Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas
anak di negara yang sedang berkembang. Di dunia sebesar 17% kematian anak
disebabkan oleh diare, sedangkan di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas 2007
diare masih merupakan penyebab kematian bayi terbanyak yaitu 42% pada bayi dan
25,2% pada anak umur 1-4 tahun. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban
ekonomi yang tinggi disektor kesehatan oleh karena rata-rata sekitar 30% dari jumlah
tempat tidur yang ada di rumah sakit ditempati oleh bayi dan anak dengan penyakit
diare selain itu juga di pelayanan kesehatan primer, diare masih menempati urutan
kedua dalam urutan 10 penyakit terbanyak dipopulasi. Diare di Indonesia merupakan
salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak terutama usia di
bawah 5 tahun. 1,2
Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar kasus,
penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri atau
parasit. Bakteri lebih sering menimbulkan diare pada bayi usia beberapa bulan
pertama, dan juga pada anak usia sekolah. Rotavirus diketahui sebagai penyebab
utama diare pada anak. 20-80% anak dengan diare di dunia, dan 55% anak diare di
indonesia disebabkan oleh rotavirus. Selain infeksi, diare dapat disebabkan oleh
beberapa hal, diantaranya yaitu obat-obatan, alergi makanan, kelainan dalam proses
pencernaan dan absorpsi, imunodefisiensi, defisiensi vitamin, keracunan logam berat,
dan psikis.
Prinsip patofisiologi dari diare yaitu ketidak seimbangan dari air yang diserap
di usus besar, hal ini dapat terjadi karena motilitas usus yang semakin cepat, ataupun
perubahan tekanan osmotik di lumen usus. Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare
cair, yaitu sekretorik dan osmotik. Infeksi usus dapat menyebabkan diare melalui ke
2 mekanisme tersebut. 1,3
Diare sangat sering diikuti dengan dehidrasi, oleh karena itu harus dinilai
apakah anak dengan diare mengalami dehidrasi atau tidak. Salah satu aspek
terpenting yang harus diperhatikan adalah menangani mencegah terjadinya dehidrasi
yang menjadi penyebab utama kematian dan menjamin asupan nutrisi untuk
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diare didefinisikan sebagai bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari
biasanya (>3 kali/hari) disertai dengan perubahan konsistensi tinja (menjadi cair)
dengan/tanpa darah dan/atau lender.4 Diare Akut merupakan diare yang terjadi
mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat dan kurang dari 14 hari
(bahkan kebanyakan kurang dari 7 hari), dengan pengeluaran tinja yang lunak atau
cair yang sering dan tanpa darah, mungkin pula disertai muntah dan panas.1
Perubahan konsistensi tinja menjadi cair adalah kandungan air dalam tinja
lebih dari 10 mL/kgBB/hari. Peningkatan kandungan air dalam tinja disebabkan oleh
gangguan keseimbangan fungsi usus halus dan usus besar dalam proses absorpsi ion,
substrat dan air.4
2.2 Epidemiologi
Diare di Indonesia merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan
tertinggi pada anak terutama usia di bawah 5 tahun. Di dunia sebesar 17% kematian
anak disebabkan oleh diare, sedangkan di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas
2007 diare masih merupakan penyebab kematian bayi terbanyak yaitu 42%pada bayi
dan 25,2% pada anak umur 1-4 tahun.2 Diperkirakan setiap anak yang berumur
kurang dari 5 tahun akan mengalami serangan diare akut sebanyak 1- 5 kali per
tahunnya.9
Kejadian diare di negara berkembang antara 3,5-7 episode setiap anak
pertahun dalam dua tahun pertama dan 2-5 episode pertahun dalam 5 tahun pertama
kehidupan. Departemen kesehatan RI dalam surveinya tahun 2000 mendapatkan
angka kesakitan diare sebesar 301 per 1000 penduduk, angka ini meningkat
dibandingkan survey tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk, diare masih
merupakan penyebab kematian utama bayi dan balita.8
Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada
bayi dan anak di Indonesia. Dengan upaya yang sekarang telah dilaksanakan, angka
kematian di rumah sakit dapat ditekan menjadi kurang dari 3%. Penyebaran kuman
penyebab diare melalui mulut (oro-fekal), melalui makanan dan minuman yang
tercemar atau kontak langsung dengan tinja penderita.
2.3 Etiologi
Penyebab infeksi utama timbul diare umumnya adadalah golongan virus,
bakteri dan parasit. Dua tipe dasar dari diare akut oleh karena infeksi adalah non
inflammatory dan inflammatory.2
Enteropatogen menimbulkan non inflammatory diare melalui produksi
enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh
parasit, perlekatan dan/atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya inflammatory diare
biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung atau
memproduksi sitotoksin.
Beberapa penyebab diare akut pada manusia antara lain:
1. Golongan Bakteri: Aeromonas, Bacillus cereus, Campylobacter jejuni,
Clostriduim perfingers, Clostridium defficile, Escherichia coli, Plediomonas
shigeloides, Salminella, Shigella, Staphylococcus aureus, Vibrio cholera,
Vibrio parahaemolyticus, Yersinia enterocolitica.
2. Golongan Virus: Astovirus, Calcivirus (Norovirus, Sapovirus), Coronavirus,
Rotavirus, Norwalk virus, Herpes simplex virus, Cytomegalovirus.
3. Golongan Parasit: Balantidium coli, Blastocytis hormonis, Cryptosporidium
parvum, Entamoeba histolytica, Giarda lambilia, Isopora belli, Strongyloides
stercoralis, Trichuris trichiura.
Di Negara berkembang kuman patogen penyebab penting diare akut pada anakanak yaitu: Rotavirus, Escherichia coli enterotoksigenik, Shigella, Campylobacter
jejuni dan Cryptosporidium.
Disamping itu penyebab diare non infeksi yang dapat menimbulkan diare pada
anak antara lain:
1. Kesulitan makan
2. Defek Anatomis: Malrotasi, Penyakit Hirchsprung, Short Bowel Syndrome,
Atrofi mikrovilli, Stricture
peningkatan cairan dalam usus yang melebihi kapasitas absoprsi maksimum dalam
usus tersebut. Peningkatan motilitas dengan pemendekan waktu transit (transit time)
berhubungan dengan terjadinya diare. Selain itu penurunan motilitas dapat
berdampak dengan pertumbuhan bakteri karena stasis juga dapat menyebabkan
terjadinya diare, walaupun jarang, jika terjadi biasanya dalam keadaan akut.3
Tabel 2.1 Mekanisme diare akut.3
Penurunan absorpsi
Faktor mukosa
Perubahan keadaan mukosa
Imaturitas fungsi
Penurunan permukaan area
Atropi vili
Trauma brush border
Reseksi usus
Kelainan enzim khusus dan transportasi
Defisiensi disakaridase
Defisiensi enterokianse
Kelainan ion transportasi (Na+ /H+, Cl- / HCO3-)
Faktor intralumen
Peningkatan osmolaritas
Larutan yang tidak dapat diserap
Makanan yang terlalu banyak (jus buah)
Pertumbuhan bakteri
Insufisiensi pankreas eksokrin
Defisiensi garam empedu
Penyakit akibat parasit
Peningkatan sekresi
Toksin bakteri (toksin Cholera, toksin E. Coli heat-liable dan heat-stable)
Mediator inflamasi (eisosanoid, dan produk lain dari sel mast)
Faktor luminal
Obat-obatan
Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare cair, yaitu sekretorik dan osmotik.
Infeksi usus dapat menyebabkan diare melalui ke 2 mekanisme tersebut, diare
sekretorik lebih sering terjadi, dan keduanya dapat terjadi pada satu penderita.4
2.4.1 Diare Sekretorik
Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus
halus. Hal ini terjadi bila absropsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi klorida
di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhir adalah sekresi cairan yang
mengakibatkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagai tinja cair. Hal ini
menyebabkan terjadinya dehidrasi. Pada diare infeksi perubahan ini terjadi karena
adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin bakteri seperti Escherichia coli dan
Vibrio cholera atau virus (rotavirus).
2.4.2 Diare Osmotik
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilewati air dan
elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus
dengan cairan ekstraseluler. Dalam keadaan ini, diare dapat terjadi apabila suatu
bahan yang secara osmotik aktif dan sulit diserap. Jika bahan semacam itu berupa
larutan isotonik, air dan bahan yang larut didalamnya akan lewat tanpa diabsorpsi
sehingga terjadi diare.2,5
pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir
mulut dan bibir terlihat kering.4,5
Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses perdangan atau akibat
dehidrasi. Panas badan umum terjadi pada penderita dengan inflammatory diare.
Nyeri perut yang lebih hebat dan tenesmus yang terjadi pada perut bagian bawah sert
rectum menunjukkan terkenanya usus besar.
Mual dan muntah adalah symptom yang non spesifik akan tetapi muntah
mngkin disebabkan oleh karena organisme yang meninfeksi saluran cerna bagian atas
seperti: enteric virus, bakteri yang memproduksi enterotoksin, Giardia, dan
Cryptosporidium. Masing-masing organism penyebab diare memiliki beberapa gejala
tertentu (Tabel 2.2). Muntah juga sering terjadi pada non inflammatory diare.
Biasanya penderita tidak panas atau hanya subfebris, nyeri perut periumbilikal tidak
berat, watery diare, menunjukkan bahwa saluran cerna bagian atas yang terkena.2
Rotavirus
17-72 jam
+
Sering
Tenesmus
Shigella
24-48 jam
++
Jarang
Tenesmus
Salmonella
6-72 jam
+++
Sering
Tenesmus
ETEC
6-72 jam
+
-
EIEC
6-72 jam
++
Tenesmus
Kolera
48-72 jam
Sering
kramp
5-7 hari
kremp
+
>7 hari
kolik
+
3-7 hari
2-3 hari
kramp
Variasi
3 hari
Sedang
5-10x/hr
Sedikit
>10x/hr
Sedikit
Sering
Banyak
Sering
Sedikit
Sering
Banyak
Terus
Konsistensi
Darah
Bau
Warna
Cair
Langu
Kuning-
Lembek
Sering
Merah-
Lembek
Kadang
Busuk
Kehijauan
Cair
+
Tak berwarna
Lembek
+
Tidak
Merah-
menerus
Cair
Amis khas
Seperti air
Leukosit
Lain-lain
hijau
Anoreksia
hijau
+
Kejang
+
Sepsis
Meteorismus
hijau
Infeksi
cucian beras
-
sistemik
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion
natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada
muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat
menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolic dan hipokalemia. Dehidrasi merupakan
keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps
kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat.2
2.6 Diagnosis
Cara mendiagnosis pasien diare adalah dengan menentukan tiga hal berikut
yakni persistensinya, etiologi, dan derajat dehidrasi. Dalam menentukan persistensi,
tanyakan kepada orang tua pasien apakah diare sudah berlangsung selama 14 hari
atau belum. Hal ini berguna menentukan pasien terkena diare persisten atau tidak. 6
Untuk menentukan etiologi diare, perlu ditanyakan apakah diare berisi darah atau
tidak.
2.6.1 Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare,
frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan darah. Bila
disertai muntah: volume dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang atau
tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama
diare. Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai seperti: batuk, pilek, otitis
media, campak. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare: member oralit,
membawa berobat ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan yang
diberikan serta riwayat imunisasinya.2
2.6.2 Pemeriksaan fisik.
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tandatanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus dan turgor kulit abdomen dan tandatanda tambahan lainnya: ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong atau
tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau
basah.2
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising
usus yang lemah atau tidak ada terjadi apabila terdapat hipokalemi. Pemeriksaan
ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat
dehidrasi yang terjadi.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi
ringan, sedang dan berat. Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga
terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala-gejalanya yaitu denyut jantung menjadi
cepat, denyut nadi cepat, kecil dan tekanan darah menurun, penderita menjadi lemah,
kesadaran menurun (apatis, somnolen, dan kadang-kadang sampai soporokomateus).
Akibat dehidrasi, diuresis berkurang (oliguria sampai anuria). Bila sudah ada asidosis
metabolik, penderita akan tampak pucat dengan pernapasan yang cepat dan dalam
(pernapasan Kussmaul). 7
Untuk menentukan derajat dehidrasi dapat dilakukan dengan cara2,4,7:
1. Kriteria World Health Organization (WHO)
Tabel 2.3 Penilaian dehidrasi menurut WHO
10
Tanda&Gejala
Derajat Dehidrasi
Tanpa
Ringan/Sedang
Berat
Anamnesis
Diare
1-3x
3x atau lebih
Terus-menerus banyak
Muntah
Biasanya sering
Rasa Haus
Kencing
Normal
Sedikit, pekat
Nafsu
makan/aktivitas
Normal
Nafsu
makan Nafsu makan tidak ada,
berkurang,
anak sangat lemas
aktivitas menurun
Pemeriksaan fisik
Inspeksi:
KU
Baik
Mengantuk
gelisah
Mata
Normal
Cekung
Sangat cekung
Air mata
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Mulut/lidah
Basah
Kering
Sangat kering
Nafas
Normal
Lebih cepat
Turgor
Kembali cepat
Kembali pelan
Nadi
Normal
Lebih cepat
Sangat
teraba
Palpasi:
Ubun-ubun
Normal
Cekung
cepat/tidak
Sangat cekung
11
: tanpa dehidrasi
2,5 - 5 %
: dehidrasi ringan
5 - 10 %
: dehidrasi sedang
> 10 %
: dehidrasi berat
0
Sehat
cengeng, Mengigau,
apatis, ngantuk
atau syok
koma
Kekenyalan Kulit
Normal
Sedikit kurang
Sangat kurang
Mata
Normal
Sedikit cekung
Sangat cekung
Ubun-Ubun Besar
Normal
Sedikit cekung
`Sangat cekung
Mulut
Normal
Kering
Denyut Nadi/menit
Sedang (120-140)
> 140
Untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dicubit selama 30-60 detik
kemudian dilepaskan. Jika kulit kembali normal dalam waktu :
2-5 detik : turgor agak kurang (dehidrasi ringan)
5-10 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang)
> 10 detik : turgor sangat kurang (dehidrasi berat)
Berdasarkan skor yang ditemukan pada penderita, dapat ditentukan derajat
dehidrasinya:
Skor 0-2
: dehidrasi ringan
Skor 3-6
: dehidrasi sedang
Skor > 7
: dehidrasi berat
12
lambat
Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut:
Gelisah, rewel/marah
Mata cekung
Haus, minum dengan lahap
Cubitan kulit perut kembalinya lambat
Tidak
cukup
tanda-tanda
untuk
diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat atau
ringan/sedang
2.6.3
DEHIDRASI
RINGAN/
SEDANG
RENCANA
TERAPI B
TANPA
DEHIDRASI
RENCANA
TERAPI A
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang penting artinya dalam menegakkan diagnosa
kausa diare adalah pemeriksaan laboratorium. Yang rutin dilakukan adalah
pemeriksaan feses makroskopik dan mikroskopik. Pemeriksaan laboratorium lengkap
hanya dikerjakan jika diare tidak sembuh dalam 5-7 hari7,10.
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dikerjakan yaitu7,10:
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopik: adanya darah pada pemeriksaan makroskopik menunjukkan
disentri, biasanya karena shigella.
b. Mikroskopik
2. Pemeriksaan darah
13
a.
Darah Lengkap
b.
c.
d.
e.
2.7 Penatalaksanaan
Lima hal utama yang efektif dalam menangani anak-anak yang menderita
diare yaitu4,10:
1. Penggantian cairan (rehidrasi). Rehidrasi dilakukan berdasarkan derajat
dehidrasi.
Pasien diare tanpa dehidrasi dapat ditangani dengan rencana terapi A, dehidrasi
ringan-sedang dengan rencana terapi B dan dehidrasi berat dengan rencana terapi
C.
14
RENCANA TERAPI A
UNTUK MENGOBATI DIARE DI RUMAH
Gunakan cara ini untuk mengajar ibu:
-
Berikan anak lebih banyak cairan dari biasanya untuk mencegah dehidrasi
Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti oralit, makanan yang cair
(sup, air tajin) & air matang
Gunakan larutan oralit seperti tabel di bawah (Jika anak usia < 6 bulan & belum
makan padat lebih baik diberi oralit dan air matang daripada makanan cair)
Beri larutan oralit sebanyak anak mau. Berikan jumlah larutan oralit seperti di
bawah sebagai penuntun
Teruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti
2. Beri anak makan untuk mencegah kurang gizi
Teruskan ASI
Bila anak tidak mendapat ASI beri susu yg biasa diberikan. Untuk anak < 6 bulan
& blm mendapat makanan padat diberi susu cair yg dicairkan dengan air yg
sebanding selama 2 hari
Bila anak 6 bulan / telah mendapat makanan padat:
Beri bubur/campuran tepung lain, bila perlu campur dengan kacangkacangan, sayur, daging atau ikan. Tambah 1-2 sendok the minyak sayur @
porsi
- Makan/minum sedikit
- Muntah berulang-ulang
- Demam
- Tinja berdarah
15
RENCANA TERAPI B
UNTUK MENGOBATI DEHIDRASI
JUMLAH ORALIT YANG HARUS DIBERIKAN DALAM 3 JAM PERTAMA :
Bila berat badan anak tidak diketahui dan atau untuk memudahkan di lapangan, berikan oralit
paling sedikit sesuai tabel di bawah ini :
Umur
< 1 tahun
1-5 tahun
> 5 tahun
Dewasa
Jumlah Oralit
300 mL
600 mL
1200 mL
2400 mL
Umur
2 4 6
8 10
< --------
Jumlah (ml)
200-400 400-600
11
13
15
12 18 24 2 3
600-800
27
4 6 8
800-1000
39
50
15 dws
1000-1200 2000-4000
16
Bila tidak ada dehidrasi ganti ke Rencana A, Bila dehidrasi telah hilang, anak biasanya
kencing dan lelah kemudian mengantuk dan tertidur
Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi Rencana B tetapi tawarkan
makanan, susu, sari buah seperti Rencana A
Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana C
BILA IBU HARUS PULANG SEBELUM SELESAI RENCANA PENGOBATAN B
Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam pengobatan 3 jam di rumah
Berikan bungkus oralit untuk rehidrasi dan untuk 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam
Rencana A
Tunjukkan cara menyiapkan larutan oralit
Jelaskan 3 cara dalam Rencana A untuk mengobati anak di rumah
Memberikan oralit atau cairan lain hingga diare berhenti
Memberi makanan anak
Membawa anak ke petugas kesehatan bila perlu
RENCANA TERAPI C
Mulai diberi cairan iv segera. Bila penderita bisa minum, berikan oralit, sewaktu cairan iv dimulai.
Beri 100 mg/kg cairan Ringer Laktat (atau garam normal), dibagi sebagai berikut:
Umur
Pemberian pertama
30 ml dalam
Kemudian 70 ml/kg
dalam
1 jam*
5 jam
- 1 jam*
2 - 3 jam
Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai percepat tetesan iv.
Juga berikan oralit (5 mg/kg/jam) bila penderita bisa minum; biasanya setelah 3-4 jam
(bayi) atau 1-2 jam (anak).
Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi penderita menggunakan bagan penilaian.
Kemudian pilihlah rencana yang sesuai (A, B, atau C) untuk melanjutkan pengobatan
17
< 12 bulan
50-100 ml
1-4 tahun
100-200 ml
> 5 tahun
200-300 ml
Dewasa
300-400 ml
1200-2800 ml/hari
2. Pemberian nutrisi berupa pemberian makanan terutama ASI, baik selama diare
maupun pada masa penyembuhan.
3. Pemberian suplemen zinc
Dua belas studi meneliti tentang efek dari zinc dalam manajemen diare akut.
Sebelas diantaranya menunjukkan penurunan durasi episode diare, delapan
diantaranya menunjukkan efek yang sangat signifikan. Lima studi menunjukkan
zinc dapat mengurangi volume dan frekuensi diare. Studi Lain menunjukkan
suplementasi zinc dapat mencegah diare jangka panjang.
WHO dan UNICEF merekomendasikan suplementasi zinc 20 mg selama 10-14
hari pada anak dengan diare akut, dan zinc 10 mg untuk bayi di bawah 6 bulan
untuk mengurangi derajat keparahan, dan mencegah kembalinya diare dalam 2-3
bulan kedepan.11
4. Antibiotika Selektif.
Pada umunya antibiotika tidak diperlukan untuk mengatasi diare akut, kecuali
bila penyebabnya jelas seperti :
a. Kolera, diberikan tetrasiklin 25-50 mg/kgBB/hari
18
19
3.
Demam
Demam bisa terjadi pada diare oleh karena mikroorganisme, dehidrasi, dan
penyakit lain yang menyertai. Cegah kejang dengan kompres dingin dan
antipiretika.
20
Komplikasi yang jarang terjadi. Timbul oleh karena infeksi bakteri, atau pada
pasien dengan gizi buruk. Pada kasus ini, pemberian oralit dihentikan, dan beri
cairan intravena.
11. Muntah
Dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis akibat infeksi, ileus,
pemberian cairan oral dengan cepat. Pada anak kecil dan bayi jangan diberi anti
emetik karena dapat menyebabkan kesadaran menurun.
12. Gagal ginjal akut
Terjadi karena dehidrasi berat dan syok. Didiagnosa GGA bila pengeluaran urine
tidak terjadi dalam 12 jam. Untuk pasien dengan komplikasi GGA, setelah
rehidrasi cukup, perlu perawatan intensif.
2.9 Prognosis
Secara umum prognosis diare adalah bagus. Kematian disebabkan terutama
oleh dehidrasi dan malnutrisi yang terjadi akibat diare yang berkepanjangan. Jika
malnutrisi sampai terjadi, prognosisnya akan menjadi buruk, kecuali penderita
dirawat di rumah sakit, dimana nutrisi parenteral memungkinkan untuk diberikan.
Bayi sangat berisiko untuk mengalami dehidrasi, malnutrisi, dan sindroma
malabsorpsi.10
2.10 Pencegahan
Tujuh intervensi pencegahan diare yang efektif adalah10:
1.
Pemberian ASI
2.
3.
4.
Mencuci tangan
5.
6.
7.
21