Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh:
Heru Dwi Setiawan
Ayunita Dian Pertiwi
Lutfi Mutia Sari
Rimala Nantiari
(11.63211.001703)
(11.63211.001710)
(11.63211.001687)
(11.63211.001713)
P a g e | ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta ucapan
terimakasih kepada Dosen Pembimbing Mata kuliah Praktikum Bisnis II yang kami
hormati, Bpk. Drs. Totok S, M.Si yang telah menuangkan materi dan pemikiran mengenai
cara menganalisis situasi suatu perusahaan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
hasil praktikum kami. Serta kepada PT. Hijau Agri Indonesia (PT. HAI) cabang Jember
selaku pihak yang telah mendukung terlaksananya kegiatan praktikum ini.
Adapun tujuan dari disusunnya laporan hasil praktikum ini adalah untuk lebih
memberi pemahaman dan pengertian serta mengidentifikasi masalah- masalah yang ada
dalam suatu perusahaan, khususnya kepada mahasiswa STIA PEMBANGUNAN
Jember. Sehingga kedepan, diharapkan dengan laporan ini dapat membuka wawasan dan
memperkaya literatur gambaran salah satu perusahaan yang bergerak dibidang agribisnis
di Kabupaten Jember.
Akhir kata semoga laporan hasil praktikum ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak terutama mahasiswa STIA PEMBANGUNAN JEMBER. Saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan demi perbaikan selanjutnya.
Jember,
Mei 2014
Penyusun
P a g e | iii
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................
BAB III
10
20
23
26
29
PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Profil Umum Perusahaan ............................................................
35
36
36
37
37
37
39
39
44
Page |1
BAB I
PENDAHULUAN
Page |2
makanan termasuk serat (food and fiber) dan industri pendukung seperti penyedia bibit
dan jasa keuangan. Dari pembidangan seperti ini maka kegiatan dalam agribisnis lebih
kompleks dibandingkan dengan kegiatan manufaktur yang lebih terfokus pada
masalah membuat barang dan jasa, menyampaikan, hingga mengevaluasi;
sebagaimana ditemui pada pendekatan manajemen pemasaran atau pendekatan
produksi. Kekompleksan demikian membutuhkan pemaduan antara disiplin ilmu
ekonomi dan pertanian utamanya.
Bidang agribisnis menjadi lebih berkembang dewasa ini karena produkproduknya dihasilkan dalam berbagai bentuk yang sedemikian rupa sehingga mudah
dikonsumsi dan dapat memenuhi pola konsumsi masyarakat modern. Sepertinya
sudah tidak mengherankan lagi ketika anda memasuki supermarket dan menyaksikan
produk pertanian seperti buahbuahan, biji-bijian, kacang-kacangan serba tersedia; dan
mungkin tidak perlu mempersoalkan lagi di mana semua itu dihasilkan, diangkut,
dikemas dengan baik; sehingga bisa sampai di tempat tujuan. Konsumen menyaksikan
ini dan merasa semuanya siap dikonsumsi. Padahal setiap industri yang terlibat di
dalamnya dengan seksama mengelola seluruh input (mulai dari bibit, pupuk
pemeliharaan, panen, kepakan) hingga ada pengiriman ke tempat lain. Kegiatan yang
terdapat di dalamnya sesungguhnya menarik dan kompleks. Kegiatan ini sangat
kompleks karena melibatkan banyak kegiatan pada satu perusahaan dan melibatkan
Pemerintah;
kebijakan
pemerintah
dan
Page |3
Page |4
2. Tidak adanya klasifikasi dokumen atau arsip berdasarkan tanggal, abjad dll
Contoh: Admin salah mengklasifikasikan arsip dari arsip lahan di lokasi A
dimasukkan kedalam arsip lahan di lokasi B
Page |5
2.
langsung
mengenai
hambatan,
kendala,
dukungan
terhadap
Page |6
merubah dan memperkuat teori yang sudah ada atau membangun teori baru
dalam pembelajaran terutama di perguruan tinggi (Adm.Bisnis). Dalam
kepentingan praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
pembelajaran alternatif dalam meningkatkan pemahaman dan kreativitas
mahasiswa terhadap konsep, kebijakan dan implementasi Administrasi dan
manajemen bisnis.
4.
Bagi PT. Hijau Agri Indonesia diharapkan dari hasil praktikum bisnis ini dapat
dijadikan referensi perusahaan untuk pengembangan kedepan.
5.
Bagi pihak lain (pembaca), laporan hasil praktikum ini dapat dijadikan sebagai
bahan referensi untuk kegiatan sejenis dimasa yang akan datang.
teknis
mendeskripsikan
alur
mekanisme
kerja
sebagai
dasar
Page |7
b.
c.
d.
e.
Mendalam
(Indepth-Interview)
merupakan
metode
Page |8
Page |9
Identifikasi permaslahan 1
Minggu 3
23 April 2014
Minggu 4
7 Mei 2014
Pedoman wawancara
Minggu 7
14 Juni 2014
Minggu 8
14 Juni 2014
Melakukan kunjungan ke PT
Hijau Agri Indonesia
Wawancara ekslusif
kepada staff PT HAI
Minggu 9
25 Juni 2014
Penyusunan laporan
hasil praktikum
Penyerahan laporan
Ujian Semeter
Ganjil
Minggu 5
14 Mei 2014
Minggu 6
21 Mei 2014
Minggu 10
4 Juni s.d. 5 Juli
2014
Minggu 11
14 Juli 2014
P a g e | 10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
P a g e | 11
b.
Pola Subkontrak
Pola ini merupakan hubungan kemitraan antara perusahaan mitra usaha
dengan kelompok mitra usaha yang memproduksi kebutuhan yang diperlukan
oleh perusahaan sebagai bagian dari komponen produksinya. Ciri khas dari
kemitraan subkontrak ini adalah membuat kontrak bersama yang mencantumkan
volume, harga dan waktu.
c.
d.
Pola Keagenan
Pola keagenan merupakan salah satu bentuk kemitraan dimana usaha kecil
diberi hak khusus dari barang dan jasa dari usaha menengah atau usaha besar
sebagai mitranya. Disini usaha menengah atau usaha besar bertanggung jawab
terhadap produk yang dihasilkan, sedangkan usaha kecil sebagai kelompok mitra
diberi kewajiban untuk memasarkan hasil pproduknya tersebut, bahkan disertai
dengan target-target yang harus dipenuhi, sesuai dengan ketentuan yang telah
disepakati.
Sedangkan mengenai keuntungan yang diperoleh, dapat berupa komisi
atau fee yang diusahakan oleh perusahaan menengah atau perusahaan besar
sebagai mitra kerja.
e.
Waralaba
Pola waralaba merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra
usaha dengan perusahaan mitra usaha yang memberikan hak lisensi, merek
dagang saluran distribusi perusahaannya kepada kelompok mitra usaha sebagai
penerima waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen. Dalam
pola ini perusahaan mitra usaha sebagai pemilik waralaba, bertanggung jawab
terhadap sistem operasi, pelatihan, program pemasaran, merek dagang dan halhal lainnya, kepada mitra usahanya sebagai pemegang usaha yang diwaralabakan.
Sedangkan pemegang usaha waralaba hanya mengikuti pola yang telah
ditetapkan oleh pemilik waralaba serta memberikan sebagian dari pendapatannya
berupa royalti dan biaya lainnya yang terkait dari kegiatan usaha tersebut.
(2000:68-80)
P a g e | 12
Pembina /
Fasilitator
Perusahaan Besar
Manajemen
Sarana Produksi
Alat dan mesin
Teknologi
Manajemen
Perusahaan kecil
Kemitraan
Tenaga Kerja
b.
P a g e | 13
Pembina /
Fasilitator
Perusahaan Besar
Perusahaan kecil
Kemitraan
Saprodi
Manajemen
c.
menguntungkan
dan
saling
memperkuat
sebagaimana
yang
diharapkan.(2000:88-92)
Pembina /
Fasilitator
Konsultan
Perusahaan
Besar
Kemitraan Saham
Sumber: Hafsah, Mohamad Jafar (2000: 92)
Perusahaan
kecil
P a g e | 14
Menurut Tri Pranadji (1995:340), dewasa ini paling tidak terdapat tiga pola
kemitraan yang berkembang pada kegiatan bisnis pertanian, yaitu:
a.
b.
c.
P a g e | 15
Lebih lanjut Tri Pranadji menyebutkan bahwa ciri dari kemitraan agro bisnis
masa depan adalah:
a.
Petani atau produsen haruslah menjadi pemilik saham keseluruhan dari jaringan
agribisnis, sehingga petani secara kolektif adalah penguasa tubuh agribisnis.
Atau petani menjadi penguasa modal pada seluruh tubuh organisasi agribisnis.
b.
c.
Output suatu usaha pertanian atau agribisnis bukanlah bahan mentah yang tidak
stabil, melainkan komoditas olahan (akhir) yang telah memperoleh sentuhan
iptek dan bernilai tambah tinggi, berciri spesifik, serta berstandar mutu tinggi.
Target pasarnya relatif bervariasi meliputi jaringan pasar lokal, regional dan
global.
d.
diterapkan
dalam
sistem
pengambilan
keputusan,
melalui
musyawarah.(1995:341)
Produktivitas
Bagi perusahaan kecil atau petani secara individu, peningkatan
produktivitas biasanya dicapai secara simultan yaitu dengan cara menambah
unsur input baik kualitas maupun kuantitasnya dalam jumlah tertentu, tetapi akan
diperoleh output dalam jumlah yang berlipat. Hal ini akan dapat dengan mudah
dicapai bila dilakukan secara berkelompok, dimana faktor input dapat ditekan
karena ditanggung dan digunakan secara bersama. Misalnya alat pengolahan
tanah yang menggunakan traktor milik kelompok, biaya pemeliharaan irigasi,
biaya pengangkutan sarana pertanian, dan lain sebagainya.
b.
Efisiensi
Mekanisasi pertanian dalam penyiapan lahan yang dimiliki oleh petani
dimana perusahaan inti menyediakan alat mesin pertanian sehingga petani dapat
mempercepat dan memperluas areal tanam dengan tenaga yang tersedia. Hal ini
tentunya akan mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi.
P a g e | 16
c.
d.
Risiko
Dengan adanya kemitraan ini diharapkan akan ada suatu pembagian resiko
(risk sharing) secara proporsional antara pihak-pihak yang bermitra. Proporsional
artinya besar kecilnya resiko yang ditanggung sesuai dengan besar kecilnya
jumlah penyertaan modal dan keuntungan yang didapat.
P a g e | 17
P a g e | 18
3. Persediaan bahan baku, yaitu semua bahan bahan yang digunakan dalam suatu
proses produksi.
Di dalam kebijaksanaan tentang persediaan bahan baku, maka sudah selayaknya
apabila faktor faktor yang mempengaruhi persediaan itu sendiri diperhitungkan
terlebih dahulu. Faktor faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku itu sendiri
ada beberapa macam, dimana antara satu dengan yang lain mempunyai kaitan yang
erat.
Faktor faktor yang dapat mempengaruhi persediaan bahan baku tersebut antara
lain:
a.
Perkiraan pemakaian
Sebelum kegiatan pembelian bahan baku dilaksanakan, maka pihak management
harus dapat membuat perkiraan tentang berapa besar atau jumlah bahan baku
yang akan dipergunakan didalam proses produksi padsa periode yang akan
datang. Perkiraan kebutuhan bahan baku tersebut dapat diketahui dari
perencanaan produksi pada periode yang bersamaan. Sedangkan perencanaan
produksi perusahaan dapat ditelusuri dari perencanaan penjualan perusahaan,
berikut tingkat persediaan barang jadi yang dikehendaki pihak management.
b.
c.
d.
Kebijaksanaan pembelian
Seberapa besar persediaan bahan baku akan mendapatkan dana dari perusahaan,
tergantung pada kebijaksanaan pembelanjaan perusahaan. Apakah perusahaan
memberikan fasilitas yang pertama, kedua atau yang terakhir bagi persediaan
bahan baku ini. Disamping itu juga dilihat apakah dana yang disediakan tersebut
cukup untuk pembayaran semua bahan yang diperlukan perusahaan, ataukah
hanya sebagian saja.
P a g e | 19
e.
Pemakaian senyatanya
Pemakaian bahan baku senyatanya dari periode yang lalu (actual demand),
merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan. Seberapa besar penyerapan
bahan baku oleh proses produksi perusahaan serta bagaimana hubungannya
dengan perkiraan pemakaian yang sudah disusun senantiasa harus dianalisa.
Dengan demikian maka akan dapat disusun perkiraan kebutuhan bahan baku
mendekati kenyataan
f.
Waktu tunggu
Waktu tunggu (lead time) adalah tenggat waktu yang diperlukan atau yang terjadi
antara saat pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan baku itu sendiri.
Waktu tunggu ini sangat perlu untuk diperhatikan oleh karena hal ini sangat erat
hubungannya dengan penentuan saat pemesanan kembali (reorder point). Dengan
diketahuinya waktu tunggu yang tepat maka perusahaan akan dapat membeli di
saat yang tepat pula, sehingga resiko penumpukan persediaan dapat ditekan
seminimal mungkin.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah kualitas dari
bahan baku yang tersedia. Bagi beberapa perusahaan yang memproduksikan suatu
produk di mana karakteristik bahan baku sangat berpengaruh pada karakteristik
produk perusahaan, maka di dalam hal ini pengendalian kualitas bahan baku akan
menjadi hal yang sangat penting di dalam perusahan. Baik buruknya kualitas produk
perusahaan dalam perusahaan tersebut akan sangat ditentukan oleh baik buruknya
kualitas bahan baku yang dipergunakan.
Dalam pendekatan bahan baku untuk pengendalian kualitas, terdapat beberapa
hal yang sebaiknya dikerjakan oleh manajemen perusahaan agar bahan baku yang
diterima perusahaan dapat dijaga kualitasnya. Menurut Ahyari hal-hal tersebut antara
lain adalah seleksi sumber bahan, pemeriksaan dokumen pembelian, pemeriksaan
penerimaan bahan, dan penjagaan gudang bahan baku perusahaan. (1990:264).
Pada tahap seleksi sumber bahan, perusahaan hendaknya dapat melaksanakan
seleksi ini dengan menggunakan beberapa kriteria dasar yang disesuaikan dengan
kepentingan perusahaan yang bersangkutan. Beberapa kriteria dasar tersebut antara
lain harga bahan baku yang diperlukan, kualitas bahan baku yang dikirimkan,
kemampuan pengiriman bahan baku dari segi waktu maupun jumlah yang dikirimkan,
serta kontinyuitas pengiriman bahan baku dalam jangka panjang.
P a g e | 20
Sedangkan pelaksanaan seleksi bahan baku ini dapat dilakukan antara lain
dengan cara melihat kepada pengalaman-pengalaman hubungan perusahaan dengan
pemasok (petani) pada waktu-waktu yang telah lalu, dengan mengadakan evaluasi
pada perusahaan-perusahaan pemasok dengan menggunakan daftar pertanyaan, atau
dapat lebih teliti lagi dengan mengadakan penelitian kualitas perusahaan pemasok
tersebut. Beberapa cara tersebut dipilih salah satu atau dilakukan bersama, tergantung
kepada kebijaksanaan manajemen perusahaan yang bersangkutan dan tersedianya
dana untuk kepentingan hal tersebut.
Definisi Operasional
Sistem kemitraan yang menguntungkan adalah system kerjasama yang hasilnya
saling memuaskan kedua belah pihak. Pihak kelompok petani memperoleh perhatian
kesejahteraannya, memadai mnurut kesejahteraan ekonominya seauai pengorbanan
dan perjanjian yang disepakati secara terbuka. Bagi perusahaan jelas tercapai
kelancaran bisnis secara berkesinambungan.
Ukuran saling menguntungkan akan dilihat dari butir-butir dokumentasi
kerjasama yang telah ditetapkan dikonfirmasi kembali dengan petani-petani yang
terlibat dalam perjanjian kemitraan tersebut. Sehingga akhir penelitian ini diharapkan
menghasilkan pola kemitraan baru yang lebih menguntungkan kedua belah pihak.
Kualitas Produk
Berbicara mengenai produk maka aspek yang perlu diperhatikan adalah
kualitas produk. Menurut American Society for Quality Control, kualitas
adalah the totality of features and characteristics of a product or service that
bears on its ability to satisfy given needs, artinya keseluruhan ciri dan
karakter-karakter dari sebuah produk atau jasa yang menunjukkan
kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang tersirat. Definisi ini
merupakan pengertian kualitas yang berpusat pada konsumen sehingga dapat
dikatakan bahwa seorang penjual telah memberikan kualitas bila produk atau
pelayanan penjual telah memenuhi atau melebihi harapan konsumen.
Kualitas produk merupakan pemahaman bahwa produk yang
ditawarkan oleh penjual mempunyai nilai jual lebih yang tidak dimiliki oleh
produk pesaing. Oleh karena itu perusahaan berusaha memfokuskan pada
P a g e | 21
P a g e | 22
P a g e | 23
6) Estetika (asthethic)
Yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. Misalnya bentuk fisik
mobil yang menarik, model atau desain yang artistik, warna, dan
sebagainya.
P a g e | 24
2.3.2
2.
Perangkat lunak
a) Perangkat lunak sistem umum
b) Perangkat lunak terapan umum
c) Program apikasi
2.3.3
3.
4.
Prosedur
5.
Petugas pengoperasian
P a g e | 25
2.2.4
P a g e | 26
P a g e | 27
a. Menjadi pedoman kebijakan yang menjadi dasar dari semua kegiatankegiatan organisasi, operasional dan administratif (Pedoman Kebijakan)
b. Menjadi pedoman pelaksanaan kegiatan organisasi, baik operasional
maupun administratif (Pedoman Kegiatan)
c. Menjadi pedoman validasi langkah-langkah kegiatan dalam organisasi
(Pedoman Birokrasi)
d. Menjadi pedoman penggunaan formulir, dokumen, blanko, dan laporanlaporan yang terkait dengan kegiatan-kegiatan dalam organisasi (Pedoman
Administrasi)
e. Menjadi pedoman penilaian efektifitas kegiatan organisasi (Pedoman
Evaluasi Kerja)
f. Menjadi pedoman pengintegrasian kegiatan-kegiatan dalam organisasi
yaitu dalam konteks mencapai tujuan orgnanisasi (Pedoman Integrasi).
2.4.2
Kriteria SOP
Kriteria yang menyebabkan SOP suatu organisasi berbeda dengan SOP
organisasi lain menurut Tambunan (2008: 109) terdiri atas:
a. Khas atau spesifik (specific)
b. Lengkap prosedur (complete)
c. Jelas dan mudah dipahami (understandable)
d. Layak terap (applicable)
e. Layak kontrol (controllable)
f. Layak audit (auditable)
g. Layak ubah (changeable)
P a g e | 28
2.4.3
2.4.4
P a g e | 29
2.5.1
P a g e | 30
dan
dan
merumuskan
kebijakan,memotifasi
P a g e | 31
P a g e | 32
Kelemahan
rata-rata industri
loyal
konsumen
Produk-produknya terdeferensiasi
secara efektif
produk
industri
di dalam industri
canggih
Manajemennya memiliki jiwa
P a g e | 33
Faktor produksi
Proses Produksi
Tempat proses
pengadaan bahan-tenaga
produksi
Keterbatasan lahan
jaringan kerja
proses produksi
Upaya menjamin
Upaya menjamin
Penjagaan proses
kelancaran-kelancaran
produksi lancar
produksi
Pencapaian Kualitas
mendapatkan kualitas
proses produksi
yang murah
Tanggung jawab
pengadaan pasokan/
produksi
produksi
Karakter proses
produksi yang
diharapkan
ini
diharapkan
Tabel 3: Analisis taksonomi ketahanan hidup unsur pasar dan faktor produksi.
Apa saja keseluruhan jenis
dijual
P a g e | 34
/ menciptakan jaringan
pasar
Upaya menjamin
kelancaran/ keberlanjutan
pemasaran
jasa meningkat
bagian pekerjaan
Kesesuaian keseluruhan karakteristik faktor
produksi/ jasa serta kekuatan dan kelemahan upaya
yang telah dilakukan.
P a g e | 35
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
P a g e | 36
Visi Perusahaan
1. Menjadi perusahaan agribisnis yang terkemuka dan menciptakan nilai lebih
bagi stakeholders
Misi Perusahaan
1. Mengantisipasi kecenderungan pasar dan kebutuhan pelanggan.
2. Mengutamakan manajemen yang profesional dan berintegritas.
3. Mengembangkan sumber daya manusia serta memberi penghargaan atas
prestasi kerja.
4. Mengembangkan budaya inovatif.
5. Menerapkan tata kelola perusahaan yang baik.
3.3.1
Lokasi Perusahaan
PT. HIJAU AGRI INDONESIA bertempat di wilayah Kabupaten Jember,
tepatnya berlokasi di pergudangan Rejo Agung Komplek Brawijaya Mangli.
3.3.2
Jenis Usaha
PT. HIJAU AGRI INDONESIA merupakan salah satu perusahaann swasta
yang bergerak dibidang agribisnis (agroindustri) dengan spesifikasi
pembenihan dan penanaman jagung hibrida di wilayah Jawa Timur, seperti
wilayah Tulungagung, Kediri, Blitar, Lamongan, Malang, Pasuruan,
Lumajang, Probolinggo, Jember, Situbondo dan Banyuwangi.
3.3.3
Jumlah Karyawan
PT. Hijau Agri Indonesia Cabang Jember adalah 65 orang karyawan meliputi:
1. Production Manager
1 orang
2. Field Manajer
2 orang
3. Supervisor
12 orang
4. Field Assistance
37 orang
5.
Admin Finance
1 orang
6.
Accounting
1 orang
7.
Warehouse Logistic
1 orang
8.
Administration
1 orang
9.
Staf
3 orang
accounting
2 orang
4 orang
P a g e | 37
3.3.4
3.3.5
Bertanggungjawab
terhadap
keseluruhan
proses
produksi
3.
4.
Bertanggungjawab
terhadap
keseluruhan
proses
produksi
P a g e | 38
3.
4.
Supervisor
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Field Assistance :
1.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Field Administration
1.
2.
3.
4.
Mengarsip dokumen
Warehouse logistic
1.
2.
Administrasi :
1.
Menerima semua data dari semua field admin untuk dicek untuk
kebenaran data dan diajukan ke bagian aaccounting
2.
P a g e | 39
Accounting :
1.
2.
P a g e | 40
Internal
Kekuatan (Strong / S)
Kelemahan (Weakness)
hibrida
2. Terikat
dengan
satu
supplier
tersedia
3. Keterbatasan
sarana
jagung hibrida
tanam
Peluang (Opportunity)
1. Penetapan
jagung
Threat (Ancaman)
sebagai 1. Persaingan
benih
jagung
yang
dihasilkan
3. Brand (Image) produk jagung
Eksternal
antara
perusahaan pembenihan
dan penanaman jagung
hibrida
dalam
satu
wilayah.
2. Tingginya
pungutan
biaya
dalam
pengangkutan
3. Iklim yang tidak dapat
dikendalikan.
4. Hama
tamanan
yang
merusak.
Pada praktek solusi ini akan dibahas lebih lanjut mengenai permasalahan yang
muncul pada latar belakang sebelumnya. Dimana masalah tersebut akan dijabarkan
lebih detail beserta contoh pemberian kongkritnya. Sehingga dapat diidentifikasi dan
ditemukan solusi yang tepat guna memperbaiki hal-hal yang dianggap masih kurang
maksimal dari suatu permasalahan yang ditemukan selama proses kegiatan praktikum.
P a g e | 41
Bidang Administrasi
1. Penataan arsip atau dokumen yang kurang terstruktur
2. Tidak adanya klasifikasi dokumen atau arsip berdasarkan tanggal, abjad dll
3. Terjadi kesalahan dalam proses inputing data dari satu arsip ke arsip yang lain
Contoh permasalahan yang sering terjadi digambarkan sebagai berikut:
Solusi Permasalahan.
Berdasarkan penjabaran mengenai masalah yang sering terjadi diatas dapat
dihasilkan beberapa solusi terkait masalah tersebut diantaranya:
1. Administrasi perlu membuat sistematika pengarsipan dokumen. Dimana
dokumen-dokumen yang telah ada dikelompokkan atau diklasifikasikan
berdasarkan abjad, tanggal, lokasi dan kriteria lainnya yang memudahkan
penempatan dokumen pada file arsip yang tepat. Sehingga administrasi
dapat dengan mudah menentukan dimana ia mengarsipkan dokumendokumen tersebut.
2. Administrasi perlu membuat petunjuk penataan berupa sistematika
penempatan dokumen maupun pengambilan pengambilan dokumen dari
lemari arsip.
3. Memerlukan formulir untuk mempunyai data base baru
P a g e | 42
Bidang Lahan
1. Terjadinya kesalahan pelaporan berupa pengisian data formulir, pertama
dari oleh Field Assistance kepada Supervisor. Kedua dari supervisor ke
Field Administrasi dimana pengisian data tidak sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
2. Formulir sudah baku akan tetapi penulisan yang kurang tepat sehingga
menyebabkan kesalahan pelaporan.
3. Terjadi perbedaan pelaporan antara Field Assistance antara petugas
pengukur luas lahan dengan Field Assistance.
Contoh konkritnya dimana terdapat perbedaan pelaporan antara field
assistance dengan hasil observasi supervisor. Dimana field assistance
menyatakan bahwa luas lahan siap tanam yang disewa oleh perusahaan
adalah 0.9 Ha. Ini berdasarkan keterangan dari petani selaku pemilik lahan
yang mengetahui luas lahannya. Sedangkan berdasarkan hasil pengukuran
GPS luas lahan siap tanam mencapai 1 Ha. Maka disinilah terdapat selisih
antara pelaporan oleh Field assistance dengan supervisor.
Solusi
Adapun solusi dari permasalahan yang telah diuraikan diatas ialah sebagai
berikut:
1. Pencatatan hasil pengukuran dilakukan bersama- sama antara supervisor
dan field admin. Di waktu yang bersamaan, sehingga data yang diperoleh
lebih valid dan tidak ada perbedaan pelaporan.
2. Menetapkan aturan bahwa hasil pelaporan yang baku dan diterima
manajemen adalah laporan berdasarkan hasil observasi atau pengukuran
supervisor.
3. Perlu adanya peningkatan kerjasama antara supervisor dan field
assistance.
P a g e | 43
Solusi
Berdasarkan uraian permasalahan tersebut diatas, maka altenatif yang dapat
diberikan adalah:
1. Pengawasan distribusi yang perlu ditingkatkan oleh perusahaan dimana
terdapat tahap persiapan awal, perjalanan dan sampai di gudang supplier
2. Perusahaan perlu merekrut tenaga kerja baru untuk memenuhi volume
kerja standar tiap karyawan lapangan. Sehingga pekerjaan dapat
dilakukan maksimal.
3. Diperlukan analisis beban kerja karyawan lapangan. Dimana setiap field
assistance diberikan pengawasan lahan maksimal seluas sekian Ha yang
telah ditentukan oleh perusahaan.
P a g e | 44
DAFTAR PUSTAKA
Pranaji, Tri 1995, Pengembangan Agribisnis, Dalam analisis CSIS Ekkspor Non
Migas (April), Jakarta CSIS. Jakarta.
Sonny Keraf, (1998), Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, Penerbit kanisius,
Yogyakarta.