Вы находитесь на странице: 1из 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive), kemauan
(volition, emosi (affective), tindakan (psychomotor). Dari berbagai penelitian dapat
dikatakan bahwa gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak
normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan
tersebut dibagi ke dalam dua golongan yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa
(psikosa) (Maramis, 2005).
Keluarga merupakan unit paling dekat dengan penderita, dan merupakan
perawat utama bagi penderita. Keluarga berperan dalam menentukan cara atau
perawatan yang diperlukan penderita di rumah. Keberhasilan perawat di rumah sakit
akan sia-sia jika tidak diteruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan penderita
harus dirawat kembali (kambuh). Peran serta keluarga sejak awal perawatan di Rumah
sakit akan meningkatkan kemampuan keluarga merawat penderita di rumah sehingga
kemungkinan kambuh dapat dicegah. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa
salah satu faktor penyebab terjadinya kekambuhan penderita skizofrenia adalah
kurangnya peran serta keluarga dalam perawatan terhadap anggota keluarga yang
menderita penyakit tersebut. Salah satu penyebabnya adalah karena keluarga yang tidak
tahu cara menangani perilaku penderita di rumah. Keluarga jarang mengikuti proses
keperawatan penderita karena jarang mengunjungi penderita di rumah sakit, dan tim
kesehatan di rumah sakit juga jarang melibatkan keluarga (Keliat, 2005).
Dukungan sosial (social support) didefenisikan oleh Keliat (2005) sebagai
informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang
diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di lingkungan sosialnya atau yang
berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau
berpengaruh pada tingkahlaku penerimanya. Dalam hal ini, orang yang merasa
memperoleh dukungan sosial secara emosional merasa lega karena diperhatikan,
mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya. Dari beberapa uraian
diatas yang dikemukakan oleh penulis yaitu bahwa penderita skizofrenia yang
mendapatkan dukungan keluarga mempunyai kesempatan berkembang kearah positif
secara maksimal, sehingga penderita skizofrenia akan bersikap positif, baik terhadap
dirinya maupun lingkungannya karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama
yang dikenal. Dengan dukungan keluarga yang seimbang bagi penderita skizofrenia

diharapkan baginya

agar dapat meningkatkan keinginan untuk sembuh

dan

meningkatkan kepatuhan dalam minum obat sehingga memperkecil kekambuhannya .


Tingginya kejadian kekambuhan penderita skizofrenia di RSJD DR. RM.
SOEDJARWADI Klaten karena ketidakpatuhan pasien dalam meminum obat, maka
penulis tertarik untuk menganalisis jurnal Pengalaman Keluarga Menghadapi
Ketidakpatuhan Anggota Keluarga Dengan Skizofrenia Dalam Mengikuti Regimen
Teraupetik : Pengobatan

dengan harapan perawat dapat memahami konsep

ketidakpatuhan pasien skizofrenia sehingga mampu memberikan intervensi keperawatan


yang tepat baik untuk pasien maupun keluarganya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Gangguan Jiwa


Skizofrenia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya
perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antar pribadi
normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi
tanpa ada rangsang panca indra) (Maramis, 2005).
Kaplan dan Sadock (2005) mengatakan bahwa reaksi spikologik pada penderita
skizofrenia berbeda dengan penderita cacat mental atau spikologis karena kerusakan otak.
Jadi skizofrenia bukan dementia, melainkan tedapat suatu disharmoni dari jiwanya, dengan
banyak tedensi-tedensi yang kontradiktif sehingga kepribadiannya seolah-olah terbelah
(Skizoz : pecah belah atau bercabang, Phrein : jiwa).
Skizofrenia adalah gangguan spikotik yang kronis, mengalami kambuh dan remisi
dengan manifestasi yang banyak dan tidak khas, penyesuaian pamoroit, gelaja dan
perjalanannya bervariasi. Pada skizofrenia ditemukan gejala yang berat, ketidak mampuan
pasien untuk merawat dirinya sendiri, pemburukan social yang bertahap, halusinasi yang
menimbulkan tegangan, perilaku yang kacau, inkohorensi, agitasi, dan penelantaran
(www.wikipedia.co.id).
B. Penyebab Gangguan Jiwa
Menurut Maramis (2005) etiologi skizofrenia dapat dijelaskan berdasarkan teori
somatogenik dan teori psikogenik. Teori somatogenik yaitu teori yang mencari penyebab
skizofrenia dalam kelainan alamiah yang meliputi:
a. Keturunan
Dapat dipastikan ada factor keturunan yang juga menentukan timbulnya skizofrenia.
Disangka bahwa potensi untuk mendapat skizofrenia diturunkan (bukan penyakit itu
sendiri) melalui generasif.
b. Metabolisme
Ujung esktermitas sianosis, nafsu makan berkurang, dan berat badan menurun.
c. Susunan saraf pusat
Pada susunan saraf pusat letaknya diensefalon atau korteks otak, tetapi kelainan patologis
yang ditemukan itu mungki disebabkan oleh perubahan- perubahan post mortem atau
merupakan artefak pada waktu membuta sediaan.
d. Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubungan dengan sering timbulnya skizofrenia pada waktu
pubertas, kahamilan atau puerperium dan waktu klimaksterium. Tetapi hal ini tidak dapat
dibuktikan.
C. Tanda dan Gejala

Menurut Ingram et al, (2005) Gejala yang menjadi tanda utama diagnosa skizofrenia
meliputi: :
1. Kelainan pikiran
Pikiran yang berbelit-belit dan menyebar, hubungan normal antara satu ide yang lain
terputus (hambatam pikiran). Pikiran konkrit atau tidak mampu berfikir secara abstrak.
2. Kelainan emosional :
Reaksi emosi dan afek yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan keadaan atau pikiran
pasien, yang kemidian timbul penumpukan dan apati.
3. Kelaian kemauan
Ada kehilangan kehendak, kelemahan dan tidak ada dorongan.
4. Katatonia
Kelaian gerakan yang mungkintmbul dalam kekakuan, gerakan yang kurang
terkoordinasi serta gaya berjalan, menyeringai, sikap dalam kasus ekstrim, fleksibilitas
serea dan ekopraksia.
5. Halusinasi
Pada skizofrenia halusinasi ditemukan dalam keadaan kesadaran yang jernih. Biasanya
merupakan halusinasi pendengaran, tetapi indra sensorik lain mungkin terlibat.
6. Waham
Terdiri dari dua, waham primer dan waham skunder. Waham primer adalah waham yang
berkembang penuh dari suatu persepsi normal, munculnya mendadak dan diyakini oleh
penderita. Waham skunder adalah suatu keyakinan yang salah dan muncul dari gejala
lain, misalnya pasien menerangkan dengan yakin bahwa kelanan pemikiran disebabkan
karena adanya suatu agen dari luar yang meletakkan fikiran itu atau mengacaukan
pikiran dikepalanya.
7. Gangguan ekspresi
Kelainan dan halusinasi sering dicerminkan dalam percakapan, tulisan tangan dibuatbuat, lukisan dan sajak yang aneh.
8. Penarikan diri
Sebagai akibat timbulnya gejala-gejala diatas, penarikan diri dari kntak social normal dan
aktifitas sering merupakan gejala dini.

D. Faktor Yang dapat Menyebabkan Kekambuhan pada Penderita


1. Dari penderita
1)

Kepatuhan pengobatan yang kurang

2)

Tipe kepribadian ( tertutup atau terbuka)

3)

Masalah yang dihadapi selama dirumah.

2. Keluarga dan lingkungan


1) Penolakan terhadap penderita gangguan jiwaseperti pengucilan, diejek,tidak diterima.
2) Komunikasi tidak terbuka, tidak melibatkan penderita dalam pergaulan.
3) Kurang atau tidak memberikan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan penderita,
kurang memberikan pujian terhadap kemampuan positif penderita.
3. Kurang pengetahuan keluarga

Yaitu tentang pola perilaku penderita dan penangananya, pengawasan minum obat serta
aktif dari seluruh unsur masyarakat sangat diperlukan dalam mengatasi gangguan jiwa.
E. Dampak Gangguan Jiwa
Adanya gangguan jiwa pada seorang pasien dapat menimbulkan berbagai kondisi antara lain:
1. Gangguan Aktivitas Hidup Sehari-hari
Adanya gangguan jiwa pada seseorang dapat mempengaruhi kemampuan orang tersebut
dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti kemampuan untuk merawat diri : mandi,
berpakaian, merapikan rambut dan sebagainya; atau berkurangnya kemampuan dan
kemauan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya; seperti tidak mau makan, minum, buang
air (berak dan kencing) serta diam dengan sedikit gerakan. Apabila kondisi ini dibiarkan
berlanjut; maka akhirnya dapat juga menimbulkan penyakit fisik seperti kelaparan dan
kurang gizi, sakit infeksi saluran pencernaan dan pernafasan serta adanya penyakit kulit;
atau timbul penyakit yang lainnya.
2. Gangguan Hubungan Interpersonal
Disamping berkurangnya kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari; seorang pasien gangguan jiwa juga kadang mengalami penurunan
kemampuan melakukan hubungan (komunikasi) dengan orag lain. Pasien mungkin tidak
mau berbicara, tidak mau menapat orang lain atau menghindar dan memberontak
manakala didekati orang lain. Disamping itu mungkin juag pasien tidak mau
membicarakan dengan terang-terangan apa yang difikirkannya.
3. Gangguan Peran/Sosial
Dengan adanya gangguan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari dan berkurangnya
kemampuan berhubungan dengan orang lain; maka tentu saja berakibat pada
terganggunya peran dalam kehidupan; baik dalam pekerjaannya sehari-hari, dalam
kegiatan pendidikan, peran dalam keluarga (sebagai ayah, ibu, anak) dan peran dalam
kehidupan sosial yang lebih luas (dalam masyarakat).
Berbagai keadaan yang timbul akibat gangguan jiwa akhirnya dapat merugikan
kepentingan keluarga, kelompok dan masyarakat; sehingga peran serta aktif dari seluruh
unsur masyarakat sangat diperlukan dalam mengatasi gangguan jiwa.
F. Peran Keluarga dalam Merawat Pasien dengan Gangguan Jiwa di Rumah
Keluarga berperan dalam menentukan cara atau asuhan yang diperlukan penderita di
rumah. Keberhasilan perawat di rumah sakit dapat sia-sia jika tidak diteruskan di rumah
yang kemudian mengakibatkan penderita harus dirawat kembali (kambuh). Peran serta
keluarga sejak awal akan meningkatkan kemampuan keluarga merawat penderita di rumah
sehingga kemungkinan dapat dicegah. Pentingnya peran serta keluarga dalam penderita
gangguan jiwa dapat dipandang dari berbagai segi. Pertama, keluarga merupakan tempat
dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan lingkungannya.
Alasan utama pentingnya keluarga dalam perawatan jiwa adalah :
1. Keluarga merupakan lingkup yang paling banyak berhubungan dengan pasien
2. Keluarga (dianggap) paling mengetahui kondisi pasien

3. Gangguan jiwa yang timbul pada pasien mungkin disebabkan adanya cara asuh yang
kurang sesuai bagi pasien
4. Pasien yang mengalami gangguan jiwa nantinya akan kembali kedalam masyarakat;
khususnya dalam lingkungan keluarga
5. Keluarga merupakan pemberi perawatan utama dalam mencapai pemenuhan kebutuhan
dasar dan mengoptimalkan ketenangan jiwa bagi pasien.
6. Gangguan jiwa mungkin memerlukan terapi yang cukup lama, sehingga pengertian dan
kerjasama keluarga sangat penting artinya dalam pengobatan
Hal-hal yang perlu diketahui oleh keluarga dalam perawatan Gangguan Jiwa :
1. Pasien yang mengalami gangguan jiwa adalah manusia yang sama dengan orang lainnya;
mempunyai martabat dan memerlukan perlakuan manusiawi
2. Tujuan perawatan adalah :
a. Meningkatkan Kemandirian pasien
b. Pengoptimalan peran dalam masyarakat
c. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
Tindakan perawatan yang dapat dilakukan keluarga di rumah pada penderita gangguan jiwa,
yaitu :
1.

Memberikan perhatian dan rasa kasih sayang dan penghargaan sosial kepada
pasien.

2.

Mengawasi kepatuhan pasien dalam minum obat.


Alasan penderita gangguan jiwa harus minum obat secara teratur:
a) Untuk memacu atau mengahambat fungsi mental yang terganggu
b) Memperbaiki kondisi pasien.
Kiat pada pasien yang menolak minum obat:
a) Buat kesepakatan dengan penderita (membuat jadwal minum obat)
b) Menjelaskan manfaat pengobatan bagi penderita, serta akibat jika lupa atau menolak
minum obat
c) Modifikasi pemberian obat, bersama sama saat makan buah atau dicampur dengan
makanan.
d) Berikan pujian langsung pada penderita saat mempunyai keinginan sendiri untuk
minum obat

3. Bantu pasien untuk selalu berinteraksi dengan lingkungan


4. Beri kegiatan yang positif untuk mengisi waktu pasien dirumah.
5. Jangan biarkan pasien menyendiri, libatkan dalam kegiatan sehari-hari.
6. Memberikan pujian jika pasien melakukan hal yang positif.
7. Jangan mengkritik pasien jika pasien melakukan kesalahan.
8. Menjauhkan pasien dari pengalaman atau keadaan yang menyebabkan penderita merasa
tidak berdaya dan tidak berarti
9. Membawa pasien untuk kontrol rutin kepelayanan kesehatan.

BAB III
ANALISA JURNAL

A. Pemilihan Judul
Pada judul publikasi jurnal yaitu Pengalaman Keluarga Menghadapi
Ketidakpatuhan Anggota Keluarga Dengan Skizofrenia Dalam Mengikuti Regimen
Teraupetik : Pengobatan sudah memenuhi syarat untuk menjadi judul. Judul dibuat
berdasarkan variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian, sehingga dari judul
sudah jelas apa yang akan dibahas dalam jurnal.
B. Analisis Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi
deskriptif dengan pendekatan retrospektif. Jenis penelitian dan desain yang digunakan
sudah sesuai dengan kaedah suatu penelitian.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 12 responden yang


berasal dari 9 keluarga pasien. Pengambilan dan jumlah sampel sudah memenuhi
persyaratan penelitian kualitatif, dimana dalam pengambilan jumlah sampel dalam
penelitian ini berdasarkan tercapainya saturasi data, dan digunakannya teknik purposive
sampling untuk menyeleksi sampel yang akan digunakan. Tetapi dalam jurnal ini tidak
dipublikasikan

kriteria-kriteria yang digunakan dalam penentuan sampel, sebaiknya

dicantumkan kriteria-kriteria untuk menjadi sampel secara ringkas.


Metode pengumpulan data yang digunakan adalah indepth interview, dengan tipe
pertanyaan semi terstruktur. Metode pengumpulan data yang digunakan sudah tepat,
dimana dalam penelitian kualitatif menggunakan interview yang mendalam, namun
untuk pertanyaan-pertanyaan yang diberikan masih semi terstruktur, akan lebih baik bila
pertnyaan yang digunakan lebih terstruktur, sehingga akan memberikan hasil penelitian
yang jauh lebih baik.
Pemilihan metode analisis data sudah tepat yaitu menggunakan teknik analiza
Collaizi. Diamana dalam analisis ini mengevaluasi keseluruhan informasi yang didapat,
kesesuain informasi yang didapat, pembentukan tema dan penulisan narasi hasil
penelitian.
C. Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini sudah mencantumkan hasil dari penelitian yaitu;
menghasilkan sepuluh tema diantaranya persepsi partisipan tentang kepatuhan, persepsi
tentang ketidakpatuhan, sumber dukungan keluarga, bentuk dukungan keluarga terhadap
pasien, beban keluarga sebagai caregiver, koping positif keluarga, koping negatif, bentuk
pelayanan yang diberikan perawat, program peningkatan kepatuhan sebagai bentuk
pelayanan yang diharapkan keluarga dan penerimaan tanggung jawab dan perubahan
sikap sebagai makna merawat anggota keluarga yang tidak patuh terhadap pengobatan.
Dari kesepuluh tema yang dihasilkan, menitik beratkan pada bentuk pelayanan
pada pasien dan keluarga belum optimal hal ini dikarenakan belum adanya program
khusus pencegahan kekambuhan yang dilaksanakan rumah sakit dan belum adanya
pelayanan berbasis komunitas.
D. Implikasi Jurnal Bagi Rumah Sakit / Pelayanan Kesehatan
Dari hasil penelitian pada jurnal ini didapatkan bahwa peran keluarga sebagai
caregiver sangat penting untuk mencegah kekambuhan. Dengan hasil penelitian
diharapkan rumah sakit mampu memberikan pelayanan yang kompherensif baik bagi
keluarga maupun pasien. Dan dapat mengaplikasikan program khusus pencegahan
kekambuhan yang dilaksanakan rumah sakit dan mengaplikasikan pelayanan berbasis
komunitas, sehingga diharapkan mengurangi kejadian kekambuhan pada pasien.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara garis besar penelitian dalam jurnal ini sudah memenuhi kriteria untuk
dijadikan penelitian, dan hasil penelitiannya pun sudah cukup untuk dipublikasikan,
karena merupakan suatu penelitian yang bersifat kualitatif, sehingga hasil yang
didapatkan baik karena merupakan suatu analisis yang mendalam, dimana penelitian ini
menganalisis pengalaman keluarga menghadapi ketidakpatuhan anggota keluarga dengan
skizofrenia dalam mengikuti regimen teraupetik : pengobatan. Sehingga diharapkan
dengan penelitian ini angka kejadian kekambuhan penderita skizofrenia dapat menurun.
B. Saran

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, maka penulis ingin menyampaikan


beberapa saran sebagai berikut :
1) Kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel akan lebih baik bila ikut
dipublikasikan.

Вам также может понравиться