya.
3. Loyalitas Konatif

14

Intensi membeli ulang sangat kuat dan memiliki keterlibatan tinggi yang
merupakan dorongan motivasi.
4. Loyalitas Tindakan
Menghubungkan penambahan yang baik untuk tindakan serta keinginan untuk
mengatasi kesulitan seperti pada tindakan kesetiaan.
Tjiptono (2002:85) mengemukakan enam indikator yang bisa digunakan untuk
mengukur loyalitas konsumen yaitu :
1.Pembelian ulang
2.Kebiasaan mengkonsumsi merek tersebut
3.Selalu menyukai merek tersebut
4.Tetap memilih merek tersebut
5.Yakin bahwa merek tersebut yang terbaik
6.Merekomendasikan merek tersebut pada orang lain. .
2.1.2.1 Atribut Produk
Menurut Kotler & Armstrong (2001:354) beberapa atribut yang menyertai dan
melengkapi produk (karakteristik atribut produk) adalah :
a. Merek (branding)
Merek (brand) adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau
kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi
produk atau jasa dari satu atau kelompok penjual dan membedakannya dari produk
pesaing. Pemberian merek merupakan masalah pokok dalam strategi produk.
Pemberian merek itu mahal dan memakan waktu, serta dapat membuat produk itu
berhasil atau gagal. Nama merek yang baik dapat menambah keberhasilan yang
besar pada produk (Kotler & Armstrong, 2001:360

15

b. Pengemasan (packing)
(packing) adalah kegiatan merancang dan membuat wadah

Pengemasan

atau pembungkus suatu produk.


c. Kualitas Produk (Product Quality)
Kualitas Produk (Product Quality) adalah kemampuan suatu produk
untuk

melaksanakan

ketepatan
lainnya.

fungsinya

kemudahan operasi
Untuk

menerapkan

daya

dan perbaikan,

meningkatkan

program Total

meliputi,

kualitas

Quality

tahan

serta

produk

keandalan,

atribut

bernilai

perusahaan

Manajemen (TQM)".

dapat
Selain

mengurangi kerusakan produk, tujuan pokok kualitas total adalah untuk


meningkatkan nilai pelanggan.
2.1.2.2 Tingkatan Produk.
Menurut Kotler (2001). Pada dasarnya tingkatan produk adalah sebagai berikut :
a. Produk Inti (Core Product)
Produk inti terdiri dari manfaat inti untuk pemecahan masalah yang dicari
konsumen ketika mereka membeli produk atau jasa.
b. Produk Aktual (Actual Product)
Seorang perencana produk harus menciptakan produk aktual (actual
product)
diantaranya,

disekitar
tingkat

produk

inti.

kualitas,

Karakteristik
nama

dari

merek,

produk

aktual

kemasan

yang

dikombinasikan dengan cermat untuk menyampaikan manfaat inti (Kotler &


Armstrong, 2001:348).
c. Produk Tambahan

16

Produk tambahan harus diwujudkan dengan menawarkan jasa pelayanan


tambahan untuk memuaskan konsumen, misalnya dengan menanggapi dengan
baik claim dari konsumen dan melayani konsumen lewat telepon jika
konsumen mempunyai masalah atau pertanyaan.
C.Klasifikasi Produk.
Menurut

Fandy

Tjiptono (2000) klasifikasi

produk bisa dilakukan atas

berbagai macam sudut pandang. Berdasarkan berwujud tidaknya, produk dapat


diklasifikasikan kedalam dua kelompok utama yaitu barang dan jasa. Ditinjau
dari aspek daya tahannya, terdapat dua macam barang, yaitu:
a. Barang Tidak Tahan Lama (Nondurable Goods)
Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis
dikonsumsi dalam

satu atau beberapa kali pemakaian. Contohnya

adalah sabun, minuman dan makanan ringan, kapur tulis, gula dan
garam.
b. Barang Tahan Lama (Durable Goods)
Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya bisa bertahan
lama dengan banyak pemakaian (umur ekonomisnya untuk pemakaian normal
adalah satu tahun atau lebih). Contohnya antara lain TV, lemari es, mobil dan
komputer.
Selain

berdasarkan

daya

tahannya,

produk pada umumnya juga

diklasifikasikan berdasarkan siapa konsumennya dan untuk apa produk tersebut


dikonsumsi. Berdasarkan kriteria ini, produk dapat dibedakan menjadi barang
konsumen (costumer's

goods)

dan

barang

industri (industrial's

goods). Barang konsumen adalah barang yang dikonsumsi untuk kepentingan

17

konsumen akhir sendiri (individu dan rumah tangga), bukan untuk tujuan
bisnis.

Umumnya barang konsumen dapat diklasifikasikan menjadi empat

jenis yaitu:
a. Convinience Goods
Convinience goods merupakan barang yang pada umumnya memiliki
frekuensi pembelian tinggi (sering beli), dibutuhkan dalam waktu segera, dan
hanya memerlukan usaha yang minimum (sangat kecil) dalam pembandingan
dan pembeliannya. Contohnya sabun, pasta gigi, baterai, makanan, minuman,
majalah, surat kabar, payung dan jas hujan.
b. Shopping Goods
Shopping goods adalah barang-barang dalam proses

pemilihan dan

pembeliannya dibandingkan oleh konsumen diantara berbagai alternatif


yang tersedia. Kriteria perbandingan tersebut meliputi harga, kualitas dan model
masing-masing barang. Contohnya alat-alat rumah tangga (TV, mesin cuci tape
recorder), furniture (mebel), pakaian.
c. Specially Goods
Specially goods adalah barang-barang yang memiliki karakteristik dan
identifikasi merek yang unik di mana sekelompok konsumen bersedia
melakukan usaha khusus untuk membelinya. Contohnya adalah barangbarang mewah dengan merek dan model spesifik.
d. Unsought Goods
Unsought goods merupakan barang-barang yang diketahui konsumen atau
kalaupun sudah diketahui tetapi pada umumnya belum terfikirkan untuk

18

membelinya. Contohnya asuransi jiwa. Menurut Kotler dan Amstrong (2000)


mengelompokan atribut produk pada tiga unsur penting yaitu:

Kualitas Produk (Product Quality)

Kualitas produk (Product Quality) adalah kemampuan suatu produk


memberikan kinerja sesuai dengan fungsinya (seperti ketahanan, ketepatan,
kemudahan pengoperasian, dan perbaikannya). Kualitas dipandang mempunyai
peranan yang sangat penting dari segi konsumen maupun produsen. Bagi
konsumen, dengan semakin meningkatnya kualitas suatu produk akan semakin
meningkatkan kepuasan terhadap barang yang ditawarkan produsen.
Bagi produsen, semakin meningkatnya kualitas produk yang dihasilkan
berarti terjadi peningkatan pangsa pasar dan kemampuan peningkatan atau
penciptaan laba.Kualitas produk memiliki dua dimensi, yaitu tingkatan (level) dan
konsistensi. Hal ini berarti bahwa suatu produk dikatakan berkualitas apabila
memenuhi dua dimensi ini, yaitu produk tersebut memiliki kualitas yang baik dan
disampaikan secara konsisten dari waktu ke waktu.

Fitur Produk (Product Features)

Fitur produk (Product Features) adalah alat untuk bersaing yang membedakan
produk suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya (ciri-ciri yang memberikan
tambahan manfaat suatu produk). Pada umumnya, ciri-ciri yang melekat pada
suatu produk merupakan hasil dari pengembangan dan penyempurnaan secara
terus-menerus.Untuk dapat mengetahui apa yang sedang digemari dan dibutuhkan
pelanggan, perusahaan hendaknya melakukan survey secara periodik dengan

19

mencari tentang tingkatan kesukaan pelanggan terhadap produk yang ditawarkan,


fitur yang paling disukai dari produk, fitur yang dapat memperbaiki kinerja
produk, dan biaya yang pantas dikeluarkan untuk memanfaatkan fitur-fitur
tersebut.

Desain Produk (Product Design)

Cara lain untuk menambah nilai bagi pelanggan adalah melalui rancangan produk
yang berbeda. Rancangan memiliki konsep yang lebih luas dibandingkan gaya
(Style). Gaya lebih menonjolkan pada aspek penampilan tanpa melihat kinerja
produk. Gaya belum tentu menambah kenyamanan bahkan tidak jarang dengan
model mutakhir menggangu kenyamanan penggunaan utama suatu produk.
Desain mempertimbangkan faktor-faktor selain penampilan yang menarik. Desain
dapat meningkatkan kinerja suatu produk. Desain yang baik dapat menarik
perhatian konsumen, memperbaiki kinerja produk, mengurangi biaya produksi,
dan menambah keunggulan bersaing.
2.1.2.3 Loyalitas Konsumen
Menurut Setiadi (2003) loyalitas

konsumen

merupakan

perilaku

pengulangan pembelian oleh konsumen terhadap suatu produk maupun jasa


sehingga konsumen tidak mempertimbangkan lagi merek - merek lain dalam
pembelian suatu produk. Tahapan Loyalitas menurut Jill Griffin (2003) sebagai
berikut :
a. Suspects
Meliputi semua orang yang mungkin akan membeli barang atau jasa perusahaan
tetapi belum tahu apapun mengenai perusahaan tersebut atau pun barang yang
ditawarkan.

20

b.Prospect
Adalah orang orang yang memilki kebutuhan akan produk tertentu dan
mempunyai kemampuan untuk membelinya. Para prospect ini meskipun mereka
belum melakukan pembelian tetapi mereka telah mengetahui keberadaan
perusahaan atau barang tersebut karena seseorang telah merekomendasikannya
barang tersebut kepadanya.
c.Disqualifled Prospects
Yaitu prospect yang telah mengetahui keberadaan barang tersebut tetapi tidak
mempunyai kebutuhan akan barang tersebut dan tidak mempunyai kemampuan
untuk membeli barang tersebut.
d.First Time Customer
Yaitu pelanggan yang membeli untuk pertama kalinya mereka masih menjadi
pelanggan yang baru.
e. Repeat Customers
Yaitu pelanggan yang telah melakukan pembelian suatu produk sebanyak dua kali
atau lebih dan membeli dua macam produk yang berbeda dalam kesempatan yang
berbeda pula.
f.Clients
Clients membeli semua barang maupun jasa yang ditawarkan dan mereka
butuhkan mereka membeli secara teratur hubungan pelanggan ini sangat kuat dan
berlangsung lama dam tidak terpengaruh pleh produk pesaing.
g. Advocates

21

Yaitu membeli secara berulang produk tersebut serta merekomendasikannya


dengan teman teman mereka yang lain dengan begitu secara tidak langsung telah
melakukan pemasaran untuk perusahan dan membawa konsumen untuk
perusahaan.

2.1.2.4 Loyalitas pelanggan terhadap atibut pada suatu produk


Menurut Griffin (2000) menyatakan secara umum, antara lain :
1. Faktor Produk
- Kualitas produk
Yaitu merupakan mutu dari semua komponen-komponen yang

membentuk

produk, sehingga produk tersebut mempunyai nilai tambah untuk dijual dan
dinikmati oleh konsumen.
- Hubungan nilai dengan harga
Merupakan hubungan antara harga dan nilai produk yang ditentukan oleh
perbedaan antara nilai yang diterima oleh konsumen dengan harga yang di bayar
oleh konsumen terhadap suatu produk yang di inginkan.
- Bentuk produk
Bentuk produk merupakan komponen-komponen fisik dari suatu produk yang
menghasilkan suatu mamfaat.
- Keandalan
Merupakan kemampuan dari suatu perusahaan untuk menghasilkan suatu produk
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konsumen.
2. Faktor Pelayanan
- Jaminan

22

Merupakan suatu jaminan yang ditawarkan oleh perusahaan untuk pengembalian


harga pembelian atau mengadakan perbaikan terhadap produkyang rusak atau
hilang setelah pembelian.
- Respon dan pemecahan masalah
Response to and remedy of problems merupakan sikap dari karyawan khususnya
pemilik perusahaan dalam menanggapi keluhan serta masalah yang di hadapi oleh
konsumen.
3. Faktor Pembelian
- Pengalaman karyawan
Merupakan semua hubungan antara konsumen dengan karyawan khususnya dalam
hal komunikasi dan informasi yang berhubungan produk dan pembelian.
- Kemudahan dan kenyamanan
Convenience and azquisisition merupakan segala kemudahan dan kenyamanan
yang diberikan oleh perusahaan kepada konsumen dalam mendapatkan produk
yang dijual,
2.1.2.5 Faktor faktor yang mempengaruhi Loyalitas Konsumen
Dalam membangun dan meningkatkan loyalitas konsumen, perusahaan
harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Robinette
(2001:13) faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas konsumen adalah perhatian
(caring), kepercayaan (trust), perlindungan (length of patronage), dan kepuasan
akumulatif (overall satisfaction).
Faktor pertama, yaitu perhatian (caring), perusahaan harus dapat melihat
dan mengatasi segala kebutuhan, harapan, maupun permasalahan yang dihadapi
oleh pelanggan. Dengan perhatian itu, pelanggan akan menjadi puas terhadap
perusahaan dan melakukan transaksi ulang dengan perusahaan, dan pada akhirnya

23

mereka akan menjadi pelanggan perusahaan yang loyal. Semakin perusahaan


menunjukkan perhatiannya, maka akan semakin besar loyalitas konsumen itu
muncul.
Faktor kedua, yaitu kepercayaan (trust), kepercayaan timbul dari suatu
proses yang lama sampai kedua belah pihak sating mempercayai. Apabila
kepercayaan sudah terjalin di antara pelanggan dan perusahaan, maka usaha untuk
membinanya akan lebih mudah, hubungan perusahaan dan pelanggan tercermin
dari tingkat kepercayaan (trust) para pelanggan. Apabila tingkat kepercayaan
pelanggan tinggi, maka hubungan perusahaan dengan pelanggan akan menjadi
kuat. Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan dalam membina hubungan
dengan pelanggan, yaitu segala jenis produk yang dihasilkan perusahaan harus
memiliki kualitas atau kesempurnaan seperti yang seharusnya atau sebagaimana
dijanjikan, sehingga pelanggan tidak merasa tertipu, yang mana hal ini dapat
mengakibatkan pelanggan berpindah ke produk pesaing.
Faktor ketiga, yaitu perlindungan (length of patronage), perusahaan harus
dapat memberikan perlindungan kepada pelanggannya, baik berupa kualitas
produk, pelayanan, komplain ataupun layanan purnajual. Dengan demikian,
pelanggan

tidak

berhubungan

khawatir

dengan

perusahaan

perusahaan,

dalam

karena

melakukan

pelangga

transaksi

merasa

dan

perusahaan

memberikan perlindungan yang mereka butuhkan.


Dan faktor keempat, yaitu kepuasan akumulatif (overall satisfaction),
kepuasan akumulatif adalah keseluruhan penilaian berdasarkan total pembelian
dan konsumsi atas barang dan jasa pada suatu periode tertentu. Kepuasan
akumulatif ditentukan oleh berbagai komponen seperti kepuasan terhadap sikap
agen (service provider) dan kepuasan terhadap perusahaan itu sendiri. Oleh karena
itu, perusahaan harus dapat memberikan rasa puas kepada pelanggan dalam

24

melakukan segala transaksi dengan perusahaan, sehingga dalam hal ini


perusahaan harus memperhatikan dan meningkatkan fungsi dan kegunaan dari
segala fasilitas dan sumber daya yang dimiliki agar pelanggan dapat
memanfaatkannya
2.1.3 Penelitian Terdahulu
1. Nopliyati (2009) melakukan penelitian mengenai Analisis Loyalitas Pengguna
Produk Peralatan Rumah Tangga Tupperware di Kecamatan Telanaipura Kota
Jambi yang telah dibahas menunjukkan bahwa komitmen konsumen pada produk
Tupperware di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi berada pada kategori tinggi
sebab sebagian besar konsumen yakin bahwa produk Tupperware memiki
keunggulan yang patut dijadikan referensi untuk tetap loyal terhadap produk
Tupperware dinyatakan melalui jawaban dari kuesioner yang disebar dan
diceritakan secara deskriptif.
2. Menurut Pasaribu (2005) yang meneliti Analisis loyalitas konsumen terhadap
atribut pada kartu simpatii (Kasus Mahasiswa S1Institut Pertanian Bogor),
menunjukkan bahwa atribut kartu Simpati yang dianggap responden sangat
penting adalah sinyal atau jaringan dan atribut yang paling memuaskan adalah
jangkauan wilayah yang luas. Dari hasil analisis konjoin diperoleh bahwa jika
pelanggan diberikan pilihan sejumlah perusahaan, maka pelanggan paling
menyukai Telkomsel tidak akan berpaling pada produk lainnya yang kini banyak
dipasaran.

25

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, karena
penelitian ini akan mengungkapkan keadaan lapangan/subjek pada saat penelitian
dilakukan.Hal ini sesuai dengan pendapat Sutja,dkk(2005 :32) yang menyatakan
bahwa:

penelitian

deskriptif

merupakan

penelitian

yang

berusaha

menggambarkan keadaan subjek saat itu, atau menggambarkan lapangan


sebagaimana adanya.
Penelitian ini akan mengungkapkan keadaan subjek/lapangan sebagaimana
adanya, yaitu loyalitas konsumen terhadap atribut pada produk tupperware.
3.2. Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:115).
Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah pengguna tupperware dikota jambi.
Mengingat jumlah pengguna Tuppeware yang sangat banyak maka untuk
menentukan sampel diambil jumlah pengguna tupperware di kota Jambi pada
tahun 2011 yakini sebanyak 5.750 orang.ukuran sampel yang akan digunakan
diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin dalam Husein Umar (2005:146)
sebagai berikut :
n=

26

5.750
= 1 5.750(0.1) 2

= 99,96 (100 Responden)


3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2008:116). Cara memberikan kuisioner dengan
melakukan wawancara terlebih dahulu kepada ibu rumah tangga seberapa sering
ibu membeli produk Tupperware hal ini menjadi kriteria dalam pemberian
kuisioner. Adapun Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
metode purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan
pertimbangan tertentu, yaitu dengan kriteria bahwa ibu - ibu rumah tangga yang
dijadikan sampel penelitian adalah ibu-ibu yang telah melakukan pembelian
berulang terhadap Tupperware minimal dua kali.
3.3. Jenis Pengumpulan Data
3.3.1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini berupa :
Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden penelitian melalui
wawancara dan kuesioner di lapangan.
Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui pihak
lain atau laporan historis yang disusun dalam arsip yang dipublikasikan atau tidak.
Data

sekunder

yang

digunakan

dalam

penelitian

ini

berupa

studi

kepustakaan,literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan dan informasi


dokumentasi lain yang dapat diambil melalui sistem online (internet).

27

3.3.2. Sumber Data


Sumber data dalam penelitian ini adalah berasal dari manager distributor
PT.Nazila Jambi Nugraha selain itu peneliti juga menggunakan beberapa literatur
yang mendukung untuk dijadikan sebagai pedoman penulisan skripsi dan
perpustakaan dan berbagai sumber lain yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti

Tabel 1.1
Definisi Operasionalisasi variabel

No
1.

Dimensi
Nilai Kualitas

INDIKATOR
1.Nilai Kualitas

SKALA
Likert

a.Kualitas produk yang di miliki


Tupperware baik.
b.Produk Tupperware dapat
digunakan dalam waktu yang
relative lama.
c.Tupperware produk yang
bermutu karena tidak mengandung
zat kimia yang beracun.

2.

Nilai Emosional

2.Nilai Emosional

Likert

a.Puas terhadap produk


tupperware
b.Selalu menggunakan merek
Tupperware sebagai wadah
maknan dan minuman

28

c. Konsumen yakin bahwa


pilihanya terhadapTupperware
merupakan pilihan yang tepat
d. Konsumen selalu
merekomendasikan produk
Tupperware kepada orang lain.

3.

Nilai Fungsional

3.Nilai Fungsional

a. Produk Tupperware sangat

Likert

aman di gunakan terutama


dalam menyimpan makanan dan
minuman
b. Atribut produk Tupperware
adalah wadah plastik anti
basi,tahan panas.
c. Tupperware terbuat
dari bahan kedap air sehingga
tetap higienis
d.Konsumen memilih produk
Tupperware karena atribut dari
.

Tupperware.

3.4. Metode analisa data dan Skala Pengukuran Variabel


Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu metode
yang digunakan dengan mendeskripsikan atau menggambarkan mengenai
loyalitas konsumen terhadap atribut produk Tupperware.
Skor rata rata (mean)
Untuk menjawab masalah dan mengungkap tujuan penelitian, maka
metode pengolahan dan analisis datanya adalah sebagai berikut :

29

Menurut sugiono (2009) dalam analisis deskriptif dan kualitatif yang dilakukan
sampai pada scoring dan indeks dimana skor merupakan jumlah dari hasil
perkalian setiap bobot nilai ( 1 sampai 5 ) dengan frekuensi. Kemudian indeks
dihitung dengan metode mean, yaitu membagi skor dengan jumlah responden.
Alat analisis yang digunakan adalah tabulasi data dan pengukuran nilai
rata rata (mean) tabulasi data disusun berdasarkan banyaknya pertanyaan
pernyataan dalam kuesioner pengukuran nilai rata rata dilakukan pada masingmasing atribut berdasarkan hasil jawabans
Pengukuran masing-masing variabel dalam penelitian ini menggunakan
skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono,
2008:132). Dalam melakukan penelitian terhadap variabel-variabel yang akan
diuji, pada setiap jawaban akan diberi skor Pembagiannya. Pengisian kuisioner
diukur dengan menggunakan skala likert yang terdiri atas : Sangat
Setuju,Setuju,Kurang setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. Kelima penilaian
tersebut di beri bobot sebagai berikut :
1. Jawaban sangat loyal diberi bobot : 5
2. Jawaban loyal dibei bobot: 4
3. Jawaban netral diberi bobot : 3
4. Jawaban tidak loyal diberi bobot : 2
5. Jawaban sangat tidak loyal diberi bobot 1
Skala likert kemudian menskala individu yang bersangkutan dengan
menambahkan bobot dari jawaban yang dipilih. Nilai rata-rata dari masing -

30

masing responden dapat dikelompokkan dalam kelas interval dengan jumlah kelas
5 (lima).
Intervalnya dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Interval =

Nilai Tertinggi Nilai Terendah


Jumlah Kelas

Interval =
Interval = 0,8 (nol koma delapan)
Skala distribusi terhadap jawaban responden adalah :

1.00 -1,80 = Sangat tidak loyal


1,81 2,60 = Tidak loyal
2,61 3,40 = Netral
3,41 4,20 = Loyal
4,2- 5,00 = Sangat loyal

BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

31

PT. NAZILA JAMBI NUGRAHA CABANG JAMBI


Sejarah Singkat Berdirinya PT. Nazila Jambi Nugraha
PT. Nazila Jambi Nugraha beralamat di Jl. Hos Cokroaminoto No. 69
Simpang kawat jambi. Perusahaan ini berdiri berawal dari ibu Nurbeta, seorang
ibu rumah tangga yang menjadi dealer Tupperware yang aktif dan cekatan
didalam penjualan oleh perekrutan anggota baru, maka pada tahun 2001 ia
diangkat menjadi distributor provinsi jambi yang bernama PT. Nazila Jambi
Nugraha. Pada saat ini perusahaan ini sudah berjalan kurang lebih 9 tahun.
PT. Nazila Jambi Nugraha adalah suatu perusahaan yang bergerak
dibidang perdaganga, yang menjual produk tupperware yang sesuai dengan selera
konsumen. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya jumlah pelangan yang
mambeli produk Tupperware.
Perusahaan ini mengalami suka dan duka dalam menjalankan tugasnya.
Sukanya, perusahaan ini bisa menambah penghasilan pokok perbulanya. Jika
sudah mencapai terget penjualan yang telah ditetapakan oleh kantor pusat
tupperware, maka seorang manager dan distributor akan mendapat bonus jalanjalan keluar negeri. Dukanya yaitu sukarnya memahhami watak konsumen dan
menghadapi para konsumen yang cenderung mengeluh karena harga barang yang
sangat mahal.
Nama "Tupperware" berasal dari nama sang penemu, Earl Silas Tupper,
ahli kimia dari Amerika Serikat. Saat ia berusia 31 tahun mendirikan perusahaan
Tupper Plastic Company dan pabrik pertamanya di Farnumsville, Massachussets,

32

USA inilah produk plastik dengan merk Tupper Plastic mulai dijual tahun 1946
melalui toko dan katalog. Namun penjualan kurang sukses karena keistimewaan
produk Tupperware yaitu SEAL atau tutupnya yang kedap udara dan kedap
cairan ini tidak diketahui konsumen karena tidak ada penjelasan tentang itu.
Hingga datanglah Brownie Wise. Earl Tupper kemudian mengangkatnya sebagai
tenaga penjual di perusahaannya. Dia sangat bersemangat dengan mangkukmangkuk buatan Tupper dan dia menemukan cara bagaimana menjualnya
yaitudengan pesta rumah / party Tupperware.
Wise berpendapat bahwa kebrilianan Tupperware haruslah dijelaskan pada
kaum wanita, didemonstrasikan bagaimana mangkuk itu memelihara kesegaran
makanan, bagaimana mangkuk itu ber -burb (bunyi khas ketika lidah
penutupnya terkunci dengan baik) dan mangkuk - mangkuk itu sendiri tidak dapat
berbicara. Wise melakukan bisnis yang hebat dengan cara menjual Tupperware
secara langsung untuk Stanley Home Products dan dia berhasil meyakinkan
Tupper untuk memindahkan penjualannya ke pesta - pesta beranda rumah.
Walaupun mereka tidak sependapat, Wise menjadi kepala bagian penjualan
rumahan pada 1951 dan mulai membangun armada wanita penjual Tupperware.
Penjualan langsung adalah jawabannya.

Pada 1954, dan penjualan Tupperware telah mencapai 25 juta dolar AS dan
ada 20.000 penjual Tupperware di AS. Sukses dalam menjual membuatnya
dipercaya untuk memegang pimpinan tertinggi di bidang marketing di kantor
pusat Tupper. Wise menjadi terkenal dan wajahnya terpampang di halaman depan

33

Business Week, wanita pertama yang melakukannya. Dia mengendarai sebuah


Cadillac merah jambu yang dihadiahkan oleh Tupper dan memiliki sebuah
mansion di Florida yang lengkap dengan burung-burung flamingo.
Kesuksesan Wise mengesalkan Tupper. Dia tidak ingin lampu sorot
diarahkan kepadanya. Dia benci lampu sorot kata pembuat film documenter
Tupperware, Laurie Kahn Leavitt. dia ingin lampu sorot diarahkan pada
produknya dan dia kesal karena Brownie mengambil semua pujian atas
kesuksesan perusahaannya. Toh, dialah yang menemukan wadah kedap udara itu.
Pada 1958, Tupper memecat Wise setelah mereka terus - terusan
bertengkar. Walaupun penjualan Tupperware melewati 100 juta dolar AS, Wise
pergi dengan uang pisah 35.000 dolar AS saja. Tanpa kepemilikan saham di
perusahaan, Wise terpaksa meninggalkan rumah dan mobilnya yang berwarna
merah muda. Perusahaan begitu ingin memutus segala hubungan dengan Wise
sampai-sampai mereka mengubur semua persediaan buku motivasional Wise, Best
Wishes, Brownie Wise, sebuah drama yang dilaporkan dalam film documenter
Laurie Kahn Leavitt, Tupperware. Tupper pada gilirannya menjual perusahaan itu
seharga 16 juta dolar AS pada Rexall. (perusahaan ini sekarang memiliki
kapitalisasi pasar sebesar 1,75 miliar dolar AS). Tupper pindah ke Florida,
kemudian Bermuda, lalu Panama dan akhirnya ke Kosta Rika, di mana dia
meninggal pada 1983. Wise wafat pada 1992.
Saat ini ada lebih dari 1,9 juta perwakilan Tupperware di 100 negara.
Sebuah pesta Tupperware di mulai disalah satu belahan dunia setiap 2,5 detik.
Tupperware mendirikan kios - kios di pusat - pusat belanja untuk

34

memperkenalkan produk-produk tersebut kepada para pelanggan. Bahkan ada


pula pesta Tupperware secara online. Tapi, hakikat perusahaan tetap sama. Teori
penjualan langsung Wise masih berlaku hari ini. Mangkuk - mangkuk itu tetap
tidak tahu bagaimana caranya berbicara.
Tupperware mulai dikenal masyarakat Indonesia sekitar tahun 1978.
Namun, nyatanya belum dapat berkembang luas, karena belum memiliki kantor
perwakilan dan distributor resmi Tupperware di Indonesia. Sebagai sebuah
peluang bisnis yang menjanjikan, Tupperware pernah dilirik beberapa orang.
Namun setelah mengetahui cara penjualan yang unik, antara lain dipasarkan
melalui pesta Tupperware mereka mundur teratur.
Setelah beberapa kali gagal mencari rekanan, tahun 1990 Kantor Pusat
Tupperware dari Orlando AS, datang ke Jakarta untuk menyeleksi tujuh calon
rekanan. Diluar dugaan, dari hasil seleksi terpilih Ibu Nafisah Emir yang
sebetulnya cuma iseng-iseng saja mengikuti seleksi. Akhirnya pada 11 Juni 1991
diadakanlah pesta Tupperware pertama di Indonesia. Inilah cikal bakal bisnis
Tupperware yang begitu hebat di Indonesia.
Dapat dikatakan, tahun 1991-1994 merupakan masa peletakan pondasi
bagi Tupperware Indonesia, tahun 1995 perlahan-lahan Tupperware bangkit dan
berkembang pesat pada periode berikutnya. Pada saat ini Tupperware Indonesia
yang diwakili oleh PT. Tupperware Indonesia telah memiliki lebih dari 70
Distributor resmi yang tersebar di beberapa kota di Indonesia.
Keistimewaan Produk tupperware

35

Keunikan produk tupperware terletak pada tutupnya (seal) agar makanan


menjadi lebih higenis dan tahan lama, sehingga hemat waktu dan uang.
a. Garansi Seumur Hidup
Tupperware dibuat dari bahan bermutu tinggi yang diproses secara cermat
dengan garansi seumur hidup. Artinya tupperware akan mengganti produk yang
rusak atau cacat dalam pemakaian normal bukan pemakaian komersial.
Seandainya produk yang sama tidak tersedia maka akan diganti dengan produk
tupperware lain senialai harganya dengan barang tersebut.
b. Ramah Bagi Lingkungan
Tupperware terbuat dari bahan plastic terbaik, tidak mengandung zat kimia
beracun dan sudah mendapat pengakuan dari FDA (Food And Drugs
Adminisnistrasi ) sehiingga bukan saja aman digunakan menyimpan bahan
makanan (Food Grade) namun juga ramah bagi lingkungan karena produk
tupperware bisa didaur ulang.

Filosofi tupperware
Tupperware telah sukses lebih dari 70 tahun dengan filosofi yang sangat
sederhana, kita percaya bahwa yangmenjadi dasar untuk sukses tergantung pada :
1. People (Orang)
2. Product (Produk)
3. Plan (Rencana)

36

Didalamnya termasuk juga Party Plan


Perusahaan Tupperware ini mempunyai visi dan target kemasa depan diantaranya
yaitu :
1.

Untuk menjadi Brand of Choice


Maksudnya perusahaan harus bisa mempertahankan kwalitas barang,
sehingga barang tersebut banyak diminati oleh konsumen.

2.

Untuk Menjadi Company Of Choice


Maksudnya perusahaan harus menjadi perusahaan yang unggul artinya
Tupperware harus membayar dan memperlakukan pegawainya dengan layak
member pelayanan terbaik kepada konsumen.

37

STRUKTUR ORGANISASI
PT. NAZILA JAMBI NUGRAHA TUPPERWARE

KOMISARIS

DIREKSI

KARYAWAN

BAGIAN

BAGIAN

BAGIAN

BAGIAN

GUDANG

KOMPUTER

ADMINISTRASI

PAJAK

Uraian Tugas Dan Wewenang


Berdasarkan struktur organisasi yang ada pada PT. Nazila Jambi Nugraha
maka penulis akan menjelaskan tugas dan wewenang dari bagian-bagian tersebut:
1. Komisaris bertugas sebagai pimpinan perusahaan dan memimpin
karyawan / karyawati yang ada diperusahaan dan mempunyai wewenang
untuk memberhentikan atau merekrut karyawan baru serta mengadakan
promosi produk tertentu.
2. Direksi bertugas untuk mengorder barang persediaan digudang besar,
sebagai sales penjualan bagian lapangan dan memberikan pengarahan
38

bagaimana cara penjualan yang baik dan benar serta membantu para dealer
baru yang ingin party.
3. Karyawan bertugas menjalankan pekerjaan setiap hari yang mana tugas ini
diberikan oleh direktur utama sesuai dengan tugas yang diberikan masingmasing.
4. Tugas dan wewenang bagian gudang :
Tugas :
a. Mencatat barang yang masuk dan keluar serta menyusun barang, baik
dari gudang besar maupun gudang kecil
b. Mengakulasikan barang
c. Mencatat peminjaman barang dan pengemabalian barang oleh para
manager
d. Mengecek jumlah setiap barang yang dikirim oleh kantor pusat
Wewenang :
a. Berwenang memberikan hadiah kepada para konsumen
b. Berwenang untuk memindahkan barang dari gudang besar ke gudang
kecil
c. Berwenang mengclaim barang detektif kekurangan barang pada saat
pengiriman barang.
5. Tugas dan wewenang bagian computer :
Tugas :
a. membuat laporan keuangan penjualan barang dagangan perminggu
b. sebagai accaounting perusahaan

39

c. mengirim D.O.F dealer baru ke kantor induk


wewenang :
a. berwenang untuk menentukan siapa yang berhak mendapat hadiah
b. mempunyai wewenang menetapkan persentase potongan penjualan
c. berwenang merubah harga barang setiap bulan
6. Tugas dan wewenang bagian administrasi :
Tugas :
a. melaporkan semua hasil transaksi pendapatan setiap minggunya
b. mengadakan transaksi penjualan
c. mengarsipkan data berupa pety cash
wewenang :
a. berwenang mengeluarkan biaya-biaya yang dierlukan
b. berwenang untuk membuat kartu anggota
c. berwenang memberikan potongan penjualan kepada para konsumen
7.

Tugas dan wewenang bagian pajak :


Tugas :
a. Membuat SPT tahunan
b. Membayar jumlah pph yang harus dibayarkan
Wewenang :
a. Mempuanyai wewenang untuk membuat buku ekstren tahunan untuk
perpajakan
b. Mempunyai wewenang untuk melaporkan kekantor pajak

40

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
5.1.1

Karakteristik Responden
Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan
Tabel Karakterisrik Responden Berdasarkan Pekerjaan
No.

Pekerjaan

Frekuensi

Persentase

1.

Ibu Rumah tangga

68

68 %

2.

PNS

21

21 %

3.

Bidan

2%

4.

Perawat

4%

5.

Guru

5%

100

100 %

Total
Sumber : (Data diolah,2013)

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa responden dalam penelitian


ini terdiri dari 5 kategori atau pengelompokkan pekerjaan. Dalam penelitian ini
terlihat jumlah responden yang paling banyak terdiri dari ibu rumah tangga
sebanyak 68 orang dengan persentase 68% sedangkan pekerjaan sebagai PNS
sebanyak 21 orang dengan persentase 21% pekerjaan sebagai bidan sebanyak 2
orang dengan persentase 2% pekerjaansebagai perawat sebanyak 4 orang dengan
persentase 4% dan pekerjaan sebagai guru sebanyak 5 orang dengan persentase
5%.

41

5.1.2 Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah Frekuensi Pembelian


Tabel Frekuensi Pembelian
No.

Kategori

Frekuensi

Persentase

1.

Pembelian 2 kali

22

22 %

2.

Pembelian lebih dari 2


kali

78

78 %

100

100 %

Total
Sumber : (Data diolah,2013)

Berdasarkan tabel 5.1.2 dapat dilihat bahwa responden dalam penelitian


Jumlah responden yang paling banyak adalah responden yang melakukan
pembelian produk Tupperware lebih dari 2 kali pembelian yaitu sebanyak 78
orang dengan persentase 78% sedangkan yang melakukan pembelian produk
Tupperware hanya 2 kali yaitu sebanyak 22 orang dengan persentase 22%.
5.1.3 Karakteristik Responden berdasarkan Penggunaan Tupperware
No.

Penggunaan
Tupperware

Frekuensi

Persentase

1.

Digunakan untuk
dirumah saja

33

33 %

2.

Digunakan untuk
berpergian saja

7 %

3.

Dirumah dan saat


berpergian

60

60 %

100

100 %

Total
Sumber : (Data diolah,2013)

42

Berdasarkan tabel 5.1.3 dapat dilihat bahwa responden dalam penelitian


hal ini dapat dilihat sebagai berikut jumlah responden yang menggunakan produk
Tupperware di rumah saja sebanyak 33 orang dengan persentase 33% sedangkan
responden yang menggunakan produk tupperware saat berpergian saja adalah 7
orang dengan persentase 7% dan responden tertinggi dalam penelitian ini adalah
responden yang menggunakan produk tupperware dirumah dan saat berpergian
sebanyak 60 orang dengan persentase 60%.
5.2

Persentase Loyalitas Pengguna Produk Tupperware


Dalam penelitian ini pengukuran loyalitas konsumen dilakukan dengan

cara penyebaran kuesioner kepada responden, yang menjadi responden dalam


penelitian ini adalah member pada PT. Nazilla Jambi Nugraha tupperware
dengan pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini
disebarkan

kuesioner yang

ada 3 indikator yaitu nilai kualitas, nilai emosional dan nilai

fungsional jawaban dari pernyataan indikator tersebutlah yang dijadikan hasil


dari penelitian ini, berikut ini dijelaskan secara deskriptif data dari hasil
penelitian yang dilakukan.

5.2.1 Tabel Nilai Kualitas Hasil Penelitian Jawaban dari Responden


No

Pernyataan

STS
F %

Jawaban Responden
TS
KS
S
F %
F
%
F
%

SS
F

Produk Tupperware terbuat 0

26

26

51

51

17

17

dari bahan plastik kualitas


terbaik sehingga mudah di
bersihkan dari bekas minyak
Produk Tupperware dapat 0
digunakan untuk menyimpan
makanan dalam waktu yang
relative lama

24

24

54

54

14

14

43

Tupperware produk yang 0


bermutu
karena
tidak
mengandung zat kimia yang
beracun

87

87

Berdasarkan tabel 5.2.1 hasil dari penelitian di atas bahwa pernyataan


tentang produk Tupperware terbuat dari bahan plastik kualitas terbaik sehingga
mudah dibersihkan dari bekas minyak responden menjawab setuju sebanyak 51%,
54% setuju bahwa produk tupperware dapat digunakan untuk menyimpan
makanan dalam waktu relative lama, 87% responden menjawab setuju bahwa
tupperware produk yang bermutu karena tidak mengandung zat kimia yang
beracun. Dengan demikian, sebanyak 82% responden Tupperware menyatakan
setuju pada nilai kualitas terhadap produk Tupperware.
Tabel 5.2.2 Nilai Emosional Hasil penelitian Jawaban dari Responden
No
1
2
3
4

Pernyataan
Merasa puas pada produk
Tupperware
Selalu menggunakan merek
Tupperware sebagai wadah
makanan dan minuman
Ibu yakin bahwa pilihannya
terhadap
Tupperware
merupakan pilihan yang tepat
Ibu selalu merekomendasikan
produk Tupperware kepada
orang lain

STS
F %

Jawaban Responden
TS
KS
S
F %
F
%
F
%

13

13

77

77

10

10

11

11

58

58

23

23

10

10

59

59

22

22

23

23

37

37

35

35

Berdasarkan tabel 5.2.2 hasil penyebaran kuesioner 100 responden


ternyata 77% menyatakan bahwa responden puas terhadap produk Tupperware,
58% responden selalu menggunakan produk Tupperware sebagai wadah makanan

44

SS

dan minuman, 59% yakin bahwa pilihannya terhadap produk Tupperware adalah
pilihan yang tepat, 37% responden selalu merekomendasikan produk Tupperware
kepada orang lain. Dengan demikian, sebanyak 77,5% responden Tupperware
menyatakan nilai emosional terhadap produk.
Tabel 5.2.3 Nilai Fungsional Hasil penelitian Jawaban dari Responden

No
1

Jawaban Responden
TS
KS
S
F %
F
%
F
%

11

11

85

85

25

25

19

19

47

47

15

15

16

16

49

49

17

17

58

58

36

36

Pernyataan
Produk Tupperware sangat
aman digunakan terutama
dalam
menyimpan
makanan dan minuman
Ibu
memilih
produk
Tupperware
karena
atributnya yaitu tahan
panas dan anti basi
Tupperware terbuat dari
bahan plastik yang kedap
air dan udara sehingga
makanan tetap higienis
Konsumen
memilih
produk Tupperware karena
atribut Tupperware yaitu
garansi seumur hidup dan
warnanya beragam

STS

Berdasarkan tabel 5.2.3 diatas dapat disimpulakan bahwa 85% responden


setuju karena

produk tupperware sangat aman digunakan terutama dalam

menyimpan makanan dan minuman, 47% responden setuju bahwa responden


memilih produk Tupperware karena atributnya, yaitu tahan panans dan anti basi,
49% setuju bahwa Tupperware terbuat dari bahan plastik yang kedap air dan udara
sehingga makanan tetap higienis, dan 58% menyatakan konsumen memilih

45

SS
F

produk tupperware karena atribut Tupperware yaitu memberi garansi seumur


hidup dan warnanya beragam.
Berdasarkan data hasil penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa
pandangan konsumen terhadap keunggulan produk Tupperware tergolong tinggi
dan diterima positif di kota Jambi.

5.2.4 Descrivtive Statistica

Descriptive Statistics
N

Minimum

Maximum

Statistic

Statistic

Statistic

Mean
Statistic

Std. Error

Std. Deviation

Variance

Statistic

Statistic

NilaiKualitas

100

2.33

4.67

3.8260

.04852

.48518

.235

NilaiEmosional

100

2.25

4.75

3.9775

.06495

.64949

.422

NilaiFungsional

100

2.00

4.75

3.7920

.05052

.50516

.255

Valid N (listwise)

100

Berdasarkan tabel 5.1.3 di atas menggunakan metode dalam spss yaitu


metode descriptive statistics jumlah sampel (N) sebanyak 100, Nilai paling kecil
(minimum) untuk nilai kualitas adalah (2,33) nilai emosional adalah (2,25) dan
untuk nilai minimum pada nilai fungsional adalah (2,00). Nilai paling besar
(maximum) untuk nilai kualitas adalah (4,67) nilai emosional (4,75) dan nilai
fungsional (4,75). Untuk nilai tengah (mean) pada nilai kualitas (3,82) nilai
emosional (3,97) dan mean pada nilai fungsional adalah (3,79). Standar deviasi
untuk nilai kualitas (0,48) untuk nilai emosional (0,64) dan nilai fungsional (0,50)
dan selanjutnya nilai variasi untuk nilai kualitas adalah (0,235) nilai emosional
(0,422) nilai fungsional (0,255).

46

5.2.5 Descrivtive Statistica

Statistics
NilaiKualitas
N

Valid

NilaiEmosional

NilaiFungsional

100

100

100

Mean

3.8260

3.9775

3.7920

Std. Error of Mean

.04852

.06495

.05052

Median

4.0000

4.2500

3.7500

Std. Deviation

.48518

.64949

.50516

Minimum

2.33

2.25

2.00

Maximum

4.67

4.75

4.75

25

3.3300

3.7500

3.5000

50

4.0000

4.2500

3.7500

75

4.0000

4.2500

4.0000

Missing

Percentiles

Analisis :
-

N adalah jumlah data yang valid yaitu 100


Mean adalah nilai rata rata untuk nilai kualitas (3,83) nilai

emosional (3,98) nilai fungsional (3,79)


Median adalah nilai tengah untuk nilai kualitas (4,00) nilai

emosional (4,25) nilai fungsional (3,75)


Standar Deviasi nilai kualitas (0,48) nilai emosional (0,65) nilai

fungsional (0,50)
Nilai minimum (nilai terendah) pada nilai kualitas (2,33) nilai

emosional (2,25) dan nilai fungsional (2,00)


Nilai maximum (nilai tertinggi) pada nilai kualitas(4,67) nilai
emosional (4,75) dan nilai fungsional (4,75)

47

5.1.8

Pembahasan Hasil Penelitian


Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat di deskripsikan lebih lanjut Ada

tiga dimensi nilai dalam penelitian ini yaitu nilai kualitas, nilai Emosional, dan
Nilai Fungsional dari hasil penyebaran kuesioner menunjukan hal yang positif
terhadap produk Tupperware, hal ini dapat dilihat bahwa loyalitas konsumen bisa
diukur pada frekuensi pembelian sebagaimana teori yang diungkapkan oleh Kotler
(2000) adalah bahwa konsumen yang cenderung loyal dimana mereka akan
membeli ulang produk yang sama dari produsen yang sama. Hal ini dapat dilihat
dari hasil penelitian responden di kota Jambi jumlah responden yang melakukan
pembelian berulang atau lebih dari dua kali pembelian cukup tinggi dibandingkan
responden yang melakukan pembelian dua kali saja, ini dapat diartikan bahwa
konsumen merasa loyal karena sering melakukan pembelian produk Tupperware.
Dimensi nilai yang paling tertinggi terhadap loyalitas konsumen adalah nilai
emosional yaitu dengan nilai 3,97 karena hasil dari kuesioner yang di sebarkan
ternyata responden merasa puas terhadap produk Tupperware ini dan selalu
menggunakan merek Tupperware sebagai wadah makanan dan minuman serta
merekomendasikan produk Tupperware kepada orang lain.
Tupperware memberikan yang terbaik kepada konsumennya yang
loyal,selanjutnya nilai rata-rata untuk indikator nilai kualitas berdasarkan
pehitungan secara descriptive statistica yaitu adalah 3,83 artinya nilai ini positif
berarti jawaban dari konsumen tentang nilai kualitas pada produk Tupperware
adalah positif selanjutnya pada nilai emosional yaitu 3,98 artinya jawaban dari
responden postif berikutnya pada nilai fungsional adalah 3,79 artinya responden
mennyatakan positif terhadap nilai fungsional.

48

Ketiga indikator diatas menunjukan hal yang positif terhadap produk


Tupperware,berikutnya pada hasil penyebaran kuesioner yang disebar pada 100.
Selanjutnya hasil penelitian ini berdasarkan jawaban dari kuesioner yang disebar
ada 3 indikator yaitu nilai kualitas, nilai emosional serta nilai fungsional masingmasing dari hasil pembahasan tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
A. Nilai kualitas
Pada indikator ini, kuesioner disebarkan terdiri atas 3 (tiga) pernyataan yang
mengacu terhadap nilai kualitas dari produk Tupperware itu sendiri, Secara garis
besar loyalitas konsumen dinyatakan dengan responden mngakui bahwa produk
Tupperware terbuat dari bahan plastik kualitas terbaik dan dapat digunakan untuk
menyimpan makanan pada waktu yang relative lama serta produk Tupperware ini
sangat bermutu karena tidak mengandung zat kimia beracun.
B.Nilai Emosional
Pada Indikator ini ada 4 (empat) pernyataan tentang nilai emosional yang
ada pada produk Tupperware itu sendiri yaitu akan diuraikan leih lanjut sebagai
berikut yakni responden merasa puas terhadap produk tupperware dengan selalu
menggunakan produk merek Tupperware sebagai wadah makanan dan minuman
serta responden yakin pilihannya terhadap Tupperware adalah pilihan yang sangat
tetap dan akan merekomendasikan produk Tupperware tersebut kepada orang lain.
Berdasarkan hasil penelitian, loyalitas konsumen tergolong tinggi karena merasa
puas sehingga konsumen menjadi loyal bahkan melakukan pembelian berulang.

C.Nilai Fungsional

49

Pada indikator ini disertakan 4 (empat) pernyataan yaitu tentang nilai


fungsional pada produk Tupperware yang akan disimpulkan sebagai berikut
bahwa responden pada penelitian ini merasa produk Tupperware sangat aman
digunakan dalam menyimpan makanan dan minuman dan responden memlilih
produk Tupperware karena atributnya yaitu tahan panas dan anti basi produk
Tupperware juga terbuat dari bahan plastik yang kedap air dan udara sehingga
makanan tetap higienis, selain atribut tahan panas dan anti basi atribut lainnya
yang dipilih responden adalah garansi yang diberikan Tupperware adalah garansi
seumur hidup dan warna yang beragam, hal inilah yang menjadi daya tarik
tersendiri bagi responden atau konsumen pada produk Tupperware, sehingga
responden merasa yakin dan puas serta tingkat loyalalitas tergolong tinggi karena
diukur dari jawaban responden pada penelitian ini.
Berdasarkan pada tujuan masalah yang kedua yaitu menganalis dimensi
nilai mana yang paling dominan terhadap loyalitas konsumen. Dari hasil lapangan
dengan menyebarkan 100 kuesioner kepada 100 responden setelah disebarkan dan
berikutnya dihitung menggunakan metode descriptive statistica hasil yang di
dapat bahwa nilai rata- rata tertinggi adalah pada nilai emosional yaitu 3,98 ini
artinya nilai emosional paling dominan terhadap loyalitas konsumen karena dari
kuesioner yang di sebarkan ternyata responden merasa puas terhadap produk
Tupperware ini dan yakin bahwa Tupperware adalah pilihan yang tepat untuk
produk rumah tangga.

5.1.9 Program Loyalitas Tupperware Terhadap Hasil Penelitian Lapangan

50

Berdasarkan program loyalitas yang diterapkan dari PT. Nazila Jambi


Nugraha Tupperware yang diimplikasikan dengan hasil penelitian lapangan bahwa
konsumen sangat mengutamakan produk tuppeware untuk peralatan atau
kepentingan rumah tangga, hal ini diindikasikan dengan pernyataan dari
konsumen itu sendiri diantaranya : tupperware terbuat dari bahan plastik terbaik
sehingga mudah dibersihkan dari bekas minyak, dapat menyimpan makanan
dalam waktu yang relative lama, dan produk yang bermutu karena tidak
mengandung zat kimia yang beracun. Selain itu, konsumen merasa puas terhadap
produk tupperware sehingga rasa dari kepuasan yang mereka rasakan, mereka ikut
merekomendasikan produk tupperware kepada orang lain dan menganggap
tuperware adalah pilihan yang tepat untuk digunakan.
Dari hasil penelitan yang mengungkapkan beberapa pernyataan
konsumen dapt dilihat bahwa konsumen sangat loyal untuk menggunakan produk
ini. Untuk mempertahankan atau menjaga loyalitas dari konsumen, maka
perusahan melakukan tindakan atau cara meningkatkan kualitas dan kuantitas
produk dengan hal-hal sebagai berikut :
1.

Tupperware Party
Bentuk program ini dinamakan Tupperware Party ini merupakan
demo produk Tupperware dari rumah ke rumah, yang diprakarsai oleh
mereka yang telah resmi menjadi rekanan Tupperware. Bentuk pemasaran
ini bersifat fun, santai dan menyenangkan, karena dilakukan dalam suasana
santai

dan

'seru'.

Demo

Tupperware

ini

sendiri

pada

mulanya

dispesialisasikan untuk menunjukkan keunggulan Tupperware yang terletak


pada seal (tutup), yang diyakini memiliki keunggulan yang tidak terdapat

51

pada produk sejenis pesaingnya ini. Selain dijual dan dipasarkan di toko,
mereka yang ingin memesan Tupperware dapat memesannya melalui sebuah
Tupperware Party. Pesta ini sendiri diorganisir oleh seorang rekanan
Tupperware, bisa diadakan di kediaman sang nyonya rumah, atau di kantor.
Di Indonesia, produk-produk Tupperware ini juga biasa dipasarkan melalui
demo dalam pameran yang kerap berlangsung di sejumlah gedung
perkantoran. Sebagai penghargaan kepada nyonya rumah yang sukses
menyelenggarakan Tupperware Party, mereka biasanya berkesempatan
mendapatkan hadiah menarik. Hadiah ini sendiri berdasarkan pada
penjualan dan tamu yang bersedia mengorganisir Tupperware Party yang
sama.
2.

Pengantar Mengenai Produk Tupperware


Tahap ini merupakan intro dari tahap demo / peragaan yang
sesungguhnya. Pada tahap ini, pengenalan produk Tupperware disajikan
secara detail, dari mulai sejarah dan latar belakang perusahaan, bahan yang
dikenakan, pengakuan US FDA sebagai produk yang aman pakai, garansigaransinya, strategi pemasaran melalui Tupperware Party dan keunikannya
yang ada pada tutupnya.

3.

Pengenalan Produk
Langkah ini merupakan tahap peragaan yang merupakan into dari
Tupperware Party ini sendiri. Nyonya rumah biasanya akan memiliki dan
memperagakan sedikitnya 3 produk Tupperware, dengan menonjolkan jenis
produk yang sesuai dengan tema pesta. Bagi mereka yang ingin mencermati

52

lebih jauh tentang keunggulan memakai Tupperware, disediakan waktu


tanya-jawab.
4.

Table Shopping dan Datings


Dating menyerupai sistem antrian penyelenggaraan arisan even
berikutnya. Bedanya, dalam sistem ini tidak diadakan undian. Nyonya
rumah diharapkan mendapatkan calon-calon rekanan Tupperware yang
berminat mengorganisir Tupperware Party di tempatnya, dengan imbalan
komisi / hadiah yang menarik tentunya.akan diberikan pada sang pemenang
diumumkan, berikut petunjuk pemakaian dan penggunaan hadiah tersebut.
Hasil penelitian tesebut bahwa PT. Nazila Jambi Nugraha
Tupperware telah melakukan program loyalitas secara tepat karena telah
melakukan berbagai

program untuk peningkatan atau mempertahankan

konsumen yang ada, dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumen
loyal terhadap produk Tupperware dan melakukan pembelian berulang
terlihat dari jumlah frekuensi pembelian pada hasil penelitian ini.

BAB VI

53

PENUTUP
A.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah penulis lakukan di PT. Nazila

Jambi Nugraha Tupperware, tentang analisis loyalitas konsumen terhadap atribut


produk Tupperware di kota Jambi yaitu :
1. Dalam penelitian ini Ada tiga indikator yaitu nilai kualitas, nilai Emosional,
dan Nilai Fungsional dari hasil penyebaran kuesioner menunjukan hal yang positif
terhadap produk Tupperware, hal ini dapat dilihat bahwa loyalitas konsumen bisa
diukur pada frekuensi pembelian sebagaimana teori yang diungkapkan oleh Kotler
(2000) adalah bahwa konsumen yang cenderung loyal dimana mereka akan
membeli ulang produk yang sama dari produsen yang sama.
2. Berdasarkan jawaban dari responden dimensi nilai yang paling tertingi
terhadap loyalitas konsumen adalah nilai emosional karena hasil dari kuesioner
yang di sebarkan ternyata responden merasa puas terhadap produk Tupperware ini
dan selalu menggunakan merek Tupperware sebagai wadah makanan dan
minuman serta merekomendasikan produk Tupperware kepada orang lain.
B.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah penulis lakukan di PT. Nazila

Jambi Nugraha Tupperware, tentang


konsumen terhadap

produk

analisis dimensi nilai pada loyalitas

Tupperware di kota Jambi, Dengan ini penulis

memberikan saran diantaranya adalah :


1. Perusahaan PT.Tupperware di tuntut agar lebih meningkatkan kualitas
produk Tupperware atau mempertahankan atribut yang ada pada produk

54

Tupperware karena zaman semakin berkembang begitu juga dengan


teknologi yang semakin berkembang pula,agar bisa bertahan dalam
kancah bisnis terutama untuk produk wadah plastik yang bermutu tinggi
2. Kepada

PT.

Nazila

Jambi

Nugraha

Tupperware

sebaiknya

mempertahankan program yang telah dilaksanakan seperti Tupperware


Party, Pengantar mengenai produk Tupperware, Pengenalan produk, Table
Shopping dan Datings agar konsumen tetap loyal kepada produk
tupperware.
3.

Kepada konsumen pada saat membeli suatu produk agar lebih teliti dan
tidak mudah terpengaruh oleh iklan-iklan yang menjanjikan.

DAFTAR PUSTAKA

55

Setiadi, N. J. 2003. Perilku konsumen. Edisi Revisi. Jakarta : Kencana


Tjiptono, F.2006. Strategi pemasaran.Yogyakarta : Andy
Garvin, A.david. 2001. Brand ekuitas. Jakarta : Bumi Aksara
Hemus, Simon. 2011. Tupperware Produk Ramah lingkungan. Jakarta : PT
Tupperware Indonesia.
Hurriyat, Ratih. 2010, Bauran pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Jakarta:
Alfabeta
Kothler. 2000. Loyalitas Konsumen. http://lib.uinmalang.ac.id/thesis/chapter_ii/07410074-dodi-agus-setiawan.ps

Tjiptono. 2010. loyalitas.http://skripsi-manajemen.blogspot.com/2011/03/pengertianloyalitas-konsumen.html


Kothler. 2001.
Pengertianproduk .http://artikelhukum88.blogspot.com/2012/10/pengertian-produkmenurut-para-ahli.html

http://www.My.tupperware.com.2013/2/15.20:30)
www.apli.or.id.2013/2/15.20:50
Kottler, F.2001. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Salemba

56

Noplianti. 2009. Analisis Loyalitas Pengguna Produk Peralatan Rumah Tangga


Tupperware di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi. Jambi.
Pasaribu. 2005. Analisis Loyalitas Konsumen Terhadap Atribut pada Kartu
Simpati. Bogor.
Sugiono.2008.Metode penelitian.Jakarta:Alfabeta
Sudja.2005.Metodelogi Penelitian.Jakarta:Bumi Aksara

57

Вам также может понравиться