Вы находитесь на странице: 1из 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah kegiatan yang di jalankan dengan
sengaja

di

rancang

untuk

melaksanakan

pendididkan.

Tugas

pendidikan adalah memanusiakan manusia. Manusia yang berpotensi


itu dapat berkembang ke arah yang baik, tetapi dapat pula berkembang
ke arah yang tidak baik.
Sekolah merupakan sarana untuk menimba ilmu bagi setiap
anak, di dalamnya siswa di tuntut untuk secara terbuka menerima ilmu
pengetahuan yang di berikan oleh guru. Guru sebagai pendidik sangat
berperan dalam kemajuan perkembangan diri siswa. Siswa di harapkan
bisa aktif dalam proses pembelajaran, mengemukakan pendapat, dan
bisa memahami apa yang di jelaskan oleh guru. Terkadang ada banyak
permasalahan yang mungkin di hadapi siswa dalam proses
pembelajaran. Permasalahan biasanya bisa berasal dari dalam ataupun
dari luar diri diri siswa. Ketika ada permasalahan tersebut dari dalam
diri siswa inilah yang membuat guru sebagai pendidik harus tahu cara
mengatasi permasalahnya. Sekarang ini guru sangat berperan penting
untuk

mengatasi

siswa

yang

mempunyai

permasalahan

permasalahan. Namun pada pernyataan di lapangan menunjukan


bahwa masalah masalah tersebut belum tentu dapat di selesaikan . di
sinilah peran guru bk sangat di butuhkan untukmembantu mengatasi

permasalahan tersebut. Waktu pembelajaran yang hanya satu jam


membuat penyampaian materi tidak efektif dan cenderung di sepelekan
siswa. Sehingga perlu adanya jam atau hari khusus untuk memberikan
hal hal penting yang seharusnya siswa ketahui mengenai
pembelajaran maupun di lingkungan sekolah. Sekolah tidak lepas dari
kegiatan belajar mengajar yang di lakukan oleh guru dan siswa.
Sekolah tidak lepas dari kenaikan kelas yang bertujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar di sekolah.
Berdasarkan observasi pada tanggal 16 Desember 2013 di
kelas VIII SMP Ihsaniyah Tegal, terdapat siswa yang mengalami
kecemasan khususnya kelas VIII Intensif A yang paling banyak siswa
mengalami kecemasan dalam menghadapi kenaikan kelas. Ada 43,48
% siswa yang mengalami kecemasan. Hal ini di perkuat dengan data
IKMS pada kelas VIII. Indikator kecemasan yang dialami oleh siswa
tersebut yaitu siswa memiliki kekhawatiran yang tidak beralasan,
merasa kurang percaya diri, mempunyai rasa kecewa terhadap diri
sendiri. Kecemasan tersebut di dasari karena adanya faktor intern yang
berasal dari diri siswa kurang yakin atas hasil ulangan kenaikan kelas,
belajar saat ulangan kenaikan kelas tidak maksimal, bahkan ada juga
siswa yang tidak belajar saat ulangan kenaikan kelas, lebih senang
bermain dengan handphone. Selain itu kecemasan siswa juga dapat
dipengaruhi dari faktor ekstern, dari lingkungan siswa tersebut yang
sering membuat siswa takut. Dengan adanya permasalahan tersebut
siswa cemas, takut saat menghadapi kenaikan kelas, siswa takut jika

hasil ulangan kenaikan kelas siswa tersebut tidak mencapai batas


ketuntasan yang telah di tetapkan oleh sekolah. Dalam permasalahan
yang di alami siswa kelas 8 SMP Ihsaniyah Tegal ini tidak dapat
dipecahkannya sendiri. Melainkan memerlukan bantuan orang orang
yang ahli di dalam bidangnya seperti guru BK. Jika tidak ada
penanganan khusus dari guru BK terhadap masalah kecemasan siswa
dalam menghadapi kenaikan kelas, maka bisa berdampak buruk
terhadap siswa. Misalnya saja, mempunyai pemikiran yang tidak logis,
mudah tersinggung, gangguan pola tidur, mimpi mimpi yang
menegangkan.
Kecemasan

menghadapi

kenaikan

kelas

merupakan

gangguan perasaan yang di tandai dengan perasaan cemas, gelisah,


takut, ataupun was was yang mendalam karena di sebabkan adanya
pikiran pikiran negatif atau irasional tentang kenaikan kelas,
Kenaikan kelas merupakan suatu kurikulum yang telah di tetapkan
oleh sekolah sekolah, dengan kata lain seluruh siswa siap atau tidak
siap akan menghadapinya, sehingga hal tersebut timbulnya perasaan
yang tidak enak yang di alami oleh siswa yang tidak percaya diri atas
hasi yang di kerjakan saat ulangan kenaikan kelas.
Menurut Freud (2006 : 88) kecemasan adalah instingtual,
yang timbul karena dorongan seksual tak sadar direpresikan. Namun,
bila pandangan itu benar, maka kesimpulannya perasaan tersebut
hanya terdapat pada sumber tak sadar, sedangkan ego sadar seperti di
gambarkan dalam model struktural dimana ego terpisah dari hal yang

direpresikan tidak akan mengalami efek kecemasan yang tidak


menyenangkan. Guru bk merupakan seorang anggota staf sekolah dan
bertanggung jawab penuh terhadap fungsi bimbingan dan mempunyai
keahlian khusus dalam bidang bimbingan yang tidak dapat di kerjakan
oleh guru biasa.
Menurut Prayitno (2004 : 30) konseling kelompok adalah
layanan konseling perorangan yang di laksanakan di dalam suatu
kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Konseling
kelompok perlu

di berikan

kepada

siswa yang

mempunyai

permasalahan yang sedang di alami, dengan adanya konseling


kelompok siswa dapat mengungkapkan masalah - masalah yang
sedang di hadapi. Tohirin (2011 : 179) menjelaskan bahwa konseling
kelompok yaitu suatu upaya pembimbing atau guru bk membantu
memecahkan masalah masalah pribadi yang di alami oleh masing
masing oleh anggota kelompok melalui kegiatan kelompok tercapai
perkembangan yang optimal.
Menurut (Sugiharto 2005:4 dalam jurnal bimbingan
konseling 1, vol. 2, hal. 123) Istilah Terapi Emotif Rasional sukar
digantikan dengan istilah bahasa Indonesia yang mengena; paling
dapat dideskripsikan dengan mengatakan: corak konseling yang
menekankan kebersamaan dan interaksi antara berpikir dan akal sehat
(rational

thingking,

berperilaku(acting),serta

berperasaan(emoting),
sekaligus

menekankan

bahwa

dan
suatu

perubahan yang mendalam dalam cara berpikir dapat menghasilkan


perubahan yang berarti dalam cara berperasaan dan berperilaku.
Melihat fenomena yang yang terjadi pada siswa kelas VIII
di SMP Ihsaniyah Tegal khususnya kelas VIII Intensif A mengalami
kecemasan dalam menghadapi kenaikan kelas. Dengan demikian dapat
menyebabkan dampak yang tidak baik dalam diri siswa. Dengan di
berikannya layanan konseling kelompok dengan pendekatan rasional
emotif di harapkan siswa mampu mengubah perilaku kecemasan dalam
menghadapi kenaikan kelas. Dalam hal ini peneliti ingin melakukan
suatu penelitian berdasarkan permasalahan di atas dengan judul
Keefektifan Konseling Kelompok Rasional Emotif Untuk Mengatasi
Kecemasan Dalam Menghadapi Kenaikan Kelas Siswa Kelas 8 SMP
Ihsaniyah Tegal Tahun 2013/2014
B. Identifikasi Masalah
Masalah merupakan bentuk bentuk ketidaksesuaian antara
pola fikir kita dengan apa yang terjadi, masalah timbul dan pola fikir
manusia atau

seseorang yang berbeda, sehingga

pemecahan

merupakan cara untuk mengatasinya masalah tersebut. Perlunya


identifikasi bertujuan untuk mempermudah peneliti untuk mencari
pemecahannya. Dari latar belakang yang sudah peneliti kemukakan di
atas, maka ada beberapa masalah yang bisa di ambil dan di identifikasi
antara lain :
1. Siswa mengalami kecemasan menghadapi kenaikan kelas
menjelang pengambilan penerimaan raport kenaikan kelas.

2. Kurangnya persiapan saat mengerjakan ulangan kenaikan kelas,


sehingga siswa takut, cemas jika tidak mencapai batas ketuntasan
yang di tetapkan oleh sekolah.
3. Ketidaktahuan guru bk terhadap permasalahan siswa. Waktu
pembelajaran yang hanya satu jam membuat guru tidak
mengetahui dalamnya permasalahan siswa, sehingga perlu adanya
jam atau hari khusus untuk memberikan layanan berupa
pemecahan masalah yang nantinya dapat membantu siswa.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah di atas, maka
peneliti membatasi masalah yang akan diteliti yaitu kecemasan
menghadapi kenaikan kelas. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan layanan konseling kelompok rasional emotif untuk
mengatasi kecemasan dalam menghadapi kenaikan kelas siswa
kelas 8 SMP Ihsaniyah Tegal Tahun 2013/2014.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian adalah Apakah ada Keefektifan
Konseling

Kelompok

Rasional

Emotif

Untuk

Mengatasi

Kecemasan Dalam Menghadapi Kenaikan Kelas Siswa Kelas 8


SMP Ihsaniyah Tegal Tahun 2013/2014?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah Keefektifan
Konseling

Kelompok

Rasional

Emotif

untuk

Mengatasi

Kecemasan dalam Menghadapi Kenaikan Kelas Siswa Kelas 8


SMP Ihsaniyah Tegal Tahun 2013/2014.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan
bimbingan konseling khususnya dalam layanan konseling
kelompok dengan pendekatan rasional emotif terhadap
kecemasan siswa menghadapi kenaikan kelas.
b. Dapat menambah referensi penelitian sejenis tentang
keefektifan

konseling

kelompok

untuk

mengatasi

kecemasan siswa menghadapi kenaikan kelas.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Melalui layanan konseling kelompok dengan pendekatan
rasional emotif maka dapat dijadikan bahan acuan bagi
peserta didik untuk menghilangkan rasa cemas setiap
menghadapi
pemikiran

kenaikan
yang

menghadapi

kelas

irasional

kecemasan

serta

menjadi
sesuai

pembimbing.

b. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

dapat
rasional
dengan

merubah
dalam
harapan

Bagi guru pembimbing manfaatnya adalah bisa lebih


mengenal

permasalahan

bagaimana

cara

mengatasi

kecemasan siswa dalam menghadapi kenaikan kelas,


bagaimana guru bisa menjadi seorang pembimbing yang
bijak dalam membantu permasalahan siswa. Guru akan
lebih terampil lagi dalam mengatasi semua permasalahan
yang muncul dalam lingkungan siswa dan dalam diri
siswa.
c. Bagi Orang Tua
Sebagai bahan masukan agar orang tua dapat berperan
menjadi orang tua yang dapat membantu anak-anaknya
untuk dapat menghilangkan rasa kecemasan setiap
menghadapi kenaikan kelas.
d. Bagi Sekolah
Dapat

dipergunakan

sebagai

acuan

atau

bahan

pertimbangan untuk memberikan masukan dalam hal


memfasilitasi pelaksanaan layanan konseling kelompok
rasional emotif untuk mengatasi kecemasan dalam
menghadapi kenaikan kelas siswa kelas 8 SMP Ihsaniyah
Tegal,

sehingga

siswa

dapat

mampu

kecemasasan setiap menghadapi kenaikan kelas.

mengatasi

Вам также может понравиться