Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pemerintahan Jokowi-JK
Pembangunan Infrastruktur Demi Mengakomodasi Bonus Demografi:
Anugerah berupa Bom Waktu
Indra Himawan Adlan - 1206248281
12/15/2014
Statement of Authorship
Kami yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah
murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/kami gunakan
tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada
mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/kami
menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Mata Ajaran
: Perekonomian Indonesia
Judul Makalah/Tugas
: 15 Desember 2014
Dosen
: Tim Dosen
Nama
NPM
: 1206248281
Tandatangan :
Page | 1
www.bi.go.id
Inflasi Mulai Tertekan Pasca Kenaikan BBM. Jpnn.com 27 November 2014. (diakses 29 November
2014 Jam 17.15 WIB)
2
Page | 2
pemerintah harus melakukan kebijakan yang tepat untuk mengarahkan Indonesia pada
tujuan tersebut, dengan tidak menyia-nyiakan bonus demografi ini.
Diestimasikan, dalam buku tersebut jika pemerintah melakukan reformasi tegas akan
tercipta laju pertumbuhan ekonomi sebesar 10% dan 4 juta lapangan kerja per tahun.
Berarti, pada akhir periode pemerintahan akan tercipta 20 juta lapangan kerja baru dan
peningkatan pendapatan per kapita sebesar 36%.
Jika pemerintah hanya menjalankan kesehariannya seperti biasa, hanya akan
tercipta laju pertumbuhan sebesar 5% dan 1 juta lapangan kerja per tahun. Akibatnya,
sekitar 14 juta tenaga kerja harus menjadi TKI karena mereka gagal menemukan pekerjaan
yang layak dan produktif yang memberikan mereka kepastian akan pendapatan yang lebih
tinggi dan rutin.
Untuk itu, perlu adanya reformasi struktural yang komprehensif dan tegas dalam
membenahi segala aspek baik dari segi ekonomi, politik, keamanan dan pertahanan, sosial,
dan IPTEK. Salah satu unsur penting dalam meningkatkan kehidupan penduduk miskin di
banyak negara adalah perbaikan infrastruktur dasar seperti: jalan-jalan, air, limbah, dan
listrik (Bank Dunia, 1994). Prioritas utama harus dititik-beratkan pada pembangunan
infrastruktur dan bagaimana pelaksanaan sistem terkait dapat membantu efektivitas dan
efisiensi infrastruktur tersebut.
Sejauh ini, Presiden Jokowi berniat meningkatkan produktivitas sektoral dengan
mengalihfungsikan subsidi BBM untuk,
a. Subsidi pertanian: penyediaan benih dan pupuk yang murah
b. Subsidi kesehatan dan pendidikan melalui Kartu Indonesia Sehat dan Kartu
Indonesia Pintar
c. Subsidi perikanan: penyediaan mesin perahu dan mesin pendingin untuk
penyimpanan ikan
d. Kredit UMKM
e. Pembangunan infrastruktur
1) Pembangunan Tol Laut dan Pelabuhan Besar
2) Pembangunan Pembangkit Listrik 35.000 MW
3) Transportasi Massal di 6 kota besar
4) Pembangunan jalan tol
5) Ekspansi jalur kereta api
6) One Stop Service for Business Permit
Kebijakan Fiskal yang Dilaksanakan Pemerintahan Jokowi-JK
A. Pembangunan Tol Laut sebagai akomodasi penciptaan poros maritim
Dalam konferensi APEC & CEO Summit 2014 di China, ditegaskan kembali
oleh Presiden Joko Widodo bahwa Indonesia akan membangun 24 pelabuhan besar
dalam jangka waktu 5 tahun ke depan. Infrastruktur ini diperlukan untuk
mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan masyarakat di bagian barat dan timur
Indonesia dalam berbagai macam hal seperti pangan, sandang, dan barang modal.
Dijelaskan dalam pidato tersebut bahwa harga satu sak semen di Papua bisa
berpuluh-puluh kali lipat harganya daripada harga barang yang sama di pulau Jawa.
Ketersediaan barang di Indonesia timur yang rendah menyebabkan harga
Page | 3
melambung tinggi, dengan adanya jalur laut yang terhubung antar pulau dengan
intensitas pelayaran yang cukup, diharapkan harga-harga komoditas dan barang
modal yang dibutuhkan dapat turun dan merata di seluruh wilayah sesuai dengan
hukum permintaan dan penawaran.
Menurut indeks logistik olahan Gustav F. Papanek, Indonesia pada tahun 2012
berada pada peringkat 59 naik peringkat ke peringkat 53 pada tahun berikutnya. [3]
Lebih lanjut, dinyatakan bahwa meskipun terdapat perubahan peringkat, tetap saja
timbul ketidak-merataan pembangunan ekonomi di seluruh wilayah Indonesia karena
peringkat tersebut terdorong oleh pertumbuhan signifikan masyarakat kelas
menengah ke atas terutama di daerah pulau Jawa. Terbukti dengan melebarnya
jurang kesenjangan di antara masyarakat Indonesia yang tercermin dalam koefisien
Gini yang menembus angka 0,41 dalam Grafik 1 dibawah ini.
Grafik 1 Koefisien Gini Indonesia dari Tahun 1964-2013
Urgensi dari tol laut ini menjadi sangat diprioritaskan berdasarkan fakta-fakta
tersebut, bahwa diperlukan suatu jaringan logistik yang memadai untuk membantu
pemerintah melaksanakan pemerataan pembangunan. Dengan kondisi geografis
yang didominasi lautan dan daratan berupa kepulauan, pemerintah berpendapat
bahwa transportasi maritim menjadi pilihan terbaik untuk menyelesaikan
permasalahan logistik. Terlebih posisi Indonesia yang juga strategis karena
menghubungkan benua Asia dan Australia, dan juga merupakan jalur perdagangan
Malaka-Cina Selatan.
B. Pembangunan infrastruktur manufaktur dan infrastruktur pendukung
Lebih lanjut mengenai pidato presiden Joko Widodo dalam APEC & CEO
Summit, Indonesia ingin berekspansi dalam hal industri manufaktur untuk
memanfaatkan banyaknya jumlah penduduk yang ada. Secara jelas, hal ini terbukti
tepat jika industri manufaktur yang dimaksud adalah industri yang padat karya. Jika
industri padat modal yang ingin digadang lebih besar, bisa dipastikan banyak sumber
daya manusia yang akan tidak terpakai dan akhirnya harus terbang ke luar negeri
untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai kualifikasi. Terlihat jelas dalam Grafik 2[4],
komposisi penduduk Indonesia mayoritas berlatar belakang pendidikan dasar
terutama untuk 40% penduduk termiskin berdasarkan kelompok konsumsi.
3
Papanek, 2014. Measuring the Success of Policy and Program Reforms in Statistical and Technical Appendix to
The Economic Choices Facing the Next President. Based on Logistic Index of World Bank (2014). This data is
not available monthly.
4
Papanek, 2014. Gini Coefficient Index 1964/65 to 2013 2013 in Statistical and Technical Appendix to The Economic
Choices Facing the Next President. Based on BPS data on Selected Consumption Indicators, Indonesia 1999, 2002-2013
Page | 4
Untuk membangun industri manufaktur ini ada banyak hal yang harus
dipertimbangkan dari segi pembangunan infrastruktur pendukung. Papanek dkk.
merumuskannya dalam 5 hal
i.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
Setidaknya untuk poin ii, iii, dan vi, secara eksplisit telah tergambar dalam pidato
Jokowi dalam pertemuan tersebut. Kabar terakhir melalui media nasional dinyatakan
bahwa perizinan usaha sudah akan tersentralisasi di Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM) efektif tertanggal 1 Januari 2015. Jika keseluruhan rekomendasi ini
dapat dilaksanakan dengan baik, bukan hal yang mustahil Indonesia dapat memenangi
perebutan pangsa pasar milik Cina dengan negara kompetitor seperti Bangladesh,
India, Vietnam, dan Filipina.
Kendala Utama Pembangunan Infrastruktur
Permasalahan utama dari pembangunan infrastruktur ini meliputi dua hal. Pertama
adalah persoalan pendanaan, pada bab 6 buku ECFNP, disebutkan bahwa selama ini
pengeluaran pemerintah terkait pembangunan infrastruktur hanya sebesar 1% dari total
PDB. Berdasarkan pengalaman negara-negara lain, dibutuhkan setidaknya 5% dari total
PDB untuk pembangunan infrastruktur. Lebih lanjut, Papanek dkk. merekomendasikan
belanja infrastruktur pemerintah sebesar 6,5% pada tahun 2019 demi mencapai
pertumbuhan dua digit. Ketidakmampuan pemerintah menyediakan dana sebesar itu
diterjemahkan oleh Jokowi-JK sebagai keharusan penghapusan sebagian besar subsidi
BBM dan invitasi terhadap investasi asing.
Membangun 24 pelabuhan besar di seluruh Indonesia ditambah target pembangunan
25 waduk untuk keperluan irigasi, belum termasuk ekspansi jaringan kereta api dan
Page | 5
Page | 6
Presentasi Prof. Suahasil Nazara. Perekonomian Indonesia: Perspektif Regional. Tanggal 3 Desember 2014.
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat
Page | 7
Persentase kenaikan belanja pegawai secara umum dari tahun 2001 ke 2011
meningkat tajam. Di daerah KTI, peningkatan belanja pegawai terhadap PDRB meningkat
lebih dari 2% dalam kurun waktu 10 tahun tersebut. Namun, belanja modal yang terjadi
memang juga meningkat tetapi tidak sebesar peningkatan belanja modal untuk tujuan yang
lebih produktif. Ada kecenderungan bahwa pemerintah-pemerintah di daerah mengeluh
mengenai kurangnya dana perimbangan dari pusat sehingga selama beberapa tahun
terakhir, dana perimbangan selalu meningkat dengan jumlah yang cukup signifikan.
Peningkatan transfer daerah dari tahun 2012 ke tahun 2015 sebesar Rp 176,6 Triliun.[6]
Pengalaman internasional dengan jelas memperlihatkan, jika suatu negara
mendesentralisasikan tanggung jawab pengeluaran yang lebih besar dengan sumbersumber yang tersedia, maka tingkat pelayanan akan menurun, atau daerah akan menekan
pusat. (Bird dan Vaillancourt, 1998). Dengan begitu, jika tidak ada pembenahan struktural
pada sistem pemerintahan daerah, akan terus terjadi pembengkakan transfer daerah. Ini
penting diperhatikan karena transfer daerah tersebut seharusnya digunakan lebih banyak
untuk pembangunan infrastruktur misal pembangunan akses jalan, pelabuhan, bandar
udara, pembangkit listrik, distribusi energi, institusi keuangan, dan fasilitas publik lainnya
yang dapat meningkatkan interkoneksi antar-daerah dan memungkinkan terjadinya
perdagangan di antara daerah tersebut untuk menggerakan perekonomian regional. Juga
pembangunan sekolah, infrastruktur kesehatan dasar, pusat perdagangan ritel, dan pusat
rekreasi untuk meningkatkan daya tarik daerah agar tercipta pertumbuhan yang
berkesinambungan.
Meskipun tidak semua daerah dapat membangun seluruh infrastruktur yang
diperlukan karena keterbatasan sumber daya, setidaknya kebijakan terkait pembangunan
infrastruktur yang sekiranya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memakmurkan
masyarakat perlu lebih diprioritaskan dan diawasi, menggunakan pendekatan demanddriven (bottom-up). Apa yang dibutuhkan rakyat sesuai dengan demografi dan keadaan
geografis lingkungan harus menjadi fokus utama dalam penentuan infrastruktur yang
diprioritaskan dibangun.
Page | 8