Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh :
1. Maizan Rahmatina
P07120112064
2. Putri Pamungkassari
P07120112071
P07120112080
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny. S G1P0A0 DENGAN PLASENTA PREVIA TOTALIS
DI RUANG BOUGENVILLE 2
RSUP Dr. SARDJITO
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Maternitas II
Disusun Oleh :
Maizan Rahmatina
P07120112064
Putri Pamungkassari
P07120112071
P07120112080
Tingkat 3 Reguler B
Telah mendapatkan persetujuan pada tanggal
November 2014
Oleh :
Pembimbing Lapangan,
Pembimbing Pendidikan,
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian
terendah sering kali terkendala memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) atau
menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada keadaan normal plasenta
umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah
fundus uteri (Prawirohardjo, 2008).
Plasenta previa adalah posisi plasenta yang berada di segmen bawah
uterus, baik posterior maupun anterior, sehingga perkembangan plasenta yang
sempurna menutupi os serviks (Varney, 2007).
B. Klasifikasi
C. Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan
mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah
rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak
plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian dari desidua basalis yang
tumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi
segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi di situ sedikit banyak
akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta.
Demikian pula pada waktu serviks mendatar (effacement) dan membuka
(dilatation) ada bagian dari tapak plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi
itu akan terjadi perdarahan yang
elemen otot yang dimilikinya sangat minimal, dengan akibat pembuluh darah
ditempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan terhenti jika
terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi yang mengenai sinus yang besar
dimana perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lebih lama. Oleh karena
pembentukan segmen bawah rahim tersebut akan berlangsung progresif dan
bertahap, maka laserasi baru akan mengulang kejadian perdarahan (Chalik,
2009).
Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa disertai rasa nyeri. Pada
plasenta yang menutupi seluruh ostium internum perdarahan terjadi lebih awal
dalam kehamilan karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada
bagian terbawah yaitu pada ostium uteri internum. Sebaliknya pada plasenta
previa parsialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi pada saat mendekati
atau mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung
lebih banyak pada perdarahan berikutnya. Perdarahan
terjadi pada usia kehamilan dibawah 30 minggu tetapi lebih separuh kejadiannya
pada usia kehamilan 34 minggu ke atas (Chalik, 2009).
Berhubung tempat perdarahan dekat dengan ostium uteri internum, maka
perdarahan lebih mudah mengalir keluar rahim dan tidak membentuk hematoma
retroplasenta yang dapat merusak jaringan lebih luas dan melepaskan
tromboplastin ke sirkulasi maternal. Dengan demikian sangat
jarang terjadi
D. Faktor risiko
Penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa
(Mochtar, 2002), antara lain :
1. Umur
2. Banyaknya jumlah kehamilan dan persalinan (paritas)
3. Hipoplasia endometrium
4. Korpus luteum bereaksi lambat
5. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium
6. Endometrium cacat, seksio cesarea, kuretase, dan manual plasenta
7. Kehamilan kembar
8. Riwayat plasenta previa sebelumnya.
E. Gambaran klinik
Menurut Manuaba (2005), gambaran klinik plasenta previa adalah sebagai
berikut :
1. Perdarahan pervaginam
Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester kedua atau
awal trimester ketiga merupakan tanda utama plasenta previa. Perdarahan
pertama biasanya tidak banyak sehingga tidak akan berakibat fatal, tetapi
perdarahan
berikutnya
hampir
selalu
lebih
banyak
dari
perdarahan
sebelumnya.
2. Tanpa alasan dan tanpa nyeri
Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa
nyeri yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir trimester
kedua atau sesudahnya.
3. Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang,
perdarahan yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan
waktu yang singkat, dapat menimbulkan anemia sampai syok.
4. Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas panggul
(PAP) akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim,
dan dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam rahim.
F. Komplikasi
Menurut Manuaba (2008), ada beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada
ibu hamil yang menderita plasenta previa, yaitu :
1. Komplikasi pada ibu
a. Dapat terjadi anemia bahkan syok
b. Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh
c. Infeksi karena perdarahan yang banyak.
2. Komplikasi pada janin
a. Kelainan letak janin
b. Prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi
c. Asfiksia intra uterin sampai dengan kematian.
G. Penatalaksanaan
Menurut Scearce (2007), dalam penatalksanaan plasenta previa, dapat dilakukan:
1. Terapi ekspektatif (pasif)
Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita
dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya
diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilakukan secara
ketat dan baik.
Syarat-syarat terapi ekspektatif:
a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti
b. Belum ada tanda-tanda in partu
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal)
d. Janin masih hidup.
2. Terapi aktif
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif
dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang
maturitas janin. Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa
a. Seksio sesarea
Prinsip utama
dalam
melakukan
seksio
sesarea
adalah
untuk
oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah,
akselerasi dengan infus oksitosin
2) Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Baxton Hicks ialah mengadakan tamponade
plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton Hicks tidak
dilakukan pada janin yang masih hidup
3) Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian beri beban
secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif
untuk menekan plasenta dan seringkali menyebabkan pendarahan
pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang
telah meninggal dan perdarahan tidak aktif
Menurut Manuaba (2008) Plasenta previa dengan perdarahan merupakan
keadaan darurat kebidanan yang memerlukan penanganan yang baik. Bentuk
pertolongan pada plasenta previa adalah:
1. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan
anak untuk mengurangi kesakitan dan kematian
2. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk
dapat melakukan pertolongan lebih lanjut
3. Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap
melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang
cukup.
H. Konsep asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan,
pendidikan, alamat, medicalrecord dll.
2) Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah
28 minggu atau trimester III.
a) Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang.
SBR,
terbukanya osteum
atau
manspulasi
informasi
yang
penting
mengenai
kehamilan
maternal
seperti
diabetes,
hipertensi,
infeksi,
dan perdarahan.
f)
kontrasepsi
yang
lengkap
harus
sebelum
kelahiran
dan
berlanjut
pada kehamilan
yang
pulmonal..
Terjadi
hiperventilasi
selama
kehamilan..
i)
j)
System
muskuloskeletal:
Persendian
tulang
pinggul
yang
2. Diagnosa keperawatan
a. Penurunan cardiac output berhubungan dengan perdarahan dalam jumlah
yang besar.
b. Ansietas yang berhubungan dengan perdarahan dan
kurangnya
3. Rencana keperawatan
No
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
keperawatan
1.
Penurunan
Setelah dilakukan
1. Kaji
dan
catat
1. Pengkajian
vital,
akurat
jumlah
status
yang
cardiac
tindakan
tanda-tanda
output
keperawatan
serta
berhubungan
perdarahan.
dengan
diharapkan
merupakan dasar
perdarahan
penurunan
untuk
mengenai
hemodinamik
dalam jumlah
cardiac
output
perencanaan,
besar
intervensi,
teratasi
evaluasi.
dengan
kriteria hasil :
2. Memperbaiki
1. volume
darah
volume
intravaskuler
dan
cardiac
output
dapat
diperbaiki
membutuhkan
2. Bantu
pemberian
terapi
IV
dan
intervensi
pelayanan
kesehatan
sampai
vaskuler
atau
farmakologi.
nadi,
mulai
tekanan darah,
terapi
nilai
atau
terapi
harus
diperbaiki
hemodinamik,
transfusi
darah
untuk
mencegah
serta
sesuai kebutuhan
nilai
sarankan
cairan
IV
Kehilangan
volume
darah
komplikasi seperti
laboratorium
infeksi, gangguan
menunjukkan
janin
tanda normal
dan
hamil.
2.
Ansietas
Setelah dilakukan
yang
tindakan
berhubungan
3x24
dengan
diharapkan
perdarahan
ansietas
dan
berkurang dengan
terapi
yang
kurangnya
kriteria hasil :
potensial
yang
selam
jam
dapat
pengetahuan
mengenai
1. Terapi
bersama
pasangan
dan
1. Kehadiran
perawat
dan
menyatakan
pemahaman
perasaan.
secara
merupakan
empati
alat
mempersiapkan
1. Pasangan
dapat
pasangan
untuk
efek
mengungkapka
menanggulangi
perdarahan
dan
dengan
manajemenn
kata
ya
menajemen
harapannya
yang
kata-
diharapkan.
tentang
2. Hal
yang
diberikan perawat
sudah
direncanakan,
akan memperkuat
sehingga dapat
penjelasan dokter
mengurangi
dan
kecemasan
pasangan
2. Menentukan
untuk
memberitahu
tingkat
dokter
pemahaman
penjelasan
pasangan tentang
penting.
situasi
jika
ada
yang
dan
manajemen
yang
3. Pendidikan pasien
sudah
yang
diberikan
direncanakan.
merupakan
yang
cara
efektif
mencegah
dan
menurunkan rasa
3. berikan pasangan
informasi
tentang
manajemen
yang
sudah
cemas.
Pengetahuan
akan mengurangi
ketakutan
direncanakan
akan
3.
Resiko tinggi
Setelah dilakukan
cedera
tindakan
yang
(janin)
keperawatan
menetap
berhubungan
diharapkan resiko
gejala syok.
mengancam
hilang
dan
1. Hemoragi
berlebihan
dan
dapat
dengan
tinggi
hipoksia
(janin)
jaringan atau
berkurang dengan
infeksi
organ,
kriteria hasil :
pascapartum,
profil
cedera
dpat
mengakibatkan
darah
abnormal,
anemia,
1. Menunjukkan
pascapartum,
kerusakan
profil
darah
KID,
sistem imun
dengan hitung
atau
SDP,Hb
dan
gagl
ginjal
nekrosis
hipofisis
yang
pemeriksaan
disebabkan
oleh
koagulasi DBN
hipoksia jaringan
normal.
dan malnutrisi.
2. Kehilangan darah
berlebihan
dengan
penurunan
Hb,
meningkatkan
resiko klien untuk
terkena infeksi.
rabas
dapatkan
kultur
bila
dibutuhkan.
3. Penurunan perfusi
ginjal
mengakibatkan
penurunan
haluaran urin.
4. Heparin
digunakan
KID
3. Catat
masukan
dapat
pada
di
kasus
kematian
janin,
atau
dan
catat
berat
jenis urin.
kematian
kehamilan
multiple
atau
untuk
4. Kolaborasikan
memblok
siklus pembekuan
pemberian heparin
dengan
bila diindikasikan.
perbaikan
pemedahan.
Mungkin
diindikasikan
untuk
mencegah
atau
meminimalkan
infeksi.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
I.
PENGKAJIAN
Hari, tanggal
Jam
: 12.00 WIB
Tempat
Oleh
: 1. Maizan Rahmatina
2. Putri Pamungkassari
3. Vinda Astri Permatasari
Sumber data
Metode
A. Identitas
1. Pasien
Nama Pasien
Umur Pasien
Jenis Kelamin
Alamat
Status Perkawinan
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Tanggal Masuk
Diagnosa medis
: Ny. S
: 27 tahun
: Perempuan
: Jetisharjo, Cokrodiningratan, Jetis, DIY
: Menikah
: Islam
: SMU
: Swasta
: 15 November 2014
: Plasenta previa totalis primigravida 32 minggu
dengan ISK
2. Penanggung jawab
Nama
: Tn. S"
Alamat
: Jetisharjo, Cokrodiningratan, Jetis, DIY
Hubungan dengan pasien : Ayah
B. Riwayat Kesehatan
1.
Alasan masuk RS
Pasien adalah rujukan dari RS Sakina Idaman dengan diagnosa medis
plasenta previa totalis. Pasien pernah rawat inap di RS Sakina Idaman
dari tanggal 7-11 November 2014 dengan keluhan perdarahan dari jalan
lahir. Pasien telah diberikan terapi dexamethasone 2x8mg dalam 2 hari.
Pasien kemudian dirujuk ke RSS. Pasien merasa hamil 8 bulan,
mengeluhkan perdarahan dari jalan lahir 100 cc. Perdarahan sudah
sejak 1 bulan sebelum masuk RS. Pasien pernah memeriksakan diri ke
2.
terjadi
perdarahan,
belum
menggunakan
program
keluarga
Pasien
Keterangan :
: laki-laki
:garis keturunan
: perempuan
:tinggal serumah.
: garis perkawinan
b. Penyakit keluarga
Pasien menyatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan
seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung maupun alergi.
D. Kebutuhan Dasar
1. Nutrisi
a. Sebelum sakit
Pasien mengatakan makan 2-3 kali sehari sebanyak 1 porsi tiap kali
makan, pasien mengatakan lebih banyak makan cemilan. Sedangkan
pola minum pasien yaitu pasien minum air putih sebanyak 3000 cc
tiap hari. Pasien menyatakan tidak mempunyai alergi terhadap
makanan tertentu.
b. Selama sakit
Pasien menyatakan makan 3x sehari hanya beberapa sendok tiap kali
makan. Pola minum pasien, pasien lebih banyak minum air putih yaitu
3100 cc, dan susu ibu hamil sebanyak 2 gelas setiap hari. Pasien
menyatakan nafsu makan menurun karena setiap kali makan pasien
merasakan mual. Pasien mengatakan merasakan mual apabila
mencium bau makanan yang menyengat.
2. Eliminasi
a. Buang air kecil
1) Sebelum sakit
Pasien menyatakan BAK sebanyak 4 kali sehari dengan jumlah
yang banyak setiap berkemih 250 cc. Tidak ada keluhan saat
berkemih.
2) Selama sakit
Pasien terpasang kateter dengan jumlah urin 600cc warna kuning
jernih.
b. Buang air besar
1) Sebelum sakit
Pasien menyatakan BAB rutin 1x sehari dengan konsistensi lunak.
2) Selama sakit
Pasien menyatakan belum BAB selama 3 hari semenjak dirawat
di RSS.
3. Aktivitas dan Latihan
a. Sebelum sakit
Pasien menyatakan sebelum sakit dalam melakukan kegiatan seharihari meliputi mandi, makan, BAB/BAK, dan berpakaian pasien
melakukannya secara mandiri dan tidak menggunakan alat bantu.
b. Selama sakit
Pasien menyatakan kegiatannya sehari-hari di RSS hanya berbaring
saja, pasien tidak dianjurkan untuk turun dari tempat tidur.
Kemampuan perawatan diri
0
1
2
3
4
Makan/minum
Toileting
Berpakaian
Ambulasi/ROM
b. Selama sakit
Pasien menyatakan makin sulit untuk tidur, sering terbangun, tidur
mulai pukul 19.00 WIB, 1 jam tidur kemudian bangun, begitu
seterusnya. Pasien menyatakan sulit tidur karena nyeri dan demam
yang dirasakan tidak nyaman bagi pasien.
5. Persepsi dan Kognitif
a. Status mental : baik
b. Sensasi
: tidak ada gangguan pengecapan
c. Pendengaran : tidak ada gangguan pendengaran.
d. Berbicara
: tidak ada gangguan berbicara.
e. Penciuman
: pasien dapat membedakan bau-bauan.
f. Perabaan
: pasien dapat membedakan dingin, panas, kasar
g. Kejang
: pasien menyatakan tidak ada riwayat kejang
h. Nyeri
: pasien menyatakan nyeri pada perut bagian bawah,
nyeri bertambah saat bayi dalam kandungan bergerak
aktif, nyeri seperti tertekan, skala nyeri 3 dari 0-10,
i.
Kognitif
E. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
1. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah: 100/60 mmHg
b. Nadi
: 90 x/menit
c. Temperatur
: 38,5oC
d. Respirasi
: 22 x/menit
e. DJJ
: 153 x/menit
2. Status Gizi
a. Berat badan sebelum hamil : 45 kg
b. Berat badan terakhir
: 55 kg
c. Tinggi badan
: 161 cm
d. IMT
: 55/(1,61)2= 21,21 kg/m2 (Normal)
3. Kulit, rambut, dan kuku
a. Kulit
: kulit lembab tidak kering.
b. Kuku dan rambut
: kuku pendek dan bersih, rambut hitam.
4. Kepala dan leher
a. Wajah
5.
6.
7.
8.
9.
tanggal
15
November
2014.
Pasien
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil pemeriksaan urin dan darah tanggal 16 November 2014
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Normal
HEMATOLOGI
BUN
mg/dL
7-20
Creatinin
0,50
mg/dL
Natrium
137
mmol/L
136-145
Kalium
4,2
mmol/L
3,5-5,1
Klorida
102
mmol/L
98-107
HBsAg
Non
Non reaktif
reaktif
Leukosit
23,67
103/L
4,5-11
Eritrosit
3,55
106/L
4,5-5,2
Hemoglobin
10,6
g/dL
M : 14-18 F : 12-16
Hematokrit
31,3
Lk: 40 50 Pr: 37 - 43
MCV
88,2
fL
79-99
MCH
30
pg
27-31
MCHC
34
g/dL
33-37
CHCM
35,7
g/dL
33-37
CH
31,3
pg
RDW
14,4
11,5-15,5
HDW
2,6
2,2-3,2
Trombosit
224
x103/L
150-450
MPV
7,3
fL
7,2-11,1
NEUT#
21,1
103/L
1,8-8
LYMPH#
1,03
103/L
0,9-5,2
MONO#
1,25
103/L
0,16-1
EO#
0,07
103/L
0,045-0,44
BASO#
0,01
103/L
0-0,2
LUC #
0,21
103/L
0-0,1
NEUT%
89,1
50-70
LYMPH%
4,4
25-40
MONO%
5,3
2-8
EO%
0,3
2-4
BASO%
0.0
0-1
LUC%
0,21
0-0,1
PPT
13,6
detik
INR
0,98
Control PPT
13,9
APTT
27,3
Control APTT
32,2
0,9-1,1
detik
KIMIAWI
Glukosa
Protein
10 (+)
mg/dL
Bilirubin
mg/dL
Normal
mg/dL
Urobilirubin
pH
Berat jenis
Blood/darah
12,3-15,3
6.5
1.010
0.2(2+)
mg/dL
Keton
0.0
mg/dL
Nitrit
1+
mg/dL
27,9-37
Leukosit esterase
500.0
Warna
Tidak
LEU/U
berwarn
a
Lekosit pucat
Glitter cell
++
0
Lekosit gelap
+++
Eritrosit
++
Epitel tubuli
Epitel vesica
3-4
urinaria
Vagina
Uretra
Silinder hialin
Granuler
Epitel
Eritrosit
Leukosit
Kristal ca oksalat
Bakteri
++
II.
No
1.
ANALISA DATA
DATA
DS : Pasien menyatakan
MASALAH
Nyeri akut
- Nyeri
PENYEBAB
Agen cedera
biologis
R : 22 x/menit
DS : Pasien menyatakan
- Nafsu makan menurun
- Makan 3x sehari hanya beberapa sendok tiap kali
makan karena mual
- Muntah 1x pada tanggal 16 November 2014
- Merasakan mual apabila mencium bau makanan yang
menyengat
DO :
- Pasien terlihat lemas
Mual
Kehamilan
3.
DS : Pasien mengatakan
Risiko
Ketidakadeku
penyebaran
atan
infeksi
pertahanan
DO :
sekunder
Risiko tinggi
Ketidakadeku
cedera
atan perfusi
DO :
(janin)
plasenta
Risiko
Imobilisasi
konstipasi
fisik
Nyeri
P : Saat bayi dalam kandungan bergerak aktif
Q : Seperti tertekan
R : Perut bagian bawah
S : 3 dari 0-10
T : Hilang timbul
Sulit tidur karena nyeri yang dirasakan tidak nyaman bagi pasien
DO :
-
Tanda-tanda vital :
TD : 100/60 mmHg
N : 90 x/menit
R : 22 x/menit
Makan 3x sehari hanya beberapa sendok tiap kali makan karena mual
DO :
C. Risiko
infeksi
berhubungan
dengan
ketidakadekuatan
D.
Tanda-tanda vital :
TD : 100/60 mmHg
N : 90 x/menit
R : 22 x/menit
Mual
DO :
-
Pasien bedrest
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
17 November
TUJUAN
17 November 2014
RENCANA KEPERAWATAN
INTERVENSI
17 November 2014
RASIONAL
17 November 2014
2014
12.00 WIB
12.00 WIB
12.00 WIB
12.00 WIB
Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
cedera biologis
kriteria hasil :
intervensi selanjutnya
berkurang.
mengurangi ansietas
6. Analgetik memblok pusat rasa nyeri
Maizan
2.
Senin, 17
Maizan
Senin, 17 November 2014
November 2014
12.00 WIB
12.00 WIB
Setelah
Mual
berhubungan
dengan
kehamilan
12.00 WIB
dilakukan
12.00 WIB
bersih
yang
bersih
dan
nyaman
Putri 4. Beri makanan dalam porsi kecil tapi 4.Memberi kesempatan lambung untuk
sering
meningkatkan
nafsu
makan
pasien
untuk
menjaga 6.Kebersihan
kebersihan mulut
7. Anjurkan
kepada
mulut
dapat
mengurangi
mengunyah
makanan
dan
pemberian
suplemen
dan 8.Memenuhi
kebutuhan
asupan
nutrisi
obat antiemetik
Putri
3.
Senin, 17
November 2014
12.00 WIB
12.00 WIB
12.00 WIB
12.00 WIB
Setelah
Risiko
penyebaran
diharapkan
infeksi
mengalami
berhubungan
kriteria hasil :
dilakukan
asuhan1. Observasi suhu aksila dan tanda gejala 1.Mengetahui kondisi pasien dan dasar
pasien
infeksi
intervensi selanjutnya
dengan
dengan
infeksi
ketidakadekuatan 2. Tidak terlihat tanda gejala4. Anjurkan pasien banyak minum : 2 liter 4.Mengurangi iritasi pada mukosa kandung
pertahanan
sekunder
per hari
kemih
mencegahnya
6. Kelola pemberian antibiotik injeksi
cefotaxim 500 mg/12 jam per IV
Vinda
4.
Senin,
November 2014
12.00 WIB
Vinda
12.00 WIB
12.00 WIB
12.00 WIB
Risiko tinggi
cedera (janin)
berhubungan
dengan
kriteria hasil :
Maizan
3.Monitor bunyi jantung janin
pergerakan
pemberian oksigen
Maizan
5.
Senin, 17
November 2014
12.00 WIB
12.00 WIB
12.00 WIB
12.00 WIB
Setelah
Risiko konstipasi
berhubungan
diharapkan
dengan
imobilisasi fisik
kriteria hasil :
1. Pasien
dilakukan
pasien
BAB
cakupan
nutrisi
penyerapan
cairan
berlebihan di usus
jika
sehari 4. Anjurkan
pasien
untuk
Putri
IMPLEMENTASI
17 November 2014, 10.00 WIB
1. Mengkaji ulang lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi dan skala nyeri..
EVALUASI
17 November 2014, 10.30 WIB
S : Pasien megatakan nyeri masih terasa, pasien mengatakan merasa lebih
nyaman ketika posisi berbaring, pasien mengatakan sudah menerapkan nafas
dalam ketika nyeri, pasien mengatakan penyebab nyeri adalah gerakan janin
O: Wajah pasien terlihat tegang karena menahan nyeri, pasien terlihat sudah bisa
nafas dalam dengan benar, posisi pasien supinasi, teraba janin aktif di abdomen
infeksi
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak,
batasi pengunjung
Vinda
pertahanan
sekunder
Risiko tinggi
Vinda
17 November 2014, 14.45 WIB
cedera (janin)
S : Pasien mengatakan masih keluar darah dari jalan lahir, darah berwarna merah
berhubungan
segar, pasien mengatakan akan sering miring ke kiri dan membatasi pergerakan
dengan
perfusi plasenta
Vinda
dengan
ketidakadekuatan
pertahanan
sekunder
November 2014 kondisi bersih tidak terlihat tanda flebitis dan infeksi, cefotaxim 1
A : Masalah risiko infeksi teratasi
P : Kelola pemberian cefotaxim 1 gram/12 jam per IV
Vinda
Mual berhubungan
seperti ikan, pasien mengatakan mal berkurang dan tidak muntah, akan makan
makanan yang lunak dalam porsi kecil tapi sering, mengatakan makan diet RS
sering
habis porsi
Vinda
Risiko penyebaran
infeksi
berhubungan
dengan
ketidakadekuatan
pertahanan
sekunder
infeksi
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak,
batasi pengunjung
3. Menganjurkan pasien banyak minum : 2 liter per
hari
sehari kurang lebih 2 botol aqua, keluarga dan pasien mengatakan sudah paham
mengenai tanda dan gejala infeksi.
O : S : 37oC, TD : 110/70 mmHg, N : 78 x/menit, RR : 22 x/menit, injeksi cefotaxim
sudah masuk melalui IV
A : Risiko infeksi teratasi
berhubungan
mengatakan sudah berlatih untuk duduk dan miring, keluarga pasien mengtakan
fisik
sudah membelikan pasien sayur sayuran tetapi pasien hanya makan sedikit sekali
Putri
fisik
Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
cedera biologis
Putri
Putri
P : Monitor TTV
Vinda
Risiko penyebaran
infeksi
berhubungan
dengan
ketidakadekuatan
pertahanan
sekunder
S:O : Suhu 36,2oC, pasien terpasang infus RL di tangan kanan sejak tanggal 17
infeksi
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak,
batasi pengunjung
November 2014 kondisi bersih tidak terlihat tanda flebitis dan infeksi, cefotaxim 1
gram masuk per IV
Vinda
Risiko tinggi
cedera (janin)
berhubungan
dengan
perfusi plasenta
Vinda
BAB III
KESIMPULAN
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada
tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian
atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya
bagian terendah sering kali terkendala memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) atau
menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada keadaan normal plasenta
umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah
fundus uteri (Prawirohardjo, 2008).
Dari proses keperawatan yang dilakukan pada pasien Ny. S dengan
diagnosa medis Plasenta previa primigravida 32 minggu dengan ISK lima
diagnosa keperawatan yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan pasien
menyatakan nyeri,P : Saat bayi dalam kandungan bergerak aktif, Q : Seperti
tertekan, R : Perut bagian bawah, S : 3 dari 0-10, T : Hilang timbul, Sulit tidur
karena nyeri yang dirasakan tidak nyaman bagi pasien, pasien terlihat
meringis kesakitan saat nyeri, pasien terlihat sayu, terlihat lingkaran hitam di
sekitar mata, pasien terlihat melindungi area nyeri, tanda-tanda vital : TD :
100/60 mmHg, N : 90 x/menit, R : 22 x/menit.
2. Mual berhubungan dengan kehamilan ditandai dengan pasien menyatakan
nafsu makan menurun, makan 3x sehari hanya beberapa sendok tiap kali
makan karena mual, muntah 1x pada tanggal 16 November 2014, merasakan
mual apabila mencium bau makanan yang menyengat, pasien terlihat lemas.
3. Risiko penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
sekunder ditandai dengan pasien mengatakan demam hingga menggigil,
perdarahan pada jalan lahir berwarna merah segar, hasil pemeriksaan darah :
Leukosit 23,67 103/L, Hemoglobin 10,6 g/dL, temperatur : 38,5oC, terpasang
kateter tinggal sejak tanggal 10 November 2014, hasil pemeriksaan USG :
plasenta berada di corpus depan menutupi jalan lahir grade II.
4. Risiko tinggi cedera (janin) berhubungan dengan ketidakadekuatan perfusi
plasenta ditandai dengan pasien mengatakan perdarahan pada jalan lahir,
berwarna merah segar, hasil pemeriksaan darah : Leukosit 23,67 103/L,
hemoglobin 10,6 g/dL, APTT 27,3 detik, hematokrit 31,3%, eritrosit 3,55
106/L, hasil pemeriksaan USG : plasenta berada di corpus depan menutupi
jalan lahir grade II, pasien menggunakan pembalut, terlihat darah berwarna
merah segar di pembalut, tanda-tanda vital : TD : 100/60 mmHg, N : 90
x/menit, R : 22 x/menit
5. Risiko konstipasi berhubungan dengan imobilisasi fisik ditandai dengan pasien
mengatakan BAB biasanya rutin 1x sehari, namun selama dirawat di RSS
pasien belum BAB selama 3 hari, kegiatannya sehari-hari di RSS hanya
berbaring saja, pasien tidak dianjurkan untuk turun dari tempat tidur, mual,
peristaltik usus : 6 x/menit, pasien bedrest, abdomen bagian bawah teraba
keras.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam terdapat
diagnosa yang teratasi dan belum teratasi yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ( teratasi )
2. Mual berhubungan dengan kehamilan ( teratasi )
3. Risiko penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
sekunder (teratasi)
4. Risiko tinggi cedera (janin) berhubungan dengan ketidakadekuatan perfusi
plasenta (teratasi)
5. Risiko konstipasi berhubungan dengan imobilisasi fisik (belum teratasi)
Risiko konstipasi belum teratasi karena tujuan belum tercapai yaitu pola
defekasi pasien belum teratur (1x sehari dengan konsistensi lunak).
DAFTAR PUSTAKA
Chalik, TMA. 2009. Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan dalam
Buku Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjo Edisi Keempat. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2005. Ilmu Kandungan Dan Penyakit Kandungan
.Jakarta: EGC
________________________. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan &
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Mochtar, Rustam, 2002. Sinopsis Obstetri. Jakarta: Penerbit EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
___________________. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Scearce J and Uzelac PS. 2007. Third-trimester vaginal bleeding. In: AH
DeCherney et al. (eds). Current Diagnosis and Treatment Obstetrics and
Gynecology.10th ed. New York: McGraw-Hill
Varney,Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC