Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
c. Pusat makan
Nukleus ventromedialis merupakan pusat kenyang, kerusakan lokal nucleus ventromedialis
bilateral menyebabkan hiperfagi. Nukleus hipotalamus lateralis merupakan pusat makan
(feeding center). Kedua nukleus ini disebut appestat.
d. Pusat ekspresi emosi
Nukleus ventromedialis dan lateralis berperan dalam respon takut dan marah. Pada binatang
percobaan marah dapat ditimbulkan dengan merusak kedua nukleus ventromedialis atau
merangsang nukleus lateralis. Namun efek ini tidak timbul bila sebelumnya kedua amigdala
dihilangkan.
e. Pusat tidur dan terjaga
Lesi bilateral hipotalamus anterior menyebabkan insomnia pada binatang percobaan
sedangkan lesi hipotalamus posterior menyebabkan arousable hipersomnolen.
f. Pusat hadiah dan hukuman (reward dan punishment)
Stimulasi nukleus ventromedialis menyebabkan rasa tidak enak (unpleasant feeling) sedang,
stimulasi nucleus preoptikus menyebabkan rasa menyenangkan (good feeling).
g. Pusat keseimbangan air
Nukleus supraoptikus berperan dalam mengatur keseimbangan cairan tubuh. Kerusakan
nukleus ini atau kerusakan pada hubungannya dengan hipofisis menyebabkan diabetes
insipidus. Kenaikan tekanan osmosis pada darah yang menuju nukleus supraoptikus
menyebabkan pelepasan hormon antidiuretik (vasopresin). Pengaturan sekresi hormon
endokrin oleh kelenjar hipofisis anterior Perangsangan area tertentu hipotalamus juga
menyebabkan kelenjar hipofisis anterior menyekresikan hormon-hormonnya. Kelenjar
hipofisis anterior menerima suplai darahnya terutama dari darah yang mula-mula mengalir
melalui hipotalamus bagian bawah dan selanjutnya memasuki sinus-sinus vaskuler hipofisis
anterior. Sebelum aliran darah yang melewati hipotalamus mencapai hipofisis anterior,
berbagai nukleus hipotalamus menyekresikan hormon-hormon pelepas dan hormon-hormon
penghambat ke dalam darah. Selanjutnya hormon-hormon ini diangkut dalam darah menuju
hipofisis anterior, tempat mereka mempengaruhi sel-sel glandular untuk mengatur pelepasan
hormon-hormon hipofisis anterior. Badan sel neuron yang menyekresi hormon pelepas dan
hormon penghambat ini terutama terdapat di dalam nukleus medial basal hipotalamus. Akson
dari nukleus ini selanjutnya berproyeksi pada eminensia mediana, yang merupakan
pembesaran area tangkai hipofisis (infundibulum) dan akson ini bermula dari tepi inferior
hipotalamus. Di tempat inilah ujung-ujung saraf menyekresikan hormon pelepas dan hormon
penghambatnya. Selanjutnya hormon-hormon ini diabsorbsi ke dalam kapiler darah di
eminensia mediana dan diangkut ke dalam darah ke bawah sepanjang infundibulum menuju
sinus-sinus vaskular hipofisis anterior. Hampir semua sekresi kelenjar hipofisis diatur baik
oleh hormon atau sinyal saraf yang berasal dari hipotalamus. Sekresi dari kelenjar hipofisis
posterior diatur oleh sinyal-sinyal saraf yang berasal dari hipotalamus dan berakhir pada
2
hipofisis posterior. Sebaliknya sekresi kelenjar hipofisis anterior diatur oleh hormon-hormon
yang disebut hormon (atau faktor) pelepas hipotalamus dan hormon (faktor) penghambat
yang disekresikan ke dalam hipotalamus sendiri dan selanjutnya dijalarkan ke hipofisis
anterior. Di dalam kelenjar hipofisis anterior, hormon pelepas dan hormon penghambat ini
bekerja terhadap sel kelenjar dan mengatur sekresi kelenjar tersebut. Hipotalamus selanjutnya
menerima sinyal-sinyal dari hampir semua sumber yang mungkin dalam sistem saraf. Jadi
hipotalamus dianggap sebagai pusat pengumpul informasi mengenai kesehatan dalam tubuh,
dan sebaliknya sebagian besar dari informasi ini digunakan untuk mengatur sekresi sebagian
besar hormon hipofisis yang sangat penting.
juga dinamai adenohipofisis (adeno artinya kelenjar). Hipofisis anterior dan posterior
hanya memiliki kesamaan lokasi.
Besarnya kelenjar hipofisis berbeda-beda, dimana lobus anterior terdiri dari dua pertiga
bagian. Ukuran hipofisis kira kira 15 X 10 X 6 mm dan beratnya 500-900 mg. pada
kehamilan ukurannya bisa dua kali lipat. Karena bentuk sella tursika menyesuaikan diri
dengan bentuk dan ukuran kelenjar, maka struktur tulang ini berbeda beda.
Kelenjar hipofisis anterior merupakan kelenjar yang mempunyai banyak sekali pembuluh
darah dengan sinus kapiler yang sangat luas di sepanjang sel-sel kelenjar. Hampir semua
darah yang memasuki sinus ini mula-mula akan melewati ruang kapiler (capillary bed) pada
bagian bawah hipotalamus. Darah kemudian melewati pembuluh porta hipotalamus-hipofisis
kecil ke sinus hipofisis anterior. Bagian paling bawah dari hipotalamus yang disebut
eminensia mediana yang di bagian inferior berhubungan dengan tangkai hipofisis. Arteri kecil
menembus ke dalam substansi eminensia mediana dan kemudian pembuluh-pembuluh darah
tambahan yang lain kembali ke permukaan eminensia, bersatu untuk membentuk pembuluhpembuluh darah porta hipotalamus-hipofisis. Pembuluh-pembuluh darah ini sebaliknya akan
berjalan ke bawah sepanjang tangkai hipofisis untuk mengalirkan darah ke sinus hipofisis
anterior.
hanya mensekresi hormon pelepas dan hormon penghambat hipotalamus saja ke dalam cairan
jaringan. Hormon-hormon ini segera diabsorbsi ke dalam kapiler sistem porta hipotalamus
-hipofisis dan langsung diangkut ke sinus kelenjar hipofisis anterior.
Hormon pelepas dan hormon penghambat berfungsi mengatur sekresi hormon hipofisis
anterior. Untuk sebagian besar hormon hipofisis anterior, yang penting adalah hormon
pelepas. Hormon-hormon pelepas dan penghambat hipotalamus yang terpenting adalah
Hormon-pelepas tiroid (TRH), yang menyebabkan pelepasan hormon perangsang tiroid.
Hormon-pelepas kortikotropin (CRH), yang menyebabkan pelepasan adrenokortikotropin.
Hormon pelepas hormon pertumbuhan (GHRH), yang menyebabkan pelepasan hormon
pertumbuhan, dan hormon prnghambat hormon pertumbuhan (GHIH), yang mirip dengan
hormon somatostatin dan menghambat pelepasan hormon pertumbuhan. Hormon-pelepas
gonadotropin (GnRH), yang menyebabkan pelepasan dari dua hormon gonadotropik, hormon
lutein dan hormon-perangsang folikel. Hormon penghambat prolaktin (PIH), yang
menghambat sekresi prolaktin.
Sebagai tambahan, terhadap hormon-hormon hipotalamus ini, sebenarnya masih ada hormonhormon lain yang merangsang sekresi prolaktin, dan beberapa hormon penghambat
hipotalamus yang menghambat beberapa hormon hipofisis anterior lainnya. Sebelum
diangkut ke kelenjar hipofisis anterior, semua atau hampir semua hormon hipotalamus
disekresi oleh ujung serat saraf yang terletak di dalam eminensia mediana. Perangsangan
listrik pada daerah ini merangsang ujung-ujung saraf dan pada dasarnya menyebabkan
pelepasan semua hormon hipotalamus.
1.1.3 Kelenjar Adrenal
Kedua kelenjar adrenal, yang masing-masing mempunyai berat kira-kira 4 gram, terletak di
kutub superior dari kedua ginjal. Tiap kelenjar terdiri atas dua bagian yang berbeda, yakni
medula adrenal dan korteks adrenal. Medula adrenal, yang merupakan 20 persen bagian
kelenjar terletak di pusat kelenjar, dan secara fungsional berkaitan dengan sistem saraf
simpatis; mensekresi hormon-hormon epinefrin dan norepinefrin sebagai respons terhadap
rangsangan simpatis.
Korteks adrenal mensekresi kelompok hormon yang berbeda, yakni kortikosteroid. Hormon
ini seluruhnya disintesis dari kolesterol steroid, dan semuanya mempunyai rumus kimia yang
sama. Ada dua jenis hormon adrenokortikal yang utama, yakni mineralokortikoid dan
glukokortikoid, yang disekresikan oleh korteks adrenal. Selain hormon ini, korteks adrenal
juga mensekresi sedikit hormon kelamin, terutama hormon androgen, yang efeknya pada
tubuh hampir mirip dengan hormon kelamin pria testosteron. Disebut mineralokortikoid
karena hormon ini terutama mempengaruhi elektrolit (mineral) cairan ekstraseluler, terutama
natrium dan kalium. Disebut glukokortikoid karena hormon ini mempunyai efek yang penting
dalam meningkatkan konsentrasi glukosa darah. Glukokortikoid ini juga mempunyai efek
tambahan pada metabolisme protein dan metabolisme lemak yang sama pentingnya untuk
fungsi tubuh dengan efek glukokortikosteroid pada metabolism karbohidrat.
Dari korteks adrenal dapat dikenali lebih dari 30 jenis steroid, namun hanya dua jenis yang
berguna untuk fungsi endokrin manusia: aldosteron, yang merupakan mineralokortikoid yang
utama, dan kortisol, yang merupakan glukokortikoid yang utama. Korteks adrenal terdiri atas
3 lapisan yang relatif berbeda. Aldosteron disekresi oleh zona glomerulosa, yang merupakan
lapisan permukaan yang paling luar dan paling tipis. Kortisol dan beberapa glokokortikoid
lain disekresikan oleh zona fasikulata, yakni lapisan tengah, dan zona retikularis, yang
merupakan lapisan terdalam. Keadaan-keadaan yang meningkatkan pengeluaran aldosteron
juga menyebabkan hipertrofi zona glomerulosa namun tidak akan mempengaruhi kedua zona
yang lain. Sebaliknya, faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya sekresi kortisol dan
adrenal androgen menyebabkan hipertrofi zona fasikulata dan zona retikularis namun sangat
sedikit atau sama sekali tidak mempengaruhi zona glomerulosa; keadaan ini dapat terjadi bila
ada perangsangan kelenjar oleh hormon adrenokortikotropik (ACTH) dari kelenjar hipofisis
anterior.
Semua hormon adrenokortikal merupakan senyawa steroid. Hormon ini terutama dibentuk
dari kolestrol yang diabsorbsi secara langsung dari sirkulasi darah yakni dengan proses
endositosis melewati membran sel. Membran ini mempunyai reseptor spesifik untuk
lipoprotein densitas rendah yang mengandung kolesterol dengan konsentrasi sangat tinggi,
dan proses pelekatan lipoprotein ini dengan membran akan meningkatkan proses endositosis.
Sejumlah kecil kolesterol juga disintesis di dalam sel-sel korteks dari asetil koenzim A. Asetil
koenzim A juga dipergunakan untuk membentuk hormonhormon adrenokortikal. Pada
dasarnya semua tahap pembentukan ini terjadi dalam kedua organel sel berikut, mitokondria
dan retikulum endoplasma, beberapa langkah tadi terjadi dalam salah satu organel dan
beberapa tahap lain terjadi dalam organel lain. Setiap tahap dikatalisis oleh enzim spesifik.
Perubahan satu enzim dalam skema ini dapat menyebabkan terbentuknya jenis dan jumlah
hormon yang sangat berbeda. Kortisol merupakan glukokortikoid utama yang berperan
penting dalam metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak, membantu aktivitas hormon lain
serta membantu mengatasi stres. Beberapa fungsi kortisol diantaranya :
- Efek metabolik
Efek keseluruhan dari pengaruh metabolik kortisol adalah meningkatkan konsentrasi glukosa
darah dengan mengorbankan simpanan protein dan lemak. Secara spesifik, kortisol
melaksananan fungsi-fungsi berikut: Merangsang glukoneogenesis hati, yang mengacu pada
perubahan sumber-sumber non karbohidrat (yaitu asam amino) menjadi karbohidrat di hati.
Glukoneogenesis adalah faktor penting untuk mengganti simpanan glikogen hati dan
mempertahankan kadar glukosa darah yang normal di antara waktu makan. Penggantian ini
penting karena otak hanya dapat menggunakan glukosa sebagai bahan bakar metaboliknya,
namun jaringan saraf sama sekali tidak bisa menyimpan glikogen. Menghambat penyerapan
dan penggunaan glukosa oleh banyak jaringan, kecuali otak, sehingga glukosa dapat
digunakan oleh otak yang mutlak memerlukannya sebagai bahan bakar metabolik.
Merangsang penguraian protein di banyak jaringan terutama otot. Dengan menguraikan
sebagian protein otot menjadi asam-asam amino konstituennya, kortisol meningkatkan
konsentrasi asam amino darah. Asam asam amino yang dimobilisasi ini siap digunakan untuk
glukoneogenesis atau dipakai di tempat lain yang memerlukannya. Meningkatkan lipolisis,
6
Studi epidemiologi mengindikasikan bahwa factor psikososial adalah kuat dan independen
berkaitan dengan perkembangan penyakit arteri koroner (CAD) dan meningkatkan resiko
disfungsi jantung dan peristiwa jantung. Itu sudah diusulkan bahwa stress mental di setiap
hari kehidupan adalah hal penting yang menentukan perjalanan iskemi. Stres psikologi akut
disebabkan oleh stress emosi jangka pendek dan kemarahan yang intens. Stres psikologi
kronik disebabkan oleh status sosioekonomi rendah, stress pekerjaan, tarikan kronis, isolasi
social, tekanan, kecemasan dan permusuhan. Dalam tulisan ini, kita melihat seleksi studi
yang menujukan peran factor psikologi dan progresi CAD dan fungsi imun. Ini mengantarkan
klinisi untuk memahami pentingnya kekebalan sebagai sebuah hubungan antara pikiran dan
system kardiovaskuler. Ini akan juga menyediakan dasar untuk pembangunan sebuah model
stres integrative untuk mencegah CAD dengan mencaga kesehatan mental.
Stres merangsang kemotaksis lewat perubahan dalam fungsi endotel
Stres psikologi mengaktivasi SNS (system saraf simpatis) yang mengatur denyut jantung dan
pelepasan katekolamin dan HPA aksis yang mengatur pelepasan kortikosteroid dari kelenjar
adrenal. Pada stress psikologi akut, katekolamin secara dominan mempengaruhi sirkulasi sel
NK. Hubungan antara stress akut, SNS dan leukosit diilustrasikan dalam gambar 1. Pada
stress kronik, aktivitas HPA aksis mungkin berkurang, merangsang lelah dan peningkatan
aktivasi inflamasi yang dimediasi oleh imun.
Hubungan antara stress akut, system saraf simpatis dan sel darah putih (Ho, et al., 2010).
Lebih jauh, stimulasi reseptor Beta adrenergic merangsang perubahan ekspresi molekul sel
adhesi (Gbr. 2). Di bawah stress psikologi rendah, CD62L sel NK dengan L-selectin (CD62
ligand) menempel lemah ke sel endotel yang mengekspresikan reseptor dimobilisasi. Lebih
jauh, akan ditingkatkan konsentrasi dari molekul adhesi seperti ICAM 1 dan CD11a di bawah
tingkat stress psikologi tinggi atau sendiri. Peningkatan konsentrasi molekul adhesi
menyebabkan CD62 sel NK menghentikan gulungan dan menempel pada tempat
meningkatkan molekul adhesi. Disfungsi endotel juga menghasilkan perekrutan dan
penempelan limfosit T dan platelet. Aktivasi sel T pada gilirannya menghasilkan sitokin
proinflamasi, seperti factor nekrosis tumor-alfa (TNF alfa), interleukin (IL)-1 dan IL-6 yang
8
menstimulasi makrofag dan sel endotel pembuluh darah dan memperkuat aliran proses
inflamasi. Pada akhirnya ini akan merangsang kondisi dini atherosclerosis molekul adhesi. Di
bawah stress psikologi tinggi, L-selectin dari sel NK tidak berperan menggerakkan dan CD62
sel NK akan ditahan di dalam tepi genangan pembuluh darah atau jaringan di luar pembuluh
darah. Malahan, CD62 sel NK tanpa L-selectin akan dimana makrofag dan sel
imunokompeten lainnya menyebabkan inflamasi local dan pembentukan plak. Pembentukan
thrombus local membangkitkan serotonin, tromboxan A2, dan thrombin yang menyebabkan
vasokonstriksi dan kemudian merangsang sindrom koroner akut (ACS) dengan rupture dari
plak. Protein fase akut seperti C-reactive protein (CRP) merangsang otot polos dan sel
endothelial mengelilingi plak arteri koroner, menghasilkan lebih banyak sitokin proinflamasi
dan memicu ekspresi lebih molekul adhesi. CRP diprediksi sebuah bagian tidak baik dalam
ACS tidak bergantung keberatan atherosclerosis dan dihubungkan secara signifikan dengan
gagal jantung kongesti (CHF).
Jalur yang menggambarkan bagaimana tingkat stress yang tinggi dapat menyebabkan
peningkatan adhesi sel molecular ke sel endothel melalui system saraf simpatis (Ho, et al.,
2010).
Stres merangsang penyakit arteri koroner melalui perubahan pada monosit dan sitokin
Gambar dibawah ini menunjukkan peran limfosit dan sitokin dalam perkembangan CAD di
bawah stress akut dan kesendirian. Status sosioekonomi rendah mungkin meningkatkan
resiko CAD melalui inflamasi sedang dan aktivasi imun. Status sosioekonomi rendah
dihubungkan dengan jumlah total sel NK dan limfosit T dan B lebih tinggi di dalam sirkulasi.
Dopp dkk menyarankan bahwa pergantian pertukaran subset limfosit spesifik adalah sebuah
komponen kesatuan dari respons lawan atau lari stress akut. Selama stress psikologi akut,
persentase sirkulasi sel NK dan sel T sitotoksik CD8 meningkat sedangkan sel NK dan sel T
CD4 sirkulasi yang mengekspresikan L-selectin berkurang. Stres psikologi akut mengurangi
respons proliferasi mitogen, utamanya fitohemaglutinin (PHA).
Owen dan Steptoe mempelajari hubungan antara sel NK, kepekaan stress sitokin
proinflamasi, dan denyut jantung manusia. Peningkatan jumlah sel NK mengikuti stress
dihubungkan secara positif dengan respons denyut jantung dan perbedaan individu dalam
respons stress jantung pengendali simpatis dihubungkan dengan NK dan respons sitokin
proinflamasi ke stress psikologi.
10
Sebuah stressor psikologi akut meningkatkan sitokin proinflamasi termasuk sel mononuclear
ekspresi gen IL-1B dan plasma interleukin 6 (IL-6). Peningkatan ekspresi gen IL-1B
dihubungkan secara positif dengan denyut jantung dan kepekaan tekanan darah sistol. Sitokin
juga mempengaruhi otak dan menimbulkan perasaan malas, sakit dan lemah. Sitokin ini dapat
merangsang proliferasi dan perpindahan sel otot polos melalui rangsangan factor
pertumbuhan lainnya yang memicu lesi koroner. Mann menyarankan bahwa ekspresi jangka
pendek dari stress aktivasi sitokin dengan jantung mungkin menjadi sebuah respons adaptif
untuk stress, sebaliknya ekspresi jangka pendek dari molekul ini mungkin sesungguhnya
maladaptive dengan menghasilkan dekompensasi jantung. Cesari dkk menemukan bahwa
sitokin proinflamasi memprediksi peristiwa kardiovaskuler pada orang tua. Sebagai contoh,
IL-6 dihubungkan secara signifikan dengan CAD, stroke dan gagal jantung kongesti (CHF)
dan adalah sebuah predictor independen kuat untuk meningkatkan kematian pada CAD tidak
stabil. Tambahannya, TNF alfa juga menunjukkan sebuah hubungan signifikan dengan CAD.
Setelah semua, tingkat sitokin seperti IL-6 dan TNF alfa mungkin menjadi predictor lebih
kuat untuk insiden peristiwa kardiovaskuler daripada protein fase akut seperti CRP.
11
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Graeff, FG dan Junior, HZ. 2010. The hypothalamic-pituitary-adrenal axis in anxiety and
panic. Psychology and neuroscience 3(1): 3-8.
2. Guilliams, Thomas and Edwards, Lena. 2010. Chronic Stress and the HPA Axis: Clinical
Assessment and Therapeutic Considerations. Point Institute of Nutraceutical Research Vol.9
(2): 1-12.
3. Joesoef, AA. 1999. Stress dan Aktivitas Aksis HPA. Majalah Aksona No. 02 Th XIV Hal:
21-27.
4. Nugroho, Taufik Eko; Pujo, Jati Listiyanto; Nurcahyo, Widya Istanto. 2011. Fisiologi dan
Patofisiologi Aksis Hipotalamus-Hipofisis-Adrenal. Semarang. Jurnal Anestesiologi
Indonesia Volume III, Nomor 2.
5. Olson, Kelly et al. 2011. The Hypothalamic-Pituitary-Adrenal Axis: The Actions of the
Central Nervous System and Potential Biomarkers. Anti-Aging Therapeutics Volume XIII,
91-100. American Academy of Anti-Aging Medicine; Chicago, IL USA. Chapter 10: 91-100.
6. Rohleder, Nicolas. The HypothalamicPituitaryAdrenal (HPA) Axis In Habitual Smokers
Nicolas Rohleder, Clemens Kirschbaum. International Journal of Psychophysiology 59: 236243.
7. Sondeijker, Frouke et al. 2007. Disruptive Behaviors And HPA-Axis Activity In Young
Adolescent Boys And Girls From The General Population. F.E.P.L. Sondeijker et al. Journal
of Psychiatric Research 41: 570578.
8. Sargowo, Djanggan. 2013. PENELITIAN PSIKONEUROIMUNOLOGI: APAKAH
STRESS MEMPENGARUHI IMUNITAS DAN MENYEBABKAN PENYAKIT ARTERI
KORONER? . [online] Diakses dari : djanggan.lecture.ub.ac.id
13