Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Terapi trombolitik untuk infark miokard akut (AMI) dengan elevasi segmen ST
(STEMI) secara rutin termasuk aspirin dan yang terbaru adalah clopidogrel. Peran
agen antitrombin dalam pengaturan ini masih belum jelas. Dengan agen trombolitik
non-fibrin spesifik (NFS), pemberian heparin tak terpecah (UFH) tidak memberikan
manfaat klinis tetapi meningkatkan risiko komplikasi perdarahan. Meskipun
pedoman
kontemporer
merekomendasikan
pemberian
UFH
dengan
terapi
trombolitik fibrin tertentu, tidak ada data bahwa terapi tersebut mengurangi
mortalitas atau morbiditas, dan bahwa manfaatnya lebih besar daripada peningkatan
risiko perdarahan. Sebuah uji coba baru-baru ini pada pasien yang diobati dengan
agen fibrinolitik tertentu menunjukkan bahwa enoxaparin mengurangi risiko reinfark
dibandingkan dengan UFH, tanpa penurunan yang signifikan terhadap kejadian
kematian, tetapi dengan peningkatan risiko pendarahan besar, termasuk perdarahan
intrakranial dan perdarahan. fatal lainnya. Percobaan besar reviparin dibandingkan
dengan plasebo menunjukkan penurunan angka kematian, dan reinfark, tetapi dengan
peningkatan perdarahan intrakranial dan perdarahan lainnya. Namun, reviparin tidak
tersedia di banyak negara. Untuk pasien yang tangani dengan terapi trombolitik, di
kebanyakan negara, tidak ada antikoagulan yang tersedia yang telah menunjukkan
penurunan angka kematian, dengan profil keamanan yang dapat diterima. Oleh
karena itu, ada kebutuhan untuk agen antitrombotik yang mengurangi kematian dan
Infark Miokard berulang tanpa meningkatkan risiko perdarahan atau stroke (Ron,
2008).
Penelitian
diterapi baik dengan intervensi koroner perkutan (PCI), trombolisis, atau tanpa terapi
reperfusi (Ron, 2008).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hemostasis
Hemostasis merupakan proses penghentian perdarahan secara spontan pada
pembuluh darah yang cedera. Dalam proses tersebutberperan faktor pembuluh
darah, trombosit dan faktor pembekuan darah. Dalam proses ini pembuluh darah
akan mengalami vasokontrikis, trombosit akan beragregasi membentuk sumbat
trombosit oleh fibrin yang dibentuk melalui proses pembekuan darah akan
memperkuat sumbat trombosit yang telah terbentuk sebelumnya (Gunawan,
2011).
Darah membeku karena fibrinogen yang larut berubah menjadi fibrin yang
tidak larut. Pada proses pembekuan darah beberapa protein dalam sirkulasi
berinteraksi dalam rangkaian reaksi proteolitik yang berurutan. Pada tiap
langkah, satu faktor pembekuan zimogen mengalami proteolisis terbatas dan
menjadi suatu protease yang aktif. Protease ini mengakibatkan faktor
pembekuan berikutnya sampai akhirnya suatu bekuan fibrin yang padat
terbentuk. Hingga kini dikenal dengan 15 faktor pembekuan darah (Gunawan,
2011).
Faktor-faktor untuk pembekuan darah.
I
II
III
IV
V
VI
Fibrinogen
Protrombin
Tromboplastin jaringan
Ca++
Faktor labil, Proakselerin, Ac-globulin
Faktor stabil, Prokonvertin, Akselerator konversi protrombin
VIII
IX
serum (SPCA)
Globulin antihemofilik (AHG), faktor A antihemofilik.
Faktor Christmas, komponen tromboplastin plasma (PTC), faktor
X
XII
XIII
HMW-K
Pre-K
B antihemofilik.
Faktor Stuart-Prower
Faktor Hageman
Faktor penstabil fibrin
Faktor Fitzgerald, Kininogen dengan berat molekul tinggi
vWf
Aktifitas
biologiknya
tergantung
pada
antikoagulan
endogen
stabil dengan faktor tersebut. Bila tidak ada heparin, reaksi ini akan berjalan
lambat; sebaliknya bila terdapat heparin maka kecepatannya meningkat sampai
1000 kali lipat .hanya sekitar sepertiga dari molekul dalam preparat heparin
komersial yang memeiliki efek percepatan tersebut karena molekul sisannya
kekurangan rangkaian pentasakarida yang unik yang diperlukan untuk
pengikatan berafinitas tinggi dengan antitrombin. Molekul heparin yang aktif
terikat erat pada antitrombin dan menyebabkan perubahan struktur penghambat
ini. Perubahan struktur antitrombin memajankan bagian aktifnya untuk
berinteraksi lebih cepat dengan protease (faktor pembekuan yang teraktifasi).
Fungsi heparin adalah sebagai kofaktor bagi reaksi antitrombin reaksi
antitrombin-protease, heparin dilepaskan secara utuh untuk kembali mengikat
lebih banyak antitrombin (Katzung, 2010).
Daerah ikatan antitrombin pada heparin tidak terfraksi yang komersial
mengandung unit disakarida bersulfat berulang yang terbentuk dari asam Dglukosamin-L-iduronat dan asam D-glukoronat. Fraksi heparin dengan berat
molekul tinggi (HMW) yang mempunyai afinitas kuat terhadap antitrombin
secara jelas menghambat koagulasi darah dengan cara ketiga faktor tersebut,
terutama trombin dan faktor Xa. Heparin tidak terfraksi (UFH) mempunyai
kisaran berat molekullar antara 5000-30000. Sebaliknya, fraksi heparin dengan
berat molekuler rendah (LMW) menghambat faktor X yang teraktivasi tetapi
mempunyai efek yang lebih lemah terhadap trombin daripada spesia HMW,
meskipun demikian, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa heparin LMW
seperti enoksaparin, dalteparin, dan tinzaparin efektif pada beberapa kondisi
tromboembolitik. Bahkan heparin LMW ini dibandingkan dengan UFHmemiliki efektifitas yang sama, meningkatkan bioavailabilitas dari lokasi injeksi
subkutan , dan lebih memeperlambat perdarahan,peningkatan ketersediaan
hayati dari tempat suntikan subkutan, dan dosisnya lebih jarang (sekali atau dua
kali sehari sudah cukup) (Katzung, 2010).
Perbandingan beberapa sediaan Heparin Berat Molekul Rendah
Sediaan
Metode sediaan
Rata-rata
Ardeparin (Normiflo)
Depolimerisasi peroxidatif
Berat molekul
6000
Dalteparin (Fragmin)
6000
Enoxaparin (Lovenox)
4200
Nadroparin (Fraxiparine)
4500
Reviparin (Clivarine)
Depolimerisasi
4000
asam
nitrat,
pemurnian kromatofrafi
Tinzaparin (Innohep)
Digesti Heparin
4500
BAB III
SODIUM FONDAPARINUX (ARIXTRA)
A. Arixtra
(FDA, 2010).
B. Farmakodinamik
a. Mekanisme aksi
Aktivitas anti trombotik sodium fondaparinuks merupakan hasil dari inhibisi
selektif faktor Xa yang dimediasi oleh Antitrombin III (ATIII). Adanya
pengikatan selektif terhadap Antitrombin III, sodium fondaparinuks
meningkatkan (sekitar 300 kali) netralisasi faktor Xa melalui Antitrombin
III. Netralisasi faktor Xa memutus cascade koagulasi darah yang diikuti
oleh inhibisi pembentukan trombin dan trombus. Sodium fondaparinuks
tidak meng-inaktifkan trombin (Aktifator faktor II) dan tidak diketahui
efeknya terhadap platelet. Pada dosis yang direkomendasikan, sodium
fondaparinuks tidak berefek pada aktifitas fibrinolitik ataupun lama waktu
perdarahan (FDA, 2010).
b. Aktivitas anti-Xa
Farmakodinamik / farmakokinetik sodium fondaparinuks diperoleh dari
konsentrasi plasma fondaparinuks yang diukur melalui aktifitas anti-faktor
Xa. Hanya fondaparinuks yang dapat digunkaan untuk kalibrasi anti-Xa
Assay. Sebagai hasilnya, aktifitas sodium fondaparinuks dinyatakan dalam
miligram (mg) pada kalibrator fondaparinuks. Aktifitas anti-Xa obat
meningkat dengan adanya peningkatan konsentrasi obat, mencapai nilai
maksimum pada sekitar 3 jam setelah pemberian (FDA, 2010).
C. Farmakokinetik
a. Absorbsi
Pemberian sodium fondaparinuks melalui subkutan secara cepat dan lengkap
diabsorbsi (bioavailabilitas
tunggal fondaparinuks 2,5 mg , Cmax 0,34 mg/L dicapai dalam waktu 2 jam.
Pada pasien yang sedang menjalani terapi injeksi sodium fondaparinuks 2,5
mg sekali sehari, puncak konsentrasi plasma dicapai rata-rata 0,39-0,50
mg/L setelah
unchanged drug pada 72 jam. Waktu paruh eliminasi berkisar 17-21 jam
(FDA, 2010).
e. Sodium Fondaparinuks Pada kondisi Khusus
- Gagal Ginjal
Eliminasi fondaparinuks memanjang pada orang dengan gagal ginjal hal
ini dikarenakan rute utama eliminasi, melalui ginjal dalam bentuk
unchanged drug. Pada pasien yang sedang dalam terapi profilaksis pada
operasi
panggul,
atau
operasi
fraktur
panggul,
total
bersihan
D. Dosis
a. Terapi trombolitik pada infark miokard akut
Fondaparinux 2,5 mg subkutan harian harus diberikan jika intervensi
angiografi tidak direncanakan dalam waktu 24 jam. Harus diberikan sekali
sehari selama setidaknya 48 jam setelah masuk hingga maksimal 8 hari atau
sampai keluar dari rumah sakit (SLCN, 2013).
b. Deep vein thrombosis / emboli pulmo akut
Pengobatan
operasi
abdominal;
untuk
operasi
panggul,
dianjurkan
penggunaan selama 11 hari dan minimal 10-14 hari untuk pasien yang
menjalani artroplasti total pinggul atau lutut, atau operasi patah tulang
pinggul; diberikan hingga 35 hari dalam beberapa kasus (Medscape,
2013).
c. Heparin Pencetus Thrombocytopenia
Profilaksis trombosis vena (DVT) pada pasien dengan riwayat heparinpencetus trombositopenia (HIT) diberikan sampai pasien dapat beralih ke
warfarin. 2,5 mg SC sekali sehari. American College of Chest Physicians
(ACCP) menetapkan rendahnya bukti untuk pengobatan HIT dengan
fondaparinux dan menyimpulkan bahwa dibutuhkan studi lebih lanjut untuk
mengevaluasi perannya dalam pengobatan HIT (Medscape, 2013).
E. Indikasi
ARIXTRA Injeksi diindikasikan untuk profilaksis trombosis vena dalam, yang
dapat menyebabkan emboli paru:
Pada pasien yang menjalani operasi patah tulang pinggul
Pada pasien yang menjalani operasi penggantian pinggul;
Pada pasien yang menjalani operasi penggantian lutut;
Pada pasien yang menjalani operasi perut yang berada pada risiko
komplikasi tromboemboli (FDA, 2010)
ARIXTRA Injeksi diindikasikan untuk:
Pengobatan trombosis vena dalam akut bila diberikan bersama dengan
F. Kontraindikasi
Injeksi ARIXTRA di kontraindikasi pada pasien dengan gangguan ginjal
berat (bersihan kreatinin <30 mL / menit). ARIXTRA diekskresi terutama oleh
ginjal, dan pasien tersebut berada pada peningkatan risiko untuk episode
pendarahan besar (lihat PERINGATAN: Penurunan ginjal).
> 10 %
Anemia (1-20 %)
Demam (4 14 %)
1 10 %
Kemerahan ( 7.5%)
Pusing ( 4%)
Hipotensi (4%)
Insomnia (4-5%)
Purpura (4%)
Trombositopenia (3%)
Retensi urin (3%)
Infeksi saluran kemih
(2-4%)
Mual (1-6%)
(Medscape, 2013)
10
H. Sediaan dipasaran
Merk
Arixtra
Sediaan
10mg/0.8 mLsyringe
Arixtra
2,5 mg/0,5 mL
Gambar
Syringe
Arixtra
Arixtra
7,5 mg/0,6 mL
Syringe
11
Arixtra
10 mg/0,8 mg mL
Syringe
Arixtra
2,5 mg/0,5 mL
Syringe
Arixtra
5 mg/0,4 mL Syringe
Arixtra
7,5 mg/0,6 mL
Syringe
Fondaparinux
10 mg/0,8 mL Syringe
12
Fondaparinux
2,5 mg/0,5 mL
Syringe
Fondaparinux
7,5 mg/0,6 mL
Syringe
Fondaparinux
10 mg/0,8 mL Syringe
Fondaparinux
2,5 mg/0,5 mL
Syringe
13
Fondaparinux
5 mg/0,4 mL Syringe
Fondaparinux
7,5 mg/0,6 mL
Syringe
(Medscape, 2013)
BAB III
PENUTUP
14
A. Kesimpulan
1. Arixtra mengandng sodium fondaparinux yang merupakan inhibitor sintetik
dan spesifik terhadap aktivasi faktor Xa.
2. Aktivitas anti trombotik sodium fondaparinuks merupakan hasil dari inhibisi
selektif faktor Xa yang dimediasi oleh Antitrombin III (ATIII).
3. Rata rata puncak konsentrasi plasma sodium fondaparinuks sekitar 1.20-1,26
mg/L dan minimum puncak konsentrasi sekitar 0,46-0,62 mg/L.
4. Rute pemberian sodium fondaparinuks melalui intravena ataupun subkutan.
5. Sodium fondaparinuks dieliminasi melalui urin sebagian besar sebagai obat
tak termetabolisme.
6. ARIXTRA di kontraindikasi pada pasien dengan gangguan ginjal berat
(bersihan kreatinin <30 mL / menit), pasien dengan berat badan <50 kg,
pasien dengan pendarahan aktif, endokarditis bakteri, pada pasien dengan
trombositopenia, atau pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap
Fondaparinux.
DAFTAR PUSTAKA
FDA, 2010. Di U.S.A Food And Drug Administration. ARIXTRA (fondaparinux
sodium)
Injection.
Di
akses
di
http://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2005/021345s010lbl.pdf
15
Gunawan. G, Sulistya. 2010. Farmakologi dan terapi FKUI. Edisi 5. Badan Penerbit
FKUI. Jakarta.
Katzung, B.G. 2010, Farmakologi Dasar dan Klinik, EGC, Jakarta.
Medscape, 2013. Di Medscape medical references. Fondaparinux (rx)- Arixtra. Di
akses dari http://reference.medscape.com/drug/arixtra-fondaparinux-342172#0
Ron J. G. Peters et all (2008). Di European Society of Cardiology. The role of
fondaparinux as an adjunct to thrombolytic therapy in acute myocardial
infarction: a subgroup analysis of the OASIS-6 trial. (29);324331. Diakses di
http://eurheartj.oxfordjournals.org/content/ehj/29/3/324.full.pdf
South
London
Cardiac
and
Strok
Network,
2013.
Diakses
dari
http://www.slcsn.nhs.uk/files/prescribing/fondaparinux-for-acs-012011.pdf
16