Вы находитесь на странице: 1из 23

MENANGGULANGI KEMISKINAN

MELALUI PEMBANGUNAN
PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

kajian hasil
focused group discussion
Jakarta, 22-24 April 2009

Direktorat Permukiman dan Perumahan


Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS

KAJIANHASILFOCUSEDGROUPDISCUSSION
MENANGGULANGIKEMISKINANMELALUIPEMBANGUNANPERUMAHANDANPERMUKIMAN

KAJIANHASILFOCUSEDGROUPDISCUSSION

MENANGGULANGIKEMISKINANMELALUIPEMBANGUNAN
PERUMAHANDANPERMUKIMAN

1. Pengantar
KegiatanDiskusiKelompokTerarah(FocusedGroupDiscussionatauFGD)yangbertemaMenanggulangi
Kemiskinan melalui Pembangunan Perumahan dan Permukiman telah menghasilkan butirbutir
pemikiran yang sangat bernilai, baik dari sisi upaya menanggulangi kemiskinan sebagai tujuan umum
pembangunan,maupundarisisipengembangansektorperumahandanpermukiman.
Sebagaimanatelahdiarahkanmelaluikerangkamateripembicaraan,pembahasandandiskusibersama
beberapa pihak yang berkompeten, kegiatan FGD telah menghasilkan beberapa butir rumusan
isu/masalah, kebijakan dan strategi serta peluangpeluang untuk melakukan rencana aksi bersama.
Secara lebih detail meskipun tidak merata di setiap butir masalah, telah dapat diidentifikasi beberapa
target dan indikator. Beberapa indikator yang dapat dirumuskan memang masih setahap indikator
perumusan masalah, masih belum beranjak kepada indikator pencapaian kinerja penanganan
perumahan dan permukiman. Lebih jauh, masih belum menjangkau rumusan konsensus bersama dan
butirbutirkegiatanyangakandikoordinasikanpelaksanaannya.
Telah disepakati pula bahwa kegiatan FGD ini bukanlah akhir perumusan kebijakan dan rencana aksi
bidang perumahan dan permukiman. Disadari pula sebagai bidang yang tergolong paling kompleks,
perumusankebijakandanrencanaaksibersamamembutuhkanproseslebihjauhsecarabertahap.Untuk
itu rangkaian kegiatan FGD selanjutnya direncanakan untuk dilakukan secara konsisten dengan
melibatkanparaaktorkuncidariberbagaipihakdaninstansi.

2. Pendahuluan
Dari proses FGD dan perumusan serta dilengkapi dengan penulisan kembali, terdapat 5 (lima) butir
permasalahan yang berhasil diidentifikasi dan dikaji lebih mendalam, berikut rancangan rumusan
kebijakan dan strategi yang perlu dikembangkan, serta peluangpeluang rencana aksi sebagai
implementasinya.
Sebagai ringkasan, kelima butir isu atau masalah dan kebijakan serta rencana aksi yang telah disusun
disajikandalamtabelsebagaiberikut:

Bappenas, Jakarta, 22-24 April 2009

KAJIANHASILFOCUSEDGROUPDISCUSSION
MENANGGULANGIKEMISKINANMELALUIPEMBANGUNANPERUMAHANDANPERMUKIMAN

TabelRingkasanRumusanIsu,KebijakandanRencanaAksi
Isu/Masalah

KebijakandanStrategi

1. Perumahandan
Permukimansebagai
Instrumen
Penanggulangan
Kemiskinan

1. Pemenuhanhakdasarperumahan
2. Pemberdayaanmasyarakat
3. Penanganankumuhmenujukota
kotabebaskumuh(CitiesWithout
Slums)
4. Perumahandanpermukimanuntuk
meningkatkanpendapatan
5. Permukimanyangberkelanjutan
(sustainablesettlements)

2. SistemPenyediaan
PerumahanyangPro
poor(PropoorHousing
DeliverySystem)

1. Pengembangansistempenyediaan
perumahanyangpropoorsecara
bertahapdanprogresif.
2. Segmentasipasarperumahanyang
terbebasdaridikotomimelayani
kelompokkayaataumiskin.

3. LemahnyaTataKelola
(Governance)bidang
Perumahan:
Tantangandesen
tralisasi
Kesenjangan
kebijakanpraktek
Belenggusistemyang
kaku
Involusikepranataan
Miskoordinasi

1. Peningkatanintegritasdankapasitas
pemerintahan,danpartisipasi
masyarakat.
2. Penguatankerjasamadankoordinasi
antarinstansi/pihak
3. PenempetanPemdasebagaileaderyg
memahamidaerah,didukung
fasilitasipemerintahpusatdan
provinsi
4. Pengembangansistemperumahan
yangberbasisidentifikasitipologi
daerah
5. Pengembanganpolakemitraan
secaraluas:KPS,KPM,KPSM
6. Pengembanganpolapola
pembiayaanyangfleksibel.
7. Pengkajiankembalikonsepdan
prakteksuksesperumahandan
permukiman
1. Pengkoordinasianpenyusunan
kerangkadatasecarapartisipatif,
2. Penyesuaianjadwalpendataan,
perencanaandanpelaksanaan
pembangunan,penyesuaiandata
pusatdandatadaerah,serta
penyesuaiandatadasardandata
sektorperumahanpermukiman
1. Peningkatankapasitaskonsep
keamananbermukimdan
penerapannya
2. Peningkatankeamananbermukim
3. Pemetaankondisidariragamstatus
bermukim
4. Pemberdayaanpermukimaninformal
(liar).
5. Pengembangankategoristatus
bermukim
6. Pelaksanaanevaluasiregulasidan
kebijakandalamupayaregularisasi
perumahankumuhdaninformal
(liar)

4. KelemahanSistemData
Perumahandan
Permukiman:
Belumadanyasistem
datayangbaik
Lemahnyakoordinasi
penyusunansistem
data
5. IsuKeamananBermukim
(SecureTenure):
AkarmasalahMBR
danmiskinkotayang
tidakmampu
mengakses
permukimanyang
layak
Akarmasalahdari
permukimankumuh
daninformal(liar)
yangterus
bertambah.

DraftRencanaAksi
1. Meningkatkanperlindunganterhadap
lingkunganpermukimandanperumahanrakyat
(tidakmenggusur).
2. Mengembangkanpendekatanalternatifyangsecara
konsekwenmenempatkanwargamiskinsebagai
subjekyangdiberdayakandandiorganisir
3. Prakarsakotabebaskumuhdenganmenangani
permukimankumuhtermasukkekumuhanstatus
penghuniannya(insecuretenure)
4. MeningkatkankapasitasdanseriFGD
1. Melaksanakankajiankonsepsistempenyediaan
ataupasarperumahanyangpropoor.
2. Meningkatkankapasitastentangkebijakan
perumahandansistempenyediaanperumahan
untukkonteksnegaraberkembang(pelatihan,
seminar,kuliah)
3. MelaksanakanrangkaianFGDperumusankebijakan
danrencanasecarapartisipatif.
1. Meningkatkankapasitastentangpengelolaan
urusanperumahanygterdesentralisasi.
2. Meningkatkankapasitasparafasilitatormelalui
pendalamanmateriperencanaanpartisipatif,system
thinking,evaluasikoordinasi,pengelolaan
multistakeholders,dsb.
3. Merumuskanpanduandanmanualyangmudah
diakses(basictoolkitsbox)
4. Percontohanpenangananpermukimaninformal
denganpolaKPSM
5. Membentuksemacamlembagadompetatautrust
fund.
6. Melaksanakanevaluasidanpengembangan
kelembagaanPerumnas(termasukPerumda)dan
BKP4N
7. MelaksanakanevaluasiP2BPK,ASPEK,AKKPIdan
KreditTriguna
8. RangkaianFGDpartisipatif
1. KegiatanFGDlanjutanparapihaktentang
penyusunankerangkadataperumahandan
permukiman.
2. FGDdalammenentukandefinisidankategori
permukimankumuh,sertastandarpelayanan
minimum(SPM)

1. Melaksanakanstudidanpemetaankondisiragam
statusbermukimdengankeluaranbasisdatadan
kerangkakategoristatusbermukim,
2. Mengembangkanpercontohanpenanganan
permukimaninformal(liar)melaluiberbagaibentuk
programpercontohanpemukimankembali
(resettlement)
3. Peningkatankapasitaspenangananpermukiman
informalyangprogresifdanterpaduterutamadi
tingkatkota
4. Melaksanakanstudipengkajianregulasi,kebijakan
danprogramdalamupayaformalisasipermukiman
kumuhdansquatter,termasukpulastudibanding
regulasistatusbermukim
5. RangkaianFGDuntukpenyamaanpemahaman
prinsipkeamananbermukimdanpublicawareness
buildingyangluas

Bappenas, Jakarta, 22-24 April 2009

KAJIANHASILFOCUSEDGROUPDISCUSSION
MENANGGULANGIKEMISKINANMELALUIPEMBANGUNANPERUMAHANDANPERMUKIMAN

3. IsudanKebijakan
3.1

PerumahandanPermukimansebagaiInstrumenPenanggulanganKemiskinan
Pada sesi perumusan hari pertama mengemuka diskusi mengenai tema pertemuan ini, yaitu
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Perumahan dan Permukiman. Pendapat yang
mempertanyakan tema seperti ini berpandangan bahwa pembangunan perumahan dan
permukiman bukanlah semata ditujukan untuk kalangan miskin ataupun untuk menanggulangi
kemiskinan,namununtukmelayanipembangunanperumahanbagisemuagolongan.Sedangkan
pendapat yang mendukung tema ini berpandangan bahwa pembangunan perumahan dan
permukiman hendaknya diarahkan untuk turut menanggulangi kemiskinan, yang merupakan
salahsatuprogramdasarpembangunanjangkapanjang.
3.1.1PendekatanPemenuhanHakhakDasar
Sebagai acuan yang cukup memberi penjelasan, pertamatama kita dapat mengutip beberapa
rumusan di dalam Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK) dimana bidang
perumahandanpermukimandialamatkansecaracukupjelassebagaiinstrumenpenanggulangan
kemiskinan. Sebagai dokumen kebijakan dan strategi pembangunan, SNPK merupakan
implementasiKonstitusiUUD1945yangmengamanatkanpenanggulangankemiskinandibanyak
pasalnya. Pertanyaan dasar pertama, mengapa penanggulangan kemiskinan menjadi prioritas
pembangunan? Disebutkan karena kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan,
dan persatuan. Untuk itu diperlukan upaya yang sungguhsungguh untuk menanggulangi
kemiskinan,terusmenerusdanterpadudenganmengutamakanpendekatanhakhakdasar.
Kedua, mengapa menanggulangi kemiskinan harus memperhatikan pemenuhan hakhak dasar?
Jawabnya, karena kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak
terpenuhi hakhak dasarnya secara layak untuk menempuh kehidupan yang bermartabat.
Bagaimanapun, masyarakat miskin mempunyai hakhak dasar yang sama dengan anggota
masyarakat lainnya. Kemiskinan tidak lagi dipahami semata ketidakmampuan ekonomi, tetapi
jugakegagalanpemenuhanhakhakdasardanperbedaanperlakuandalammenjalanikehidupan
secara bermartabat. Pemenuhan hakhak dasar ini adalah pendekatan yang digunakan dalam
upayapenanggulangankemiskinan.
Ketiga, bagaimana cara memenuhi hakhak dasar tersebut? Penanggulangan kemiskinan tidak
dapatdilakukansecarasingkatdansekaliguskarenakompleksitaspermasalahanyangdihadapi
dan keterbatasan sumberdaya untuk mewujudkan pemenuhan hakhak dasar. Oleh sebab itu,
kebijakan penanggulangan kemiskinan dipusatkan pada prioritas penghormatan, perlindungan
danpemenuhanhakhakdasarsecarabertahap.Keempat,apasajahakhakdasartersebut?Ada
sepuluh,selainhakatasperumahanadapulahakataspangan,kesehatan,pendidikan,pekerjaan,
air bersih dan sanitasi, tanah, lingkungan hidup dan sumberdaya alam, rasa aman, dan
berpartisipasi dalam proses pembangunan. Kelima, bagaimana pemenuhan hak perumahan?
Pemenuhan hak perumahan bertujuan untuk memenuhi hak masyarakat miskin atas tempat
tinggalatauperumahanyanglayakdanlingkunganpermukimanyangsehat,dengankebijakan:1.
Menyediakan rumah yang layak dan sehat yang terjangkau bagi masyarakat miskin, 2.

Bappenas, Jakarta, 22-24 April 2009

KAJIANHASILFOCUSEDGROUPDISCUSSION
MENANGGULANGIKEMISKINANMELALUIPEMBANGUNANPERUMAHANDANPERMUKIMAN

Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan dan penyediaan rumah yang layak
dansehat,dan3.Meningkatkanperlindunganterhadaplingkunganpermukimandanperumahan
rakyat(SNPK,2005).
Pendekatan hakhak dasar mengalamatkan pemenuhan hakhak perumahan dan permukiman
dalam upaya menanggulangi kemiskinan. Jika kebijakan pertama (penyediaan perumahan) dan
kedua (partisipasi dan pemberdayaan masyarakat) membutuhkan mobilisasi dan
institusionalisasisumbersumberdayayangbesarsehinggadiperlukanupayayangbertahapdan
progresif, maka kebijakan ketiga berupa perlindungan perumahan dan permukiman (tidak
menggusur) merupakan langkah awal yang paling realistis dalam memberikan hakhak dasar
atasperumahandanpermukimanwargamasyarakatterutamayangmiskin.
3.1.2PendekatanPemberdayaanMasyarakat
Disampingpendekatanpemenuhanhakhakdasar,masihterdapatragampendekatanlaindalam
menempatkan perumahan dan permukiman sebagai instrumen pengentasan kemiskinan.
Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan lain yang mendasari kebijakan untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan perumahan dan permukiman. Di
tengah kondisi kekosongan peran dan sistem kepranataan (institusi) pemerintah dan sistem
pasar yang teregulasi dengan baik, untuk mengisinya maka pendekatan pemberdayaan
masyarakat merupakan pendekatan alternatif untuk melakukan proses transformasi sosial
menujupeningkatankesejahteraanmasyarakat.
Pemberdayaan masyarakat pada dasarnya bertujuan untuk memupuk modal sosial. Sebagai
contoh kasus permukiman, pendekatan sebatas dengan memindahkan penghuni permukiman
kumuhdaninformal(squatter)kerumahsusuntidaklagimemadai.Polapenanganandijalankan
oleh organisasi proyek hanya akan menghasilkan proyek yang berkelanjutan ketimbang
pengentasan kumuh yang berarti. Untuk itu, diperlukan pengembangan pendekatan alternatif
yang secara konsekwen menempatkan warga miskin sebagai subjek yang diberdayakan dan
diorganisir. Dari sisi ini, maka penanganan permukiman kumuh dan informal pada dasarnya
bertujuanuntukmemberdayakanmasyarakat.Denganterpupuknyamodalsosialwargakumuh
dan miskin maka diyakini bahwa mereka mampu untuk mengentaskan dirinya sendiri dari
kemiskinandankekumuhanyangdihadapi.
Pemberdayaanmasyarakat(komunitas)bertujuanmembangunmodalsosialdiindikasikanoleh
peningkatan tingkat partisipasi dan tingkat saling percaya antarpihak. Penataan fisik
permukiman bukanlah tujuan melainkan instrumen pemberdayaan sosial dan ekonomi dari
komunitas. Proses pengadaan perumahan dan permukiman adalah proses pemberdayaan
masyarakat. Perumahan di sini dijadikan sebagai instrumen pemberdayaan selain juga
merupakankebutuhanmasyarakatsendiri.
3.1.3PendekatanPenangananKumuhdanLangkahAksi
Penanganan permukiman kumuh menuju kotakota bebas kumuh (Cities Without Slums)
merupakan pendekatan lain pula dalam upaya menanggulangi kemiskinan. Penanganan
Bappenas, Jakarta, 22-24 April 2009

KAJIANHASILFOCUSEDGROUPDISCUSSION
MENANGGULANGIKEMISKINANMELALUIPEMBANGUNANPERUMAHANDANPERMUKIMAN

permukiman kumuh melihat kemiskinan dari kacamata kekumuhan permukiman yang tidak
terlepas pula dari masalah sosial dan ekonomi penghuninya, termasuk kekumuhan status
penghuniannya(insecuretenure).Penangananpermukimankumuhmengacupadatargettarget
yangsudahdicanangkan.DiantaranyaadalahRPJP20052025bahwapadatahun2025kotakota
diIndonesiaterbebasdaripermukimankumuh.TargetlainnyaadalahTargetMDGsyaitubahwa
pada tahun 2020 warga miskin yang tinggal di permukiman kumuh berkurang hingga
setengahnya.
Pendekatan lainnya adalah perumahan dan permukiman untuk meningkatkan pendapatan
keluarga, dan permukiman yang berkelanjutan (sustainable human settlements). Pembahasan
topik ini lebih jauh membutuhkan kesempatan yang memadai sebagai upaya penyamaan
pemahamanantaraparapihak.
Bagaimanapun,kiranyaperbedaanperbedaanpendapatyangmengemukainimerupakansuatu
awal diskusi yang baik, karena telah dikemukakan di dalam suatu forum secara partisipatif.
Prosesselanjutnyaakanmenjadipentinguntukmenghindarikeadaanyangterjebakdalamsuatu
kebuntuan (impasse/deadlock) pula. Kebuntuan demi kebuntuan adalah hal yang normal di
dalam pengelolaan suatu arena kebijakan yang kompleks seperti perumahan dan permukiman.
Namun, jika tidak dikelola dengan baik maka kebuntuankebuntuan akan mengendala
(constraint)danmenghasilkanupayaupayayanginvolutif(tidakkemanamana)semata.Untuk
itu, diperlukan rangkaian kegiatan produktif (melalui serial FGD lanjutan) untuk memecah
kebuntuan ini dengan menawarkan pemikiranpemikiran yang kreatif sehingga dapat
menghasilkan terobosan (breakthrough/advance) untuk secara menerus membangun sistem
penyediaan perumahan yang semakin baik. Bersamaan dengan itu pula, diperlukan praktek
praktekujicobadilapanganyangberupayamenerapkanprinsipprinspdankesepakatandalam
prosesperumusankebijakandanrencanaaksi.

3.2

SistemPenyediaanPerumahanyangPropoor
(PropoorHousingDeliverySystem)
Isu mendasar lain yang mengemuka di dalam kegiatan FGD adalah, apakah pembangunan
perumahandanpermukimanhanyaditujukanuntukkelompokMBRdanmiskin(propoor),atau
padadasarnyaditujukanuntuksemuagolonganmasyarakat(forall)?Perbedaandanperdebatan
paradigma terutama muncul pada tingkatan program dan pendekatan teknis, seperti program
bantuankreditmikro,programfasilitasiperumahanswadaya,maupunpolahunianberimbang1
36, yang dipandang sebagai propoor. Menjadi pertanyaan pihak yang pro for all, apakah
misalnya pengembangan SMF (Fasilitas Pasar Sekunder) yang memfasilitasi pembiayaan
perumahan untuk semua golongan tidak menjadi penting? Sedangkan bagi yang memihak
paradigma propoor menyebutkan pentingnya pemihakan. Skema hunian berimbang 136
adalahmodelsederhanauntukmenjaminadanyaperimbanganpembangunanperumahanuntuk
menghindarikesenjanganyangterlalujauh.
Sebagaiawaldiskusi,perbedaanpandanganyangmengemukainiadalahnormaldidalamsuatu
forumyangpartisipatif.Untukitu,padaprosesselanjutnya,diperlukanrangkaiankegiatanFGD

Bappenas, Jakarta, 22-24 April 2009

KAJIANHASILFOCUSEDGROUPDISCUSSION
MENANGGULANGIKEMISKINANMELALUIPEMBANGUNANPERUMAHANDANPERMUKIMAN

lanjutan untuk menghasilkan terobosan secara menerus dalam membangun sistem penyediaan
perumahan.
3.2.1SistemPenyediaanPerumahanyangPropoor
Meskipundemikian,secaraawaladapemikiranyangdikemukakanuntukmenjawabperbedaan
pandangan ini, meskipun masih belum ada kesempatan yang luas untuk mengkajinya secara
bersamasama.YangdipandangmasihbelumadaialahSistemPenyediaanPerumahanyangPro
poor (Propoor Housing Delivery System). Sistem perumahan bukan semata program atau
semacam proyek bantuan langsung tunai sebagaimana proyek P2KP, PPK atau NUSSP. Sistem
perumahan adalah suatu kerangka kepranataan yang mengelola urusanurusan sektor
perumahan dan permukiman secara utuh, yang meliputi aspek pasokan (supply) dan
kebutuhan/permintaan (need/demand) di dalam proses yang saling kait mengkait pula dengan
pasar properti. Proses di dalam sistem/pasar perumahan rakyat terkait dengan, namun lebih
luasdari,prosesdidalampasarpropertiyangmelihatperumahan(bangunandantanah)sebatas
sebagaikomoditi.Pemenuhankebutuhanperumahanrakyattidakdapatdiserahkanseluruhnya
padapasarproperti.Pemerintahmemilikiperanuntukmembangunsistemdanpasarperumahan
rakyatsecarabertahapdansecarautuhyangberorientasipadaasaskeseimbangandankeadilan
untuk semua golongan masyarakat. Sistem penyediaan perumahan yang propoor adalah
jawabanataskebijakanuntukmenyediakanperumahanyanglayakdanterjangkaubagiseluruh
rakyat,khususnyakelompokmiskin,yangperludikembangkansecarabertahapdanprogresif.
Bidang perumahan dan permukiman pada dasarnyaharus dibangun secara utuh di atas sistem
penyediaan (housing delivery system) yang tanggap terhadap sistem kebutuhan (housing need
system)yangada.Ketikasistemkebutuhanperumahanbelumdapatdikenalidenganbaik,maka
sistem penyediaan yang dapat dihasilkan hanya berwujud programprogram yang tidak
mengenaisasaransecaraefektif.Sedangkanpadaprakteknya,sejumlahanggarandansumbedaya
tetap dikerahkan setiap tahunnya, dan masyarakat juga tetap memenuhi kebutuhan alamiah
perumahannya setiap hari dan setiap saat. Namun seberapa jauh praktek pasokan dan
kebutuhan ini bekerja di dalam suatu sistem yang berimbang, terencana dan terkendali, dapat
dilihatdariwajahperumahandanpermukimanyangmasihjauhdarimemadai.
Wajah permukiman di tanah air ditandai oleh segregasi spasial yang sangat mencolok antara
permukiman kelas atas dan kelas miskin/MBR. Termasuk juga sisi wajah perumahan di
Indonesia adalah proporsi permukiman informal (informal/squatter settlements) yang meluas.
Bentengbentengperumahankelasatasdilengkapisistemsekuritiyangmaksimaldisatusisi,dan
rumahrumah substandar di bantaran rel kereta dan bantaran sungai di sisi lain, adalah
gambaranketimpanganwajahperumahandanpermukimanditanahair.Telahbanyakstudiyang
menunjukkanpulabahwasegregasispasialiniberkorelasipositifpuladengansegregasisosialdi
masyarakat,yangmerupakansasaranpengentasankemiskinan.
Perumahan yang propoor memang mudah terjebak pada dikotomi antara melayani kelompok
kaya atau miskin/MBR. Secara awal dapat dikemukakan bahwa perumahan yang propoor
bukanlahpenyederhanaanmasalahdanmenghilangkanfokuspelayananpublikyanglebihluas.

Bappenas, Jakarta, 22-24 April 2009

KAJIANHASILFOCUSEDGROUPDISCUSSION
MENANGGULANGIKEMISKINANMELALUIPEMBANGUNANPERUMAHANDANPERMUKIMAN

Perumahan propoor tidak boleh terjebak pada program populis yang karitatif (charity based)
semata, seperti proyek bantuan langsung perumahan. Perumahan propoor bukan semata
diwujudkandenganBLTperumahan,apalagi,bukanpulajargonpolitik.
Ketika pembangunan dihadapkan dengan realita kemiskinan yang harus ditanggulangi, maka
perumahan yang propoor bermakna sistem pembangunan perumahan dan permukiman yang
ditempatkan sebagai instrumen strategis untuk turut mengentaskan kemiskinan. Pada
gilirannya, kemiskinan yang dihasilkan oleh sistem pembangunan yang timpang perlu diatasi
puladengancaramemperbaikisistemtersebut.Pembangunansistemperumahanpropoorpada
dasarnyaadalahpemihakansistemsebagaikoreksisistemyangtimpangtersebut.
Kesimpulannya, tidak ada perbedaan pengertian yang mendasar antara perumahan yang
memihak kaum miskin (propoor housing) dan perumahan untuk semua (housing for all)
sebagaimana dipahami beberapa kalangan sebagai dua hal yang berbeda, ketika upaya
perubahandifokuskanpadaperubahansistemyanglebihberkeadilan.
3.2.2SegmentasiPasarPerumahan
Pertanyaan selanjutnya, bagaimana sistem penyediaan perumahan yang berkeadilan (propoor,
for all) tersebut? Jika kita mengartikan sistem perumahan sebagai pasar perumahan yang
berimbang dan berkeadilan, maka peran utama pemerintah adalah meregulasi pasar. Peran
sebagai regulator sama sekali berbeda dengan menyusun dokumendokumen regulasi (NSPM
norma, standar, pedoman dan manual) yang mencantumkan istilahistilah perumahan di
dalamnyanamuntidakberfungsisecaraefektif.
Mengapa dikatakan tidak efektif? Karena ternyata berbagai dokumen regulasi tidak mewujud
secaraefektifdilapangan.KetikasubsidiRSH,RusunawadanRusunamiakhirnyajatuhditangan
yangtidak/kurangberhakibaratmenaburgaramkelaut,danketikapasarperumahansekunder
terkendala pasar perumahan primer yang belum kondusif (insecure), ketika kredit mikro
perumahan tidak menunjukkan progresifitas pengentasan yang berarti, ketika pengembangan
kawasan melalui kasiba tidak dijalankan secara benar, maka sesungguhnya pemerintah belum
menjalankan perannya meregulasi pasar perumahan. Apalagi jika semua praktek ini sudah
berlangsung puluhan tahun hingga kini dan terus berlangsung di tengah laju formasi
permukiman kumuh dan informal (liar) yang tidak terbendung. Pasar perumahan yang efektif
juga belum terbangun. Urusan perumahan rakyat hanya berkubang di dalam rimba bisnis
properti yang spekulatif. Mempertahankan pasar properti (perumahan sebagai komoditi) yang
spekulatif berarti membiarkan pasar perumahan rakyat tidak berkembang sehat. Berbagai
sumberdayapublikjugaakanhabissecarasiasiatanpaberkontribusiterhadappengembangan
sistemdanprosesinstitusionalisasi.
Isunya kemudian, bukan lagi antara peran pemerintah sebagai regulator dan operator seperti
yangbanyakdiwacanakanselamaini.Namunbentuksistem/pasarperumahansepertiapayang
efektifdanperludibangunsecaraprogresif?Ditingkatglobal telahdiajukansuatukonsepyang
dinamaienablinghousingmarket.Secarasingkat,konsepenablinghousingmarketberartipasar
perumahan yang bersifat memampukan. Terkandung pula makna menguatkan (strengthening)

Bappenas, Jakarta, 22-24 April 2009

KAJIANHASILFOCUSEDGROUPDISCUSSION
MENANGGULANGIKEMISKINANMELALUIPEMBANGUNANPERUMAHANDANPERMUKIMAN

danmemberdayakan(empowering)didalamnya.Pasarperumahanyangmemberdayakan(sebut
saja demikian) pertama dimulai dengan melakukan segmentasi atau strukturisasi pasar
perumahan. Strukturisasi pasar perumahan adalah wujud peran aktif pemerintah untuk
meregulasipasarperumahansecaraefektif.Selainitu,kedua,membangunpasarperumahanyang
memberdayakan menujukan (addressing) intervensi pada input system (tanah, prasarana dan
pembiayaan perumahan). Ketiga, memperbaiki pula sistem pendukung (administrasi tanah,
penataan ruang, perijinan, pengukuran kinerja, penghitungan kebutuhan, dsb). Kemudian,
keempat, mengelola sama baiknya, sistem pasokan dan sistem kebutuhan sekaligus, termasuk
misalnya, memberdayakan calon komunitas penghuni rumah susun secara terpadu dengan
proses konstruksi rumah susun tersebut. Kelima, mengembangkan sistem yang terpadu dan
salingmemberdayakanantaraketigasegmenpasar(komersial,publikdansosial)tersebut.

Tabel2SegmentasiPasarPerumahanRakyat

PengembangansistemSupply

PenanganansistemDemand

PasarPerumahanSosial

PasarPerumahanPublik

PasarPerumahanKomersial

Dengan kerangka umum seperti ini, maka pasar perumahan yang memberdayakan akan
menghasilkan praktek pasar perumahan yang berbeda antara suatu negara dengan negara
lainnya.Berbedapulaantarasuatudaerah(bukandaerahadministrasi!)dengandaerahlainnya
ketikatibadinegarabesarsepertiIndonesia.
Lebih jauh, kiranya konsep ini membutuhkan pengkajian dan pengembangan yang memadai
dalamkontekspasarperumahandiIndonesia.Konseppasarperumahanyangmemberdayakan
jugamemerlukanprosessosialisasiyangmemadaiuntukdipahamisecaratepatdanmenyeluruh
oleh semua pihak. Jika tidak, pemahaman yang tidak sama justru akan membentuk kendala
pemahaman (cognitive constraint) yang baru dalam proses perumusan kebijakan dan
implementasinya,selainberpotensipulauntukdipakaisebagaijargonpolitik.
Konsep rencana aksi yang diusulkan sementara adalah berupa kegiatan peningkatan kapasitas
yangluasmengenaikebijakanperumahandansistempenyediaanperumahankhususnyauntuk
konteks negara berkembang. Baik dalam bentuk pendalaman materi melalui seminar, kuliah
umum,kuliahsingkat,hinggakuliahbergelar,maupundalambentukrangkaianFGDperumusan
kebijakandanrencanasecarapartisipatif.

3.3

TataKelola(Governance)bidangPerumahanyangmasihlemah
Di tengah kondisi belum terbangunnya sistem pasar perumahan rakyat yang memberdayakan,
sebagaimana isu di sektorsektor lainnya, isu penting yang menjadi perhatian adalah masih
lemahnya tata kelola sektor perumahan dan permukiman. Beberapa masalah dikemukakan

Bappenas, Jakarta, 22-24 April 2009

KAJIANHASILFOCUSEDGROUPDISCUSSION
MENANGGULANGIKEMISKINANMELALUIPEMBANGUNANPERUMAHANDANPERMUKIMAN

sebagai kendala pembangunan perumahan permukiman, khususnya untuk mengatasi masalah


kebutuhan perumahan bagi kelompok miskin dan masyarakat berpendapatan rendah, di
antaranyaadalah:
1.

Tantangandesentralisasipembangunanperumahan

2.

Kesenjangan(GAP)antarakebijakandanpraktek.

3.

Belenggusistemyangkaku

4.

Involusikepranataandibidangperumahandanpermukiman.

5.

Miskoordinasidalammengelolabidangperumahanyangkompleks

3.3.1.TantanganDesentralisasiPembangunanPerumahandanPermukiman
Secara umum, tantangan desentralisasi pemerintahan masih menyisakan banyak masalah yang
mengendaladanperlusegeradiselesaikan,yaitu:
1.

Tantangantantangan di tingkat global, nasional, regional dan lokal yang datang secara
bersamaan mempengaruhi proses desentralisasi dan transfer pelayanan publik yang rumit
daripemerintahpusatkepemerintahdaerah.

2.

Kompleksitas tata pemerintahan yang belum tersusun dengan baik sehingga menghasilkan
fragmentasikelembagaansehinggaberujungpadatumpangtindihdanketidakjelasantugas
pokok dan fungsi, kurangnya koordinasi antara dan antarpemerintah daerah, provinsi dan
pemerintahpusatsertalembagalembagapemerintahtertentu.

3.

Kapasitas yang masih lemah dan belum memadai dari pemerintah dan pemerintah daerah
dalammengelolaprosesurbanisasisecaraefektif.Pemerintahdaerah,terutamapemerintah
kota dipandang sebagai mata rantai paling lemah dari sistem tata kelola perkotaan dan
permukiman yang ditunjukkan dari masih adanya kesenjangan antara tugas pokok dan
fungsi yang diberikan dengan kapasitas teknis, perencanaan, pembiayaan, penerapan
kebijakandankoordinasiprogramyangtanggapterhadapprioritaskebutuhanwarganya.

Secara umum, banyak pihak memahami bahwa sektor perumahan dan permukiman tergolong
urusan yang didesentralisasi menjadi urusan pemerintah daerah kota/kabupaten, sedemikian
sehingga pemerintah daerah dipandang bertanggung jawab penuh dalam urusan perumahan
sebagaimana31urusanlainnya.
Namunjikakitamenilikkembali,berdasarkanPeraturanPemerintahNo.38Tahun2007tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan, pada pasal 2 disebutkan bahwa: Urusan pemerintahan yang
dibagi bersama antartingkatan dan/atau susunan pemerintahan adalah (semua urusan
pemerintahan di luar urusan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, yaitu politik luar
negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama), yaitu:
pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, perumahan, penataan ruang, perencanaan
pembangunan,perhubungan,lingkunganhidup,pertanahan,dst(31urusan).
Bunyi pasal ini pada dasarnya tidak melepaskan tanggung jawab pemerintah (pusat) dalam 31
urusanyangtidakdimonopolilagiolehpemerintahpusattersebut.Rumusannyaadalah:urusan
pemerintahanyangdibagibersamaantartingkatanpemerintahan.Dengandemikian,tantangan
Bappenas, Jakarta, 22-24 April 2009

KAJIANHASILFOCUSEDGROUPDISCUSSION
MENANGGULANGIKEMISKINANMELALUIPEMBANGUNANPERUMAHANDANPERMUKIMAN

tantangan desentralisasi yang secara umum dialami pula di bidang perumahan dan
pembangunankotamemerlukanarahkebijakan:
1.

Upayapeningkatankapasitaspemerintahpusat,pemerintahprovinsidanpemerintahdaerah
dalam semua urusan pemerintahan yang saling terkait tersebut sebagai bentuk penguatan
jejaringdanstrukturtatapemerintahan.

2.

Peningkatanintegritasdankapabilitasparapejabattinggidan parapegawaistrukturaldan
fungsional khususnya di unitunit pemerintah yang terkait dengan urusan perumahan dan
permukiman.

3.

Peningkatanpartisipasimasyarakatwarga,aksesyangsamaterhadapinformasipublik,dan
transparansidibidanghukumdankebijakanpublik.

3.3.2AdanyaKesenjanganKebijakandanImplementasi
Adanyakesenjanganantarakebijakandanimplementasikebijakanditengaraisebagaiisupenting
yangperlujadiperhatian.Adakesenjanganantarakebijakandankondisipraktekpembangunan
dilapangan,danadapulakesenjanganantarakebijakandaripusatdanragambentukkebutuhan
didaerahdaerah.
Sebagaistrategiuntukitudiajukanrekomendasi:
1.

Penguatankoordinasiantarinstansipusatyangterkaitperumahandanpusatdaerah.

2.

MenempatkanPemdakota/kabsebagaileaderyanglebihmemahamikondisidaerahnyadan
mengetahui ragam karakter para pelaku kunci di daerahnya. Sedangkan Pemerintah, Pusat
dan Pemerintah Provinsi diperlukan untuk berperan sebagai supporting facilities (National
and Regional Support Facilities) bagi peningkatan kapasitas pemerintah daerah beserta
jajarannya yang terkait langsung maupun tak langsung dengan urusan perumahan dan
permukiman.Baikfasilitasiuntukkegiatanteknis,legal,maupunfinansial.

3.

Sistem perumahan yang berbasis mapping dan identifikasi tipologi daerah dan kebutuhan.
Kondisi yang beragam ini menjadi penentu bobot intervensi ke modal manusia (human
capital), modal fisik (physical capital), maupun modal sosial (social capital) yang ditujukan
olehpemerintahdaerah.

Sebagairancanganrencanaaksibersama,diusulkanpula:
1.

DiadakanlebihlanjutkegiatanFGDparapihakbaikditingkatnasionalmaupundaerah,

2.

Peningkatan kapasitas secara bersama lintas bidang dan sektor yang terkait urusan
perumahandanpermukiman,maupunlintastingkatanpemerintahprovinsidaerah.

3.

Peningkatan kapasitas antarlembaga pemerintah daerah terkait perumahan dan


permukiman dan antar para pihak di daerah (stakeholders) untuk meningkatkan
pemahaman yang utuh, kesadaran mengenai perumahan dan permukiman dan komponen
dasarsertaunsurunsurpendukungnya.

Bappenas, Jakarta, 22-24 April 2009

10

KAJIANHASILFOCUSEDGROUPDISCUSSION
MENANGGULANGIKEMISKINANMELALUIPEMBANGUNANPERUMAHANDANPERMUKIMAN

4.

Perumusanpanduandanmanualyangmengenadenganragamkebutuhanditingkatdaerah
dan lapangan, serta menempatkannyapada unit yangmudah diakses oleh parapihak yang
membutuhkannya(basictoolkitsbox).

3.3.3AdanyaBelengguSistemPemerintahan
Dirasakan ada belenggu sistem yang kaku seperti pendekatan yang berorientasi penyelesaian
proyek dan sistem alokasi anggaran yang kurang rasional. Adanya kompleksitas sistem
perumahan yang meliputi ragam aspek seperti pertanahan, prasarana, pembiayaan, tata ruang,
perijinan, dua sisi pasokan dan permintaan, pemberdayaan sosial masyarakat dan sebagainya,
yang cenderung membawa pada kondisi yang terfragmentasi dan mudah terduplikasi, juga
dirasakan sebagai tantangan yang sulit diatasi jika hanya mengandalkan tata kelola dan
administrasiurusanperumahanyangkakutersebut.
Sebagaitawaranstrategidiangkatbeberapausulan:
1.

Mengembangkan polapola kemitraan secara luas sebagai ganti pola yang bertumpu pada
administrasi proyek. Pola kemitraan tidak hanya kerjasama antara Pemerintah dan Swasta
(KPS), namun secara luas dan fleksibel mengembangkan pola Kerjasama Pemerintah
Masyarakat (KPM) maupun Kerjasama PemerintahSwastaMasyarakat (KPSM). Sebagai
contoh KPS adalah dalam pengadaan tanah untuk hunian campuran pada pembangunan
permukiman skala besar, dimana bisa didapatkan tanah untuk MBR/Miskin. Contoh KPM
adalah dalam kegiatan pemberdayaan kelompok penghuni rumah susun maupun maisonet
melaluipolaP2BPK.

2.

Mengembangkanpolapolapembiayaanyangfleksibel(flexiblefinancing)yangmemadukan
antararigidbudgetdanflexiblebudget.

3.

Penguatankerjasamadankoordinasiyangfleksibelantarinstansidilingkunganpemerintah
maupunlembagalembaganegara.

Sebagairancanganrencanaaksibersama,diusulkanpulauntuk:
1.

Membuat percontohan penanganan permukiman informal yang melibatkan Kerjasama


PemerintahSwastaMasyarakat (KPSM) baik dalam perolehan tanah, pemberdayaan
komunitas,pembiayaanprasaranadansaranadasarsertapembiayaankonstruksi.

2.

Membentuksemacamlembagadompetatau trustfund,sebagaiwujudpartisipasiyangluas
dalam pembiayaan pembangunan perumahan dan permukiman, khususnya pola KPM dan
KPSM yang melibatkan dana pihak ketiga. Ini adalah wujud strategi desentralisasi yang
segeradiimbangidenganupayamengembangkanskemaskemadevolusisumberdaya.

3.3.4AdanyaInvolusiKepranataan
Belenggu sistem tata kelola yang kaku ditambah berbagai faktor kepranataan lainnya akhirnya
berujung pada kondisi involusi kepranataan (institusi) yang ditandai oleh banyaknya praktek

Bappenas, Jakarta, 22-24 April 2009

11

KAJIANHASILFOCUSEDGROUPDISCUSSION
MENANGGULANGIKEMISKINANMELALUIPEMBANGUNANPERUMAHANDANPERMUKIMAN

sukses yang tidak berkembang dan dilanjutkan hingga tidak sampai terlembagakan dengan
mantap.
Sebagaitawaranstrategidiangkatbeberapausulan:
1.

Mengkaji dan mengevaluasi kembali konsepkonsep dan praktekpraktek sukses di bidang


perumahan

dan

permukiman

pada

eraera

sebelumnya,

untuk

kemudian

mengembangkannya dalam tatanan kelembagaan baru yang lebih sesuai dengan keadaan
keadaankinidalamkonteksreformasimenujukepemerintahanyangbaik(goodgovernance)
dan desentralisasi pemerintahan. Melakukan evaluasi dan pengembangan kepranataan
perumahan dan permukiman ini dilakukan pula dalam rangka melakukan penguatan di
sektorpublikmaupunmasyarakat.
Sebagairancanganrencanaaksibersama,diusulkanpulauntuk:
1.

EvaluasidanpengembangankelembagaanPerumnas(termasukPerumda)danBKP4N.

2.

Evaluasi dan pengembangan kepranataan sektor masyarakat seperti Pembangunan


Perumahan Bertumpu Pada Kelompok (P2BPK), Asosiasi Perumahan Kooperatif (ASPEK),
AsosiasiKonsultan/FasilitatorPembangunanPermukiman(AKKPI).

3.

EvaluasidanpengembangansistempembiayaanP2BPK(evaluasiKreditTriguna).

3.3.5Miskoordinasi
Perbincanganmasalahtatakelolaurusanperumahanmengangkatpulaisumiskoordinasi.Untuk
mengelola bidang perumahan yang disadari memiliki kompleksitas tinggi dan cenderung
terfragmentasi,danbersifatmultidimensi,akandihadapkanpadakecenderunganmiskoordinasi
antarberbagaipihak.
Masalahmiskoordinasijugadikemukakanadasejaktingkatpenyusunandataperumahanhingga
perumusan kebijakan dan implementasinya melalui programprogram. Kurangnya koordinasi
dalampenyusunansistempendataanperumahanmenyebabkantidakdapatdihasilkannyasistem
indikatoryangsamamisalnyastandarluasrumahperorangdanperKKyangdapatdisepakati
sebagaitolokukurbersama.
Sebagaitawaranstrategidiangkatbeberapausulan:
1.

Pentingnyamengembangkandanmelembagakankegiatanperencanaanyangpartisipatif.

2.

Peningkatan kapasitas, yang merupakan bagian penting di dalam proses perencanaan


partisipatifmanakalaterdapatperbedaanpemahamanyangmencolokakanbanyakhal.
Dalam kacamata proses perencanaan partisipatif, peningkatan kapasitas bukan
dilatarbelakangiperbedaanpemahamanyangdipandangsebagaiperbedaanstatus(stateof
being),melainkanperbedaanpemahamanyangmerupakanbagianprosesdinamika(process
of becoming) komunitas yang perlu didukung oleh pemantapan pemahaman secara terus
menerus. Di dalam proses perencanaan partisipatif, seorang narasumber tidak lebih mulia
dibanding seorang fasilitator maupun pegiat lapangan. Semuanya memiliki perannya

Bappenas, Jakarta, 22-24 April 2009

12

KAJIANHASILFOCUSEDGROUPDISCUSSION
MENANGGULANGIKEMISKINANMELALUIPEMBANGUNANPERUMAHANDANPERMUKIMAN

masingmasing demi tercapainya peningkatan kapasitas dan produktifitas komunitas, baik


komunitasdilingkunganmasyarakatmaupundilingkunganparapelakutingkatdaerah.
Sebagairancanganrencanaaksibersama,diusulkanpulauntuk:
1.

Diadakan kegiatan FGD lanjutan parapihak baik di tingkat nasional maupun daerah, baik
FGD dalam proses perumusan kerangka kebijakan dan rencanarencana aksi, maupun FGD
prosesimplementasidilapangan.

2.

Peningkatan kapasitas baik melalui FGD maupun kegiatan pelatihan. Untuk tingkatan
fasilitator diperlukan pendalaman materi khusus pula mengenai perencanaan partisipatif,
system thinking, evaluasi koordinasi, pengelolaan multistakeholders, yang selama ini masih
dipandangdapatdilakukansecaraspontandenganmenggunakancommonsense.

3.4

KelemahanSistemDataPerumahandanPermukiman
Meskipunsudahsejaklamamengemuka,permasalahandataperumahandanpermukimantetap
diidentifikasisebagaimasalahmendasaryangperlusegeradiperbaiki.Disadaribanyakpihakdi
dalam diskusi, bahwa bidang perumahan dan permukiman tergolong bidang yang sangat
mengandalkansistemdatadaninformasiyangbaik,baikditingkatnasionalmaupunlokal.Halini
karena perumahan dan permukiman memiliki sisi pasokan yang harus responsif dan sensitif
terhadap sisi kebutuhan. Oleh karena itu perumusan kebijakan, strategi, rencana dan program
pembangunanperkimperludilandasidatayangbaik.
Beberapaisudanmasalahkelemahandataperumahanyangmengemukaadalah:
1.

Belumadanyasistemdataperumahandanpermukimanyangbaik.Beberapaprodukstatistik
sepertiSensusdanSusenassecaraumumbelummenggambarkankarakterkebutuhanyang
mendekatikeadaanyangada.Beberapamasalahyangadaseperti:
Pemdamenyebutkanbahwadatastatistikbelumdapatdimanfaatkandidaerah
Beberapa program dari pusat seperti PNPM belum didasari database daerah/lokal yang
akurat.
Karakterperikehidupan(livelihood)darisuatukomunitaspermukimanbelumtergambar
dalamdata,padahalsangatdibutuhkan.
Belumtersediadatapermukimankumuhsecaramemadai
Keadaan inimengakibatkan sulitnya menghasilkankebijakandan programperumahan dan
permukiman yang tanggap kebutuhan. Di sisi lain, target BPS dan Kantor Statistik adalah
sebatas melaksanakan survey sesuai kerangka isian yang ada dan jumlah anggaran yang
dimiliki. Target selesai ketika buku laporan sensus dan survey telah diselesaikan. Tupoksi
BPSsepertiinibukanjadimasalahkarenamemangbegituadanya.Permasalahannyaadalah
dikoordinasipenyusunankerangkaatausistemdataperumahandanpermukiman.

2.

Lemahnya Koordinasi Penyusunan Sistem Data. Pertanyaannya, apakah penyusunan data


merupakan kegiatan yang berdiri sendiri, merupakan bagian dari perencanaan
pembangunan yang perlu dikoordinasi, atau secara langsung melayani kebutuhan

Bappenas, Jakarta, 22-24 April 2009

13

KAJIANHASILFOCUSEDGROUPDISCUSSION
MENANGGULANGIKEMISKINANMELALUIPEMBANGUNANPERUMAHANDANPERMUKIMAN

penyusunan programprogram sektoral? Ketidakjelasan posisi penyusunan data seperti ini


menyebabkanlemahnyakoordinasipenyusunansistemdata.
Di berbagai negara, pendataan selalu menjadi bagian dari perencanaan pembangunan yang
dikoordinasikansecaraluas.Untukitu,sebagaikebijakandanstrategidiusulkanuntukdilakukan
koordinasipendataansebagaibagiandariperencanaanpembangunan,meliputi:
1) Koordinasipenyusunankerangkadata,
2) Penyusunankerangkadatasecarapartisipatifuntukmenyepakativariabel,indikator
danstandaryangdipakai,
3) Penyesuaianjadwalpendataan,perencanaandanpelaksanaanpembangunan,
4) Penyesuaiandatapusatdandatadaerah,serta
5) Penyesuaian data dasar dan data sektoral, dalam hal ini di bidang perumahan dan
permukiman.
Sebagairancanganrencanaaksibersama,diusulkanpulauntukdiadakan
1) KegiatanFGDlanjutanparapihakbaikditingkatnasionalmaupundaerah,baikFGDdalam
proses perumusan kerangka kebijakan dan rencanarencana aksi, maupun FGD proses
implementasidilapangan.
2) FGDdalammenentukandefinisidankategoripermukimankumuh,sertastandarpelayanan
minimum (SPM). Sebagai draft definisi, menurut UNHabitat, permukiman kumuh ditandai
oleh 5 indikator:tidakadasanitasi,tidak ada saranaair bersih, kekuatan bahan bangunan,
standarruanghidup(m2),dankeamananbermukim.

3.5

IsuKeamananBermukim(SecureTenure)
3.5.1

LatarBelakang

Kalangan masyarakat berpendapatan rendah (MBR) dan kaum miskin kota yang tidak mampu
mengaksespermukimanyanglayakakanterperosokkelingkunganpermukimaninformal(liar)
yang tidak aman dari penggusuran dan rentan dari bahaya bencana. Permukiman ini disebut
sebagaipermukimaninformalyangtidakaman(insecure)danmerupakancerminankemiskinan
kota. Masalah tersebut muncul bersamaan dengan sulitnya sebagian masyarakat untuk
memperoleh tempat tinggal yang layak, permukiman kumuh dan informal (liar) yang terus
bertambah,hinggapenggusuranpermukimanyangterusberkelanjutan.
Dari sebuah data lembaga PBB, sekitar 873 juta jiwa penduduk dunia tinggal di lingkungan
permukiman kumuh pada tahun 2000 dan akan bertambah sebanyak dua kali lipatnya
diperkirakan sekitar 1,5 milyar pada tahun 2020. Untuk dapat mengerem laju pertambahan
penduduk permukiman kumuh tersebut maka target pengurangan 100 juta jiwa per tahun
dipandangsebagaitargetyangrealistis.Sementaraitu,Indonesiasendirimasihberkutatdengan
pendataan luasan dan besaran permukiman kumuh yang ada dan laju pertumbuhannya.
Pertanyaannya,apaupayayangharusdilakukanuntukmerealisasikantargettersebut?
Bappenas, Jakarta, 22-24 April 2009

14

KAJIANHASILFOCUSEDGROUPDISCUSSION
MENANGGULANGIKEMISKINANMELALUIPEMBANGUNANPERUMAHANDANPERMUKIMAN

Permukiman kumuh dan informal yang terus bertambah inilah yang ditengarai sebagai cermin
masih rendahnya dan belum ditegakkannya prinsip keamanan bermukim di tanah air, sebagai
gambaran pola pembangunan yang masih abai terhadap pemenuhan kebutuhan kaum miskin
yangmenempatiproporsipenduduk(terutama)perkotaanyangcukupbesar.
Pada awalnya, prinsip keamanan bermukim merupakan suatu ancangan internasional yang
ditawarkandalammenanggapilajupertumbuhanpermukimankumuhdaninformaldiberbagai
kota besar di negaranegara berkembang. Namun, meskipun telah secara luas dikaji di tingkat
global (UN agencies) hingga disimpulkan merupakan isu strategis, isu keamanan bermukim
masih relatif baru di Indonesia. Dalam berbagai dokumen seperti agenda dan kerangka aksi
global,Indonesiasebenarnyatelahturutmeratifikasiprinsipkeamananbermukimini.
3.5.2

Pengertian

Keamanan bermukim bukan bermakna keamanan dari kejahatan kriminal sebagaimana


pandangan awam. Istilah keamanan berarti adanya jaminan atau kepastian. Keamanan
bermukimdapatdiartikansebagai:
1)

Adanya jaminan dan akses yang luas bagi setiap keluarga untuk bisa memperoleh tempat
tinggalyanglayaksecaraterjangkau,

2)

Adanya jaminan bagi setiap keluarga atau perorangan untuk mendapatkan proses
pemberdayaan dan akses ke sumbersumber daya kunci perumahan dan permukiman
dalamupayamemperolehtempattinggalyanglayakdanterjangkau,dan

3)

Adanya jaminan perlindungan bagi setiap keluarga atau perorangan untuk secara
sementara mempertahankan tempat tinggal yang dimilikinya meskipun belum memenuhi
standarlayak,sementaraprosesdipoinpertamadankeduaberlangsung.

Prinsip keamanan bermukim pada dasarnya adalah realisasi dari pendekatan pemenuhan hak
hakdasarsepertidiuraikanpadapoin3.1.1diatas.Dalamhal iniadalahhakpenggunaantanah
dan hak perumahan, yaitu pengakuan adanya hak setiap keluarga atau perorangan untuk
mendapatkan tempat tinggal yang layak di lingkungan permukiman yang sehat. Secara umum,
adaduaaspekpentingdarikeamananbermukim,yaitupertama,adanyakeamananpemanfaatan
tanah (secure land tenure) untuk bertempat tinggal dan pengakuan adanya hak perumahan
(housingright)yanglayakbagisemuawargamasyarakat(shelterforall).
Prinsipkeamananbermukimpadaprinsipnyaadalah,adanyaaksesyangluasbagiseluruhwarga
masyarakat dalam menggunakan (tidakharus memiliki) tanah yang memadai untuk bertempat
tinggal dan melangsungkan kehidupan yang bermartabat. Pada prakteknya, masalah yang
ditemuiadalahmasihjauhnyaterdapatkesenjanganantarakebijakandanperaturanpertanahan
dengan implementasinya dalam menjamin terpenuhinya kebutuhan tanah untuk bermukim. Di
lapanganditemuiadanyakeragamanstatusbermukimyangtidakdapatdiakomodasisemuanya
oleh sistem kategori status tanah yang ada. Sehingga menjadi pertanyaan, yang manakah yang

Bappenas, Jakarta, 22-24 April 2009

15

KAJIANHASILFOCUSEDGROUPDISCUSSION
MENANGGULANGIKEMISKINANMELALUIPEMBANGUNANPERUMAHANDANPERMUKIMAN

menjadi kendala, adanya keragaman status bermukim tersebut atau sistem kebijakan dan
peraturannya?
3.5.3

PernyataanPosisi

Secara hukum positif (UUD 1945 pasal 28H, UU HAM dan UU Perumahan dan Permukiman),
meningkatkan Keamanan Bermukim adalah strategi dalam upaya merealisasikan HAM, sebagai
pemenuhanhakhakdasarwarganegaraatasrumahyanglayakdilingkunganpermukimanyang
sehat. Selain itu, upaya mewujudkan keamanan bermukim adalah strategi dalam upaya
merealisasikan prinsip propoor dalam upaya menanggulangi kemiskinan khususnya di
perkotaan. Secara teknis pengelolaan perkotaan, Keamanan Bermukim adalah strategi untuk
menghambat laju pembentukan dan pengurangan permukiman kumuh dan informal (squatter)
secaraberarti,efektifdanmanusiawi.
Isu tanah untuk perumahan dan permukiman (bukan semata administrasi tanah) merupakan
salah isu penting di dalam realisasi prinsip keamanan bermukim ini. Namun perlu dicermati
bahwaisutanahuntukperumahan(landforhousingatauhousingland)bukanlahisuyangadadi
ranah (administrasi) pertanahan, melainkan ada di bidang perumahan dan permukiman. Oleh
karenaitu,prinsipkeamananbermukimharusdiusungolehinstansi,parapihakdankomunitas
dibidangperumahandanpermukiman.Prinsipkeamananbermukimtidaktepatjikadiserahkan
kepada instansi atau pihak yang terkait dengan administrasi pertanahan sebagai lead actor,
meskipun administrasi pertanahan merupakan salah satu aspek pentingnya. Mengapa? Karena
tujuanpenerapankeamananbermukimbukansematatertibadministrasitanah,yangumumnya
diselesaikandenganupayasertifikasidanajudikasitanahyangmemerlukanbiayatinggimelalui
berbagai program dan proyek administrasi tanah. Tujuan penerapan keamanan bermukim
adalah terwujudnya keamanan/jaminan/kepastian untuk bermukim secara layak bagi setiap
warganegara.
Berbagaiproyekpercontohanperemajaandanpenataanpermukimankota(urbanrenewal,urban
redevelopment,urbanregeneration,danlainnya)selaluterbenturpadamasalahkeragamanstatus
bermukim (irregular land tenure). Karena akar permasalahannya belum ditangani dengan baik
makaberbagaikasusperemajaanpermukimnkotatersebutbersifatsepenggal(piecemeal)dalam
mengatasi masalah ini. Faktor restu pimpinan daerah selalu menjadi faktor kunci dibelakang
penanganan yang dipandang sukses. Tentunya faktor ini tidak melembaga untuk dilanjutkan
pada masa yang akan datang dan tidak dapat direplikasi (unreplicable) dan tidak dapat
ditingkatkanskalanya(unupscalable)ditempatlain.
3.5.4

TantanganadanyaKondisiKeragamanStatusBermukim

Upayameningkatkankeamananbermukimberhadapandengankondisistatusbermukimwarga
masyarakatyangsangatberagam.Kerangkakategoriyangadamasihsangatterbatas,yaitulegal,
kurang legal dan ilegal, karena melihat status bermukim semata dari sudut legal (hukum)
formalistis yang ditandai oleh selembar sertifikat. Mengapadikatakan legal formalistis? Karena
pada prakteknya, disamping sulit dikembangkan secara masal dan terpadu dengan aspek

Bappenas, Jakarta, 22-24 April 2009

16

KAJIANHASILFOCUSEDGROUPDISCUSSION
MENANGGULANGIKEMISKINANMELALUIPEMBANGUNANPERUMAHANDANPERMUKIMAN

penataan ruang, proses sertifikasi seringkali terlepas dari riwayat penggunaan tanah, sistem
sosial dan perkembangan budaya bermukim warga masyarakat yang semestinya juga menjadi
dasarmenyusunstatuslegal.Sebagaikonsekwensinya,faktayangadadilapanganmenunjukkan
selain adanya kategori status legal, ada pula status ekstralegal, status nonformal, dan
sebagainya.Adakategori(formal)danadapulasubkategori(informal)yangtidakbisadiabaikan
begitusajaolehlembagaadministrasipertanahan.
KeragamanstatusbermukimvsRegulasi,kebijakandanprogrameksisting
Yang mana kendala dan yang mana tantangan regularisasi permukiman kumuh/squatter?
Apakahkeragamanstatusbermukimyangmenjadikendala,ataukahregulasidankebijakanyang
belumtanggapterhadapprinsipkeamananbermukimlahyangmenjadikendala?
Keragaman status bermukim warga adalah fakta di lapangan yang tidak dapat sepenuhnya
diakomodasiolehkategoristatusbermukimeksistingyangformal.Olehsebabitu,perlindungan
terhadap hak dasar perumahan dan permukiman harus memberi perlindungan terhadap
keragamanstatusbermukimdenganmengenalikeadaannyasebagaibasispengembanganupaya
peningkatanstatusbermukimdankesejahteraannya.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa status legal formal tidak selalu menjadi prioritas dari
kaum miskin kota. Prioritas utama adalah tempat yang aman untuk beperikehidupan. Artinya,
kerangkastatusbermukimwargapermukimaninformallebihmengacupadasisiperikehidupan
(kondisisosialekonomi)ketimbangaspeklegalnya.Untukitudiperlukansusunanbarukategori
status bermukim yang dilandasi oleh visi untuk meningkatkan dan meregularisasi keamanan
bermukimbagiseluruhwarga.
PARADIGMALAMA

KategoriStatusBermukimvsStatusLegalBermukim

Melemahkan keamanan bermukim permukiman yang tidak


memilikistatuslegal

PARADIGMABARU

Kategori Status Bermukim vs Status Aman Bermukim dan


PeningkatanKesejahteraan

Meningkatkankeamananbermukim

Dalam hal pemahaman kategori status bermukim yang berhadapan dengan pasar tanah dan
properti,adanyaketidakamananbermukimmenunjukkanpasartanahdanpropertiyangliberal
sehingga hanya menguntungkan bagi sekelompok kecil kalangan yang mampu mengakses
(status)tanahyangdipandanglegal.Untukitumakaupayameningkatkankeamananbermukim
berimplikasipadadiperlukannyapengembanganperanpublikdalammeregulasipasartanahdan
properti.
Sebagaicontoh,permukimandibantaranrelkeretadanbantaransungaitidakdapatdiberistatus
permukimanliaratauilegal,karenawargayangtinggaldisitumemilikihakuntukdilindungidan
diberikeamananbermukim.Dalamkerangkakategoribaru,sebagaicontoh,bisadiberikanstatus
tidak resmi (informal) dan kepadanya diberikan hak tinggal sementara. Contoh penerbitan SK
tinggal sementara yang dikeluarkan kepala daerah atau otoritas pemilik sah tanah (lembaga
negara, BUMN dan sebagainya) adalah contoh pemberian keamanan bermukim. Namun

Bappenas, Jakarta, 22-24 April 2009

17

KAJIANHASILFOCUSEDGROUPDISCUSSION
MENANGGULANGIKEMISKINANMELALUIPEMBANGUNANPERUMAHANDANPERMUKIMAN

pemberianstatustidakresmidanhaktinggalsementaratidakberdirisendiri,melainkanharus
diiringiolehpemenuhanhakpemberdayaandanupayaperolehantempattinggalsecaraswadaya
dan kerjasama dengan berbagai pihak. Program pemberdayaan dan penyediaan tempat tinggal
ini merupakan tanggung jawab pemerintah c.q Menteri Perumahan Rakyat atau Dinas
Perumahandidaerah.
3.5.5

MembangunKomitmen

Memperhatikan kondisi di lapangan yang demikian kompleks, pada dasarnya diperlukan


komitmenyangkuatuntukmenerapkanprinsipkeamananbermukimdalamrangkamenangani
permukiman informal yang seiring pula dengan penanggulangan kemiskinan. Untuk itu
diperlukankerjakerasdanupayayangefektifuntukmengurangilajupembentukanpermukiman
kumuh.
3.5.6

Strategi

Untukmerealisasikanprinsipkeamananbermukim,diperlukanlangkahlangkahstrategis:
1.

Peningkatan kapasitas pemahaman dari berbagai kalangan terkait, untuk menanggapi


adanya keragaman persepsi terhadap konsep keamanan bermukim dan terhadap tujuan
penerapannya. Untuk itu, diperlukan penyamaan persepsi mengenai pentingnya
pengembangan Kebijakan untuk Peningkatan Akses Keamanan Bermukim melalui proses
perumusan kebijakan, strategi, program dan rencana aksi yang semakin mantap secara
partisipatif.

Visi dan Misi


Meningkatkan
Keamanan
Bermukim

Kebijakan umum
Regularisasi
status bermukim

Pemetaan Kondisi
Status Bermukim
sebagai Basis
Kebijakan

Pilihan-pilihan
Kebijakan
peningkatan Status
Bermukim

2.

Pemetaankondisidaristatusbermukimyangberagamsebagaibasisdatauntukperumusan
kebijakan dalam upaya peningkatan keamanan bermukim. Sebagai contoh pertama,
perkiraan 90% tanah di provinsi Riau memiliki status bermukim yang beragam namun
semuanyaberadadiatasstatustanahadat/ulayat.Contohkedua,perkiraansebagianbesar
tanah dan rumah permukiman kumuh dan informal di Jakarta Utara memiliki status tanah
danrumahyangsangatberagam,namunsemuanyaberadadiatasstatusHPLsatuataulebih
lembaga negara. Kedua kasus ini adalah contoh dari keragaman status bermukim yang
kondisinyasangat berbedadarisatudaerahdengan daerah lainnya.Kondisi yangberbeda
beda ini perlu dikenali dengan baik sebagai landasan upaya meningkatkan keamanan
bermukim.

Bappenas, Jakarta, 22-24 April 2009

18

KAJIANHASILFOCUSEDGROUPDISCUSSION
MENANGGULANGIKEMISKINANMELALUIPEMBANGUNANPERUMAHANDANPERMUKIMAN

Visi, Misi dan


Kebijakan
Regularisasi
status bermukim

Pemetaan Kondisi
Status Bermukim
sebagai Basis
Kebijakan

Basis Data dan


Kerangka Kategori
Status Bermukim

Pilihan-pilihan
Kebijakan
peningkatan Status
Bermukim

3.

Pemberdayaan permukiman informal (liar). Pembangunan perumahan secara informal


lambat laun membentuk permukiman yang kumuh, tidak terencana dan dilengkapi
prasarana dan sarana yang memadai. Permukiman kumuh dan informal bahkan bisa saja
mendominasiprosesperumahankota.Untukitu,diperlukanupayamemahamipermukiman
informalketimbangmelakukanpenggusuranyangtidakmenyelesaikanpertambahankumuh
dan informal dan bahkan juga tidak menyelesaikan masalah warga yang digusur tersebut.
Pemahaman terhadap permukiman informal memiliki potensi dalam penanggulangan
kemiskinan kota karena sifatnya yang dikembangkan secara swadaya, partisipatif, dan
sedikit investasi publik, memberi kontribusi persediaan rumah (housing stock) dan
terjangkau oleh masyarakat miskin. Pemahaman dan pemberdayaan permukiman informal
adalah langkah untuk meningkatkan akses keamanan bermukim. Sejalan dengan
perlindungan hak perumahan warga, maka upaya pemberdayaan permukiman informal
merupakanpenangananmendesakyangpalingrealistisdanrasional.

4.

Mengembangkan secara kreatif kategorikategori dan ragam status bermukim yang lebih
cenderung pada peningkatan keamanan bermukim. Ini adalah strategi penanganan yang
bersifat kuratif dan dalam jangka menengah bersifat transisional dengan tujuan untuk
mengisikesenjanganantarakerangkalegaldanpraktekyangada.Contohcontohnyaadalah
menetapkan kategori semi formal dan subkategori (informal) seperti SK Walikota tentang
Ijin Tinggal, Surat Edaran Mendagri tentang Tenggat Tinggal, Hak Guna Tanah, Hak sewa
tanah temporer, Hak guna tanah berbasis kelompok, Hak guna tanah berbasis data miskin,
dansebagainya.

5.

Pengkajian kendala regulasi, kebijakan dan program dalam upaya formalisasi permukiman
kumuhdansquattersebagaistrategipenangananjangkapanjangyangbersifatpreventifdan
bertujuan untuk melakukan reformasi terhadap kerangka regulasi yang ada, agar secara
bertahap dapat berubah semakin baik dan lebih tanggap terhadap keragaman status
bermukim.

3.5.7

RencanaAksi

Sebagailangkahlangkahtindaklanjut,disusunrancanganrencanaaksi:
1.

Rangkaian kegiatan FGD untuk penyamaan pemahaman prinsip keamanan bermukim dan
pembangunankepedulianpublik(publicawarenessbuilding)yangluas,baikditingkatpusat
maupunditingkatdaerahdanpelakupelakulainnya.

Bappenas, Jakarta, 22-24 April 2009

19

KAJIANHASILFOCUSEDGROUPDISCUSSION
MENANGGULANGIKEMISKINANMELALUIPEMBANGUNANPERUMAHANDANPERMUKIMAN

2.

Studi dan pemetaan kondisi ragam status bermukim dengan keluaran basis data dan
kerangka kategori status bermukim. Dalam rangka meningkatkan keamanan bermukim,
maka kegiatan ini meliputi pula studi kondisi kehidupan kaum miskin kota dalam kaitan
dengan status bermukim. Fokus studi diarahkan pada ragam pekerjaan, ragam pola
penggunaan tanah dan bangunan, mobilitas bermukim dan status bermukim, persepsi
keamananbermukimdanprioritaspilihanstatusbermukim.

3.

Percontohan penanganan permukiman informal (liar) melalui berbagai bentuk program


percontohan pemukiman kembali (resettlement). Proyek percontohan dapat dilakukan di
berbagailokasipermukimanliarsepertidibantaransungai,bantaranrelkeretaapi,ditanah
negaramaupunditanahlembagatertentu.Berbagaipoladanskenariodapatsajadigunakan
seperti skenario tetap di tempat (in situ resettlements) maupun relokasi (ex situ
resettlements)maupunkombinasinya.Sejalanpula,berbagairagambentukstatusbermukim
yang lebih mendukung keamanan bermukim (strategi nomor 4) dikembangkan secara
kreatifdidalamskemapercontohanini.

4.

Peningkatankapasitaspenangananpermukimankumuhdaninformal(liar)secaraprogresif
terutamaditingkatkotamelaluiunitunitpemerintahdaerahyangterkait.Penanganandan
pemberdayaan permukiman kumuh dan informal di tingkat kota perlu dilakukan secara
terpadu dengan mengkaitkannya dengan peningkatankapasitas pengendalian permukiman
informal (squatter control), dengan peningkatan kapasitas pemukiman kembali
(resettlement) maupun pengembangan kawasan permukiman/kota baru (segitiga squatter
control/urbanrenewalresettlementnewareadevelopment).

5.

Studi pengkajian regulasi, kebijakan dan program dalam upaya formalisasi permukiman
kumuh dan squatter, termasuk pula studi banding regulasi status bermukim dalam rangka
peningkatan keamanan bermukim dan penanganan permukiman kumuh dan permukiman
informal.

***

Bappenas, Jakarta, 22-24 April 2009

20

KAJIANHASILFOCUSEDGROUPDISCUSSION
MENANGGULANGIKEMISKINANMELALUIPEMBANGUNANPERUMAHANDANPERMUKIMAN

No

Nama

Instansi

1.

Kuswardono

KaroPerencanaandanAnggaranKemenegpera

2.

Widianto

AsdepPengembanganKawasanKemenegpera

3.

ParlaunganS

AsdepPengembanganKawasanKemenegpera

4.

HardiSimamora

AsdepPengembanganKawasanKemenegpera

5.

Suminarti

AsdepPengembanganKawasanKemenegpera

6.

LukmanHakim

AsdepSistemPengembanganPerumahanKemenegpera

7.

RochDianto

Asdep Pengembangan
Kemenegpera

8.

AgustinSamosir

BadanPertanahanNasional

9.

DwiRetno

BadanPusatStastistik

10.

ChandraHerawati

BapermasKotaPekalongan

11.

Setiyadi

BappedaKabupatenPurbalingga

12.

FitriAmi

BiroPerencanaandanAnggaranKemenegpera

13.

Dr.Mu'manNuryana

BiroPerencanaandanAnggaranDepsos

14.

Yuherman

Depnakertrans

15.

PaulusR

Depnakertrans

16.

EpiTasrif

Depnakertrans

17.

PittiastiPSiregar

DirektoratBinaBangdaDepdagri

18.

Sumarno

DirektoratBinaProgramDJCKPU

19.

BasahHernowo

DirektoratKehutananBappenas(Praktisi)

20.

Ardhianthie

DirektoratKesehatandanGiziMasyarakatBappenas

21.

Karim

DirektoratPenanggulanganKemiskinanBappenas

22.

Joerni

DirektoratPengembanganPermukimanDJCKPU

23.

AnastasiaC

DirektoratPengembanganPermukimanDJCKPU

24.

DewiArdetAruni

DirektoratPengembanganPermukimanDJCKPU

25.

EdwardAbdurrahman

DirektoratPengembanganPermukimanDJCKPU

26.

DewiC

DirektoratPengembanganPermukimanDJCKPU

27.

FindaSeptiawati

DirektoratPengembanganPermukimanDJCKPU

28.

Th.NiniekSMRespati

DirektoratPengembanganPermukimanDJCKPU

29.

HariKristijo

DirektoratPermukimandanPerumahanBappenas

30.

OswarMungkasa

DirektoratPermukimandanPerumahanBappenas

31.

NugrohoTriUtomo

DirektoratPermukimandanPerumahanBappenas

32.

BudiHidayat

DirektoratPermukimandanPerumahanBappenas

33.

NurulWajahMujahid

DirektoratPermukimandanPerumahanBappenas

34.

Ester

DirektoratTataRuangdanPertanahanBappenas

Bappenas, Jakarta, 22-24 April 2009

Sistem

Perumahan

Swadaya

21

KAJIANHASILFOCUSEDGROUPDISCUSSION
MENANGGULANGIKEMISKINANMELALUIPEMBANGUNANPERUMAHANDANPERMUKIMAN

No

Nama

Instansi

35.

Hardian

DirektoratTataRuangNasionalDJTRPU

36.

AllisNurdini

ITB

37.

IwanN

Kemenegpera

38.

SavitryNS

Kemenegpera

39.

Khairuddin

Kemenegpera

40.

AFahmi

Kemenegpera

41.

Haryo

Kemenegpera

42.

Muryata

Kemenegpera

43.

AlfredoSF

KementerianKoordinatorKesejahteraanRakyat

44.

AdityaY

KementerianKoordinatorPerekonomian

45.

Tessa

KementerianKoordinatorPerekonomian

46.

JatiPratomo

KementerianKoordinatorPerekonomian

47.

BambangSarwonoAR

KementerianNegaraPembangunanDaerahTertinggal

48.

AliThoyib

KoperasiPermukimanBinaKarya

49.

AliThoyib

KoperasiPermukimanBinaKarya

50.

FahmiAkbarIdries

Perbamida

51.

FahmiAkbarIdries

Perbamida

52.

TjukKuswartojo

Praktisi

53.

AntonioIsmael

Praktisi

54.

AndiSiswanto

PT.WismaK

55.

Aventi

PuslitbangkimPU

56.

AnitaF

PuslitbangkimPU

57.

Hartinisari

PuslitbangkimPU

58.

DianK

PuslitbangkimPU

59.

FenitaIndrasari

PuslitbangkimPU

60.

WicaksonoSarosa

RonaKota

61.

NancyRosma

RonaKota

62.

FadlyHaleyTanjung

SeknasUNHABITAT

63.

DodoJuliman

SeknasUNHABITAT

64.

MarcellinoPandin

SUF

65.

Darrundono

UniversitasTarumanegara

66.

WardahHafidz

UPC

Bappenas, Jakarta, 22-24 April 2009

22

Вам также может понравиться