Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MANAJEMEN HIDROSEFALUS
Dokter Pembimbing :
Dr. Dyah Nuraini Sp.S
Disusun oleh:
Kalvika Vatangga Garasasi
030.10.145
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT SARAF
RSUD KOTA SEMARANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA
OKTOBER 2014
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
MANAJEMEN HIDROSEFALUS
OLEH:
KALVIKA VATANGGA GARASASI
Telah dipresentasikan
: Oktober 2014
Tempat
Disetujui oleh
Kepala SMF Ilmu Penyakit Saraf
Dokter Pembimbing
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II HIDROSEFALUS
2.1 Klasifikasi
2.2 Etiologi
10
12
12
12
12
12
BAB IV KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
16
BAB I
PENDAHULUAN
Hidrosefalus telah dikenal sejak zaman Hippocatres. Saat itu hidrosefalus
dianggap sebagai penyebab epilepsi. Pengobatan semula dilakukan dengan
mengiris kulit kepala. Pada tahun 1879 dilakukan operasi oleh Hilton.
Deskripsi tentang hidrosefalus cukup bervariasi. Definisi oleh Swaimann
(1981) memberikan gambaran yang lengkap bahwa hidrosefalus adalah
pembesaran ventrikulus otak sebagai akibat peningkatan jumlah cairan
serebrospinal (CSS) yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi dan
absorbsinya. Kondisi ini juga bisa disebut sebagai gangguan hidrodinamik CSS.
Kondsi seperti cerebral atrofi juga mengakibatkan peningkatan abnormal CSS
dalam susunan saraf pusat.1
BAB II
HIDROSEFALUS
2.1 Klasifikasi
Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan. Berikut
merupakan klasifikasi yang sering dijumpai2 :
1.
Menurut
gambaran
klinis,
dikenal
hidrosefalus
manifes
(overt
Hidrosefalus
non-komunikans
berarti
CSS
sistem
Hidrosefalus
komunikans
adalah
hidrosefalus
yang
2.2 Etiologi
A. Tipe obstruksi
a. Kongenital
a.1 Stenosis akuaduktus serebri
Mempunyai berbagai penyebab. Kebanyakan disebabkan oleh infeksi
atau
perdarahan
selama
kehidupan
fetal.
Diantaranya
adalah
b. Didapat (Aquired)
b.1 Stenosis akuaduktus serebri (setelah infeksi atau perdarahan)
Infeksi oleh bakteri Meningitis, menyebabkan radang pada selaput
(meningen) di sekitar otak dan spinal cord. Hidrosefalus berkembang
ketika jaringan parut dari infeksi meningen menghambat aliran CSS
dalam ruang subarachnoid, yang melalui akuaduktus pada sistem
ventrikel atau mempengaruhi penyerapan CSS dalam vili arachnoid.
Jika tidak mendapat pengobatan bakteri meningitis dapat menyebabkan
kematian. Tanda-tanda dan gejala meningitis meliputi demam, sakit
kepala, panas tinggi, kehilangan nafsu makan, kaku kuduk. Pada kasus
yang ekstrim, gejala meningitis ditunjukan dengan muntah dan kejang.
Dapat diobati dengan antibiotik dosis tinggi.
b.2 Herniasi tentorial akibat tumor supratentorial
b.3 Hematoma intraventrikuler
Jika cukup berat dapat mempengaruhi ventrikel, mengakibatkan darah
mengalir dalam jaringan otak sekitar dan mengakibatkan perubahan
neurologis. Kemudian hidrosefalus berkembang disebabkan oleh
penyumbatan atau penurunan kemampuan otak untuk menyerap CSS.
b.4 Tumor (ventrikel, regio vinalis, fosa posterior)
Sebagian besar tumor otak dialami oleh anak-anak pada usia 5-10 tahun.
Pada tumor ini 70% terjadi dibagian belakang otak yang disebut fosa
posterior. Jenis lain dari tumor otak yang dapat menyebabkan
hidrosefalus adalah tumor intraventrikuler dan kasus yang sering terjadi
adalah tumor plexus choroideus. Tumor yang berada di bagian belakang
otak sebagian besar akan menyumbat aliran CSS yang keluar dari
ventrikel IV. Pada banyak kasus, cara terbaik untuk mengobati
hidrosefalus yang berhubungan dengan tumor adalah menghilangkan
tumor penyebab sumbatan.
b.5 Abses/granuloma
b.6 Kista arakhnoid
mengalami
pembesaran, tetapi hanya sedikit atau tidak ada peningkatan tekanan dalam
ventrikel. Biasanya dialami oleh pasien usia lanjut dan sebagian besar disebabkan
aliran CSS yang terganggu dan compliance otak yang tidak normal.
NPH timbul akibat dari perdarahan subarachnoid, meningitis, trauma kepala dan
idiopatik. Terdapat trias gejala NPH yaitu gangguan mental atau dementia,
gangguan koordinasi (ataksia), inkontinensia uri.
2.3 Gambaran Klinis
a. Gambaran klinis pada bayi (< 1 tahun)
Kepala membesar
Sutura membesar
Fontanela kepala prominen
Mata kearah bawah (sunset phenomena)
Nistagmus horizontal
Perkusi kepala : cracked pot sign atau seperti semangka.
Ukuran rata-rata lingkar kepala
Lahir
Umur 3 bulan
Umur 6 bulan
Umur 9 bulan
Umur 12 bulan
Umur 18 bulan
35 cm
41 cm
44 cm
46 cm
47 cm
48,5 cm
Sakit kepala
Kesadaran menurun
Gelisah
Mual, muntah
Hiperfleksi seperti kenaikan tonus anggota gerak
Gangguan perkembangan fisik dan mental
Papil edema, ketejaman penglihatan akan menurun dan lebih lanjut dapat
mengakibatkan kebutaan bila terjadi atrofi pada papila NII.3
Tulang tipis
Disproporsi kraniofasial
Sutura melebar
Tekanan
Jumlah sel meningkat, menunjukan adanya peradangan/infeksi
Adanya eritrosit menunjukan perdarahan
Bila terdapat infeksi, dperiksa dengan pembiakan kuman dan kepekaan
antibiotik.5
10
11
BAB III
PENATALAKSANAAN HIDROSEFALUS
3.1 Terapi Medikamentosa
Ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi
sekresi cairan dari plexus khoroid atau upaya meningkatkan reabsorbsinya.7
Obat yang sering digunakan adalah :
Azetasolamid
Cara pemberian dan dosis per oral 2-3 x 125 mg/hari. Dosis ini dapat
ditingkatkan sampai maksimal 1.200 mg/hari.
Furosemid
Cara pemberian dan dosis per oral 1,2 mg/kgBB/hari atau injeksi iv 0,6
mg/kgBB/hari.
Bila tidak ada perubahan setelah satu minggu pasien diprogramkan untuk
operasi.
3.2 Lumbal punksi berulang
Mekanisme punksi lumbal berulang dalam hal menghentikam progresivitas
hidrosefalus belum diketahui secara pasti. Pada punksi lumbal berulang akan
terjadi penurunan terjadi penurunan tekanan CSS secara intermiten yang
memungkinkan absorbsi CSS oleh vili arakhnoidalis akan lebih mudah.
Indikasi : umumnyadikerjakan pada hidrosefalus komunikan terutama pada
hidrosefalus yang terjadi setelah perdarahan subaraknoid, periventrikularintraventrikular dan meningitis TB. Diindikasikan juga pada hidrosefalus
komunikan dimana shunt tidak bisa dikerjakan.8
3.3 Terapi operasi
Pengembangan ventrikel shunt dengan katup satu arah membuka jalan bagi
keberhasilan pengobatan hidrosefalus. Katup dapat diatur pada tekanan yang
diinginkan sehingga memungkinkan CSF untuk mengalir langsung ke aliran
darah (shunt ventriculoatrial), rongga peritoneum (ventriculoperitoneal shunt),
atau rongga pleura jika tekanan meningkat.
Mengenai NPH , perbaikan yang paling konsisten telah dicapai dalam
minoritas pasien yang penyebabnya diketahui (perdarahan subarachnoid,
12
13
BAB IV
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Rekate HL. A contemporary definition and classification of hydrocephalus.
Semin Pediatr Neurol. Mar 2009;16(1):9-15.
2. Kahlon B, Annertz M, Stahlberg F, Rehncrona S. Is aqueductal stroke
volume, measured with cine phase-contrast magnetic resonance imaging
scans useful in predicting outcome of shunt surgery in suspected normal
pressure hydrocephalus?. Neurosurgery. Jan 2007;60(1):124-9;discussion
129-30.
3. Hattingen E, Jurcoane A, Melber J, Blasel S, Zanella FE, Neumann-Haefelin
T. Diffusion tensor imaging in patiens with adult chronic idiopathic
hydrocephalus. Neurosurgery. May 2010;66(5):917-24.
4. Hamilton MG. Treatment of hydrocephalus in adults. Semin Peditr Neurol.
Mar 2009;16(1):34-41.
5. Woodworth GF, McGirth MJ, Williams MA, Rigamonti D. Cerebrospinal
fluid drainage and dynamics in the diagmosis of normal pressure
hydrocephalus. Neurosurgery. May 2009;64(5):919-25;discussion 925-6.
6. Lacy M, Oliveira M, Austria M, Frim MD. Neurocognitive outcome after
edoscopic
third
ventriculocisterostomy
in
patiens
with
obstructive
15