Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ABSTRAK
ABSTRACT
Pendahuluan
WHO (2001) mendefinisikan kesehatan jiwa sebagai kondisi sejahtera dimana
individu menyadari kemampuan yang dimilikinya, dapat mengatasi stress dalam
kehidupannya, dapat bekerja secara produktif dalam kehidupan masyarakat.
Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya
kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu
menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan.
Pengertian seseorang tentang penyakit gangguan jiwa berasal dari apa yang
diyakini sebagai faktor penyebabnya yang berhubungan dengan biopsikososial
(Stuart 2009 dalam Islam 2012). Salah satu gangguan jiwa berat adalah
skizofrenia (Sudiyat 1997).
Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan
timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang aneh dan
terganggu yang ditandai dengan gejala-gejala positif, seperti waham, halusinasi,
disorganisasi pikiran dan bicara, serta perilaku tidak teratur, dan gejala-gejala
negatif, seperti afek datar, tidak memiliki kemauan, dan menarik diri dari
masyarakat atau rasa ketidaknyamanan (Videbeck, 2010).
Data statistik Direktorat Kesehatan Jiwa menunjukkan klien gangguan jiwa
berat terbesar di Indonesia adalah skizofrenia yaitu 70% (Depkes, 2003) dan klien
yang dirawat di Rumah Sakit di seluruh Indonesia 90% skizofrenia (Jalil, 2006).
Skizofrenia mempunyai prevalensi sebesar 1% dari populasi dunia (rata-rata
0,85%), angka insidensi skizofrenia adalah 1:10.000 orang pertahun (Rudyanto,
2007).
Gejala positif pada skizofrenia yaitu meliputi khayalan, halusinasi,
disorganisasi berfikir, ucapan, dan perilaku (Videbeck, 2003). National Alliance
sembuh, itupun memakan waktu yang sangat lama atau bertahun-tahun dan tidak
bisa seperti semula lagi. Bila tidak berhati-hati dan mengalami tekanan yang
berlebihan, besar kemungkinan akan mengalami kekambuhan dan bisa menjadi
semakin parah. Selain itu resiko kekambuhan penderita skizofrenia juga
dihadapkan akan hambatan-hambatan yang mempengaruhi kualitas hidupnya.
Dari data hasil studi pendahuluan yang peneliti dapatkan dari Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Jawa Barat menyatakan bahwa pada pasien rawat jalan dan IGD
sebanyak 16.814 jiwa, yang dimana penderita gangguan jiwa terbanyak adalah
skizofrenia yang terdiri dari skizofrenia residual 6.213 jiwa, skizofrenia
hebeprenik 3.871 jiwa dan skizofrenia paranoid 2.088 jiwa (2013).
Jumlah pasien rawat jalan di RSJ Provinsi Jawa Barat ternyata berdasarkan
kelompok umur yang menderita skizofrenia dari usia 25-44 tahun yaitu sekitar
69,4% yang merupakan usia produktif. Berdasarkan jenis kelamin yang menderita
skizofrenia sebagian besar adalah laki-laki yaitu sekitar 66%, dan sebagian besar
pasien yang datang rawat jalan adalah pasien lama yaitu sekitar 84% (2013).
Berdasarkan hasil penelitian Rubbyana (2012) terdapat hambatan yang
mempengaruhi kualitas hidup penderita skizofrenia yaitu hambatan dalam
hubungan interpersonal karena diskriminasi dan stigma sosial, kurangnya kontrol
perilaku, kehilangan kesempatan kerja, kendala keuangan dan ekonomi, efek
samping dan sikap terhadap pengobatan, respon psikologis terhadap skizofrenia.
Menurut hasil penelitian Goodman and Smith (1997) menyatakan seseorang
yang menderita skizofrenia memiliki kebutuhan khusus yang memberikan
pengaruh besar pada keberadaan mereka karena penderita harus berurusan dengan
stigma yang terkait dengan penyakit mental. Aspek paling penting dari kualitas
hidup adalah perasaan dan fungsi hidup sehari-hari penderita, maka dari itu
nantinya kebutuhan penderita dapat dilihat secara subjektif dari kualitas hidup
mereka (Tempier dan Pawliuk, 2001). Di Indonesia masih kurang penelitian yang
meneliti tentang kualitas hidup khusunya kepada penderita skizofrenia. Oleh
karena itu penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran kualitas hidup
penderita skizofrenia.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitian
deskriptif
kuantitatif
yang
Hasil
Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Penderita Skizofrenia terhadap Kualitas
Hidup Secara Umum (n=103)
Kualitas Hidup
Secara Umum
Sangat Buruk
Buruk
Biasa-biasa Saja
Baik
Sangat Baik
Total
Frekuensi (f)
Persentase (%)
0
7
36
47
13
103
0,00 %
6,80 %
35,00 %
45,60 %
12,60 %
100 %
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Sangat tidak
memuaskan
Tidak memuaskan
Biasa-biasa saja
Memuaskan
Sangat memuaskan
Total
1,00 %
14
32
45
11
103
13,60 %
31,10 %
43,70 %
10,70 %
100 %
Mean
3,3
3,5
3,2
3,5
3,6
3,3
Standar Deviasi
0,98
0,88
0,85
0,93
0,84
0,69
3,2
0,75
Aspek Psikologis
Menikmati hidup
Merasa hidup berarti
Kemampuan
berkonsentrasi
Penerimaan penampilan
tubuh
Kepuasan terhadap diri
Negative feeling
Mean
3,2
3,2
3,0
Standar Deviasi
0,85
0,75
0,76
3,1
0,73
3,2
3,6
0,68
1,11
Aspek Sosial
1. Kepuasaan hubungan
personal/sosial
2. Kepuasan kebutuhan
seksual
3. Kepuasan dukungan
teman
Mean
3,4
Standar Deviasi
0,71
2,9
1,05
3,6
0,90
Mean
3,3
3,5
Standar Deviasi
0,77
0,80
3,1
3,2
3,0
3,7
0,80
0,82
1,04
0,72
3,8
0,79
3,5
0,68
Pembahasan
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa rata-rata penderita skizofrenia
mempersepsikan kualitas hidupnya baik. Hal ini menunjukan bahwa sebagian
besar penderita skizofrenia merasakan kualitas hidupnya baik karena bisa bekerja
dan menjalani peran yang sesuai dalam keluarga dan masyarakat. Hasil penelitian
lain mengenai kualitas hidup pada penderita skizofrenia yang dilakukan oleh
Daradkeh and Habeeb (2003) di Saudi Arabia menunjukan hasil yang sejalan
dengan penelitian ini yang mengungkapkan bahwa sekitar 78,4% penderita
skizofrenia memiliki kualitas hidup yang baik tapi tidak terlepas dari adanya
pengaruh dukungan dari orang tua, keluarga dan juga masyarakat sehingga
penderita bisa berperan dengan baik dikehidupannya.
Hasil penelitian tersebut kemungkinan bisa terjadi karena menurut penyataan
yang dikemukaan oleh Lui (1976, dalam Perry & Felce, 1995) mengatakan bahwa
hal-hal yang dianggap penting oleh tiap-tiap individu berbeda satu dengan
lainnya. Dengan demikian aspek kualitas hidup bersifat sangat individual karena
hal-hal yang penting bagi satu individu akan berbeda dengan individu yang
lainnya. Edgerton (dalam Felce dan Perry, 1995) mengatakan bahwa hanya
individu sendiri yang dapat menentukan pengaruh dari aspek-aspek kehidupan
terhadap kesejahteraan hidupnya.
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa sebagian dari penderita skizofrenia
mempersepsikan kepuasan kesehatan secara umum dalam kualitas memuaskan
seperti yang terlihat pada tabel 4.8. Hasil dapat terjadi, kemungkinan karena
sebagian besar penderita skizofrenia sudah merasa sehat.
Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gee, dkk
(2003) di Inggris yang menyatakan bahwa para penderita skizofrenia merasa
penyakit yang sedang mereka alami saat ini akan mempengaruhi keadaan
kesehatan lain yang mengakibatkan hilangnya hal-hal yang penting dalam kualitas
kesehatan. Hasil penelitian bisa saja berbeda dikarenakan perbedaan populasi,
perbedaan budaya dan adat disetiap negara.
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa nilai mean terhadap item
kepuasan tidur yang berada pada dimensi ini mempunyai nilai mean yang
tertinggi, hal ini berarti selama menjalani pengobatan penderita skizofrenia
merasa tidak ada gangguan atau masalah dalam tidur karena nilai mean untuk
kebutuhan terapi medis merupakan tertinggi kedua setelah kepuasan tidur.
Sedangkan untuk kepuasan kemampuan bekerja mendapatkan nilai mean yang
sedang, karena para penderita skizofrenia yang ikut dalam penelitian ini merasa
kemampuan bekerja masih kurang. Hal ini berkaitan dengan hasil Penelitian
Wahl, Rusteon, Hanasted, Lerdal & Moum (2004) menemukan bahwa status
pekerjaan berhubungan dengan kualitas hidup baik pria maupun wanita. Pada
penderita skizofrenia biasanya akan ditandai dengan adanya hendaya nyata pada
taraf kemampuan fungsional sebelumnya, yang dapat terlihat dalam bidang
pekerjaan, hubungan sosial, dan kemampuan merawat diri sendiri (Bentsen, 2001;
Lefley, 2001; Kaplan dan Sadock, 2007).
Hasil penelitian yang didapat pada penelitian ini bahwa rata-rata penderita
skizofrenia sebagian besar mempersepsikan item perasaan negatif (sedih, cemas,
putus asa dll) dengan nilai mean tinggi dimana artinya selama ini sebagian besar
penderita skizofrenia mampu mengatasi perasaan cemas, sedih, putus asa dan
khawatir. Hal ini sangat berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Rubbyana (2012) dimana terdapat hambatan yang mempengaruhi kualitas hidup
penderita skizofrenia yaitu respon psikologis terhadap skizofrenia. Brook dan
Goldstein (2000), mengemukakan kemampuan individu dalam mengatasi masalah
dan tekanan secara lebih efektif, kemampuan untuk bangkit dari masalah,
DAFTAR PUSTAKA
Angermeyer, M., Holizinger, A., Maschinger, H., & Scengler. 2002. Depression
and quality of life: Result of a follow-up study. International Journal of
Social Psychiatry
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Atkinson, Rita; Atkinson, Richard; Smith, Edward. Dkk. 1987. Pengantar
Psikologi. Jakarta: PT Interaksara
Azwar, S. 2003. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Browne, John P., Boyle, Ciaran A., McGee, Hannah M., McDonald, Nicholas J.,
& Joyce, C. R. B. 199). Development of a Direct Weighting Procedure for
Quality of Life Domains. Quality of Life Researc vol 6
Campbell, A., Converse, P. E., & Rodgers, W. L. 1976. The Quality of American
Life. New York: Russell Sage Foundation
Carr, A.J & Higginson, I.J. 2007. Measuring duality of life: Are quality of life
measures patient centred?. BMJ
Cavison, Gerald C., John M. Naele, Ann M. Kring. 2006. Psikologi Abnormal.
Edisi 9. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Cyntia R. King and Pamela S. Hinds. 1998. Quality of Life: From Nursing and
Patient Perspectives. The George Washington University, Washington DC.
Daradkeh TK and T. Al Habeeb. 2005. Quality of Life of Patients with
Scizophrenia 2, Departement of Psychiatry, King Saud University, Riyadh,
Saudi Arabia, vol 11
Dian, et al. 2006. Quality of life among breast cancer patient undergoing
autologous breast reconstruction versus breast conserving therapy. J
Cancer Res Clin Oncol
Dimsdale, J. E. 1995. Quality of life in behavioral medicine research. New Jersey:
Lawrence Exibaum Associates Tes Publisher.
Felce, D., & Perry, Jonathan. 1995. Quality of life : Its definition and
Measurement. Research and developmental disabilities
Foldemo A, Christina A, & Bognen R, 2005. Quality of life and burden in parents
of outpatients with schizophrenia. Social psychiatry and psychiatric
epidemiology vol 40
Galuppi anna et al. 2010. Schizophrenia and Quality of Life: How Important are
symptoms and functioning, International Journal of Mental Health System
Ibrahim, K. 2004. Coping and Quality of Life Among Patients with Chronic Renal
Failure Undergoing Hemodialisis and Their Spouse. Master Thesis.
Prince Songkla University, Thailand.
Islam, Resti Ainul. 2012. Gambaran Peran Keluarga dalam Merawat Pasien
Gangguan Jiwa Skizofrenia yang Mengalami Kekambuhan di Instalasi
Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.
Khizindar, T.M. 2009. Quality of life in developing countries: An empirical
investigation. Journal of American Academy of Business vol 14.
Mas-Exposito Laila et al, The World Health Organisation Quality of Life Scale
Brief Version: a Validation Study Patients With Scizophrenia, 2011.
Marianne Goodman, MD, Thomas E. Smith, MD. 1997. Measuring Quality of
Life in Schizophrenia, Medscape Psychiatry & Mental Health eJournal
Nevid, Rathus and Greene. 2005. Psikologi abnormal. Jakarta : Erlangga
Notoatmojo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rinerka
Cipta
Nursalam. 2013. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:
Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian. Jakarta: Salemba
Medika
Wagner, J.A., Abbot, G., Lett. S. 2004. Age related differences in individual
quality of life domains. Health and quality of life outcomes, 2 (54).
Wardhani, Vini. 2006. Gambaran Kualitas Hidup Dewasa Muda Berstatus Lajang
melalui Adaptasi Instrumen WHOQOL-BREF dan SRPB. Depok:
Pascasarjana Fakultas Psikologi UI.
Wilkinson et al. 2000. Self Report Quality of Life Measure for People with
Scizoprhenia The SQLS, The British Journal of Psychiatry
Wiramihardja, A Sutardja. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: PT.
Retika Aditama
WHO, 1996, WHOQOL-BREF Introduction Administration, Scoring, and
Generic Version of Assessment, Geneva
Yudianto Kurniawan, Rizmadewi Hana, Maryati. I. 2008. Kualitas Hidup
Penderita Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur Vol 10.
Zhan MS, Lin. 1992. Quality Of Life: Conceptual And Measurement Issues.
Journal of advance Nursin vol 17