Вы находитесь на странице: 1из 19

LAPORAN PENDAHULUAN & ASUHAN KEPERAWATAN

HIPERTENSI PADA LANSIA


1. KONSEP TEORI
1.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolic dan
sistolik yang intermitten atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial
150/95 mmHg atau lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun
memastikan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat sering bertambahnya
usia. ( stockclager, 2008).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO
memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg, dan
tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dan tekanan darah sama atau
diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi . batasan ini tidak
membedakan antara usia dan jenis kelamin ( Marliani, 2007 )
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan diastoliknya diatas 90 mmHg.
Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastoliknya 90 mmHg ( Rohaendi, 2008).

1.2 Klafikasi
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999) :
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar dari 90
mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari
160 mmHg dan tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu :
a. Hipertensi esensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya.

b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit


lain.

Tingkat hipertensi dan anjuran control (joint Nasional Commitle, U,S 1992)
Tingkat
Tingkat I
Tingkat II
Tingkat III
Tingkat IV

Tekanan sistolik
(mmHg)
140-159
160-179
180-209
210 atau lebih

Tekanan diastolic
(mmHg)
90-99
100-109
110-119
120 atau lebih

Jadwal Kontrol

1 bulan sekali
1 minggu sekali
Dirawat RS

1.3 Etiologi.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lansia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada :
Elastisitas dinding aorta menurun.
Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunya kontraksi dan volumenya.
Kehilangan elastisitas pembuluh darah hal ini terjadi karena
kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa factor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi . factor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Factor keturunan
Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah :
2

Umur
Jenis kelamin
RAs
Life style
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
a. Konsumsi garam yang tinggi
b. Kegemukan atau makan berlebihan.
c. Stress
d. Merokok
e. Minum alcohol
f. Minum obat-obatan.
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit
seperti ginjal, glomerulonephritis, pielonefritis, nekrosis tubular akut,
tumor, vascular, aterosklerosis, hyperplasia, thrombosis, anurisma,
emboli kolesterol, vaskulitis, kelainan endokrin, DM, hipertirodisme,
saraf, stroke, ensepalitis. Selain itu, dapat juga diakibatkan karena
obat-obatan kontrasepsi oral kortikosteroid.

1.4 PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor , pada menula diotak. Dari pusat vasomotor ini
jarak saraf simpatis , yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar
dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis ditoraks dan abdomen.
Ransangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
kebawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah , dimana dengan lepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap noreepineprin , meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
3

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang


pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang , mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi . medulla
adrenal mensekresi epinefrin , yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokontriksi pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran keginjal , menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiontensin II, suatu vasokontriksi kuat, yangpada gilirannya merangsang
seksresi aldosterone oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerotologis dimana terjadi perubahan struktual
dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada lansia. Perubahan tersebut
meliputi ateroskloris, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasikan volume darah yang dipompa oleh jantung (volme
sekuncup) mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan
perifer. ( smelzer, 2001).
Pada lansia perlu diperhatikan kemungkinan adanya hipertensi palsu
disebabkan kelakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Dramojo, 1999).

Pathway

1.5 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas,
kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran
menurun.

1.6 Pemeriksaan Penunjang


a. Hemoglobin/hematocrit.
Untuk mengkaji hubungan dari sel- sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor- factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi
(diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi).
c. Kalium serum

Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama


( penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
d. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi e.
e. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler ) f.
f. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
g. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
h. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
i. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
j. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
k. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter
l. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran
jantung
m. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
n. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi.

1.7 Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan


mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.
Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
Penurunan berat badan
Penurunan asupan etanol
Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis
dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lainlain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas
aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona
latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 25 menit berada
dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan
paling baik 5 x perminggu.
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi
meliputi :
Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh
yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan
biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik
seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis
seperti kecemasan dan ketegangan.
8

Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan
untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk
dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang
penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya
dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah
saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh
Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON
DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD
PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat
beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai
obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan
penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor
Step 2
Alternatif yang bisa diberikan : Dosis obat pertama dinaikkan Diganti
jenis lain dari obat pilihan pertama Ditambah obat ke-2 jenis lain,
dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker,
clonidin, reserphin, vasodilator
Step 3
9

Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3
jenis lain
Step 4
Alternatif pemberian obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4 Reevaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi
dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan
( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian secara umum
10

1. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama,
Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental,
Suku, Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.
2. Riwayat atau adanya factor resiko
a. Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
b. Penggunaan obat yang memicu hipertensi
c. Riwayat kesehatan dahulu
3. Aktivitas / istirahat
a. Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
b. Frekuensi jantung meningkat
c. Perubahan irama jantung
d. Takipnea
4. Integritas ego
a. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau
marah kronik.
b. Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan
dengan pekerjaan).
5. Makanan dan cairan
a. Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang
digoreng,keju,telur)gula-gula yang berwarna hitam, kandungan
tinggi kalori.
b. Mual, muntah.
c. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
6. Nyeri atau ketidak nyamanan
a. Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
b. Nyeri hilang timbul pada tungkai.
c. Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya.
d. Nyeri abdomen.
Pengkajian Persistem
1. Sirkulasi
a. Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau
katup dan penyakit cerebro vaskuler.
11

b. Episode palpitasi,perspirasi.
2. Eleminasi
a. Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi
atau riwayat penyakit ginjal masa lalu.
3. Neurosensori
a. Keluhan pusing.
b. Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
4. Pernapasan.
a. Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
b. Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
c. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
d. Riwayat merokok
pengkajian pola fungsi Gordon :
1. Pola persepsi kesehatan / manajemen kesehatan.
2. Pola nutrisi
3. Pola eliminasi
4. Pola aktivitas / latihan
5. Pola tidur
6. Pola kognitif-perseptual
7. Pola persepsi diri
8. Pola hubungan-peran
9. Pola seksualitas-reproduksi
10. Pola keyakinan

Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan O2.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan irama
jantung, stroke volume pre load & after load.
3. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan masukan berlebihan.
12

No Diagnosa
1 Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan ketidak
seimbangan
suplai
dan
kebutuhan O2

13

Noc
- self care
- toleransi aktivitas
- konservasi energy
setelah dilakukan
aktivitas selama ..
x24jam, pasien
bertoleransi dengan
kriteria hasil :
- berpartisipasi
dalam aktivitas
fisik tanpa disertai
peningkatan td, n,
dan rr.
- Mampu melakukan
aktivitas sendiri
- Keseimbangan
aktivvitas dan
istirahat.

Nic
1.1 Observasi adanya
pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas
1.2 Kaji adanya faktor yang
menyebabkan kelelahan.
1.3 Monitor nutrisi dan
sumber energi yang
adekuat
1.4 Monitor pasien akan
adanya kelelahan fisik dan
emosi secara berlebihan
1.5 Monitor respon
kardivaskuler terhadap
aktivitas (takikardi,
disritmia,sesak nafas,
diaporesis,
pucat,perubahan
hemodinamik)
1.6 Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasien
1.7 Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi
Medik dalam
merencanakan progran
terapi yang tepat.
1.8 Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
1.9 Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten yang
sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi dan sosia
1.10 Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk

aktivitas yang diinginkan


1.11 Bantu untuk mendpatkan
alat bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
1.12 Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
1.13 Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
1.14 Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
1.15 Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
1.16 Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
1.17 Monitor respon fisik,
emosi, social dan
spiritual

14

Penurunan curah
Cardiac Pump
Effectiveness
jantung
Circulation Status
berhubungan
Vital Sign Status
dengan gangguan
Tissue perfusion:
irama
jantung,
perifer
stroke volume pre
load & after load Setelah dilakukan asuhan
selamapenurunan
kardiak output klien

2.1 Evaluasi adanya


nyeri dada
2.2 Catat adanya
disritmia jantung
2.3 Catat adanya tanda
dan gejala
penurunan cardiac
putput

teratasi dengan kriteria


hasil:
- Tanda Vital dalam
rentang normal
(Tekanan darah,
Nadi, respirasi)
- Dapat
mentoleransi
aktivitas, tidak ada
kelelahan
- Tidak ada edema
paru, perifer, dan
tidak ada asites
- Tidak ada
penurunan
kesadaran
- AGD dalam batas
normal
- Tidak ada distensi
vena leher
- Warna kulit normal

15

2.4 Monitor status


pernafasan yang
menandakan gagal
jantung
2.5 Monitor balance
cairan
2.6 Monitor respon
pasien terhadap
efek pengobatan
antiaritmia
2.7 Atur periode latihan
dan istirahat untuk
menghindari
kelelahan
2.8 Monitor toleransi
aktivitas pasien
2.9 Monitor adanya
dyspneu, fatigue,
tekipneu dan
ortopneu
2.10 Anjurkan untuk
menurunkan stress
2.11 Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
2.12 Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
2.13 Auskultasi TD
pada kedua lengan
dan bandingkan
2.14 Monitor TD, nadi,
RR, sebelum,
selama, dan setelah
aktivitas

2.15 Monitor jumlah,


bunyi dan irama
jantung
2.16 Monitor frekuensi
dan irama
pernapasan
2.17 Monitor pola
pernapasan
abnormal
2.18 Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
2.19 Monitor sianosis
perifer
2.20 Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan
sistolik)
2.21 Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital sign
2.22 Jelaskan pada
pasien tujuan dari
pemberian oksigen
2.23 Sediakan
informasi untuk
mengurangi Stress
2.24 Kelola pemberian
obat anti aritmia,
inotropik,
nitrogliserin dan
vasodilator untuk
16

mempertahankan
kontraktilitas
jantung
2.25 Kelola pemberian
antikoagulan untuk
mencegah trombus
perifer
2.26 Minimalkan stress
lingkungan

17

18

Ketidakseimbanga
- Nutritional Status :
food and Fluid
n nutrisi lebih dari
Intake
kebutuhan
tubuh
- Nutritional Status :
berhubungan
nutrient Intake
dengan
masukan
- Weight control
berlebihan
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama .
Ketidak seimbangan
nutrisi
lebih teratasi dengan
kriteria hasil:
- Mengerti factor
yang
meningkatkan
berat badan
- Mengiden tififikasi
tingkah laku
dibawah kontrol
klien
- Memodifikasi diet
dalam waktu yang
lama untuk
mengontrol berat
badan
- Penuruna berat
badan 1-2
pounds/mgg
- Menggunakan
energy untuk
aktivitas sehari
hari

Weight Management
3.1 Diskusikan bersama
pasien mengenai
hubungan antara
intake makanan,
latihan, peningkatan
BB dan penurunan
BB
3.2 Diskusikan bersama
pasien mengani
kondisi medis yang
dapat
mempengaruhi BB
3.3 Diskusikan bersama
pasien mengenai
kebiasaan, gaya
hidup dan factor
herediter yang dapat
mempengaruhi BB
3.4 Diskusikan bersama
pasien mengenai
risiko yang
berhubungan
dengan BB berlebih
dan penurunan BB
3.5 Dorong pasien
untuk merubah
kebiasaan makan
3.6 Perkirakan BB
badan ideal pasien
NutritionManagement
3.7 Kaji adanya alergi
makanan Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
3.8 Anjurkan pasien
untuk meningkatkan
intake Fe
3.9 Anjurkan pasien
untuk meningkatkan
protein dan vitamin
C
3.10Berikan substansi
gula
3.11 Yakinkan diet yang
dimakan

19

Вам также может понравиться