Вы находитесь на странице: 1из 15

Latar Belakang Masalah

Sumber Daya Manusia yang baik dan berkualitas sangat diperlukan


dalam mengisi dan mempertahankan kemerdekaan karena kualitas Sumber
Daya Manusia merupakan salah satu faktor utama yang diperlukan dalam
melaksanakan pembangunan nasional. Untuk meningkatkan kualitas Sumber
Daya Manusia tersebut maka harus dilakukan upaya-upaya yang saling
berkesinambungan. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas
Sumber Daya Manusia, faktor kesehatan dan gizi memegang peranan penting,
karena orang tidak akan dapat mengembangkan kapasitasnya secara
maksimal apabila yang bersangkutan tidak memiliki status kesehatan dan gizi
yang optimal ( Depkes,2001)
Upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia baik fisik maupun
non fisik harus dilaksanakan sedini mungkin dan berlangsung terus menerus
selama hidup. Karena upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal akan
dilaksanakan dengan perbaikan, peningkatan gizi dan kesehatan. Upaya
peningkatan gizi yang tepat dilakukan pada masa anak-anak. Gizi yang
diperoleh seorang anak melalui konsumsi makanan setiap hari berperan besar
untuk kehidupan anak tersebut kelak. Seorang anak yang sehat dan normal
akan tumbuh sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya. Tetapi
pertumbuhan ini juga akan dipengaruhi oleh asupan zat gizi yang dikonsumsi
dalam bentuk makanan. Kekurangan atau kelebihan akan dimanifestasikan
dalam bentuk pertumbuhan yang menyimpang dari pola standar.
Gizi merupakan salah satu komponen dari lingkungan yang
memegang peranan penting dalam kesehatan dan tumbuh kembang anak.
Apabila gizi menurun maka kesehatan anak akan menurun, sedangkan angka
mortalitas dan morbilitas akan meningkat (Sediaoetama, 2000). Kurangnya
pengetahuan gizi dan kesehatan orang tua, khususnya ibu merupakan salah
satu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada balita. Ditinjau dari sudut
masalah kesehatan dan gizi, anak balita termasuk golongan masyarakat yang
paling mudah menderita kelainan gizi, sedangkan pada saat ini mereka
sedang mengalami proses pertumbuhan yang relatif pesat, dan memerlukan

43

zat-zat gizi dalam jumlah yang relatif besar. Khususnya untuk masa balita
merupakan masa perkembangan ( nonfisik ) dimana sedang dibina untuk
mandiri, berperilaku menyesuaikan dengan lingkungan, peningkatan berbagai
kemampuan, dan berbagai perkembangan lain yang membutuhkan fisik yang
sehat. Maka kesehatan yang baik ditunjang oleh keadaan gizi yang baik,
merupakan hal yang utama untuk tumbuh kembang yang optimal bagi
seorang anak. Kondisi ini hanya dapat dicapai melalui proses pendidikan dan
pembiasaan serta penyediaan kebutuhan yang sesuai khususnya melalui
makanan sehari-hari bagi seorang anak. Maka dari itu pengaruh orang tua
sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak secara normal.
Untuk mendapatkan anak yang tumbuh dengan baik juga tidak lepas dari
tingkat perilaku ibu terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Setelah
bayi lahir sampai usia lima tahun merupakan masa dimana seorang anak akan
tumbuh dan berkembang secara pesat.
Pertumbuhan yang baik biasanya juga disertai dengan status gizi anak
yang baik. Status gizi balita merupakan hal yang penting yang harus diketahui
oleh setiap orang tua, perlunya perhatian lebih dalam masa tumbuh kembang
di usia balita didasarkan fakta bahwa kekurangan gizi yang terjadi pada masa
masa balita, atau masa emas ini bersifat irreversible atau tidak dapat pulih.
Keadaan tersebut dapat dibedakan dengan status gizi kurang, baik, dan lebih
(Almatsier, 2005).
Riskesdas 2010 merupakan Millenium Development Goals (MDGs)
dengan representasi tingkat provinsi di seluruh Indonesia yang berbasis
masyarakat. Riskesdas 2010 akan memberikan informasi khusus mengenai
pencapaian MDGs kesehatan sesuai komitmen upaya kesehatan tingkat global
dan nasional. Selain itu, juga sebagai sarana untuk mengevaluasi
perkembangan beberapa status kesehatan masyarakat Indonesia di tingkat
nasional dan provinsi, perubahan masalah kesehatan di tingkat nasional dan
provinsi, dan perkembangan upaya pembangunan kesehatan di tingkat
nasional dan provinsi dalam tiga tahun terakhir. Beberapa indikator MDGs

44

kesehatan yang akan dikumpulkan melalui Riskesdas 2010 salah satunya


adalah status gizi balita.
Berdasarkan data Laporan Tahunan Puskesmas Rowosari pada tahun
2013, jumlah balita BGM di wilayah kerja Puskesmas Rowosari Kecamatan
Tembalang sebanyak 15 kasus (19%), jumlah balita gizi buruk yang
ditemukan sebanyak 7 kasus (17%), dan jumlah balita gizi buruk yang di
lacak

sebanyak 7 kasus (100%). (Laporan Kesehatan Puskesmas

Rowosari,2013)
Beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi Status Gizi Balita
antara lain adalah faktor perilaku. Faktor perilaku meliputi pengetahuan,
sikap dan praktek berkaitan dengan Status Gizi Balita. Untuk mengetahui
gambaran beberapa faktor ibu yang berkaitan dengan status gizi balita dapat
dilakukan penelitian dengan rapid survey. Rapid survey adalah satu metode
survei yang cepat dan murah untuk mengevaluasi suatu program kesehatan.
Metode ini menerapkan rancangan sampel klaster dua tahap dengan
pemilihan klaster pada tahap pertama secara probability proportionate to size.
Pemilihan sampel pada tahap kedua, yaitu pemilihan sampel rumah tangga
dilakukan dengan cara acak sederhana (simple random sampling) atau dengan
menerapkan sistem rumah terdekat. Metode ini sudah banyak digunakan di
Indonesia dan berdasarkan uji coba dapat disimpulkan bahwa metode ini
layak untuk diterapkan sebagai metode pengumpulan informasi pada
masyarakat.
Tujuan Penelitan
1. Tujuan Umum
Menganalisis

hubungan antara beberapa faktor perilaku ibu

(pengetahuan, sikap, dan praktek ibu) dengan status gizi balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Rowosari Kecamatan Tembalang Tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan variabel bebas perilaku ibu yang terdiri dari
pengetahuan ibu, sikap ibu dan praktik ibu
b. Mendeskripsikan variabel terikat yaitu status gizi balita.

45

c. Mendeskripsikan hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi


balita.
d. Mendeskripsikan hubungan antara sikap ibu dengan status gizi balita.
e. Mendeskripsikan hubungan antara praktik ibu dengan status gizi balita.

METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan
metode rapid survey yang memaparkan gambaran beberapa karakteristik
penduduk yang berkaitan dengan status gizi balita di Kelurahan Meteseh
dengan desain cross sectional study yaitu subjek hanya diobservasi sekali atau
pada saat penelitian saja.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi target dalam survei ini adalah penduduk yang berada di wilayah
Kelurahan Meteseh sebanyak 14.252 jiwa.
2.
Sampel
a. Unit sampling dalam survei ini adalah setiap Kepala Keluarga yang
terpilih dengan sistem acak, unit sampling ada 210 responden di
wilayah Kelurahan Meteseh.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menerapkan rancang
sampel kluster 2 tahap.
1) Tahap I: Dilakukan dengan probability proportionate to size (PPS)
untuk penilaian RT (kluster) dengan sistem ukuran proporsional.
2) Tahap II
: Pemilihan sampel pada setiap RT (cluster) yang
terpilih dilakukan dengan cara random.
b. Besar Sampel

46

Dalam survei ini besar sampel telah ditentukan yaitu tiap


kluster 7 responden. Dengan ditentukan sejumlah sampel keseluruhan
adalah 30 kluster x 7 responden = 210 responden.
c. Pengambilan Sampel
Dilakukan dengan menggunakan metode EPI oleh Benneth
(1994) dengan cara penentuan rumah per satu jalan tertentu dalam
memilih satu rumah secara acak sebagai rumah pertama yang
didatangi, berikutnya adalah rumah terdekat.
Secara sistematis langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Di kluster RT terpilih, pewawancara harus pergi ke tengah kluster.
Di tengah kluster ini dilakukan pelemparan koin Rp 200,- dengan
sisi bergambar burung jalak Bali. Arah yang ditunjukkan oleh
ujung mulut burung jalak Bali, ke arah itu pewawancara harus
berjalan sampai batas kluster.
2) Sambil berjalan pewawancara membuat peta rumah-rumah yang
ada di kiri dan kanan jalan saja. Rumah yang berada di
belakangnya tak perlu dipetakan, jika terdapat persimpangan jalan
maka pewawancara melakukan pelemparan koin kembali untuk
menentukan arah.
3) Setelah pemetaan selesai, diberikan nomor pada rumah-rumah
yang ada di peta. Pemberian nomor di tempat awal berjalan atau
batas kluster.
4) Pemilihan rumah pertama yang di datangi untuk wawancara
digunakan bantuan tabel angka acak.Tabel ini dapat dibuat
dengan bantuan C survei.
5) Nomor rumah yang pertama dapat dipilih dengan cara
menjatuhkan mata pulpen ke tabel angka acak. Angka yang
tercoret pada tabel acak merupakan nomor rumah pertama sebagai
sampel.
6) Datangi rumah pertama yang terpilih tersebut jika ada sampel
yang memenuhi syarat, dilakukan wawancara. Jika tidak, datangi
rumah berikutnya.

47

7) Rumah berikut yang harus di datangi adalah rumah terdekat


dengan rumah yang telah di datangi (baik yang dilakukan
wawancara atau tidak). Rumah terdekat adalah rumah yang antar
pintunya paling dekat.
8) Wawancara dilakukan sampai selesai, wawancara paling tidak 7
unit rumah yang ada Kepala Keluarga yang memiliki balita. Unit
sampel yang digunakan pada tingkat kluster adalah jumlah ibu
yang memiliki balita bukan jumlah Kepala Keluarga.

HASIL DAN PEMBAHASAN


B. Analisis Univariat
Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Perhitungan CI dan ROH Analisis Univariat pada
Status Gizi di Kelurahan Meteseh Tahun 2014

48

No
1

2.

3.

4.

Variabel
Pengetahuan Ibu
Rendah
Tinggi
Sikap Ibu
Tidak Baik
Baik
Praktik Ibu
Tidak Baik
Baik
Status Gizi Balita
Tidak Baik
Baik

CI 95%

Deff

ROH

4.8%
95.2%

1.875- 7.649%
92.351- 98.125%

1.005

0.00083

46.7%
53.3 %

39.903%- 53.430%
46.570%- 60.097%

1.005

0.00083

32.4%
67.6%

26.037%-38.725%
61.275%-73.963%

1.005

0.00083

21.0%
79.0%

15.435%- 26.470%
73.530%- 84.565%

1.005

0.00083

C. Analisis Bivariat
Tabel 4.12 Ringkasan Hasil perhitungan proporsi CI dan ROH Analisis bivariat
dengan status gizi balita di Kelurahan Meteseh
Status Gizi Balita
Variabel

Kriteria

Praktik Ibu

Baik

CI 95%

CI 95%

30

1.529%-58.471%

70

41.529%-98.471%

20.5

14.892%-26.108%

79.5

73.892%-85.108%

Kurang Baik
Baik

20.408

12.410%-28.407%

79.592

71.593%-87.590%

21.429

13.811%-29.046%

78.571

70.954%-86.189%

Kurang Baik
Baik

19.118

9.749%-28.486%

80.882

71.514%-90.251%

21.831

15.020%-28.643%

78.169

71.358%-84.980%

Pengetahuan Ibu Rendah


Tinggi
Sikap Ibu

Tidak Baik

49

Sesuai dengan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan
95%, rata-rata range confident interval berada pada interval 6-10 menunjukan
bahwa penelitian dapat disimpulkan cukup akurat pada variabel pengetahuan ibu,
sikap ibu, praktek ibu dengan status gizi balita.
Nilai ROH untuk Pengetahuan Ibu, Sikap Ibu, Praktek Ibu, dengan Status
Gizi balita adalah sebesar 0,00083 (mendekati 0) yang berarti distribusi Ibu
menurut pengetahuan ibu, sikap ibu, praktik ibu, dengan Status gizi
penyebarannya merata antar klaster tetapi tidak menyebar merata di dalam klaster.

50

BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
1. Pengetahuan Ibu
Pengetahuan merupakan variabel bebas yang merupakan bagian
dari perilaku. Berdasarkan penelitian, perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Rogers menyatakan

bahwa, sebelum orang mengadopsi

perilaku baru, didalam diri orang tersebut harus terjadi proses yang
berurutan

yaitu

awareness

(sadar),

interest

(tertarik),

evaluation

(menimbang-nimbang), trial (mencoba), dan adaption (adopsi).

Pada

penelitian selanjutnya, Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku


tidak selalu melewati taha-tahap tersebut di atas.
Dari hasil survey diketahui bahwa persentase pengetahuan ibu
keseluruhan adalah pengetahuan ibu tinggi (95,2%). Persentase Ibu yang
dengan pengetahuan tinggi berada pada batas minimum (LCL) sebesar
92.351% berada pada interval 1-5 (2.849) dan batas maksimum (UCL)
sebesar 98.125% berada pada interval 1-5 (2.925) . Hal ini menunjukan
bahwa penelitian ini adalah akurat.
Dari hasil analisa Csampel diketahui bahwa nilai ROH
pengetahuan ibu sebesar 0,00083 (mendekati 0) yang berarti distribusi ibu
yang memiliki pengetahuan tinggi dengan status gizi balita baik
penyebarannya merata antar klaster. Jadi, distribusi ibu yang memiliki
pengetahuan tinggi menyebar merata antar klaster tetapi tidak menyebar
merata di dalam klaster.
2. Sikap Ibu
Dari hasil survey diketahui bahwa persentase ibu dengan sikap
baik sebesar 53.333%. Persentase ibu dengan sikap baik tersebut berada
pada batas minimum (LCL) sebesar 46.570% memiliki interval sebesar

51

6.763 dan batas maksimum (UCL) sebesar 60.097% dengan interval


sebesar 6.764. Hal ini menunjukan bahwa penelitian ini adalah cukup
akurat.
Dari hasil analisa Csampel diketahui bahwa nilai ROH sikap ibu
sebesar 0,00083 (mendekati 0) yang berarti distribusi ibu yang memiliki
sikap baik dengan status gizi balita baik penyebarannya merata antar
klaster. Jadi, distribusi ibu yang memiliki sikap baik menyebar merata
antar klaster tetapi tidak menyebar merata di dalam klaster.
3. Praktik Ibu
Praktik Ibu merupakan variabel bebas dengan faktor meliputi
pemberia makanan untuk anak balita, pemberian ASI/PASI, praktik
memasak sayur, rutin ke posyandu, dan praktik ibu berkonsultasi ke
petugas kesehatan apabila anak balita sakit.
Dari hasil survey diketahui bahwa persentase praktik ibu baik
adalah sebesar 67.6%. Persentase ibu yang dengan praktik baik tersebut
berada pada batas minimum (LCL) sebesar 61.275% memiliki interval
sebesar 6.325 dan batas maksimum (UCL) sebesar 73.963% dengan
interval 6.363. Hal ini menunjukan bahwa penelitian ini adalah cukup
akurat.
Dari hasil analisa Csampel diketahui bahwa nilai ROH praktik ibu
sebesar 0.00083 (mendekati 0) yang berarti distribusi ibu yang memiliki
praktik baik dengan status gizi balita baik penyebarannya merata antar
klaster. Jadi, distribusi ibu yang memiliki praktik baik menyebar merata
antar klaster tetapi tidak menyebar merata di dalam klaster.
4. Status Gizi Balita
Status Gizi Balita merupakan variabel terikat yang meliputi Status
Gizi Balita Tidak Baik dan Status Gizi Balita Baik. Dari hasil survey
diketahui bahwa presentase Status Gizi Balita Baik lebih dari tiga
perempat (79.0%). Persentase Status Gizi Balita Baik berada pada batas
minimum (LCL) sebesar 73.530% memiliki interval sebesar 5.47 dan
batas maksimum (UCL) sebesar 84.565% dengan interval 5.565. Hal ini
menunjukan bahwa penelitian ini adalah akurat.

52

Dari hasil analisa Csampel diketahui bahwa nilai ROH Balita


dengan status gizi baik sebesar 0,00083

(mendekati 0) yang berarti

distribusi balita dengan status gizi baik penyebarannya merata antar


klaster. Jadi, distribusi balita dengan status gizi baik menyebar merata
antar klaster tetapi tidak menyebar merata di dalam klaster.
B. Analisis Bivariat
1. Kaitan Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi Balita
Perilaku seorang ibu yang berkaitan dengan status gizi balita
dipengaruhi oleh faktor pengetahuan ibu. Dari hasil penelitian, didapat
bahwa ibu balita dengan pengetahuan tinggi berjumlah 95.2%, dan rendah
4.8%. Pengetahuan ibu tentang Status Gizi Balita karena informasi tentang
Status Gizi Balita telah mereka peroleh melalui penyuluhan yang
diberikan oleh petugas kesehatan, media massa, elektronik karena dengan
memberikan informasi-informasi tentang Status Gizi Balita akan
meningkatkan pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu maka
semakin tinggi persentase Status Gizi Balita Baik.
Dari hasil survey diketahui bahwa persentase Ibu dengan
pengetahuan tinggi dan status gizi balita baik sebesar 79.5% berada pada
batas minimum (LCL) sebesar 73.892% memiliki interval sebesar 5.608
dan batas maksimum (UCL) sebesar 85.108% dengan interval 5.608. Hal
ini menunjukan bahwa penelitian mengenai keterkaitan pengetahuan ibu
dengan status gizi balita adalah akurat.
Perilaku seseorang berpengaruh terhadap tindakan atau perilaku
yang dilakukannya. Semakin baik atau tinggi pengetahuan yang dimiliki
maka diharapkan perilakunya juga semakin baik. Hal ini berkaitan dengan
status gizi balita di mana semakin baik pengetahuan yang dimiliki seorang
ibu maka diharapkan akan semakin baik perilakunya sehingga dapat
meningkatkan kemungkinan status gizi balita baik.
Dari hasil analisa Csampel diketahui bahwa nilai ROH
pengetahuan ibu dengan status gizi balita sebesar 0,00083 (mendekati 0)
yang berarti distribusi ibu yang memiliki pengetahuan tinggi dengan status

53

gizi balita baik penyebarannya merata antar klaster. Jadi, distribusi ibu
yang memiliki pengetahuan tinggi dan status gizi balita baik menyebar
merata antar klaster tetapi tidak menyebar merata di dalam klaster.
Berdasarkan hasil penelitian dengan analisis bivariat menggunakan
Chi Square diketahui tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik
antara pengetahuan ibu terhadap status gizi balita (p-value = 0,47), dimana
p-value > 0,05.
2. Kaitan Sikap Ibu dengan Status Gizi Balita
Perilaku dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, sikap dan praktik.
Pengetahuan merupakan domain penting dalam pembentukan tindakan dan
sebelum tindakan (Bloom) terjadi proses diantaranya, kesadaran, tertatik,
menimbang dan terbentuk perilaku (Rogers). Semakin tinggi pengetahuan
ibu tentang Status Gizi Balita maka semakin kecil timbul Status Gizi
Balita Tidak Baik.

14.

Sikap didasari oleh pengetahuan dan akan

mempengaruhi akan praktik terhadap suatu objek. Semakin mendukung


sikap ibu terhadap status gizi balita, maka semakin besar timbul status gizi
balita baik. 14
Dari hasil survey diketahui bahwa persentase ibu dengan sikap
baik dan status gizi balita baik sebesar 78.571% berada pada batas
minimum (LCL) sebesar 70.954% memiliki interval sebesar 7.617 dan
batas maksimum (UCL) sebesar 86.189% dengan interval 7.618. Hal ini
menunjukan bahwa penelitian mengenai keterkaitan sikap ibu dengan
status gizi balita adalah cukup akurat.
Dari hasil analisa Csampel diketahui bahwa nilai ROH sikap ibu
dengan status gizi balita sebesar 0,00083 (mendekati 0) yang berarti
distribusi ibu yang memiliki sikap baik dengan status gizi balita baik
penyebarannya merata antar klaster. Jadi, distribusi ibu yang memiliki
sikap baik dan status gizi balita baik menyebar merata antar klaster tetapi
tidak menyebar merata di dalam klaster.
Berdasarkan hasil penelitian dengan analisis bivariat menggunakan
Chi Square diketahui tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik

54

antara sikap ibu terhadap status gizi balita (p-value = 0,85), dimana pvalue >0,05.
3. Kaitan Praktik Ibu dengan Status Gizi Balita
Praktek yang diberikan oleh seorang ibu terhadap gizi balita
dipengaruhi secara langsung dengan pengetahuan dan sikap yang dimiliki.
Semakin tinggi atau banyak pengetahuan maka semakin tepat dan cepat
praktik yang akan dilakukan. 14
Dari hasil survey diketahui bahwa persentase ibu dengan praktik
baik dan status gizi balita baik sebesar 78.169% berada pada batas
minimum (LCL) sebesar

71.358% memiliki interval 6.811 dan batas

maksimum (UCL) sebesar 84.980% dengan interval 6.811.

Hal ini

menunjukan bahwa penelitian mengenai keterkaitan praktik ibu dengan


status gizi balita adalah cukup akurat.
Dari hasil analisa Csampel diketahui bahwa nilai ROH praktik ibu
dengan status gizi balita sebesar 0,00083 (mendekati 0) yang berarti
distribusi ibu yang memiliki praktik baik dengan status gizi balita baik
penyebarannya merata antar klaster. Jadi, distribusi ibu yang memiliki
praktik baik dan status gizi balita baik menyebar merata antar klaster tetapi
tidak menyebar merata di dalam klaster.
Berdasarkan hasil penelitian dengan analisis bivariat menggunakan
Chi Square diketahui tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik
antara praktik ibu terhadap status gizi balita (p-value = 0,65), dimana pvalue > 0,05.

55

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil rapid survey Gambaran Faktor Perilaku Ibu dengan
Status Gizi Balita di Kelurahan Meteseh Tahun 2014 dapat disimpulkan
bahwa :
a. Presentase ibu dengan pengetahuan yang tinggi sebesar 95,2%.
b. Presentase ibu dengan sikap yang baik sebesar 53.3%.
c. Presentase ibu dengan praktik yang baik sebesar 67.6%.
d. Presentase Status Gizi Balita Baik sebesar 79.0%.
e. Kaitan Pengetahuan Ibu yang tinggi dan Status Gizi Balita Baik berada
pada CI 73.892%-85.108% dengan ROH sebesar 0,00083.
f. Kaitan sikap ibu yang baik dan status gizi balita baik berada pada CI
70.954%-86.189% dengan ROH sebesar 0,00083.
g. Kaitan praktik ibu yang baik KK dan status gizi balita baik berada pada
CI 71.358%-84.980% dengan ROH sebesar 0,00083.
B. Saran
1. Bagi Puskesmas di wilayah Tembalang
Perlu meningkatkan kembali upaya- upaya dalam meningkatkan
program gizi balita baik melalui peningkatan pengetahuan ibu yang dapat
dilakukan antara lain dengan penyuluhan dan konsultasi. Penyuluhan dan
konsultasi dapat diberikan melalui kegiatan posyandu rutin setiap bulan.
Dengan pengetahuan ibu yang tinggi, sikap dan perilaku ibu terhadap gizi
balita akan menjadi lebih baik. Melalui penyuluhan, petugas penyuluhan
dan kader masyarakat harus

lebih mendorong

ibu- ibu

untuk

memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan baik dan lebih peduli terhadap


status gizi balita.

2. Bagi Ibu di Wilayah Kelurahan Meteseh


Ibu yang memiliki balita perlu meningkatkan pengetahuan, sikap
dan praktik yang sudah cukup baik sehingga dapat terus meningkatkan
status gizi balita baik dan menghindari timbulnya gizi buruk pada balita.
56

3. Bagi Peneliti
Peneliti perlu lebih melakukan studi pustaka dan studi lapangan
agar dapat mengantisipasi kejadian yang kurang diinginkan ketika berada
dilapangan seperti kendala dalam pencarian klaster yang dikarenakan tidak
ada informasi yang valid untuk mencapai klaster tujuan.

57

Вам также может понравиться