Вы находитесь на странице: 1из 35

SMA NEGERI 1 MATARAM

Jalan Pendidikan no. 21 Telepon (0370)621803


Mataram 83125, Website: www.sman1-mtr.sch.id

TUGAS SEJARAH INDONESIA


KERAJAAN HINDU BUDDHA DI INDONESIA

OlEH :
Muhammad Farhan Mubaraq => 10 Aksel Absen 16

KERAJAAN-KERAJAAN HINDU BUDHA DI


INDONESIA
1. Kerajaan Kutai
Kerajaan Hindu pertama di Indonesia. Terletak di Tepi
Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Di Kutai ditemukan prasasti
berupa "yupa" yaitu tugu batu yang digunakan dalam upacara
kurban. Yupa ini bertuliskan huruf Pallawa dan Bahasa Sankserta,
diperkirakan berasal dari tahun 400 M. Dalam Yupa diterangkan
mengenai silsilah raja-raja Kutai. Raja Kutai yang pertama adalah
Kudungga(nama ini diperkirakan asli orang Indonesia). Kudungga
mempunyai

putra

yang

bernama

Aswawarman,

nama

ini

diperkirakan berasal dari India sehingga Aswawarman dianggap


sebagai "wangsakarta" atau pembentuk keluarga/dinasti. Selain
itu ia juga dijuluki "Ansuman" atau dewa matahari. Aswawarman
mempunyai putra bernama Mulawarman. Mulawarman adalah
raja yang terbesar/terkenal di Kutai. Kutai adalah salah satu
kerajaan tertua di Indonesia, yang diperkirakan muncul pada
abad 5 M atau 400 M, keberadaan kerajaan tersebut diketahui
berdasarkan sumber berita yang ditemukan yaitu berupa prasasti
yang berbentuk Yupa/tiang batu berjumlah 7 buah. Prasasti Yupa
yang menggunakan huruf

Pallawa

dan bahasa

sansekerta

tersebut, dapat disimpulkantentang keberadaan kerajaan Kutai


dalam berbagai aspek kebudayaan yaitu antara lain politik,sosial,
ekonomi, dan budaya.
* Kehidupan Politik

Dalam kehidupan politik seperti yang dijelaskan dalam


prasasti Yupa bahwa raja terbesar Kutai adalah Mulawarman, ia
putra

Aswawarman

Kudungga.Dalam

dan

prasasti

Aswawarman
Yupa

juga

adalah

dijelaskan

putra
bahwa

Aswawarman disebut sebagai dewa Ansuman/dewaMatahari dan


dipandang sebagai Wangsakerta atau pendiri keluarga raja.Hal
ini berarti Asmawarman sudah menganut agama Hindu dan
dipandang sebagai pendiri keluargaatau dinasti dalam Agama
Hindu. Untuk itu para ahli berpendapat Kudungga masih nama
Indonesiaasli

dan

masih

menurunkan

raja-raja

sebagai

Kutai.Dari

kepala

penjelasan

suku,

ia

uraian

yang
materi

tersebut di atas, apakah Anda sudah memahami? Kalau Anda


sudah paham, simak uraian berikutnya :Dalam kehidupan sosial
terjalin hubungan yang harmonis/ erat antara Raja Mulawarman
dengan kaum Brahmana,
seperti

yang

dijelaskan

dalam

prasasti

Yupa,

bahwa

raja

Mulawarman memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada kaum


Brahmana di dalam tanah yang suci bernamaWaprakeswara.
Dengan adanya istilah Waprakeswara, tentu timbul pertanyaan
dalam diri Anda,apa yang dimaksud dengan Waprakeswara?
Waprakeswara adalah tempat suci untuk memuja dewa Syiwa. Di
pulau Jawa disebut Baprakewara.
* Kehidupan Ekonomi
Dalam kehidupan ekonomi, tidak diketahui secara pasti,
kecuali

disebutkan

dalam

salah

satu prasasti

bahwa

Raja

Mulawarman telah mengadakan upacara korban emas dan


tidak menghadiahkan sebanyak 20.000 ekor sapi untuk golongan
Brahmana.Tidak diketahui secara pasti asal emas dan sapi
tersebut diperoleh, apabila emas dan sapi tersebut di datangkan

dari tempat lain, bisa disimpulkan bahwa kerajaan Kutai telah


melakukan kegiatandagang.
* Kehidupan Budaya
Dalam kehidupan budaya dapat dikatakan kerajaan Kutai
sudah maju. H a l

ini dibuktikan melaluiupacara penghinduan

(pemberkatan memeluk agama Hindu) atau disebut upacara


Vratyastoma.UpacaraVratyastoma
pemerintahan

dilaksanakan

Aswawarman

masihmempertahankan

ciri-ciri

karena
keIndonesiaannya

sejak
Kudungga
sedangkan

yang memimpin upacara tersebut, menurut para ahli dipastikan


adalah para pendeta (Brahmana) dari India. Tetapi pada masa
Mulawarmankemungkinan sekali upacara penghinduan tersebut
dipimpin oleh pendeta/kaum Brahmana dariorang Indonesia asli.
Dengan

adanya

kaum

Brahmana

asli

orang

Indonesia

membuktikan bahwakemampuan intelektualnya tinggi, terutama


dalam

hal

padadasarnya

penguasaan
bukanlah

terhadap
bahasa

bahasa

rakyat

India

Sansekerta
sehari-hari,

melainkan lebih merupakan bahasa resmi kaumBrahmana untuk


masalah keagamaan

2. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Hindu ini terletak di dekat sungai Citarum, Jawa
Barat. Kerajaan ini di perkirakan berdiri tahun 450 M. Raja yang
paling terkenal adalah Purnawarman. Ia adalah raja yang sangat
baik terhadap rakyat, hal ini dibuktikan dengan pembuatan
irigasi atau sungai untuk mengairi sawah dan mencegah banjir,

sungai

ini

diberi

nama

sungai

"Gomati".

Prasasti-prasasti

peninggalan kerajaan Tarumanegara antara lain Prasasti Tugu,


Munjul, Kebon Kopi, Pasir Awi, Jambu,Ciaruteun, dan Muara
Cianten.

3. Kerajaan Kaling
Keterangan mengenai kerajaan ini diperoleh dari prasasti
Tuk mas. Berdasarkan prasasti ini diperkirakan Kerajaan Kaling
berada di sekitar Purwodadi dan Blora. Raja yang terkenal adalah
Ratu Sima. Ia dikenal sebagai Ratu yang tegas, jujur, dan
bijaksana.

4. Kerajaan Sriwijaya
Keterangan mengenai kerajaan sriwijaya diperoleh dari
berita perjalanan I-Tsing, seorang pendeta Budha dari Cina.
Sriwijaya merupakan kerajaan Budha yang berada di Sumatra
Selatan. Selain dari I-Tsing, keterangan mengenai Sriwijaya juga
diperoleh dari Prasasti-prasasti antara lain : Prasasti kedukan
bukit yang berisi tentang perjalanan suci Sang Dapunta Hyang,
Prasasti Kota Kapur yang berisi permintaan kepada para dewa
untuk menjaga kesatuan Sriwijaya, Prasasti Telaga Batu yang
berisi kutukan terhadap mereka yang berbuat kejahatan, prasasti
Talang tuo dan prasasti Karang Berahi. Sriwijaya adalah nama
kerajaan yang tentu sudah tidak asing bagi Anda, karena
Sriwijaya

adalahsalah

satu

kerajaan

maritim

terbesar

di

Indonesia bahkan di Asia Tenggara pada waktu itu (abad 7 -15


M).Jika Anda ingin mengetahui perkembangan Sriwijaya hingga
mencapai puncak kebesarannyasebagai kerajaan Maritim, maka

Anda

harus

mengetahui

sejarahyang

terlebih

membuktikan

tersebut.Sumber-sumber

sejarah

dahulu

sumber-sumber

keberadaan
kerajaan

kerajaan

Sriwijaya

selain

berasal dari dalam juga berasal dari luar sepertidari Cina, India,
Arab, Persia. Sumber-sumber dari dalam negeri
Sumber dari dalam negeri berupa prasasti yang berjumlah 6
buah yang menggunakan bahasa Melayu Kuno dan huruf Pallawa,
serta telah menggunakan angka tahun Saka.Untuk mengetahui
keberadaan prasasti tersebut, simaklah uraian materi berikut ini!
a.Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di Kedukan Bukit, di
tepi sungai Talang
dekatPalembang, berangka tahun 605 Saka atau 683 M. Isi
prasasti tersebut menceritakan perjalanansuci/Sidayatra yang
dilakukan Dapunta Hyang, berangkat dari Minangatamwan dengan
membawa tentara sebanyak 20.000 orang. Dari perjalanan
tersebut berhasil menaklukkan beberapa daerah.
b.Prasasti Talang Tuo ditemukan di sebelah barat kota Palembang
berangka tahun 606 Saka /684 M. Prasasti ini menceritakan
pembuatan Taman Sriksetra untuk kemakmuran semuamakhluk
dan terdapat doa-doa yang bersifat Budha Mahayana.
cPrasasti

Te l a g a

Batu

ditemukan di Telaga Batu dekat

Palembang berangka tahun 683 M.


d.Prasasti Kota Kapur ditemukan di Kota Kapur pulau Bangka
berangka tahun 608 Saka / 686M
e.Prasasti Karang Berahi ditemukan di Jambi tidak berangka tahun.

f. Prasasti Palas Pasemah ditemukan di Lampung Selatan tidak


berangka tahunKeempat Prasasti yang disebut terakhir yaitu
Prasasti Telaga

Batu, Kota

Kapur, Karang bukit, danPalas

Pasemah menjelaskan isi yang sama yaitu berupa kutukan


terhadap siapa saja yang tidak tunduk kepada raja Sriwijaya.
Dari penjelasan tentang prasasti-prasasti tersebut, apakah
Anda dapat memahami keberadaankerajaan Sriwijaya? Untuk
menambah lagi pemahaman Anda simaklah uraian materi
tentangsumber-sumber sejarah Sriwijaya yang berasal dari luar
negeri baik yang berupa prasasti maupun berita Cina dan Arab.
* Sumber-sumber prasasti
Sumber yang berupa prasasti ditemukan di Semenanjung
Melayu

berangka

tahun

775

yangmenjelaskan

tentang

pendirian sebuah pangkalan di Semenanjung Melayu, daerah


Ligor. Untuk itu prasasti tersebut, diberi nama Prasasti Ligor
.Prasasti berikutnya ditemukan di India di kota Nalanda yang
berasal dari abad ke 9 M. Prasastitersebut menjelaskan pendirian
Wihara oleh Balaputradewa raja Sriwijaya.
* Sumber Berita Asing
Di samping prasasti-prasasti, keberadaan Sriwijaya juga
diperkuat dengan adanya berita-berita Cinamaupun berita Arab.
Berita Cina, diperoleh dari I-Tshing seorang pendeta Cina yang
sering

datang

ke

Sriwijaya

sejak tahun

672

M,

yang

menceritakan bahwa di Sriwijaya terdapat 1000 orang pendeta


yang menguasaiagama seperti di India dan di samping itu juga,
berita dari dinasti Sung yang menceritakan tentang pengiriman
utusan dari Sriwijaya tahun 971 - 992 M. Nama kerajaan

Sriwijaya dalam berita Cina tersebut, disebut dengan Shih-lo-foshih atau Fo-shih ,sedangkan dari berita Arab Sriwijaya disebut
dengan Zabag/Zabay atau dengan sebutan Sribuza.Dari beritaberita Arab dijelaskan tentang kekuasaan dan kebesaran serta
kekayaan Sriwijaya.Demikianlah bukti-bukti tentang sumber dari
luar negeri yang menjelaskan keberadaan Sriwijaya,sehingga
melalui sumber-sumber tersebut dapat diketahui perkembangan
Sriwijaya dalam berbagaiaspek kehidupan.Untuk mengetahui
lebih

jelas

perkembangan

Sriwijaya

dalam

aspek-aspek

kehidupan tersebut,maka simak uraian materi berikut ini.


* Kehidupan Politik
Dalam kehidupan politik. Dapat diketahui bahwa raja
pertama Sriwijaya adalah Dapunta Hyang SriJayanaga, dengan
pusat kerajaannya ada 2 pendapat yaitu pendapat pertama yang
menyebutkan pusat

Sriwijaya

di

Palembang

karena

daerah

tersebut banyak ditemukan prasasti Sriwijaya danadanya sungai


Musi yang strategis untuk
perdagangan.Sedangkan pendapat kedua letak Sriwijaya di
Minangatamwan yaitu daerah pertemuan sungaiKampar Kiri dan
Kampar Kanan yang diperkirakan daerah Binaga yaitu terletak di
Jambi yang jugastrategis untuk perdagangan.Dari dua pendapat
tersebut, maka oleh ahli menyimpulkan bahwa pada mulanya
Sriwijaya berpusat di Palembang. Kemudian dipindahkan ke
Minangatamwan
mengembangkan

.Untuk

selanjutnya

kerajaannya

Sriwijaya

melalui

mampu

keberhasilan

politik ekspansi/perluasan wilayah ke daerah-daerah yang sangat


penting

artinya

untuk

perdagangan.

Halini

sesuai

dengan

prasasti yang ditemukan Lampung, Bangka, dan Ligor. Bahkan


melalui benteng I-tshing bahwa Kedah di pulau Penang juga

dikuasai Sriwijaya. Dengan demikian Sriwijaya bukan lagi sebagai


negara senusa atau satu pulau, tetapi sudahmerupakan negara
antar nusa karena penguasaannya atas beberapa pulau. Bahkan
ada yang berpendapat Sriwijaya adalah negara kesatuan pertama.
Karena kekuasaannya luas dan berperansebagai negara besar di
Asia Tenggara (M.Yamin).
* Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Sriwijaya memiliki letak yang strategis di jalur
pelayaran
Dengan

dan

perdagangan

letak

yang

InternasionalAsia

strategis

tersebut

Tenggara.

maka

Sriwijaya

berkembang menjadi pusat perdagangan dan menjadi pelabuhan


Transito sehingga dapat menimbun barang dari dalammaupun
luar.Dengan demikian kedudukan Sriwijaya dalam perdagangan
internasional

sangat

pemerintahan

raja

baik.
yang

Hal
cakap

ini

jugadidukung

dan

bijaksana

oleh
seperti

Balaputradewa. Pada masanyaSriwijaya memiliki armada laut


yang kuat yang mampu menjamin keamanan di jalurjalur
pelayaranyang menuju Sriwijaya, sehingga banyak pedagang
dari luar yang singgah dan berdagang diwilayah kekuasaan
Sriwijaya tersebut.Dengan adanya pedagang-pedagang dari luar
yang singgah maka penghasilan Sriwijaya meningkatdengan
pesat. Peningkatan diperoleh dari pembayaran upeti, pajak
maupun keuntungan dari hasil perdagangan dengan demikian
Sriwijaya

berkembang

menjadi

kerajaan

yang

besar

dan

makmur.Faktor lain yang menjadikan Sriwijaya menjadi kerajaan


besar adalah kehidupan sosialmasyarakatnya meningkat dengan
pesat

terutama

dalam

bidang

pendidikan

riwijayaterbukti menjadi pusat pendidikan dan

dan

hasilnya

penyebaran agama Budha di Asia Tenggara. Hal ini sesuaidengan


berita I-Tshing pada abad ke 8 bahwa di Sriwijaya terdapat 1000
orang pendeta yang belajar agama Budha di bawah bimbingan
pendeta Budha terkenal yaitu Sakyakirti.Di samping itu juga
pemuda-pemuda Sriwijaya juga mempelajari agama Budha dan
ilmu lainnya diIndia, hal ini tertera dalam prasasti Nalanda. Dari
prasasti ini diketahui pula raja Sriwijaya yaituBalaputra Dewa
mempunyai hubungan erat dengan raja Dewa Paladewa (India).
Raja ini memberisebidang tanah untuk asrama pelajar dari
Sriwijaya. Sebagai penganut agama yang taat maka rajaSriwijaya
juga memperhatikan kelestarian lingkungannya (seperti yang
tertera

dalam

meningkatkan

Prasasti

Talang

Tuo)

kemakmuran

dengan

tujuan

rakyatnya.

untuk
Dengan

demikiankehidupan ekonomi dan sosial masyarakat Sriwijaya


sangat baik dan makmur, dalam hal initentunya juga diikuti oleh
kemajuan dalam bidang kebudayaan. Kemajuan dalam bidang
budayasampai

sekarang

peninggalanpeninggalan

dapat
suci

diketahui

seperti

melalui

stupa,

candi

atau patung/arca Budha seperti ditemukan di Jambi, Muaratakus,


dan Gunung Tua (Padang Lawas) serta di
(Palembang).

Kebesaran

dan

kejayaan

Bukit Siguntang

Sriwijaya

akhirnya

mengalami kemunduran dan keruntuhan akibatserangan dari


kerajaan lain.
Serangan pertama dari Raja Dharmawangsa dari Medang, Jatim
tahun

990

M.

pada

waktuitu

raja

Sriwijaya

adalah

Sri

Sudarmaniwarmadewa.Walaupun serangan tersebut gagaltetapi


dapat melemahkan Sriwijaya.

Serangan berikutnya datang dari kerajaan Colamandala(India


Selatan)

yang

terjadi

pada

Sangramawijayatunggawarman

pada

masa
tahun

pemerintahan
1023

dan

Sri

diulang

lagitahun 1030 dan raja Sriwijaya ditawan.


Tahun 1068 Raja Wirarajendradari Colamandala kembali menyerang
Sriwijaya tetapi Sriwijaya tidak runtuh bahkan pada abad 13
Sriwijaya diberitakan muncul kembali dancukup kuat sesuai
dengan berita Cina.

Keruntuhan Sriwijaya terjadi pada tahun 1477 ketika Majapahit


mengirimkan tentaranyauntuk menaklukan Sumatra termasuk
Sriwijaya
Raja yang pernah berkuasa adalah Sri Jayanaga,
Balaputradewa (raja yang paling
terkenal), dan Sri Sanggramawijayatunggawarman. Kerajaan
Sriwijaya runtuh akibat serangan Raja Colamanda dari India dan
Ekspedisi

Pamalayu

dari

Singosari.

5. Kerajaan Mataram Kuno


Keterangan mengenai kerajaan ini diperoleh berdasarkan
prasasti Gunung Wukir, Magelang. Kerajaan ini diperintah oleh
Raja Sanjaya dan Raja Sanna (Sanjaya adalah keponakan Sanna.
Kerajaan Mataram diperintah oleh raja-raja dari Dinasti Sanjaya
(yang menganut agama Hindu ) dan raja-raja dari Dinasti
Syailendra (yang menganut Agama Budha). Setelah Raja Sanjaya

meninggal, Mataram diperintah oleh Rakai Panangkaran. Setelah


Panangkaran yang berkuasa adalah Samaratungga, pada masa
kekuasaan Samaratungga dibangun Candi Borobudur. Pengganti
Samaratungga adalah menantunya yaitu Rakai Pikatan (suami
dari Pramodhawardani). Kerajaan Mataram mencapai Puncak
kejayaan pada masa kepemimpinan Raja Balitung. Pada tahun
929 M, pusat kerajaan Mataram dipindahkan ke Watugaluh
(JawaTimur)

oleh

Empu

Sindok.

Hal

ini

dilakukan

untuk

menghindari ancaman bahaya letusan gunung berapi. Pengganti


Empu Sindok adalah Dharmawangsa. Ketika kepemimpinannya
terjadi peristiwa "Pralaya Medang" yaitu penyerbuan Mataram
oleh Wura Wari (bawahan Darmawangsa yang dihasut oleh
Sriwijaya). Pengganti Dharmawangsa sekaligus raja terakhir
Mataram

adalah

Airlangga.

Airlangga

adalah

menantu

Dharmawangsa. Berakhirnya kerajaan mataram karena Airlangga


membagi kerajaan menjadi dua untuk menghindari perebutan
kekuasaan antara putra Darmawangsa dan putra Airlangga,
Mapanji Garasakan. Mataram dibagi menjadi dua yaitu Jenggala
atau singosari yang beribu kota di kahuripan dan Panjalu atau
Kediri
yang beribu kota di Daha.

(LAINNYA)
Kerajaan

Mataram

Kuno

atau disebut

dengan

Bhumi

Mataram. Pada awalnya terletak di JawaTengah. Daerah Mataram


dikelilingi oleh banyak pegunungan dan di tengahnya banyak
mengalir sungai besar diantaranya sungai Progo, Bogowonto, Elo,
dan

Bengawan

Solo.

Keadaan

tanahnyasubur

pertumbuhan penduduknya cukup pesat.

sehingga

* Sumber-sumber Prasasti
Mengenai
berlangsungnya

bukti

yang

kerajaan

menjadi

Mataram

sumber

dapat

sejarah

diketahuimelalui

prasasti-prasasti dan bangunan candi-candi yang dapat Anda


ketahui sampai sekarang.Prasasti-prasasti yang menjelaskan
tentang keberadaan kerajaan Mataram Kuno / lama tersebutyaitu
antara lain:
a. Prasasti Canggal ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di
desa Canggal
berangkatahun 732 M dalam bentuk Candrasangkala.
b.Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta
berangka tahun 778 M, ditulisdalam huruf Pranagari (India Utara)
dan bahasa Sansekerta. Isinya menceritakan pendirian bangunan
suci untuk dewi Tara dan biara untuk pendeta oleh raja
Panangkaran

atas

permintaankeluarga

Syaelendra

dan

Panangkaran juga menghadiahkan desa Kalasan untuk para


Sanggha(umat Budha).
c.Prasasti Mantyasih ditemukan di Mantyasih Kedu, Jateng berangka
tahun 907 M yangmenggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari
prasasti tersebut adalah daftar silsilah raja-raja Mataram yang
mendahului

Bality

yaitu

Raja

Sanjaya,

Rakai

Panangkaran,

RakaiPanunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan,


Rakai Kayuwangi, RakaiWatuhumalang, dan Rakai Watukura Dyah
Balitung.Untuk

itu

prasasti

Mantyasih/Kedu

ini juga

disebut

dengan prasasti Belitung. d.Prasasti Klurak ditemukan di desa

Prambanan berangka tahun 782 M ditulis dalam huruf Pranagari


dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan arca
Manjusri oleh Raja Indrayang bergelar Sri Sanggrama dananjaya
Menurut para ahli bahwa yang dimaksud dengan arca Manjusri
adalah Candi Sewu yang terletak di Komplek Prambanan dan nama
raja Indra tersebut juga ditemukan pada Prasasti Ligor Dan Prasasti
Nalanda peninggalan kerajaan Sriwijaya.
* Sumber berupa Candi
Selain prasasti yang menjadi sumber sejarah adanya
kerajaan Mataram ada juga banyak bangunan- bangunan candi di
Jawa Tengah, yang manjadi bukti peninggalan kerajaan Mataram
yaitu seperti Candi-candi pegunungan Dieng, Candi Gedung
Songo, yang terletak di Jawa Tengah Utara.Selanjutnya di Jawa
Tengah bagian selatan ditemukan candi antara lain Candi
Borobudur, CandiMendut, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi
Sambi Sari, dan masih banyak candi-candi yang lain

6.Kerajaan Singasari

Pusat Kerajaan Singosari terletak di Malang, Jawa Timur.


Kerajaan ini didirikan oleh Ken Arok, setelah berhasil membunuh
Bupati tumapel Tunggul Ametung. Ken Arok menjadi raja pertama
Singasari dan berhasil memperistri Ken Dedes, istri Tunggul
Ametung.

Ken

Arok

bergelar

Sri

Ranggah

Rajasa

Sang

Amurwabumi. Pada tahun 1227 Ken Arok dibunuh oleh Anusapati


(anak dari Tunggul Ametung). Pemerintahan Anusapati tidak
berjalan lama karena ia dibunuh oleh Tohjaya (anak dari Ken

Arok). Tidak lama kemudian Ranggawuni (anak dari Anusapati


menuntut kekuasaan dari Tohjaya, tetapi Tohjaya menolak dan
mengirimkan

pasukan

melawan

Ranggawuni,

dalam

pertempuran tersebut Tohjaya melarikan diri dan akhirnya


meninggal di daerah Katang Lumbung. Ranggawuni naik tahta
dengan gelar Sri Jaya Wisnu Wardana. Setelah meninggal ia
digantikan putranya yaitu Kertanegara. Keruntuhan kerajaan
Singasari
adalah karena mendapat serangan Jayakatwang dari Kediri.

7. Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit berada di sekitar Delta sungai Brantas,


Mojokerto. Raja Majapahit yang pertama adalah Raden Wijaya
dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Setelah Raden Wijaya
meninggal, Majapahit diperintah oleh Jayanegara.Dalam masa
pemerintahannya timbul beberapa pemberontakan antara lain,
pemberontakan Nambi, Semi, Ranggalawe, Lembu Sora dan Kuti.
Pemberontakan Kuti adalah yang dianggap paling berbahaya
karena berhasil menduduki ibukota Majapahit dan Jayanegara
terpaksa

mengungsi

ke

daerah

Badander.

Akhirnya

pemberontakan Kuti berhasil dipadamkan oleh Gajah Mada, dan


berkat jasanya ia di angkat menjadi patih Kahuripan. Pengganti
Jayanegara

adalah

pemerintahannya

timbul

Tribuwanatunggadewi.
pemberontakan

Ketika
Sadeng,

pemberontakan ini juga berhasil ditumpas oleh Gajah Mada


sehingga ia di angkat menjadi Mahapatih Majapahit. Pada waktu
pelantikan ia

mengucapkan sumpah yang dikenal dengan

"Sumpah Palapa". Isi sumpahnya adalah tidak akan merasakan


palapa (istirahat) sebelum menyatukan nusantara di bawah
Majapahit. Setelah Tribuwanatunggadewi meninggal ia digantikan
putranya

yaitu

Hayam

Wuruk.

Majapahit

mencapai

masa

keemasan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, di dampingi


mahapatih Gadjah Mada. Keruntuhan Majapahit antara lain
akibat tidak ada tokoh yang cakap dan berwibawa sesudah
wafatnya Hayam Wuruk dan Gajah Mada, Terjadi Perang paregrek
(perang saudara) antara Bhre Wirabumi dan Wikramawardhana,
Banyak negeri bawahan Majapahit yang berusaha melepaskan
diri, dan Berkembangnya agama Islam di pesisir Pantai Utara
Jawa.

9. Kerajaan Kediri
Kediri, adalah salah satu dari dua kerajaan pecahan
Kahuripan pada tahun 1049 (satu lainnya adalah Janggala), yang
dipecah oleh Airlangga untuk dua puteranya. Airlangga membagi
Kahuripan menjadi dua kerajaan untuk menghindari perselisihan
dua puteranya, dan ia sendiri turun tahta menjadi pertapa.
Wilayah

Kerajaan

Kahuripan.
Kerajaan

Kediri

Sesungguhnya
Kadiri

berdiri.

adalah
kota
Daha

bagian
Daha

selatan

sudah

merupakan

ada

Kerajaan
sebelum

singkatan

dari

Dahanapura, yang berarti kota api. Nama ini terdapat dalam


prasasti Pamwatan yang dikeluarkan Airlangga tahun 1042. Hal
ini sesuai dengan berita dalam Serat Calon Arang bahwa, saat
akhir pemerintahan Airlangga, pusat kerajaan sudah tidak lagi
berada di Kahuripan, melainkan pindah ke Daha.
Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah
wilayah

kerajaannya

karena

kedua

putranya

bersaing

memperebutkan takhta. Putra yang bernama Sri Samarawijaya


mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di
kota baru, yaitu Daha. Sedangkan putra yang bernama Mapanji
Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama Janggala yang
berpusat

di

kota

lama,

yaitu

Kahuripan.

Menurut

Nagarakretagama, sebelum dibelah menjadi dua, nama kerajaan


yang dipimpin Airlangga sudah bernama Panjalu, yang berpusat
di Daha. Jadi, Kerajaan Janggala lahir sebagai pecahan dari
Panjalu. Adapun Kahuripan adalah nama kota lama yang sudah
ditinggalkan Airlangga dan kemudian menjadi ibu kota Janggala.
Pada mulanya, nama Panjalu atau Pangjalu memang lebih
sering dipakai dari pada nama Kadiri. Hal ini dapat dijumpai
dalam prasasti-prasasti yang diterbitkan oleh raja-raja Kadiri.
Bahkan, nama Panjalu juga dikenal sebagai Pu-chia-lung dalam
kronik Cina berjudul Ling wai tai ta (1178).
* Perkembangan Kerajaan Kendiri
Masa-masa awal Kerajaan Panjalu atau Kadiri tidak banyak
diketahui. Prasasti Turun Hyang II (1044) yang diterbitkan
Kerajaan Janggala hanya memberitakan adanya perang saudara
antara kedua kerajaan sepeninggal Airlangga.
Sejarah Kerajaan Panjalu mulai diketahui dengan adanya
prasasti Sirah Keting tahun 1104 atas nama Sri Jayawarsa. Rajaraja sebelum Sri Jayawarsa hanya Sri Samarawijaya yang sudah
diketahui, sedangkan urutan raja-raja sesudah Sri Jayawarsa
sudah dapat diketahui dengan jelas berdasarkan prasastiprasasti yang ditemukan.
Kerajaan Panjalu di bawah pemerintahan Sri Jayabhaya
berhasil menaklukkan Kerajaan Janggala dengan semboyannya
yang terkenal dalam prasasti Ngantang (1135), yaitu Panjalu
Jayati, atau Panjalu Menang.

Pada masa pemerintahan Sri Jayabhaya inilah, Kerajaan


Panjalu mengalami masa kejayaannya. Wilayah kerajaan ini
meliputi seluruh Jawa dan beberapa pulau di Nusantara, bahkan
sampai mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Sumatra.
Hal ini diperkuat kronik Cina berjudul Ling wai tai ta karya
Chou Ku-fei tahun 1178, bahwa pada masa itu negeri paling kaya
selain Cina secara berurutan adalah Arab, Jawa, dan Sumatra.
Saat itu yang berkuasa di Arab adalah Bani Abbasiyah, di Jawa
ada Kerajaan Panjalu, sedangkan Sumatra dikuasai Kerajaan
Sriwijaya.
Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007, yang
diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Kadiri diharapkan dapat
membantu memberikan lebih banyak informasi tentang kerajaan
tersebut.
* Karya Sastra Kerajaan Kendiri
Seni sastra mendapat banyak perhatian pada zaman
Kerajaan

Panjalu-Kadiri.

Pada

tahun

1157

Kakawin

Bharatayuddha ditulis oleh Mpu Sedah dan diselesaikan Mpu


Panuluh. Kitab ini bersumber dari Mahabharata yang berisi
kemenangan Pandawa atas Korawa, sebagai kiasan kemenangan
Sri Jayabhaya atas Janggala.
Selain itu, Mpu Panuluh juga menulis Kakawin Hariwangsa
dan

Ghatotkachasraya.

Terdapat

pula

pujangga

zaman

pemerintahan Sri Kameswara bernama Mpu Dharmaja yang


menulis

Kakawin

pemerintahan

Smaradahana.

Kertajaya

terdapat

Kemudian
pujangga

pada

zaman

bernama

Mpu

Monaguna yang menulis Sumanasantaka dan Mpu Triguna yang


menulis Kresnayana
* Runtuhnya Kerajaan Kendiri

Kerajaan Panjalu-Kadiri runtuh pada masa pemerintahan


Kertajaya,

dan

dikisahkan

dalam

Pararaton

dan

Nagarakretagama.
Pada tahun 1222 Kertajaya sedang berselisih melawan
kaum brahmana yang kemudian meminta perlindungan Ken Arok
akuwu

Tumapel.

Kebetulan

Ken

Arok

juga

bercita-cita

memerdekakan Tumapel yang merupakan daerah bawahan


Kadiri.
Perang antara Kediri dan Tumapel terjadi dekat desa
Ganter. Pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan pasukan
Kertajaya. Dengan demikian berakhirlah masa Kerajaan Kadiri,
yang sejak saat itu kemudian menjadi bawahan Tumapel atau
Singhasari.
Setelah Ken Arok mengangkat Kertajaya, Kadiri menjadi
suatu

wilayah

dibawah

kekuasaan

Singhasari.

Ken

Arok

mengangkat Jayasabha, putra Kertajaya sebagai bupati Kadiri.


Tahun 1258 Jayasabha digantikan putranya yang bernama
Sastrajaya. Pada tahun 1271 Sastrajaya digantikan putranya,
yaitu

Jayakatwang.

Jayakatwang

memberontak

terhadap

Singhasari yang dipimpin oleh Kertanegara, karena dendam


masa lalu dimana leluhurnya Kertajaya dikalahkan oleh Ken Arok.
Setelah

berhasil

membunuh

Kertanegara,

Jayakatwang

membangun kembali Kerajaan Kadiri, namun hanya bertahan


satu tahun dikarenakan serangan gabungan yang dilancarkan
oleh pasukan Mongol dan pasukan menantu Kertanegara, Raden
Wijaya.
* Raja-raja yang terkenal dari kerajaan Kediri antara lain :
Raja pertama Kediri adalah Raja Kameswara (1115 - 1130
M) mempergunakan lancana Candrakapale yaitu tengkorak yang

bertaring pada masa pemerintahannya banyak dihasilkan karyakarya sastra, bahkan kiasan hidupnya dikenal dalam Cerita Panji.
Raja selanjutnya adalah Jayabaya memerintah tahun 1130 - 1160
mempergunakan lancana Narasingha yaitu setengah manusia
setengah singa pada masa pemerintahannya Kediri mencapai
puncak kebesarannya dan juga banyak dihasilkan karya sastra
terutama

ramalannya

tentang

Indonesia

antara

lain

akan

datangnya Ratu Adil. Tahun 1181 pemerintahan raja Sri Gandra


terdapat sesuatu yang menarik pada masa, yaitu untuk pertama
kalinya didapatkan orang-orang terkemuka mempergunakan
nama-nama binatang sebagai namanya yaitu seperti Kebo
Salawah, Manjangan Puguh, Macan Putih, Gajah Kuning, dsb.
Selanjutnya tahun 1200 - 1222 yang menjadi raja Kediri adalah
Kertajaya.

Ia

memakai

lancana

Garudamuka

seperti

Ria

Airlangga, sayangnya raja ini kurang bijaksana, sehingga tidak


disukai oleh rakyat terutama kaum Brahmana. Hal inilah yang
akhirnya menjadi penyebab berakhirnya kerajaan Kediri, karena
kaum Brahmana meminta perlindungan kepada Ken Arok di
Singosari

sehingga

tahun

1222

Ken

Arok

berhasil

menghancurkan Kediri.
Raja selanjutnya Kediri adalah Jayabaya (1135-1159).
Jayabaya di kemudian hari dikenal sebagai "peramal" Indonesia
masa depan. Pada masa kekuasaannya, Kediri memperluas
wilayahnya hingga ke pantai Kalimantan. Pada masa ini pula,
Ternate menjadi kerajaan subordinat di bawah Kediri. Waktu itu
Kediri memiliki Armada laut yang cukup tangguh. Beliau juga
terkenal karena telah memerintahan penggubahan
Bhatarayuddha

Kakawin

Raja

terakhir

Kediri

adalah

Kertajaya,

(1185-1222).

Kertajaya dikenal sebagai raja yang kejam, bahkan meminta


rakyat untuk menyembahnya. Ini ditentang oleh para Brahmana.
Sementara itu, di Tumapel (wilayah bawahan Kediri di daerah
Malang) terjadi gejolak politik: Ken Arok membunuh penguasa
Tumapel Tunggul Ametung dan mendirikan Kerajaan Singhasari.
Ken Arok kemudian memanfaatkan situasi politik di Kediri, ia
Beraliansi dengan Brahmana, dan lalu menghancurkan Kediri.
Dengan meninggalnya Kertajaya, Kediri menjadi wilayah Kerajaan
Singhasari.
* Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kediri cukup baik karena
kesejahteraan rakyat meningkat masyarakat hidup tenang, hal
ini terlihat dari rumah-rumah rakyatnya yang baik, bersih, dan
rapi, dan berlantai ubin yang berwarna kuning, dan hijau serta
orang-orang Kediri telah memakai kain sampai di bawah lutut.
Dengan kehidupan masyarakatnya yang aman dan damai maka
seni dapat berkembang antara lain kesusastraan yang paling
maju adalah seni sastra. Hal ini terlihat dari banyaknya hasil
sastra yang dapat Anda ketahui sampai sekarang.

10. Kerajaan medang kemulan


Kerajaan Medang (atau sering juga disebut Kerajaan
Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu) adalah nama
sebuah kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8,
kemudian berpindah ke Jawa Timur pada abad ke-10. Para raja
kerajaan ini banyak meninggalkan bukti sejarah berupa prasasti-

prasasti yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta


membangun banyak candi baik yang bercorak Hindu maupun
Buddha. Kerajaan Medang akhirnya runtuh pada awal abad ke11.
* Awal Berdirinya
Prasasti Mantyasih tahun 907 atas nama Dyah Balitung
menyebutkan dengan jelas bahwa raja pertama Kerajaan Medang
(Rahyang ta rumuhun ri Medang ri Poh Pitu) adalah Rakai
Mataram Sang Ratu Sanjaya.
Sanjaya sendiri mengeluarkan prasasti Canggal tahun 732,
namun tidak menyebut dengan jelas apa nama kerajaannya. Ia
hanya memberitakan adanya raja lain yang memerintah pulau
Jawa sebelum dirinya, bernama Sanna. Sepeninggal Sanna,
negara menjadi kacau. Sanjaya kemudian tampil menjadi raja,
atas dukungan ibunya, yaitu Sannaha saudara perempuan
Sanna.
Sanna juga dikenal dengan nama sena atau Bratasenawa,
yang merupakan raja Kerajaan Galuh yang ketiga (709 - 716
M).Bratasenawa alias Sanna atau Sena digulingkan dari tahta
Galuh oleh Purbasora (saudara satu ibu sanna) dalam tahun 716
M.Sena akhirnya melarikan diri ke Pakuan, meminta perlindungan
pada Raja Tarusbawa. Tarusbawa yang merupakan raja pertama
Kerajaan Sunda (setelah tarumanegara pecah menjadi Kerajaan
Sunda

dan

Kerajaan

Galuh)

adalah

sahabat

baik

sanna.

Persahabatan ini pula yang mendorong Tarusbawa mengambil


Sanjaya menjadi menantunya. Sanjaya, anak Sannaha saudara
perempuan Sanna, berniat menuntut balas terhadap keluarga
Purbasora. Untuk itu ia meminta bantuan Tarusbawa (mertuanya
yangg merupakan sahabat sanna). Hasratnya dilaksanakan

setelah menjadi Raja Sunda yang memerintah atas nama


isterinya. Akhirnya Sanjaya menjadi penguasa Kerajaan Sunda,
Kerajaan Galuh dan Kerajaan Kalingga (setelah Ratu Shima
mangkat). Dalam tahun 732 M Sanjaya mewarisi tahta Kerajaan
Mataram dari orangtuanya. Sebelum ia meninggalkan kawasan
Jawa

Barat,

ia

mengatur

pembagian

kekuasaan

antara

puteranya, Tamperan, dan Resi Guru Demunawan. Sunda dan


Galuh

menjadi

Kuningan

dan

kekuasaan
Galunggung

Tamperan,

sedangkan

diperintah

oleh

Kerajaan

Resi

Guru

Demunawan, putera bungsu Sempakwaja.


Kisah hidup Sanjaya secara panjang lebar terdapat dalam
Carita Parahyangan yang baru ditulis ratusan tahun setelah
kematiannya, yaitu sekitar abad ke-16.
* Raja-raja yang pernah memerintahi kerajaan medang
kemulan antara lain :
1. Sanjaya, pendiri Kerajaan Medang
2. Rakai Panangkaran, awal berkuasanya Wangsa Syailendra
3. Rakai Panunggalan alias Dharanindra
4. Rakai Warak alias Samaragrawira
5. Rakai Garung alias Samaratungga
6. Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, awal kebangkitan
Wangsa Sanjaya
7. Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala
8. Rakai Watuhumalang
9. Rakai Watukura Dyah Balitung
10.

Mpu Daksa

11.

Rakai Layang Dyah Tulodong

12.

Rakai Sumba Dyah Wawa

13.

Mpu Sindok, awal periode Jawa Timur

14.

Sri Lokapala suami Sri Isanatunggawijaya

15.

Makuthawangsawardhana

16.

Dharmawangsa Teguh, Kerajaan Medang berakhir

Pada daftar di atas hanya Sanjaya yang memakai gelar


Sang Ratu, sedangkan raja-raja sesudahnya semua memakai
gelar Sri Maharaja.
* Perkembangan Pemerintahan
a.Mpu Sindok
Mpu

Sindok

Merupakan

raja

pertama

di

kerajaan

medang

kamulan,memerintah selama 20 tahun.Selama pemerintahannya ia


dibantu oleh permaisurinya,Sri Wardhani Pu Kbin.Mpu Sindok bergelar
Sri Maharaja Raka I Hino Sri Isnaya Wikrama Dharmatunggadewa.
b.Airlangga(Erlangga):
Airlangga adalah putra raja bali bernama Udaya yg menitkah dengan
Mahendradatta

saudari

Raja

Dharmawangsa.Usaha

yg

dilakukan

Airlangga dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Medang:


-memperbaiki pelabuhan Hujung Galuh
-membangun waduk waringin sapta

-membangun

jalan2

yg

menghubungkan

pesisir

ke

pusat

kerajaan
* Keadaan Penduduk
Penduduk Medang sejak periode Bhumi Mataram sampai
periode

Wwatan

pada

umumnya

bekerja

sebagai

petani.

Kerajaan Medang memang terkenal sebagai negara agraris,


sedangkan saingannya, yaitu Kerajaan Sriwijaya merupakan
negara maritim.

Agama resmi Kerajaan Medang pada masa pemerintahan


Sanjaya adalah Hindu aliran Siwa. Ketika Sailendrawangsa
berkuasa, agama resmi kerajaan berganti menjadi Buddha aliran
Mahayana.

Kemudian

pada

saat

Rakai

Pikatan

dari

Sanjayawangsa berkuasa, agama Hindu dan Buddha tetap hidup


berdampingan dengan penuh toleransi.
* Peninggalan sejarah
Selain meninggalkan bukti sejarah berupa prasasti-prasasti
yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Kerajaan Medang
juga membangun banyak candi, baik itu yang bercorak Hindu
maupun Buddha. Temuan Wonoboyo berupa artifak emas yang
ditemukan tahun 1990 di Wonoboyo, Klaten, Jawa Tengah;
menunjukkan kekayaan dan kehalusan seni budaya kerajaan
Medang.
Candi-candi peninggalan Kerajaan Medang antara lain,
Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sewu,
Candi Mendut, Candi Pawon, dan tentu saja yang paling kolosal
adalah Candi Borobudur. Candi megah yang dibangun oleh
Sailendrawangsa ini telah ditetapkan UNESCO (PBB) sebagai
salah satu warisan budaya dunia.

11. Kerajaan Buleleng


Kerajaan Buleleng merupakan Kerajaan Hindu Budha tertua
di Bali. Kerajaan ini berkembang pada abad IX-XI Masehi.
Kerajaan ini diperintah oleh Dinasti Warmadewa. Kerajaan ini
dapat dipelajari melalui prasasti Belanjong, Penempahan, dan
Melatgede. Kerajaan ini berpusat di Buleleng, Bali bagian utara.
Buleleng tereletak dipesisir pantai, yang menyebabkan Buleleng
sering disinggahi kapal-kapal.

Adapun kehidupan masyarakat pada masa Kerajaan


Buleleng adalah sebagai berikut :
a.

Kehidupan Politik
Dinasti Warmadewa didirikan oleh Sri Kesari
Warmadewa. Berdasarkan prasasti Belanjong, Sri Kesari
Warmadewa merupakan keturunan bangsawan Sriwijaya yang
gagal menklukan Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat.
Kegagalan tersebut menyebabkan Sri Kesari Warmadewa
memilih pergi ke Bali dan mendirikan pemeerintahan baru.
Pada tahun 989-1011 Kerajaan Buleleng diperintah
oleh Udayana Warmadewa. Udayana memiliki 3 putra yaitu,
Airlangga, Marakatapangkaja, dan Anak Wungsu. Yang nantinya
Airlangga akan menjadi raja terbesar di Medang Kemulan, Jawa
Timur. Menurut prasasti yang terdapat di pura Batu Madeg, Raja
Udayan menjlain hubungan erat dengan Dinasti Isyana di Jawa
Timur. Hubungan ini dilakukan karena permaisuri Udayana
bernama Gunapriya Dharmapatni merupakan keturunan Mpu
Sindok. Raja Udayana digantikan oleh putranya
Marakatapangkaja.
Rakyat Buleleng menganggap Marakatapangkaja
sebagai sumber kebenaran hukum karena selalu melindungi
rakyatnya. Marakatapangkaja membangun beberapa tempat
peribadatan untuk rakyat. Salah satu peninggalan
Marakatapangkaja adalah kompleks candi di Gunung Kawi
(Tampaksiring). Pemerintahan Marakatapangkaja digantikan oleh
adiknya yaitu Anak Wungsu. Anak Wungsu merupakan Raja
terbesar dari Dinasti Warmadewa. Ia berhasil menjaga kestabilan
kerajaan dengan menanggulangi berbagai gangguan dari dalam
maupun luar kerajaan.

Dalam menjalankan pemerintahan, Raja Buleleng


dibantu oleh badan penasehat pusat yang disebut pakirankiran I
jro makabehan. Badan ini berkewajiban memberikan tafsirandan
nasihat kepada raja atas berbagai permasalahan yang muncul.
b.

Kehidupan Ekonomi
Kegiatan ekonomi masyarakat Buleleng bertumpu
pada sektor pertanian. Keterangan kehidupan masyarakat
Buleleng dapat dipelajari dari prasasti Bulian. Dalam prasasti
Bulian terdapat bebrapa istilah yang berhubungan dengan sistem
bercocok tanam seperti sawah, parlak (sawah kering), (gaga)
ladang, kebwan (kebun), dan lain sebagainya.
Perdagangan antarpulau di Buleleng juga sudah cukup
maju. Kemajuan ini ditandai dengan banyaknya saudagar yang
bersandar dan melakukan kegiatan perdagangan dengan
penduduk Buleleng. Komoditas yang terkenal di Buleleng adlah
kuda. Dalam prasasti Lutungan disebutkan bahwa Raja Anak
Wungsu melakukan transaksi perdagangan 30 ekor kuda dengan
saudagar dari Pulau Lombok. Keterangan tersebut membuktikan
bahwa perdagangan pada saat itu sudah maju sebab kuda
merupakan binatang yang besar sehingga memerlukan kapal
yang besar pula untuk mengangkutnya.

c.

Kehidupan Agama
Agama Hindu Syiwa mendominasu kehidupan
masyarakat Buleleng. Tetapi tradisi megalitik masih mengakar
kuat dalam masyarakat Buleleng. Kondisi ini dibuktukan dengan
ditemukannya beberapa bangunan pemujaan seperti punden
berundak di sekitar pura-pura di Hindu. Pada masa pemerintahan
Janasadhu Warmadewa agama Budha mulai berkembang.
Perkembangan ini ditandai dengan penemuan unsure-unsur

Budha seperti arca Budha di Gua Gajah dan stupa di pura


Pegulingan.
Agama Hindu dan Budha mulai mendapat peranan
penting pada masa Raja Udayana. Pada masa ini pendeta Syiwa
dan brahmana Budha diangkat sebagai salah satu penasehat
raja. Masyarakat Buleleng menganut agama Hindu Waesnawa.
d.

Kehidupan Sosial Budaya


Dalam kehidupan sosial, masyarakat Bali, tidak
terlepas dari agama yang dianutnya yaitu agama hindu
(mempunyai pengaruh yang paling besar) dari Budha sehingga
keadaan sosialnya sebagai berikut
1. Terdapat pembagian golongan/kasta dalam masyarakat yaitu
Brahmana, Ksatria dan Waisya
2. Masing-masing golongan mempunyai tugas dan kewajiban
yang tidak sama disbanding keagamaan
3. Pada masa Anak Wungsu dikenal adanya beberapa golongan
pekerja khusus yaitu pande besi, pande emas, dan pande
tembaga dengan tugas membuat alat-alat pertanian, alat-alat
rumah tangga, senjata, perhiasan dan lain-lain.
Dari ketiga hal diatas dapa kiata ambil kesimpulan sebagi berikut
1. Kehidupan sosial masyarakat Bali sudah teratur dan rapi
2. Sudah ada system pembagian kerja
Hasil budaya kerajaan Bali antara lain berupa
1. Prasasti
2. Cap Materai kecil dari tanah liat yang disimpan dalam stupa
kecil
3. Arca misalnya arca durga
4. Dua kitab undang-undang yang dipakai pada masa
pemerintahan Jayasakti yaitu Uttara Widdhi Balawan dan
Rajawacana/Rajaniti

5. Pada zaman Jayasakti agam Budha dan Syiwa berlambang


dengan baik bahkan raja sendiri disebut sebagai penjelmaan
dewa Wisnu (airan Waisnawa)
6. Prasasti di Bali paling banyak menggunakan bahasa Jawa kuno
sehingga hubungan dengan Jawa diperkirakan terjalin dengan
baik.

12. Wangsa Warmadewa


Wangsa (dinasti) Warmadewa adalah keluarga bangsawan yang
pernah berkuasa di Pulau Bali.

Pendiri dinasti ini adalah Sri Kesari Warmadewa, menurut riwayat


lisan turun-temurun, yang berkuasa sejak abad ke-10. Namanya
disebut-sebut dalam prasasti Blanjong di Sanur dan
menjadikannya sebagai raja Bali pertama yang disebut dalam
catatan tertulis. Menurut prasasti ini, Sri Kesari adalah
penganut Buddha Mahayana yang ditugaskan dari Jawa untuk
memerintah Bali. Dinasti inilah yang memiliki hubungan dekat
dengan penguasaKerajaan Medang periode Jawa Timur pada
abad ke-10 hingga ke-11.Raja-raja anggota wangsa
WarmadewaBerikut adalah raja-raja yang dianggap termasuk
dalam wangsa Warmadewa:

Sri Kesari Warmadewa ( 914 M)

Sang Ratu Ugrasena (915 M- 942 M)

Sri Tabanendra Warmadewa (943 M - 961 M)

Candra-bhaya-singha-Warmadewa ( 962 M - 975 M)

Janasadu Warmadewa ( 975 M -988 M)

Udayana Warmadewa (989 M - 910 M)

Dharmawangsa Warmadewa (memerintah Medang)

Airlangga (991-1049, penguasa Kerajaan Kahuripan)

Anak Wungsu (1049- ? )

Terdapat pula "cabang" dari wangsa Warmadewa yang dikenal


sebagai wangsa Jaya, dengan dua penguasa:

Jayasakti (memerintah 1146-1151)

Jayapangus (memerintah 1178-81)

Gusti Anglurah Panji Sakti


Wangsa Panji Sakti (1849-1950)

13. Kerajaan Tulang Bawang


1. Sejarah
Kerajaan Tulang Bawang merupakan salah satu kerajaan Hindu
tertua di Nusantara. Tidak banyak catatan sejarah yang
mengungkap fakta tentang kerajaan ini. Sebab, ketika Che-Li-Po
Chie (Kerajaan Sriwijaya) berkembang, nama dan kebesaran
Kerajaan Tulang Bawang justru pudar. Menurut catatan Tiongkok
kuno, sekitar pertengahan abad ke-4 pernah ada seorang Bhiksu
dan peziarah bernama Fa-Hien (337-422), ketika melakukan
pelayaran ke India dan Srilangka, terdampar dan pernah singgah
di sebuah kerajaan bernama To-Lang Po-Hwang (Tulang
Bawang), tepatnya di pedalaman Chrqse (Sumatera).
Sumber lain menyebutkan bahwa ada seorang pujangga
Tiongkok bernama I-Tsing yang pernah singgah di Swarna Dwipa
(Sumatera). Tempat yang disinggahinya ternyata merupakan
bagian dari Kerajaan Sriwijaya. Ketika itu, ia sempat melihat
daerah bernama Selapon. Ia kemudian memberi nama daerah itu
dengan istilah Tola Pohwang. Sebutan Tola Pohwang diambil
dari ejaan Sela-pun. Untuk mengejanya, kata ini di lidah sang
pujangga menjadi berbunyi so-la-po-un. Orang China umumnya
berasal dari daerah Ke. I-Tsing, yang merupakan pendatang dari
China Tartar dan lidahnya tidak bisa menyebutkan So, maka
ejaan yang familiar baginya adalah To. Sehingga, kata solapun
atau selapon disebutkan dengan sebutan Tola Pohwang. Lama

kelamaan, sebutan itu menjadi Tolang Powang atau kemudian


menjadi Tulang Bawang.
Kerajaan Sriwijaya merupakan federasi atau gabungan antara
Kerajaan Melayu dan Kerajaan Tulang Bawang (Lampung). Pada
masa kekuasaan Sriwijaya, pengaruh ajaran agama Hindu sangat
kuat. Orang Melayu yang tidak dapat menerima ajaran tersebut,
sehingga mereka kemudian menyingkir ke Skala Brak. Namun,
ada sebagian orang Melayu yang menetap di Megalo dengan
menjaga dan mempraktekkan budayanya sendiri yang masih
eksis. Pada abad ke-7, nama Tola Pohwang diberi nama lain,
yaitu Selampung, yang kemudian dikenal dengan nama
Lampung.
Hingga kini, belum ada orang atau pihak yang dapat memastikan
di mana pusat Kerajaan Tulang Bawang berada. Seorang ahli
sejarah, Dr. J. W. Naarding memperkirakan pusat kerajaan ini
terletak di Way Tulang Bawang, yaitu antara Menggala dan Pagar
Dewa, yang jaraknya sekitar radius 20 km dari pusat Kota
Menggala. Jika ditilik secara geografis masa kini, kerajaan ini
terletak di Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung,
Indonesia.
Sekitar abad ke-15, Kota Manggala dan alur Sungai Tulang
Bawang dikenal sebagai pusat perdagangan yang berkembang
pesat, terutama dengan komoditi pertanian lada hitam. Konon,
harga lada hitam yang ditawarkan kepada serikat dagang
kolonial Belanda atau VOC (Oostindische Compagnie) lebih
murah dibandingkan dengan harga yang ditawarkan kepada
pedagang-pedagang Banten. Oleh karenanya, komoditi ini amat
terkenal di Eropa. Seiring dengan perkembangan zaman, Sungai
Tulang Bawang menjadi dermaga Boom atau tempat
bersandarnya kapal-kapal dagang dari berbagai penjuru
Nusantara. Namun, cerita tentang kemajuan komoditi yang satu
ini hanya tinggal rekaman sejarah saja.
Kerajaan Tulang Bawang tidak terwariskan menjadi sistem
pemerintahan yang masih berkembang hingga kini. Nama
kerajaan ini kemudian menjadi nama Kabupaten Tulang Bawang,
namun sistem dan struktur pemerintahannya disesuaikan
dengan perkembangan politik modern.
2. Silsilah
(dalam proses pengumpulan data)

3. Periode Pemerintahan
Oleh karena tidak banyaknya catatan sejarah yang mengungkap
fakta lebih dalam lagi seputar Kerajaan Tulang Bawang, maka
data tentang periode pemerintahannya pun masih dalam proses
pengumpulan.
4. Wilayah Kekuasaan
Kekuasaan Kerajaan Tulang Bawang mencakup wilayah yang kini
lebih dikenal dengan Provinsi Lampung.
5. Struktur Pemerintahan
Struktur pemerintahan Kerajaan Tulang Bawang belum didapat
datanya. Berikut ini akan dibahas tentang bagaimana sistem
pemerintahan daerah Tulang Bawang pada masa prakemerdekaan, yaitu ketika daerah ini menjadi bagian dari
pemerintahan Hindia Belanda. Pada tanggal 22 November 1808,
pemerintahan Kesiden Lampung ditetapkan oleh Pemerintah
Hindia Belanda berada di bawah pengawasan langsung Gubernur
Jenderal Herman Wiliam. Hal ini berakibat pada penataan ulang
pemerintahan adat yang kemudian dijadikan alat untuk menarik
simpati masyarakat. Pemerintah Hindia Belanda di bawah
kekuasaan Gubernur Jenderal Herman Wiliam kemudian
membentuk Pemerintahan Marga yang dipimpin oleh Kepala
Marga (Kebuayan). Wilayah Tulang Bawang dibagi ke dalam tiga
kebuayan, yaitu Buay Bulan, Buay Tegamoan, dan Buay Umpu.
Pada tahun 1914, dibentuk kebuayan baru, yaitu Buay Aji.
Namun, sistem ini tidak berjalan lama karena pada tahun 1864
mulai dibentuk sistem Pemerintahan Pesirah berdasarkan
Keputusan Kesiden Lampung No. 362/12 tanggal 31 Mei 1864.
Sejak saat itu, pembangunan berbagai fasilitas yang
menguntungkan kepentingan Hindia Belanda mulai dibangun,
termasuk di Tulang Bawang. Ketika Kesiden Lampung dijajah oleh
Jepang, tidak banyak hal yang berubah. Setelah Indonesia
merdeka, Lampung ditetapkan sebagai keresidenan dalam
wilayah Provinsi Sumatera Selatan. Setelah Indonesia merdeka,
banyak terjadi perubahan sistem pemerintahan Lampung.
Bahkan, sejak pemekaran wilayah provinsi marak terjadi di era
otonomi daerah, Lampung ditetapkan sebagai wilayah provinsi
yang terpisah dari Provinsi Sumatera Selatan. Sejak saat itu,
status Menggala ditetapkan sebagai Kecamatan Menggala di
bawah naungan Provinsi Lampung Utara.

Sejarah Kabupaten Tulang Bawang tidak berdiri begitu saja,


melainkan melalui proses pertemuan penting antara sesepuh dan
tokoh masyarakat bersama dengan pemerintah yang diadakan
sejak
tahun
1972.
Pertemuan
tersebut
merencanakan
pembentukan
Provinsi
Lampung
menjadi
sepuluh
kabupaten/kota. Pada tahun 1981, Pemerintah Provinsi Lampung
kemudian membentuk delapan Lembaga Pembantu Bupati, yang
salah satunya adalah Bupati Lampung Utara Wilayah Menggala.
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No.821.26/502
tanggal 8 Juni 1981, dibentuk wilayah kerja Pembantu Bupati
Lampung Selatan, Lampung Tengah, dan Lampung Utara Wilayah
Provinsi Lampung.
Melalui proses yang begitu panjang, akhirnya keberadaan
Kabupaten Tulang Bawang diputuskan melalui Keputusan Menteri
Dalam Negeri pada tanggal 20 Maret 1997. Sebagai tindak
lanjutnya, keputusan tersebut dikembangkan dalam UU No. 2
Tahun 1997 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Tulang
Bawang dan Kabupaten Tingkat II Tagamus.
6. Kehidupan Sosial-Budaya
Ketika ditemukan oleh I-Tsing pada abad ke-4, kehidupan
masyarakat Tulang Bawang masih tradisional. Meski demikian,
mereka sudah pandai membuat kerajinan tangan dari logam besi
dan membuat gula aren. Dalam perkembangan selanjutnya,
kehidupan masyarakat Tulang Bawang juga masih ditandai
dengan kegiatan ekonomi yang terus bergeliat. Pada abad ke-15,
daerah Tulang Bawang dikenal sebagai salah satu pusat
perdagangan di Nusantara. Pada saat itu, komoditi lada hitam
merupakan produk pertanian yang sangat diunggulkan. Deskripsi
tentang kehidupan sosial-budaya masyarakat Tulang Bawang
lainnya masih dalam proses

14. Kerajaan Kota Kapur

Pulau Bangka, yaitu pada tahun 1994, dapat diperoleh suatu


petunjuk mengenai kemungkinan adanya sebuah pusat
kekuasaan di daerah tersebut bahkan sejak masa sebelum
kemunculan Kerajaan Sriwijaya.
Pusat kekuasaan tersebut meninggalkan banyak temuan
arkeologi berupa sisa-sisa dari sebuah bangunan candi Hindu
(Waisnawa) yang terbuat dari batu lengkap dengan arca-arca
batu, di antaranya yaitu dua buah arca Wisnu dengan gaya mirip
dengan arca-arca Wisnu yang ditemukan di daerah Lembah
Mekhing, Semenanjung Malaka, dan Cibuaya, Jawa Barat, yang
berasal dari masa sekitar abad ke-5 dan ke-7 masehi.
Sebelumnya, di situs Kota Kapur selain telah ditemukan sebuah
inskripsi batu dari Kerajaan Sriwijaya yang berangka tahun 608
Saka (=686 Masehi), telah ditemukan pula peninggalan peninggalan lain yaitu di antaranya sebuah arca Wisnu dan
sebuah arca Durga Mahisasuramardhini. Dari peninggalanpeninggalan arkeologi tersebut nampaknya kekuasaan di Pulau
Bangka pada waktu itu bercorak Hindu-Waisnawa, seperti halnya
di Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat.
Temuan lain yang penting dari situs Kota Kapur ini adalah
peninggalan berupa benteng pertahanan yang kokoh berbentuk
dua buah tanggul sejajar terbuat dari timbunan tanah,
masingmasing panjangnya sekitar 350 meter dan 1200 meter
dengan ketinggian sekitar 23 meter. Penanggalan dari tanggul
benteng ini menunjukkan masa antara tahun 530 M sampai 870
M. Benteng pertahanan tersebut yang telah dibangun sekitar
pertengahan abad ke-6 tersebut agaknya telah berperan pula

dalam menghadapi ekspansi Sriwijaya ke Pulau Bangka


menjelang akhir abad ke-7.
Penguasaan Pulau Bangka oleh Sriwijaya ini ditandai dengan
dipancangkannya inskripsi Sriwijaya di Kota Kapur yang berangka
tahun 608 Saka (=686 Masehi), yang isinya mengidentifikasikan
dikuasainya wilayah ini oleh Sriwijaya. Penguasaan Pulau Bangsa
oleh Sriwijaya ini agaknya berkaitan dengan peranan Selat
Bangsa sebagai pintu gerbang selatan dari jalur pelayaran niaga
di Asia Tenggara pada waktu itu. Sejak dikuasainya Pulau Bangka
oleh Sriwijaya pada tahun 686 maka berakhirlah kekuasaan awal
yang ada di Pulau Bangka.

Вам также может понравиться