Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Millennium Development Goals (MDGs) adalah Komitmen Negara terhadap rakyat
Indonesia dan Komitmen Indonesia kepada masyarakat global yang merupakan suatu
kesepakatan dan kemitraan global untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat
ditunjukkan oleh paket berisi tujuan yang mempunyai batas waktu dan target terukur.
Komitmen Indonesia mencapai MDGs adalah komitmen meningkatkan kesejahteraan
rakyat Indonesia (Diformulasikan di UN Milennium Summit, New York September,
2000).
Dalam rangka pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang
Program Pembangunan Yang Berkeadilan, dimana perlunya disusun Rencana Aksi
Daerah Tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 yang memuat arah kebijakan dan
strategi
percepatan
pencapaian
terkait
program
program
pencapaian
tujuan
kesehatan
diselenggarakan
dengan
berdasarkan
pada
10)Pengadaan,
puskesmas/puskesmas
pelayanan
kesehatan,
peningkatan
pembantu
dan
dan
12)Peningkatan
perbaikan
jaringannya,
pelayanan
sarana
dan
11)Kemitraan
kesehatan
prasarana
peningkatan
lansia,
dan
1.2
hasil pembangunan kesehatan yang telah dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Bandung
khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung selama tahun 2012. Laporan tahunan
Dinas Kesehatan ini disusun dari data-data laporan kegiatan yang didapat dari masingmasing bidang dan bagian yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung.
BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1
Kondisi Geografi
Kabupaten Bandung merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat,
dengan luas 176.238,67 Ha atau 1.762,39 Km2. Secara geografis, Kabupaten Bandung
mempunyai kedudukan yang sangat penting dan strategis, baik dipandang dari segi
pembangunan ekonomi, pembangunan fisik prasarana maupun dari segi komunikasi
dan perhubungan. Kabupaten Bandung terletak di dataran tinggi pada garis 60,41
70,19 dan 1070,22 1080,5 Bujur Timur, dan pada ketinggian antara 500 meter
sampai dengan 1.800 meter di atas permukaan laut dengan temperatur udara antara 1228 Celcius dan batas-batas wilayah sebagai berikut :
sebelah Utara
sebelah Timur
sebelah Selatan
sebelah Barat
Sebelah Tengah
TABEL 2.1
LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUK DAN KEPADATAN PEN
DUDUK MENURUT KECAMATAN
KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2011
N
KECAMATAN
LUAS
JUMLAH P KEPADATAN
O
WILAYAH ENDUDUK
PENDUDUK
2
(km )
per km2
1
2
3
4
5
1 CILEUNYI
10.54
74,260
7045.54
2 CIMENYAN
11.03
48,449
4392.48
3 CILENGKRANG
15.72
81,297
5171.56
4 BOJONGSOANG
14.62
74,502
5095.90
5 MARGAHAYU
45.25
141,285
3122.32
6 MARGAASIH
25.51
66,659
2613.05
7 KATAPANG
25.36
102,970
4060.33
8 DAYEUHKOLOT
24.01
77,321
3220.37
9 BANJARAN
24.61
122,206
4965.70
10 PAMEUNGPEUK
35.99
84,455
2346.62
11 PANGALENGAN
40.14
111,374
2774.64
12 ARJASARI
18.35
48,980
2669.21
13 CIMAUNG
48.47
170,325
3514.03
14 CICALENGKA
55.00
154,161
2802.93
15 NAGREG
42.92
78,978
1840.12
16 CIKANCUNG
30.12
154,072
5115.27
17 RANCAEKEK
27.81
233,336
8390.36
18 CIPARAY
54.57
92,888
1702.18
19 PACET
47.30
117,016
2473.91
20 KERTASARI
31.58
67,507
2137.65
21 BALE ENDAH
46.18
71,276
1543.44
22 MAJALAYA
51.03
114,054
2235.04
23 SOLOKAN JERUK
41.56
107,198
2579.36
24 PASEH
49.30
92,036
1866.86
25 IBUN
91.94
138,871
1510.45
26 SOREANG
53.08
122,335
2304.73
27 KUTAWARINGIN
64.98
114,577
1763.27
28 PASIRJAMBU
195.41
108,884
557.21
29 CIWIDEY
239.58
173,114
722.57
30 RANCABALI
152.07
48,247
317.27
31 CANGKUANG
148.37
107,355
723.56
JUMLAH (KAB/KOTA)
1,762.40
3,299,988
1,872.44
(Sumber : BPS - SUSEDA KABUPATEN BANDUNG 2011)
2.2
KONDISI DEMOGRAFI
Kabupaten Bandung merupakan percontohan Otonomi Daerah dan merupakan
daerah penyangga Jawa Barat yang berkembang cukup pesat. Selain berdampak pada
peningkatan pertumbuhan ekonomi juga munculnya masalah kependudukan, dimana
terjadi peningkatan jumlah penduduk yang besar, penyebaran penduduk yang tidak
merata serta laju pertumbuhan penduduk yang tinggi.
Berdasarkan hasil sensus yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Bandung, jumlah penduduk Kabupaten Bandung Tahun 2011 sebesar
3.299.988 jiwa. Kecamatan dengan jumlah penduduk tertinggi adalah Kecamatan
Baleendah yakni sebesar 233.336 jiwa (7.07%) kemudian diikuti oleh Kecamatan
Cileunyi sebesar 173.114 jiwa (5.24%). Sementara itu Nagreg, Rancabali dan
Cilengkrang adalah tiga Kecamatan yang jumlah penduduknya paling rendah yaitu
secara berurutan 48.980 jiwa (1.48%), 48,449 jiwa (1.46%) dan 48,247 jiwa (1.46%).
Luas wilayah Kabupaten Bandung sekitar 1.756,65 Km2, yang didiami oleh
3.299.988 jiwa, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Bandung adalah
1.878 jiwa per Km2. Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya
adalah Kecamatan Margahayu yakni sebanyak 1,14 orang per Km2, sedangkan yang
paling rendah adalah Kecamatan Rancabali yakni sebanyak 0,03 orang per Km2.
Dalam melaksanakan kegiatannya Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung
memiliki daerah wilayah kerja yang terdiri dari 31 kecamatan, 267 desa, 9 kelurahan,
4.239 RW dan 16.552 RT dengan luas wilayah kerja mencapai 1.756,65 Km2.
Sedangkan sex ratio penduduk Kabupaten Bandung sebesar 103,9%, artinya
jumlah penduduk laki-laki 1.95% lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk
perempuan. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bandung per tahun
selama 2010-2011 sebesar 6.37%. Laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Cileunyi
adalah yang tertinggi dibandingkan Kecamatan lain di Kabupaten Bandung yakni
sebesar 5.49%, sedangkan yang terendah di Kecamatan Dayeuhkolot yakni sebesar
1.09%.
TABEL 2.2
JUMLAH PENDUDUK MENURUT KECAMATAN DAN JENIS KELAMIN
KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2011
N
o
Kecamatan
Ciwidey
N
37,777
%
50.87
N
36,483
%
49.13
Rancabali
24,507
50.58
23,942
49.42
48,449
100.00
Pasirjambu
41,548
51.11
39,749
48.89
81,297
100.00
Cimaung
37,784
50.72
36,718
49.28
74,502
100.00
Pangalengan
71,202
50.40
70,083
49.60
141,285
100.00
Kertasari
33,757
50.64
32,902
49.36
66,659
100.00
Pacet
53,234
51.70
49,736
48.30
102,970
100.00
Ibun
39,407
50.97
37,914
49.03
77,321
100.00
Paseh
62,629
51.25
59,577
48.75
122,206
100.00
10
Cikancung
43,276
51.24
41,179
48.76
84,455
100.00
11
Cicalengka
56,485
50.72
54,889
49.28
111,374
100.00
12
Nagreg
25,038
51.12
23,942
48.88
48,980
100.00
13
Rancaekek
85,158
50.00
85,167
50.00
170,325
100.00
14
Majalaya
79,237
51.40
74,924
48.60
154,161
100.00
15
Solokanjeruk
40,086
50.76
38,892
49.24
78,978
100.00
16
Ciparay
78,687
51.07
75,385
48.93
154,072
100.00
17
Baleendah
119,289
51.12
114,047
48.88
233,336
100.00
18
Arjasari
47,234
50.85
45,654
49.15
92,888
100.00
19
Banjaran
59,687
51.01
57,329
48.99
117,016
100.00
20
Cangkuang
34,413
50.98
33,094
49.02
67,507
100.00
21
36,310
50.94
34,966
49.06
71,276
100.00
22
Pameungpeu
k
Katapang
58,327
51.14
55,727
48.86
114,054
100.00
23
Soreang
54,865
51.18
52,333
48.82
107,198
100.00
24
Kutawaringin
47,338
51.43
44,698
48.57
92,036
100.00
25
Margaasih
71,083
51.19
67,788
48.81
138,871
100.00
26
Margahayu
61,954
50.64
60,381
49.36
122,335
100.00
27
Dayeuhkolot
58,624
51.17
55,953
48.83
114,577
100.00
28
Bojongsoang
55,824
51.27
53,060
48.73
108,884
100.00
29
Cileunyi
88,081
50.88
85,033
49.12
173,114
100.00
30
Cilengkrang
24,536
50.85
23,711
49.15
48,247
100.00
31
Cimenyan
54,831
51.07
52,524
48.93
107,355
100.00
1,682,20
8
50.98
1,617,78
0
49.02
3,299,98
8
100.00
Kab. Bandung
Laki - laki
Perempuan
Laki - laki +
Pere
mpuan
N
%
74,260
100.00
2.3
1.1.1
Tabel 2.3
TENAGA KESEHATAN DI WILAYAH DINAS KESEHATAN
KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2012
NO
JENIS TENAGA
JUMLAH TENAGA
8 Orang
8 Orang
Dokter Umum
101 Orang
Dokter Gigi
42 Orang
Tenaga Keperawatan
255 Orang
Tenaga Kefarmasian
50 Orang
31 Orang
Sanitasi
62 Orang
Tenaga Gizi
62 Orang
10
27 Orang
11
208 Orang
12
Bidan Swasta
129 Orang
13
Bidan Puskesmas
213 Orang
14
89 Orang
15
12 Orang
16
127 Orang
17
35 Orang
18
Bidan Koordinator
31 Orang
JUMLAH TENAGA
1491 ORANG
1.1.2
merupakan
TABEL 2.4
SARANA PELAYANAN KESEHATAN
KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2012
NO
JUMLAH
RS Pemerintah ( RSUD )
3 Buah
RS Perkebunan (BUMN )
1 Buah
2 Buah
56 Buah
Puskesmas PONED
13 Buah
RSUD PONED
2 Buah
5 Buah
15
Rumah Bersalin
16 Buah
16
Laboratorium Kesehatan
26 Buah
17
Laboratorium Swasta
15 Buah
18
Balai Pengobatan
70 Buah
19
Praktek dokter
151
20
14
21
Praktek bidan
129
22
Apotek
258
23
Toko Obat
118
TABEL 2.5
JUMLAH SARANA UKBM KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2012
NO
JUMLAH
Posyandu
4080 Buah
Polindes
108 Buah
Posbindu
8 Buah
Pustu
76 Buah
Poskesdes
103 Buah
Poskestren
15 Buah
10
pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan
bayi.
UKBM lainnya yang mempunyai peran penting dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan antara lain Pondok Bersalin Desa (Polindes) yang bertujuan untuk
mendekatkan akses pelayanan kesehatan ibu dan anak; Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes) yang berfungsi sebagai tempat untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan dan musyawarah masyarakat desa dalam bidang kesehatan.
11
BAB III
VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI
3.1
peluang yang ada di Kabupaten Bandung serta mempertimbangkan budaya yang hidup
dalam masyarakat, maka visi Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung pada tahun 2012
2015 yang hendak dicapai dalam tahapan kelima Pembangunan Jangka Panjang
Daerah Kabupaten Bandung yaitu :
Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bandung Yang Sehat Mandiri
Memperhatikan visi tersebut serta perubahan paradigma dan kondisi yang akan
dihadapi pada masa yang akan datang, diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten
Bandung dapat lebih berperan dalam perubahan yang terjadi di lingkup nasional,
regional, maupun global.
Penjabaran makna dari Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung tersebut
adalah sebagai berikut :
Masyarakat Kabupaten Bandung :
Kartu
Tanda
Penduduk
(KTP)
Kabupaten Bandung
Sehat :
adalah suatu keadaan sehat jasmani, rohani dan sosial yang merupakan aspek
positif dan tidak hanya bebas dari penyakit serta kecacatan.
Mandiri :
adalah sikap dan kondisi masyarakat Kabupaten Bandung yang mampu memenuhi
kebutuhannya untuk lebih maju dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan
sendiri, dalam bidang kesehatan.
12
3.2
1.
2.
4.
Berupaya
mencapai
visi
dengan
memberikan
pelayanan
terbaik
yang
Innovasi :
Berupaya mencari cara baru untuk mencapai hasil yang memuaskan masyarakat
dalam menyelesaikan misi kami.
13
3.3
didasarkan pada isu-isu dan Analisis Strategis. Tujuan akan mengarahkan perumusan
sasaran, kebijakan, program dan kegiatan dalam rangka merealisasikan misi dengan
mempertimbangkan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki. Lebih dari itu,
perumusan tujuan strategis ini juga akan memungkinkan Dinas Kesehatan untuk
mengukur sejauh mana visi misi organisasi telah dicapai mengingat tujuan strategis
dirumuskan berdasarkan visi misi organisasi.
Adapun tujuan strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung adalah sebagai
berikut ;
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Meningkatnya kualitas farmasi, makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan .
3.4
kesehatan adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
14
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular tertentu
(DM, CA Cercix, Hypertensi, Penyakit Jantung, Asma dan PPOK)
24.
25.
26.
27.
Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan dasar pada ibu, bayi dan usia SD.
28.
29.
30.
31.
15
32.
33.
34.
35.
36.
Meningkatnya kualitas makanan dan minuman hasil industri rumah tangga yang
memenuhi syarat kesehatan
3.5
KEBIJAKAN
Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka
3.6
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
STRATEGI
Pembangunan dilaksanakan di Kabupaten Bandung pada dasarnya bermuara
pada peningkatan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terdiri dari 3
komponen yaitu: kesehatan, pendidikan dan daya beli masyarakat. Khusus untuk bidang
kesehatan tantangan yang dihadapi kedepan sangat berat seiring dinamika perubahan
pola hidup. Fenomena yang menarik adalah timbulnya pola penyakit degeneratif yang
kian meningkat,
16
ditetapkan dengan maksud untuk memberikan arah sekaligus menjadi pedoman bagi
seluruh pemangku kepentingan baik bagi pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat
dan dunia usaha di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah yang
berkesinambungan.
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung 2012-2015, berorientasi
pada pembangunan dan peningkatan kompetensi segenap sumber daya yang terdapat
di Kabupaten Bandung dalam bidang kesehatan, guna menyiapkan kemandirian
masyarakat sehat Kabupaten Bandung.
Kemampuan untuk hidup sehat dalam menciptakan derajat kesehatan masyarakat
akan terus didorong. Kebijakan kesehatan
17
BAB IV
KEDUDUKAN, STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI
4.1
KEDUDUKAN
a. Dinas daerah adalah unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
b. Dinas Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan
tanggung jawab kepada Bupati Kepala Daerah.
18
STRUKTUR ORGANISASI
4.2
b.
d.
Seksi Gizi
e.
UPTD Laboratorium
f.
g.
19
4.3
Tugas Pokok
Dinas mempunyai tugas pokok merumuskan kebijaksanaan sistem kesehatan
4.4
Fungsi
a. Berdasarkan Perda tersebut Dinas Kesehatan mempunyai fungsi :
b. Dalam menjalankan fungsinya Kepala Dinas Kesehatan dibantu oleh bagian dan
bidang sebagai berikut:
1. Kepala Dinas
a. Kepala Dinas mempunyai tugas pokok memimpin, merumuskan, mengatur,
membina, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggungjawabkan
kebijakan teknis pelaksanaan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas
otonomi dan tugas pembangunan di Bidang Kesehatan.
b. Dalam
melaksanakan
tugas
pokok
tersebut
Kepala
Dinas
Kesehatan
menyelenggarakan fungsi:
20
lingkup tugasnya;
pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
2.
Sekretariat
a.
Sekretaris
mempunyai
tugas
pokok
memimpin,
mengkoordinasikan
dan
Penetapan
rumusan
kebijakan
koordinasi
penyusunan
program
dan
umum
dan
Penetapan
rumusan
kebijakan
pengelolaan
administrasi
kerumahtanggaan;
Penetapan
rumusan
kebijakan
pengelolaan
kelembagaan
dan
Penetapan
rumusan
kebijakan
pengkoordinasian
penyusunan
21
dan
Pelaksanaan
koordinasi/kerja
sama
dan
kemitraan
dengan
unit
pelayanan
administrasi
umum
dan
kerumahtanggaan
serta
administrasi kepegawaian.
3. Sub Bagian Keuangan
Kepala
Subag
melaksanakan,
Keuangan
mempunyai
mengevaluasi
dan
tugas
pokok
melaporkan
merencanakan,
pelaksanaan
tugas
22
penetapan
rumusan
kebijakan
penyelenggaraan
upaya
kesehatan
perorangan;
pelaksanaan tuas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;
pelaksanaan
koordinasi/kerja
sama
dan
kemitraan
dengan
unit
mengevaluasi
dan
melaporkan
pelaksanaan
tugas
mengevaluasi
dan
melaporkan
23
pelaksanaan
tugas
mengevaluasi
dan
melaporkan
pelaksanaan
tugas
di
bidang
pencegahan
dan
pemberantasan
penyakit
serta
penyelenggaraan
pencegahan
dan
penganggulangan
pencemaran
lingkungan;
24
pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;
pelaksanaan
koordinas/kerja
sama
dan
kemitraan
dengan
unit
mengevaluasi
dan
melaporkan
pelaksanaan
tugas
mengevaluasi
dan
melaporkan
pelaksanaan
tugas
melaksanakan
tugas
pokoknya
Kepala
Bidang
Bina
Kesehatan
25
penyelenggaraan
pengkajian
potensi
dan
permasalahan
dalam
pelaporan
pelaksanaan
tugas
fasilitasi
dan
pembinaan
kesehatan
masyarakat;
pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;
pelaksanaan
koordinasi/kerja
sama
dan
kemitraan
dengan
unit
Kesehatan
Keluarga
mempunyai
tugas
pokok
merencanakan,
26
kesehatan keluarga.
2. Seksi Gizi
Seksi
Gizi
mengevaluasi
mempunyai
dan
tugas
melaporkan
pokok
merencanakan,
pelaksanaan
tugas
melaksanakan,
peningkatan
dan
pengawasan
dan
pengendalian
kesehatan
yang
meliputi
27
28
Pelaksanaan
koordinasi/kerja
sama
dan
kemitraan
dengan
unit
merencanakan,
melaksanakan,
mengevaluasi
dan
melaporkan
29
c. UPTD Obat dan Perbekalan Kesehatan, membawahkan Sub Bagian Tata Usaha
yang mempunyai tugas pokok menyusun dan melaksanakan pengelolaan
ketatausahaan UPTD di bidang pengendalian obat dan perbekalan kesehatan.
8.
30
Perencanaan
operasional
kegiatan
pelayanan
dan
pengembangan
laboratorium kesehatan;
tugas
pokok
menyusun
dan
melaksanakan
pengelolaan
31
9.
Pelayanan
Kesehatan
mempunyai
tugas
pokok
mempimpin,
pelaksanaan
pengembangan
kemitraan
pelayanan
dan
pembangunan
pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;
32
mempunyai
tugas
pokok
menyusun
dan
melaksanakan
pengelolaan
Jabatan Fungsional
Pengaturan tugas pokok dan fungsi jabatan fungsional diatur lebih lanjut setelah
dibentuk dan ditetapkan jenis dan jenjangnya oleh Bupati sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
BAB V
PROGRAM DAN INDIKATOR KESEHATAN
1.1
PROGRAM KESEHATAN
Program
dan
kegiatan
kesehatan
yang
dilaksanakan
untuk
mengatasi
permasalahan kesehatan yang ada di Kabupaten Bandung pada tahun 2012 sesuai
dengan Permendagri 13/2006 Jo.59/2007 adalah sebagai berikut:
1.1.1
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
33
1.10
1.11
1.12
1.13
1.14
1.1.2
1.1.3
1.1.4
1.1.5
34
1.1.7
1.1.8
1.1.9
35
1.1.10
1.1.11
1.1.12
1.1.13
1.1.14
36
1.1.15
1.1.16
1.1.17
1.1
INDIKATOR KESEHATAN
Agar keberhasilan pembangunan kesehatan dapat diketahui dan terukur, ada
berapa indikator yang dijadikan acuan dalam melaksanakan program dan kegiatan di
Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. Indikator tersebut merupakan indikator kunci
pelayanan kesehatan yaitu: Umur Harapan Hidup Waktu Lahir, Angka Kematian
(Mortalitas) Ibu Dan Bayi, Angka Kesakitan (Mobiditas) dan Status Gizi.
1.1.1
Harapan Hidup Waktu Lahir (Eo) (UHH). Indikator ini telah ditentukan sebagai salah
satu tolak ukur terpenting dalam menghitung dan menentukan (IPM). Sebagaimana
yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung, diharapkan pada Tahun
37
2012 dapat mencapai IPM sebesar 80 serta indeks kesehatan 78 pada tahun 2015.
Saat ini IPM Kabupaten Bandung mengalami peningkatan dari 75,05 pada tahun 2011
menjadi 75,24 pada tahun 2012.
UHH mencerminkan lamanya usia seorang bayi baru lahir diharapkan hidup dan
dapat menggambarkan taraf hidup suatu bangsa. Perkembangan UHH dari tahun 2008
sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL 5.1
Angka Harapan Hidup (E0)(UHH) Di Kabupaten Bandung
Tahun 2008 -2012
TAHUN
SUMBER
2008
68.42
Suseda
2009
68.94
Suseda
2010
69.40
Suseda
2011
70.06
Suseda
2012
70,28
Suseda
Perhitungan Umur Harapan Hidup Waktu lahir (Eo) dengan Proyeksi Estimasi
didasarkan pada Umur Harapan Hidup Waktu Lahir dari tahun ke tahun serta dari
sensus penduduk yang dilaksanakan setiap 10 tahun, dan asumsi tingkat penurunan
kematian bayi dan balita.
Peningkatan UHH merupakan tolak ukur keberhasilan upaya kesehatan yang
telah dilakukan oleh Kabupaten Bandung. Masih relatif rendahnya pencapaian UHH di
kabupaten Bandung menjadi pemikiran bersama. Hal ini mencerminkan kualitas hidup
sebagian masyarakat kabupaten Bandung masih cukup memprihatinkan, untuk itu
diperlukan upaya terobosan dalam rangka akselerasi UHH di Kabupaten Bandung yang
38
lebih jelas dan tepat sasaran. Perbandingan UHH Kabupaten Bandung dengan UHH
Jawa Barat seperti pada gambar berikut:
GRAFIK 5.1
Perbandingan UHH Kabupaten Bandung dengan UHH ProvinsiJawa Barat
Tahun 2008-2011
71
70
69
68
67
66
65
64
63
2008
2009
2010
66.07
66.47
66.6
Kab. Bandung
68.42
68.94
69.4
201 1
2012
70.06
70.28
1.1.2
39
kesehatan di wilayah tersebut disamping itu dapat pula digali lebih dalam lagi halhal
yang berkaitan dengan peristiwa kematian
Penyebab kematian dibedakan menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak
langsung. Tapi yang terjadi adalah akumulasi interaksi berbagai faktor tunggal maupun
bersama yang pada akhirnya berpengaruh terhadap tingkat kematian masyarakat
Berbagai faktor yang berkaitan dengan penyebab kematian maupun kesakitan
antara lain adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat sosial ekonomi, kualitas
lingkungan hidup dan upaya pelayanan kesehatan
Pada umumnya pola kematian diklasifikasikan kedalam kematian bayi, kematian
balita dan kematian kasar (semua golongan umur). Analisis mengenai klasifikasi
tersebut adalah sebagai berikut:
50
Bandung
1.000 KH
40
34,75
34,17
34,05
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
Asfiksia
37
45
50
33
64
BBLR
21
61
60
59
92
TN
21
14
Infeksi
Masalah Laktasi
Prematur
57
Kel. Konginetal
13
23
Trauma Lahir
Ikterus
Hypothermi
Sebab lain
34
46
59
35
Total
92
177
180
144
276
Lahir Mati
71
121
129
48
129
Berdasarkan data tersebut di atas maka pada tahun 2012 jumlah kematian bayi
yang terbanyak disebabkan oleh BBLR. Tingginya kasus BBLR menunjukkan masalah
pada ibu hamil yang disebabkan oleh rendahnya kualitas pengetahuan, perilaku dan
lingkungan kesehatan masyarakat.
41
Tingginya kasus BBLR juga disebabkan masih kurangnya jumlah dan kualitas
bidan dalam penanganan kegawat daruratan pada BBLR atau keterlambatan
penanganan.
Rendahnya tingkat sosial ekonomi menyebabkan masyarakat tidak membawa bayi
mereka ke tenaga kesehatan walaupun sudah menunjukkan masalah dengan
kesehatannya.
2. Kematian Ibu
Angka Kematian Ibu (AKI) untuk Kabupaten Bandung belum didapat, karena
angkanya sangat kecil dan tidak semua kematian ibu bersalin baik yang ditolong oleh
tenaga kesehatan atau tenaga lainnya dilaporkan. Untuk kepentingan perencanaan
pembangunan kesehatan Angka Kematian Ibu di Jawa Barat, sesuai dengan hasil
SDKI yaitu 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2003 dan pada tahun 2015
ditargetkan menjadi 102 per 100.000 KH.
Untuk jumlah kematian Ibu yg terjadi di Kabupaten Bandung Tahun 2011 berjumlah
45, dan pada Tahun 2012 Jumlah Kematian Ibu adalah sebanyak 49 orang, sebenarnya
data ini berdasarkan Laporan dari Puskesmas kalau dilihat dari tahun 2007 sampai
dengan tahun 2012. Seperti tabel di bawah ini:
GRAFIK 5.3
JUMLAH KEMATIAN IBU KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2008 s/d 2012
80
60
62
41
40
45
49
2008
2009
28
2010
2011
20
2012
0
2008
2009
2010
42
2011
2012
TABEL 5.4
Penyebab Kematian Ibu Berdasarkan Laporan Puskesmas
Di Kabupaten Bandung Tahun 2009 2012
NO
PENYEBAB KEMATI
AN
TAHUN 20
09
JML
%
TAHUN 201
0
JML
%
TAHUN 201
1
JML
%
Perdarahan
9
32.1 26
41,9
Preeklamsia
7
25
16
25,8
Inversio uteri
1
3.5
2
3,2
Ruptur uteri
3
4,8
Decompensatio cordis
1
3.5
4
6,4
Partus lama
1
3.5
2
3,2
Prolaps uteri
1
3.5
0
0
Kehamilan Ektopik Ter
0
0
0
0
ganggu
9.
Infeksi
2
7.1
1
1,6
10
Help syndrome
1
3.5
1
1,6
11
KPSW
2
7.1
3
4,8
10.
Sebab Lain
3
10.7
4
6,4
Jumlah
28
100
62
100
(Sumber: Bidang Binkesmas, Dinkes Kab. Bandung)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
TAHUN 2012
JML
17
14
0
1
6
1
0
0
37
31
0
2.2
13.3
2.2
0
0
20
7
1
3
5
0
1
0
40,8
14,2
2
6,1
10,2
0
2
0
1
0
1
3
45
2.2
0
2.2
6.6
100
8,1
8
49
16,3
100
tahun 2011
sebanyak 45 kasus dari 47798 KH, tahun 2012 sebanyak 49 kasus dari 57114 KH.
Melihat data di atas penyebab kematian ibu bersalin tertinggi adalah perdarahan diikuti
oleh eklamsia atau preeklamsia. Masih adanya kematian ibu dari tahun 2011 sampai
dengan tahun 2012 bila dihubungkan dengan penolong persalinan, disebabkan masih
adanya pertolongan persalinan oleh dukun (paraji), Tahun 2011 sebanyak 18,6 % dan
tahun 2012 sebanyak 12,9%.
Dari 62 Puskesmas ada 34 Puskesmas yang terdapat kasus kematian Ibu hal
tersebut di atas terjadi disebabkan karena jasa pelayanan kesehatan yang ada di
43
masyarakat disamping itu ada beberapa desa yang belum memiliki Polindes (63,04%),
Bidan yang sudah dilatih APN baru mencapai ( 38,44 %), persalinan oleh tenaga
kesehatan masih kurang (82,9%), masih terbatasnya sarana pelayanan kesehatan yang
mampu menangani kasus kegawatdaruratan obstetri dan Neonatal yaitu Puskesmas
Poned yang ada hanya 13 dari 62 Puskesmas.
Ditinjau dari faktor perilaku yaitu masih ada persalinan yang ditolong oleh
dukun/paraji ( 12,9 % ) disamping itu pengetahuan masyarakat tentang kesehatan
masih rendah sehingga keluarga tidak tahu risiko bahaya kehamilan dan persalinan,
masih adanya keluarga yang terlambat mencari pertolongan, serta masih ada anggapan
melahirkan di tenaga kesehatan mahal walaupun fasilitas untuk pelayanan kebidanan
bagi masyarakat miskin sudah ada dengan Jamkesmas dan Gakinda juga adanya
program Jampersal tapi hasil pelayanan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan belum
maksimal.
Masih tingginya jumlah kematian ibu membutuhkan kerja keras lagi dari berbagai
pihak yang terkait untuk menurunkannya.
1.
ANGKA KESAKITAN
a.
b.
Penyakit Filariasis, pada tahun 2008 kasus filariasis cukup tinggi yaitu 18 kasus
sedangkan di tahun 2009 s.d 2010 mengalami penulurunan 61% dan 36% tetapi
pada tahun 2011 mengalami kenaikan 50%. Kasus filariasis terbanyak diderita
pada bagian kaki. Dan jumlah penderita terbanyak ada di wilayah puskesmas
majalaya, margaasih, kutawaringin, cimaung dan paseh.
c.
Penyakit TB, cakupan penemuan BTA Pos baru yang masih < 50 % ada 19
Puskesmas yaitu : cilengkrang, solokanjeruk, padamukti, sawahlega, cikancung,
44
Penyakit ISPA, berdasarkan cakupan penemuan ISPA dari tahun 2007 s.d 2011
hampir mencapai target Nasional 86%. Berdasarkan penemuan kasus Pneumonia
tahun 2011 berdasarkan golongan umur banyak ditemukan pada 1-4 tahun yaitu
sebanyak 12955 kasus.
e.
Penyakit Diare, pada tahun 2011 ditemukan di puskesmas per golongan umur
terbanyak adalah pada golongan umur > 4 tahun yaitu sebanyak 63102 kasus.
f.
g.
Penyakit Kusta, Kasus PB dan MB yang paling banyak ditemukan adalah pada
tahun 2010 sebanyak 5 kasus, sedangkan pada tahun 2011 PB tidak ditemukan
sama sekali, dan penemuan kasus kusta berdasarkan jenis kelamin pada tahun
2007 s/d 2011 adalah Laki-laki (40 kasus) dan perempuan (60 kasus).
h.
i.
2.
STATUS GIZI
Hasil Bulan Penimbangan Balita tahun 2012 di Kabupaten Bandung ditemukan
balita gizi buruk (sangat Kurus) sebesar 0.94% atau sebanyak 159 balita dari 277.033
45
balita yang ditimbang. Prevalensi balita sangat kurus di kabupaten Bandung masih
relative rendah bila dibandingkan dengan batasan masalah gizi masyarakat yaitu >1%.
Perkembangan status gizi balita di Kabupaten Bandung dari tahun 2007 sampai
dengan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel. 5.5
STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN BB/U
DI KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2007 2012
TAHUN
STATUS GIZI
LEBIH
BAIK
KURANG
BURUK
2007
1.33
86.04
11.83
0.80
2008
1.50
87.90
9.80
0.80
2009
1.60
86.60
10.60
1.20
2010
1.52
89.80
7.80
0.90
2011
1.53
89.28
8.28
0.91
2012
1.61
88.87
8.57
0.94
(Dan sejak tahun 2009 penentuan status gizi balita juga dilaksanakan berdasarkan
BB/TB)
Tabel. 5.6
STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN PB/TB/U
DI KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2007 2012
TAHUN
STATUS GIZI
SANGAT P
PENDEK
NORMAL
ENDEK
2007
2008
2009
2010
2011
10.07
15.40
74.53
2012
10.07
15.96
73.97
46
Tabel. 5.7
Status Gizi Balita Berdasarkan BB/TB
Di Kabupaten Bandung
Tahun 2007-2012
TAHUN
STATUS GIZI
Gemuk
Normal
Kurus
2007
2008
2009
2.80
94.60
2.5
0.08
2010
4.13
92.90
2.80
0.06
2011
4.25
92.96
2.75
0.06
2012
4.53
91.56
3.87
0.03
Standar
yang
digunakan
untuk
menentukan
SangatKurus
status
gizi
balita
adalah
menggunakan standar WHO (World Health Organization, 2005). Standar ini berupa
tabel yang memuat standard panjang badan/tinggi badan menurut umur, berat badan
menurut panjang badan/tinggi badan dan berat badan menurut umur. Standar tersebut
menunjukkan berat badan atau panjang/tinggi badan yang harus dicapai oleh balita
pada usia tertentu. Penyebab dari balita gizi buruk (sangat kurus) yang ada di
Kabupaten Bandung tidak hanya disebabkan oleh faktor ekonomi , tetapi factor lainnya
yang sangat berpengaruh adalah penyakit infeksi yang diderita oleh balita seperti
radang paru, TBC, meningitis, kelainan bawaan lahir seperti kelainan pencernaan,
penyakit jantung bawaan, dll. Faktor pengetahuan ibu tentang gizi dan pola asuh juga
sangat besar pengaruhnya.
Dinas Kesehatan melalui Program Perbaikan Gizi Masyarakat secara terus
menerus berupaya untuk menanggulangi masalah gizi yang ada di Kabupaten Bandung,
47
BAB VI
PEMBIAYAAN PROGRAM KESEHATAN TAHUN 2012
1.1
TABEL 6.1
ALOKASI DAN REALISASI BELANJA APBD KABUPATEN
DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2012
No.
1
Jenis Belanja
Belanja Tidak
Langsung
Alokasi
71,959,351,962
Realisasi
70,023,969,198 97.31
Saldo
1,935,382,764
58,325,710,000
57,680,997,621
98.89
b. Tambahan Penghasilan
Pegawai
13,227,155,962
12,038,461,052
91.01 1,188,694,910.00
406,486,000
304,510,525
c. Insentif Pemungutan
Retribusi Daerah
2 Belanja Langsung
a. Belanja SKPD
102,848,792,964
74.91
644,712,379.00
101,975,475.00
2,882,735,550
2,741,068,459
b. Belanja
Program
99,966,057,414
Dinas
Kesehatan
Kabupaten Bandung
48
92,093,200,473
95.09
141,667,091.00
92.12 7,872,856,941.00
Dari tabel di atas terlihat bahwa alokasi belanja daerah Dinas Kesehatan
Kabupaten Bandung untuk Tahun 2012 sesuai anggaran perubahan sebesar
Rp.174.808.144.926,00 dan terealisasi sebesar Rp. 164.858.238.13000 ( 94,31%).
Adapun proporsi realisasi belanja tidak langsung 42,47 % dari realisasi belanja,
sedangkan sisanya merupakan belanja langsung, berupa kegiatan yang ada di SKPD
(1,66%) dan belanja kegiatan Program (56,12%)
1.2
49
Tabel 6.2
REALISASI ANGGARAN KEGIATAN TAHUN 2012
YANG BERSUMBER DARI DANA DI LUAR APBD KABUPATEN
No.
A.
1
Alokasi
Realisasi
Pelaksana
Sub.Bag.
Keuangan
2,652,000,000
2,652,000,000
100.00
1,906,600,000
1,906,600,000
100.00
1,207,300,000
1,207,300,000
699,300,000
699,300,000
36,719,028,000
43,787,000
18,666,569,810
33,437,000
76.36
Sie Kesga
21,570,000
18,787,000
87.10
Sie Kesga
13,319,837,000
42.54
Tim Pengelola
Jamkesmas
Tim Pengelola
BOK
D.
1
2
3
4
5
E
1
F
Penanggulangan Tb
Sumber Dana WHO & Hibah
10,734,964,000
1,301,409,000
20,579,607,000
12,018,428,000
5,339,100,000
5,294,508,810
99.16
4,650,000,000
4,611,062,010
99.16
689,100,000
683,446,800
99.18
b. Operasional Manajemen
Sumber Dana APBN
Dekonsentrasi
Pertemuan Koordinasi Kesehatan
Kerja
Pembinaan Teknis & Monev ke
Puskesmas/ Pos UKK
Program Pengukuran Kebugaran
Jasmani (Kes. Olah Raga)
Pert. Perencanaan & Evaluasi Kes
OR
Pengamanan Pelaksanaan
Kamkesmas Miskin (JPKMM)
Sumber Dana Global Fund
31,314,571,000
77,337,000
18,890,000
18,890,000
100.00
Sie Kesus
4,800,000
4,200,000
87.50
Sie Kesus
8,500,000
8,500,000
100.00
Sie Kesus
7,800,000
7,800,000
100.00
37,347,000
37,347,000
579,785,000
179,150,000
579,785,000
177,530,000
100.00
Sie P2
124,860,000
124,860,000
100.00
Sie Kesga
54,290,000
52,670,000
97.02
Sie Kesga
42,113,900,000
24,059,221,810
76,737,000
Sie Kesus
Tim Pengelola
100.00
Jamkesmas
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa selai Dana Bangub dan DAK, Dinas
Kesehatan juga menerima dan mengelola dana yang bersumber dari Dana APBN/ Pusat
berupa :
50
berdasarkan
jenis
Belanja
Operasional
dan
Belanja
Modal
sebesar
51
TABEL 6.3
RINCIAN ANGGARAN DAN REALISASI BELANJA DAERAH
DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2012
No.
URAIAN
ALOKASI
REALISASI
A. Belanja Operasi
Rp
.
a. Belanja Pegawai Tidak Langsung Rp.
Belanja Pegawai
b. Belanja Langsung
77,153,946,962.00
71,959,351,962.00
5,194,595,000.00
Rp.
74,282,847,223.00 96.28
70,023,969,198.00
97.31
4,258,878,025.00 81.99
Rp 74,014,399,314.00
68,963,684,857.00
.
: Rp. 151,168,346,276.00 143,246,532,080.00
93.18
94.76
B. Belanja Modal
Belanja Tanah
Rp.
Rp.
8,062,085,750.00
Rp.
15,577,712,900.00
Rp.
Rp.
Rp.
7,499,146,100.00 93.02
14,112,559,950.00
90.59
21,611,706,050.00 91.42
BAB VII
Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung
52
TABEL 7.1
INDIKATOR SPM CAKUPAN (%)
KABUPATEN BANDUNG
Tahun 2009 - 2012
No
.
INDIKATOR -SPM
1
2
Kunjungan Bumil K4
Komplikasi Kebidanan
yang Ditangani
Pertolongan Persalinan
Oleh Tenaga Kesehata
n yang Memiliki Kompet
ensi Kebidanan
87.69
100
88.35
75.14
75.12
1.77
89.77
1.77
91%
90%
81.49
82.1
68.88
72.21
86%
4
5
Pelayanan Nifas
Neonatus dengan Kom
plikasi yang Ditangani
1.72
96.61
67.48
13.98
68.71
6.74
72.06
6.99
82%
93%
6
7
Kunjungan Bayi
Desa/ Kelurahan Univer
sal Child Immunization
(UCI)
Pelayanan Anak Balita
Pemberian Makanan P
endamping ASI pada A
nak usia 6 - 24 bulan K
eluarga Miskin
95.14
90.55
92.44
73.65
128.59
33.21
132.53
61.59
90%
85%
70.95
0
94.4
10.02
57.91
0
89.07
0
96%
100%
2.05
100
100%
0.88
19.47
43.34
43.34
65%
75.5
0
82.01
0
91.08
0
91.08
0
81%
2
8
9
10
11
12
13
53
14
100
79.32
1.54
1.54
76%
15
14.74
73.8
63.53
63.53
80%
16
100
100
100
100
100%
17
100
10
65.11
65.11
100%
18
Pelayanan Kesehatan
Dasar Pasien Masyarak
at Miskin
Pelayanan Kesehatan
Rujukan Pasien Masyar
akat Miskin
Pelayanan Gawat Daru
rat level 1 yang harus di
berikan Sarana Keseha
tan (RS) di Kab/ Kota
49.67
100%
52.46
1.88
1.88
55%
100
100
100
100
62%
100
55
100%
15.64
38.63
99.64
99.64
43%
19
20
21
Desa/kelurahan mengal
ami KLB yang dilakuka
n penyelidikan epidemi
ologi < 24 jam
22
Pencapaian program dan kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2012 dapat
dilihat dalam uraian sebagai berikut :
54
1.1.1
55
1.1.2
sebesar Rp. 186.000.000,- terealisasi sebesar Rp. 155.553.840,- atau pencapaian 83.63
%, terdapat selisih sebesar Rp. 30,446,160,-. Hal ini disebabkan karena adanya
Penghematan dalam penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik, belanja
surat kabar/ majalah;
Hasil kegiatan yang dicapai adalah terpenuhinya operasional telepon, listrik & air
untuk kantor dinas dan 62 puskesmas selama 12 bulan.
1.1.3
1.1.4
56
1.1.5
Kegiatan penyediaan alat tulis kantor dibiayai dengan dana sebesar Rp. 100.910.000,- dan
terealisasi sebesar Rp. 100.287.200,- atau pencapaian sebesar 99,38%.
Hasil yang di capai adalah tersedianya kebutuhan ATK sebanyak 1 paket untuk lingkungan
Kantor Dinas.
1.1.6
sebesar Rp. 312.189.800,- dan terealisasi sebesar Rp. 261.087.750,- atau pencapaian
83.63 %, terdapat selisih anggaran sebesar Rp. 51.102.050,- hal ini terjadi karena
adanya efisiensi berupa selisih kontrak dari penyediaan cetakan.
1.1.7
sebesar Rp. 248.074.750,- dan terealisasi sebesar Rp. 241.842.250,- atau pencapaian
97,49%.
Hasil kegiatan yang dicapai adalah tersedianya peralatan kantor dinas berupa
lemari besi sebanyak 4 buah, rak besi sebanyak 10 buah, komputer sebanyak 3 unit,
laptop sebanyak 2 unit, printer sebanyak 3 unit, meja rapat 1 set, kursi sebanyak 30
buah, camera digital sebanyak 1 buah, handycam sebanyak 1 buah dan DVD player
sebanyak 1 buah.
1.1.8
99,92 %.
Hasil yang di capai adalah tersedianya peralatan rumah tangga Kantor Dinas
diantaranya terpenuhinya pengisian gas elpiji di kantor dinas sebanyak 10 tabung gas,
tersedianya 2 paket peralatan dapur dan 2 set vitrage/ gorden.
57
1.1.9
dengan dana sebesar Rp. 16.500.000,- dan terealisasi sebesar Rp. 10.702.500,- atau
pencapaian 64,86 %.
Hasil yang dicapai adalah tersedianya bahan informasi dari surat kabar berupa
koran harian sebanyak 200 exsemplar, koran bulanan sebanyak 60 exemplar, majalah
sebanyak 24 buah dan buku perundang-undangan sebanyak 12 buah.
58
terealisasi
atau pencapaian 92,31 %, terdapat selisih sebesar Rp.1.000.000,- atau 7.69%, hal ini
terjadi karena adanya Efisiensi pemanfaatan dana honor tenaga pendukung dinas dan
tenaga pendukung medis di Puskesmas pada kegiatan operasional dan pemeliharaan
puskesmas. Hal ini dikarenakan ada beberapa tenaga honorer yang telah diangkat jadi
tenaga CPNS dan pemberian honor disesuaikan dengan kehadiran dan kinerja dari
tenaga honorer yang bersangkutan.
Hasil yang dicapai adalah adanya 1 orang tenaga pendukung administrasi
lulusan SLA.
59
1.2.1
pencapaian 98.76 %.
Hasil yang dicapai adalah terpeliharanya gedung kantor dinas baik fisik bangunan
gedung juga keamanan gedung. Untuk pengamaan gedung kantor dilakukan sistem
piket jaga oleh karyawan dinas kesehatan sebanyak 2745 orang.
1.1.1
anggaran sebesar Rp. 522.010.000,- dan dapat terealisasi sebesar Rp.509.756.644,atau pencapaian 97,65%.
Hasil yang dicapai adalah terpeliharanya 7 motor dan 15 unit mobil Kantor Dinas
dan 15 kendaraan operasional Puskesmas layak operasional.
60
1.1.1
SKPD yang dibiayai dengan dana sebesar Rp. 339.031.500,- dapat terealisasi sebesar
Rp. 334.781.500,- atau pencapaian 98,75%.
Rincian hasil kegiatan penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi
kinerja SKPD adalah sebagai berikut:
1. Tersosialisasinya peraturan pengelolaan keuangan, keorganisasian dan aset bagi 31
Ka. UPTD, 31 Ka. UPF, 31 Ka. TU UPTD, 62 Bendahara UPTD dan UPF, 62 tenaga
inventaris barang UPTD dan UPF.
2. Terselenggaranya pemutakhiran data kepegawaian dan bintek umum dan keuangan
ke puskesmas.
3. Disepakatinya 4 dokumen Evaluasi Capaian Kinerja Bidang dan Puskesmas setiap
bulan.
61
1.1.2
1.1.3
1.1.4
sebesar Rp. 317.460.500,- dan terealisasi sebesar Rp. 295.580.500,- atau 93.11 %.
Hasil yang dicapai melalui kegiatan penyusunan rencana dan penganggaran
kegiatan adalah sebagai berikut:
1. Tersusunnya 3 Dokumen Perencanaan Pembangunan Kesehatan.
2. Tersusunnya 2 Dokumen Penganggaran Pembangunan Kesehatan
3. Tersusunnya 1 Dokumen Evaluasi Kinerja Pembangunan Kesehatan.
4. Diketahuinya rencana kerja Dinas Kesehatan tahun 2012 yang tertuang dalam
62
pelaksanaan
kegiatan
bidang
kesehatan
yang
63
16. Diketahuinya cakupan kinerja selama 1 tahun Dinas Kesehatan tahun 2012 yang
tertuang dalam LAKIP.
17. Diketahuinya cakupan kinerja Dinas Kesehatan selama 5 tahun yang tertuang dalam
Laporan Kinerja Lima Tahunan (Renstra).
18. Diketahuinya mekanisme sistem penganggaran dan perencanaan Tk. UPTD yang
diperoleh melalui kegiatan monitoring dan evaluasi perencanaan dan penganggaran
yang dilaksanakan oleh sub bagian penyusunan program di 31 UPTD Yankes
Kecamatan.
1.2.1
Bandung, anggaran APBD Kabupaten tahun 2012 yang dialokasikan untuk kegiatan
pengadaan obat dan perbekalan kesehatan sebesar Rp.13.143.688.050,- dapat
terealisasi sebesar Rp. 11.615.395.000,- atau 88.37%. Anggaran pendamping APBD
Kabupaten untuk pengadaan obat dan perbekalan kesehatan yaitu Dana Alokasi
Khusus (DAK) APBN 2012 sebesar Rp. 1.462.737.800,- dapat terealisasi sebesar Rp.
64
menyelenggarakan
pelayanan
kesehatan
dasar
di
Puskesmas
dan
jaringannya.
3. Terselenggaranya 100% pengelolaan obat public di IFK dan 62 Puskesmas sesuai
standar.
1.2.2
2.
1.2.3
dan
pengendalian
kefarmasian
di
Puskesmas
merupakan
Semua petugas obat melaksanakan administrasi pengelola obat yang baik dan
benar.
65
Semua apotek/ toko obat/ PEO tidak mengedarkan obat/ jamu illegal termasuk obat
narkotika/ psikotropika.
Semua apotek/ toko obat mempunyai sarana/ prasarana yang memenuhi syarat.
Peningkatan kapasitas ketrampilan pengelolaan obat yang baik oleh pengelola obat
di apotek yang dilaksanakan di 60 apotek di Kabupaten Bandung oleh petugas dinas
kesehatan.
2.
Diterapkannya pengelolaan obat yang baik oleh pengelola obat di Pedagang Eceran
Obat yang dilaksanakan di 30 Pedagang Eceran Obat di Kabupaten Bandung oleh
petugas puskesmas.
3.
Diterapkannya pengelolaan obat yang baik oleh pengelola obat di 31 UPTD Yankes
dan 31 UPF.
66
1.2.4
2.
3.
4.
5.
6.
7.
67
1.3.1
dibiayai dengan anggaran yang bersumber dari APBD Kabupaten Bandung sebesar
Rp. 79.686.000,- dan dapat direalisasikan sebesar 100% sesuai dengan rencana.
Hasil kegiatan pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas dan
jaringannya adalah terlayaninya kasus penyakit resiko tinggi di keluarga rawan
(Keluarga mandiri I menjadi Keluarga mandiri III).
1.3.2
Puskesmas
dan
Jaringannya
(DAK)
dilaksanakan
dengan
anggaran
sebesar
1.3.3
sebesar Rp. 75,000,000,- dan dapat direalisasikan sebesar Rp. 71,950,000,- atau
pencapaian 95.93 %.
Hasil kegiatan Peningkatan Kesehatan masyarakat adalah meningkatnya cakupan
68
1.3.4
1.3.5
Peningkatan
pelayanan
&
penanggulangan
masalah
kesehatan
1.3.6
69
1.3.7
Peningkatan
Pelayanan
dan
Penanggulangan
Masalah
Kesehatan
70
kosmetik yang beredar di pasaran, dengan sasaran kegiatan: puskesmas, toko obat,
apotek, pasar/ supermarket, salon dan industry pangan rumah tangga. Hasil kegiatan
program pengawasan obat dan makanan adalah sebagai berikut:
1. Terlaksananya Pelatihan Keamanan Pangan dalam rangka SPP-IRT untuk 120 IRTP
di Kab. Bandung
2. Terlaksananya penyuluhan untuk pedagang makanan jajanan
3. Terlaksananya Pemeriksaan 50 Sampel Makanan Jajanan Anak Sekolah dan 50
sampel Produk Makanan yang terindikasi mengandung bahan berbahaya.
4. Terlaksananya Pertemuan Lintas Sektor dalam rangka Tindak Lanjut Hasil Kajian
Farmasi dan Makanan Minuman
5. Tersedianya laporan kegiatan wasdal farmasi dan makanan minuman
6. Terbinanya 150 IRTP berizin
7. Terlaksananya Pengawasan Peredaran Makanan & Minuman pd Hari Raya idul Fitri
dan Natal
8. Terlaksananya Pengawasan Peredaran Makanan & Minuman di wilayah Kabupaten
Bandung.
1.5
dengan dana yang bersumber dari APBD Kabupaten Badung sebesar Rp.
511,636,000,00 terealisasi sebesar Rp. 490,106,000,00 atau pencapaian 95.79%, hasil
yang dicapai ternyata menunjukkan adanya selisih sebesar Rp. 21.100.000,00 atau
4.80%, hal ini terjadi karena adanya efesiensi dalam penunjukkan langsung barang
cetakan.
Anggaran
program
Promosi
Kesehatan
Dan
Pemberdayaan
71
Masyarakat
1.5.1
sehat dilaksanakan dengan dana yang bersumber dari APBD Kabupaten Bandung
sebesar Rp. 251,515,000,00 terealisasi sebesar Rp. 244,810,000,00 atau pencapaian
(97.33 %) dengan demikian masih tersisa anggaran sebesar Rp. 6,705,000,00 atau
2.67%, hal ini dikarenakan pengadaan media cetak diserahkan kepada pihak ke-3 yaitu
melalui PML.
Hasil kegiatan pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat
yang telah dicapai adalah sebagai berikut:
1. Terlaksananya pameran pembangunan.
2. Tersosialisasinya PHBS di 500 sekolah tingkat SLTP/ SLTA
3. Terlaksananya hari kesehatan nasional tingkat Kabupaten Bandung
4. Terbinanya PHBS dan lingkungan sehat institusi kesehatan dengan sasaran 31
UPTD Yankes
5. Terlaksananya pengembangan KTAR di sekolah dan tempat kerja
6. Tersedianya poster PHBS 1000 lembar, leaflet PHN 3000 lembar, baligo kesehatan
1 buah, 1 unit printer, 1 unit LCD dan 2 unit radio.
1.5.2
72
1.
2.
3.
1.5.3
langsung dan kegiatan tidak langsung yang dilaksanakan dengan dana yang bersumber
dari APBD Kabupaten bandung sebesar Rp. 37,816,000,00 terealisasi sebesar Rp.
37,816,000,00 atau pencapaian (100%).
Hasil kegiatan peningkatan pendidikan tenaga penyuluh kesehatan adalah sebagai
berikut:
1. Terlaksananya pembentukan jejaring kemitraan dalam penguatan peran Kwaran
Saka Bakti Husada dalam masalah kesehatan dengan sasaran 30 orang.
2. Penguatan petugas kesehatan dengan metode ABG dengan sasaran 62 petugas
promkes puskesmas.
1.6
pangan
dan
gizi,
sehingga
berdampak
terhadap
perbaikan
status
gizi
terhadap
73
3. Kegiatan Penanggulangan KEP, AGB, GAKI, KVA dan Kekurangan Zat Gizi Mikro
Lainnya.
Program Perbaikan Gizi Masyarakat dilaksanakan dengan dana yang bersumber
dari APBD Kabupaten Bandung sebesar Rp. 1,144,950,000,00 terealisasi sebesar
Rp.1,132,702,500,00 atau pencapaian (98.93 %). hasil yang dicapai ternyata
menunjukkan adanya selisih sebesar Rp 12,247,500 atau 1.07%,
Anggaran program Perbaikan Gizi Masyarakat dimanfaatkan untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1.6.1
dengan dana yang bersumber dari APBD Kabupaten bandung sebesar Rp.
150,000,000,00 terealisasi sebesar Rp. 150,000,000,00 atau pencapaian (100%).
74
1.6.2
Pemberian Kapsul Vitamin A (bayi 6-11 bln, balita 12-59 bln dan ibu nifas)
2.
3.
4.
Pelaksanaan pemberian kapsul Vitamin A dan tablet tambah darah di 276 desa.
Pelaksanaan pemberian PMT-P bagi 160 balita sangat kurus dan pemberian PMT-P
bagi 200 bumil KEK.
1.6.3
Penanggulangan KEP, AGB, GAKI, KVA dan Kekurangan Zat Gizi Mikro
Lainnya
Kegiatan penanggulangan KEP, AGB, GAKI, KVA dan kekurangan zat gizi mikro
lainnya dilaksanakan dengan dana yang bersumber dari APBD Kabupaten bandung
sebesar Rp. 260,000,000,00 terealisasi sebesar Rp. 251,300,000,00 atau pencapaian
75
(96.65%). dengan demikian masih tersisa anggaran sebesar Rp. 8,700,000,00 atau
3.35%.
Kegiatan penanggulangan KEP, AGB, GAKI, KVA dan kekurangan zat gizi mikro
lainnya, terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1.
2.
Jalinan kerjasama dengan swasta CSR dalam upaya penanggulangan gizi buruk.
3.
4.
5.
6.
Kadarzi
7.
8.
Hasil kegiatan Penanggulangan KEP, AGB, GAKI, KVA dan Kekurangan Zat Gizi
Mikro Lainnya adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
76
6.
Tertanganinya Penanggulangan kasus gizi Gizi Buruk pada anak dengan kebutuhan
khusus dengan Pemberian Makanan Tambahan dengan kebutuhan diberikan
kepada anak umur 5-12 tahun dari keluarga miskin sebanyak 6 orang.
anggaran
kegiatan
program
Pengembangan
Lingkungan
Sehat
bersumber dari APBD Kabupaten Bandung sebesar Rp. 467,656,500,00 dan terealisasi
sebesar Rp. 465,504,500,00 atau pencapaian (99.54 %).
Kegiatan pada program ini difokuskan pada Kegiatan Pengkajian Pengembangan
Lingkungan Sehat. Dari kegiatan yang telah dilaksanakan terdapat perbedaan jumlah
yang ada pada rencana dan realisasi sebesar Rp. 2,152,000,00 (0.46%). Hal ini muncul
sebagai akibat efesiensi pada PL ATK, akomodasi dan konsumsi.
Hasil kegiatan pengkajian lingkungan sehat adalah sebagai berikut:
1. Diterapkannya manajemen kohort penyakit berbasis lingkungan di klinik sanitasi
tersebar di 12 Puskesmas antara lain: Pangalengan, Soreang, Kutawaringin,
Katapang, Baleendah, Bihbul, Pasir Jambu, Dayeuhkolot, Banjaran Nambo,
Rancaekek, Cileunyi dan Cilengkrang.
2.
3. Terlaksananya pengawasan kualitas sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)
sebanyak 65 tempat di 31 Kecamatan Kabupaten Bandung.
4. Terlaksananya penerapan CLTS di masyarakat dalam upaya penyediaan jamban
keluarga (STBM Pilar 1) di 3 wilayah Puskesmas Kabupaten Bandung
5. Terlaksananya pengawasan kualitas lingkungan di lokasi rawan KLB Bencana dan
Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum di 10 wilayah UPTD.
6. Terlaksananya pengawasan pengendalian dampak pencemaran lingkungan industri
dan lingkungan sekitarnya di 50 industri pengguna bahan bakar batu bara.
77
1.8
1.8.1
78
1.8.2
Kegiatan Pengadaan alat fogging dan bahan-bahan fogging terdiri dari kegiatan
langsung
bersumber dari APBD Kabupaten Bandung sebesar Rp. 146,167,500,00 dan dapat
direalisasikan sebesar Rp. 134,393,250,00 atau 91.94 %. dengan demikian terdapat
selisih sebesar Rp. 11,774,250,00 atau 8.06%.
Hasil kegiatan pengadaan alat fogging dan bahan-bahan fogging adalah sebagai
berikut:
1. Terpenuhinya kebutuhan pemeliharaan 5 alat fogging
2. Terpenuhinya kebutuhan 5 alat fogging DBD sehingga kebutuhan insektisida dan
larvasida untuk fogging dapat terpenuhi dan dapat menurunkan angka kejadian DBD
menjadi < 51 per 100.000 pddk dan menurunkan angka kematian akibat DBD kurang
dari 1 per 100 pddkdi wilayah Kabupaten Bandung.
1.8.3
79
dana yang bersumber dari APBD Kabupaten Bandung sebesar Rp. 48,780,000,00 dan
dapat direalisasikan sebesar Rp. 48,780,000,00 atau 100%.
Hasil kegiatan pelayanan vaksinasi bagi balita dan anak sekolah adalah
terlaksananya pelayanan vaksinasi pada anak sekolah di 1600 SD/ MI dengan target
100% jumlah sasaran, dengan vaksinasi DT & TD jumlah sasaran 496.827 anak dengan
hasil DT 92,8% dan TD 93,3%, Campak jumlah sasaran 237.492 anak dengan hasil
92,9%
1.8.4
Menular
Kegiatan
pelayanan
pencegahan
dan
penanggulangan
penyakit
menular
dilaksanakan dengan dana yang bersumber dari APBD Kabupaten Bandung sebesar
Rp. 211,505,000,00 dan dapat direalisasikan sebesar Rp. 206,755,000,00 atau 97.75 %
dengan demikian masih tersisa anggaran sebesar Rp. 4,750,000,00 atau 2.25%.
Hasil kegiatan pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
adalah:
1. Terlaksananya kegiatan penanggulangan penyakit TBC melalui validasi data
penyakit TBC, bahan penanggulangan penyakit TB Paru, monitoring kualitas
laboratorium TB.
2. Terlaksananya kegiatan penanggulangan penyakit kusta melalui evaluasi dan
validasi data kusta.
3. Terlaksananya kegiatan penanggulangan penyakit ISPA melalui manajemen terpadu
ISPA dengan lintas sektor sebagai upaya menurunkan AKB, validasi data ISPA,
monitoring tatalaksana ISPA di Puskesmas.
4. Terlaksananya
kegiatan
penanggulangan
penyakit
diare
melalui
evaluasi
pemberdayaan kader diare, ISPA dan TBC, manajemen lintas diare dengan kesling
sebagai upaya menurunkan kasus diare, evaluasi dan validasi data diare, monitoring
tatalaksana diare di Puskesmas.
80
1.8.5
dengan
dana
yang
bersumber
dari
APBD
Kabupaten
dilaksanakan
Bandung
sebesar
1.8.6
81
1.8.7
dilaksanakan dengan dana yang bersumber dari APBD Kabupaten Bandung sebesar
Rp. 153,241,800,00 dan dapat direalisasikan sebesar Rp. 128,757,073,00 atau
pencapaian 84.02 %, dengan demikian masih terdapat selisih sebesar Rp.
24,484,727,00 atau 15.98%.
Hasil kegiatan peningkatan surveillannce pengamatan penyakit epidemiologi dan
penanggulangan wabah adalah sebagai berikut:
1. Terlaksananya Penangulangan KLB penyakit, keracunan makanan & bencana
sebanyak 33 Kejadian KLB tertangani secara penyelidikan epidemiologi
2. Terlaksananya Penanggulangan kasus KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imuisasi)
sebanyak 8 kasus KIPI yang ditangani dengan perawatan dan 5 kasus KIPI yang
ditangani tanpa perawatan
3. Terlaksananya Surveilans Aktif Rumah Sakit (SARS) di 6 RS.
4. Terlaksananya Bimbingan Teknis Puskesmas (BINTEK) ke 62 puskesmas
5. Penggandaan format laporan rutin kegiatan surveilans KLB penyakit, keracunan
makanan dan bencana sebanyak 13 macam format untuk 62 puskesmas.
82
1.9
pelaksanaan
kegiatan
program
standarisasi
pelayanan
kesehatan
dilaksanakan dengan dana yang bersumber dari APBD Kabupaten Bandung sebesar
Rp.1,513,225,000,00 terealisasi sebesar Rp.1,463,288,500,00 atau pencapaian (96.70
%) dengan demikian terdapat selisih sebesar Rp.49,936,500,00 atau 3.3%
Kegiatan kegiatan yang termasuk dalam program standarisasi pelayanan
kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan Standar Jaminan Pelayanan Kesehatan (Kajian Jaminan Pelayanan
Kesehatan Daerah)
2. Kegiatan Evaluasi dan pengembangan standar pelayanan kesehatan
3. Kegiatan pembangunan dan pemutakhiran data dasar standar pelayanan kesehatan
4. Kegiatan penyusunan standar analisis belanja pelayanan kesehatan
5. Kegiatan monitoring , evaluasi dan pelaporan
1.9.1
Pelayanan Kesehatan Daerah) dilaksanakan dengan dana yang bersumber dari APBD
Kabupaten Bandung sebesar Rp. 124,229,000,00 dan dapat direalisasikan sebesar Rp.
111,204,000,00 atau 89.52 % dengan demikian masih terdapat selisih dana sebesar Rp.
13,025,000,00 atau 10.48%
Kegiatan ini dimaksudkan untuk dapat terselenggaranya Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Bandung, meningkatnya mutu pelayanan
kesehatan oleh tenaga kesehatan sesuai SOP, serta meningkatnya pelayanan
Kesehatan di puskesmas DTP maupun TTP. Dalam realisasinya kegiatan ini telah
menghasilkan Konsep tentang SOTK Bapel jaminan pelayanan kesehatan dan Perbub
retribusi pelayanan kesehatan.
83
1.9.2
Evaluasi
dan
Pengembangan
Standar
Pelayanan
Kesehatan
dilaksanakan dengan dana yang bersumber dari APBD Kabupaten Bandung sebesar
Rp. 109,579,000,00 dan telah direalisasikan sebesar Rp. 89,131,500,00 atau 81.34 %
dengan demikian terdapat selisih dana sebesar Rp 20,447,500,00 atau 18.66%.
Hasil yang dicapai dari kegiatan Evaluasi dan Pengembangan Standar
Pelayanan Kesehatan adalah tersusunnya ISO 9001 untuk kualitas pelayanan
kesehatan di puskesmas Kabupaten Bandung.
1.9.3
kesehatan
Bandung
Rp.
124,229,000,00
dan
telah
direalisasikan
sebesar
Rp.
penyusunan
standar
84
analisis
belanja
pelayanan
kesehatan
dilaksanakan dengan dana yang bersumber dari APBD Kabupaten Bandung sebesar
Rp. 28,815,000,00 dan telah direalisasikan sebesar Rp. 28,815,000,00 atau pencapaian
100%.
Hasil kegiatan penyusunan standar analisis belanja pelayanan kesehatan adalah
tersusunnya dokumen sistem pembiayaan kesehatan Kabupaten (DHA).
1.9.5
bersumber dari APBD Kabupaten Bandung sebesar Rp. 1,137,600,000,00 dan telah
direalisasikan sebesar Rp. 1,121,436,000,00 atau 98.58 %. Dengan demikian terdapat
selisih sebesar Rp. 16,164,000,00 atau 1.42%.
pasien
baru/lama,
dan
pendaftaran
rawat
inap/jalan,
Rawat
Jalan/Poliklinik yang tersedia di puskesmas dan jaringannya seperti: poli umum, poli
KB/KIA,
poli
85
menyediakan layanan IGD). Bagian ini juga mencatat diagnosa dan tindakan
terhadap pasien agar tersimpan di dalam laporan rekam medis pasien.
Apotik/Farmasi, yang meliputi pengelolaan informasi inventori dan transaksi obatobatan. Melalui lingkup manajemen pasien tersebut diperoleh laporan mengenai:
rekam medis pasien, data morbiditas pasien rawat jalan, jumlah kunjungan pasien
kasus baru dan kasus lama, jumlah penggunaan obat dan manajemen ketersediaan
obat di apotik puskesmas. Aplikasi SIMPUS tahun 2012 dilaksanakan di 20
Puskesmas yaitu Puskesmas Majalaya, Puskesmas Banjaran Nambo, Puskesmas
Soreang dan Puskesmas Dayeuhkolot, dll.
3. Kegiatan penyusunan Profil Kesehatan tahun 2011 menghasilkan Dokumen Profil
Kesehatan yang merupakan dokumentasi hasil penyelenggaraan kesehatan yang
dilaksanakan baik oleh sarana pelayanan kesehatan milik pemerintah seperti
Puskesmas dan jaringannya serta RSUD maupun Rumah Sakit milik swasta
sehingga dapat menggambarkan situasi derajat kesehatan masyarakat serta upayaupaya kesehatan yang telah dilaksanakan selama 5 tahun di Kabupaten Bandung.
Dokumen Profil Kesehatan 2010 didistribusikan ke seluruh puskesmas, pejabat
struktural Dinas dan lintas sektoral di lingkungan Pemda.
4. Kegiatan penyusunan Laporan Tahunan Puskesmas/Kabupaten menghasilkan
dokumen laporan hasil kegiatan program di Puskesmas/Kabupaten Bandung tahun
2012. Jumlah dokumen yang dihasilkan 62 dokumen laporan tahunan puskesmas
dan 1 dokumen laporan tahunan Dinas Kesehatan.
5. Tersedianya jaringan Wide Area Network (WAN) bertujuan untuk menciptakan
sistem informasi yang terintegrasi antar Puskesmas dan Puskesmas Dinas.
Jaringan WAN tahun 2012 dilaksanakan di 20 Puskesmas.
86
di
rencanakan
pelaksanaan
program
pelayanan
kesehatan
penduduk
miskin
dilaksanakan dengan dana yang bersumber dari APBD Kabupaten Bandung sebesar
Rp. 46,006,556,204,00 dan telah direalisasikan sebesar Rp. 43,937,567,337,00 atau
pencapaian 95.50 %. Dengan demikian terdapat selisih sebesar Rp. 2,068,988,867,00
atau 4.5%. Kegiatan dalam program ini meliputi :
1. Pelayanan Kesehatan operasi (Bangub 2012)
2. Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan bagi Masyarakat Miskin
1.10.2 Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan bagi Masyarakat Miskin (DAU &
Bangub 2012)
Kegiatan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan bagi masyarakat miskin terdiri
dari dana yang bersumber dari APBD II Kabupaten Bandung sebesar Rp.
45,946,556,204,00 dan telah direalisasikan sebesar Rp. 43,877,567,337,00 atau 95.50
%. Dengan demikian terdapat selisih sebesar Rp. 2,068,988,867,00 atau 4.5%.
Hasil kegiatan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan bagi masyarakat miskin
adalah sebagai berikut:
1. Terlaksananya pertemuan sosialisasi pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
antara puskesmas, masyarakat Kabupaten Bandung dan Rumah Sakit sebanyak 2
kali pertemuan.
87
dengan dana
bersumber dari APBD Kabupaten Bandung sebesar Rp. 13,792,757,400,00 dan telah
direalisasikan sebesar Rp. 12,425,637,400,00 atau 90.09 %. Dengan demikian terdapat
selisih sebesar Rp. 1,367,120,000,00 atau 9.91%.
Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana
puskesmas/ puskesmas pembantu dan jaringannya mengadakan kegiatan sebagai
berikut:
1. Pengadaan puskesmas keliling
2. Pengadan sarana dan prasarana puskesmas
3. Pengembangan gedung dan revitalisasi Puskesmas berfungsi PONED
4. Kegiatan pemeliharaan rutin/ berkala sarana dan prasarana puskesmas
88
89
pemeliharaan
rutin/berkala
sarana
dan
prasarana
Puskesmas
dilaksanakan dengan dana yang bersumber dari APBD Kabupaten Bandung sebesar
Rp. 6,411,361,400,00 dan telah direalisasikan sebesar Rp. 5,875,557,700,00 atau
pencapaian 91.64 %. Dengan demikian terdapat selisih sebesar Rp. 535,803,700,00
atau 8.36%.
Hasil yang dicapai dari kegiatan pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana
Puskesmas adalah terlaksananya kegiatan pembangunan 4 Puskesmas PONED yaitu
di Nagreg, Kertasari, Pasirjambu, dan Rancabali.
dana
yang
Rp.2,622,106,360,00
bersumber
terealisasi
dari
sebesar
APBD
Kabupaten
Rp.1,556,773,485,00
Bandung
atau
sebesar
pencapaian
90
lain:
1.
2.
dari
Bangub
sebesar
Rp.1,068,855,360,00
terealisasi
sebesar
91
dilaksanakan dengan dana yang bersumber dari APBD Kabupaten Bandung sebesar
Rp. 48,531,500,00 terealisasi sebesar Rp. 48,531,500,00 atau pencapaian (100%).
Program peningkatan pelayanan kesehatan Lansia menitikberatkan pada kegiatan
Pembangunan Pusat-pusat Pelayanan Kesehatan.
Hasil kegiatan pembangunan pusat-pusat pelayanan kesehatan adalah sebagai
berikut:
1. Terlaksananya kegiatan
pertemuan
pengelola
lansia
untuk
pengembangan
program
peningkatan
keselamatan
ibu
melahirkan
dan
anak
dilaksanakan dengan dana yang bersumber dari APBD Kabupaten Bandung sebesar
Rp. 1,547,540,500,00 terealisasi sebesar Rp. 1,145,188,612,00 atau pencapaian (74%)
dengan demikian masih tersisa anggaran sebesar Rp.402,351,888,00 atau 26%.
Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak menitikberatkan pada
kegiatan penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil dari keluarga kurang mampu.
Hasil dari kegiatan penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil dari keluarga kurang
mampu adalah:
1. Terlaksananya pertemuan tentang orientasi ANC yang efektif menuju persalinan
normal sebanyak 300 orang.
2. Terpenuhinya bantuan rumah sebagai tempat tinggal dan pelayanan kesehatan bagi
bidan desa sebanyak 65 rumah sehingga pelayanan persalinan di Desa/ PONED
meningkat.
3. Tersedianya 20 macam format pelaporan kegiatan KIA dan KB..
92
B A B VIII
PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHAN
93
Permasalahan
1.1
URAIAN
JUM LAH
Rp
733,005,140
9.15
Rp
1,078,846,875
13.46
Rp
4,064,083,150
50.71
Rp
2,138,588,867
26.68
Rp 8,014,524,032
100.00
Jumlah :
94
dan pemberian honor disesuaikan dengan kehadiran dan kinerja dari tenaga honorer
yang bersangkutan.
c. Mamin pasien yang tidak terserap dikarenakan sebagian pasien dengan rawat inap
di puskemas tempat perawatan merupakan peserta Jamkesmas dan peserta Askes,
sehingga penggantian mamin pasiennya dijamin oleh Jamkesmas dan PT. Askes.
d. Penyelenggaraan beberapa kegiatan, penyerapan dananya sesuai kebutuhan,
mislanya dikarenakan Nara sumber berhalangan hadir, penyesuaian transport
perjalanan dll.
e. Sewa rumah bidan tidak dikeluarkan pembiayaannya karena sudah punya rumah
sendiri.
f. Pembiayaan penunggu balita rawan gizi yang dirawat di Rumah Sakit tidak dicairkan,
karena tidak ada yang dirawat.
g. Ada 1 posyandu yang tidak jadi diberikan alat penunjang, karena sudah pernah
mendapat dana hibah dari Provinsi.
h. Penanganan kasus Filariasis yang dirujuk hanyak 2 orang.
i. Sebagian puskesmas sudah dapat memenuhi target cakupan hasil POMP filariasis,
sehingga transport sweeping tidak dimanfaatkan.
j. Transport pengambilan obat filariasis tidak dimanfaatkan. Karena dropping dilakukan
oleh Provinsi.
k. Biaya pengobatan dan perawatan KIPI (Kontra Indikasi Paska Imunisasi)
disesuaikan dengan jumlah kasus dan besaran tagihan dari Rumah Sakit.
95
b. Pemberian tambahan insentif bagi dokter, dokter gigi dan bidan PNS di puskesmas/
desa terpencil yang mengambil cuti melahirkan, tidak boleh diberikan.
c. Bantuan dana Beasiswa tugas belajar untuk D3, tidak dimanfaatkan karena tidak
terpenuhinya persyaratan dari segi usia (> 35 tahun) dan belum terpenuhinya masa
kerja golongan.
d. Bantuan dana bea siswa tugas belajar untuk S1 hanya 76,23% yang dimanfaatkan,
karena biaya hidup hanya terhitung 4 bulan dan SPP disesuaikan dengan plafon
yang dikeluarkan oleh Institusi Pendidikan.
Selisih/ saldo anggaran berupa hasil selisih kontrak dengan pihak ketiga dalam
pengadaan barang dan jasa sebesar Rp. 4.064.083.150,00 (50,71%) dari saldo
anggaran yang ada, hal ini dikarenakan sistem pengadaan sebagian besar sudah
melalui LPSE sehingga persaingan dalam penentuan harga sangat ketat.
Saldo anggaran yang lain dikarenakan adanya keterbatasan waktu dan tenaga
untuk penyelesaian kegiatan, yaitu sebesar Rp. 2.0138.588.867,00 (26,68%) dari saldo
anggaran yang ada. Adapun masalah keterbatasan waktu & tenaga, antara lain karena :
a. Pengesahan DPA yang terlambat, menimbulkan perubahan rencana sesuai jadwal
yang telah ditentukan dan bertumpuknya kegiatan di akhir tahun anggaran.
b. Kesibukan dari beberapa stake holder pada saat yang bersamaan kegiatan tidak
dapat dilaksanakan sesuai rencana.
c. Kegiatan operasional dan pemeliharaan yang ada di Puskesmas tidak termanfaatkan
secara optimal.
d. Pembayaran klaim pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan peserta
Jamkesmas ke Rumah Sakit mitra untuk pelayanan bulan Desember 2012 belum
dapat terealisasi karena ajuan membutuhkan waktu untuk penyelesaian verifikasi.
Hambatan/ kendala lain yang dialami dalam capaian kinerja adalah :
a. Pengesahan anggaran belum tepat waktu, sehingga pelaksanaan kegiatan yang
sudah direncanakan tidak sesuai dan percapaian target kinerja keuangan kurang
96
optimal;
b. Koordinasi/ informasi serta mekanisme bantuan dana dari Propinsi/ Pusat terlambat,
terutama Bangub sehingga ada beberapa kegiatan yang sudah direncanakan tidak
dapat dilaksanakan;
c. Penyelenggaraan pengadaan dengan system LPSE, membutuhkan waktu yang
cukup lama untuk dapat mengevaluasi dari peserta lelang;
d. Sumber Daya Manusia (SDM) baik tenaga maupun keterampilan yang kurang dalam
bidang pencatatan dan pelaporan keuangan sehingga pertanggungjawaban/
pendokumentasian keuangan kurang optimal.
e. Tidak teralokasikannya honor/ tambahan penghasilan bagi bendahara di tingkat
puskesmas, sehingga kurang memberi motivasi/ penghargaan pada bendahara.
f. Bantuan dana Gakinda sangat tergantung dari hasil ajuan klaim dari rumah sakit/
puskesmas dan perlu waktu untuk memverifikasi.
g. Penyelenggaraan pencairan pada pihak ke 3 (ketiga) pada pengadaan barang/ jasa
serta belanja modal khususnya pengadaan fisik bertumpu di bulan Desember/ akhir
tahun sehingga mengganggu proses pelaporan keuangan..
h. Pengesahan DPA perubahan pada bulan Nopember 2012, sehingga ada beberapa
kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dikarenakan
waktu pelaksanaan kegiatan realtif sempit ( + 35 hari kerja).
8.2
97
98