Вы находитесь на странице: 1из 4

Menurut Hendri Saparini, selaku pengamat

ekonomi Econit, seharusya pemerintahan


Susilo Bambang Yudhoyono yang telah
berada diujung tanduk ini melakukan
pengalokasikan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara ( APBN ) lebih besar lagi
untuk , menciptakan lapangan pekerjaan.
Lain lagi Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) saat melihat
hasil sensus pada tahun 2000,
memproyeksikan jumlah penduduk di
Indonesia pada 2010 tidak mengalami
lonjakan besar. Hanya berkisar 232 sampai
233 juta jiwa. Namun ternyata, hasil itu
melesat dan di luar perkiraan.
"Hasil sensus mengofirmasi bahwa penduduk
kita pada tahun 2010 sebesar 237,6 juta.
Padahal, asumsi kita waktu mengubah
proyeksi dari tahun 2000 ke 2010 sudah
dengan segala macam isunya," kata Kepala
BKKBN, Prof. dr. H. Fasli Djalal, Ph.D, Sp.GK
dalam Rapat Koodinasi Nasional (Rakornas)
Kemitraan Program Kependudukan, Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga Tahun
2014, Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Selasa
(25/3/2014). Untuk tugas besar bagi BKKBN
saat ini adalah bagaimana caranya
memberikan informasi kepada siapa saja,
terutama remaja, sehingga nantinya para

remaja ini akan memperoleh kehidupan dan


keluarga yang bahagia.
Lebih lanjut Fasli Djalal mengatakan, alasan
mengapa hal seperti ini dimulai dari remaja,
karena saat ini jumlah dari para remaja itu
sangat besar.
Remaja yang duduk di bangku SMA, SMK,
sebesar 9 juta jiwa. Sedangkan usia anak 16
sampai 18 tahun yang memilih keluar dari
sekolah dan memilih kerja serabutan atau
pengangguran sebesar 4 juta jiwa. Dan
sisanya, 6 juta jiwa terdiri mahasiswa yang
berada di 3200 kampus swasta dan 93
kampus negeri.

- Argumentasi
Ide pokok
Ide penjelas

:
:

Atas realitas itu pertanyaannya adalah : ada apa dengan pendidikan kita? Pendidikan mahal namun
tidak memberi kontribusi yang nyata terhadap kesejahteraan rakyatnya. Berbagai studi awal yang
dilakukan oleh Balitbang Depdiknas sampai pada simpulan perlunya reformasi pendidikan yang
dimulai dengan diterbitkannya sejumlah peraturan perundang-undangan antara lain UU Sisdiknas,
serta UU Guru dan Dosen; dari kedua regulasi tersebut diturunkan sejumlah PP (Peraturan
Pemerintah)
dan
Permen.
Kajian-kajian tentang mutu pendidikan mengindikasikan bahwa salah satu penyebab rendahnya mutu
pendidikan di negeri ini adalah rendahnya kinerja guru. Bahkan hasil kajian LPMP Jateng terhadap
guru pasca sertifikasi ternyata menunjukkan bahwa tidak ada bedanya kinerja guru sertifikasi dengan
guru yang belum sertifikasi. Kondisi ini jelas kurang menguntungkan bagi dunia pendidikan itu sendiri
dan lebih luas lagi jelas tidak menguntungkan bagi masa depan bangsa. Padahal untuk meningkatkan
kinerja guru sudah dilakukan berbagai langkah peningkatan kualifikasi, kompetensi dan peningkatan
kesejahteraan guru melalui tunjangan profesi. Pemerintah bermaksud meningkatkan kompetensi guru
dengan menerbitkan Permendiknas No 16 Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Guru.
Guru merupakan komponen penting dalam keseleruhan system pendidikan karena guru ada orang
yang pertama dan utama bersinggungan langsung dengan peserta didik. Oleh karena itu tidak
berlebihan jika kualitas guru memberikan kontribusi yang sangat signifikan bagi terwujudnya
pendidikan
yang
berkualitas.
Berbagai upaya peningkatan mutu guru sampai saat ini memang belum memberikan hasil yang
memuaskan. Namun hal itu tidak menjadi alasan itu lelah, putus asa atau berhenti mencari strategi
baru. Kondisi ni membutuhkan usaha yang konsisten dengan komitmen yang tinggi dari semua pihak.
Guru gharus memiliki kesadaran bahwa hanya mereka sendiri yang bisa merubah kepribadiannnya
menjadi
lebih
professional,
bukan
orang
lain.
Mengapa Guru Harus Bermutu
Dari semua jenis tenaga kependidikan, gurulah yang memiliki peranan yang sangat strategis dan
menentukan keberhasilan pendidikan atau mutu pendidikan. Hasil penelitian dan pendapat pakar,
berikut: (1) Heyneman Oxley, 1983 (dalam Dedi Supriadi 1998 : 178) yang dilakukan di 29 negara
(16 negara sedang berkembang dan 13 negara industri), menemukan bahwa mutu pendidikan yang
dinilai dari prestasi belajar siswa sangat ditentukan oleh guru, yaitu 34 % pada negara sedang
berkembang dan 36 % pada negara industri. (2) Cheng dan Wong, 1996, melaporkan hasil
penelitiannya di Zhejiang, Cina, bahwa ada empat karakteristik sekolah dasar yang unggul
(berprestasi), yaitu : (1) adanya dukungan pendidikan yang konsisten dari masyarakat, (2) tingginya
derajat profesionalisme di kalangan guru, (3) adanya tradisi jaminan kualitas (quality ensurance) dari
sekolah, dan (4) adanya harapan yang tinggi dari siswa untuk berprestasi.(3) Jalal dan Mustafa, 2001,
menyimpulkan bahwa komponen guru sangat mempengaruhi kualitas pengajaran melalui: (1)
penyediaan waktu lebih banyak pada siswa, (2) interaksi yang lebih sering bagi siswa, (3) tingginya
tanggung jawab mengajar dari guru. Karena itu, sekolah menjadi baik atau tidak baik sangat
tergantung
pada
peran
dan
fungsi
guru.

Di samping hasil penelitian tersebut di atas, didukung pula oleh pendapat berbagai pakar antara
sebagai berikut : (a) Murphy, (1992) menyatakan bahwa keberhasilan dalam pembaharuan sekolah
sangat ditentukan oleh gurunya, karena guru adalah pemimpin pembelajaran, tidak hanya sekadar
fasilitator, sekaligus merupakan pusat inisiatif pembelajaran. Karena itu guru harus senantiasa
mengembangkan diri secara mandiri dan tidak tergantung pada inisiatif kepala sekolah dan
supervisor. (b)
Ronald Brand dalam Educational Leadership (1993) menyatakan bahwa Hampir
semua usaha reformasi dalam pendidikan seperti pembaharuan kurikulum dan penerapan metode
mengajar baru, akhirnya semua tergantung kepada guru. Tanpa penguasaan bahan pelajaran dan
strategi belajar- mengajar, dan tanpa dapat mendorong siswanya untuk belajar bersungguh-sungguh,
maka segala upaya peningkatan mutu pendidikan tidak akan mencapai hasil yang maksimal.
Sertifikasi kompetensi melalui pendidikan profesi guru sebagai upaya penjamin mutu pendidik dan
tenaga kependidikan di Indonesia mempunyai arti strategis dan mendasar dalam upaya peningkatan
mutu guru. Sertifikasi merupakan jawaban terhadap adanya kebutuhan untuk meningkatkan
kompetensi profesional guru. Oleh karena itu proses sertifikasi kompetensi dipandang sebagai bagian
esensial dalam memperoleh sertifikat kompetensi yang diperlukan.

Вам также может понравиться