Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
rahmat dan kuasa-Nya yang dilimpahkan kepada saya, sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas presentasi kasus yang berjudul CAMPAK .
Tugas presentasi kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso serta agar dapat
menambah kemampuan dan ilmu pengetahuan bagi para pembacanya.
Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
-
sempurna dan untuk itu saya mengharapkan saran dan kritik yang
membangun sehingga tugas kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata, atas segala perhatian dan dukungannya, saya ucapkan
terima kasih.
52
CAMPAK
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................................
..........................1
DAFTAR
ISI...............................................................................................
........................2
I.
DATA
IDENTITAS.............................................................................
II.
........................3
ANAMNESA............................................................................
III.
................................4
PEMERIKSAAN
FISIS.....................................................................................
IV.
...........7
PEMERIKSAAN
PENUNJANG...........................................................................
V.
.......11
RINGKASAN...........................................................................
VI.
................................13
DIAGNOSA.............................................................................
VII.
................................14
PENATALAKSANAAN...............................................................
...............................14
VIII. PROGNOSIS...........................................................................
IX.
.................................14
RIWAYAT
RAWAT
INAP......................................................................................
....14
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Falkutas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSPI. Prof. Dr. Sulianti Saroso
Periode 16 Februari 26 April 2014
52
CAMPAK
X.
ANALISA
KASUS...................................................................................
...................20
TINJAUAN
PUSTAKA.....................................................................................
...................24
DAFTAR
PUSTAKA.....................................................................................
......................52
PRESENTASI KASUS
KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
RSPI PROF. DR. SULIANTI SAROSO
__________________________________________________________________________
I.
I.1.
DATA IDENTITAS
IDENTITAS MAHASISWA
Nama Lengkap
: Karlina Liwang
52
CAMPAK
NIM
: 406121003
Periode
Pembimbing
Topik
: Laki-laki
Umur
: 6 tahun 4 bulan
Agama
: Islam
Alamat
Utara
Pendidikan
: Belum Sekolah
Umur
: 34 tahun
Pekerjaan
: Wiraswasta
Penghasilan
: Tidak diketahui
Alamat
Agama
: Islam
Nama Ibu
Umur
: 33 tahun
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
Agama
: Islam
52
an
CAMPAK
II.
ANAMNESA
Tanggal masuk rumah sakit
: 19 Maret 2014
Tanggal pemeriksaan
: 20 Maret 2014
Diambil dari
: Alloanamnesis ( Ibu )
Keluhan Utama
lalu.
Keluhan Tambahan
Hari ini
menurun.
II.1. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Ibu pasien mengeluh anaknya panas sejak 5 hari yang lalu.
Panasnya tidak
penurunan
52
CAMPAK
Ayah pasien bernama Tn. Putut Wasito Adi berusia 34 tahun, bekerja
sebagai wiraswasta. Ibu pasien bernama Ny. Azizah Nurbaety berusia 33
tahun, dengan pekerjaan sebagai wiraswasta.
II.4. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN
Kehamilan
Ibu pasien rutin memeriksakan kehamilannya ke dokter, tidak
mengalami gangguan atau kelainan selama proses kehamilan.
Kelahiran
Tempat kelahiran
Penolong persalinan
Cara persalinan
Masa gestasi
: Rumah Sakit
: Dokter
: Spontan
: Cukup bulan
Keadaan bayi
Berat badan lahir
Panjang badan lahir
Lingkar kepala
: Tidak diketahui
Langsung menangis
: Iya
Nilai Apgar
: Tidak diketahui
Kelainan bawaan
: Riwayat penyakit
astma
52
CAMPAK
- Tengkurap
: 4 bulan
- Berjalan
: 1
tahun
- Duduk
:2
: Tidak ingat
- Berbicara
tahun
- Berdiri
: Tidak ingat
Tidak ingat
Perkembangan pubertas
: Gangguan perkembangan mental dan emosi : -
ASI
(bln)
0-2
2-4
4-6
Buah/Bisku Bubur
it
Susu
Nasi Tim
Frekuensi
2- 3 kali per hari
Jarang
Kadang kadang
Kadang kadang
Kadang kadang
Sering
Sering
Setiap hari
52
CAMPAK
BCG
Hepatitis B
: ()
DPT
: ()
Polio
Campak
III.
PEMERIKSAAN FISIS
Jam :
16.00
Frekuensi nadi
: 36 C (aksila)
Berat badan
: 14 kg
Tinggi badan
: tidak tahu
Kepala
Bentuk normal, ukuran normal, tidak teraba benjolan, rambut hitam,
distribusi
Mata
Kelopak mata tidak cekung, konjungtiva anemis - / - , sklera ikterik
- / -, pupil bulat,
52
CAMPAK
Telinga
Bentuk normal, liang telinga lapang, tidak terlihat sekret, tidak
terlihat serumen ,
membesar.
Hidung
Bentuk normal, sekret (-), tidak ada septum deviasi , pernapasan
Mulut
Mukosa bibir kering (-), tampak perioral sianosis (-), lidah kotor (-).
Tenggorok
Faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tenang
Leher
Trachea di tengah, kelenjar thyroid tidak teraba membesar, kelenjar
getah bening
submandibular,
supra-infraclavicular
tidak
teraba
membesar.
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Batas
jantung
kanan
midsternum ICS IV
Batas jantung kiri ICS IV midclavicula line sinistra
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Falkutas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSPI. Prof. Dr. Sulianti Saroso
Periode 16 Februari 26 April 2014
52
CAMPAK
Auskultasi
Paru paru
Inspeksi
Perkusi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
: datar
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas
sinistra tidak
ada sianosis
Genitalia
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Kulit
: Turgor baik, sianosis (-), ikterik (-)
Tulang belakang : Bentuk normal, tidak skoliosis, tidak
lordosis,
tidak kifosis
52
CAMPAK
Biceps
: +/+ normal
Triceps
: +/+ normal
Lutut
: +/+ normal
Tumit
: +/+ normal
Reflek patologis
Babinsky
: -/-
Chaddock
: -/-
Parese (-)
Hasil
Nilai Normal
5,6
4,91
12,8
37
210
36
26
36
3 5 juta/ uL
10 - 14 g/dL
31 - 43 %
229 -553 ribu/uL
72 -88 fL
22- 34 pg
32 36 g/ dL
52
CAMPAK
Pemeriksaan Widal
Salmonella Typhi O
Hasil
( + ) 1/320
Titer
( + ) 1/160
kenaikan < 4x
Titer < 1/160 atau
( + ) 1/160
kenaikan < 4x
Titer < 1/160 atau
( + ) 1/320
kenaikan < 4x
Titer < 1/160 atau
( + ) 1/320
kenaikan < 4x
Titer < 1/160 atau
Salmonella Paratyphi
( + ) 1/80
kenaikan < 4x
Titer< 1/160 atau
AH
Salmonella Paratyphi
( + ) 1/320
kenaikan < 4x
Titer 1/160 atau
BH
Salmonella Paratyphi
( + ) 1/80
Salmonella Paratyphi
AO
Salmonella Paratyphi
BO
Salmonella Paratyphi
CO
Salmonella Typhi H
CH
Nilai Normal
< 1/160 atau
kenaikan < 4x
Titer 1/160 atau
kenaikan < 4x
Nilai
Nilai normal
PARASITOLOGI
MAKROSKOPIS
Warna
Coklat
Konsistensi
Keras
Lendir
Darah
MIKROSKOPIS
Sisa Pencernaan
Lemak
52
CAMPAK
V.
Karbohidrat
Serat-serat
Lekosit
0-1
Eritrosit
01
Parasit
Negatif
Telur Cacing
Negatif
Jamur
RINGKASAN
perempuan
berumur 6 tahun
4 bulan secara
Pasien datang dengan keluhan panas sejak 6 hari yang lalu. Panas
tidak menentu, kadang naik kadang turun. Panas membaik bila
diberi obat penurun panas tetapi suhu akan meningkat lagi dalam
beberapa jam. Nafsu makan berkurang. Kemarin muntah sebanyak
2x, berisi makanan.
Pasien juga batuk disertai pilek sejak 4 hari lalu lalu. Batuk disetai
dengan dahak berwarna putih, tidak ada darah.
: Compos Mentis
: 100 x / menit, teratur, isi cukup
52
CAMPAK
Suhu Tubuh
: 36 C (aksila)
Mata
Leher
Paru
Jantung
gallop (-)
Abdomen
tympani, BU (+)
Ekstremitas
VI.
normal
: Akral hangat, CRT < 2 detik
DIAGNOSA KERJA
Morbili
Suspect thypoid
VII.
DIAGNOSA BANDING
Rubella
Eksantema subitum
VIII. PENATALAKSANAAN
IX.
PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
52
CAMPAK
Ad funtionam
Ad sanationam
: bonam
: bonam
: Pasien datang dengan keluhan panas turun naik sejak 5 hari yang
lalu. Panas
: KU
normal.
: 36,8 C
Nadi
: 85 x/ menit
RR
: 20 x/ menit
Mata
Pulmo
Cor
: Thypoid fever
: Chloramphenicol 4 x 200 g
Sanmol syrup 3 x cth I
Vometa syrup 3 x cth I
Ambroxol syrup 3 x cth I
IVFD RL 3 cc/ kgBB / 24 jam
52
CAMPAK
S
Masih
batuk
dan
pilek.
: KU
: 36 C
Nadi
: 100 x/ menit
RR
: 22 x/ menit
Mata
Pulmo
Cor
: Chloramphenicol 4 x 200 g
Sanmol syrup 3 x cth I
Vometa syrup 3 x cth I
Ambroxol syrup 3 x cth I
IVFD RL 3 cc/ kgBB / 24 jam
: Panas sudah tidak ada ( hari ke 7 ). Masih batuk dan pilek. Dahak
susah keluar.
: KU
Kesadaran
52
CAMPAK
Suhu
: 36,8 C
Nadi
: 100 x/ menit
RR
: 20 x/ menit
Mata
Cor
: Morbili
: Pasien dipindahkan ke ruangan isolasi
Chloramphenicol 4 x 350 mg ( IV )
Sanmol syrup 3 x cth 1,5
Vometa syrup 3 x cth I
Ambroxol syrup 3 x cth I
IVFD RL 24 tpm ( makro )
Puyer 3 x 1 pulv : GG, CTM, Dexametason, PCT, Aminofilin
: Panas sudah tidak ada ( hari ke 8 ) . Batuk dan pilek masih ada.
Ruam di seluruh
: KU
: 36 C
Nadi
: 98 x/ menit
RR
: 24 x/ menit
52
CAMPAK
Mata
cekung -/Leher
Pulmo
Cor
: Morbili
: Chloramphenicol 4 x 350 mg ( IV )
Sanmol syrup 3 x cth 1,5
Vometa syrup 3 x cth I
Ambroxol syrup 3 x cth I
IVFD RL 24 tpm ( makro )
Puyer 3 x 1 pulv : GG, CTM, Dexametason, PCT, Aminofilin
: Panas sudah tidak ada ( hari ke 8 ) . Batuk dan pilek masih ada.
Ruam di seluruh
: KU
Kesadaran
: Compos Mentis
Suhu
: 36 C
Nadi
: 98 x/ menit
RR
: 26 x/ menit
Mata
Pulmo
Cor
52
CAMPAK
Abdomen : datar, supel, hepar dan lien tidak teraba, tympani, BU
(+) normal
Ektremitas
A
P
: Morbili
: Chloramphenicol 4 x 350 mg ( IV )
Sanmol syrup 3 x cth 1,5
Vometa syrup 3 x cth I
Ambroxol syrup 3 x cth I
IVFD RL 24 tpm ( makro )
Puyer 3 x 1 pulv : GG, CTM, Dexametason, PCT, Aminofilin
: Panas sudah tidak ada ( hari ke 8 ) . Batuk dan pilek masih ada.
Ruam mulai
: KU
normal
: 36 C
Nadi
: 88 x/ menit
RR
: 26 x/ menit
Mata
Pulmo
Cor
52
CAMPAK
Ektremitas
: Morbili
ANALISIS KASUS
CAMPAK
Dasar Diagnosa:
Panas sejak 6 hari sebelum masuk rumah sakit. Disertai batuk dan
pilek. Pada hari
ke 7, muncul ruam
: 36,8 C
Nadi
: 100 x/ menit
52
CAMPAK
RR
: 20 x/ menit
Mata
Cor
dan sering ditemukan. Campak dikenal juga dengan morbili , measles atau
rubeola. Campak memiliki gejala khas yaitu terdiri dari 3 stadium yang
52
CAMPAK
ditunjukkan oleh demam tinggi mendadak, kadang-kadang dengan kejang
dan bahkan pneumonia.
Pada pasien ini, ditemukan demam sejak 6 hari sebelum masuk
rumah
sakit.
Disertai
batuk
dan
pilek.
Tetapi
bercak
koplik
dan
sebagai ruam yang menyebar dengan cepat pada seluruh muka, leher,
lengan atas, dan bagian atas dada pada sekitar 24 jam pertama. Selama
24 jam berikutnya, ruam menyebar ke seluruh punggung, abdomen,
seluruh lengan dan paha. Pada hari ke-2 sampai hari ke-3, ruam mencapai
kaki dan mulai menghilang dari muka. Hilangnya ruam menuju ke bawah
pada urutan yang sama dengan ketika ruam muncul. Keparahan penyakit
secara langsung dihubungkan dengan luas dan menyatunya ruam. Variasi
dari morbili yang biasa ini ialah black measles , yaitu morbili yang
disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung, dan traktus digestivus.
Pada pasien ini ditemukan ruam pada ektremitas.
3. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang dan meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan menghilang sendiri. Selain
hiperpigmentasi, pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang
bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomik untuk morbili.
Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema, ruam kulit
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Falkutas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSPI. Prof. Dr. Sulianti Saroso
Periode 16 Februari 26 April 2014
52
CAMPAK
menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun menjadi normal
kecuali bila terjadi komplikasi.
Pada pasien ini, panas sudah tidak ada dan ruam mulai berubah warna
menjadi hitam. Pada pasien ini diberikan :
TPYPHOID FEVER
Dasar diagnosis :
Chloramphenicol 4 x 350 mg ( IV )
Sanmol syrup 3 x cth 1,5
52
CAMPAK
TINJAUAN PUSTAKA
CAMPAK
PENDAHULUAN
Campak adalah penyakit infeksi virus akut yang sangat menular dan
sering ditemukan.
rubeola. Campak memiliki gejala khas yaitu terdiri dari 3 stadium yang
dengan
suhu
badan
yang
meningkat,
selanjutnya
ruam
EPIDEMIOLOGI
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Falkutas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSPI. Prof. Dr. Sulianti Saroso
Periode 16 Februari 26 April 2014
52
CAMPAK
Campak adalah penyakit endemis di berbagai belahan dunia
terutama di tempat vaksinasi campak belum tersedia. Sekitar 1 juta
kematian setiap tahunnya. Sejak tahun 2000, kurang dari 100 kasus
campak dilaporkan setiap tahun di Amerika Serikat.
Di Indonesia, menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT )
campak menduduki tempat ke 5 dalam urutan 10 macam penyakit
utama pada bayi ( 0,7% ) dan tempat ke 5 dalam urutan 10 macam
penyakit utama pada anak usia 1 4 tahun ( 0,77% ).
Campak merupakan penyakit endemis di negara berkembang. Di
Indonesia penyakit campak sudah dikenal sejak lama. Dari penelitian
retrospektif dilaporkan bahwa campak di Indonesia ditemukan sepanjang
tahun. Studi kasus campak yang dirawat inap di rumah sakit selam kurun
waktu lima tahun ( 1984 1988 ), memperlihatkan peningkatan kasus
pada bulan Maret dan mencapai puncak pada bulan Mei, Agustus,
September dan Oktober.
Pengalaman menunjukkan bahwa epidemi campak di Indonesia
timbul secara tidak teratur. Di daerah perkotaan epidemic campak terjadi
setiap 2 4 tahun. Wabah terjadi pada kelompok anak yang rentan
terhadap campak, yaitu di daerah dengan populasi balita mengidap gizi
buruk dan daya tahan tubuh yang lemah.
Di Indonesia, penyakit campak mendapat pehatian khusus sejak
tahun 1970, setelah terjadi wabah campak yang cukup serius di Pulau
Lombok ( dialporkan 330 kematian di antara 12.107 kasus ) dan Pulau
Bangka ( 65 kematian di antara 407 kasus ). Wabah dan kejadian luar
biasa masih sering terjadi. Salah satunya adalah wabah di Kecamatan
Cikeusal Kabupaten Serang pada tahun 1981. Dan pada bulan Agustus
1984 sampai Februari 1985 di desa Bondokodi _ Kabupaten Sumba Barat.
Menurut kelompok umur kasus campak yang rawat inap di rumah
sakit selama kurun waktu 5 tahun ( 1984 1988 ) menunjukkan proporsi
yang terbesar dalam golongan umur balita dengan dengan perincian
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Falkutas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSPI. Prof. Dr. Sulianti Saroso
Periode 16 Februari 26 April 2014
52
CAMPAK
17,6% berumur < 1 tahun, 15,2% berumur 1 tahun, 20,3% berumur 2
tahun, 12,3% berumur 3 tahun dan 8,2% berumur 4 tahun.
Hampir semua anak Indonesia yang mencapai usia 5 tahun pernah
terserang penyakit campak, walaupun yang dilaporkan hanya sekitar
30.000 kasus pertahun. Bagian anak RS Pirngadi Medan melaporkan
bahwa angka kematian akibat penyulit campak rata rata 26,4% setiap
tahunnya.
Kejadian luar biasa campak lebih sering terjadi di daerah pedesaan
terutama
daerah
yang
sulit
dijangkau
pleh
pelayanan
kesehatan,
ETIOLOGI
Virus campak merupakan virus RNA family paramyxoviridae dengan
genus morbili virus . Virus dengan rantai tunggal RNA yang memiliki 1 tipe
antigen. Manusia merupakan satu satunya penjamu alami bagi penyakit
ini.
Virus campak menginfeksi traktus respiratorius atas dan kelenjar
limfe regional dan menyebar secara sistemik selama viremia yang
berlangsung singkat dengan titer virus yang rendah.
52
CAMPAK
Viremia sekunder timbul dalam 5 7 hari saat monosit yang telah
terinfeksi menyebarkan virus ke dalam saluran pernafasan, kulit dan
organ organ lainnya. Virus dapat ditemukan pada sekret saluran
pernafasan, darah dan urin penderita.
Virus ditularkan melalui droplet berukuran besar dari saluran nafas
atas dan memerlukan kontak yang erat. Virus stabil pada suhu ruang
selama 1 2 hari. Penderita campak menularkan virus selama 1 2 hari
sebelum timbulnya gejala ( sekitar 5 hari sebelum timbulnya ruam )
sampai 4 hari setelah timbulnnya ruam.
PATOGENESIS
Di tempat awal infeksi, penggandaan virus sangat minimal dan
jarang dapat ditemukan virusnya. Virus masuk ke dalam limfatik local,
bebas
maupun
berhubungan
dengan
sel
mononuclear,
kemudian
seperti
limpa.
Sel
mononuclear
yang
terinfeksi
52
CAMPAK
konjungtiva tampak merah. Respon imun yang terjadi adalah proses
peradangan epitel pada sistem saluran pernafasan diikuti dengan
manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat dan
tampak ulserasi kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak Koplik, yang
merupakan tanda pasti untuk menegakkan diagnosa.
Selanjutnya daya tahan tubuh menurun. Sebagai akibat respons
delayed
hypersensitivity
terhadap
antigen
virus,
muncul
ruam
makulopapular pada hari ke 4 sesudah awal infeksi dan pada saat itu
antibodi humoral dapat dideteksi pada kulit. Daerah epitel yang nekrotik
di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan kesempatan infeksi
bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media dan lain lain.
Dalam keadaan tertentu, pneumonia dapat terjadi, selain itu dapat
menyebabkan gizi kurang.
MANIFESTASI KLINIS
Masa inkubasi sekitar 10-12 hari jika dimulai dari gejala-gejala
prodromal awal, atau sekitar 14 hari jika dimulai dari munculnya ruam.
Kenaikan suhu ringan dapat terjadi 9-10 hari dari hari infeksi dan
kemudian menurun dalam waktu sekitar 24 jam.
Penyakit ini dibagi dalam 3 stadium, yaitu:
1. Stadium prodromal
Biasanya berlangsung 3-5 hari dan ditandai oleh demam ringan
sampai sedang, batuk, fotofobia, coryza dan konjungtivitis. Menjelang
akhir stadium prodromal dan 24 jam sebelum timbul enantem, timbul
bercak koplik yang merupakan tanda patognomonis pada morbili, tetapi
sangat jarang dijumpai. Bercak koplik merupakan bintik putih keabuabuan, biasanya sebesar ujung jarum dan dikelilingi eritem. Lokalisasinya
di mukosa bukal berhadapan dengan molar bawah. Bercak ini muncul dan
menghilang dengan cepat, biasanya dalam 12-18 jam.
52
CAMPAK
Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering
didiagnosis sebagai influenza. Kadang-kadang fase prodromal dapat berat,
ditunjukkan oleh demam tinggi mendadak, kadang-kadang dengan kejang
dan bahkan pneumonia.
2. Stadium erupsi
Coryza dan batuk bertambah. Biasanya coryza, demam dan batuk
semakin bertambah berat sampai waktu ruam telah merata di seluruh
tubuh. Suhu naik mendadak ketika ruam muncul dan sering mencapai 4040,5C. Ruam biasanya timbul sebagai makula tidak jelas pada bagian
atas lateral leher, belakang telinga, sepanjang garis pertumbuhan rambut
dan pada bagian posterior pipi.
sebagai ruam yang menyebar dengan cepat pada seluruh muka, leher,
lengan atas, dan bagian atas dada pada sekitar 24 jam pertama. Selama
24 jam berikutnya, ruam menyebar ke seluruh punggung, abdomen,
seluruh lengan dan paha. Pada hari ke-2 sampai hari ke-3, ruam mencapai
kaki dan mulai menghilang dari muka. Hilangnya ruam menuju ke bawah
pada urutan yang sama dengan ketika ruam muncul. Keparahan penyakit
secara langsung dihubungkan dengan luas dan menyatunya ruam. Variasi
dari morbili yang biasa ini ialah black measles , yaitu morbili yang
disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung, dan traktus digestivus.
3. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang dan meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan menghilang sendiri. Selain
hiperpigmentasi, pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang
bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomik untuk morbili.
Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema, ruam kulit
menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun menjadi normal
kecuali bila terjadi komplikasi.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Falkutas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSPI. Prof. Dr. Sulianti Saroso
Periode 16 Februari 26 April 2014
52
CAMPAK
adanya
infiltrate
interstitial
dan
perihiler
yang
PENGOBATAN
Paien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus
diberikan
cukup
cairan
dan
kalori, sedangkan
pengobatan
besifat
Bronkopneumonia
52
CAMPAK
Diberikan antibiotic ampisilin 100 mg/kgBB/ hai dalam 4 dosis
intravena. Kombinasikan dengan kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari
intravena dalam 4 dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien
dapat minum obat peroral. Antibiotik diberikan sampai tiga hari
demam reda.
Apabila dicurigai ada infeksi spesisfik, maka uji tuberkulin dilakukan
setelah anak sehat kembali ( 3 4 minggu kemudian ). Karena uji
enteritis + dehidrasi.
Otitis media
Disebabkan oleh infeksi
sekunder,
sehingga
pelu
antibiotic
hari dibagi
dalam 2 dosis ).
Ensefalopati
Perlu reduksi jumlah cairan kebutuhan untuk mengurangi edema
otak, di samping pemberian kortikosteroid. Perlu dilakukan koreksi
elektrolit dan gangguan gas darah.
PROGNOSIS
Prognosis baik pada anak dengan keadaan umum yang baik. Tetapi
prognosis buruk bila keadaan umum buruk, anak yang sedang menderita
penyakit kronis atau bila ada komplikasi.
PENYULIT
Otitis media merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada
infeksi campak.
Bronkopneumonia
Dapat disebabkan oleh infeksi virus campak maupun bakteri.
Ditandai dengang meningkatnya fekuensi nafas dan adanya ronki
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Falkutas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSPI. Prof. Dr. Sulianti Saroso
Periode 16 Februari 26 April 2014
52
CAMPAK
basah halus. Pada saat suhu tubuh turun, gejala pneumonia akan
emnghilang, kecuali batuk yang masih dapat berlanjut sampai
beberapa hari lagi.
Ensefalitis
Timbul 2 5 hari setelah terjadinya ruam. Terjadinya dapat melalui
mekanisme imunologik maupun invasi langsung virus campak ke
dalam otak.
Keluhan
nyeri
kepala,
frekuensi
nafas
meningkat,
tingkah
wiching,
laku
dan
PENCENGAHAN
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Falkutas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSPI. Prof. Dr. Sulianti Saroso
Periode 16 Februari 26 April 2014
52
CAMPAK
Imunisasi aktif
Imunisasi
aktif
dilakukan
attenuatedmeasles vaccine. Di
Indonesia
dengan
pemberian
saat
masih
ini
live
dianjurkan
hamil,
anak
dengan
TBC yang tidak diobati, penderita leukemia dan anak yang sedang
mendapat pengobatan imunosupresif.
Vaksin morbili dapat diberikan sebagai vaksin morbili saja
atau sebagai vaksin
measles-mumps-rubella
(MMR).
Di
Indonesia
Schwarz
dan
Tiap
dosis
dari
tidak
vaksin
kurang
yang
dari
sudah
1.000
dilarutkan
TCID50
dan
anergi
DIAGNOSA BANDING
Rubella ( campak jerman / campak 3 hari )
Roseola Infantum ( eksantema subitum, sixth disease )
52
CAMPAK
THYPOID FEVER
PENDAHULUAN
Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau thyphoid
fever.
oleh
bersifat
Salmonella
typhi.
satu
minggu
atau
lebih
disertai
gangguan pada
saluran
52
CAMPAK
Salmonella typhi dapat hidup didalam tubuh manusia (manusia
sebagai naturalreservoir). Manusia yang terinfeksi Salmonella typhi dapat
mengekskresikannya melalui sekret saluran nafas, urin, dan tinja dalam
jangka waktu yang sangat bervariasi.
Salmonella typhi yang berada diluar tubuh manusia dapat hidup
untuk beberapa minggu apabila berada didalam air, es, debu, atau
kotoran yang kering maupun pada pakaian. Akan tetapi S. Typhi hanya
dapat hidup kurang dari 1 minggu pada raw sewage, dan mudah
dimatikan dengan klorinasi dan pasteurisasi ( temp 63C ).
Terjadinya penularan Salmonella typhi sebagian besar melalui
minuman / makananyang tercemar oleh kuman yang berasal dari
penderita atau pembawa kuman, biasanya keluar bersama sama dengan
tinja ( melalui rute oral fekal = jalur oro-fekal ). Dapat
juga
terjadi
seorang
ibu
pembawa
proses kelahirannya
(K)
yang
terdiri
polisakarida.
Mempunyai
makromolekular
52
CAMPAK
dinamakan endotoksin. Salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid
faktor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multipel antibiotik.
PATOGENESIS
Patogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses kompleks yang
mengikuti ingestiorganisme, yaitu: 1) penempelan dan invasi sel- sel pada
Peyer Patch, 2) bakteri bertahanhidup dan bermultiplikasi dalam makrofag
Peyer Patch, nodus limfatikus mesenterica, dan organ - organ extra
intestinal sistem retikuloendotelial, 3) bakteri bertahan hidup di dalam
aliran darah, 4) produksi enterotoksin yang meningkatkan kadar cAMP di
dalam kripta usus dan meningkatkan permeabilitas membrane usus
sehingga menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke dalam lumen
intestinal.
Masuknya kuman Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi ke
dalam
tubuh
Untuk
52
CAMPAK
Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan
selanjutnya dibawa ke peyer patch di ileum distal dan kemudian kelenjar
getah bening mesenterika.
Selanjutnya melalui ductus thoracicus, kuman yang terdapat dalam
makrofag inimasuk ke dalam sirkulasi darah ( mengakibatkan bakteremia
pertama yang sifatnya asimtomatik ) dan menyebar ke seluruh organ
Retikulo
endotelial
tubuh
terutama
hati
kemudian
berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya kembali
masuk ke sirkulasi sistemik yang mengakibatkan bakteremia kedua
dengan disertai tanda- tanda dan gejala infeksi sistemik.
Di dalam hepar, kuman masuk ke dalam kandung empedu,
berkembang
biak,
kembali,
berhubung
makrofag
telah
Peyer Patch
makrofag
hiperplasi
52
CAMPAK
sekitar peyer patch yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasi
akibat akumulasi sel- sel mononuclear di dinding usus.
Proses patologis jaringan limfoid ini dapat berkembang hingga ke
lapisan otot, serosa usus, dan dapat mengakibatkan perforasi. Endotoxin
dapat
menempel
di
limfe
mesenterika
menim-bulkan
kelainan
anatomis seperti nekrosis sel, sistem vaskuler, yang tidak stabil, demam,
depresi sumsum tulang, kelainan pada darah dan juga menstimulasi
sistem imunologis.
52
CAMPAK
MANIFESTASI KLINIS
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Falkutas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSPI. Prof. Dr. Sulianti Saroso
Periode 16 Februari 26 April 2014
52
CAMPAK
Manifestasi klinis pada anak umumnya bersifat lebih ringan, lebih
bervariasi
biladibandingkan
dengan
penderita
dewasa.
Bila
hanya
berpegang pada gejala atau tanda. klinis, akan lebih sulit untuk
menegakkan diagnosis demam tifoid pada anak, terutama pada penderita
yang lebih muda, seperti pada tifoid kongenital ataupun tifoid pada
bayi.Masa inkubasi rata-rata bervariasi antara 7 20 hari, dengan masa
inkubasiterpendek 3 hari dan terpanjang 60 hari. Dikatakan bahwa masa
inkubasi mempunyaikorelasi dengan jumlah kuman yang ditelan, keadaan
umum
status
gizi
serta
status
imunologis
penderita.
Walupun gejala demam tifoid pada anak lebih bervariasi, secara garis bes
ar gejala-gejala yang timbul dapat dikelompokkan :
Demam satu minggu atau lebih.
Gangguan saluran pencernaan
Gangguan kesadaran
Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit
infeksi
akut pada umumnya, seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, munt
ah, diare, konsti-pasi. Pada pemeriksaan fisik, hanya didapatkan suhu
badan yang meningkat. Setelah minggu kedua, gejala / tanda klinis
menjadi
makin
jelas,
berupa
demam
remiten,
lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut kembung mungkin disertai
ganguan kesada-ran dari yang ringan sampai berat.
Demam yang terjadi pada penderita anak tidak selalu tipikal seperti
pada orang dewasa, kadang-kadang mempunyai gambaran klasik berupa
stepwise pattern,
dapat pula mendadak tinggi dan remiten serta dapat pula bersifat ireguler
terutama
pada
panas
kongenital. Lidah
tifoid biasanya
meningkat dengan
tanda-tanda
antara lain, lidah tampak kering, dilapisi selaput tebal, di bagian belakang
tampak lebih pucat, di bagian ujung dan tepi lebih kemerahan. Bila
52
CAMPAK
penyakit makin progresif, akan terjadi deskuamasi epitel sehingga papila
lebih prominen.
Roseola lebih sering terjadi pada akhir minggu pertama dan awal
minggu kedua. Merupakan suatu nodul kecil sedikit menonjol dengan
diameter 2 4 mm, berwarna merah pucat serta hilang pada penekanan.
Roseola ini merupakan emboli kuman yang didalamnya mengandung
kuman salmonella, dan terutama didapatkan di daerah perut, dada,
kadang-kadang di bokong, ataupun bagian fleksor lengan atas.
Limpa umumnya membesar dan sering ditemukan pada akhir
minggu
pertamadan harus dibedakan dengan pembesaran karena malaria. Pembe
saran limpa padademam tifoid tidak progresif dengan konsistensi lebih
lunak.
Rose spot, suatu ruam makulopapular yang berwarna merah dengan
ukuran 1 5mm, sering kali dijumpai pada daerah abdomen, toraks,
ekstremitas dan punggung padaorang kulit putih, tidak pernah dilaporkan
ditemukan pada anak Indonesia. Ruam inimuncul pada hari ke 7 10 dan
bertahan selama 2 -3 hari.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan
laboratorium
untuk
membantu
menegakkan
diagnosis
dengan peningkatan
laju endap
52
CAMPAK
batas
normal
dan
trombosit
men-
jadi normal setelah sembuh. Kenaikan SGOT dan SGPT tidak memerlukan
penanganan
khusus.
Gambaran
sumsum
tulang
menunjukkan
dalam
uji
pengambilanspesimen
(poliklonal
(stadium
dini
atau
atau
monoklonal)
lanjut
dalam
dan
waktu
perjalanan
penyakit).
Beberapa uji serologis yang dapat digunakan pada demam tifoid ini
meliputi :
a) Uji Widal
52
CAMPAK
Uji serologi standar yang rutin digunakan untuk mendeteksi antibody
terhadap kuman
tahun 1896. Pada uji Widal terjadi reaksi aglutinasi antara antigen
kuman S.typhi dengan antibodi yang disebut aglutinin.
Prinsip uji Widal adalah serum penderita dengan pengenceran yang
berbeda ditambah dengan antigen dalam jumlah yangsama. Jika pada
serum terdapat antibodi maka akan terjadi aglutinasi.
Pengenceran
tertinggi
yang
masih
menimbulkan
aglutinasi
iuji
widal
slide
aglutination
(prosedur
pemeriksaan
52
CAMPAK
akan tetapi apabila negatif tidak menyingkirkan. Banyak senter
mengatur pendapat apabila titer O agglutinin sekali periksa 1/200
atau pada titer sepasang terjadi kenaikan 4 kali maka diagnosis demam
tifoid dapat ditegakkan. Aglutinin H banyak dikaitkan dengan pasca
imunisasi atau infeksi masa lampau, sedang Vi aglutinin dipakai pada
deteksi
pembawa
kuman
S.
typhi
(karier).
Banyak
peneliti
atau vaksinasi.
dalam5
hari
>
tes
Widal)
menghalangi
respon
52
CAMPAK
Positif Palsu
Beberapa jenis serotipe Salmonella lainnya (misalnya S. paratyphi
A, B, C) memiliki antigen O dan H juga, sehingga menimbulkan
reaksi silang dengan jenis bakteri lainnya, dan bisa menimbulkan
hasil positif palsu (false positive). Padahal sebenarnya yang positif
kuman non S. typhi (bukan tifoid).
52
CAMPAK
Demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran klinis
yang ringan bahkan asimtomatik. Walaupun gejala klinis sangat
bervariasi namun gejala yangtimbul setelah inkubasi dapat dibagi
dalam (1) demam, (2) gangguan saluran pencernaan, dan (3) gangguan
kesadaran.
Timbulnya
gejala
klinis
biasanya
bertahap,
dengan
52
CAMPAK
Pada stadium dini demam tifoid, beberapa penyakit kadang-kadang
secara
klinisdapat
menjadi
diagnosis
bandingnya
yaitu
influenza,
pemulihan.
b) Nutrisi
Pemberian makanan tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP) rendah serat
adalah yang paling membantu dalam memenuhi nutrisi penderita namun
tidak memperburuk kondisi usus. Sebaiknya rendah selulosa (rendah
serat) untuk mencegah perdarahan dan perforasi. Diet untuk penderita
demam tifoid, basanya diklasifikasikan atas diet cair, bubur lunak, tim,
dan nasi biasa.
c) Cairan
Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun
parenteral.Cairan parenteral diindikasikan pada penderita sakit berat, ada
komplikasi, penurunan kesadaran serta yang sulit makan. Cairan harus
mengandung elektrolit dan kalori yang optimal. Kebutuhan kalori anak
pada infus setara dengan kebutuhan cairan rumatannya.
52
CAMPAK
d) Kompres air hangat
Mekanisme tubuh terhadap kompres hangat dalam upaya menurunkan
suhu tubuhyaitu dengan pemberian kompres hangat pada daerah tubuh
akan memberikan sinyal ke hipotalamus melalui sumsum tulang belakang.
Ketika reseptor yang peka terhadap panas di hipotalamus dirangsang,
sistem efektor mengeluarkan sinyal yang memulai berkeringat dan
vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat
vasomotor pada medulla oblongata dari tangkai otak, dibawah pengaruh
hipotalamik bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi. Terjadinya
vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan / kehilangan energy / panas
melalui kulitmeningkat (berkeringat), diharapkan akan terjadi penurunan
suhu tubuh sehingga mencapai keadaan normal kembali. Hal ini
sependapat dengan teori yang dikemukakan oleh Aden (2010) bahwa
tubuh memiliki pusat pengaturan suhu (thermoregulator) di hipotalamus.
Jika suhu tubuh meningkat, maka pusat pengaturan suhu berusaha
menurunkannya begitu juga sebaliknya.
Medikamentosa :
a)Simptomatik
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Falkutas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSPI. Prof. Dr. Sulianti Saroso
Periode 16 Februari 26 April 2014
52
CAMPAK
Panas yang merupakan gejala utama pada tifoid dapat diberi antipiretik.
Bila mungkin peroral sebaiknya diberikan yang paling aman dalam hal
ini adalah Paracetamol dengan dosis 10 mg/kg/kali minum, sedapat
mungkin untuk menghindari aspirin dan turunannya karena mempunyai
efek mengiritasi saluran cerna dengan keadaan saluran cerna yang
masih rentan kemungkinan untuk diperberat keadaannya sangatlah
mungkin. Bila tidak mampu intake peroral dapat diberikan via
parenteral.
b) Antibiotik
Antibiotik yang sering diberikan adalah :
kasus
pengobatan
malnutrisi
diperpanjang
atau
didapatkan
sampai
21
hari.
infeksi
sekunder
Kelemahan
dari
dan carier.
Cotrimoxazole, merupakan gabungan dari 2 jenis antibiotika
trimetoprim dansulfametoxazole dengan perbandingan 1:5. Dosis
Trimetoprim 10 mg/kg/hari dan Sulfametoxzazole 50 mg/kg/hari
dibagi dalam 2 dosis. Untuk pemberian secara syrup dosis yang
diberikan untuk anak 4-5 mg/kg/kali minum sehari diberi 2 kali
selama 2 minggu. Efek samping dari pemberian antibiotika
golongan ini adalah terjadinya gangguan sistem hematologi
seperti Anemia megaloblastik, Leukopenia, dan granulositopenia.
52
CAMPAK
Dan pada beberapa Negara antibiotika golongan ini sudah
dilaporkan resisten.
Ampicillin dan Amoxicillin, memiliki kemampuan yang lebih
rendah dibandingkan dengan chloramphenicol dan cotrimoxazole.
Namun untuk anak-anak golongan obat ini cenderung lebih aman
dan cukup efektif. Dosis yangdiberikan untuk anak 100-200
mg/kg/hari dibagi menjadi 4 dosis selama 2minggu. Penurunan
demam
biasanya
lebih
lama
dibandingkan
dengan
terapi
chloramphenicol.
Sefalosporin generasi ketiga (Ceftriaxone, Cefotaxim, Cefixime),
merupakan pilihan ketiga namun efektifitasnya setara atau
bahkan lebih dari Chloramphenicol dan Cotrimoxazole serta lebih
sensitive
terhadap
Salmonellatyphi.
Ceftriaxone
merupakan
52
CAMPAK
Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan
benzidin. Jika
sekunder dan dapat timbul pada awal sakit atau fase akut lanjut.
Komplikasi lain yang terjadi adalah abses paru, efusi, dan empiema
b) Kolesistitis
Pada anak jarang terjadi, bila terjadi umumnya pada akhir minggu
kedua dengan gejala dan tanda klinis yang tidak khas, bila terjadi
kolesistitis maka penderita cenderung untuk menjadi seorang karier.
c) Typhoid ensefalopati
Merupakan komplikasi tifoid dengan gejala dan tanda klinis berupa
kesadara nmenurun, kejang kejang, muntah, demam tinggi,
pemeriksaan otak dalam batas normal. Bila disertai kejang kejang
maka biasanya prognosisnya jelek dan bila sembuh sering diikuti oleh
gejala sesuai dengan lokasi yang terkena.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Falkutas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSPI. Prof. Dr. Sulianti Saroso
Periode 16 Februari 26 April 2014
52
CAMPAK
d) Meningitis
Menigitis oleh karena Salmonella typhi yang lain lebih sering
didapatkan pada neonatus/bayi dibandingkan dengan anak, dengan
gejala klinis tidak jelass ehingga diagnosis sering terlambat. Ternyata
peyebabnya adalah Salmonella Havana dan Salmonella oranemburg.
e) Miokarditis
Komplikasi ini pada anak masih kurang dilaporkan serta gambaran
klinis tidak khas. Insidensnya terutama pada anak berumur 7 tahun
keatas serta sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga. Gambaran
EKG dapat bervariasi antara lain : sinus takikardi, depresi segmen ST,
perubahan gelombangan I, AV blok tingkat I, aritmia, supraventrikular
takikardi.
f) Infeksi saluran kemih
Sebagian kasus demam tifoid mengeluarkan bakteri Salmonella typhi
melalui urin pada saat sakit maupun setelah sembuh. Sistitis maupun
pilonefritis dapat juga merupakan penyulit demam tifoid. Proteinuria
transien sering dijumpai, sedangkan glomerulonefritis yang dapat
bermanifestasi
sebagai
gagal
ginjal
maupun
sindrom
nefrotik
52
CAMPAK
predisposisi menjadi kronik karier adalah jenis kelamin perempuan,
pada kelompok usia dewasa, dan cholelithiasis. Pasien dengan
traktus urinarius yang abnormal, sepertischistosomiasis, mungkin
memgeluarkan bakteri pada urinya dalam waktu yang lama.
PENCENGAHAN
Secara umum, untuk memperkecil kemungkinan tercemar S.typhi, maka
setiap individu harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman
yang mereka konsumsi. Salmonella Typhi di dalam air akan mati apabila
dipanas setinggi 57C untuk beberapa menit atau dengan proses iodinasi /
klorinasi.
Untuk makanan, pemanasan sampai suhu 57C beberapa menit dan
secara merata juga dapat mematikan kuman Salmonella typhi. Penurunan
endemisitas suatu negara / daerah tergantung pada baik / buruknya
pengadaan sarana air dan pengaturan pembuangan sampah serta tingkat
kesadaran individu terhadap hygiene pribadi. Imunisasi aktif dapat
membantu menekan angka kejadian demam tifoid.
PROGNOSIS
Prognosis
tergantung
ketepatan
terapi,
usia,
keadaan
kesehatan
dan
pengobatan.
Munculnya
komplikasi
mengakibatkan
dapat
timbul
beberapa
kali.
Individu
yang
mengeluarkan
52
CAMPAK
VAKSIN
Di banyak negara berkembang, tujuan kesehatan masyarakat dengan
mencegah danmengendalikan demam tifoid dengan air minum yang
aman, perbaikan sanitasi, dan perawatan medis yang cukup, mungkin
sulit untuk dicapai. Untuk alasan itu, beberapa ahli percaya bahwa
vaksinasi terhadap populasi berisiko tinggi merupakan cara terbaik untuk
mengendalikan demam tifoid.
a. TAB vaccine
Berisi kuman Salmonella ThypiS. Parathypi A, S. Parathypi B yang
dimatikan. Cara pemberian suntikan subkutan.
b. Ty-21a
Berisi kuman Salmonella Thypi hidup yang dilemahkan. Diberikan per
oral tiga kali dengan
52
CAMPAK
DAFTAR PUSTAKA
1. Marshall, G.S. Carter, R.E. ( 2014 ). Infeksi Yang Ditandai Dengan
Demam . Dalam : Nelson Ilmu Kesehatan Anak Essential, Edisi
keenam, Saunders Elsevier, Indonesia : 402 405
2. Rezeki,Sri. Demam tifoid. ( 2008 ). Diunduh
dari
http:
//medicastore.com/artikel/238/Demam_Tifoid_pada_Anak_Apa_yang_Per
lu_Diketahui.html. 22 Maret 2014.
3. Soedarmo, S. Garna, H. Hadinegoro, S. S. Satari, I. H. ( 2008 ).
Campak " . Dalam : Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis, Edisi 1, Badan
Penerbit IDAI, Jakarta : 109 121
4. Soedarmo, S. Garna, H. Hadinegoro, S. S. Satari, I. H. ( 2008 ).
Demam Tifoid " . Dalam : Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis, Edisi 1,
Badan Penerbit IDAI, Jakarta : 338 346.
5. Pawitro UE, Noorvitry M, Darmowandowo W. ( 2002 ). Demam Tifoid
. Dalam : Ilmu Penyakit Anak : Diagnosa dan Penatalaksanaan, Edisi
1, Salemba Medika, Jakarta: 1-43.
6. Alan R. Tumbelaka. ( 2003 ). Diagnosis dan Tata laksana Demam
Tifoid . Dalam : Pediatrics Update, Cetakan pertama, Ikatan Dokter
Anak Indonesia, Jakarta : 2-20.
7. Prasetyo, Risky V. dan Ismoedijanto. ( 2010 ). Metode diagnostik
demam tifoid pada anak. FK UNAIR, Surabaya : 1-10.
8. Mohamad, Fatmawati. Efektifitas kompres hangat dalam menurunkan
demam pada pasien Thypoid Abdominalis di ruang G1 Lt.2 RSUD Prof.
Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 2012. Diunduh dari http :
//journal.ung.ac.id/filejurnal/JHSVol05No01_08_2012/7_Fatwaty_JHSVol0
5No01_ 08_2012.pdf. 19 Februari 2014.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Falkutas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSPI. Prof. Dr. Sulianti Saroso
Periode 16 Februari 26 April 2014
52