Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
A. Kajian Pustaka
1. Pendidikan Jasmani
a. Pengertian Pendidikan Jasmani
Dapat dikatakan bahwa pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan proses
pendidikan melalui aktivitas fisik. Berkaitan dengan hal ini Barrow (dalam:
freeman, 2001) yang dikutip oleh Abduljabar (2009, hlm. 6), yang menyatakan
bahwa :
Pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai pendidikan tentang dan melalui
gerak insani, ketika tujuan kependidikan dicapai melalui media aktivitas otototot, termasuk: olahraga (sport), permainan, senam, dan latihan (exercise).
Hasil yang ingin dicapai...individu yang terdidik secara fisik. Nilai ini menjadi
salah satu bagian nilai individu yang terdidik, dan bermakna hanya ketika
berhubungan dengan sisi kehidupan individu.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dipahami bahwa pendidikan
jasmani (Penjas) merupakan bagian dari proses pendidikan yang di dalamnya
terlibat aktivitas jasmani, termasuk di dalamnya olahraga. Namun dalam
menempatkan pendidikan jasmani, diyakini pula bahwa kontribusi pendidikan
jasmani hanya akan bermakna ketika pengalaman-pengalaman dalam pendidikan
jasmani berhubungan dengan proses kehidupan seseorang secara utuh. Manakala
pengalaman dalam pendidikan jasmani tidak memberikan kontribusi pada
pengalaman kependidikan lainnya, maka pasti terdapat kekeliruan dalam
pelaksanaan program pendidikan jasmaninya.
Pendidikan jasmani memusatkan diri pada semua bentuk kegiatan aktivitas
jasmani yang mengaktifkan otot-otot besar(gross motorik), memusatkan diri pada
gerak fisisk dalam permainan, olahraga, dan fungsi dasar tubuh manusia.
12
13
proses gerak yang merupakan ruang lingkup dari pendidikan jasmani dan untuk
itu dalam pelaksanaannya harus diikuti dengan beberapa variasi yang kaya akan
gerak dan mampu dilakukan oleh peserta didik sesuai dengan tingkat
perkembangan dan budaya lingkungannya.
Berdasarkan pada pengertian yang telah dikemukakan, maka dapat dikatakan
bahwa pada dasarnya pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses
pendidikan secara keseluruhan dengan ruang lingkup aktivitas jasmani untuk
tujuan pengembangan tingkat aspek kognitif, afektif, dan psikomotor guna
mencapai tujuan pendidikan yang seutuhnya.
Dapat dikatakan pula bahwa pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan
yang melibatkan aktivitas fisik untuk pengembangan kemampuan gerak, mental,
sosial, serta emosional dalam memenuhi tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
b. Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Jasmani
Dalam pembahasan sebelumnya telah dikatakan bahwa pendidikan jasmani
merupakan bagian dari kajian pada proses belajar mengajar, dan dalam hal ini
kegiatan pendidikan jasmani sudah ditetapkan oleh pemerintah sebagai mata
pelajaran pokok untuk tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama
(SMP), serta Sekolah Menengah Atas (SMA).
Dalam perkembangannya pendidikan jasmani memiliki fungsi pengajaran, hal
ini dikemukakan oleh Damiri (1994, hlm. 3), sebagai berikut:
Mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan berfungsi: (1)
mengembangkan kemampuan fisik, yaitu yang meliputi koordinasi syaraf dan
otot, kekuatan, daya tahan umum dan daya tahan lokal, kelentukan, kelincahan,
ketepatan, kecepatan, serta daya reaksi, (2) mengembangkan pengetahuan,
pengertian, sikap dan kesadaran tentang pentingnya melakukan kegiatan
jasmani atau olahraga secara teratur untuk kesegaran jasmani, keterampilan
gerak, dan kesehatan (3) mengembangkan sikap percaya diri, disiplin,
bergotong royong, atau bekerja sama dalam kebaikan, sportif, bersemangat
berani dan kesatria, (4) mengembangkan pengetahuan, pengertian, sikap, dan
kesadaran, tentang pentingnya pembinaan kesehatan pribadi dan lingkungan,
serta dapat melaksanakan cara-cara hidup yang sehat.
14
15
mengajar
pada
dasarnya
dapat
mengoptimalkan
hasil
mampu
memaksimalkan
tujuan
pembelajaran
seperti
yang
16
dikemukakan
oleh Suherman
(1993,
hlm.
220)
(tersedia
dalam
17
mengembangkan
potensi
anak.
Bermain
merupakan
cara
untuk
18
19
20
untuk menjadi pemenang dalam suatu permainan dan tidak ada pilihan lain, maka
anak akan dibiasakan menggunakan segala cara untuk menjadi yang terunggul.
Prilaku seperti itu biasanya akan terbawa oleh anak umtuk melanggar aturan,
norma, dan etika yang berlaku di masyarakat, sehingga kegiatan bermain harus
diciptakan sedemikian rupa dengan mengurangi dampak negatif yang mungkin
terjadi dan yang dapat memberikan pengaruh jelek terhadap perkembangan sosial
anak.
Menurut Supandi (1992, hlm. 45), pendekatan bermain banyak dilakukan
karena di masyarakat telah bisa melakukannya. Hal itu disebut sosialisasi yang
berlaku secara informal dalam bentuk permainan. Secara garis besar langkahlangkah yang dilakukan dalam menerapkan pendekatan bermain adalah sebagai
berikut:
1). Menetapkan sasaran yang akan dicapai
2). Menentukan jenis permainan sebagai aktivitas bermain siswa.
3). Menjelaskan cara-cara dan aturan bermain dan selalu menjauhkan siswa dari
bentuk aktivitas persaingan yang melahirkan pemenang dan kalah.
Misalnya guru memberikan tugas untuk melakukan permainan lompat tali.
Secara tegas cara dan aturannya diungkapkan dan pengelompokkan siswa dibuat
sesuai dengan tingkat kemampuaannya, sehingga tingkat kemampuannya dan
perasaan diri paling unggul pada siswa yang paling tinggi hasil lompatannya.
Pendekatan bermain memiliki keuntungan dan kelemahan Supandi (1992, hlm.
45-46). Keuntungan pendekatan bermain adalah sesuai dengan sifat dan kodrat
manusia yang suka bermain, sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih
menarik. Termasuk juga sebagai salah satu proses pelestarian kebudayaan
terutama pada bentuk-bentuk permainan tradisional masyarakat setempat yang
dijadikan media pembelajaran pendidikan jasmani. Sedangkan kelemahannya
adalah sering terjadi sasaran belajar tugas geraknya yang tidak jelas. Sebab tugas
gerak yang diajarkan seringkali kurang jelas dan kurang tegas karena siswa
memiliki kebebasan yang luas dalam melakukan perannya disuatu permainan.
Dalam penelitian ini kategori bermain termasuk ke dalam tipe bermain aktif. Tipe
21
gerakan aktif meliputi gerakan fisik dan partisipasi siswa dalam bermacammacam kegiatan seperti kejar-kejaran, kucing-kucingan, dan sebagainya.
d) Pendekatan Kompetitif
Kompetitif merupakan kata sifat dari kompetisi yang identik dengan
persaingan yang biasanya diwujudkan oleh individu yang tengah bersaing dan
yang sering berupaya untuk menjadi yang terbaik diantara individu lainnya
Saputra (2001, hlm. 5). Lebih lanjut Saputra mengemukakan bahwa makna
kompetisi secara umum diartikan sebagai sebuah proses dalam menentukan
pemenang dan yang kalah. Proses penentu yang menang dan yang kalah adalah
dengan mengidentifikasikan siapa saja yang lebih unggul atau lebih baik dari yang
lainnya dalam suatu perlombaan atau permainan. Ini bisa diperoleh melalui proses
ranking yaitu berupa urutan kedudukan secara hierarkis. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa aktivitas dengan pendekatan kompetitif ditunjukkan dengan
tingkat persaingan yang lebih tajam, terkadang segala upaya dilakukan untuk
memenangkan suatu permainan.
Dalam konteks lain. (Apruebo, 2005, hlm. 114) (dalam Budiman, 2009, hlm.
66) mengemukakan Competition is a situation when attainment of the goal by
one participant prevents the other participants from attaining it. Maksudnya
adalah kompetisi merupakan situasi atau keadaan dari upaya pencapaian tujuan
yang dilakukan seseorang yang menghalangi peserta lain dalam mencapai tujuan
tersebut.
Istilah pendekatan kompetitif serupa dengan pendekatan perlombaan Supandi
(1992:46). Perlombaan merupakan cerminan budaya masyarakat. Pada dasarnya
perlombaan merupakan suatu persaingan dalam bentuk sederhana antara individu,
kelompok, atau masyarakat. Bentuk yang lebih kompleks adalah pertandingan
seperti halnya dalam dunia kompetitif.
Perlombaan dan pertandingan bersumber dari keinginan dan naluri manusia
untuk menonjolkan diri sebagai yang paling unggul diantara sesamanya. Dalam
proses belajar naluri dianggap sebagai salah satu motivator perilaku belajar. Naluri
untuk menjadi yang terunggul akan membuat siswa berupaya keras mencapai
22
tujuannya sebagai yang terbaik diantara rekannya. Perilaku itu akan terlihat dalam
lingkungan belajar formal, informal dan formal.
Dalam situasi kompetitif yang diciptakan oleh guru akan timbul persaingan
diantara siswa dalam mencapai suatu prestasi. Ketika berkompetisi, siswapun
dengan sendirinya dituntut bekerja sama. Menurut pendapat Fuous dan
(Troupman, 1981) yang dikutip (Johana dan Supandi, 1990, hlm. 85) (dalam
Budiman, 2009, hlm. 67). Adalah normal dan juga penting bahwa keberhasilan
atau prestasi itu memerlukan persaingan atau kompetitif. Namun demikian dalam
suatu persaingan ini pun kerja sama itu masih diperlukan agar dapat mencapai
sukses. Ini mengandung arti bahwa melalui penciptaan lingkungan bersaing
(kompetitif) ternyata bahwa secara langsung aspek kerjasama diajarkan dan
terlahir dengan sendirinya.
Melalui aktivitas kompetitif akan diperoleh keuntungan yaitu terbentuknya
karakter kuat pada selft esteem yang dibangun oleh faktor kebersamaan,
penghargaan, gengsi, dan pengendalian (Ingalls, 1999, dalam Apruebo, 2005, hlm.
115) yang dikutip oleh (Budiman, 2009, hlm. 67), (Sementara kerugian kompetisi
yaitu kompetisi membatasi keikut sertaan peserta, kompetisi dapat mempertinggi
kecemasan pada tingkat yang tertinggi, kompetisi cenderung menekankan kepada
kemenangan daripada belajar skill, kreativitas, dan kesenangan (Perkins, 2001,
dalam Apruebo, 2005, hlm. 115) yang dikutip oleh (Budiman, 2009, hlm 67).
Secara garis besar langkah-langkah pendekatan perlombaan atau kompetitif
adalah sebagai berikut:
1) Tetapkan sasaran yang akan dicapai serta jelaskan cara-cara mencapai sasaran
tersebut.
2) Tetapkan kriteria keberhasilan dan kemenangan serta umumkan siapa
pemenangnya.
Beberapa keuntungan dan kelemahan pendekatan kompetitif dikemukakan oleh
(Supandi, 1992 ,hlm. 46).
1) Keuntungan pendekatan kompetitif
23
24
dan bentuk permainnan lainnya yang akhirnya melahirkan pemenang dan yang
kalah. Berbeda dengan aktivitas penjas melalui pendekatan bermain adalah
aktivitas yang tidak sampai mempertajam persaingan dan tidak sampai kepada
memutuskan pemenang dan yang kalah.
4. Permainan Sepakbola
a. Pengertian Sepakbola
Sepakbola adalah permainan olahraga beregu yang dimainkan oleh 2 buah regu
masing-masing regu terdiri dari 11 orang pemain. Masing-masing regu berusaha
memasukan bola sebanyak-banyaknya kegawang lawan dan mempertahankan
gawangnya sendiri, diperlukan kerjasama dan tolong menolong dalam satu regu.
Selain itu dalam sepakbola diperlukan keterampilan berbagai teknik dasar seperti
mengoper bola, menggiring bola, menyundul bola, menembakkan bola ke
gawang, dan bahwa kesemuanya itu terpadu ke dalam usaha-usaha tim pada saat
melakukan pertahanan dan penyerangan di dalam permainan agar dapat dicapai
tujuan bersama yang diinginkan yaitu kemenangan. Dalam permainan sepakbola
yang terdiri dari sebelas pemain mempunyai tugas dan posisinya masing-masing,
sesuai dengan formasi dan strategi yang dimainkan. Mengenai batasan sepakbola
Sucipto, dkk (2000, hlm. 7), menyatakan bahwa:
Sepakbola merupakan permainan beregu yang setiap regunya terdiri dari
sebelas pemain, dan salah satunya adalah penjaga gawang, masing-masing regu
berusaha memasukan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan
mempertahankan gawangnya sendiri untuk tidak kemasukan
25
26
27
berikut: (1) Posisi badan segaris dengan datangnya bola, (2) Kaki tumpu
mengarah pada bola dengan lutut sedikit ditekuk, (3) Kaki penghenti diangkat
dengan permukaan bagian dalam kaki dijulurkan ke depan segaris dengan
datangnya bola, (4) Bola menyentuh kaki persis di bagian dalam kaki atau
mata kaki, (5) Kaki penghenti mengikuti arah bola, (6) Pandangan mengikuti
jalannya bola sampai bola berhenti, (7) Kedua lengan dibuka di samping
badan untuk menjaga keseimbangan.
b) Menghentikan bola dengan kaki bagian luar
Sucipto, dkk (2000, hlm. 24) mengemukakan teknik menghentikan bola
dengan kaki bagian luar sebagai berikut:
Pada umumnya digunakan untuk menghentikan bola yang datangnya
menggelinding, bola pantul ke tanah, dan bola di udara sampai setinggi paha.
Analisis menghentikan bola dengan kaki bagian luar adalah sebagai berikut :
(1) Posisi badan menghadap ke datangnya bola, (2) Kaki tumpu berada di
samping kurang lebih 30 derajat dan garis datangnya bola dengan lutut sedikit
ditekuk, (3) kaki penghenti diangkat sedikit dengan permukaan kaki bagian
luar dijulurkan ke depan menjemput datangnya bola, (4) bola menyentuh kaki
tepat di permukaan kaki bagian luar, (5) pada saat kaki menyentuh bola, kaki
penghenti mengikuti arah bola sampai berada di bawah badan atau terkuasai,
(6) posisi lengan berada di samping badan untuk menjaga keseimbangan.
c). Menghentikan bola dengan punggung kaki
Sucipto, dkk (2000, hlm. 25) mengemukakan teknik menghentikan bola dengan
punggung kaki sebagai berikut:
Pada umumnya digunakan untuk menghentikan bola di udara sampai
setinggi paha. Analisis menghentikan bola dengan punggung kaki adalah
sebagai berikut: (1) posisi badan menghadap datangnya bola, (2) kaki tumpu
berada di samping kurang lebih 15 cm dan garis datangnya bola dengan lutut
sedikit ditekuk, (3) kaki penghenti di angkat dan dijulurkan ke depan
menjemput datangnya bola, (4) kaki menyentuh bola tepat di punggung kaki,
(5) pada saat kaki menyentuh bola, kaki penghenti mengikuti arah bola
sampai berhenti di badan atau terkuasai.
d). Menghentikan bola dengan telapak kaki
28
29
mengontrol bola dan menguasainya sampai seorang rekan satu tim bebas dan
memberikannya dalam posisi yang lebih.
a. Menggiring dengan kaki bagian dalam. Pada umumnya menggiring bola
dengan kaki bagian dalam digunakan untuk melewati dan mengecohlawan.
b. Menggiring bola dengan kaki bagian luar. Menggiring bola dengan kaki bagian
luar pada umumnya digunakan untuk melewati/mengecoh lawan.
4). Teknik Menyundul Bola (Heading)
Menyundul bola pada hakekatnya memainkan bola dengan kepala. Tujuan
menyundul bola dalam permainan sepakbola menurut Sucipto, dkk (2000, hlm.
32) adalah untuk mengumpan, mencetak gol, dan untuk mematahkan serangan
lawan atau membuang bola.
Ditinjau dari posisi tubuhnya, menyundul bola dapat dilakukan sambil berdiri
dan meloncat atau melompat. Banyak gol yang tercipta dalam permainan sepak
bola dari sundulan kepala.
a. Menyundul bola sambil berdiri. Pada umumnya menyundul bola sambil berdiri
dilakukan manakala datangnya bola maksimal setinggi kepala.
b. Menyundul bola sambil melompat atau meloncat. Menyundul bola sambil
meloncat atau melompat pada umumnya dilakukan manakala datangnya bola
diluar jangkauan, baik secara vertikal maupun horizontal.
5). Teknik Menembak Bola (Shooting)
Dari sudut pandang penyerangan, tujuan sepak bola adalah melakukakn
shooting ke gawang. Seorang pemain harus menguasai keterampilan dasar
menendang bola dan selanjutnya mengembangkan sederetan teknik shooting. Cara
melakukannya:
a. Dekatilah bola dari arah yang sedikit menyamping.
b. Usahakan langkahmu tetap pendek dan cepat.
c. Tempatkan kaki yang tidak digunakan untuk menendang atau kaki tumpuan
kira-kira satu langkah di samping bola.
30
31
Tahapan
pengajaran
permainan
sepakbola
juga
menekankan
siswa
masih
banyak
memerlukan
bantuan
guru
dalam
hal
32
33
1. Gerakan lokomotor
Gerakan lokomotor adalah gerakan yang menyebabkan terjadinya
perpindahan tempat atau keterampilan yang digunakan memindahkan
tubuh dari satu tempat ke tempat lainnya. Kedalam keterampilan ini
termasuk gerakan gerakan seperti berjalan, berlari, melompat, hop, ,
berderap, skip, slide, dan sebagainya.
2. Gerakan Nonlokomotor
Sedangkan gerakan non lokomotor adalah gerakan yang tidak
menyebabkan pelakunya berpindah tempat, seperti menekuk,
membengkokan badan, membungkuk, menarik, mendorong, meregang,
memutar, mengayun, memilin, mengangkat, merentang, merendahkan
tubuh, dll.
3. Gerakan Manipulatif
Kemudian gerakan manipulatif biasanya dilukiskan sebagai gerakan yang
mempermainkan obyek tertentu sebagai medianya, atau keterampilan yang
melibatkan kemampuan seseorang dalam menggunakan bagian-bagian
tubuhnya untuk memanipulasi benda di luar dirinya. Menurut Kogan
(1982) keterampilan ini perlu melibatkan koordinasi antara mata-tangan
dan koordinasi mata-kaki, misalnya menangkap, melempar, menendang,
memukul dengan pemukul seperti raket, tongkat, atau bat. Sebagian ahli
memasukkan juga gerakan seperti mengetik dan bermain piano sebagai
gerakan manipulatif. Gerakan manipulatif ini dibedakan antara gerak
prehension dan gerak deksteritas.
- Gerakan prehension yaitu kombinasi dari beberapa refleks dan koordinasi
dengan kemampuan pengamatan dengan kegiatan pengertian. Contoh bayi
memegang suatu benda akibad adanya kerja sama antara refleks fleksi,
menggenggam, dan refleks inhibiotory.
- Gerakan dekteritas adalah kemampuan tangan dan jari-jari seperti
menyusun dadu, menggambar, dan mempermainkan bola.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak tingkat madrasah
tsanawiyah yang termasuk fase remaja awal sudah bisa melakukan gerakangerakan motorik dengan baik, baik itu motorik halus maupun kasar karena pada
fase ini pertumbuhan fisik serta perkembangan psikis anak tingkatan madrasah
tsanawiyah
beranjak
matang
sehingga
dengan
begitu
anak
dapat
34
merancang
pelajaran
keterampilan
yang
bermanfaat
bagi
pelajaran tersebut.
Menurut Hurlock (1978) (dalam Hartinah, 2008, hlm. 35) mengemukakan
bahwa, Pencapaian kemampuan-kemampuan tersebut kemudian mengarah pada
pembentukan keterampilan (skill). Keterampilan yang dipelajari dengan baik
akhirnya
akan
menimbulkan
kebiasaan.
Perkembangan
psikomotorik
berhubungan erat dengan perilaku individu. Pada aspek sosial, masa remaja
adalah masa mencari jati diri. Keterampilan sosial berkembang pada konteks
remaja ketika ia berinteraksi dengan orang lain terutama dengan teman sebayanya.
Percakapan mengenai topik-topik tertentu dalam pergaulan membantu siswa
melihat
berbagai
hal
dari
berbagai
sudut
pandang
yang
selanjutnya
mengembangkan cara berpikirnya. Sedangkan pada aspek moral dan emosi, masa
remaja adalah masa-masa yang sensitif dan reaktif bahkan ada yang cenderung
temperamental. Kondisi ini diakibatkan oleh lingkungan yang tidak baik. Oleh
sebab itu pendidikan jasmani berperan sangat penting pada proses pembelajaran di
sekolah, pendidikan jasmani memfasilitasi peserta didik dalam menyalurkan
naluri gerak yang muncul pada setiap diri peserta didik karena pendidikan jasmani
merupakan pendidikan melalui aktivitas gerak sebagai alatnya.
35
36
pendekatan
kompetitif
terhadap
keterampilan
bermain
37
pendekatan
kompetitif
terhadap
keterampilan
bermain