Вы находитесь на странице: 1из 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


ELIMINASI

Oleh :
JOKO TRI SUHARSONO S.Kep

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2009
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih


terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine
adalah ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Proses ini terjadi dari dua
langkah utama yaitu : Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan
di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan
langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks
berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal,
setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih.
Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini
bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang
otak.
Masalah-masalah dalam eliminasi urin :
1. Retensi, yaitu adanya penumpukan urine didalam kandung kemih dan
ketidak sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.
2. Inkontinensi urine, yaitu ketidaksanggupan sementara atau permanen otot
sfingter eksterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih.
3. Enuresis, Sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada malam hari
(nocturnal enuresis), dapat terjadi satu kali atau lebih dalam semalam.
4. Urgency, adalah perasaan seseorang untuk berkemih.
5. Dysuria, adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih.
6. Polyuria, Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti
2.500 ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan.
7. Urinari suppresi, adalah berhenti mendadak produksi urine
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga
disebut bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat
bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu.
Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik

mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam
rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk
defekasi.
Masalah eliminasi fekal yaitu:
1.

Konstipasi, merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya


frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan
mengejan. BAB yang keras dapat menyebabkan nyeri rektum. Kondisi
ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak
air diserap.

2.

Impaction, merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga


tumpukan feses yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaction
berat, tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid.

3.

Diare, merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak
berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat.
Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan
meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feses menjadi encer sehingga
pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB.

4.

Inkontinensia fecal, yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB


dan udara dari anus, BAB encer dan jumlahnya banyak. Umumnya
disertai dengan gangguan fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler,
trauma spinal cord dan tumor spingter anal eksternal. Pada situasi
tertentu secara mental pasien sadar akan kebutuhan BAB tapi tidak sadar
secara fisik. Kebutuhan dasar pasien tergantung pada perawat.

5.

Flatulens, yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus


meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas
keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus). Hal-hal yang
menyebabkan peningkatan gas di usus adalah pemecahan makanan oleh
bakteri yang menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang
menghasilkan CO2.

6.

Hemoroid, yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa


internal atau eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras,
kehamilan, gagal jantung dan penyakit hati menahun. Perdarahan dapat
terjadi dengan mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi
infla-masi dan pengerasan, maka pasien merasa panas dan gatal. Kadangkadang BAB dilupakan oleh pasien, karena saat BAB menimbulkan
nyeri. Akibatnya pasien mengalami konstipasi.

B.

Tujuan
1. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan eliminasi
urin
2. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan eliminasi
fekal

TINJAUAN TEORI
A. Pengertian

Gangguan eliminasi urin adalah keadaan dimana seorang individu mengalami


atau berisiko mengalami disfungsi eliminasi urine. Biasanya orang yang
mengalami gangguan eliminasi urin akan dilakukan kateterisasi urine, yaitu

tindakan memasukan selang kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra


dengan tujuan mengeluarkan urine.
Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang individu
mengalami atau berisiko tinggi mengalami statis pada usus besar,
mengakibatkan jarang buang air besar, keras, feses kering. Untuk mengatasi
gangguan eliminasi fekal biasanya dilakukan huknah, baik huknah tinggi
maupun huknah rendah. Memasukkan cairan hangat melalui anus sampai ke
kolon desenden dengan menggunakan kanul rekti.
B.

Prosedur
1) Prosedur pemasangan kateter
Persiapan
a. Persiapan pasien
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan
tindakan yang akan dilaksanakan.
4) Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak
mengancam.
6) Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
7) Privasi klien selama komunikasi dihargai.
8). Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta
respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
9) Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)

b. Persiapan alat
1) Bak instrumen berisi :

a) Poly kateter sesuai ukuran 1 buah ( klien dewasa yang baru pertama
terpasang kateter biasanya dipasang kateter no. 16 atau sesuaikan
dengan ukuran lubang uretra )
b) Urine bag steril 1 buah
c) Pinset anatomi 2 buah
d) Duk steril yang berlubang satu
e) Kassa steril
2) Sarung tangan steril
3) Kapas sublimat dalam kom tertutup
4) Perlak dan pengalasnya 1 buah
5) Sampiran
6) Cairan aquades atau Nacl
7) Spuit 10 cc
8). Plester
9) Gunting verband
10) Bengkok 1 buah
11) Korentang pada tempatnya
4. Prosedur
a. Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan,
kemudian alat-alat didekatkan ke pasien
b. Pasang sampiran
c. Cuci tangan
d. Posisi perawat di sebelah kanan klien, posisi peralatan dekat dengan
perawat agar mudah dijangkau
d. Pasang pengalas/perlak dibawah bokong klien

e. Pakaian klien dikeataskan/dilepas, dengan posisi klien terlentang. Kaki


sedikit dibuka. Bengkok diletakkan didekat bokong klien
f. Buka bak instrumen, pakai sarung tangan steril, pasang duk steril, lalu
bersihkan alat genitalia dengan kapas sublimat dengan menggunakan
pinset.
g. Bersihkan genitalia dengan cara : Penis dipegang dengan tangan non
dominan penis dibersihkan dengan menggunakan kapas sublimat oleh
tangan dominan dengan gerakan memutar dari meatus keluar. Tindakan
bisa dilakukan beberapa kali hingga bersih. Letakkan pinset dalam
bengkok
h. Ambil kateter sambungkan kateter dengan urine bag, kemudian ujung
kateter diolesi dengan jelly.
i. Angkat penis pada posisi tegak lurus dengan tubuh klien dengan tangan
nondominan (gunakan tarikan ringan). Masukkan kateter kedalam
uretra kira-kira 17-22 cm secara perlahan-lahan dengan menggunakan
pinset atau sampai urine keluar, (ketika urine tampak, masukkan lagi 5
cm). Instruksikan klien untuk mengambil nafas panjang). Masukkan
Cairan Nacl/aquades 20-30 cc atau sesuai ukuran yang tertulis (dapat
dilihat di selang kateter). Tarik sedikit kateter. Apabila pada saat ditarik
kateter terasa tertahan berarti kateter sudah masuk pada kandung kemih.
j. Lepaskan duk, Lalu ikat selang kateter disisi tempat tidur
k. Fiksasi kateter pada paha atas klien
l. Pastikan bahwa pada selang tidak terdapat sumbatan atau tertekuk
m. Lepaskan sarung tangan
n. Pasien dirapihkan kembali
o. Alat dirapihkan kembali
p. Mencuci tangan
5. Melaksanakan dokumentasi :

1) Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar
catatan klien
2) Catat tanggal dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang
melakukan dan tanda tangan/paraf pada lembar catatan klien

2) Prosedur Huknah

Persiapan
1. Persiapan pasien
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan
tindakan yang akan dilaksanakan.
d. Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
e. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta
tidak mengancam.
f. Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
g. Privacy klien selama komunikasi dihargai.
h. Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian
serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
i. Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan
dilakukan)
j. Pasien disiapkan dalam posisi tidur miring ke kiri (posisi sim)
2. Persiapan alat
a. Sarung tangan bersih
b. Selimut mandi atau kain penutup
c. Perlak dan pengalas bokong
d. Irigator lengkap dengan canule recti, selang dan klemnya
e. Cairan hangat sesuai kebutuhan (misalnya cairan Nacl, air sabun,
air biasa)
f. Bengkok
g. Pelicin (vaselin, sylokain, Jelly 2% /pelumas larut dalam air

h. Tiang penggantung irigator


i. Jika perlu sediakan pispot,air pembersih dan kapas cebok/tissue
toilet

Prosedur
Pintu ditutup/pasang sampiran
Mencuci tangan
Perawat berdiri di sebelah kanan klien dan pasang sarung tangan
Pasang perlak dan pengalas
Pasang selimut mandi sambil pakaian bagian bawah klien
ditanggalkan
6. Atur posisi klien sim kiri
7. Sambung selang karet dan klem (tertutup) dengan irigator
8. Isi irigator dengan cairan yang sudah disediakan
9. Gantung irigator dengan ketinggian 40-50 cm dari bokong klien
10. Keluarkan udara dari selang dengan mengalirkan cairan ke dalam
bengkok
11. Pasang kanule rekti dan olesi dengan jelly
12. Masukkan kanule ke anus, klem dibuka, masukkan cairan secara
perlahan
13. Jika cairan habis, klem selang dan cabut kanul dan masukkan
kedalam bengkok
14. Atur kembali posisi klien dan minta klien menahan sebentar
15. Bantu klien ke WC jika mampu, jika tidak tetap dalam posisi
miring lalu pasang pispot dibokong klien.
16. Klien dirapihkan
17. Alat dirapikan kembali
18. Mencuci tangan
Melaksanakan dokumentasi
1.
2.
3.
4.
5.

a. Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada

lembar catatan klien


b. Catat tgl dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang

melakukan dan tanda tangan/paraf pada lembar catatan klien

C.

Diagnosa
1. Diagnosa Keperawatan
2. Perubahan dalam eliminasi urine berhubungan dengan retensi urine,
inkontinensi dan enuresis

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya inkontinensi urine


4. Perubahan dalam rasa nyaman berhubungan dengan dysuria
5. Resiko infeksi berhubungan dengan retensi urine, pemasangan kateter
6. Perubahan konsep diri berhubungan dengan inkontinensi
7. Isolasi sosial berhubungan dengan inkontensi
8. Self care defisit : toileting jika klien inkontinesi
9. Potensial defisit volume cairan berhubungan dengan gangguan fungsi
saluran urinary akibat proses penyakit
10. Gangguan body image berhubungan dengan pemasangan urinary diversi
ostomy
11. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterampilan pemasangan
diversi urinary ostomy
D. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Tujuan

Memberikan intake cairan secara tepat


Memastikan

keseimbangan

intake

dan

output

cairan

Mencegah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit


Mencegah kerusakan kulit
Mencegah infeksi saluran kemih
Memulihkan self esteem atau mencegah tekanan emosional
Untuk anak kecil meningkatkan kontrol berkemih dan self esteem.
2. Tindakan secara umum
Intake cairan secara tepat, pasien dengan masalah perkemihan yang sering
intake jumlah cairan setiap hari ditentukan dokter. Pasien dengan infeksi
perkemihan, cairannya sering ditingkatkan. Pasien dengan edema
cairannya dibatasi.

Mengukur intake dan output cairan. Jumlah caiaran yang masuk dan
keluar dalam setiap hari harus diukur, untuk mengetahui kesimbangan
cairan.
Membantu

mempertahankan

secara

normal

berkemih.

Membantu pasien mempertahankan posisi normal untuk berkemih


Memberikan kebebasan untuk pasien
Memberikan bantuan pada saat pasien pertama kali merasa ingin buang
air kecil
Jika menggunakan bedpan atau urinal yakin itu dalam keadaan hangat.
Bila pasien menggunakan bedpan, tinggikan bagian kepala tempat tidur
dengan posisi fowler dan letakkan bantal kecil dibawah leher untuk
meningkatkan support dan kenyamanan fisik (prosedur membantu
memberi pispot/urinal)
Tuangkan air hangat dalam perineum
Mengalirkan

air

keran

dalam

jarak

yang

kedengaran

pasien

Memberikan obat-obatan yang diperlukan untuk mengurangi nyeri dan


membantu relaks otot
Letakkan secara hati-hati tekan kebawah diatas kandung kemih pada
waktu berkemih
Menenangkan

pasien

dan

menghilangkan

menimbulkan kecemasan.

Daftar Pustaka

sesuatu

yang

dapat

Carpenito. 2000. Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta.


Harnawatiaj. 2008. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine.
Terdapat pada : http://Harnawatiaj.wordpress.com/konsep-dasarpemenuhan-kebutuhan-eliminasi-urine/
Septiawan, Catur E. 2008. Perubahan Pada Pola Urinarius. Terdapat pada:
www.kiva.org
Supratman. 2000. askep Klien Dengan Sistem Perkemihan.
Swearingen. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta.

Вам также может понравиться