Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
A. PENGERTIAN
Hamil mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi
tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili koriales
disertai dengan degenerasi hidropik (Hamilton, 1995).
Hamil mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi
tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili koriales
disertai dengan degenerasi hidropik (Heller, 1986).
B. ETIOLOGI
Belum diketahui pasti, ada yang menyatakan akibat infeksi, defisiensi makanan,
dan genetik. Yang paling cocok ialah teori Acosta sison, yaitu defisiensi protein.
Faktor resiko terdapat pada golongan sosioekonomi rendah, usia < 20 tahun dan
paritas tinggi.
Menurut Heller (1986), penyebab dari mola hidatidosa adalah anomali yaitu
karena pembengkakan edematosa pada villi (degenerasi hidrofik) dan proliferasi
trofoblast.
C. PATOFISIOLOGI
Uterus berukuran lebih besar daripada ukuran untuk kehamilan yang normal
dan teraba lunak serta bundar.
E. KOMPLIKASI
Menurut Mansjoer (1999)
Anemia.
Syok.
Infeksi.
Eklamsia.
Tirotoksikosis.
Menurut www.geocities.com
Perdarahan hebat.
Anemis.
Syok.
Perforasi usus.
Keganasan.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Uji sonde uterus (Hanifa).
Tandanya yaitu sonde yang dimasukkan tanpa tahanan dan dapat diputar 360 0
dengan deviasi sonde kurang dari 100.
2. Peningkatan kadar beta HCG darah atau urin.
3. USG menunjukkan gambaran badai salju (snow flake pattern).
Koreksi dehidrasi.
Bila ada gejala pre eklamsia dan hiperemesis gravidarum, diobati sesuai
dengan protokol penanganan dibagian obstetri.
Histerektomi.
Syarat melakukan histerektomi :
Bila telah terjadi remisi spontan (kadar beta HCG, pemeriksaan fisik dan
foto thorax semuanya normal) setelah 1 tahun maka pasien tersebut
berhenti menggunakan kontrasepsi dan dapat hamil kembali.
Bila selama masa observasi, kadar beta HCG tetap atau meningkat dan
pada pemeriksaan foto thorax ditemukan adanya tanda-tanda metastasis
maka pasien harus dievaluasi dimulai pemberian kemoterapi.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Menurut Doengoes, 1999 :
1. Aktivitas/istirahat.
Gejala : insomnia, sensitifitas , otot lemah, gangguan koordinasi,
kelelahan berat.
Tanda : atrofi otot, tremor.
2. Sirkulasi.
Gejala : perdarahan pervaginam.
Tanda : tekanan darah, takikardi saat istirahat.
3. Eliminasi.
Gejala : urin dalam jumlah banyak, perubahan dalam feses.
4. Intergritas ego.
Gejala : mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik.
Tanda : emosi labil (euphoria sedang sampai delirium), depresi.
5. Makanan/cairan.
Gejala : kehilangan BB mendadak, nafsu makan , mual dan muntah.
Tanda : distensi vena jugularis, edema, turgor kulit dapat dilihat dari
kelembaban/kering; membran mukosa.
6. Neurosensori.
Gejala : rasa ingin pingsan/pusing, tremor halus, kesemutan.
Tanda : gangguan status mental, bicara cepat/parau, perilaku seperti
bingung, gelisah, disorientasi, peka rangsang, delirium, psikosis,
struktur koma.
7. Nyeri.
Gejala : nyeri abdomen.
perawatan
diri
berhubungan
dengan
kelelahan
nyeri
atau
ketidaknyamanan.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan I : Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan
kerusakan jaringan intrauteri.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat
beradaptasi dengan nyeri yang dialami.
Intervensi :
1. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien.
Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala
maupun diskripsi.
2. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya.
Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi
nyeri.
3. Kolaborasi pemberian analgetika.
Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan
pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum
luas/spesifik.
Diagnosa Keperawatan II : Resiko tinggi terhadap devisit volume cairan
berhubungan dnegan perdarahan.
Tujuan : Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output
baik jumlah maupun kualitas.
Intervensi :
1. Kaji kondisi status hemodinamika.
Intervensi :
1. Sajikan makanan yang hangat.
Rasional : Untuk mengkaji mual/muntah/nek.
2. Kaji/catat pemasukan diet atau kemampuan pasien dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi.
Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi definisi dan kebutuhan diet.
3. Anjurkan untuk makan sedikit tapi sering.
Rasional : Meminimalkan anorexia/mual.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi.
Rasional : Menambahkan dalam menetapkan program nutrisi spesifik untuk
memenuhi kebutuhan individu pasien.
Diagnosa Keperawatan V : Gangguan aktivitas berhubungan dengan
kelemahan, penurunan sirkulasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat
melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi.
Intervensi :
1. Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas.
Rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi
perdarahan masif perlu diwaspadai untuk mencegah kondisi klien
lebih buruk.
2. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan.
Rasional : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ
reproduksi.
3. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.
Rasional : Mengistirahatkan klien secara optimal.
4. Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi
klien.
Rasional : Mengoptimalkan kondisi klien, pada Mola Hidatidosa, istirahat
mutlak sangat diperlukan.
Intervensi :
1. Dekatkan barang-barang milik pasien.
Rasional : Untuk memudahkan pasien.
2. Kaji tingkat keterbatasan pasien dalam perawatan diri.
Rasional : Membantu dalam mengkaji keterbatasan pasien.
3. Bantu keperluan pasien dalam perawatan diri pasien.
Rasional : Untuk memudahkan pasien.
4. Tentukan kemampuan saat ini (skala 0-4).
Rasional : Mengidentifikasi kebutuhan intervensi yang dibutuhkan.
5. Koordinasi dengan ahli terapi fisik/rehabilitasi.
Rasional : Berguna dalam menetapkan program latihan/aktivitas dan dalam
mengidentifikasi alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individu.
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad. (1981). Obstetri patologi.
Jakarta : Elstar Offset.
JNPKKR-POGI. (2000). Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Mansjoer, A., et.al. (1999). Kapita selekta kedokteran. Edisi III. Cetakan 2.
Jakarta : Media Aesculapius.
Marilynn E.Doengoes. (2000). Rencana asuhan keperawatan : pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis obstetri. Edisi 2. Jakarta : EGC.
NANDA. (2006). Nursing diagnosis : definition and classification.
Philadelphia : North American Nursing Association.
Sarwono, Prawirohardjo. (1999). Ilmu kandungan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
H. PATHWAY KEPERAWATAN
Perdarahan pervaginam
berulang
Defisiensi
protein
Paritas tinggi
Akibat infeksi
Faktor ovum
Mola Hidatidosa
Pengaruh
anestesi
Motalitas usus
Distensi abdomen
Curetage
Invasi
mikroorganisme
Mual/muntah
Nafsu makan
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Terputusnya
jaringan syaraf
Perdarahan
Bedrest total;
malas bergerak
Nyeri luka
operasi
Resiko tinggi
kekurangan
volume cairan
Takut akan
lukanya
Motalitas usus
Distensi abdomen
Nyeri
Resiko tinggi
infeksi
Pengaruh anestesi
Kelemahan
Gangguan
aktivitas
Kurang
perawatan
diri
Mual/muntah
Nafsu makan
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan