Вы находитесь на странице: 1из 47

LAPORAN HASIL

PRAKTIKUM BISNIS PENERAPAN IPTEKS

PENERAPAN PENGELOLAAN BISNIS SECARA PROFESIONAL


PADA PT. HIJAU AGRI INDONESIACABANG JEMBER

Disusun Oleh:
Heru Dwi Setiawan
Ayunita Dian Pertiwi
Lutfi Mutia Sari
Rimala Nantiari

(11.63211.001703)
(11.63211.001710)
(11.63211.001687)
(11.63211.001713)

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI PEMBANGUNAN JURUSAN


ADMINISTRASI BISNIS
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS
JEMBER
2014

P a g e | ii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta ucapan
terimakasih kepada Dosen Pembimbing Mata kuliah Praktikum Bisnis II yang kami
hormati, Bpk. Drs. Totok S, M.Si yang telah menuangkan materi dan pemikiran mengenai
cara menganalisis situasi suatu perusahaan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
hasil praktikum kami. Serta kepada PT. Hijau Agri Indonesia (PT. HAI) cabang Jember
selaku pihak yang telah mendukung terlaksananya kegiatan praktikum ini.
Adapun tujuan dari disusunnya laporan hasil praktikum ini adalah untuk lebih
memberi pemahaman dan pengertian serta mengidentifikasi masalah- masalah yang ada
dalam suatu perusahaan, khususnya kepada mahasiswa STIA PEMBANGUNAN
Jember. Sehingga kedepan, diharapkan dengan laporan ini dapat membuka wawasan dan
memperkaya literatur gambaran salah satu perusahaan yang bergerak dibidang agribisnis
di Kabupaten Jember.
Akhir kata semoga laporan hasil praktikum ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak terutama mahasiswa STIA PEMBANGUNAN JEMBER. Saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan demi perbaikan selanjutnya.

Jember,

Mei 2014

Penyusun

P a g e | iii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................................

Kata Pengantar ...................................................................................................

ii

Daftar Isi ..............................................................................................................

iii

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................

1.3 Tujuan dan Manfaat ....................................................................

1.4 Ruang Lingkup Kegiatan ............................................................

1.5 Hasil Kegiatan Yang Diharapkan ...............................................

1.6 Metodologi Praktikum .................................................................

1.7 Jadwal Praktikum ........................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III

2.1 Pola Kemitraan ............................................................................

10

2.2 Konsep Kualitas Produk ..............................................................

20

2.3 Sistem Informasi Manajemen ......................................................

23

2.4 Standart Operting Proseduress ....................................................

26

2.5 Menentukan Pilihan Strategi .......................................................

29

PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Profil Umum Perusahaan ............................................................

35

3.3.1 Lokasi Perusahaan ............................................................

36

3.3.2 Jenis Usaha ........................................................................

36

3.3.3 Jumlah Karyawan ..............................................................

37

3.3.4 Stuktur Organisasi Perusahaan ..........................................

37

3.3.5 Job Describtion Karyawan ................................................

37

3.3.6 Fasilitas Perusahaan ..........................................................

39

3.2 Praktek Solusi ..............................................................................

39

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

44

Page |1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara agraris dimana sebagian besar penduduknya
hidup dari hasil bercocok tanam. Sehingga pertanian merupakan sektor yang
memegang peranan penting dalam kesejahteraan kehidupan penduduk Indonesia.
Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik
Bruto (PDB).
Menurut suparta pembangunan pertanian penting memaksimalkan pemanfaatan
geograf ndan kekayaan alam Indonesia nmemadukannya dengan tekhnologi agar
mampu memperoleh hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Sektor pertanian
berperan penting dalam menyediakan bahan baku bagi industry dan untuk
perdagangan ekspor. Hal ini diawali dengan meningkatkan kualitas sumber daya
manusia yang baik.
Pemerintah melancarkan dua pendekatan pembangunan pertanian. Pertama,
pembangunan pertanian berwawasan agribisnis, kedua pembangunan pertanian tidak
lagi dipandang sebagai pembangunan parsial pengembangan komoditas tetapi di
dalam implementasinya sangat terkait dengan pembangungan wilayah. Dalam bidang
agribisnis didapat berbagai istilah yang dapat digunakan secara bersamaan
(interchangeable), misalnya pemasaran produk pertanian (agricultural product
marketing) dan pemasaran produk makanan (food marketing), dimana untuk tujuan
terbatas istilah tersebut dapat digunakan secara umum.
Agribisnis dapat didefinisikan sebagai keseluruhan kegiatan meliputi
manufaktur, distribusi kebutuhan usahatani, proses produksi usahatani, penyimpanan,
pengolahan, serta distribusi hasil atau komoditas dari usahatani dan jenis lainnya.
Definisi lain yang dapat disebutkan mengatakan bahwa agribisnis adalah setiap
kegiatan perusahaan yang dimaksudkan untuk mencapai laba, meliputi bahan-bahan
pertanian atau pengolahan, pemasaran, transportasi, serta distribusi material dan
produkproduk konsumen. Sedangkan Ewel Roy mendefinisikan agribisnis sebagai
pengetahuan yang mengkoordinasikan masukan pertanian, input, seterusnya produksi,
pengolahan, serta distribusi produk makanan dan serat. Definisi ini jelas menunjukkan
betapa luasnya bidang kajian agribisnis, yang jauh lebih luas dari kajian disiplin
pemasaran misalnya. Produk yang diamati dalam bidang agribisnis meliputi produk

Page |2

makanan termasuk serat (food and fiber) dan industri pendukung seperti penyedia bibit
dan jasa keuangan. Dari pembidangan seperti ini maka kegiatan dalam agribisnis lebih
kompleks dibandingkan dengan kegiatan manufaktur yang lebih terfokus pada
masalah membuat barang dan jasa, menyampaikan, hingga mengevaluasi;
sebagaimana ditemui pada pendekatan manajemen pemasaran atau pendekatan
produksi. Kekompleksan demikian membutuhkan pemaduan antara disiplin ilmu
ekonomi dan pertanian utamanya.
Bidang agribisnis menjadi lebih berkembang dewasa ini karena produkproduknya dihasilkan dalam berbagai bentuk yang sedemikian rupa sehingga mudah
dikonsumsi dan dapat memenuhi pola konsumsi masyarakat modern. Sepertinya
sudah tidak mengherankan lagi ketika anda memasuki supermarket dan menyaksikan
produk pertanian seperti buahbuahan, biji-bijian, kacang-kacangan serba tersedia; dan
mungkin tidak perlu mempersoalkan lagi di mana semua itu dihasilkan, diangkut,
dikemas dengan baik; sehingga bisa sampai di tempat tujuan. Konsumen menyaksikan
ini dan merasa semuanya siap dikonsumsi. Padahal setiap industri yang terlibat di
dalamnya dengan seksama mengelola seluruh input (mulai dari bibit, pupuk
pemeliharaan, panen, kepakan) hingga ada pengiriman ke tempat lain. Kegiatan yang
terdapat di dalamnya sesungguhnya menarik dan kompleks. Kegiatan ini sangat
kompleks karena melibatkan banyak kegiatan pada satu perusahaan dan melibatkan
Pemerintah;

kebijakan

pemerintah

politik dalam mempertahankan

dan

mengembangkan satu komoditi.


Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang mempunyai
peranan startegis dalam membangun pertanian dan perekonomian Indonesia.
Komoditas ini mempunyai fungsi multiguna baik untuk pangan, pakan, maupun bahan
baku produk agro industri.
Dalam perekonomian nasional jagung ditempatkan sebagai kontributor terbesar
kedua setelah padi dalam subsektor tanaman pangan. Sumbangan jagung terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) terus meningkat setiap tahun sekalipun krisis ekonomi
sedang melanda. Upaya keras untuk meningkatkan produksi jangung nasional baik
melalui perluasan areal tanam maupun dengan penggunaan benih hibrida dan
komposit.
Keberhasilan upaya peningkatan produktivitas atau produksi jagung sangat
tergantung pada kemampuan penyediaan dan penerapan teknologi produksi yang
meliputi varietas unggul meliputi benih berkualitas dan komponen teknologi yang

Page |3

digunakan pasca panen. Komponen teknologi tersebut meliputi persiapan lahan,


penanaman, pemupukan, penyiangan, irigasi, prosesing dan hasil.
Sebagai salah satu perusahaan nasional yang bergerak dibidang agribisnis, PT.
Hijau Agri Indonesia yang berfokus pada proses pembenihan dan penanaman jagung,
turut pula menggunakan varietas jagung hibrida dalam mendorong peningkatan
produktivitas perusahaan. Tidak semua benih jagung dapat menghasilkan
produktivitas yang ideal baik kualitas maupun kuantitasnya. Pada dasarnya benih
jagung merupakan biji tanaman jagung yang digunakan untuk tujuan penanaman
jagung unggul. Benih jagung unggul merupakan bibit jagung yang memiliki sifat-sifat
lebih atau unggul dari varietas sejenisnya. Salah satu benih jagung unggul adalah
benih jagung hibrida. Benih jagung hibrida merupakan benih yang dikembangkan
melalui persilangan dua induk dengan ciri-ciri tertentu dan hasilnya disilangkan
kembali diantara keturunan keturunan beberapa kali dan proses persilangan
merupakan rahasia perusahaan.
Sebagai perusahaan agribisnis yang tergolong sukses dalam pengembangan
varietas jagung hibrida, PT. Hijau Agri Indonesia tidak lepas dari permasalahan yang
dihadapi, mulai dari permasalahan produksi, kemitraan, SDM, distribusi dan lain-lain.
Maka dengan kegiatan praktikum ini, mahasiswa berupaya untuk mengidentifikasi
masalah-masalah yang ada di perusahaan PT. HIJAU AGRI INDONESIA guna
menemukan alternative yang dapat dilaksanakan demi perbaikan perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam kegiatan praktikum di PT. Hijau Agri Indonesia (PT. HAI) selama kami
telah berhasil mengidentifikasi beberapa permasalahan yang ada baik didalam
perusahaan maupun diluar perusahaan atau dilapangan.
Adapun masalah-masalah yang telah berhasil kami inventarisir adalah sebagai
berikut:
Bidang Administrasi
Arsip merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan pelaporan.
Dengan adanya arsip maka setiap laporan perusahaan dapat dilihat kembali baik
untuk keperluan monitoring dan evaluasi. Di PT. Hijau Agri Indonesia penataan
arsip atau dokumen perusahaan belum tertata maksimal. Terdapat beberapa
permasalahan yang diidentifikasi diantaranya:
1. Penataan arsip atau dokumen yang kurang terstruktur

Page |4

2. Tidak adanya klasifikasi dokumen atau arsip berdasarkan tanggal, abjad dll
Contoh: Admin salah mengklasifikasikan arsip dari arsip lahan di lokasi A
dimasukkan kedalam arsip lahan di lokasi B

Akibat yang timbulkan:


1. Terjadi kesalahan dalam proses inputing data dari satu arsip ke arsip yang lain.
2. Menghabiskan banyak waktu untuk menyusun kembali.
Bidang Lahan (Lapangan)
Petugas lapangan PT. Hijau Agri Indonesia terdiri dari Supervisor dan Field
Assistance (FA) dimana kedua petugas ini memiliki tugas untuk merencanakan,
melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan yang ada di lapangan dalam
hal ini di lokasi penanaman benih.
Adapun masalah yang dapat diidentifikasi diantaranya:
1. Ketidak telitian pengisian data formulir, pertama dari oleh Field Assistance
kepada Supervisor. Kedua dari supervisor ke Field Administrasi.
2. Terjadi perbedaan pelaporan antara Field Assistance antara petugas pengukur
luas lahan dengan Field Assistance.
Contoh: luas lahan menurut petani 0.9 Ha dan dijadikan acuan oleh Field
Assistance, sedangkan hasil pengukuran menggunakan Global Positioning System
(GPS) luas lahan adalah 1 Ha. Sehingga terjadi selisih luas.

Akibat yang timbulkan:


1. Terjadinya kesalahan pelaporan berupa pengisian data formulir, dimana
pengisian data tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan.
2. Kesalahan penghitungan laba dan pencairan dana kelapangan.
Kemitraan dengan Suplier
Supplier merupakan mitra kerja yang sangat penting bagi perusahaan. Dimana
supplier lah yang memasok segala kebutuhan benih PT. Hijau Agri Indonesia. Oleh
karena itu hubungan kerjasama kemitraan antara supplier dan perusahaan perlu
diperhatikan, sebab PT. Hijau Agri Indonesia sangat bergantung kepada supplier
tunggal setiap musimnya yang sekaligus berperan sebagai konsumen dan
pelanggan perusahaan.

Page |5

Adapun permasalahan yang dapat diidentifikasi diantaranya:


1. Adanya komplain suplier dimana ini disebabkan oleh
a. Pencabutan bunga jantan yang tidak segera dilakukan.
b. Tejadi selisih hasil panen dari timbang lapang dan timbang pabrik dimana
seluruh proses penimbangan diawasi oleh petugas dari supplier, petugas
perusahaan PT. Hijau Agri Indonesia dan petani.
Contoh: Timbangan di lapangan menurut perusahaan sebesar 200 ton, sampai
digudang supplier menjadi 199,65 ton.

Akibat yang timbulkan:


1. Benih jagung betina yang akan digunakan oleh supplier kualitasnya tidak
sesuai standar.
2. Mengurangi kepercayaan supplier terhadap perusahaan.

1.3 Tujuan dan Manfaat Praktikum


Tujuan Kegiatan
Secara garis besar tujuan manfaat kegiatan praktikum bisnis yang
dilaksanakan di PT. Hijau Agri Indonesia (PT. HAI) adalah menambah kompetensi
dan keahlian mahasiswa.
Manfaat Kegiatan
Hasil penerapan pendekatan pembelajaran experiential learning dalam
matakuliah Praktikum Bisnis dapat memberikan sumbangan bagi kemajuan
pendidikan nasional. Adapun manfaat bagi mahasiswa Program Administrasi
Bisnis adalah :
1.

Menanamkan kepada mahasiswa bahwa dalam pembelajaran Administrasi


Bisnis tidak hanya melalui teori/buku saja, tapi bisa memanfaatkan berbagai
sumber termasuk pengalaman langsung dari pengalaman nyata

2.

Mendapatkan pengalaman nyata di lapangan, bisa mendapatkan informasi


secara

langsung

mengenai

hambatan,

kendala,

dukungan

terhadap

pelaksanaan fungsi manajemen dan fungsi bisnis sebagai model praktikum


yang relatif baru,yang nantinya mampu membangkitkan kreativitas
mahasiswa
3.

Diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kepentingan teoritis maupun


kepentingan praktis. Untuk kepentingan teoristis, hasil penelitian ini dapat

Page |6

merubah dan memperkuat teori yang sudah ada atau membangun teori baru
dalam pembelajaran terutama di perguruan tinggi (Adm.Bisnis). Dalam
kepentingan praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
pembelajaran alternatif dalam meningkatkan pemahaman dan kreativitas
mahasiswa terhadap konsep, kebijakan dan implementasi Administrasi dan
manajemen bisnis.
4.

Bagi PT. Hijau Agri Indonesia diharapkan dari hasil praktikum bisnis ini dapat
dijadikan referensi perusahaan untuk pengembangan kedepan.

5.

Bagi pihak lain (pembaca), laporan hasil praktikum ini dapat dijadikan sebagai
bahan referensi untuk kegiatan sejenis dimasa yang akan datang.

1.4 Ruang Lingkup Kegiatan Praktikum


Kegiatan praktikum adalah implementasi teori teori fungsi manajemen pada
fungsi bisnis guna meningkatkan kinerja perusahaan dalam pengembangan
sumberdaya manusia, peningkatan kualitas produk dan kelembagaan di perusahaan
PT. HIJAU AGRI INDONESIA adalah:
a. Mengeksplor meta permasalahan perusahaan, menemukenali dan merumuskan
permasalahan permasalahan yang dihadapi perusahaan ditempat praktikum.
b. Mengidentifikasi kebutuhan perbaikan yang paling mendesak (problem solving),
sesuai konsep fungsi manajemen dan fungsi bisnis yang pernah ditekuni dalam
teori.
c. Melaksanakan analisis lingkungan bahan merumuskan strategi serta menjabarkan
program dasar pengembangan bisnis profesional.
d. Menciptakan dan meningkatkan kinerja operasional bisnis melalui inovasi atau
kreativitas berbasis existing permasalahan.
e. Secara

teknis

mendeskripsikan

alur

mekanisme

kerja

sebagai

dasar

pengembangan pengendalian kualitas proses untuk mencapai peningkatan kualitas


kinerja (produk, sumber daya manusia, dan seterusnya)

1.5 Hasil Kegiatan Praktikum yang diharapkan


Hasil yang diharapkan dapat dicapai dari pelaksanaan kegiatan praktikum di
PT. HIJAU AGRI INDONESIA Cabang Jember adalah:
a.

Mahasiswa mampu mengidentifikasi faktor dominan masalah yang berpengaruh


pada efektivitas dan efisiensi pola bisnis perusahaan.

Page |7

b.

Mendampingi perusahaan mewujudkan adanya perencanaan yang terstruktur


sebagai pedoman dan alat ukur pelaksanaan operasional bisnis professional PT.
HIJAU AGRI INDONESIA yang berisi rencana strategis (jangka panjang) dan
rencana taktis aksi jangka pendek. Dan dihasilkannya rumusan langkah-langkah
perbaikan dan peningkatan pengendalian kinerja

c.

Terjadinya perbaikan dan peningkatan ketrampilan mahasiswa dalam


memahami tanda tanda kegawatan peningkatan risiko bisnis.

d.

Terjadinya perubahan perilaku pada mahasiswa terutama ditujukkan melalui


penguasaan Manajemen Strategi dan Operasional Bisnis secara sistematik dan
rasional, dalam upaya mengembangkan kegiatan bisnis profesional.

e.

Terjadinya perbaikan sarana teknis mekanisme pengendalian kualitas proses


produksi berupa prosedur operasi standard (SOP)

1.6 Metodologi Praktikum


Dalam melaksanakan kegiatan praktikum bisnis di PT. HIJAU AGRI
INDONESIA, kami menerapkan beberapa metode guna menghimpun data di lapangan
yaitu:
1. Pengamatan Lapangan atau observasi
Pengamatan atau observasi adalah aktivitas yang dilakukan makhluk cerdas,
terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian
memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan
gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasiinformasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian.
2. Wawancara lebih mendalam (in-depth interview)
Wawancara

Mendalam

(Indepth-Interview)

merupakan

metode

pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Wawancara


mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara
dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman (guide) wawancara, pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan
sosial yang relative lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam
adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan.

Page |8

3. Analisis permasalahan dan kondisi nyata perusahaan


Mendeskripsi persoalan masalah secara terinci dengan menggunakan data
/informasi yang jeladan spesifik. Mengembangkan sebab-sebab yang mungkin dari
persoalan itu dengan menggunakan pengalaman dan logika dari diskripsi masalah
tersebut.
Menemukan sebab yang sesungguhnya dengan menguji secara kritis untuk
membuktikan data/informasi yang ada. Terdapat beberapa langkah untuk
mengidentifikasi permasalahan, ulai dari merumuskan masalah sampai melakukan
ferifikasi terhadap penyebab permasalahan tersebut, dan ini akan diuraikan lebih
lanjut.
4. Konsultasi dan koordinasi (konfirmasi)
Memberikan suatu petunjuk, pertimbangan, pendapat atau nasihat dalam
penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi atau metodologi yang
didapatkan melalui pertukaran pikiran untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang
sebaik-baiknya.
5. Praktek solusi
Memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang telah berhasil
diidentifikasi sembelumya dengan memberikan alternatif yang mungkin dapat
dilakukan guna menyelesaikan suatu permasalahan.

Page |9

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Praktikum Bisnis


Waktu
Bahan mini lokakarya
Kegiatan
Pelaksanaan
Minggu 1
Pembagian kerja kelompok
9 April 2014
Minggu 2
16 April 2014

Identifikasi permaslahan 1

Minggu 3
23 April 2014

Identifikasi permaslahan ke 2 dan Kejelasan permasalahan


ketiga
dan rinciannya

Minggu 4
7 Mei 2014

Pedoman wawancara

Minggu 7
14 Juni 2014

Pengembangan masalah 1 tentang Penentuan solusi


pemecahan masalah Administrasi permasalah dan
rinciannya
Pengembangan masalah 2 tentang Penentuan solusi
pemecahan Lahan (Lapangan)
permasalah dan
rinciannya
Pengembangan masalah 3 tentang Penentuan solusi
pemecahan masalah complain
permasalah dan
supplier
rinciannya
Melakukan kunjungan ke PT
Wawancara ekslusif
Hijau Agri Indonesia
kepada staff PT HAI

Minggu 8
14 Juni 2014

Melakukan kunjungan ke PT
Hijau Agri Indonesia

Wawancara ekslusif
kepada staff PT HAI

Minggu 9
25 Juni 2014

Penyusunan laporan
hasil praktikum

Revisi dan penjilidan laporan

Penyerahan laporan

Ujian Semeter
Ganjil

Minggu 5
14 Mei 2014
Minggu 6
21 Mei 2014

Minggu 10
4 Juni s.d. 5 Juli
2014
Minggu 11
14 Juli 2014

P a g e | 10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pola Kemitraan


Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang pola kemitraan yaitu:
1. Kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah
dan atau dengan Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh Usaha
Menengah dan atau Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling
memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.
2. Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil yang mempunyai
kriteria sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995
tentang Usaha Kecil.
3. Usaha Menengah dan atau Usaha Besar adalah kegiatan ekonomi yang memiliki
kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari pada
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan Usaha Kecil.
4. Menteri Teknis adalah menteri yang secara teknis bertanggung jawab untuk
membina dan mengembangkan pelaksanaan kemitraan dalam sektor kegiatan yang
menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
5. Menteri adalah Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil.
6. Pola kemitraan adalah bentuk-bentuk kemitraan yang sudah diatur dalam Undangundang Nomor 9 Tahun 1995.
Sedangkan mengenai jenis jenis kemitraan usaha Mohammad Jafar Hafsah
membaginya menjadi:
a.

Pola Inti Plasma


Pola ini merupakan pola hubungan kemitraan antara kelompok mitra usaha
sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra. Dalam hubungan ini
perusahaan inti mempunyai kedudukan yang lebih dominan dan lebih kuat
dibanding dengan posisi plasma, khususnya dalam bidang pemasaran hasil.
Namun demikian langkah positif dari kemitraan ini memberikan motivasi kepada
kelompok mitra usaha untuk berusaha lebih profesional dalam menangani jenis
usahanya, guna menghadapi mitra usaha yang lebih kuat.

P a g e | 11

b.

Pola Subkontrak
Pola ini merupakan hubungan kemitraan antara perusahaan mitra usaha
dengan kelompok mitra usaha yang memproduksi kebutuhan yang diperlukan
oleh perusahaan sebagai bagian dari komponen produksinya. Ciri khas dari
kemitraan subkontrak ini adalah membuat kontrak bersama yang mencantumkan
volume, harga dan waktu.

c.

Pola Dagang Umum


Menurut Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1997, pola dagang umum
merupakan pola hubungan kemitraan usaha yang memasarkan hasil dengan
kelompok usaha yang mensuplai kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan.

d.

Pola Keagenan
Pola keagenan merupakan salah satu bentuk kemitraan dimana usaha kecil
diberi hak khusus dari barang dan jasa dari usaha menengah atau usaha besar
sebagai mitranya. Disini usaha menengah atau usaha besar bertanggung jawab
terhadap produk yang dihasilkan, sedangkan usaha kecil sebagai kelompok mitra
diberi kewajiban untuk memasarkan hasil pproduknya tersebut, bahkan disertai
dengan target-target yang harus dipenuhi, sesuai dengan ketentuan yang telah
disepakati.
Sedangkan mengenai keuntungan yang diperoleh, dapat berupa komisi
atau fee yang diusahakan oleh perusahaan menengah atau perusahaan besar
sebagai mitra kerja.

e.

Waralaba
Pola waralaba merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra
usaha dengan perusahaan mitra usaha yang memberikan hak lisensi, merek
dagang saluran distribusi perusahaannya kepada kelompok mitra usaha sebagai
penerima waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen. Dalam
pola ini perusahaan mitra usaha sebagai pemilik waralaba, bertanggung jawab
terhadap sistem operasi, pelatihan, program pemasaran, merek dagang dan halhal lainnya, kepada mitra usahanya sebagai pemegang usaha yang diwaralabakan.
Sedangkan pemegang usaha waralaba hanya mengikuti pola yang telah
ditetapkan oleh pemilik waralaba serta memberikan sebagian dari pendapatannya
berupa royalti dan biaya lainnya yang terkait dari kegiatan usaha tersebut.
(2000:68-80)

P a g e | 12

Sedangkan berdasarkan tahap tahap pelaksanaannya, Mohammad Jafar


Hafsah membagi pola kemitraan menjadi:
a.

Pola Kemitraan Sederhana (Pemula)


Dalam hubungan kemitraan yang paling sederhana adalah adanya
peningkatan dari hubungan bisnis biasa menjadi hubungan bisnis dengan ikatan
tanggung jawabmasing-masing pihak yang bermitra dalam mewujudkan
kemitraan usaha yang saling membutuhkan, saling menguntungkan dan saling
memperkuat.
Pada pola kemitraan sederhana ini, perusahaan besar mempunyai tanggung
jawab dalam hal kemudahan pemberian permodalan, penyediaan sarana produksi,
teknologi, dan manajemen. Sedangkan perusahaan kecil bertanggung jawab
dalam hal penyediaan tenaga kerja, dan berkewajiban untuk memasok hasil
produksinya ke perusahaan mitra kerjanya sesuai dengan standar mutu yang telah
disepakati bersama.

Gambar 1: Pola Kemitraan Sederhana

Pembina /
Fasilitator
Perusahaan Besar

Manajemen
Sarana Produksi
Alat dan mesin
Teknologi
Manajemen

Perusahaan kecil
Kemitraan
Tenaga Kerja

Sumber: Hafsah, Mohamad Jafar (2000: 90)

b.

Pola Kemitraan Tahap Madya


Pada tahap ini perusahaan kecil telah mampu melakukan pengadaan
terhadap sarana produksi, penanganan manajemen dan permodalannya sendiri.
Sedangkan perusahaan besar atau menengah sebagai mitra kerjanya bertanggung
jawab terhadap pengadaan bantuan teknologi terutama dalam hal teknologi mesin
untuk peningkatan mutu produksi, industri pemasaran dan jaringan pemasaran.

P a g e | 13

Gambar 2: Pola Kemitraan Tahap Madya

Pembina /
Fasilitator
Perusahaan Besar

Perusahaan kecil
Kemitraan

Alat dan mesin


Agroindustri
Pemasaran
Teknologi

Saprodi
Manajemen

Sumber: Hafsah, Mohamad Jafar (2000: 91)

c.

Pola Kemitraan Tahap Utama


Dalam pola ini pihak pengusaha kecil secara bersama-sama menanamkan
modalnya pada usaha besar mitranya dalam bentuk saham. Dengan pemilikan
saham dari pengusaha kecil ini diharapkan adanya rasa memiliki terhadap
perkembangan usaha dari perusahaan besar mitranya.Demikian pula pihak
perusahaan besar memiliki tanggung jawab yang besar untuk turut
mengembangkan usaha kecil mitranya agar usaha yang dijalankannya dapat
berkembang lebih pesat. Disamping itu adanya beban resiko bersama dalam pola
ini menjadikan kemitraan dapat terwujud dengan sinergi saling membutuhkan,
saling

menguntungkan

dan

saling

memperkuat

sebagaimana

yang

diharapkan.(2000:88-92)

Gambar 3 : Pola Kemitraan Tahap Utama

Pembina /
Fasilitator
Konsultan
Perusahaan
Besar

Kemitraan Saham
Sumber: Hafsah, Mohamad Jafar (2000: 92)

Perusahaan
kecil

P a g e | 14

Menurut Tri Pranadji (1995:340), dewasa ini paling tidak terdapat tiga pola
kemitraan yang berkembang pada kegiatan bisnis pertanian, yaitu:
a.

Pola kemitraan tradisional


Pada kemitraan ini pola yang berkembang adalah hubungan patron-client.
Dimana yang berperan sebagai patron adalah pemilik modal atau peralatran
produksi strategis (seperti lahan atau peralatan pertanian) dan yang berperan
sebagai client adalah petani penggarap, peternak atau nelayan pekerja. Pada pola
patron-client seperti ini kemitraan agribisnis yang berkembang lebih bersifat
horisontal, yaitu agribisnis yang bergerak dibidang produksi atau usahan tani.
Selain itu pada pola ini kurang kondusif untuk pengadopsian hasil inovasi di
bidang iptek, permodalan dan kelembagaan ekonomi mutakhir. Hal ini
dikarenakan pada pola ini lebih cenderung pada ciri usaha yang padat karya
(labour intensive). Sebab lain adalah karena pada pola ini hampir tidak dijumpai
adanya kompetisi ekonomi yang bersifat terbuka, sehingga kreatifitas pelakupelaku agribisnisnya sukar sekali tumbuh.

b.

Pola kemitraan pemerintah


Pada pola ini cenderung pada pengembangan kemitraan secara vertikal,
dimana model umum yang dianut adalah hubungan bapak anak angkat yang
pada agribisnis perkebunan dikenal sebagai pola PIR (Perkebunan Inti Rakyat)
Dilihat dari kemampuan mengadopsi inovasi di bidang iptek, permodalan dan
kelembagaan ekonomi mutakhir maka pola ini dapat dinilai sedikit lebih maju
daripada pola kemitraan patron-client.Namun pada pola ini masih diwarnai
dengan adanya interdependensi yang bersifat asimetris antara yang kuat atau
pemilik modal (bapak angkat), dan yang lemah atau petani pekerja (anak
angkat).

c.

Pola kemitraan pasar


Pola ini berkembang dengan melibatkan petani, sebagai pemilik aset
tenaga kerja dan peralatan produksi, dan pemilik modal besar yang bergerak
dibidang industri pengolah dan pemasaran hasil Dua pelaku ekonomi ini, petani
dan pemilik modal, menggalang kerja sama (kemitraan) karena adanya
kepentingan (mutually beneficial) untuk berbagi manfaat ekonomi. Dari segi
pengadopsian atas hasil inovasi di bidang iptek, permodalan, dan kelembagaan
ekonomi modern, pola ini mempunyai kelebihan yang relatif lebih tinggi
dibanding dua pola yang disebutkan terdahulu.

P a g e | 15

Lebih lanjut Tri Pranadji menyebutkan bahwa ciri dari kemitraan agro bisnis
masa depan adalah:
a.

Petani atau produsen haruslah menjadi pemilik saham keseluruhan dari jaringan
agribisnis, sehingga petani secara kolektif adalah penguasa tubuh agribisnis.
Atau petani menjadi penguasa modal pada seluruh tubuh organisasi agribisnis.

b.

Keorganisasian petani haruslah tidak dibatasi hanya pada kegiatan produksi


bahan baku, namun pada keseluruhan jaringan tubuh agribisnis.

c.

Output suatu usaha pertanian atau agribisnis bukanlah bahan mentah yang tidak
stabil, melainkan komoditas olahan (akhir) yang telah memperoleh sentuhan
iptek dan bernilai tambah tinggi, berciri spesifik, serta berstandar mutu tinggi.
Target pasarnya relatif bervariasi meliputi jaringan pasar lokal, regional dan
global.

d.

Hubungan kemitraan antar pelaku agribisnis harus juga dimuati rasionalitas


ekonomi dan spesialisasi pembagian kerja secara organik. Asas keterbukaan dan
demokrasi

diterapkan

dalam

sistem

pengambilan

keputusan,

melalui

musyawarah.(1995:341)

Banyak orang memahami bahwa manfaat kemitraan secara umum adalah


sebagai berikut:
a.

Produktivitas
Bagi perusahaan kecil atau petani secara individu, peningkatan
produktivitas biasanya dicapai secara simultan yaitu dengan cara menambah
unsur input baik kualitas maupun kuantitasnya dalam jumlah tertentu, tetapi akan
diperoleh output dalam jumlah yang berlipat. Hal ini akan dapat dengan mudah
dicapai bila dilakukan secara berkelompok, dimana faktor input dapat ditekan
karena ditanggung dan digunakan secara bersama. Misalnya alat pengolahan
tanah yang menggunakan traktor milik kelompok, biaya pemeliharaan irigasi,
biaya pengangkutan sarana pertanian, dan lain sebagainya.

b.

Efisiensi
Mekanisasi pertanian dalam penyiapan lahan yang dimiliki oleh petani
dimana perusahaan inti menyediakan alat mesin pertanian sehingga petani dapat
mempercepat dan memperluas areal tanam dengan tenaga yang tersedia. Hal ini
tentunya akan mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi.

P a g e | 16

c.

Jaminan Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas


Adanya kemitraan usaha antara petani atau kelompok tani dengan
perusahaan tentunya akan tercipta suatu transfer inovasi dan teknologi,
khususnya dalam bidang pertanian. Dengan adanya transfer teknologi yang
disertai dengan dukungan perusahaan tersebut diharapkan akan terjadi
peningkatan kualitas dan kuantitas terhadap hasil produksi petani. Hal ini
tentunya akan menciptakan suatu jaminan kualitas dan kuantitas bahan baku bagi
perusahaan. Dan apabila kondisi tersebut dapat dipertahankan, tentunya akan
dapat menjaga kelangsungan pelaksanaan kemitraan antara petani atau kelompok
tani dengan perusahaan kearah kesempurnaan.

d.

Risiko
Dengan adanya kemitraan ini diharapkan akan ada suatu pembagian resiko
(risk sharing) secara proporsional antara pihak-pihak yang bermitra. Proporsional
artinya besar kecilnya resiko yang ditanggung sesuai dengan besar kecilnya
jumlah penyertaan modal dan keuntungan yang didapat.

Petani sebagai Pemasok perusahaan


Pemasok merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan oleh suatu
perusahaan. Hal ini dikarenakan pemasok mempunyai peranan yang cukup penting
terhadap kelancaran proses produksi, mengingat bahan baku yang dibutuhkan untuk
proses produksi diperoleh dari pemasok. Pemasok menurut Supriyono adalah pihak
luar yang memasok barang dan jasa pada perusahaan sebagai bahan, bagian produk
atau komponen untuk memperlancar kegiatan produksidan operasi dengan efisien
(1990:342) Menurut Kotler pemasok adalah perusahaan bisnis dan individu individu
yang menyediakan sumber daya yang diperlukan oleh perusahaan dan para pesaing
untuk memproduksi barang dan jasa. (1993 : 177)
Jadi secara sederhana pemasok adalah perusahaan atau individu yang memiliki
hubungan dengan perusahaan lain dalam penyediaan bahan baku atau bahan pembantu
untuk proses produksinya. Berarti pemasok adalah salah satu stake holders perusahaan
yang mendapat perhatian khusus yang perlakuan terhadap mereka memerlukan etika
bisnis tertentu untuk agar saling menguntungkan sehingga terjamin kontinyuitas
jangka panjang.

P a g e | 17

Aspek bisnis dalam Perusahaan


Dalam proses produksi, bagi perusahaan bahan baku merupakan salah satu hal
yang perlu mendapatkan perhatian dari pihak manajemen perusahaan, terutama dalam
hal pengadaan bahan baku. Salah satu cara yang saat ini banyak digunakan oleh
perusahaan dalam hal pengadaan bahan baku adalah dengan pola sistem kemitraan.
Produksi sebenarnya adalah suatu cara, metode maupun teknik bagaimana
penambahan manfaat atau penciptaan faedah baru, dilaksanakan dalam perusahaan.
Atau cara, metode atau teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu
barang atau jasa dengan menggunakan faktor faktor produksi yang ada atau secara
sederhana bahwa proses produksi adalah suatu kegiatan untuk mengolah input (modal,
bahan baku tenaga kerja teknologi dan informasi) menjadi output yaitu barang hasil
produksinya. Jadi dalam hal ini input yang akan diolah juga mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap output, karena untuk menghasilkan output yang cukup
berkualitas dan dapat bersaing di pasar maka tentunya juga dibutuhkan input yang
berkualitas pula.

Penyediaan Bahan Baku


Setiap perusahaan, baik itu perusahaan dagang, manufakturing ataupun
perusahaan jasa selalu mengadakan persediaan. Tanpa adanya persediaan, maka
perusahaan akan dihadapkan pada resiko bahwa perusahaannya pada suatu waktu
tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan atau pasar karena kekurangan bahan baku
untuk proses produksinya.

Persediaan menurut Assauri (1993:176) adalah


suatu aktiva yang meliputi barang barang milik perusahaan dengan
maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha normal, atau persediaan barang
barang yang masih dalam proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang
menunggu penggunaannya untuk proses.

Dengan demikian persediaan terdiri dari:


1. Persediaan barang dagangan, yaitu barang yang dibeli untuk dijual lagi tanpa
melalui proses lebih lanjut dalam suatu periode operasi perusahaan.
2. Persediaan barang jadi, yaitu barang yang sudah diproses dan siap untuk dikirim
kepada para langganan atau para pembeli.

P a g e | 18

3. Persediaan bahan baku, yaitu semua bahan bahan yang digunakan dalam suatu
proses produksi.
Di dalam kebijaksanaan tentang persediaan bahan baku, maka sudah selayaknya
apabila faktor faktor yang mempengaruhi persediaan itu sendiri diperhitungkan
terlebih dahulu. Faktor faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku itu sendiri
ada beberapa macam, dimana antara satu dengan yang lain mempunyai kaitan yang
erat.
Faktor faktor yang dapat mempengaruhi persediaan bahan baku tersebut antara
lain:
a.

Perkiraan pemakaian
Sebelum kegiatan pembelian bahan baku dilaksanakan, maka pihak management
harus dapat membuat perkiraan tentang berapa besar atau jumlah bahan baku
yang akan dipergunakan didalam proses produksi padsa periode yang akan
datang. Perkiraan kebutuhan bahan baku tersebut dapat diketahui dari
perencanaan produksi pada periode yang bersamaan. Sedangkan perencanaan
produksi perusahaan dapat ditelusuri dari perencanaan penjualan perusahaan,
berikut tingkat persediaan barang jadi yang dikehendaki pihak management.

b.

Harga bahan baku


Harga dari bahan baku yang akan dibeli menjadi salah satu faktor penentu pula
dalam kebijaksanaan persediaan bahan. Harga bahan baku ini merupakan dasar
penyusunan perhitungan berapa besar dana perusahaan yang harus disediakan
untuk investasi dalam persediaan bahan baku ini.

c.

Biaya biaya persediaan


Biaya biaya untuk mengadakan persediaan bahan baku ini sudah selayaknya
diperhitungkan pula dalam penentuan besarnya persediaan bahan baku.

d.

Kebijaksanaan pembelian
Seberapa besar persediaan bahan baku akan mendapatkan dana dari perusahaan,
tergantung pada kebijaksanaan pembelanjaan perusahaan. Apakah perusahaan
memberikan fasilitas yang pertama, kedua atau yang terakhir bagi persediaan
bahan baku ini. Disamping itu juga dilihat apakah dana yang disediakan tersebut
cukup untuk pembayaran semua bahan yang diperlukan perusahaan, ataukah
hanya sebagian saja.

P a g e | 19

e.

Pemakaian senyatanya
Pemakaian bahan baku senyatanya dari periode yang lalu (actual demand),
merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan. Seberapa besar penyerapan
bahan baku oleh proses produksi perusahaan serta bagaimana hubungannya
dengan perkiraan pemakaian yang sudah disusun senantiasa harus dianalisa.
Dengan demikian maka akan dapat disusun perkiraan kebutuhan bahan baku
mendekati kenyataan

f.

Waktu tunggu
Waktu tunggu (lead time) adalah tenggat waktu yang diperlukan atau yang terjadi
antara saat pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan baku itu sendiri.
Waktu tunggu ini sangat perlu untuk diperhatikan oleh karena hal ini sangat erat
hubungannya dengan penentuan saat pemesanan kembali (reorder point). Dengan
diketahuinya waktu tunggu yang tepat maka perusahaan akan dapat membeli di
saat yang tepat pula, sehingga resiko penumpukan persediaan dapat ditekan
seminimal mungkin.

Hal lain yang juga perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah kualitas dari
bahan baku yang tersedia. Bagi beberapa perusahaan yang memproduksikan suatu
produk di mana karakteristik bahan baku sangat berpengaruh pada karakteristik
produk perusahaan, maka di dalam hal ini pengendalian kualitas bahan baku akan
menjadi hal yang sangat penting di dalam perusahan. Baik buruknya kualitas produk
perusahaan dalam perusahaan tersebut akan sangat ditentukan oleh baik buruknya
kualitas bahan baku yang dipergunakan.
Dalam pendekatan bahan baku untuk pengendalian kualitas, terdapat beberapa
hal yang sebaiknya dikerjakan oleh manajemen perusahaan agar bahan baku yang
diterima perusahaan dapat dijaga kualitasnya. Menurut Ahyari hal-hal tersebut antara
lain adalah seleksi sumber bahan, pemeriksaan dokumen pembelian, pemeriksaan
penerimaan bahan, dan penjagaan gudang bahan baku perusahaan. (1990:264).
Pada tahap seleksi sumber bahan, perusahaan hendaknya dapat melaksanakan
seleksi ini dengan menggunakan beberapa kriteria dasar yang disesuaikan dengan
kepentingan perusahaan yang bersangkutan. Beberapa kriteria dasar tersebut antara
lain harga bahan baku yang diperlukan, kualitas bahan baku yang dikirimkan,
kemampuan pengiriman bahan baku dari segi waktu maupun jumlah yang dikirimkan,
serta kontinyuitas pengiriman bahan baku dalam jangka panjang.

P a g e | 20

Sedangkan pelaksanaan seleksi bahan baku ini dapat dilakukan antara lain
dengan cara melihat kepada pengalaman-pengalaman hubungan perusahaan dengan
pemasok (petani) pada waktu-waktu yang telah lalu, dengan mengadakan evaluasi
pada perusahaan-perusahaan pemasok dengan menggunakan daftar pertanyaan, atau
dapat lebih teliti lagi dengan mengadakan penelitian kualitas perusahaan pemasok
tersebut. Beberapa cara tersebut dipilih salah satu atau dilakukan bersama, tergantung
kepada kebijaksanaan manajemen perusahaan yang bersangkutan dan tersedianya
dana untuk kepentingan hal tersebut.

Definisi Operasional
Sistem kemitraan yang menguntungkan adalah system kerjasama yang hasilnya
saling memuaskan kedua belah pihak. Pihak kelompok petani memperoleh perhatian
kesejahteraannya, memadai mnurut kesejahteraan ekonominya seauai pengorbanan
dan perjanjian yang disepakati secara terbuka. Bagi perusahaan jelas tercapai
kelancaran bisnis secara berkesinambungan.
Ukuran saling menguntungkan akan dilihat dari butir-butir dokumentasi
kerjasama yang telah ditetapkan dikonfirmasi kembali dengan petani-petani yang
terlibat dalam perjanjian kemitraan tersebut. Sehingga akhir penelitian ini diharapkan
menghasilkan pola kemitraan baru yang lebih menguntungkan kedua belah pihak.

2.2. Kualitas Produk


2.2.1

Kualitas Produk
Berbicara mengenai produk maka aspek yang perlu diperhatikan adalah
kualitas produk. Menurut American Society for Quality Control, kualitas
adalah the totality of features and characteristics of a product or service that
bears on its ability to satisfy given needs, artinya keseluruhan ciri dan
karakter-karakter dari sebuah produk atau jasa yang menunjukkan
kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang tersirat. Definisi ini
merupakan pengertian kualitas yang berpusat pada konsumen sehingga dapat
dikatakan bahwa seorang penjual telah memberikan kualitas bila produk atau
pelayanan penjual telah memenuhi atau melebihi harapan konsumen.
Kualitas produk merupakan pemahaman bahwa produk yang
ditawarkan oleh penjual mempunyai nilai jual lebih yang tidak dimiliki oleh
produk pesaing. Oleh karena itu perusahaan berusaha memfokuskan pada

P a g e | 21

kualitas produk dan membandingkannya dengan produk yang ditawarkan oleh


perusahaan pesaing. Akan tetapi, suatu produk dengan penampilan terbaik
atau bahkan dengan tampilan lebih baik bukanlah merupakan produk dengan
kualitas tertinggi jika tampilannya bukanlah yang dibutuhkan dan diinginkan
oleh pasar.
Menurut Kotler and Armstrong (2004, p.283) arti dari kualitas produk
adalah the ability of a product to perform its functions, it includes the
products overall durability, reliability, precision, ease of operation and repair,
and other valued attributes yang artinya kemampuan sebuah produk dalam
memperagakan fungsinya, hal itu termasuk keseluruhan durabilitas,
reliabilitas, ketepatan, kemudahan pengoperasian dan reparasi produk juga
atribut produk lainnya.
2.2.2 Dimensi Kualitas Produk
Menurut Mullins, Orville, Larreche, dan Boyd (2005, p.422) apabila
perusahaan ingin mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam pasar,
perusahaan harus mengerti aspek dimensi apa saja yang digunakan oleh
konsumen untuk membedakan produk yang dijual perusahaan tersebut dengan
produk pesaing. Dimensi kualitas produk tersebut terdiri dari :
1. Performance (kinerja), berhubungan dengan karakteristik operasi dasar
dari sebuah produk
2. Durability (daya tahan), yang berarti berapa lama atau umur produk yang
bersangkutan bertahan sebelum produk tersebut harus diganti. Semakin
besar frekuensi pemakaian konsumen terhadap produk maka semakin
besar pula daya tahan produk.
3. Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu
sejauh mana karakteristik operasi dasar dari sebuah produk memenuhi
spesifikasi tertentu dari konsumen atau tidak ditemukannya cacat pada
produk.
4. Features (fitur), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk
menyempurnakan fungsi produk atau menambah ketertarikan konsumen
terhadap produk.
5. Reliabilty (reliabilitas), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja
dengan memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin

P a g e | 22

kecil kemungkinan terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat


diandalkan.
6. Aesthetics (estetika), berhubungan dengan bagaimana penampilan produk
bisa dilihat dari tampak, rasa, bau, dan bentuk dari produk.
7. Perceived quality (kesan kualitas), sering dibilang merupakan hasil dari
penggunaan pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena
terdapat kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau kekurangan
informasi atas produk yang bersangkutan. Jadi, persepsi konsumen
terhadap produk didapat dari harga, merek, periklanan, reputasi, dan
Negara asal.
Menurut Tjiptono (1997, p.25), dimensi kualitas produk meliputi:
1) Kinerja (performance)
Yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti (core product) yang
dibeli, misalnya kecepatan, konsumsi bahan bakar, jumlah penumpang
yang dapat diangkut, kemudahan dan kenyamanan dalam mengemudi dan
sebagainya.
2) Keistimewaan tambahan (features)
Yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap, misalnya kelengkapan
interior dan eksterior seperti dash board, AC, sound system, door lock
system, power steering, dan sebagainya.
3) Keandalan (reliability)
Yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai,
misalnya mobil tidak sering ngadat/macet/rewel/rusak.
4) Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications)
Yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standarstandar yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya standar keamanan dan
emisi terpenuhi, seperti ukuran as roda untuk truk tentunya harus lebih
besar daripada mobil sedan.
5) Daya tahan (durability)
Berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan.
Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis penggunaan
mobil.

P a g e | 23

6) Estetika (asthethic)
Yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. Misalnya bentuk fisik
mobil yang menarik, model atau desain yang artistik, warna, dan
sebagainya.

2.3. Sistem Informasi Manajemen


2.3.1

Pengertian Sistem Informasi Manajemen (SIM)


(Robert G. Murdick, Sistem Informasi Uuntuk Mnaajemen Modern,
hal.16) Sistem informasi manajemen adalah suatu kelompok orang,
seperangkat pedoman dan petunjuk, peralatan pengolah data (seperangkat
elemen) memilih, menyimpan, mengolah dan mengambil kembali data
(mengoperasikan data dan barang) untuk mengurangi ketidakpastian pada
pengambilan keputusan (mencari tujuan bersama) dengan menghasilkan
informasi untuk manajer pada waktu mereka dapat menggunakannya dengan
paling efisian (menghasilkan informasi menurut waktu rujukan).
Gordon B. Davis mengemukakan beberapa-beberapa istilah mengenai
sistem informasi manajemen (Management Information System) seperti
sistem informasi / keputusan dan sistem informasi. Dalam beberapa buku
disebut Sistem Informasi bagi pimpinan, dan sebagainya. Walaupun
demikian, dari beberapa pengertian dapat ditarik suatu pengertian bahwa
didalam Sistem Informasi Manajemen (SIM) terkandung pengertian sistem
pengolahan informasi dalam menunjang pelaksanaan manajemen.
Beberapa pendapat tentang Sistem Informasi Manajemen (SIM)
dikemukakan oleh Burt Scanland dan J. Bernard Eys menyatakan bahwa
Sistem Inforamsi Manajemen (SIM) merupakan suatu sistem formal
mengenai hal melaporkan, menggolongkan, dan menyebarkan informasi
kepada orang-orang yang tepat dalam suatu organisasi.
The Laing Gie berpendapat bahwa Sistem Informasi Manajemen (SIM)
sebagai jalinan hubungan dan lalu lintas keterangan dalam suatu organisasi
melalui proses pengumpulan, pengolahan, pemahaman, dan penyebaran
kepada pejabat yang berkepentingan.
Dalam Encyclopedia Of Management disebutkan bahwa sistem
Informasi manajemen (SIM) merupakan suatu proses pendekatan yang

P a g e | 24

direncanakan dan disusun untuk memberikan bantuan kepada pimpinan dalam


proses Manajerial.
Dari beberapa pengertian Sistem informasi manajemen (SIM) diatas
dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi manajemen (SIM) merupakan
jaringan prosedur penngolahan data yang dikembangkan dalam suatu
organisasi dan disahkan bila diperlukan untuk memberikan data kepada
manajemen untuk dasar pengambilan keputusan dalam rangka mencapai
tujuan. Data-data tersebut diolah untuk menjadi sebuah informasi.
Sistem informasi manajemen (SIM) mempunyai pengertian sebagai
suatu metode formal untuk menyediakan informasi yang akurat dan tepat
waktu bagi manajemen, yang diperlukan untuk mempermudah proses
pengambilan keputusan dan memungkinkan fungsi-fungsi perencanaan,
pengendalian dan operasional organisasi yang bersangkutan dapat dilakukan
secara efektif. (Stoner JAF., 1991)
Menurut Robert K. Wysocki dan James Young (New York: Wiley,
1990, pp. 123-34) menyatakan bahwa dengan sistem informasi yang
memainkan peran yang penting dalam mengelola organisasi, manajer harus
memahami bagaimana sistem ini harus didesain, diimplementasikan, dan
dikelola.

2.3.2

Pokok-pokok sebuah Sistem Informasi Manajemen (SIM)


Menurut Gordon B.Davis (Sistem Informasi Manajemen, hal. 15)
Sebuah sistem informasi manajemen mengandung elemen-elemen fisik
sebagai berikut:
1.

Perangkat keras komputer

2.

Perangkat lunak
a) Perangkat lunak sistem umum
b) Perangkat lunak terapan umum
c) Program apikasi

2.3.3

3.

Data base (data yang tersimpan dalam media penyimpanan komputer)

4.

Prosedur

5.

Petugas pengoperasian

Tinjauan Tentang Sistem Informasi Manajemen

P a g e | 25

Menurut Asep Jalaludin, S.T., M.M (Modul Sistem Infomasi


Manajemen, SIM-sevz@2007 12). Sistem informasi manajemen dapat
dijelaskan dengan memberikan penjelasan yang didasarkan pada tiga macam
tinjauan yaitu berdasarkan komponen fisik, fungsi pengolahan, dan fungsi
keluaran. Berdasarkan komponen fisik penyusunnya, Sistem Informasi
Manajemen dapat terdiri atas komponen:
a) Perangkat keras (hard ware)
b) Perangkat lunak (soft ware)
c) Berkas (file)
d) Procedure (prosedur)
e) Manusia (brain ware)
Sistem Informasi Manajemen mempunyai tugas utama melakukan
transformasi data menjadi informasi. Hal ini berarti Sistem Informasi
Manajemen bertugas menerima data masukan, mengolah data masukan,dan
menghasilkan keluaran berupa informasi.
Berdasarkan fungsi pengolahan Sistem Informasi Manajemen terdiri
atas:
a) Mengolah transaksi
b) Memelihara file historis
c) Menghasilkan keluaran
d) Interaksi user-pengolah
Berdasarkan fungsi keluaran, Sistem Informasi Manajemen dapat
menghasilkan keluaran berikut:
a) Dokumen transaksi
b) Laporan terjadwal/rutin
c) Jawaban atas pertanyaan terjadwal
d) Laporan tidak terjadwal
e) Jawaban atas pertanyaan tidak terjadwal
f) Dialog user-machine

2.2.4

Unsur Penting agar Sistem Informasi Manajemen (SIM) Efektif


Menurut Asep Jalaludin, S.T., M.M (Modul Sistem Infomasi
Manajemen, SIM-sevz@2007 12). Agar Sistem Informasi Manajemen dalam

P a g e | 26

suatu organisasi dapat beroperasi secara efektif, maka perlu diperhatikan


tentang beberapa unsur penting berikut:
a) Data yang dibutuhkan
b) Kapan data dibutuhkan
c) Siapa yang membutuhkan
d) Dimana data dibutuhkan
e) Dalam bentuk apa data dibutuhkan
f) Prioritas yang diberikan dari bermacam data
g) Prosedur/mekanisme yang digunakan untuk memproses data

2.4. SOP (Standard Operating Proceduress)


Di dalam organisasi terdapat prosedur yang harus dipatuhi oleh setiap anggota
organisasi. Untuk mencapai tujuan yang sama, maka anggota organisasi terikat pada
prosedur tertentu yang harus diikuti dan dipatuhi. Inilah yang sering disebut bahwa
untuk melakukan kegiatan-kegiatannya dengan efektif dan efisien, organisasi
membutuhkan suatu prosedur operasi standar atau apa yang sering disebut dengan
Standard Operating Procedures atau SOP.
Menurut Tambunan (2008 : 3) menyatakan bahwa:
SOP adalah pedoman yang berisi prosedur-prosedur operasional standar yang
ada di dalam suatu organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa setiap
keputusan, langkah, atau tindakan, an penggunaan fasilitas pemrosesan yang
dilaksanakan oleh orang-orang di dalam suatu organisasi telah berjalan secara
efektif, konsisten, standar, dan sitematis.
Dari definisi di atas, empat hal yang disebutkan pada akhir kalimat yaitu efektif,
konsisten, standar, dan sistematis merupakan ciri-ciri atau syarat SOP yang
bermanfaat bagi organisasi. Dengan dipenuhinya empat syarat tersebut, maka SOP
akan menjadi bagian dari sistem organisasi yang dapat bergerak seirama dan harmonis
dengan keputusan dan kegiatan organisasi sehingga tujuan pelaksanaan SOP dapat
terpenuhi.

2.4.1 Peran dan Manfaat SOP


Peran dan manfaat SOP sebagai pedoman di dalam suatu organisasi
sebagaimana yang dikemukakan oleh Tambunan (2008: 97) adalah:

P a g e | 27

a. Menjadi pedoman kebijakan yang menjadi dasar dari semua kegiatankegiatan organisasi, operasional dan administratif (Pedoman Kebijakan)
b. Menjadi pedoman pelaksanaan kegiatan organisasi, baik operasional
maupun administratif (Pedoman Kegiatan)
c. Menjadi pedoman validasi langkah-langkah kegiatan dalam organisasi
(Pedoman Birokrasi)
d. Menjadi pedoman penggunaan formulir, dokumen, blanko, dan laporanlaporan yang terkait dengan kegiatan-kegiatan dalam organisasi (Pedoman
Administrasi)
e. Menjadi pedoman penilaian efektifitas kegiatan organisasi (Pedoman
Evaluasi Kerja)
f. Menjadi pedoman pengintegrasian kegiatan-kegiatan dalam organisasi
yaitu dalam konteks mencapai tujuan orgnanisasi (Pedoman Integrasi).

Kebijakan-kebijakan ini menjadi sumber dari prosedur operasi standar


yang menjadi bentuk praktis dari sebuah kebijakan. Kebijakan hanya dapat
diterapkan dengan benar jika didukung dengan prosedur operasi standar yang
efektif.

2.4.2

Kriteria SOP
Kriteria yang menyebabkan SOP suatu organisasi berbeda dengan SOP
organisasi lain menurut Tambunan (2008: 109) terdiri atas:
a. Khas atau spesifik (specific)
b. Lengkap prosedur (complete)
c. Jelas dan mudah dipahami (understandable)
d. Layak terap (applicable)
e. Layak kontrol (controllable)
f. Layak audit (auditable)
g. Layak ubah (changeable)

Penyusunan SOP harus khas dan spesifik sesuai dengan kebutuhan


organisasi masing-masing. Di samping itu prosedur yang akan diterapkan
harus lengkap, mudah dipahami serta jelas sehingga mudah untuk
dilaksanakan. SOP juga harus layak diterapkan, dikontrol, diaudit, dan diubah

P a g e | 28

karena SOP harus disusun dan disajikan berdasarkan kebutuhan terkini


organisasi. SOP disusun untuk dapat mengantisipasi perubahan-perubahan
organisasi paling tidak untuk tiga sampai lima tahun ke depan.

2.4.3

Prosedur penyusunan rancangan sistem informasi (membuat SOP)


Penyusunan rancangan sistem informasi, merupakan langkah awal yang
harus dilakukan sabelum melaksanakan pengembangan sistem informasi.
Aktivitas ini berkaitan dengan hirarki serta keterkaitan antar subsistem.
Selanjutnya dalam menyusun rancangan, hal-hal berikut harus sudah
dipahami/ disiapkan lebih dahulu:
(1) Tugas dan fungsi unit kerja
(2) Obyek garapan unit kerja
(3) Pendukung dan penyelenggara tugas dan fungsi unit itu
(4) Prosedur yang digunakan unit kerja dalam menyelenggarakan tugas dan
fungsi.

2.4.4

Proses pelaksanaan pembangunan pangkalan data (perlu membuat SOP).


Prosedur pelaksanaan pembangunan pangkalan data berkaitan dengan
jenis atau variasi kerja di suatu unit kerja. Karena itu, pembangunan pangkalan
data biasanya dilakukan secara bertahap. Tetapi, setiap tahap harus
menghasilkan produk yang tuntas dan utuh.
Tahapan yang harus dilakukan dalam pembangunan pangkalan data
antara lain:
(1) melakukan studi kelayakan, secara tuntas dan utuh
(2) menyediakan perangkat keras secara tuntas (st)
(3) menyusun perangkat lunak (st)
(4) menyediakan data awal (data apa yg tersedia, dlm bentuk apa (st)
(5) menyusun petunjuk operasi (st)
(6) menyediakan dokumentasi program (st)
(7) melatih tenaga operator dan apresiasi pimpinan (st)
(8) menyusun mekanisme peremajaan data dan pendayagunaan informasi
(perangkat lunak apa yg paling efektif untuk mendukung operasi tersebut
dan dlm bentuk apa informasi disajikan (st)
(9) mengoperasionalkan pangkalan data.

P a g e | 29

Untuk dapat menjalankan sistem informasi manajemen dengan


baik (agar penyelenggaraan administrasi organisasi bisnis/ lembaga/ dinas
berjalan dengan baik (cepat, efektif dan effisien, berkembang dan
suistainability), ada 7 (tujuh) hal yang harus diperhatikan:
(1) dalam perencanaan, perlu menggunakan pendekatan sistem
(2) dalam menilai, harus beriorientasi pada hasil (Output oriented)
(3) dalam bekerja, harus mendasarkan pada struktur program kegiatan yang
baku (SOP)
(4) harus ada keseimbangan antara otonomi-otonomi kewenangan yang baku
(5) harus ada keseimbangan antara otonomi yang diberikan dengan
pengarahan dari pemberi wewenang
(6) bekerja berdasarkan rencana bergulir (rolling plan)
(7) melakukan pendekatan masalah secara sistematis

2.5. Menentukan Pilihan Strategi

Gambar Proses strategi bisnis

2.5.1

Macam macam strategi


Strategi formulasi

P a g e | 30

Pimpinan organisaasi dapat menilai kecendrungan yang terjadi pada saat


ini dan yang akan datang baik dari segi eksternal mulai dari pasar
percetakan,persaingan,regulasi, juga dari segi internal mulai dari nilai
organisasi,keunggulan percetakan,kemampuan percetakan, hasil produk
dan pasar,kebijakan strategis. Didalam perusahaan percetakan digunakan
metode manajeman proyek dimana rencana yang disusun,dijelaskan,
diprioritaskan,ditahapkan,dijadwalkan,disumbedayakan

dan

diimplementasikan serta dipantau oleh karena itu proyek dapat


dioptimalkan hasilnya oleh perusahaan.
Strategy implementation
Perusahan diharapkan menetapkan atau merumuskan tujuan perusaahaan
tahunan,memikirkan

dan

merumuskan

kebijakan,memotifasi

karyawan,serta mengalokasikan sumberdaya sehingga strategi yang telah


diformulasikan dapat dilaksanakan,menggerakkan para karyawan dan
menager untuk melaksanakan formulasi menjadi tindakan nyata.
Karyawan harus distimulir melalui organisasi agar dapat bekerja dengan
penuh kebanggaan dan antusias kearah pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan atau organisasi.
Strategy evaluation
Mengevaluasi faktor internal dan eksternal yang menjadi dasar bagi
strategi yang sedang berlangsung.
Mengukur kinerja perusahaan yang telah dilakukan.
Mengambil tindakan perbaikan pada perusahaan apabila diperlukan
agar kedepannya perusahaan semakin maju.

2.5.2. Strategi Mempertahankan Usaha


Kondisi perekonomian sulit seperti saat ini bagi pengusaha kecil
umumnya UKM, hanya mampu mempertahankan diri untuk tetap dapat
hidup menopang kehidupan keluarga, betapa tidak seperti kebanyak IKM
mikro posisi tempat yang belum mapan, lemah modal, lemah manajemen
dan lemah teknologi harus bersaing dengan pengusaha yang sudah mantap,
apalagi disisi lain di Kabupaten Jember semakin menjamurnya dibanyak
tempat bisnis modern orientasi perbenihan seperti PT Branita Sanchini dan

P a g e | 31

PT Jagung Hibrida Sulawesi menambah satu deretan daftar sulitnya untuk


mempertahankan apalagi mengembangkan usaha.
Upaya mempertahankan usaha dapat dikatagorikan pada strategi
bertahan hidup, strategi stabilitas atau disebut juga adaptasi atau defensif
atau bertahan hidup disisi lain ada strategi ekspansi atau disebut juga
perluasan atau pertumbuhan. (Gluck & Jauch, 1984; Certo et.al: 1984,
Wright et.al., 1996; David, 1998)
Glueck & Jauhch (1984) menjelaskan bahwa perusahaan bisa
disebut menjalankan strategi bertahan hidup bilamana: perusahaan tetap
melayani masyarakat dalam sektor produk atau jasa yang serupa, sektor
pasar dan sektor fungsi sebagaimana yang diteeetapkan dalam definisi
bisnisnya, atau dalam sector yang sangat serupa; serta keputusan strategis
utamanya difokuskan pada penambahan perbaikan terhadap pelakanaan
fungsinya. Lebih jauh ia menjelaskan ciri-ciri perusahaan menerapkan
strategi ini.
1. Perusahaan berjalan dengan baik atau menganggap dirinya berhasil baik.
Pimpinan biasanya tidak terlalu memahami kombinasi keputusan apa
yang menyebabkannya berhasil. Makanya kita meneruskan cara yang
selalu kita lakukan disini.
2. Perusahaan tidak berani mengambil risiko bisnis
3. Operasi perusahaan bersifat reaktif terhadap perubahan lingkungan
bisnis dan itupun akan dilakukan jika benar-benar akan mengganggu
eksistensinya
4. Lingkungan bisnis relatif dianggap stabil
5. Terlampau banyak ekspansi dapat menimbulkan ketidak-efisiensienan.
6. Orentasi perusahaan jangka pendek, bukan jangka panjang.

Kemampuan perusahaan untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi industri


bergantung pada kondisi internalnya. Cara yang biasa dilakukan untuk mengkaji
kondisi internal adalah dengan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan.
Arthur Thompson, Jr dan A.j Strickland (1995 dalam Usahawan 2003: 32)
memberikan suatu pedoman mengenai apa-apa yang dapat menjadi kekuatan dan
kelemahan perusahaabn. Beberapa diantaranya dapat dilihat dalam tabel berikut

P a g e | 32

Tabel 1: Analisis kekuatan dan kelamahan dalam Bisnis


Kekuatan

Kelemahan

Memiliki kompetensi-kompetensi inti/

Pertumbuhan pendapatan didbawah

pokok (core competences)

rata-rata industri

Memiliki pangsa pasar yang besar

Keterbatasan sumberdaya keuangan

Memiliki pelanggan-pelanggan yang

Reputasi yang kurang baik di mata

loyal

konsumen

Produk-produknya terdeferensiasi

Tertinggal dalam pengembangan

secara efektif

produk

Pemakaian dana terkendali secara baik

Banyak terjadi pemborosan biaya

Tingkat laba berada diatas rata-rata

Tergolong perusahaan berskala kecil

industri

di dalam industri

Menguasai teknologi produksi yang

Kualitas produk sangat rendah

canggih
Manajemennya memiliki jiwa

Tingkat keterampilannya sumberdaya

kewirausahaan yang tinggi

manusianya sangat rendah

Ada satu pendekatan lainnya, dikenal sebagai pendekatan berbasis sumberdaya,


yuang memusatkan pengkajian kondisi internal perusahaan pada kepemilikan
sumberdaya yang berkualitas. Sumberdaya fisik (teknologi, peralatan, perlengkapan,
letak dan akses ke bahan baku), sumberdaya manusia dan sunmberdaya oganisasi
seperti sistem dan tata cara yang berlaku didalam perusahaan baik formal maupun
informal. (Bemey, 1991, h.:101, dalam usahawan: 32 2003).
Apakah dengan mendayagunakan sumberdaya yang dimiliki, perusahaan
berkemampuan untuk memanfaatkan peluang-peluang yang terdapat didalam
lingkungan dan atau menetralisisasi ancaman-ancaman yang datang dari lingkungan ?
Indikasi bahwa perusahaan memiliki kemampuan seperti yang disebutkan dalam
pertanyaan diatas adalah semakin meningkatnya pendapatan sejalan dengan semakin
didayagunakan sumberdaya yang dimiliki. Sedangkan cara yang lain adalah
mengusahakan peningkatan efektifitas dan efesiensi dalam semua aspek operasinya.
Definisi Ketahanan Usaha, adalah menyangkut kontinyuitas atau tidaknya
dalam melakukan aktivitas pekerjaan, apakah pernah berhenti atau tidak melakukan

P a g e | 33

pekerjaan tersebut, dengan mengembangkan item pekerjaan dalam bisnis sebagai


berikut:

Tabel 2: Analisis Ketahanan usaha


Cover term
Strategi bertahan hidup usaha bisnis
Faktor modal

Faktor produksi

Proses Produksi

Keadaan dan upaya detil

Keadaan dan upaya detil

Tempat proses

pengadaan modal usaha

pengadaan bahan-tenaga

produksi

kerja dan peralatan


Upaya dan alasan memilih

Upaya dan alasan membuat

Keterbatasan lahan

sumber modal kerja saat

jaringan kerja

proses produksi

Upaya menjamin

Upaya menjamin

Penjagaan proses

kelancaran-kelancaran

kelancaran pasokan faktor

produksi lancar

menarik modal asing

produksi

Apa saja cara memenuhi

Apa saja cara memenuhi

Pencapaian Kualitas

mendapatkan modal usaha

mendapatkan kualitas

proses produksi

yang murah

pasokan faktor produksi

Apa saja tanggung jawab

Apa saja tanggung jawab

Tanggung jawab

pengadaan pasokan/

pengadaan pasokan faktor

proses dan urutan

pemupukan modal usaha

produksi

produksi

Apa saja karakteristik

Apa saja karakteristik

Karakter proses

atribut faktor pasokan

atribut faktor pasokan

produksi yang

modal kerja yang

produksi yang diharapkan

diharapkan

ini

diharapkan

Tabel 3: Analisis taksonomi ketahanan hidup unsur pasar dan faktor produksi.
Apa saja keseluruhan jenis

Keseluruhan upaya apa saja yang dilakukan untuk

produk akhir/ jasa yang

mencapai kualitas, pengadaan. Serta bagaimana

dijual

upaya memahami kekuatan, kelemahan, tantangan


dan peluang membangun jaringan berkelanjutan
untuk mendapatkan kemantapan usaha.

P a g e | 34

Apa saja keseluruhan

Keseluruhan upaya apa saja yang dilakukan dalam

tempat yang dipakai untuk

rangka memenuhi ruangan ,konsentrasi usaha,

pemajangan produk / jasa

keamanan penyimpanan faktor produksi, kekuatan,


kelemahan, peluang dan tantangan untuk
mendapatkan ruangan yang lebih besar

Upaya dan alasan membuat

Keseluruhan keberhasilan/ kegagalan-keterbatasan

/ menciptakan jaringan

upaya membangun jaringan termasuk memahami

pasar

kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluangnya

Upaya menjamin

Tantangan menciptakan keberlanjutan jaringan atas

kelancaran/ keberlanjutan

produksi/ jasa, tantangan dan peluang mendapatkan

pemasaran

manfaat kemantapan serta kekuatan dan kelemahan


upaya yang telah dilakukan

Apa saja cara memenuhi

Tantangan mendapatkan kualitas produksi/ jasa

agar pemasaran produk/

yang memenuhi syarat, serta apa kekuatan dan

jasa meningkat

kelemahan terhadap upaya yang telah dilakukan.

Apa saja tanggung jawab

Tantangan penyesuaian sesuai target, setiap urutan/

dari aspek pemasaran

bagian pekerjaan
Kesesuaian keseluruhan karakteristik faktor
produksi/ jasa serta kekuatan dan kelemahan upaya
yang telah dilakukan.

P a g e | 35

BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Profil Umum Perusahaan


PT. HIJAU AGRI INDONESIA (PT.HAI) yang berbadan hukum usaha secara
resmi didirikan di tahun 2013, merupakan salah satu perusahaan Agri Bisnis yang
dikenal mempunya tingkat pertumbuhan usaha yang tinggi. Dimulai pada tahun 2010,
sebagai perusahaan perseorangan yang terus berkembang PT HAI tidak berpuas diri
tetapi selalu melihat peluang yang cukup terbuka pada bidang penanaman bibit jagung
Hibrida. Sampai saat ini bibit jagung hibrida menjadi salah satu bidang usaha utama
yang digeluti PT HAI dengan tidak menutup kemungkinan pengembangan bisnis di
penanaman lainnya.
Saat ini, didukung oleh Sumber daya manusia profesional dan berpengalaman
yang direkrut serta didukung oleh sistem manajemen yang kuat. PT Hijau agri telah
memperoleh kepercayaan untuk menjadi mitra grower dari pabrik multinasional yang
ada di Jawa Timur. Saat ini PT Hijau Agri Indonesia (PT.HAI) memfokuskan diri pada
bidang usaha utamanya yaitu penanaman Bibit Jagung Hibrida. Mengambil posisi
sebagai Grower yang merupakan partner kerja dari perusahaan multinasional pengolah
bibit Jagung Hibrida.
Posisi Grower secara singkat dapat digambarkan sebagai sub-kontraktor dari
pabrik untuk melakukan penanaman secara mandiri atau berpartner dengan petani
dengan benih yang diberikan oleh pabrik untuk selanjutnya hasilnya dijual kembali ke
pabrik. Wilayah kerja atau lahan lokasi penanaman PT Hijau Agri Indonesia tersebar
di wilayah Jawa Timur seperti di wilayah Tulungagung, Kediri, Blitar, Lamongan,
Malang, Pasuruan, Lumajang, Probolinggo, Jember, Situbondo dan Banyuwangi.
Seperti organisasi lainnya, sebagai perusahaan swasta PT. HIJAU AGRI
INDONESIA memiliki tujuan yang ingin dicapai dan ini tercermin lewat visi dan misi
perusahaan. Visi merupakan pandangan ideal masa depan yang ingin diwujudkan
perusahaan melalui pengembangan potensi. Sedangkan misi merupakan tujuan dan
target yang ingin dicapai suatu organisasi. adapun visi dan misi PT. HIJAU AGRI
INDONESIA adalah sebagai berikut:

P a g e | 36

Visi Perusahaan
1. Menjadi perusahaan agribisnis yang terkemuka dan menciptakan nilai lebih
bagi stakeholders
Misi Perusahaan
1. Mengantisipasi kecenderungan pasar dan kebutuhan pelanggan.
2. Mengutamakan manajemen yang profesional dan berintegritas.
3. Mengembangkan sumber daya manusia serta memberi penghargaan atas
prestasi kerja.
4. Mengembangkan budaya inovatif.
5. Menerapkan tata kelola perusahaan yang baik.

3.3.1

Lokasi Perusahaan
PT. HIJAU AGRI INDONESIA bertempat di wilayah Kabupaten Jember,
tepatnya berlokasi di pergudangan Rejo Agung Komplek Brawijaya Mangli.

3.3.2

Jenis Usaha
PT. HIJAU AGRI INDONESIA merupakan salah satu perusahaann swasta
yang bergerak dibidang agribisnis (agroindustri) dengan spesifikasi
pembenihan dan penanaman jagung hibrida di wilayah Jawa Timur, seperti
wilayah Tulungagung, Kediri, Blitar, Lamongan, Malang, Pasuruan,
Lumajang, Probolinggo, Jember, Situbondo dan Banyuwangi.

3.3.3

Jumlah Karyawan
PT. Hijau Agri Indonesia Cabang Jember adalah 65 orang karyawan meliputi:
1. Production Manager

1 orang

2. Field Manajer

2 orang

3. Supervisor

12 orang

4. Field Assistance

37 orang

5.

Admin Finance

1 orang

6.

Accounting

1 orang

7.

Warehouse Logistic

1 orang

8.

Administration

1 orang

9.

Staf

3 orang

accounting

10. Staf Warehouse Logistic

2 orang

11. Staf administration

4 orang

P a g e | 37

3.3.4

Struktur Organisasi Perusahaan

3.3.5

Job Description Karyawan


PT. Hijau Agri Indonesia memiliki deskripsi pekerjaan (Job
describtion) yang berisi tugas dan kewajiban karyawan di masing-masing
jabatan dengan tujuan mempermudah serta memperjelas proses kerja dan
Berikut ini adalah pemaparan job describtion karyawan PT. Hijau Agri
Indonesia:

Production Manager (Manajer Produksi)


1.

Bertanggungjawab

terhadap

keseluruhan

proses

produksi

pembenihan dari perencanaan tanam hingga panen yang dilaporkan


oleh manager
2.

Membuat rencana penjadwalan kerja untuk team lapangsn

3.

Bertanggung jawab atas kualitas, kelancaran acara serta operasional


seluruh kegiatan dari bagian lapang

4.

Bertanggungjawab terhadap pengaturan man power produksi

Field Manager (Manajer Lapangan) :


1.

Bertanggungjawab

terhadap

keseluruhan

proses

pembenihan dari perencanaan tanam hingga panen.


2.

Bertanggungjawab terhadap target luasan lahan

produksi

P a g e | 38

3.

Bertanggungjawab terhadap hasil mutu tanam

4.

Bertanggungjawab terhadap pengaturan man power produksi

Supervisor
1.

Melakukan pencarian lahan

2.

Bertanggungjawab terhadap suatu luasan lahan tanam

3.

Mengontrol dan mengawasi tanaman dari awal tanam sampai akhir

4.

Mendampingi petani selama proses tanam sampai panen

5.

Momonitor dan mengawasi beberapa Field Assistance

6.

Membuat laporan ke Field Manager

Field Assistance :
1.

Melakukan pencarian lahan

1.

Bertanggungjawab terhadap suatu luasan lahan tanam

2.

Memastikan penanaman benar

3.

Mengontrol dan mengawasi tanaman dari awal tanam sampai akhir

4.

Mendampingi petani selama proses tanam sampai panen

5.

Memastikan perawatan aplikasinya tepat waktu

6.

Memastikan hasil panen dikirim ke perusahaan

7.

Membuat laporan ke supervisor

Field Administration
1.

Menerima, menverifikasi dan menginput data laporan tanam,


perawatan sampai dengan panen yang dari supervisor

2.

Mengajukan pengajuan tenaga kerja yang direquestkan oleh


supervisor

3.

Memastikan kebenaran dan kelengkapan laporan yang diajukan oleh


supervisor

4.

Mengarsip dokumen

Warehouse logistic
1.

Bertanggung jawab atas penerimaan benih dari supplier.

2.

serta semua fasilitas yang ada digudang

Administrasi :
1.

Menerima semua data dari semua field admin untuk dicek untuk
kebenaran data dan diajukan ke bagian aaccounting

2.

Bertanggung jawab penuh tugas field admin

P a g e | 39

Accounting :
1.

Menerima semua data dari administrasi untuk dicek kembali dan


diajukan ke bagian finace agar segera terealisasikan

2.

Menghitung semua pajak yang akan dikeluarkan

3.3.6 Fasilitas Perusahaan


Dalam melaksanakan kegiatan operasional perusahaan maka
diperlukan adanya fasilitas penunjang kegiatan tersebut. Fasilitas diartikan
sebagai sarana dan prasarana yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka
mempermudah pekerjaan baik fasilitas fisik maupun fasilitas non fisik.
Fasilitas fisik yang dimiliki oleh PT. HIJAU AGRI INDONESIA diantaranya:
1. Fasilitas Komputer yang digunakan untuk inputing dan pengolahan data
(processing data) perusahaan
2. Diesel yang digunakan untuk preventif apabila terjadi pemadaman listrik
dari PT. PLN yang dapat menggangu kinerja perusahaan.
3. Tanki, disediakan untuk mengangkut air yang digunakan untuk mengairi
lahan selama proses tanam.
4. Paralon, yang digunakan untuk melakukan perawatan tanaman berupa
pengairan atau irigasi selama masa tanam benih hingga tanaman siap
panen guna menjaga kualitas hasil produk.
5. Global Positioning System yang digunakan untuk mengukur luas lahan
yang akan disewa oleh perusahaan.

3.2 Praktik Solusi


Setiap perusahaan memiliki kekuatan dan kelemahan yang perlu dilakukan
identifikasi dimana keunggulan dan kelemahan tersebut dapat diidentifikasi dengan
menginventarisir apa saja yang kekuatan, kelemahan yang dimiliki perusahaan PT.
Hijau Agri Indonesia dapat dilihat melalui tabel anlisis SWOT berikut ini :

P a g e | 40

Internal

Kekuatan (Strong / S)

Kelemahan (Weakness)

1. Pengalaman petani sebagai mitra

1. Kurangnya tenaga kerja

perusahaan dalam menanam jagung

untuk mengurus lahan

hibrida

pertanian jagung hibrida

2. Perolehan bahan baku atau benih


jagung hibrida yang sudah

2. Terikat

dengan

satu

supplier

tersedia

3. Keterbatasan

3. Ketersediaan hasil produksi

sarana

produksi disekitar lokasi

jagung hibrida

tanam

4. Sarana dan prasarana yang

4. Kualitas jagung hibrida

dimiliki perusahaan serta

yang tidak konsisten

produksi jagung hibrida dapat


memenuhi target

Peluang (Opportunity)
1. Penetapan

jagung

Threat (Ancaman)

sebagai 1. Persaingan

komoditas unggulan Jawa Timur


2. Kualitas

benih

jagung

yang

dihasilkan
3. Brand (Image) produk jagung
Eksternal

hibrida PT. Hijau Agri Indonesia


4. Standarisasi harga jagung hibrida
untuk ekspor

antara

perusahaan pembenihan
dan penanaman jagung
hibrida

dalam

satu

wilayah.
2. Tingginya
pungutan

biaya
dalam

pengangkutan
3. Iklim yang tidak dapat
dikendalikan.
4. Hama

tamanan

yang

merusak.

Pada praktek solusi ini akan dibahas lebih lanjut mengenai permasalahan yang
muncul pada latar belakang sebelumnya. Dimana masalah tersebut akan dijabarkan
lebih detail beserta contoh pemberian kongkritnya. Sehingga dapat diidentifikasi dan
ditemukan solusi yang tepat guna memperbaiki hal-hal yang dianggap masih kurang
maksimal dari suatu permasalahan yang ditemukan selama proses kegiatan praktikum.

P a g e | 41

Bidang Administrasi
1. Penataan arsip atau dokumen yang kurang terstruktur
2. Tidak adanya klasifikasi dokumen atau arsip berdasarkan tanggal, abjad dll
3. Terjadi kesalahan dalam proses inputing data dari satu arsip ke arsip yang lain
Contoh permasalahan yang sering terjadi digambarkan sebagai berikut:

Berdasarkan gambar diatas dijabarkan bahwa seringkali penataan arsip


kurang terstruktur, hal ini disebabkan karena tidak adanya pengklasifikasian yang
dilakukan oleh admin terhadap semua dokumen. Dimana seluruh dokumen
dijadikan satu penyimpanan. Sehingga resiko tertukar tempat terhadap arsiparsip
tersebut sangat sering terjadi. Ditambah lagi apabila administrasi yang tidak selalu
teliti terhadap arsip- arsip tersebut. Hal ini mengakibatkan keterlambatan terhadap
kinerja administrasi.

Solusi Permasalahan.
Berdasarkan penjabaran mengenai masalah yang sering terjadi diatas dapat
dihasilkan beberapa solusi terkait masalah tersebut diantaranya:
1. Administrasi perlu membuat sistematika pengarsipan dokumen. Dimana
dokumen-dokumen yang telah ada dikelompokkan atau diklasifikasikan
berdasarkan abjad, tanggal, lokasi dan kriteria lainnya yang memudahkan
penempatan dokumen pada file arsip yang tepat. Sehingga administrasi
dapat dengan mudah menentukan dimana ia mengarsipkan dokumendokumen tersebut.
2. Administrasi perlu membuat petunjuk penataan berupa sistematika
penempatan dokumen maupun pengambilan pengambilan dokumen dari
lemari arsip.
3. Memerlukan formulir untuk mempunyai data base baru

P a g e | 42

4. Perbaikan setelah terjadi kesalahan (kuratif) terkait input data


administrasi.
5. Administrasi perlu meningkatkan ketelitian dalam mengarsipkan
dokumen-dokumen yang telah dilaporkan.

Bidang Lahan
1. Terjadinya kesalahan pelaporan berupa pengisian data formulir, pertama
dari oleh Field Assistance kepada Supervisor. Kedua dari supervisor ke
Field Administrasi dimana pengisian data tidak sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
2. Formulir sudah baku akan tetapi penulisan yang kurang tepat sehingga
menyebabkan kesalahan pelaporan.
3. Terjadi perbedaan pelaporan antara Field Assistance antara petugas
pengukur luas lahan dengan Field Assistance.
Contoh konkritnya dimana terdapat perbedaan pelaporan antara field
assistance dengan hasil observasi supervisor. Dimana field assistance
menyatakan bahwa luas lahan siap tanam yang disewa oleh perusahaan
adalah 0.9 Ha. Ini berdasarkan keterangan dari petani selaku pemilik lahan
yang mengetahui luas lahannya. Sedangkan berdasarkan hasil pengukuran
GPS luas lahan siap tanam mencapai 1 Ha. Maka disinilah terdapat selisih
antara pelaporan oleh Field assistance dengan supervisor.

Solusi
Adapun solusi dari permasalahan yang telah diuraikan diatas ialah sebagai
berikut:
1. Pencatatan hasil pengukuran dilakukan bersama- sama antara supervisor
dan field admin. Di waktu yang bersamaan, sehingga data yang diperoleh
lebih valid dan tidak ada perbedaan pelaporan.
2. Menetapkan aturan bahwa hasil pelaporan yang baku dan diterima
manajemen adalah laporan berdasarkan hasil observasi atau pengukuran
supervisor.
3. Perlu adanya peningkatan kerjasama antara supervisor dan field
assistance.

P a g e | 43

4. Perlu dilaksanakan training atau seminar kepada seluruh field assistance


tentang form pengisian data yang baku dan sesuai dengan kebutuhan
perusahaan. Sehingga format dan hasil yang dilaporkan adalah sama.
5. Memberi evaluasi sejak awal pencatatan atau laporan

Kemitraan dengan supplier


Adanya komplain supplier dimana ini disebabkan oleh:
1. Perawatan tanaman yakni pencabutan bunga jantan tidak segera dilakukan,
sehingga kualitas yang dihasilkan tidak sesuai standar.
2. Tejadi selisih hasil panen dari timbang lapang dan timbang pabrik dimana
seluruh proses penimbangan diawasi oleh petugas dari supplier, petugas
perusahaan PT. Hijau Agri Indonesia dan petani.
Contoh konkretnya dimana hasil timbangan antara timbangan lapang
perusahaan dengan hasil timbangan supplier berbeda volumenya. Terdapat
selisih antara berat dilapangan dengan berat di gudang supplier. Selain itu
ketika masa tanam petik bunga jantan untuk mempercepat pembuahan
demi mencapai target masa panen dan kualitas jagung yang sesuai standar
supplier, perusahaan tidak segera melakukan pemetikan bunga jantan
dikarenakan tenaga pengawas yang terbatas dan overload lahan yang harus
diawasi.
3. Penerimaan target diluar kemampuan perusahaan sehingga menyebabkan
hasil pekerjaan tidak maksimal.

Solusi
Berdasarkan uraian permasalahan tersebut diatas, maka altenatif yang dapat
diberikan adalah:
1. Pengawasan distribusi yang perlu ditingkatkan oleh perusahaan dimana
terdapat tahap persiapan awal, perjalanan dan sampai di gudang supplier
2. Perusahaan perlu merekrut tenaga kerja baru untuk memenuhi volume
kerja standar tiap karyawan lapangan. Sehingga pekerjaan dapat
dilakukan maksimal.
3. Diperlukan analisis beban kerja karyawan lapangan. Dimana setiap field
assistance diberikan pengawasan lahan maksimal seluas sekian Ha yang
telah ditentukan oleh perusahaan.

P a g e | 44

DAFTAR PUSTAKA

Ahyari, A, 1987, Manajemen Produksi, Pengendalian Produksi, Buku II,


BPFE, Yogyakarta.

Glover, D dan K. Kusterer, 1990, Small Farmers, Big Business. England

Hafsah, Mohamamad Jafar, 2000, Kemitraan Usaha, Jakarta, Pusaka Sinar


Harapan.

Kotler, P. 1992. Manajemen Pemasaran, Erlangga, Jakarta.

Konosuke Matsushita (1994), Etos Bisnis, Etika manajemen, Bisnis Manajemen


Vol. 3, Penerbit Mitra Utama, Jakarta.

Lexy, J. Moleong, 1996, Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosda


karya, Bandung.

Pranaji, Tri 1995, Pengembangan Agribisnis, Dalam analisis CSIS Ekkspor Non
Migas (April), Jakarta CSIS. Jakarta.

Siagian, SP (1996) Etika Bisnis , Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.

Sonny Keraf, (1998), Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, Penerbit kanisius,
Yogyakarta.

Tambunan, Rudi M. 2008, Pedoman Penyusunan Prosedur Operasi Standard,


Meistas Publishing, Jakarta

Вам также может понравиться