Вы находитесь на странице: 1из 12

FENOMENA GOSIP KAUM IBU DI DESA HUTA MOPUTI

KECAMATAN DENGILO KABUPATEN POHUWATO


Yelva Infan W. Mohamad
Faried Th. Musa, S. Sos, MA
Funco Tanipu, ST, MA
Program Studi Sosiologi

Abstrak
Jurnal ini merupakan hasil Penelitian tentang Fenomena Gosip kaum ibu di Desa
Huta Moputi Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato, dalam masyarakatnya
gosip bagi kaum ibu tertentu menjadi salah satu pekerjaan sampingan yang
mereka lakukan dalam kesehariannya. Dalam penelitian ini, fenomena gosip bisa
diartikan sebagai, suatu kebiasaan bercerita yang di lakukan oleh setiap orang
ketika berinteraksi dengan orang lain atau lingkungannya dan hal ini biasanya
dinamakan dengan pergaulan, dalam bergaul ada perasaan sedih/bahagia,
marah/sabar, dan bisa mengontrol emosi. Peranan percakapan sangat berpengaruh
dalam menentukan kualitas pergaulan. Masalah yang diteliti mencakup dua
permasalahan berikut ini. (1) bagaimana fenomena gosip kaum ibu di desa Huta
Moputi kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato? (2) apakah gosip kaum ibu
dapat merubah hubungan sosial mereka dalam masyarakat di desa Huta Moputi
kecamatan Dengilo? Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Gosip
untuk menganalisis permasalahan pertama dan kedua. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
observasi, wawancara, dan studi pustaka/ dokumentasi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa fenomena gosip kaum ibu di desa Huta Moputi Kecamatan
Dengilo Kabupaten Pohuwato dipengaruhi oleh kebiasaan mereka yang sering
bercerita dengan orang lain sehingga tanpa disadari pembicaraan tersebut sudah
mengarah pada pembicaraan negatif yakni bergosip, serta kebiasaan bergosip ini
menjadikan hubungan sosial diantara penggosip menjadi renggang diakibatkan
tersebarnya berita mengenai seseorang yang digosipkan tersebut. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah gosip atau biasa disebut dengan rumor khususnya tentang
urusan pribadi orang lain, ini merupakan salah satu cara yang paling umum
dilakukan untuk berbagi fakta dan sudut pandang, tapi juga memiliki reputasi
tentang adanya kesalahan dan variasi mengenai informasi yang disampaikan.
Kata kunci : Fenomena, Gosip, Kaum ibu, bercerita, interaksi.

Menuliskan narasi masyarakat di Indonesia secara sosiologis merupakan


ruang yang sangat menarik, karena sosiologi itu sendiri berbicara mengenai
masyarakat. Sejarah panjang tentang tumbuh dan berkembangnya masyarakat di

Indonesia salah satunya berpola pada pengembangan interaksi sosial manusia itu
sendiri.
Interaksi yang kebanyakan orang melakukannya ini ialah suatu tindakan
atau aksi yang dibalas dengan reaksi. Interaksi tidak dapat dilakukan secara
sendiri, tetapi harus ada orang atau kelompok lain sebagai mitra untuk
berinteraksi. Tanpa interaksi sosial, tidak mungkin ada kehidupan sosial
(masyarakat). Karena ada interaksi sosial, terbentuklah kehidupan bersama. Dari
adanya kehidupan bersama itulah timbul proses sosial. Proses sosial adalah
hubungan timbal-balik antara bidang-bidang kehidupan dalam masyarakat melalui
interaksi antar individu masyarakat.1 Adapun salah satu bentuk hubungan dari
interaksi sosial atau komunikasi ini yang mungkin di anggap tidak menyenangkan
adalah gosip.
Dikategorikan sebagai bentuk komunikasi yang tidak menyenangkan
karena pada umumnya gosip telah dianggap sebagai omongan-omongan tak
menyenangkan terhadap orang lain. Omongan itu umumnya terkait aib atau
keburukan pihak lain. Tidak mengherankan jika dampak dari gosip dianggap
berbahaya pada diri orang yang dibicarakan sampai pihak yang menyebarkannya.
Bahkan pada keyakinan agama, membicarakan aib orang lain atau gosip adalah
tingkah laku yang diharamkan. John L. Locke, ahli linguistik mengatakan bahwa
Sebenarnya kata "gosip" memiliki citra yang buruk untuk didengar.
Namun, sebenarnya obrolan yang kerap dilakukan "di balik punggung"
orang yang dibicarakan ini bertujuan untuk memberikan pelayanan moral
di komunitasnya. Dengan membicarakan beberapa hal, perempuan bisa
melindungi dirinya dari kesalahan atau perbuatan buruk yang dilakukan
atau dialami orang lain. Dan bagi mereka yang suka bergosip sebenarnya
mereka lebih peduli tentang masalah orang lain2
Memahami pernyataan John L. Locke di atas, menunjukan bahwa gosip
tidak hanya memiliki citra yang buruk saja akan tetapi gosip memberikan

Soerjono Soekanto, (2012 ). Sosiologi suatu pengantar, PT .Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal
54
2
Kompas.com , gosip bisa tunjukan kepedulian seseorang. [online]
www.http///Gosip.Bisa.Tunjukkan.Kepedulian.Seseorang.htm diakses tgl 02 desember 2012 pukul.
11.00 am

pelayanan moral di komunitasnya, Yang berarti dengan membicarakan beberapa


hal mengenai masalahnya , perempuan bisa melindungi dirinya dari kesalahan
atau perbuatan buruk yang dilakukannya atau orang lain.
Bergosip biasanya diawali ketika seseorang berkumpul bersama temannya,
lalu berbicara mengenai suatu hal, misalnya mengenai tetangganya, musuhnya
bahkan mengenai selebritis. Gosip bisa dikatakan sebagai obrolan atau cerita
mengenai hal pribadi orang lain yang biasa kebenarannya belum bisa dipastikan
100%. Bergosip juga bisa jadi ajang menyebarkan rumor atau malah menyebarkan
aib orang lain. Sehingga gosip sering dikaitkan dengan hal yang negatif. Hal ini
diungkapkan oleh Baumester et.al :
dilihat secara umum memang masyarakat lebih senang untuk
mendengar hal-hal buruk dari orang lain ketimbang berita-berita yang
bagus. Hal ini didasari bahwa ketika membicarakan yang buruk kita
mengetahui bahwa ada pihak-pihak yang melanggar norma sosial,
sehingga informasi ini begitu menarik. Sementara itu, informasi yang
sekedar menyampaikan bahwa orang-orang patuh pada norma dianggap
biasa-biasa saja, karena hal yang demikian tidak begitu menarik atau
penting bagi mereka.3
Pada umumya yang melakukan gosip kebanyakan dari kalangan ibu-ibu
atau perempuan, hanya sedikit dari mereka laki-laki yang suka bergosip. Gosip
tidak hanya dapat mereka lakukan di sungai saja, tetapi di tempat-tempat lain pun
dapat dilakukan selagi memungkinkan mereka dapat bergosip. Gosip juga tidak
mengenal lingkungan dimana seseorang berada. Karena gosip bisa saja bergulir di
dalam tempat kerja (kantor), sekolah, rumah dan lain sebagainya.
Secara umum dapat kita lihat fenomena ini terjadi di karenakan rasa
keingintahan seseorang terhadap sesatu yang menarik baginya. Sehingganya
keintahuan ini menjdikannya ingin tahu terhadap pribadi orang lain. Karena pada

Dalam Eko A. Meinarno, et.al. Apakah Gosip Bisa Menjadi Kontrol Sosial?, dimuat dalam Jurnal
Psikologi Pitutur, vol. 1, Tahun 2011, hal 79

dasarnya gosip merupakan heterogen fenomena dalam isi, bentuk, dan fungsi, ini
dapat diwujudkan secara berbeda seluruh rentang kehidupan. Gosip walaupun
hanya sekedar gurawan atau cerita belaka ia dapat mengisi waktu seseorang dan
dapat dilakukan secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, sekaligus
sesuatu yang praktis dilakukan atau ingin mempengaruhi seseorang baik sadar
maupun tidak sadar mengenai gosip tentang seseorang yang dibicarakan dimana
ada kepentingan tertentu dari yang disampaikan. Yang menarik dari penelitian
gosip kaum ibu di desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato ini
adalah kebanyakan dari gosip memberikan kontribusi negatif ataupun positif pada
umumnya, namun dampak dari pada gosip inilah menjadikannya sesuatu yang
perlu di kaji, dikarenakan dampak dari gosip ini bisa mengubah hubungan sosial
dalam suatu masyarakat. Mengubah dalam artian yang tadinya sebelum adanya
gosip yang beredar mengenai salah seorang yang terkait oleh gosip dari
masyarakat tersebut, kondisinya tidak ada permasalahan, akan tetapi ketika gosip
itu beredar maka, hubungan sosial antara yang di gosipkan dengan pelaku gosip
terjadi suatu permasalahan. Di sinilah terjadi perubahan pada hubungan sosial
dalam masyarakat.
Dilihat dari struktur sosial masyarakat desa Huta Moputi, pada umumnya
struktur sosial di pedesaan ini adalah struktur sosialnya yang bersifat sederhana,
karena dilihat dari mata pencahariannya yang mayoritas hampir sama atau
seragam, aktivitas pedesaannya yang hanya terbatas pada persoalan bagaimana
cara mempertahankan hidup dan mencapai kebutuhan hidupnya. Struktur sosial
dipedesaan ini terkait mengenai pola hubungan sosialnya, interaksi yang terjalin
secara intens, terutama oleh kaum ibu itu sendiri dan terciptanya interdependensi
yang berlangsung secara terus menerus dan akan membentuk sebuah pola yang
terorganisir serta fungsi dan peranan yang ada di struktur sosial pedesaan. Polapola tersebut terungkap sebagai abstraksi dari keseluruhan tingkahlaku dan
aktivitas nyata anggota masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan.4

Nasrullah Nazir, (2008). Struktur Sosial dan struktural Fungsional, Widya Padjajaran, Bandung.
Hal 17

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana fenomena


gosip kaum ibu di desa Huta Moputih Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato.
Dan ingin mengetahui apakah gosip kaum ibu bisa merubah hubungan sosial
mereka dalam masyarakat di desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo Kabupaten
Pohuwato
Metodologi Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
fenomenologis. Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap
makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang
terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami,
sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang
dikaji.
Penelitian ini menggunakan

purposive sampling, yaitu sampel atau

informan yang dipilih bukan untuk mewakili populasi tetapi mewakili


informasinya dan masalahnya secara mendalam sehingga dapat dipercaya untuk
menjadi sumber data yang mantap. Digunakan oleh peneliti jika memiliki
pertimbangan-pertimbangan

tertentu

dalam

pengambilan

informannya.

Pertimbangannya bahwa informan tersebut dinilai memiliki banyak pengetahuan


dan pengalaman tentang objek penelitian. Sedangkan jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Data primer yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah data-data yang menyangkut fenomena
gosip kaum ibu di desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka faktor-faktor yang diteliti adalah kegiatan
kaum ibu, yakni aktifitas mereka sehari-hari (bergosip).
Data sekunder tertuju pada data-data kognitif yaitu pengetahuan ilmiah
yang berupa data monografi kelurahan / desa, data responden, keadaan lingkungan
dan data lokasi penelitian dan dokumen-dokumen resmi lainnya.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara triangulasi yakni
observasi, wawancara mendalam dan studi dokumen.

Sedangkan untuk

menganalisis data dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,


menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola,

memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Penelitian ini dilaksanakan di desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo
Kabupaten Pohuwato. Lokasi ini didasari alasan subyektif peneliti dimana dengan
pertimbangan dikarenakan peneliti melihat fenomena gosip kaum ibu di desa Huta
Moputi Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato, secara signifikan memberikan
dampak pada hubungannya di masyarakat, sehingga peneliti tertarik untuk
menelitinya, berhubung mengingat kaum ibu adalah pendidik bagi anak-anaknya,
bekerja dalam rumah tangga dan bekerja di luar rumah. Tak lupa pertimbangan
biaya dan kemudahan dalam menjangkau tempat penelitianpun di pertimbangkan.
Serta Terdapat berbagai implikasi sosiologis dibalik munculnya gosip.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dalam penelitian ini, fenomena gosip bisa diartikan sebagai, suatu
kebiasaan bercerita yang di lakukan oleh setiap orang ketika berinteraksi dengan
orang lain atau lingkungannya dan hal ini biasanya dinamakan dengan pergaulan,
dalam bergaul ada perasaan sedih/bahagia, marah/sabar, dan bisa mengontrol
emosi. Peranan percakapan inilah yang sangat berpengaruh dalam menentukan
kualitas pergaulan. Percakapan antarmanusia ini akan produktif jika bertujuan
untuk hal-hal yang positif, seperti belajar, berdakwah, bisnis dan lainnya. Tidak
produktif jika tanpa tujuan yang jelas, seperti ngobrol tanpa arah, dan bergosip.
Bergosip dalam masyarakat Gorontalo disebut dengan Karlota yang
artinya membicarakan pribadi orang lain, begitupun sama halnya dengan
masyarakat yang ada di desa Huta Moputi. Hal ini hanya merupakan perbedaan
pada penyebutanya saja, yang pada intinya membicarakan pribadi orang lain, baik
itu bersifat positif maupun negatif. Tetapi dalam penelitian ini, penyebutanya
dijabarkan secara umum yakni Gosip.
Dalam kalangan masyarakat di desa Huta Moputi khususnya kaum ibu,
secara struktur sosial, Pada umumnya struktur sosial di pedesaan ini adalah
struktur sosial yang bersifat sederhana karena dilihat dari mata pencahariannya
yang mayoritas sama atau seragam, aktivitas pedesaannya yang hanya terbatas
pada persoalan bagaimana cara mempertahankan hidup dan mencapai

kebutuhannya. Dari hasil observasi dilapangan, mayoritas penduduk desa Huta


Moputi bermata pencaharian sebagai petani, adapun kaum ibunya sekitar 29%
bekerja di dalam rumah (URT). Karena banyak dari pada kaum ibu yang bergelut
di dalam rumah, kegiatan atau pun aktivitasnya sehari-hari hanya disekitaran itu
saja . Oleh karena itu tidak mengherankan ketika disela-sela aktivitas mereka, ada
kegiatan lain yang dilakukan, yakni bergosip. Dari segi pendidikan masyarakat
desa Huta Moputi terbanyak yang tergolong pada tingkat tidak lulus sekolah dasar
dan tidak sekolah. Dan hal inipun kaum perempuan berjumlah 315 jiwa, selisi 1
dengan laki-laki atau berjumlah 316 jiwa.
Dalam kajian ini, peneliti akan membahas mengenai Fenomena Gosip
Kaum Ibu di Desa Huta Moputi. Dimana dalam teorinya, Gosip menurut Foster
merupakan pertukaran informasi (bisa positif maupun negatif) terhadap pihak
ketiga yang tak hadir dari kejadian pertukaran informasi tadi. Tentunya dengan
definisi tadi perlu dipertegas dengan tiga hal utama yang membedakanya, yaitu
(1) pihak yang dibicarakan tidak hadir dalam percakapan yang sedang
berlangsung ; (2) isi dari komunikasi tersebut utamanya adalah evaluasi atau
penilaian terhadap orang atau pihak yang dibicarakan, baik itu bersifat negatif
maupun positif ; dan (3) pentingnya faktor situasional dalam percakapan. 5
Adapun temuan dari pada fenomena gosip kaum ibu di desa Huta Moputi
Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato yakni terkait mengenai gosip yang
menurut Foster pihak yang dibicarakan tidak hadir dalam percakapan yang sedang
berlangsung, peneliti menemukan pada saat observasi, terhadap kegiatan kaum ibu
khususnya ibu-ibu rumah tangga yang ada di desa Huta Moputi Kecamatan
Dengilo Kabupaten Pohuwato. Terlihat dalam kegiatan mereka sehari-hari,
mereka sering berinteraksi atau bercerita dengan orang lain terlebih dengan
sesamanya (kaum ibu), yang pada umumnya masyarakat lainpun sering
melakukannya, walaupun dalam pembicaraan mereka awali dengan bentuk
sapaan, namun pada akhirnya mereka membicarakan orang lain, yang kemudian

Eko Meinarno, Op.cit., hal. 80

tadinya hanya beberapa orang saja yang ikut dalam pembicaraan, selang berapa
menit kemudian sudah bertambah menjadi tiga dan seterusnya.6
Hal ini berdasarkan penuturan dari ibu JL mengenai kebiasaan bercerita
dalam kehidupan sehari-hari.
ia, jaba bacirita dengan orang-orang tantu, kalau tidak ba cerita baru
bagaimana7
Isi dari gosip atau biasanya dikenal dengan kata karlota ini pun beragam,
karena pada dasarnya gosip merupakan heterogen fenomena dalam isi, bentuk,
dan fungsi, ini dapat diwujudkan secara berbeda seluruh rentang kehidupan. Oleh
sebab itu tema yang banyak di ceritakan oleh masyarakat setempat biasanya
mengenai perselingkuhan, keluarga, sesekali mengenai perekonomian mereka
maupun orang lain.
Seperti yang dikatakan oleh ibu SN (28 Thn) saat di wawancarai :
yang biasa di cerita, paling-paling mengenai keluargaapalagi
mengenai anak. Kalau mengenai orang lain bo sadiki8
Hal ini menunjukan bahwa interaksi dalam masyarakat pada umumnya
adalah salah satu hal yang utama, akan tetapi kebiasaan bercerita inilah yang
kebanyakan mengarah kepada hal-hal yang kurang menyenangkan contohnya saja
gosip yang awal mulanya terbentuk dari kebiasaan seseorang yang sering
membicarakan orang lain. Walaupun dalam isi gosip tersebut tidak semuanya
mengarah kepada hal-hal yang negatif, akan tetapi kebanyakan gosip yang beredar
dalam masyarakat di desa Huta moputi lebih banyak mengarah pada hal-hal yang
negatif.
Tempat

dimana

dilakukannya

gosip

menjadi

pertimbangan

bagi

sipenggosip, hal ini pun terjadi pada kaum ibu yang ada di desa Huta Moputi
Kecamatan Dengilo, di mana dalam hal ini, kebiasaan bergosip banyak di lakukan
di sungai, warung, rumah, dan sebagainya. Hal ini dapat diindikasikan bahwa

Observasi tanggal 15 maret 2013 hari sabtu pukul 09.30 Wita


Wawancara dengan ibu JL tanggal 20 maret 2013 pukul 11.30 Wita
8
Wawancara dengan ibu SN tanggal 21 Maret pukul 10.00 Wita
7

tempat dan suasana yang nyaman serta adanya teman untuk berbagi cerita,
merupakan salah satu pertimbangan bagi kaum ibu untuk melakukan aktifitas
gosip.
Gosip digunakan sebagai media informasi yang terkait dengan kebutuhan
setiap individu ataupun kaum ibu yang ada di desa Huta Moputi, tujuannya adalah
untuk mengetahui peta sosial yang ada disekelilingnya sehingga kebiasaan ini
dapat mereka lakukan baik dalam ruang lingkup sedang bekerja maupun tidak.
Dan isi dari gosip yang dilakukan oleh kaum ibu salah satunya mengenai
kebiasaan seseorang yang mencuri, ketika diketahui oleh masyarakat sekitar
bahwa ada yang melakukan pencurian, maka hal tersebut menurut salah satu kaum
ibu yang pada saat di wawancara ia mengatakan bahwa orang yang seperti itulah
adalah orang yang sudah melakukan pelanggaran sehingganya hal tersebut patut
untuk di ceritakan kepada

orang lainnya. Dengan demikian adanya gosip,

individu maupun kelompok yang bertingkah laku tidak sesuai dengan aturan
sosial akan dibicarakan kepada orang lain. Penekanannya pada ketidak patuhan
orang tadi pada norma, sehingga orang yang mendengar gosip ini berfikir untuk
mengikuti aturan yang berlaku dari pada digosipkan.
Tersebarnya

gosip

dapat

memberikan

perubahan

tersendiri

bagi

sipenggosip dengan yang digosipkan, baik dalam hubungan sosialnya di


masyarakat atau dengan individu itu sendiri. Fenomena gosip kaum ibu di desa
Huta Moputi Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato, secara signifikan
memberikan dampak pada hubungan sosialnya dalam masyarakat, hubungan yang
dimaksud adalah gosip dari pada kaum ibu itu sendiri ketika tersebar dalam
masyarakat. Maka, tentunya kondisi maupun keadaan yang tadinya harmonis atau
stabil dalam artian tidak ada masalah, ketika tersebarnya gosip oleh salah seorang
atau kaum ibu kepada ibu-ibu lainnya maka, keadaan atau kondisi tadi menjadi
berubah. Mengapa demikian karena tersebarnya gosip tadi menyebabkan
seseorang dari yang digosipkan menjadi malu, merasa terasing, dan bahkan susah
untuk berkomunikasi lagi dengan sesamanya atau dalam masyarakat tersebut.

Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah : (1) Gosip pada dasarnya
merupakan rasa keingintahuan seseorang terhadap sesuatu hal yang dianggap
menarik baginya. Rasa ingin tahu itu merupakan anugrah dari Allah SWT buat
kita. Sejak lahir kita sudah punya rasa itu, tetapi jika rasa ini dipupuk dengan baik
maka akan berbuah dengan yang baik. (2) Gosip tidak hanya bersifat negatif tetapi
gosip pun bersifat positif. (3) Dalam masyarakat desa Huta Moputi khususnya
Kaum ibu, gosip atau biasanya dikenal dengan karlota kaum ibu ini, sudah
menjadi kebiasaan dalam berinteraksi dengan orang lain, kebiasaan ini semakin
hari-semakin berulang-ulang, sehingganya membicarakan orang lain menjadi
suatu hal yang lumrah untuk dilakukan. (4) Tempatpun dipetimbangkan oleh
mereka yang suka bergosip, contohnya saja, tempat yang biasanya dijadikan
sebagai tempat bergosip adalah sungai, warung, rumah, dan lain-lain. (5) Dampak
dari pada gosip inipun bisa membuat hubungan sosial mereka dalam masyarakat
menjadi renggang. Hal tersebut tergantung dari isi gosip yang beredar.
Saran
Gosip dalam masyarakat saat ini sudah menjadi suatu kebiasaan
bercerita dalam masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu peneliti menyarankan
beberapa hal yang kiranya dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam bertindak.
1. Kepada Masyarakat
Khususnya para orang tua (kaum ibu) walau gosip mungkin secara
alamiah sudah ada dalam setiap lingkungan sosial tetapi manusia tidak terlahir
untuk bergosip. Anak-anak belajar seni komunikasi melalui lingkungannya. Mulai
bicara dengan sopan pada orang tua, tidak berkata kasar pada orang lain, atau
menggunakan tata bahasa yang tidak baik termasuk kebiasaan menggosipkan
orang lain. Dengan kata lain, meski kita punya kecenderungan untuk menyukai

gosip tetapi kesukaan itu tidak harus dipupuk. Malah kita, dapat mengajarkan
anak-anak untuk menghindari gosip dengan cara menjaga lisan agar tidak
sering-sering membicarakan berita negative tentang orang lain.
2. Kepada yang mendengar gosip
Bergosip adalah penyakit lisan, yang bisa membahayakan nasib kita dan
orang lain. Senantiasa meminta pertolongan kepada Yang Maha Kuasa atas
bahaya lisan kita dan berfikir terlebih dahulu (akan manfaatnya atau dampak
negatif yang diakibatkannya) sebelum bertutur. Ketika kita menyadari akan
kekeliruan ucapan kita, cepatlah sadari, dan berjanji untuk tidak mengulanginya.
Jauhkanlah diri dari kebiasaan mengucapkan hal-hal yang tidak bermanfaat dan
sebainya tidak berbicara berlebihan atau melebih-lebihkan sesuatu. Hendaknya
tidak menyebarkan sesuatu yang kita ketahui kepada teman, ataupun orang lain,
dikarenakan hal tersebut bisa membuat suatu keadaan menjadi rumit dengan
adanya obrolan negatif tentang orang lain tersebut.

Daftar Pustaka

Bungin, Burhan. (2001). Metode penelitian Kualitatif. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Idrus, Muhamad. (2009). Metode penelitian ilmu sosial. Erlangga, Yogyakarta.
Mulyana, Deddy. (2008). Metode penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung
Nazsir, Nasrullah, R. (2008). Struktur social dan struktur fungsional, Widya
Padjaran. Bandung.
Olenburger, C, Jane & Moor A. Helen., (2002). Sosiologi wanita. Rineke Cipta,
Jakarta.
Sarwono, Jonathan. (2006). Metode penelitian kuantitatif & kualitatif. Graha
ilmu, Yogyakarta .
Satori, Djaman & Komariah, Aan. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif.
Alfabeta. Bandung.

Sihabudin, Ahmad, H. (2011). Komunikasi antar budaya. PT Bumi Aksara,


Jakarta.
Soekanto Soerjono. (2012) Sosiologi suatu pengantar, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Sugiyono. (2008). Memahami penelitian kualitatif. CV. Alfabeta, Bandung .
Suudi, Ahmad. (2011). Bebas gosip pasti sip. Gramedia. Jakarta.
Usman, Sunyoto. (2012). SOSIOLOGI sejarah, Teori dan Metodologi. pustaka
pelajar, Yogyakarta.

Meinarno, Eko & Bagaskara, Sunu. Rosalina, K.P. Mely. (2011). Apakah Gosip
Bisa menjadi Kontrol Sosial?. Di muat dalam jurnal psikologi. Vol.1.

Adibowo, Rino. 2011. Perubahan social. [online]


www.http//rinoadibowo.blogspot.com/2011/04/perubahn-sosial.html
25/10/2012 pukul 10.00
Highlight. Berbincang Ringan Tanpa Menyakiti Lawan, 2012 [online]
www.http//85440.htm diakses tgl. 08/03/12. Pukul 09.33 Wib
Ivonna Astrid. Apa yang Membuat Orang Senang Bergosip?, [online]
www.http//apayangmembuatorangsenangbergosip.htm

diakses

tgl.10/04/2013 pukul 10.46 Wita


Setyanti, Andhika, Christina. gossip bisa tunjukan kepedulian seseorang ? 2011.
[online]

www.http//GosipBisaTunjukkanKepedulianSeseorang.htm

diakses pada tgl 24/12/2012 pukul 12.00.

Вам также может понравиться