Вы находитесь на странице: 1из 33

AUDIT EVIDENCE AND AUDIT PROGRAMS

CASE HANLON, INC

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 2
1. Afifah Nurani
2. Nazella Sam
3. Novira F. Nanda
4. Novita Khairunnisa
5. Pinta Nopetri Sera
6. Ressy Fitriasari

7. Tri Winarti

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS RIAU


PEKANBARU
2014

BUKTI AUDIT (AUDIT EVIDENCE), PROSEDUR ANALITIK, PROSES


KONFIRMASI, DAN KERTAS KERJA

Tujuan menyeluruh audit laporan keuangan adalah menyatakan pendapat tentang


apakah laporan keuangan klien telah menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum atau dikenal dengan GAAP. Untuk
itu, auditor harus memperoleh bahan bukti yang cukup dan kompeten sebagai dasar yang
memadai untuk menyatakan pendapat. Di samping itu pilihan akan bukti audit dipengaruhi
oleh (Boynton,dkk) :
1. Pemahaman auditor atas bisnis dan industri klien.
1. Perbandingan antara harapan auditor atas laporan keuangan dengan buku dan catatan
klien.
2. Keputusan tentang asersi yang material bagi laporan keuangan.
3. Keputusan tentang risiko bawaan dan risiko pengendalian.

A.

BUKTI AUDIT

Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung data yang disajikan dalam
laporan keuangan, yang terdiri dari data akuntansi dan informasi pendukung lainnya, yang
dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut.
Bukti audit merupakan konsep fundamental dalam auditing. SA 326.14 menyatakan
bahwa bukti audit terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat yang tersedia bagi
auditor kedua kategori bukti audit diperlukan dalam melakukan suatu audit sesuai dengan
standar auditing.
Bukti audit kompeten yang cukup harus diproleh melalui inspeksi, pengamatan,
pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
Secara umum, ada tiga jenis bukti (evidence), yaitu;
1. Natural evidence (bukti alamiah), digunakan sebagai dasar pembuktian dalam segala
kegiatan mental (melalui panca indra, pikir, nalar dsb)
2. Created evidence ( bukti yang diciptakan), tidak secara alamiah disekitar kita tapi
diciptakan dengan berbagai eksperimen.
3. Rational argumentation, yaitu gagasan atau ide sering kali menyusul secara logis dari
fakta- fakta yang kita amati dan terlihat benar dalam benak kita.

Untuk menentukan kompetensi bukti audit ada beberapa faktor:


1. Relevansi, berarti bahan bukti harus berkaitan dengan tujuan audit yang telah
ditetapkan auditor.
2. Sumber, beberapa kondisi yang berkaitan dengan sumber bukti audit akan
mempengaruhi kompetensinya.
3. Ketepatan waktu, berkaitan dengan tanggal berlakunya bukti audit.
4. Objektivitas, bukti audit yang bersifat objektiv pada umumnya dianggap lebih dapat
diandalkan dibandingkan dengan bukti audit yang bersifat subjektif.

Kompetensi bahan bukti audit


Bukti audit kurang kompeten

Faktor kompetensi

Bukti audit lebih kompeten

Relevan secara tidak langsung

Relevansi

Relevan secara langsung

- Hanya dari dalam perusahaan

Sumber

- Sumber independen luar

- Pengendalian interen yang tidak

- Pengendalian interen yang

memuaskan

memuaskan

- Pengetahuan yang diperoleh

- Pengetahuan yang diperoleh

secara tidak langsung

secara langsung

Bukti audit berlaku pada tanggal Ketepatan waktu

Bukti audit berlaku pada tanggal

selain tanggal neraca

neraca

Subjektif

Objektifitas

Objektif

Prosedur audit yang dapat digunakan untuk memperoleh bukti yang kompeten atau dapat
dipercaya adalah :
1. Prosedur analitis, terdiri dari penelitian dan perbandingan hubungan diantara data.
2. Inspeksi, meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatan, serta
pemeriksaan sumber daya terwujud.
3. Konfirmasi, menggambarkan penerimaan respon tertulis atau lisan dari pihak ketiga
yang independen yang memverifikasi keakuratan informasi yang diajukan oleh
auditor. Permintaan ini di tujukan kepada klien, dank lien meminta pihak ketiga uang
independen untuknya secara langsung kepada auditor. Karna konfirmasi berasal dari
sumber yang independen terhadap klien, jenis bukti audit ini sangat dipercaya dan

merupakan jenis bukti yang sering digunakan. Standar auditing mengidentifikasi dua
jenis permintaan konfirmasi yaitu :
a. Konfirmasi positif, meminta sipenerima untuk memberikan respon dalam semua
situasi.
b. Konfirmasi negatif, penerima diminta untuk merespon hanya bila informasinya
tidak benar, dan tidak ada pengujian tambahan yang dilaksanakan bila respon
tidak diterima.
4. Permintaan keterangan (enquiry), meliputi permintaan keterangan secara lisan atau
tertulis oleh auditor.
5. Penghitungan (counting), aplikasi yang paling umum dari penghitungan counting
adalah penghitungan fisik sumber daya berwujud seperti jumlah kas dan persediaan
yang ada, dan akuntansi seluruh dokumen dengan nomor urut yang telah dicetak
(prenumbered).
6. Penelusuran (tracing), yang sering kali disebut sebagai penelusuran ulang, auditor
memilih dokumen yang dibuat pada saat transaksi dilaksanakan dan menentukan
bahwa informasi yang diberikan oleh dokumen tersebut telah dicatat dengan benar
dalam catatan akuntansi (jurnal dan buku besar)
7. Pemeriksaan bukti pendukung (vouching), meliputi memilih ayat jurnal dalam catatan
akuntansi dan mendapatkan serta memeriksa dokumentasi yang digunakan sebagai
dasar ayat jurnal tersebut untuk menentukan validitas dan ketelitian pencatatan
akuntansi.
8. Pengamatan (observing), berkaitan dengan memperhatikan dan menyaksikan
pelaksanaan beberapa kegiatan atau proses.
9. Pelaksanaan ulang (reperforming) , merupakan salah satu prosedur audit yang penting
dimana perhitungan dan rekonsiliasi dibuat oleh klien.
10. Teknik audit berbantuan audit, auditor dapat menggunakan perangkat lunak computer
ntuk melakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Melaksanakan perhitungan dan perbandingan yang digunakan dalam prosedur


analitis.
b. Memilih sample piutang usaha untuk konfirmasi.
c. Mencari sebuah file dalam computer untuk menentukan bahwa semua dokumen
yang berurutan telah dipertanggungjawabkan.
d. Membandingkan elemen data dalam file-file yang berbeda untuk disesuaikan
e. Memasukkan data uji dalam program klien untuk menentukan apakah aspek
computer dari pengendalian interen telah berfungsi.
f. Melaksanakan ulang berbagai penghitungan seperti penjumlahan buku besar
pembantu piutang usaha atau file persediaan.

Dalam PSA No.07, bukti audit (SA326.03),disebutkan lima golongan asersi pelaporan
keuangan, yaitu :
1. Keberadaannya atau keterjadiannya ( existence or occurrence )
Asersi tentang keberadaan atau terjadinya berhubungan

dengan apakah aktiva atau

utang perusahaan benar-benar ada pada tanggal neraca dan transaksi-transaksi yang
tercatat telah benar-benar terjadi selama periode tertentu.
Keberadaan (eksistensi) suatu aktiva tidak hanya dilihat dari ujud fisiknya saja, seperti
kas, persediaan dan aktiva tetap, namun ada pula yang tidak ada ujud fisiknya, misalnya
piutang dan utang usaha. Sehubungan dengan saldo piutang di atas, manajemen hanya
menyatakan bahwa piutang yang terdiri dana piutang usaha, benar - benar ada pada
tanggal neraca. Manajemen tidak menyatakan bahwa Rp10.000.000,- adalah jumlah
yang benar
2. Kelengkapannya ( completeness )
Asersi tentang kelengkapannya berhubungan dengan apakah telah memasukkan semua
transaksi dan akun ( rekening ) yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan.

Asersi manajemen tentang saldo piutang Rp. 10.000.000,- mempunyai arti bahwa
jumlah tersebut telah meliputi semua transaksi dan kejadian yang mempengaruhi saldo
piutang tersebut, tidak ada piutang yang tidak dilaporkan (under stated) atau dinyatakan
lebih (over stated). Auditor sangat memperhatikan terhadap asersi kelengkapan ini
dalam kaitannya untuk menentukan kemungkinan adanya penyajian komponen laporan
keuangan yang kurang dari yang seharusnya dengan menghilangkan sesuatu atau
transaksi yang seharusnya ada.
3. Hak dan kewajiban ( right and obligations )
Asersi tentang hak (rights) dan kewajiban (obligations) berhubungan dengan apakah
aktiva tersebut benar - benar milik perusahaan dan semua utang adalah benar- benar
kewajiban perusahaan pada tanggal neraca.
Asersi ini menyatakan ,bahwa manajemen secara implisit menyatakan bahwa piutang
dan aktiva - aktiva lainnya yang dilaporkan pada neraca benar - benar milik perusahaan,
dan utang - utang yang dilaporkan pada neraca benar - benar kewajiban perusahaan
secara sah. Dengan demikian asersi ini hanya berkaitan dengan komponen - komponen
neraca khususnya aktiva dan utang.
4. Penilaian atau alokasi ( valuation or allocation )
Asersi penilaian (valuation) atau alokasi (allocation) berkaitan dengan ketepatan
metode penilaian maupun pengalokasian yang digunakan oleh perusahaan serta
kebenaran perhitungannya.
Setiap pelaporan komponen laporan keuangan dengan jumlah tertentu mempunyai arti
bahwa jumlah tersebut (1) telah ditentukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berterima umum umum , dan (2) bebas dari kesalahan perhitungan atau kekeliruan
klerikal.
Kesesuaian dengan prinsip akuntansi yang berterima umum meliputi ketepatan
penerapan prinsip harga perolehan (cost), mempertemukan (matching), dan prinsip
konsistensi. Asersi kesesuaian dengan prinsip akuntansi yang berterima umum (PABU)
dapat meliputi penilaian bruto maupun netonya. Misalnya, piutang telah dinilai sebesar
jumlah tagihan kepada pelanggan dan taksiran nilai bersih yang dapat direalisasi setelah

mempertimbangkan taksiran tidak tertagihnya piutang; dan aktiva tetap telah dilaporkan
kedua-duanya yaitu sebesar harga perolehan mula - mula dan nilai bukunya setelah
mempertimbangkan jumlah akumulasi depresiasinya.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa asersi penilaian atau alokasi berhubungan dengan
tiga hal sebagai berikut : (1) penilaian bruto, (2) penilaian neto, dan (3) ketelitian
matematis. Kategori asersi ini juga meliputi kelayakan (reasonableness) terhadap
estimasi akuntansi yang dibuat manajemen.

5. Penyajian dan pengungkapan ( presentation and disclosure )


Asersi tentang penyajian (presentation) dan pengungkapan (disclosure) berhubungan
dengan apakah masing - masing komponen laporan keuangan telah diklasifikasikan,,
dijelaskan dan diungkapkan dengan benar.
Manajemen secara implisit menyatakan bahwa setiap komponen laporan keuangan telah
disajikan secara benar dan diungkapkan secara memadai. Dalam hal penyajian piutang
harus benar-benar menampakan piutang yang dapat direalisasikan, dalam arti setiap
kemungkinan tidak tertagihnya

piutang harus sudah diperhitungkan melalui

pembentukan rekening penyisihan piutang kecuali dinyatakan lain. Hal-hal yang


menyangkut piutang secara signifikan harus dijelaskan(diungkapkan), misalnya adanya
piutang yang digadaikan, tidak dibentuknya penyisihan piutang, timbulnya kewajiban
bersyarat (contingent liability) dan lain sebagainya.

PROSEDUR ANALITIK
Menurut PSA 22 (SA 329) prosedur analitis didefinisikan sebagai "evaluasi atas
informasi keuangan yang dilakukan dengan mempelajari hubungan logis antara data
keuangan dan nonkeuangan, meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengan
ekspektasi auditor."

Definisi ini menekankan pada ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor. Prosedur
analitis dapat dilakukan dalam tiga kesempatan selama penugasan audit berlangsung yakni
saat perencanaan, pengujian dan penyelesaian audit.
Arens and Loebbecke dalam bukunya yang berjudul Auditing : An Integrated
Approach, 8th edition, menerangkan bahwa :
"Analytical procedure are defined as evaluations of financial information made by a
study of plausible relationships among financial and non financial data involving
comparisons of recorded amounts to expactations developed by the auditor." (2000:
189)
Dengan demikian, maka prosedur analitis adalah suatu evaluasi atas informasi
keuangan yang dilakukan dengan mempelajari hubungan logis antara data keuangan dan data
non keuangan, meliputi perbandingan jumlah - jumlah yang tercatat dengan harapan auditor.
Jadi, prosedur analitis merupakan evaluasi hubungan data keuangan dengan data non
keuangan untuk memperoleh bukti audit melalui analisis perbandingan data - data tersebut.
Tujuan Prosedur Analitis
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Profesional Akuntan Publik
menyatakan bahwa :
"Tujuan penggunaan prosedur analitis sebagai berikut :
Membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup prosedur
analitis lainnya.
Sebagai pengujian substantif untuk memperoleh bukti tenteng asersi tertentu
yang berhubungan dengan saldo akun.
Sebagai review menyeluruh informasi keuangan pada tahap review akhir
audit." (2001:329.1)
Dari kutipan diatas, tujuan penggunaan prosedur analitis adalah untuk membantu
auditor dalam melaksanakan proses audiit, yaitu perencanaan, pengujian dan penyelesaian

(review akhir). Selain itu tujuan prosedur analitis juga untuk mengetahui kemungkinan
adanya salah saji laporan keuangan.

Waktu Penggunaan
Seperti yang telah disebutkan dalam tujuan penggunaan prosedur analitis, ada tiga
waktu penggunaan prosedur analitis yaitu pada tahap perencanaan, tahap pengujian, dan
tahap penyelesaian (review akhir).
Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan audit dengan menggunakan prosedur analitis adalah untuk
membantu perencanaan prosedur audit. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam
Standar Profesional Akuntan Publik menyatakan bahwa :
"Prosedur analitis perencanaan audit ditujukan untuk :
Meningkatkan pemahaman auditor atas bisnis klien dan transaksi atau peristiwa yang terjadi
sejak tanggal audit terakhir.
Mengidentifikasikan bidang yang kemungkinan mencerminkan resiko tertentu yang
bersangkutan dengan audit. Jadi tujuan prosedur ini adalah untuk mengidentifikasikan hal
seperti adanya transaksi atau peristiwa

yang

tidak biasa, dan jumlah yang dapat

menunjukan masalah yang berhubungan dengan laporan keuangan dan perencanaan


audit."(2001:329.2)

Dengan demikian, perencanaan audit dengan prosedur analitis adalah untuk


memahami bidang usaha klien dan mengidentifikasikan kemungkinan adanya salah saji
atau hal yang tidak biasa seperti transaksi atau peristiwa yang berhubungan dengan
laporan keuangan dan perencanaan audit.
Tahap Pengujian

Penggunaan

prosedur

anaitis

pada

tahap

pengujian

tergantung

pada

pertimbangan auditor mangenai efektivitas dan efisiensi prosedur audit. Menurut Ikatan
Akuntansi Indonesia dalam Standar Profesional Akuntan Publik menyatakan bahwa :
"Efektivitas dan efisiensi yang diharapkan dari suatu prosedur analitis dalam
mengidentifikasikan kemungkinan salah saji tergantung atas :
Sifat asersi.
Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksikan suatu hubungan.
Ketersediaan dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan
harapan
Ketepatan harapan."(2001:329.3)

Prosedur analitis mungkin merupakan pengujian efektif dan efisien atas asersi
yang kemungkinan salah sajinya tidak akan tampak dari pemeriksaan bukti rinci atau
bila bukti yang rinci tidak langsung tersedia. Asersi yang dimaksud adalah pernyataan
manajemen yang terkandung di dalam laporan keuangan.
Penting bagi auditor untuk memahami alasan yang membuat hubungan menjadi
masuk akal sebabdata kadang-kadang seperti berkaitan padahal kenyataannya tidak
demikian, sehingga dapat mengarahkan auditor ke pengambilan kesimpulan yang salah.
Maka dari itu, seorang auditor harus dapat memprediksi suatu hubungan.
Selain itu auditor harus menilai keandalan data dengan mempertimbangkan
sumber data dan kondisi yang melingkupi pengumpulan data serta pengetahuan lain
yang mungkin dimiliki auditor mengenai data itu. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertimbangan auditor terhadap keandalan data untuk mencapai tujuan audit :
Apakah diperoleh sari sumber yang independen di luar entitas atau dari sumber di
dalam entitas.
Apakah sumber dari dalam entitas independen dari mereka yang bertanggung jawab
atas jumlah yang diaudit.

Apakah data dikembangkan dari sistem yang dapat diandalkan dengan pengendalian
memadai.
Apakah data menjadi sasaran pengujian dalam tahun berjalan atau tahun
sebelumnya.
Apakah harapan yang dikembangkan dengan memakai data dari berbagai sumber.
Harapan auditor harus tepat untuk memberikan tingkat keyakinan yang
diinginkan sehingga perbedaan yang mungkin merupakan salah saji akan teridentifikasi
untuk diaudit oleh auditor. Ketika harapan menjadi lebih tepat, toleransi perbedaan yang
diharapkan menjadi lebih sempit, sehingga jika terjadi perbedaan yang signifikan antara
hasil prosedur analitis dengan hasil sesungguhnya, perbedaan tersebut kemungkinan
karena salah saji. Ketepatan harapan tergantung pada identifikasi dan pertimbangan
auditor terhadap faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi jumlah yang
diaudit dan tingkat kerincian data yang digunakan untuk mengembangkan harapan.
Tahap Penyelesaian (Review Akhir)
Penggunaan prosedur analitis dalam tahap penyelesaian (review akhir) berguna
sebagai alat bantu peninjau dalam menemukan kesalahan penyajian dan untuk
membantu auditor mengambil pandangan objektif terakhir atas laporan keuangan yang
telah diaudit. Serta dapat pula membantu untuk megidentifikasikan kemunginan adanya
kekeliruan didalam audit. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar
Profesional Akuntan Publik tercantum mengenai penggunaan prosedur analitis dalam
tahap Penyelesaian (review akhir) sebagai berikut :
"Tujuan prosedur analitis yang diterapkan dalam tahap penyelesaian (review
akhir) adalah untuk membantu auditor dalam menilai kesimpulan yang diperoleh
dan dalam mengevaluasi penyajian laporan keuangan secara menyeluruh."
(2001:329.6)
Berdasarkan kutipan diatas menerangkan bahwa prosedur analitis dalam tahap
penyelesaian (review akhir) adalah untuk membantu auditor memberikan penilaian
terhadap laporan keuangan yang telah disajikan. Penilaian tersebut berupa kesimpulan
atau opini auditor secara keseluruhan.

Jenis - jenis Prosedur Analitis


Bagian penting dalam menggunakan prosedur analitis adalah memilih prosedur
yang paling layak. Kelima jenis prosedur analitis tersebut, adalah :
Membandingkan data klien dengan industri
Membandingan data klien dengan data industri serupa dapat memberikan informasi
yang berguna untuk menilai kinerja klien. Manfaat utama dari perbandingan industri
adalah sebagai indikasi kesulitan keuangan dan sebagai penunjang dalam memahami
usaha klien.
Membandingkan data klien dengan data serupa pada periode sebelumnya
Jenis ini dapat dilakukan dengan membandingkan saldo tahun berjalan dengan saldo
tahun lalu, atau membandingkan rincian total saldo dengan rincian serupa pada tahun
sebelumnya. Selain itu dapat juga dengan menghitung rasio dan hubungan persentase
untuk perbandingan dengan tahun sebelumnya.
Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan klien
Sebagian besar perusahaan membuat anggaran untuk berbagai aspek operasi dan hasil
keuangannya. Karena anggaran mencerminkan akun klien untuk suatu periode,
penyelidikan atas bidang-bidang terpenting di mana terdapat perbedaan antara hasil
yang dianggarkan dan yang sebenarnya, dapat menunjukan adanya kemungkinan salah
saji.
Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan auditor
Jenis perbandingan antara data klien dengan hasil-hasil yang diperkirakan adalah bila
auditor menghitung saldo-saldo yang diperkirakan untuk dibandingkan dengan saldosaldo sebenarnya. Dalam prosedur analitis jenis ini, auditor membuat estimasi berapa
seharusnya saldo akun dengan cara mengaitkan dengan beberapa akun lain di neraca
atau di laporan rugi laba, atau dengan membuat proyeksi atas dasar kecenderungan
historis.
Membandingkan data klien dengan hasil perkiraan yang menggunakan data non
keuangan

Perhatian pokok dalam memanfaatkan data non keuangan adalah akurasi data
tersebut. Misalnya dengan mengaudit sebuah hotel, diketahui jumlah kamar, tarif untuk
setiap kamar, dan tingkat hunian. Dengan memanfaatkan data itu, akan lebih mudah
untuk mengestimasi total pendapatan dari semua kamar untuk dibandingkan dengan
pendapatan yang tercatat.
C.

PROSES KONFIRMASI
Konfirmasi oleh auditor dalam sebuah proses audit, adalah proses pemerolehan dan

penilaian suatu komunikasi langsung dari pihak ketiga sebagai jawaban atas suatu permintaan
informasi tentang unsur tertentu yang berdampak terhadap asersi laporan keuangan.
Kenapa harus melakukan konfirmasi ? Bukti audit yang diperoleh dari sumber
independen di luar entitas memberikan keyakinan yang lebih besar atas keandalan
dibandingkan dengan bukti audit yang disediakan hanya dari dalam entitas tersebut.
Semakin besar gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian yang
ditetapkan, semakin besar keyakinan yang diperlukan auditor dari pengujian substantif yang
bersangkutan dengan asersi laporan keuangan. Sebagai konsekuensinya, dengan kenaikan
gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian, auditor mendesain pengujian
substantif untuk memperoleh lebih banyak bukti atau bukti yang berbeda mengenai asersi
laporan keuangan. Dalam keadaan ini, auditor kemungkinan menggunakan prosedur
konfirmasi, bukan pengujian terhadap dokumen dari dalam entitas tersebut, atau
menggunakan prosedur konfirmasi bersamaan dengan pengujian terhadap dokumen atau
pihak dari dalam entitas itu sendiri.
Bukti audit yang diperoleh dari sumber independen di luar entitas memberikan
keyakinan yang lebih besar atas keandalan dibandingkan dengan bukti audit yang disediakan
hanya dari dalam entitas tersebut.
Bentuk Permintaan Konfirmasi
Terdapat dua bentuk permintaan konfirmasi: (a) bentuk positif dan (b) bentuk negatif.
Beberapa konfirmasi bentuk positif meminta responden untuk menunjukkan apakah ia setuju
dengan informasi yang dicantumkan dalam permintaan konfirmasi. Bentuk konfirmasi positif

lain tidak menyebutkan jumlah (atau informasi lain) pada permintaan konfirmasi, tetapi
meminta responden untuk mengisi saldo atau informasi lain pada ruang kosong yang
disediakan dalam formulir permintaan konfirmasi.
Bentuk konfirmasi positif menyediakan bukti hanya jika jawaban diterima oleh
auditor dari penerima permintaan konfirmasi. Permintaan konfirmasi yang tidak dijawab
tidak memberikan bukti audit mengenai asersi laporan keuangan yang dituju oleh prosedur
konfirmasi. Konfirmasi bentuk positif mengharuskan penerima konfirmasi untuk memberikan
jawaban baik setuju maupun tidak setuju.
Bentuk konfirmasi negatif meminta penerima konfirmasi untuk memberikan jawaban
hanya jika ia tidak setuju dengan informasi yang disebutkan dalam permintaan konfirmasi.
Meskipun konfirmasi negatif yang dikembalikan dapat memberikan bukti mengenai asersi
laporan keuangan, konfirmasi negatif yang tidak kembali jarang memberikan bukti signifikan
tentang asersi laporan keuangan selain aspek tertentu asersi keberadaan.
Bila auditor menggunakan permintaan konfirmasi selain bentuk konfirmasi negatif, ia
umumnya harus mengirimkan permintaan konfirmasi kedua atau seringkali ketiga kepada
pihak yang belum memberikan jawaban konfirmasi.
Auditor harus mengarahkan permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga yang diyakini
oleh auditor memiliki pengetahuan mengenai informasi yang dikonfirmasi.
D.

KERTAS KERJA AUDIT (WORKING PAPER)


SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraph 03 mendefinisikan kertas kerja sebagai berikut:

"kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan oleh auditor mengenai prosedur
audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan
simpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya."
Kertas kerja audit merupakan kertas-kertas yang diperoleh akuntan selama melakukan
pemeriksaan dan dikumpulkan untuk memperlihatkan pekerjaan yang telah dilaksanakan,
metode dan prosedur pemeriksaan yang diikuti serta kesimpulan-kesimpulan yang telah
dibuatnya. Dengan kata lain kertas kerja audit juga dapat berasal dari pihak klien, hasil
analisis yang dibuat auditor atau dari pihak ketiga yang independen baik secara langsung

maupun tidak langsung. Berkas kertas kerja yang berasal dari klien dapat berupa :Neraca
Saldo (Trial balance), Rekonsiliasi bank (Bank reconciliation), Analisa Umur Piutang
(Accounts Receivable Aging Schedule), Rincian Persediaan (Final Inventory List), Rincian
Utang, Rincian Biaya Umum dan Administrasi, Rincian Biaya Penjualan, Surat Pernyataan
Langganan.
Contoh kertas kerja adalah program audit, hasil pemahaman terhadap pengendalian
intern, analisis, memorandum, surat konfirmasi, representasi klien, ikhtisar dari dokumendokumen perusahaan, dan daftar atau komentar yang dibuat atau diperoleh auditor. Data
kertas kerja dapat disimpan dalam pita magetik, film, atau media yang lain.
Berkas yang diperoleh dari pihak ketiga yang independen meliputi antara lain : Hasil
konfirmasi piutang, Hasil konfirmasi utang, Informasi dari bank, Pernyataan dari penasihat
hukum.

Isi Kertas Kerja Audit


Kertas kerja harus cukup memperlihatkan bahwa catatan akuntansi cocok dengan
laporan keuangan atau informasi lain yang dilaporkan serta standar auditing yang dapat
diterapkan telah dilaksanakan.
Dalam SA 339 dikemukakan bahwa kertas kerja biasanya berisi dokumentasi yang
memperlihatkan (Boynton,dkk) :
Pemeriksaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik, yang menunjukkan
dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang pertama.
Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern telah diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah
dilakukan.
Bukti audit telah diperoleh, prosedur pemeriksaan yang telah diterapkan dan
pengujian yang telah dilaksanakan, yang memberikan bukti kompeten yang cukup
sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan
auditan, yang menunjukkan dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang ketiga.

Tujuan Pembuatan Kertas Kerja Audit


Untuk mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap pengauditan
Audit yang dilaksanakan oleh auditor terdiri dari berbagai tahap audit yang
dilaksanakan dalam berbagai waktu, tempat, dan pelaksana. Setiap audit tersebut
menghasilkan berbagai macam bukti yang membentuk kertas kerja. Pengkordinasian
dan pengorganisasian berbagai tahap audit tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan kertas kerja.
Sebagai pendukung yang penting terhadap pendapat akuntan atas laporan keuangan
yang diauditnya
Kertas kerja dapat digunakan oleh auditor untuk mendukung pendapatnya, dan
merupakan bukti bahwa auditor telah melaksanakan audit yang memadai.
Sebagai penguat kesimpulan akuntan dan kompetensi pengauditannya.
Auditor dapat kembali memeriksa kertas kerja yang telah dibuat dalam auditnya, jika
di kemudian hari ada pihak-pihak yang memerlukan penjelasan mengenai simpulan
atau pertimbangan yang telah dibuat oleh auditor dalam auditnya.
Sebagai Pedoman dalam pengauditan berikutnya.
Dari Kertas Kerja dapat diperoleh informasi yang sangat bermanfaat untuk audit
berikutnya jika dilakukan audit yang berulang terhadap klien yang sama dalam
periode akuntansi yang berlainan, auditor memerlukan informasi mengenai sifat usaha
klien, catatan dan ank e akuntansi klien, pengendaian intern klien, dan rekomendasi
perbaikan yang diajukan kepada klien dalam audit yang lalu, jurnal-jurnal adjustment
yang disarankan untuk menyajikan secara wajar laporn keuangan yang lalu.

Teknik Dasar Pembuatan Kertas Kerja Audit

Ada empat tehnik dasar yang digunakan dalam pembuatan kertas kerja. Keempat
tehnik tersebut adalah (Boynton,dkk) :
Pembuatan heading.
Nomor indeks
Tick marks
Pencantuman tanda tangan pembuat maupun penelaah, dan tanggal pembuatan serta
penelaahan.

Tipe Kertas Kerja :


Audit program
Agar tak menimbulkan kerancuan istilah maka perlu dipisahkan pengertian audit
program dan prosedur audit. Audit program (program pemeriksaan) merupakan daftar
prosedur pengauditan untuk seluruh pemeriksaan elemen tertentu. Sedangkan Prosedur audit
adalah instruksi terinci untuk mengumpulkan tipe bukti pemeriksaan tertentu yang harus
diperoleh

pada saat pemeriksaan.

Program pemeriksaan

dapat

digunakan untuk

merencanakan berapa orang yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan, serta jadwal
pemeriksaan yang direncanakan.
Working Trial Balance
Merupakan suatu daftar yang memuat saldo dari seluruh rekening buku besar pada
akhir tahun yang diperiksa dari akhir tahun sebelumnya, koreksi yang diusulkan serta saldo
menurut hasil pemeriksaan. Kertas kerja ini dapat pula dipisahkan menjadi Working Balance
Sheet dan Working Profit and Loss.
Summary of adjusment journal entries

Ringkasan ini merupakan daftar yang berisikan journal-journal koreksi yang diusulkan
kepada klien yang diperoleh selama pemeriksaan berlangsung.
Top Schedules
Merupakan kertas kerja pemeriksaan yang digunakan untuk meringkas informasi yang
dicatat dalam daftar pendukung untuk rekening-rekening yang berhubungan.
Supporting schedules
Merupakan kertas kerja yang memuat detail dari pada temuan hasil pemeriksaan, serta
koreksi-koreksi yang ada, serta memuat berbagai informasi dan teknik pemeriksaan yang
dilaksanakana oleh akuntan.
Dengan kata lain supporting schedule merupakan rincian dari pada top schedule.
Tahap penyusunan audited financial statment :
a). Pembuatan atau pengumpulan daftar pendukung (supporting schedules) sebagai langkah
pengumpulan bukti pemeriksaan.
b). Penyusunan daftar utama (lead schedules atau top schedules) dengan cara meringkas
supporting schedules dan summary of adjustment journals entris.
c). Meringkas informasi yang tercantum dalam daftar utama dan daftar pendukung ke dalam
Working Trial Balance.
d). Menyusun Audited Financial Statements.

Susunan kertas kerja audit


a.

Draft laporan pemeriksaan ( audit report ).

b.

Audited financial statements.

c.

Ringkasan informasi bagi penelaah.

d.

Program pemeriksaan.

e.

Laporan keuangan atau neraca lajur yang dibuat klien.

f.

Ringkasan journal adjustment.

g.

Working trial balance.

h.

Top schedule.

i.

Supporting schedule.

Pengarsipan kertas kerja audit


Current File, yaitu arsip pemeriksaan tahunan yang diperoleh dari pemeriksaan
tahun berjalan, informasi dari current file pada umumnya mempunyai manfaat untuk tahun
yang diperiksa.Contoh : Neraca saldo, Berita acara kas opname, Rekonsiliasi bank, Rincian
piutang, Rincian persediaan Rincian utang, Rincian biaya dan lain lain (Boynton,dkk).
Permanent File, merupakan arsip kertas kerja yang secara relatif tidak mengalami
perubahan. Arsip ini dapat digunakan berulang ulang untuk beberapa periode pengauditan.
Contoh : Akte pendirian, accounting manual (pedoman akuntansi), kontrak-kontrak, notulen
rapat (Boynton,dkk)
Tujuan dari permanent file :
Sebagai acuan yang digunakan untuk pemeriksaan tahun-tahun mendatang.
Memberikan ringkasan mengenai kebijakan dan organisasi klien bagi staff yang baru
pertamakali menangani pemeriksaan laporan keuangan.
Untuk menghindari pengulangan pembuatan kertas kerja yang sama dari tahun ke
tahun.
Corespondence file, merupakan arsi surat menyurat, facsimili dan lain lain.

Kepemilikan kertas kerja audit

Kertas kerja audit akuntan yang disusun selama pelaksanaan audit, baik yang disusun
oleh auditor sendiri maupun yang disusunkan oleh klien untuk auditor, adalah milik auditor
(akuntan publik); oleh karena itu semua kertas kerja tersebut harus disimpan oleh auditor
dengan sebaik-baiknya, dalam arti disimpan secara teratur sesuai dengan urutan yang logis.
Kertas kerja yang dikumpulkan oleh akuntan merupakan data-data rahasia yang menjadi
milik perusahaan, oleh karenanya akuntan berkewajiban untuk menjaga kerahasiaan tersebut
jangan sampai data tersebut jatuh pada pihak-pihak yang tidak diinginkan perusahaan.
Walaupun kertas kerja tersebut milik auditor, tetapi auditor dilarang memperlihatkan
atau membocorkan informasi yang ada pada kertas kerja tersebut kepada pihak ketiga tanpa
seizin kliennya, kecuali atas perintah pengadilan atau profesi akuntan. Selama melaksanakan
audit, auditor memperoleh sejumlah informasi yang sifatnya rahasia antara lain berupa
informasi tentang gaji karyawan penting (key personels), rencana advertensi, data biaya
produksi dan metode penentuan harga jual produk. Jika auditor membocorkan informasiinformasi pada pihak ketiga atau kepada karyawan kliennya, maka auditor tersebut dapat
dimintai pertanggung jawabannya atau dituntut ke pengadilan (Boynton,dkk).

Kasus Hanlon, Inc.

Latar Belakang Perusahaan


Hanlon, Inc. merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur yang
menjual computer PC (Personal Computer/PC).

Adapun kegiatan operasional yang

dilakukan diperusahaan tersebut adalah di Hoopshire, New Hampshire yang terletak di


lokasi kantor yang sama. Produk yang didistribusikan secara nasional melalui outlet
pengecer /retail seperti Abcess III dan Computer Country serta toko-toko diskon lainnya.

Hanlon, Inc. telah beroperasi selama 7 tahun. Firma Anda telah mengaudit Hanlon,
Inc. sejak berdirinya perusahaan tersebut. Berikut adalah laporan keuangan untuk tiga
tahun terakhir beserta data industry dapat dilihat di Exhibit 4.12 dan 4.13.

Permasalahan
Hanlon merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang menjual computer PC
(personal Computer) yang pertama, dan ikut menikmati pertumbuhan yang signifikan
selama 5 tahun pertama eksistensinya. Seiring dengan meningkatnya jumlah perusahaan
yang masuk dalam industry tersebut, Hanlon, Inc. mulai mengalami penurunan pada
earning.
Pada tahun keenam, Hanlon berjuang untuk mengatasi masalah aliran kas (Cash
Flow) dan terancam mengalami kerugian (Net loss). Keberhasilan negosiasi dengan
Hoopshire National Bank dan perusahaan Trust mengenai pinjaman sebesar USD 1
Milyar dapat mengatasi masalah likuiditas untuk sementara waktu, dengan tingkat bunga
pinjaman sebesar 10% dan angsuran sebesar $100.000,- pertahun, dan dimulai pada tahun
ke 8.

Pertanyaan
Buatlah laporan keuangan komperatif dengan menambahkan kolom pada Neraca
untuk persentase dari total asset, dan pada laporan laba rugi untuk persentase dari
penjualan.
Hitunglah rasio-rasio untuk 3 tahun diatas:
Inventory turnover
Accounts Receivable Turnover
Operating Margin
Persentase of long term debt to total capital structure (long-term debt plus
stockholders' equity)

Current Ratio
Quick Ratio

Hitunglah Rata-rata industy mengacu pada data berikut:


Bandingkan rata-rata industry antara Hanlon, Inc dengan Industry
Bandingkan data tahun ini dengan tahun sebelumnya
Identifikasi area dimana diperlukan investigasi lebih lanjut
Indentifikasi penyebab perbedaan yang terdapat pada No. 3 diatas

1.4 Penyelesaian
1.4.C.1 Perbandingan Hanlon, Inc dengan Rata-rata industry
Inventory turnover
Inventory turnover diperoleh dengan membandingkan harga pokok penjualan dengan
rata-rata persediaan.
Cost of Good Sold
Average Inventory

Apabila suatu perusahaan mempunyai rasio perputaran persediaan yang lebih rendah
dibanding ratio rata-rata industrinya, maka hal ini akan menunjukkan adanya persediaan
yang sudah usang atau persediaan terlalu tinggi yang berarti lambatnya penjualan atau
terlalu banyaknya persediaan ditangan, sehingga dapat mengurangi kemampuan
perusahaan memperoleh laba.
Tingkat perputaran atau Turn over 1,3x menunjukkan bahwa setiap tahun rata-rata
persediaan Hanlon, Inc. mengalami penurunan atau kurang bisa mengatur perputaran
persediaannya. Sehingga jika dilihat dalam tahun x7 selama 259 hari lebih lambat

perputarannya jika dibandingkan rata-rata industry selama 120 hari atau 3x, jadi bisa
dikatakan bahwa dalam menjual produknya Hanlon, Inc sangat buruk karena terlambat
dalam perputaran persediaannya.
Account Receivable Turnover

Turnover atau ratio antara penjualan dan piutang rata-rata adalah 6,2 menunjukkan
bahwa penagihan piutang kira-kira 6,2 kali dalam satu tahun. Jika dibandingkan dengan
rata-rata industry adalah 10 kali sehingga bisa disimpulkan bahwa Hanlon, Inc. tidak
efektif dalam menagih piutangnya. Ratio 625% menunjukkan bahwa setiap $ 6,25
penjualan maka sebesar $ 1,- tidak dapat ditagih sampai akhir tahun tersebut.
Debt to equity Ratio
Ratio ini menunjukkan berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan
jaminan hutang. Bagi bank, semakin besar ratio ini maka akan semakin menguntungkan,
tetapi bagi pihak perusahaan makin besar ratio ini berarti akan semakin besar resiko yang
ditanggung atas kegagalan perusahaan yang mungkin terjadi. Jika dilihat pada
perusahaan Hanlon, Inc ratio debt equity adalah 171,7% dengan rata-rata industry 50%.
Dapat disimpulkan bahwa perusahaan Hanlon, Inc memiliki hutang $1,71 dan modal $1,sehingga dengan modal tersebut Hanlon tidak bisa menutupi hutangnya yang jauh lebih
besar dibandingkan modalnya sendiri dengan rata-rata industry hutang $1 dan modal $2.
Current ratio
Ratio lancar menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek,
atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang tersebut dalam jangka pendek.
Suatu perusahaan dengan ratio lancar yang tinggi belum tentu menjamin akan dapat
dibayarnya hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo karena proporsi atau distribusi
dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan. Jika dilihat pada Hanlon, Inc. untuk tahun

x7 menunjukkan bahwa dengan rata-rata industry sebesar $2,00 atau 200% sedangkan
perusahaan hanya mempunyai kemampuan untuk melunasi hutangnya sebesar $1,73 atau
173% maka dapat disimpulkan bahwa Hanlon, Inc. akan mengalami kesulitan untuk
membayar hutangnya sesuai dengan jatuh tempo yang telah disepakati.
Quick ratio
Ratio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melunasi hutangnya, apakah cepat
atau lambat. Dari hasil rasio cepat yang ada pada Hanlon, Inc. dapat disimpulkan bahwa
perusahaan mempunyai aset lancar inventory sebesar $0,62 untuk melunasi hutang lancar
sebesar $1. Hal ini tidak baik karena perusahan tidak memiliki likuiditas yang baik.

Profit Margin
Dari hasil rasio margin laba pada Hanlon, Inc. dapat disimpulkan bahwa perusahaan
tersebut sangat profitable pada tahun x7 dimana tingkat provitabilitasnya sebesar 12,2%
dari penjualan. Hal ini lebih baik dibandingkan dengan rata-rata industry sebesar 5%.

1.4.C.2 Perbandingan data tahun ini dengan tahun sebelumnya:


Pada rasio Inventory turnover, rata2 industri adalah 3 atau setiap 120 hari.

pada tahun X5 = 4.29 (atau inventory berputar setiap 85 hari)


pada tahun X6 = 2,28 (atau inventory berputar setiap 158 hari)
pada tahun X7 = 1,3 (atau inventory berputar setiap 259 hari)

Pada ratio account receivable turnover, rata industri adalah 10 atau setiap 36.5 hari

sedangkan Hanlon :
pada tahun X5 = 13.95 (atau collection of account receivable setiap 26 hari)
pada tahun X6 = 9.42 (atau collection of account receivable setiap 38 hari)
pada tahun X7 = 6.25 (atau collection of account receivable setiap 57 hari)

Pada profit margin, Hanlon berada di atas rata2 industri kecuali pada tahun X6

1.4.C.3 Prediksi untuk masa yangl akan datang:


Profit Margin tahun X7 (unaudited) Hanlon Inc. naik secara signifikan dibanding
tahun X6 (audited). Sedangkan kenaikan sales tidak sebanding dengan kenaikan profit
Hanlon Inc.
Total debt lebih besar dibandingkan dengan total equity jika dibandingkan dengan rata
rata industry. Hal ini akan menunjukan likuiditas Hanlon Inc. lebih rendah
dibandingkan dengan rata-rata industry.
Perputaran piutang perusahaan pada tahun x7 lebih kecil dibandingkan dengan ratarata industri atau bisa dikatakan bahwa Hanlon Inc. tidak efisien dalam menagih
piutang sehingga mengakibatkan adanya piutang yang tidak dapat ditagih.

1.4.C.4 Faktor-Faktor Penyebab perbedaan Hal tersebut diatas:


Untuk Neraca X7 pada Hanlon, Inc. banyak terdapat kesalahan dikarenakan dalam
penyajian laporan keuangan tersebut data-data keuangannya belum diaudit.
Hanlon Inc. pada tahun X7 baru saja mendapat pinjaman hutang dari Bank
Internasional sehingga mengakibatkan DER (debt to equity ratio) naik secara
signifikan.

Hanlon, Inc. tidak efektif dalam menagih piutangnya jika dibandingkan dengan ratarata industry. Hal ini terjadi karena piutang pada tahun X7 dibayarkan setelah 58 hari
(365hari/6,25) dan rata-rata industry menagih piutangnya dalam 36 hari (365hari/10).

PENJELASAN RATIO :

Inventory turnover (Perputaran Persediaan)


Perputaran persediaan merupakan komponen utama dari barang yang dijual,
oleh karena itu, semakin tinggi persediaan berputar semakin efektif perusahaan dalam
mengelola persediaan. Perputaran persediaan (inventory turnover) dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
Perputaran persediaan = Harga Pokok Penjualan
Rata-rata Persediaan
Account Receivable Turnover (Perputaran Piutang)
Perputaran piutang atau account receivable turnover merupakan ukuran
efektivitas pengelolaan piutang. Semakin cepat perputaran piutang, semakin efektif
perusahaan dalam mengelola piutangnya. Piutang berkaitan dengan penjualan kredit,
sehingga rumus untuk menghitung perputaran piutang adalah :
Perputaran piutang = Penjualan Kredit
Rata-rata Piutang
Debt to Equity Ratio (Hutang dengan Modal Sendiri)
Rasio hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) merupakan imbangan
antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio
ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Bagi
perusahaan, sebaiknya besarnya hutang tidak boleh melebihi modal sendiri agar beban

tetapnya tidak terlalu tinggi. Untuk menghitung debt to equity ratio bisa
menggunakan rumus sebagai berikut :
Debt to Equity Ratio = Total hutang

x 100%

Modal
Current Ratio
Current Ratio adalah rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang
dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek. Aktiva lancar disini meliputi kas,
piutang dagang, efek, persediaan, dan aktiva lancar lainnya. Sedangkan hutang jangka
pendek meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji, dan hutang
lainnya yang segera harus dibayar. Rumus current ratio adalah :
Current Ratio = Aktiva Lancar
Hutang Lancar
Quick Ratio
Quick Ratio merupakan rasio antara aktiva lancar sesudah dikurangi
persediaan dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan besarnya alat likuid yang
paling cepat yang bisa digunakan untuk melunasi hutang lancar. Persediaan dianggap
aktiva lancar yang paling tidak lancar, sebab untuk menjadi uang tunai (kas)
memerlukan dua langkah yakni menjadi piutang terlebih dahulu sebelum menjadi kas.
Formulasi untuk menghitung Quick ratio adalah :
Quick Ratio = Aktiva Lancar - Persediaan
Hutang Lancar
Profit Margin
Profit margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai. Semakin besar tingkat
keuntungan menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan.
Rumus yang bisa digunakan adalah sebagai berikut :

Profit Margin = Laba Kotor x

100%

Penjualan

ANALISIS KASUS HANLON

Jika melihat kondisi ratio keuangan yang ditemukan di perusahaan, Hanlon


mengalami financial distress. Masalah keuangan ini terjadi salah satunya dengan melihat
ratio Account Receivable turnover, dimana :
Hanlon tidak efektif dan tidak dapat menagih piutangnya
Ketidakhati-hatiannya Hanlon dalam memberikan penjualan kreditnya
Penjualan kredit yang tidak di control
Tidak adanya kebijakan pemberian kredit dan penagihan piutang yang dilakukan
Hanlon
Sehingga menyebabkan tidak adanya efektivitas pengelolaan piutang perusahaan
yang baik yang seharusnya dilakukan oleh Hanlon.

Pada Debt to to Equity Ratio, kami mendapati jumlah hutang yang jauh lebih besar
dari modalnya sendiri. Sehingga Hanlon memiliki modal sendiri yang lebih sedikit
dibandingkan dengan hutangnya. Dari sudut pandang Current Ratio juga dapat dilihat
bahwasannya Hanlon mengalami kesulitan untuk membayar hutangnya sesuai dengan jatuh
tempo yang telah disepakati. Terlihat jelas, bahwasannya keadaan ratio-ratio pada Hanlon
menggambarkan kondisi yang mengarah pada kesangsian atas kelangsungan hidup
perusahaannya.
Berikut ini adalah contoh kondisi dan peristiwa yang mengarah pada kesangsian atas
kelangsungan hidup perusahaan (SA Seksi 341) :
Trend negatif, sebagai contoh

kerugian operasi yang berulang kali terjadi,

kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio keuangan
penting yang jelek.
Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, sebagai contoh kegagalan
dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan
pembayaran deviden, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan
pembelian kredit biasa restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber
atau metode pendanaan baru atau penjualan sebagian besar aktiva.
Masalah intern, sebagai contoh pemogokan kerja atau disebut juga kesulitan
hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses projek tertentu,
komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis kebutuhan untuk mencari
sumber atau metode pendanaan baru atau penjualan sebagian besar aktiva.
Masalah luar yang terjadi, sebagai contoh pengaduan gugatan pengadilan,
keluarnya undang-undang, atau masalah-masalah lain yang kemungkinan
membahayakan kemampuan perusahaan untuk beroperasi, kehilangan franchise,
lisensi atau paten penting, kehilangan pelanggan atau pemasok utama, kerugian
akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak
diasuransikan atau diasuransikan namun dengan pertanggungan yang tidak
memadai.

Pada ratio Account receivable turnover, fakta yang kami temukan adalah tidak adanya
efektivitas pengelolaan piutang perusahaan yang baik yang seharusnya dilakukan oleh
Hanlon. Tetapi ini sangat berbanding terbalik dengan Profit Margin yang dihasilkan oleh
Hanlon pada tahun x7. Ini membuktikan bahwa adanya Penjualan fiktif yang dilakukan oleh
Hanlon. Penjualan fiktif yang dilakukan Hanlon bertujuan untuk menutupi modal nya sendiri
yang sedikit dengan hutangnya yang jauh lebih besar. Penjualan fiktif yang dilakukan Hanlon
dengan cara memasukkan penjualan tahun x8

ke dalam penjualan tahun x7 yang

menyebabkan profitabilitas Hanlon meningkat pada tahun x7.

Auditor menetapkan penerimaan opini audit going concern apabila dalam proses audit
ditemukan kondisi dan peristiwa yang mengarah pada kesangsian terhadap kelangsungan
hidup perusahaan. Evaluasi terhadap kelangsungan usaha perusahaan ini meliputi (SA Seksi
341) :
Auditor mempertimbangkan apakah seluruh hasil prosedur yang dilaksanakan
menunjukkan adanya sebuah kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas (tidak lebih dari
satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit). Mungkin diperlukan
informasi tambahan mengenai kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti yang
mendukung informasi yang mengurangi kesangsian auditor.
Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, auditor
harus:
Memperoleh informasi mengenai sebuah rencana manajemen yang ditujukan
untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.
Menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat secara efektif
dilaksanakan.

Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia akan mengambil kesimpulan


apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas.

KESIMPULAN
Dengan terjadinya peningkatan akun penjualan tetapi perputaran persediaan yang
lama dan penagihan piuatng yang lambat ini terlihat jelas bahwa internal kontrol perusahaan
kurang berjalan. Yang terjadi pada Hanlon adalah dimana penjualan perusahaan yang asal
menjual atau akun penjualan itu sendiri yang fiktif atupun pemberiaan piutang kepada
pelanggan yang tidak memperhatikan kemampuan keuangan pelanggan.
Dari Debt to Equity Ratio, Hanlon juga memperlihatkan peningkatan yang sangat
signifikan. Yang menunjukkan semakin tinggi rasio ini modal sendiri sedikit dibanding
dengan hutangnya. Maka disini dapat disimpulkan kelangsungan hidup (going concern)
perusahaan ini dipertanyakan, apakah perusahaan mampu membayar hutangnya yang telah
jatuh tempo.
SARAN
Auditor harus melakukan investigasi lebih lanjut, sehingga opini yang diberikan
sesuai dengan bukti-bukti yang lengkap yang diperoleh dari prosedur audit yang
sempurna. Untuk itu harus dilakukan fokus audit terhadap akun-akun penjualan
ini. Akun-akun ini merupakan akun yang material sehingga diperlukan bukti-bukti
yang cukup banyak untuk dapat meyakinkan auditor.
Penjualan fiktif yang dilakukan Hanlon bertujuan untuk menutupi modal nya sendiri yang
sedikit dengan hutangnya yang jauh lebih besar. Untuk itu Hanlon harus menambah modal
untuk menyelamatkan perusahaan jika perusahaan Hanlon itu sendiri tidak mau mendapat
opini Audit Going Concern. Dan kemudian Hanlon juga harus melakukan penjaminan atas
piutang dan kemudian bisa juga mengalihkan saham.

Вам также может понравиться