Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
2. Penyebab Disabilitas
Juliet C. Rothman (2003) mengelompokan Disabilitas berdasarkan kondisi
penyebabnya sebagai berikut:
a. Impairment
Impairment yang terdiri dari ketidakseimbangan orthopedic, ketidakmampuan
belajar dan reterdasi mental, ketidakmampuan penglihatan, ketidakmampuan
pendengaran,
kelumpuhan,
Disabilitas
fisik
kehilangan
bagian
tubuh,
kromosomal, gangguan genetic, kekurangan gizi atau sebab lain yang tidak
diketahui yang mempengaruhi tumbuh kembang janin.
b. Disabilitas setelah lahir
Disabilitas ini biasanya terjadi pada saat proses kelahiran bayi yang disebabkan
oleh kesalahan penanganan pada waktu persalinan. Selain itu anak bisa
terinfeksi suatu penyakit, bakteri, virus, kekurangan gizi atau mengalami
kecelakaan yang menyebabkan Disabilitas.
Michael Oliver (1996), menyatakan bahwa penyandang Disabilitas akan terus
mengalami perkembangan dari masa ke masa. Kemajuan teknologi dan
perkembangan zaman termasuk memberikan kontribusi terhadap meningkatnya
jumlah penyandang Disabilitas. Perkembangannya akan berjalan seiring dengan
perkembangan kemajuan teknologi seperti penciptaan beragam kendaraan dan
bermacam-macam perubahan pola makan seperti fast food dan bentuk lain.
Industrialisasi telah ikut memiliki andil terhadap semakin tumbuhnya orang-orang
dengan disabilitas.
3. Kategori Disabilitas
Menurut Rollands dalam Juliet C. Rothman (2003) terdapat 3 (tiga) katagori
penyandang Disabilitas yang menunjukkan identitas penyandang Disabilitas:
a. Progresif Disabilities (penyandang Disabilitas kondisi Disabilitasnya terus
berkembang). Kelompok yang termasuk kedalam katagori ini adalah para
penderita penyakit seperti penderita Alzheimer dan diabetes. Orang-orang yang
termasuk kedalam katagori ini pada suatu waktu akan mengalami kondisi
Disabilitas karena akan terus mengalami penurunan fungsi organ tubuh
meskipun secara bertahap.
b. Constan Disabilitas (Disabilitas Permanen). Kondisi Disabilitas yang dialami
seseorang baik semnjak ia lahir ataupun diperoleh semasa hidupnya seperti
gangguan syaraf tulang belakang atau orang memiliki kekurangan anggota
tubuh seperti kaki dan tangan. Bagi orang yang mendapatkan Disabilitas pada
saat hidupnya akan mengakibatkan trauma dan memerlukan pendampingan
untuk membantu penyandang Disabilitas tersebut dalam menghadapi perubahan
hidupnya.
c. Relaping or Episodic Disabilitas. Katagori ini merupakan Disabilitas yang
timbul secara tiba-tiba sdan sulit diprediksi. Disabilitas ini sekilas tidak terlihat
3
4. Jenis Disabilitas
Menurut Undang Undang nomor 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat
undang tersebut, bahwa : Penyandang Cacat adalah setiap orang yang mengalami
kelainan fisik atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan atau
hambatan bagi seseorang untuk melakukan aktivitas secara selayaknya yang terdiri
dari :
a. Penyandang Cacat fisik
b. Penyandang Cacat mental
c. Penyandang Cacat fisik dan mental
Undang undang tersebut menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Cacat
fisik adalah Disabilitas yang mengakibatkan gangguanfungsi tubuh, antara lain gerak
tubuh, penglihatan, pendengaran dan kemampuan bicara. Cacat mental adalah
kelainan mental dan atau tingkah laku, baik Disabilitas bawaan maupun akibat dari
penyakit. Sedangkan yang dimaksud fisik dan mental adalah keadaan seseorang yang
menyandang dua jenis Disabilitas sekaligus.
Access unlimited di dalam juliet C Rothman (2003) merupakan suatu
organisasi penyandang Disabilitas yang mengawasi akses dan akomodasi serta
pembelaan bagi aksesibilitas untung penyandang Disabilitas. Organisasi ini telah
mengembangkan sistem yang sangat spesifik untuk mengkategorikan ketidak
mampuan atau Disabilitas sebagai berikut:
a. Impairment fisik
Disabilitas yang ternasuk kedalam kategori ini seperti musculoskeletal dan
gangguan sambungan jaringan yang bisa meminta penyesuaian dari lingkungan,
seperti Cerebral Palsy, hilangnya anggota tubuh, Clobfoot, kerusakan saraf pada
tangan atau lengan, cedra kepala, dan cedera pergelangan tangan, Arthritis dan
rematik, intrancranial, muscular dystrphy, dan pembentukan yang tidak tepat
sejak lahir dan gangguan otot.
b. Impairment Pendengaran
Disabilitas yang termasuk dalam kategori ini seperti kehilangan pendengaran
dari 30 desibel atau lebih, dengan nada yang murni rata-rata 500, 100, 2000 Hz
5
ANSI, tanpa bantian pada telinga yang lebih baik, dan termasuk impairment
pendengaran konduktif, impairment pendengaran sensorineural, kehilangan
pendengaran untuk nada yang tinggi atau rendah, kehilangan pendengaran
karena trauma suara keras, dan tuli yang berhubungan dengan kehilangan
pendengaran tadi.
c. Impairment Penglihatan
Gangguan pada fungsi dan struktur mata yang disebabkan ketajaman
penglihatannya 20/70 atau kurang dari itu dalam mata yang lebih baik dengan
lensa korektif, bidan peripheral sangat constricted yang mempengaruhi fungsi,
atau kehilangan penglihatan secara progresif.
d. Ketidak Mampuan Belajar
Lebih membatasi pada cara mendengarkan, berbicara, menulis, membaca,
berfikir, kemampuan matematika, atau kahlian sosial, seperti dyslexia,
dysgraphia, disphasia, dyscalculia, dan lain-lain.
e. Impairment Bicara
Gangguan yang termasuk kedalam kategori ini seperti gangguan artikulasi
bahasa, kelancaran, atau suara yang mengangguk komunikasi, pembelajaran
atau penyesuaian sosial dan termasuk cara bicara yang gagap, tersendattersendat, larygectomy, dan aphasis.
f. Gangguan Hiperaktif dan Kurang Memperhatikan
Gangguan yersebut bisa terjadi didalam dan diluar dirinya, menurut lembaga
Acces Unlimited ini hal tersebut tidak dapat memenuhi persyaratan untuk
diakomodasi sebagai bentuk Disabilitas.
g. Cardiovascular atau Kondisi Sirkulasi
Termasuk penyakit jantung bawaan sejak lahir, demam rematik, arteriosclerotic
dan penyakit jantung turunan, serta penyakit jantung akibat hipertensi.
h. Mental, Psychoneurotic, dan Gangguan Kepribadian
Termasuk gangguan kejiwaan, kecanduan alkohol, ketergantungan obat-obatan
terlarang, dan gangguan karakter kepribadian lainnya.
i. Cedera Otak Traumatis
Termasuk gangguan neurobiologis sebagai akibat dari kecelakaan atau cedera
yang menciptakan ketidakmampuan kognitif atau perilaku seperti kehilangan
ingatan, dan kesulitan untuk berkonsentrasi, kurangnya kesadaran diri dan
melihat kedalam dirinya, dan impairment dalam berfikir serta ketidakmampuan
6
5. Permasalahan Disabilitas
Khun (1961) dalam Michael Oliver menyatakan bahwa masyarakat perlu
mengembangkan tanggapan yang tepat tentang Disabilitas untuk dapat dipahami oleh
berbagai pihak serta pengambil keputusan, penyusun kebijakan, pekerja professional
termasuk bagi orang-orang yang peduli terhadap masalah Disabilitas sehingga
berbagai kalangan memiliki persepsi yang sama tentang Disabilitas.
Masalah seorang penyandang Disabilitas akan terus meningkat seiring
meningkatanya tekanan dari lingkungan sosial (Sutherlan 1981 dan Barner 1991)
dalam Michael Oliver. Dapat dikatakan sebagai seorang penyandang Disabilitas akan
terus mengalami keterbatasan karena ada yang salah dengan cara pandang
masyarakat terhadap penyandang Disabilitas. Argumen ini menunjukkan ternyata
yang menimbulkan masalah terhadap peyandang Disabilitas adalah masyarakat itu
sendiri yang menekan dan memberikan keterbatasan terhadap penyandang
Disabilitas.
Asumsi ontologi dihubungkan secara langsung dengan level epistemology
terlihat bahwa pandangan terhadap suatu Disabilitas akan melihat pada penyebab
dari Disabilitas, pengobatan dan perawatan. Asumsi ini menampilakan hal-hal yang
berkaitan dengan Disabilitas seperti masalah kesehatan, masalah kesejahteraan dan
masalah sosial. Asumsi inilah yang mempengaruhi cara pandang dari berbagai
pihak yang memberikan pelayanan terhadap masalah Disabilitas.
World Health Organization (2001:8) dalam International Classification Of
Functioning Disability And Health ICF,) menyatakan bahwa keberfungsian
seseorang
dan
Disabilitasnya
dipahami
sebagai
interaksi
dinamis
antara
dan
partisipasi
(keterbatasan
aktivitas
dan
pembatasan
6. Dampak Disabilitas
Disabilitas tentunya menimbulkan dampak terhadap fisik, pendidikan,
vokasional maupun ekonomi. Selain itu dampak yang juga ditimbulkan akibat dari
Disabilitas adalah timbulnya masalah psikososial seperti seseorang penyandang
Disabilitas akan memiliki kecenderungan untuk menjadi rendah diri atau sebaliknya
menghargai diri terlalu berlebihan, mudah tersinggung, terkadang agresif, pesimis,
labil sulit mengambil keputusan, menarik diri dari lingkungan, kecemasan,
ketidakmampuan dalam berhubungan dengan orang lain dan ketidakmampuan
mengambil peranan sosial.
Disabilitas memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan seseorang.
Menurut Kubler-Ross (1969) mengemukakan model griefing dengan lima tahapan
dalam griefing, reaksi ini mungkin terjadi secara berurutan dan suatu waktu dapat
timbul secara bersamaan. (Zastrow, 2004) sebagai berikut :
a. Denial atau penyangkalan
b. Anger atau marah
c. Bergaining, adanya pertimbangan dalam dirinya
d. Mood depresi, sedih
e. Acceptance, penerimaan dengan mengatasi masalah
Selain itu masih terdapat sikap dan tanggapan masyarakat yang kurang
menguntungkan secara luas yang tergambar seperti :
a. Masih adanya sikap ragu ragu terhadap kemampuan atau potensi penyandang
Disabilitas.
b. Masih adanya sikap masa bodoh sementara lapisan masyarakat terhadap
permasalahan penyandang Disabilitas.
c. Belum luasnya partisipasi masyarakat di dalam menangani permasalah
penyandang Disabilitas.
9
10
11
e. Pendidikan
Negara menjamin suatu sistem pendidikan inklusi di semua tingkatan dan
pembelajaran jangka panjang untuk pengembangan personalitas bakat dan
kreatifitas serta kemampuan mental dan fisik orang penyandang Disabilitas
sejauh potensi mereka memungkinkan.
f. Kesehatan
Negara harus mengambil semua langkah yang layak untul menjamin akses
penyandang Disabilitas atas perlakuan medis, psikologis, dan fungsional
termasuk peralatan-peralatan prostetik dan ortetik, atas rehabilitasi medis dan
sosial, pendidikan, pelatihan dan rehabilitasi, bantuan, konseling, jasa
penempatan, dan jasa-jasa lainnya yang akan memungkinkan mereka untuk
membangun kemampuan dan keahlian mereka semaksimum mungkin dan
akan mempercepat proses integrasi atau reintegrasi sosial mereka.
Uraian pada Deklarasi tersebut dapat disimpulkan bahwa hak hak
penyandang Disabilitas, meliputi persamaan harkat dan martabat atas dasar
kemanusiaan, kesamaan dalam hak sipil dan politik, hak atas kemandirian
(independent living), memperoleh pelayanan (pendidikan, kesehatan, social,
rehabilitasi dan lain-lain), jaminan ekonomi dan sosial, Hak memperoleh
kebutuhan khusus, partisipasi perlindungan sosial, bantuan hokum, organisasi dan
informasi yang berkenaan dengan isu-isu hak penyandang Disabilitas.
Berdaasarkan Undang-Undang nomor 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat
menyatakan bahwa Penyandang Disabilitas Netra sebagai anggota masyarakat dan
warga Negara mempunyai kedudukan yang sama dengan anggota masyarakat
lainnya. Mereka memiliki hak dan kewaiban yang sama (dalam arti dalam batasbatas tertentu sesuai dengan jenis dan derajat Disabilitasnya). Ketentuan tersebut
menggambarkan bahwa pengakuan dan penghargaan serta kesetaraan dan
kesempatan yang sama bagi penyandang Disabilitas mutlak diperlukan.
a. Pencegahan
Pencegahan adalah suatu tindakan yang ditunjukan untuk mencegah terjadinya
Disabilitas (impairment) fisik, intelektual, psikiatrik atau indera (pencegahan
primer) atau mencegah agar Disabilitas tersebut tiding mengakibatkan
keterbatasan kemampuan yang permanen atau disability (pencegahan
sekunder). Pencegahan dapat meliputi berbagai macam tindakan, seperti
perawatan kesehatan primer, perawatan anak pada masa prenatal dan postnatal,
pendidikan gizi, kampanye imunisasi terhadap penyakit-penyakit menular,
berbagai penanggulangan untuk penyakit-penyakit endemik, peraturan
keselamatan. Program pencegahan kecelakaan dalam berbagai macam
lingkungan yang mencakup penyesuaian tempat kerja untuk mencegah
terjadinya keterbatasan kemampuan kerja (occupational disability) serta
penyakit dan pencegahan Disabilitas akibat polusi lingkungan atau perang.
b. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan proses yang ditunjukan untuk memungkinkan para
penyandang Disabilitas mencapai dan mempertahankan tingkat kemampuan
fisik, penginderaan, intelektual, psikiatrik dan atau kemampuan sosial secara
optimal sehingga mereka memiliki cara untuk mengubah kehidupannya ke
tingkat kemandirian yang lebih tinggi. Rehabilitasi dapat mencakup upayaupaya untuk menanamkan dan atau memulihkan kemampuan-kemampuan,
atau memberikan kemampuan lain untuk menggantikan kemampuan yang
hilang atau tidak memiliki atau kemampuan terbatas. Proses rehabilitasi tidak
mencakup perawatan medis awal. Proses ini mencakup upaya-upaya dan
kegiatan-kegiatan dalan cangkupan yang luas, mulai dari rehabilitasi dasar dan
umum hingga kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada tujuan tertentu, seperti
rehabilitasi kekaryaan.
c. Persamaan Kesempatan
Persamaan kesempatan adalah proses yang menyebabkan berbagai
system yang terdapat di masyarakat dan lingkungan, seperti system pelayanan,
kegiatan social, informasi dan dokumentasi, dapat dinikmati oleh semua orang,
khususnya para penyandang Disabilitas. Prinsip persamaan hak mengandung
arti bahwa kebutuhan-kebutuhan setiap individu itu sama pentingnya, bahwa
kebutuhan-kebutuhan tersebut harus dijadikan sebagai dasar perencanaan
masyarakat dan bahwa semua sumber harus dimanfaatkan sedemikian rupa
13
tersebut
14
gangguan terhadap bagian tubuh atau organ tubuh. Model ini tidak mengatasi
Disabilitas sebagai hal yang menimbulkan masalah lain diluar kondisi
Disabilitas
yang
dipandang
sebagai
medis,
namun
lebih
kepada
dimana seseorang itu berada dilihat sebagai suatu yang tidak mungkin
berubah.
Dengan
kata
lain,
penyandang
Disabilitas
dituntut
untuk
b. Model Sosial
Model individu/ model medis adalah model kebijakan penanganan
masalah penyandang Disabilitas yang dapat digunakan dalam memberikan
pelayanan terhadap penyandang Disabilitas. Namun juga terdapat faktor-faktor
di luar individu, seperti lingkungan fisik dan non fisik juga turut menyebabkan
seseorang menjadi penyandang Disabilitas. Kondisi inilah yang mendasari
timbulnya model sosial. Penyandang Disabilitas menjadi ada karena kelompok
ini mendapat tekanan dari masyarakat baik berupa individual prejudice sampsi
kepada
diskiriminasi.
(UPIAS,
1976
dalam
Michael
Oliver,
1996)
17
functioning)
seseorang,
termasuk
penyandang
disabilitas
melalui
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Sosial. 2007. Pedoman Pelayan dan Rehabilitasi Anak Disabilitas. Jakarta :
Departemen Sosial RI
Heru Sukoco, Dwi. 1995. Profesi Pekerjaan Sosial dan Proses Pertolongannya. Bandung :
Koperasi Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung.
Juliet C. Rothman. 2003. Social Work Practice Across Disability. University of California:
Pearson.
Michael Oliver. 1996. Understanding Disability: From Theory to Practice. Basingstoke:
Palgrave Press.
NN. 2010. Himpunan Kebijakan Pendidikan Pusat Kajian Disabilitas FISIP UI. Pdf.
Soetarso. 1999. Praktik Pekerjaan Sosial. Bandung : Kopma STKS Bandung.
Suharto, Edi. 2005. Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: Koperasi Mahasiswa
Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial.
Widjajatin, Anastasia. 2010. Pemetaan Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal
Penelitian Pendidikan.
Undang-undang RI No. 4 Tahun 1997. Tentang Penyandang Cacat. Pdf.
20