Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
HIDRONEFROSIS
Oleh:
Yosi Dwi Saputro
130070300011011
KONSEP HIDRONEFROSIS
1. Definisi
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua ginjal
akibat adanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik sehingga
tekanan di ginjal meningkat. Adanya hidronefrosis merupakan respon fisiologis terhadap
gangguan aliran urine. Meskipun hal ini sering disebabkan oleh proses obstruksi, tetapi
dalam beberapa kasusu seperti megaureter sekunder untuk refluks pra lahir, sistem
pengumpulan mungkin tidak membesar karena tidak adanya obstruksi.
Obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih dapat mengakibatkan
penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan
absorbsi hebat pada parenkim ginjal. Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung
kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi di salah
satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak.
2. Etiologi
Ureter
Intrinsik
a. ureteropelvic
stricture
b. ureterovesical
obstruction
c. papillary necrosis
d. ureteral fold
e. ureteral stricture
f. blood clot
g. ureteral tumor
h. fungus ball
i. ureteral calculus
j. ureterocole
Kandung Kemih
Intrinsik
Fungsional
junstion a. infeksi gram negatif
b. neurogenic bladder
junstion
Ekstrinsik
a. retroperitoneal lymphoma
b. retroperitoneal sarcoma
c. kanker serviks
d. kanker prostat
e. inflammatory
bowel
disease
f. uterine prolapse
g. kehamilan
h. ovaryan cyst
i. diverticulitys
j. tubovarian abcess
Fungsional
Ekstrinsik
a.
b.
c.
d.
e.
hypertropy
Uretra
Intrinsik
a. uretthral stricture
b. urethral valves
a. pelvic lipomatosis
Ekstrinsik
beningn prostatic hyperplasia
3. Patofisiologi
Hidronefrosis merupakan respon fisiologis hasil dari proses anatomis atau fungsional
dari suatu gangguan aliran urine. Gangguan ini dapat terjadi dimana di sepanjang saluran
urine ginjal sampai ke meatus uretra. Obstruksi pada aliran normal urine menyebabkan
urine mengalir balik sehingga tekanan ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau
kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal. Tetapi jika obstruksi terjadi
di salah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan, maka hanya satu ginjal yang rusak.
Kenaikan tekanan ureter menyebabkan perubahan yang ditandai dengan difiltrasi
glomerular, fungsi tubular dan aliran darah ginjal. Laju filtrasi glomerulus (GFR) menurun
secara signifikan dalam hitungan jam setelah obstruksi akut. Penurunan signifikan GFR
dapat bertahan selama berminggu-minggu setelah relief obstruksi. Selain itu, kemampuan
tubular ginjal untuk mengangkut natrium, kalium dan proton serta berkonsentrasi dan untuk
mencairkan urine sangat terganggu.
Tingkat gangguan fungsional secara langsung berkaitan dengan durasi dan luasnya
obstruksi. Pada gangguan fungsinal yang terjadi bersifat reversibel dengan sedikit
perubahan anatomis. Pada kondisi kronis akan mengakivatkab atifi tubulus mendalam dan
keilangan nefron permanen.
Peningkatan
tekanan
ureter
juga
menghasilkan
refluks
pyelovenous
dan
pyelomphatic. Perubahan bruti dalam saluran kemih bergantung pada durasi, derajat dan
tingkat obstruksi. Dalam pengumpulan internal, derajat dilatasi dibatasi oleh parenkim ginjal.
4. Manifestasi Klinis
Gejalanya tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi penyumbatan serta
lamanya penyumbatan:
a. Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi akut
dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadi infeksi maka
disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hematuri dan
piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal ginjal
kronik akan muncul, seperti:
Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).
j.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a.
b.
c.
d.
6. Penatalaksanaan Medis
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan memperbaiki penyebab obstruksi,
untuk menangani infeksi, dan untuk mempertahankan serta melindungi fungsi renal. Untuk
mengurangi obstruksi urin harus dialihkan dengan tindakan nefrostomi atau tipe diversi
lainnya. Infeksi ditangani dengan agen antimikrobial karena sisa urin dalam kaliks
menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien disiapkan untuk pembedahan untuk
mengankat lesi obstruktif (batu, tumor, obstruksi ureter). Jika salah satu ginjal rusak parah
dan fungsinya hancur, maka nefrektomi dapat dilakukan.
a. hidronefrosis akut
Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka air
kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan (biasanya melalui
sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit)
Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka bisa
gout, diabetes
Data fokus
- Makanan atau cairan Gejala: Mual/muntah, nyeri tekanan abdomen dan
ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup
-
24 jam)
Radiodiagnostik
USG/CR abdomen
BNO IVP
Renogram / RPG
Poto thorax
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya tekanan di ginjal yang
meningkat
b. Gangguan perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi saluran kemih
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat mual, muntah
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
3. Rencana Intervensi
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya tekanan ginjal yang
meningkat
Tujuan : nyeri terkontrol / berkurang Kriteria hasil : pasien mengatakan nyeri
berkurang dengan spasme terkontrol, tampak rileks, mampu istirahat dengan tepat
Intervensi
o Catat lokasi, lamanya, intensitas dan penyebaran, pertahankan TTV
Rasional : bantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus
o Bantu dan dorong penggunaan nafas, berfokus bimbingan imajinasi dan aktivitas
terapeutik
Rasional : memberikan kesempatan untuk pemberian perhatian dan membantu
relaksasi otot
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
DAFTAR PUSTAKA
1. Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika
2. Price. Sylvia Anderson. 2005. patofisiologi konsep klinis psroses penyakit edisi 6
volume 2. Jakarta : EGC
3. Rabbins, Stanley C. buku ajar patologi II . Jakarta :EGC
4. Sweringen. 2000. keperawatan medical bedah, edisi 2. Jakarta : EGC
5. Smeltzer, Suzanne c. 2001. Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner & suddarth
edisi 8 vol 2. Jakarta :EGC
Stent ureter adalah alat berbentuk pipa yang dirancang agar dapat ditempatkan di
dalam ureter. Stent atau ganjal tersebut digunakan untuk mempertahankan aliran urine pada
penderita obstruktif ureter (akibat edema, striktur, fibrosis), memulihkan fungsi ginjal,
mengalihkan haluaran urine, mempercepat penyembuhan dan mempertahankan patensi
ureter sesudah pembedahan.
Stent yang biasa terbuat dari silikon yang lunak dan lentur dapat dipasangkan secara
permanen atau temporal. Stent ini dapat dimauskkan dalam sistokop atau selang nefrostomi
atau dengan operasi terbuka. Komplikasi pemasnagan stent mencakup infeksi, reaksi
inflamasi yang terjadi sekunder akibat adanya benda asing dalam traktus urogenialis,
pembentukan kista dalam selang, perdarahan atau obstruksi karena bekuan darah di dalam
stent. Stent ureter double J memiliki kelengkungan berbentuk J pada tiap ujungnya yang
mencegah pergeseran stent ke atas atau ke bawah. Stent ini dapat digunakan untik
menggantikan nefrostomi atau pielektomi pada drainase urine jangka pendek atau panjang.
Intervensi keperawatan pada pasien dengan stent ureter double J mencakup
pemantauan untuk mendeteksi perdarahan, observasi serta pengukuran volume urine yang
dikeluarkan, pemeriksaan untuk mengkaji drainase yang purulen pad alokasi pemasangan
kateter atau dalam kantong drainase dan pemantauan untuk mendeteksi pergeseran stent
yang dibuktikan melalui nyeri kolik serta penurunan haluaran urine.