Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PEMBAHASAN
hialin.
Kelainan jantung: penyakit jantung bawaan, disfungsi miokardium
Kelainan susunan syaraf pusat akibat: Asfiksia, perdarahan otak
Kelainan metabolik: hipoglikemia, asidosis metabolik
Kelainan bedah: pneumotoraks, fistel trakheoesofageal,
hernia
diafragmatika.
Pada kasus ini, terdapat penyakit jantung bawaan asianotik tipe ASD
sehingga ada kelainan di bagian jantungnya.
Pada kasus ini, di dapatkan asfiksia derajat ringan-sedang dan gawat napas
pada saat lahir, yang dapat ditentukan dengan melihat nilai APGAR skor
dan skor downe nya.
Tabel APGAR skor.
Tanda
Laju
Tidak ada
jantung
< 100
>100
Usaha
nafas
Tidak ada
Lambat
Menangis
kuat
Tonus
otot
Lumpuh
Ekstremitas
fleksi
sedikit
Gerak
aktif
Refleks
Tidak
bereaksi
Gerakan
sedikit
Reaksi
melawan
Warna
kulit
Seluruh
Tubuh
Seluruh
tubuh
kemerahan,
tubuh
biru/pucat ekstremitas kemerahan
biru
Jumlah
Skor Downe : 5
Nilai Gawat Nafas
Sianosis
Retraksi
Merintih
0
None
None
None
1
Hilang dengan O2
Ringan
Terdengar dengan
menggunakan
2
Menetap
Berat
Terdengar
tanpa
stetoskop
Masukan Udara
Jernih
(Tangisan)
Frekuensi
< 60
Pernafasan
Interpretasi dari skor Downe:
a. < 4: Tidak terdapat gawat nafas
b. 4 7 : Gawat nafas
c. 7: Ancaman gagal nafas
Menurun or
delayed
60-80
menggunakan
stetoskop
Hampir tidak
terdengar
> 80 atau
apnea
eklampsi berat pada ibu dan terdapat takipneu (pernapasan lebih dari 60x) ketika
bayi baru lahir. Selain itu, berdasarkan HPHT usia kehamilan, bayi ini termasuk
bayi kurang bulan atau prematur. Berdasarkan data tersebut serta berdasarkan skor
Downe dan teori dapat diketahui bahwa bayi mengalami gawat nafas.
Menurut teori, asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan bayi baru lahir
yang gagal bernafas secara spontan dan teratur. Kegagalan ini akan sering
berlanjut menjadi sindrom gangguan pernafasan pada hari-hari pertama setelah
lahir.7 Maka adanya gawat nafas pada bayi ini yang ditandai dengan skor Downe
5, dimungkinkan akibat adanya asfiksia derajat ringan-sedang yag dialami bayi
ketika baru lahir, yang dapat dilihat pada tabel APGAR skor.
Berdasarkan pemeriksaan fisik, keadaan umum bayi tampak sesak. Dari
tanda vital didapatkan detak jantung 135 kali per menit, laju pernafasannya
sebanyak 58 kali per menit, suhu 370C dan capillary refill time didapatkan lebih
dari 2 detik. Dari pemeriksaan fisik terdapat sianosis pada ujung-ujung
ekstremitas, pada thoraks terlihat pernafasan simetris tetapi terdapat retraksi pada
subcostal.
Sepsis neonatorum adalah sindrom klinis yang ditandai dengan tandatanda dan gejala infeksi dengan atau tanpa disertai bakteremia pada bulan pertama
kehidupan.11
Manifestasi klinis dasar diagnostik pada sepsis adalah sebagai berikut11:
1.
Keadaan umum: menurun (not doing well), malas minum (poor feeding),
hipo/hipertermi, edema, sklerema.
2.
Sistem saraf pusat: hipotonia, irritable, high pitch cry, kejang, letargi,
tremor, fontanella cembung.
3.
4.
Sistem
kardiovaskuler:
takikardi
(>
160x/menit),
bradikardi
6.
peningkatan leukosit, serta hasil kultur yang positif menunjukkan adanya infeksi
Klebsiella pneumoniae. Berdasarkan data-data tersebut dapat diketahui bahwa
bayi pada kasus ini mengalami sepsis.
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur
disebabkan
oleh
alveoli
masih
kecil
sehingga
kesulitan
berkembang,
a.
Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling sering
dan bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infus dektrosa 5%.
Pantau selalu tanda vital
Jaga kepatenan jalan nafas
Berikan Oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal)
Jika bayi mengalami apneu
Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
Lakukan penilaian lanjut
f.
Bila terjadi kejang, segera periksa gula darah dam pertahankan kebutuhan
b.
c.
d.
e.
dalam kasus ini untuk mempertahankan pernafasan pada bayi agar tetap
adekuat setelah dilakukan resusitasi, maka setelah di NICU bayi diberikan
oksigen melalui ETT yang telah terpasang dengan menggunakan CPAP PEEP
(Continous Positive Airway Pressure Positive end-expiratory pressure) 6 cm
H2O FiO2 28%. PEEP yang memadai sangat penting untuk mempertahankan
kapasitas residu fungsional, mencegah atelektasis dan meningkatkan
oksigenasi. Bayi yang diintubasi kebanyakan membutuhkan PEEP 5 cm
H2O karena penyakit paru yang mendasari dan adanya ETT yang melewati
laring. PEEP yang tidak memadai dapat menyebabkan ventilasi heterogen dan
meningkatkan resiko cedera paru ( ).
Pada hari ke-4, bayi menggunakan CPAP PEEP 6 cm H2O FiO2 28%.
Kemudian pada hari ke-8 bayi sudah tidak memerlukan alat bantu ataupun O2
tambahan. Bayi sudah dapat bernafas secara normal.
Untuk menjaga kehangatan, bayi dirawat di inkubator dengan menjaga
suhu badan basal bayi antara 36,50-37,50C 12. Selama perawatan suhu badan bayi
selalu stabil.
Untuk pengobatan, Sesaat setelah kelahirannya bayi mendapat suntikan
vitamin K 1 x 1 mg. pemberian vitamin K ini dimaksudkan untuk mengatasi
perdarahan dari umbilikus karena vitamin K diperlukan untuk pembentukan faktor
pembekuan I, II dan VII di hati. Pemberian gentamicin salep mata untuk
mencegah terjadinya neonatal konjungtivitis.
Bayi juga diberikan antibiotik profilaksis. Antibiotik yang diberikan adalah
ampicillin dan gentamicin yang merupakan antibiotik lini pertama untuk sepsis
neonatorum berdasarkan empiris.Pemberian antibiotik lini kedua di berikan di hari
ke 4 yaitu Ceftazidim.
Penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur jantung
atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan
yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Penyakit jantung bawaan
merupakan bentuk kelainan jantung yang sudah didapatkan sejak bayi baru lahir.
Manifestasi klinis kelainan ini bervariasi dari yang paling ringan sampai berat.
Pada bentuk yang ringan, sering tidak ditemukan gejala, dan tidak ditemukan
kelainan pada pemeriksaan klinis. Sedangkan pada PJB berat, gejala sudah
tampak sejak lahir dan memerlukan tindakan segera (7).
Penyebab
penyakit
jantung
bawaan
berkaitan
dengan
kelainan
perkembangan embrionik, pada usia lima sampai delapan minggu, jantung dan
pembuluh darah besar dibentuk. Penyebab utama terjadinya penyakit jantung
bawaan belum dapat di ketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang di
duga mem punyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung
bawaan (14):
a.
Faktor Prenatal :
Ibu menderita penyakit infeksi: rubella, influenza atau chicken pox
Ibu alkoholime
Umur ibu lebih dari 40 tahun.
Ibu menderita penyakit DM yang memerlukan insulin
Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu dan sebelumnya ikut
program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter,
b.
utama. Shunting atau percampuran darah arteri dari vena serta perubahan aliran
darah pulmonal dan tekanan darah. Normalnya, tekanan pada jantung kanan
lebih besar dari pada sirkulasi pulmonal. Shunting terjadi apabila darah mengalir
melalui lubang abnormal pada jantung sehat dari daerah yang bertekanan lebih
tinggi ke daerah yang bertekanan
Gangguan pertumbuhan
Pada PJB nonsianotik dengan pirau kiri ke kanan, gangguan pertumbuhan
Toleransi latihan
Toleransi
latihan
merupakan
petunjuk
klinis
yang
baik
untuk
jumlah sedikit, sering beristirahat, sesak waktu mengisap, dan berkeringat banyak.
Pada anak yang lebih besar ditanyakan kemampuannya berjalan, berlari atau naik
tangga. Pada pasien tertentu seperti pada tetralogi Fallot anak sering jongkok
setelah lelah berjalan (16).
d.
mengganggu sistem pertahanan paru. Sering pasien dirujuk ke ahli jantung anak
karena anak sering menderita demam, batuk dan pilek. Sebaliknya tidak sedikit
pasien PJB yang sebelum-nya sudah diobati sebagai tuberkulosis sebelum di rujuk
ke ahli jantung anak (16).
e.
Bising jantung
Terdengarnya bising jantung merupakan tanda penting dalam menentukan
penyakit jantung bawaan. Bahkan kadang-kadang tanda ini yang merupakan
alasan anak dirujuk untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Lokasi bising,
derajat serta penjalarannya dapat menentu-kan jenis kelainan jantung. Namun
tidak terdengarnya bising jantung pada pemeriksaan fisis, tidak menyingkirkan
adanya kelainan jantung bawaan. Jika pasien diduga menderita kelainan jantung,
sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis (16).
Pada kasus ini, bayi mengalami gejala-gejala yang mengarah kepada
penyakit jantung bawaan, seperti sianosis, dan pada pemeriksaan fisik terdapat
bising pada jantung berupa murmur pansistolik. Atas indikasi tersebut, maka
dilakukan pemeriksaan jantung berupa ekhokardiografi, dan didapatkan hasil
bahwa bayi positif mengalami penyakit jantung bawaan asianotik dengan jenis
atrium septal defek kecil.
PENUTUP
Telah dilaporkan By. Ny. EY1 dengan diagnosis bayi kurang bulan, kurang
masa kehamilan dengan berat lahir rendah serta Respiratory Distress Syndrom ec
Penyakit Jantung Bawaan sianotik, yang dirawat di ruang neoatologi RSUD Ulin
Banjarmasin. Diagnosis didapat dari anamnesis-pemeriksaan fisik dan ditegakkan
melalui pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan yang telah diberikan kasus ini
adalah rawat inkubator, CPAP PEEP 6 cm H2O FiO2 28%, terapi cairan berupa
IVFD D10% dan Ca glukonas, aminofusin, antibiotika berupa ampicilin dan
gentamicin, dan aminofilin dengan monitor keadaan umum, tanda vital, tanda
hipoglikemi, tanda hipotermi, CRT.