Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Penyusun,
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
................................................................................
.......
DAFTAR ISI
..............................................................................
.......
BAB I. PENDAHULUAN
..............................................................................
.......
.............................................................................................................
II.1.
II.2.
II.3.
Klasifikasi
II.4.
II.5.
II.6.
KESIMPULAN
.................................................................
................................................................................
.....................................................
.......
.......
............................................... .......
10
18
................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
...........................................................................................
25
Pendahuluan
2
Fraktur Simple
: fraktur tertutup
Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan dengan lingkungan
luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri sehingga timbul komplikasi berupa
infeksi. luka pada kulit dapat berupa tusukan tulang yang tajam keluar menembus kulit atau
dari luar oleh karena tertembus misalnya oleh peluru atau trauma langsung (chairuddin
rasjad,2008)4.
Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan yang
terstandar untuk mengurangi resiko infeksi. selain mencegah infeksi juga diharapkan terjadi
penyembuhan fraktur dan restorasi fungsi anggota gerak. beberapa hal yang penting untuk
dilakukan dalam penanggulangan fraktur terbuka yaitu operasi yang dilakukan dengan
segera, secara hati-hati, debrideman yang berulang-ulang, stabilisasi fraktur, penutupan kulit
dan bone grafting yang dini serta pemberian antibiotik yang adekuat (chairuddin
rasjad,2008).2
Patah tulang terbuka adalah patah tulang dimana fragmen tulang yang bersangkutan
sedang atau pernah berhubungan dunia luar (PDT ortopedi,2008)
II.2 Etiologi dan Patofisiologi Fraktur Terbuka
Penyebab dari Fraktur terbuka adalah Trauma langsung: benturan pada tulang dan
mengakibatkan fraktur pada tempat itu Trauma tidak langsung: bilamana titik tumpul
benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.
Sedangkan Hubungan dengan dunia luar dapat terjadi karena
1. Penyebab rudapaksa merusak kulit, jaringan lunak dan tulang.
2. Fragmen tulang merusak jaringan lunak dan menembus kulit.
TIPE 1
Luka kecil kurang dr 1cm panjangnya, biasanya karena luka tusukan dari fragmen tulang
yang menembus kulit. terdapat sedikit kerusakan jaringan dan tidak terdapat tanda2 trauma
yang hebat pada jaringan lunak. fraktur yang terjadi biasanya bersifat simple, transversal,
oblik pendek atau sedikit komunitif.
TIPE 2
Laserasi kulit melebihi 1cm tetapi tidak ada kerusakan jaringan yang hebat atau avulsi kulit.
terdapat kerusakan yang sedang dari jaringan dengan sedikit kontaminasi fraktur.
TIPE 3
Terdapat kerusakan yang hebat dari jaringan lunak termasuk otot, kulit dan struktur
neurovaskuler dengan kontaminasi yang hebat. tipe ini biasanya di sebabkan oleh karena
trauma dengan kecepatan tinggi.
Jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah walaupun terdapat laserasi yang hebat
ataupun adanya flap. fraktur bersifat segmental atau komunitif yang hebat
TIPE 3 b
Fraktur di sertai dengan trauma yang hebat dengan kerusakan dan kehilangan jaringan,
terdapat pendorongan periost, tulang terbuka, kontaminasi yang hebatserta fraktur komunitif
yang hebat.
TIPE 3 c
Fraktur terbuka yang disertai dengan kerusakan arteri yang memerlukan perbaikan tanpa
memperhatikan tingkat kerusakan jaringan lunak.
II.4 Diagnosis Fraktur Terbuka3,4,5
Anamnesis
Biasanya penderita datang dengan suatu trauma (traumatik, fraktur), baik yang hebat maupun
trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk menggunakan anggota gerak.
Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak selamanya terjadi di daerah
trauma dan mungkin fraktur terjadi pada daerah lain.
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
1. Syok, anemia atau perdarahan
2. Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang atau organorgan dalam rongga toraks, panggul dan abdomen
3. Fraktur predisposisi, misalnya pada fraktur patologis
a. Pemeriksaan lokal
1. Inspeksi (Look)
Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur
tertutup atau fraktur terbuka
Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-organlain
Keadaan vaskularisasi
2. Palpasi (Feel)
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh sangatnyeri.
Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh kerusakan
jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang
Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara hati-hati
Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis, arteri
dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang terkena
Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal daerah trauma,
temperatur kulit
3. Pergerakan (Move)
Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara aktif dan pasif sendi
proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma. Pada pederita dengan fraktur, setiap
gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara
kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti
pembuluh darah dan saraf.
4. Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris dan motoris serta gradasi
kelelahan neurologis, yaitu neuropraksia, aksonotmesis atau neurotmesis. Kelaianan saraf
yang didapatkan harus dicatat dengan baik karena dapat menimbulkan masalah asuransi dan
tuntutan (klaim) penderita serta merupakan patokan untuk pengobatan selanjutnya.
5. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur.
Untuk menghindarkan nyeri serta kerusakan jaringan lunak selanjutnya, maka sebaliknya kita
mempergunakan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum
dilakukan pemeriksaan radiologis.
4. Penutupan kulit
Apabila fraktur terbuka diobati dalam waktu periode emas (6-7 jam mulai dari
terjadinya kecelakaan), maka sebaiknya kulit ditutup. hal ini dilakukan apabila
penutupan membuat kulit sangat tegang. dapat dilakukan split thickness skin-graft
serta pemasangan drainase isap untuk mencegah akumulasi darah dan serum pada
luka yang dalam. luka dapat dibiarkan terbuka setelah beberapa hari tapi tidak lebih
dari 10 hari. kulit dapat ditutup kembali disebut delayed primary closure. yang perlu
mendapat perhatian adalah penutupan kulit tidak dipaksakan yang mengakibatkan
sehingga kulit menjadi tegang.
5. Pemberian antibiotic
Pemberian antibiotik bertujuan untuk mencegah infeksi. antibiotik diberikan dalam
dosis yang adekuat sebelum, pada saat dan sesuadah tindakan operasi
12
6. Pencegahan tetanus
Semua penderita dengan fraktur terbuka perlu diberikan pencegahan tetanus. pada
penderita yang telah mendapat imunisasi aktif cukup dengan pemberian toksoid tapi
bagi yang belum, dapat diberikan 250 unit tetanus imunoglobulin (manusia)
2.5 Perawatan Lanjut dan Rehabilitasi Fraktur
Ada lima tujuan pengobatan fraktur:
1. Menghilangkan nyeri
2. Mendapatkan dan mempertahankan posisi yang memadai dari fragmen fraktur
3. Mengharapkan dan mengusahakan union
4. Mengembalikan fungsi secara optimal dengan cara mempertahankan fungsi otot dan
sendi,mencegah atrofi otot,adhesi dan kekakuan sendi,mecegah terjadinya komplikasi seperti
dekubitus,trombosis vena,infeksi saluran kencing serta pembentukan batu ginjal.
5. Mengembalikan fungsi secara maksimal merupakan tujuan akhir pengobatan fraktur. Sejak
awal penderita harus dituntun secara psikologis untuk membantu penyembuhan dan
pemberian fisioterapi untuk memperkuat otot-otot serta gerakan sendi baik secara isometrik
(latihan aktif statik) pada setiap otot yang berada pada lingkup fraktur serta isotonik yaitu
latihan aktif dinamik pada otot-otot tungkai dan punggung. Diperlukan pula terapi okupasi.
Penatalaksanaan
TERAPI KONSERVATIF3,4
1. Proteksi saja
Misalnya mitella untuk fraktur collum chirurgicum humeri dengan kedudukan baik
2. Immobilisasi saja tanpa reposisi
Misalnya dengan pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkomplit dan fraktur
dengan kedudukan baik
3. Reposisi tertutup dan fiksasi gips
Fragmen distal dikembalikan pada kedudukan semula terhadap fragmen proksimal
dan dipertahankan dalam kedudukan yang stabil dalam gips
4. Traksi
13
Dipakai untuk reposisi secara perlahan dan fiksasi hingga sembuh atau dipasang gips setelah
tidak sakit lagi
Terapi Operatif
Terapi operatif dengan reposisi secara tertutup dengan bimbingan radiologis
1. Reposisi tertutup-fiksasi eksterna
2. Reposisi tertutup-fiksasi interna
Terapi operatif dengan membuka frakturnya
1. Reposisi terbuka dan fiksasi interna
Keuntungan :
Reposisi anatomis
Mobilisasi dini tanpa fiksasi luar
Indikasi :
Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avaskular nekrosisnya tinggi.
dislokasi
Fraktur yang dapat direposisi tetapi sullit dipertahankan
Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan
Terbuka
: Indikasi :
3. Mobilisasi dini
4. Fraktur multiple
5. Fraktur Patologis
2. IMOBILISASI / FIKSASI
Tujuan mempertahankan posisi fragmen post reposisi sampai Union.
Jenis Fiksasi :
Ekternal
/ OREF
4. Fraktur Kominutif
5. Fraktur Pelvis
6. Fraktur infeksi yang kontraindikasi dengan ORIF
7. Non Union
8. Trauma multiple
Internal /
3. UNION
4. REHABILITASI
Penyembuhan Fraktur
Penyembuhan tulang terbagi menjadi 5, yaitu :
1. Fase Hematoma
Pembuluh darah di sekitar tulang yang mengalami fraktur robek, akibatnya, tulang
disekitar fraktur akan kekurangan nutrisi dan akhirnya mati sekitar 1-2 mm.
16
Pada 8 jam pertama fraktur merupakan masa reaksi inflamasi akut dengan proliferasi
sel di bawah periosteum dan masuk ke dalam kanalis medulla. Bekuan hematom
diserap secara perlahan dan kapiler baru mulai terbentuk.
4. Fase Konsolidasi
Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan akan
membentuk jaringan tulang yang lebih kuat oleh aktivitas osteoblas.
5. Fase Remodeling
Jika proses penyatuan tulang sudah lengkap, maka tulang yang baru akan membentuk
bagian yang menyerupai dengan bulbus yang meliputi tulang tanpa kanalis medularis.
Pada fase ini resorbsi secara osteoklastik tetap terjadi dan tetap terjadi osteoblastik
pada tulang.
17
komplikasi lama. Rekomstruksi pembuluh darah harus ditangani secara sungguhsungguh dan teliti sekali karena bila terjadi kesalahan teknis operasi karena
ceroboh atau penatalaksanaan pasca bedah yang kurang terarah, akan berakibat
fatal bagi kelangsungan hidup ekstremitas berupa amputasi, atau terjadi emboli
paru (Apley et al., 2001).
2. Sindroma Kompartemen
Patah tulang pada lengan kaki dapat menimbulkan hebat sekalipun tidak
ada kerusakan pembuluh besar. Perdarahan, edema, radang, dan infeksi dapat
meningkatkan tekanan pada salah satu kompartemen osteofasia. Terjadi
penurunan aliran kapiler yang mengakibatkan iskemia otot, yang akan
menyebabkan edema lebih jauh, sehingga mengakibatkan tekanan yang lebih
besar lagi dan iskemia yang lebih hebat. Lingkaran setan ini terus berlanjut dan
berakhir dengan nekrosis saraf dan otot dalam kompartemen setelah kurang lebih
12 jam (Apley dan Solomon, 2001).
Meningkatnya tekanan jaringan menyebabkan obstruksi vena dalam ruang
yang tertutup. Peningkatan tekanan terus meningkat hingga tekanan arteriolar
intramuskuler bawah meninggi. Pada titik ini, tidak ada lagi darah yang akan
masuk ke kapiler, menyebabkan kebocoran ke dalam kompartemen, sehingga
tekanan dalam kompartemen semakin meningkat. Penekanan saraf perifer
disekitarnya akan menimbulkan nyeri hebat. Bila terjadi peningkatan intra
kompartemen, tekanan vena meningkat. Setelah itu, aliran darah melalui kapiler
akan berhenti. Dalam keadaan ini penghantaran oksigen juga akan terhenti,
Sehingga terjadi hipoksia jaringan (pale). Jika hal ini terus berlanjut, maka terjadi
iskemia otot dan nervus, yang akan menyebabkan kerusakan ireversibel
komponen tersebut. Secara klasik terdapat 5 P yang menggambarkan gejala klinis
sindroma kompartemen, yaitu:
a. Pain
b. Paresthesia
c. Pallor
d. Paralysis
e. Pulseness Osteomyelitis Akut
3. . Gas Gangren
Keadaan yang mengerikan ini ditimbulkan oleh infeksi klostridium,
terutama C. welchii. Organisme anaerob ini dapat hidup dan berkembang biak
hanya dalam jaringan dengan tekanan oksigen yang rendah; karena itu, tempat
utama infeksinya adalah luka yang kotor dengan otot mati yang telah ditutup
tanpa debridemen yang memadai. Toksin yang dihasilkan oleh organisme ini
19
berkapur dan tidak pada daerah germinal maka, asalkan patah tulang ini direduksi
dengan tepat, jarang terdapat gangguan pertumbuhan. Tetapi patah tulang yang
memisahkan bagian epifisi pasti akan melintasi bagian fisis yang sedang tumbuh,
sehingga pertumbuhan selanjutnya dapat asimetris dan ujung tulang berangulasi
secara khas; jika seluruh fisis rusak, mungkin terjadi perlambatan atau penghentian
pertumbuhan sama sekali (Apley dan Solomon, 2001).
Golden periode penanganan fraktur terbuka adalah kurang dari 6-8 jam
dikarenakan proses dan pola pertumbuhan bakteri yang terjadi pada luka fraktur
terbukanya. Umumnya jenis bakteri yang sering ditemui pada luka adalah golongan
bakteri Staphylococcus. Staphylococcus aureus yang patogenik dan yang bersifat
invasif menghasilkan koagulase dan cenderung untuk menghasilkan pigmen kuning
dan menjadi hemolitik.
Setelah berjalan 6 jam pasca kejadian fraktur terbuka, bakteri Stapylococcus
aureus dapat mengadakan ikatan secara kimiawi ke dinding sel-sel yang seharusnya
mengalami penyembuhan berupa hematom, inflamasi dan rekonstruksi. Setelah
mengalami ikatan, bakteri ini akan mengeluarkan enterotoksin dan eksotoksin yang
akhirnya dapat menyebabkan osteomyelitis (Luchette, 2008).
KESIMPULAN
22
Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan dengan lingkungan
luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri sehingga timbul komplikasi berupa
infeksi. luka pada kulit dapat berupa tusukan tulang yang tajam keluar menembus kulit atau
dari luar oleh karena tertembus misalnya oleh peluru atau trauma langsung.
Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan yang
terstandar untuk mengurangi resiko dan komplikasi dari fraktur terbuka.. Hubungan dengan
dunia luar dapat terjadi karena penyebab rudapaksa merusak kulit, jaringan lunak dan tulang
atau fragmen tulang merusak jaringan lunak dan menembus kulit.
Semua patah tulang terbuka adalah kasus gawat darurat. Karena itu penanganan patah
tulang terbuka harus dilakukan sebelum golden periode terlampaui agar sasaran akhir
penanganan patah tulang terbuka tercapai.
Daftar Pustaka
24