Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Insiden pleuritis atau radang pada selaput pembungkus paru meningkat
pada orang berusia 65 tahun ke atas. 1 Didapatkan bahwa 60% kasus pleuritis
diakibatkan oleh penumpukan cairan di dalam rongga pleura. Dari angka ini, 37%
disebabkan oleh tuberculosis, 25% disebabkan oleh kasus purulen, 15% kasus
perdarahan,
sisanya
disebabkan
oleh
penyebab
lainnya2.
Untuk
dapat
ini
membahas
mengenai
pemeriksaan
radiologi
pada
patofisiologis,
diagnosis,
diagnosis
banding,
penatalaksanaan,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pleuritis atau radang pleura (Pleurisy/Pleurisis/Pleuritic chest pain) adalah
suatu peradangan pada pleura (selaput yang menyelubungi permukaan paru-paru)
yang mengakibatkan rasa nyeri saat menarik napas maupun mengeluarkan napas.
Rasa nyeri dirasakan semakin bertambah saat menarik napas dalam ataupun saat
batuk.3,5,14
Pleuritis dapat berlangsung secara akut, subakut, atau kronis, dengan
ditandai perubahan pola pernafasan yang intensitasnya tergantung pada berat
proses radang. Pada yang berlangsung akut pasien mengalami kesakitan saat
bernafas hingga pernafasan menjadi dangkal, cepat, serta bersifat abdominal. Pada
yang berlangsung subakut proses radang biasanya diikuti dengan empiema serta
mengakibatkan kolaps sebagian paru-paru, hingga pernafasan akan mengalami
kesulitan (dispnea). Sedangkan yang berlangsung kronis, pada waktu istirahat
tidak tampak adanya perubahan pada proses pernafasan karena telah terjadi
kompensasi.1,9,15
Jika disertai dengan penimbunan cairan di rongga pleura maka disebut
efusi pleura tetapi jika tidak terjadi penimbunan cairan di rongga pleura, maka
disebut pleuritis kering.2,7,8
lapisan sel yang embriogenik berasal dari jaringan selom intraembrional. Lapisan
tipis ini mengandung kolagen dan jaringan elastik. Pleura terletak dibagian terluar
dari paru-paru dan mengelilingi paru. Pleura disusun oleh jaringan ikat fibrosa
yang didalamnya terdapat banyak kapiler limfa dan kapiler darah serta serat saraf
kecil. Pleura disusun juga oleh sel-sel terutama, fibroblast dan makrofag, dan
dilapisi oleh selapis mesotel. 1, 9
Ada 2 macam pleura yaitu pleura viseral dan pleura parietal. Pleura viseral
membatasi permukaan luar parenkim paru, termasuk fisura interlobaris.
Sedangkan pleura parietal membatasi dinding dada yang tersusun dari otot dada
dan tulang iga, serta diafragma, mediastinum, dan struktur servikal. Pleura viseral
dan parietal memiliki perbedaan inervasi dan vaskularisasi. Pleura viseral
diinervasi saraf-saraf otonom dan mendapat aliran darah dari sirkulasi pulmoner,
sementara pleura parietal diinervasi saraf-saraf interkostalis dan nervus frenikus
serta mendapat aliran darah sistemik.5,16
Diantara pleura viseral dan parietal terdapat sebuah ruang yang disebut
rongga pleura yang terisi sejumlah cairan.Rongga ini berfungsi untuk
memudahkan kedua permukaan pleura bergerak selama pernapasan dan
mencegah pemisahan toraks dengan paru. Ruang ini dapat dianalogikan seperti
dua buah kaca objek yang saling melekat jika ada air di antara kedua kaca
tersebut. Kedua kaca objek tersebut dapat bergeseran satu dengan yang lain tetapi
sulit dipisahkan.8,17
Cairan pleura berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler pleura, ruang
interstitial paru, kelenjar getah bening intratoraks, pembuluh darah intratoraks,
dan rongga peritoneum.Jumlah cairan pleura dipengaruhi oleh perbedaan tekanan
antara pembuluh-pembuluh kapiler pleura dengan rongga pleura sesuai hukum
Starling serta kemampuan eliminasi cairan oleh sistem penyaliran limfatik pleura
parietal.Tekanan pleura merupakan cerminan tekanan di dalam rongga toraks.
Perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh pleura berperan penting dalam proses
respirasi.1,9
Cairan pleura dalam keadaan normal akan bergerak dari kapiler di dalam
pleura parietalis ke ruang pleura kemudian diserap kembali melalui pleura
viseralis. Hal ini disebabkan karena perbedaan tekanan antara tekanan hidrostatik
darah yang cenderung mendorong cairan keluar dan tekanan onkotik dari protein
plasma yang cenderung menahan cairan agar tetap di dalam. Selisih perbedaan
absorpsi cairan pleura melalui pleura viseralis lebih besar daripada selisih
perbedaan pembentukan cairan oleh pleura parietalis dan permukaan pleura
viseralis lebih besar dari pada pleura parietalis sehingga dalam keadaan normal
hanya ada beberapa mililiter cairan di dalam rongga pleura.3,7,18
6
2.3 Klasifikasi
Pleuritis terbagi menjadi 2:
1. Pleuritis Kering (Fibrinosa/Sicca)
Penyebabnya:7, 16, 17
a. Trauma dinding dada
b. Penyakit primer pada paru:
TB paru
Reumatoid artritis
Pneumonia
SLE
Infark paru
Abses paru
Ca bronkus
2. Pleuritis Basah (Efusi Pleura)
Berdasarkan jenis cairannya, efusi pleura terbagi lagi menjadi:8-9
a. Eksudat
Terjadi jika faktor lokal yang mempengaruhi pembentukan
penyerapan cairan pleura mengalami perubahan. Efusi pleura
tipe transudatif dibedakan dengan eksudatif dengan pengukuran
kadar laktat dehidrogenase (LDH) dan protein di dalam cairan
pleura.
b. Transudat
Terjadi pada peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya
pada gagal jantung kongestif, dan dapat juga terjadi pada
hipoproteinemia,
seperti
pada
penyakit
hati
dan
Efusi pleura eksudatif memenuhi paling tidak salah satu dari tiga kriteria
berikut ini, sementara efusi pleura transudatif tidak memenuhi satu pun dari tiga
kriteria ini:8
1.
2.
3.
2.4 Etiologi
Di bawah ini merupakan etiologi nyeri pleuritik berdasarkan onset:
Tabel 2. Etiologi Nyeri Pleuritik7
Onset
Akut (menit sampai jam)
Etiologi
Infark miokard
Emboli paru
Pnumotoraks spontan
Trauma
Onset
Etiologi
Proses inflamasi
dan
biasanya
disebabkan
oleh
Meticillin
Resistant
10
Penyebab utama nyeri pleuritik ini adalah infeksi paru atau infark. Pasien
dengan pneumototaks atau atelektasis berat kadang dapat mengalami nyeri dada
yang diduga akibat tarikan pada pleura parietalis karena adanya perleketan dengan
pleura viseralis. Peradangan pada pleura juga dapat menyebabkan perubahan
permeabilitas kapiler yang disebabkan oleh respon inflamasi sehingga dapat
menyebabkan penumpukan cairan pada rongga pleura dan akhirnya dapat
menyebabkan efusi pleura.2,4,7
2.6 Diagnosis
Diagnosis pleuritis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang tepat. Selain itu, dibutuhkan juga pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan laboratorium maupun radiologi.
2.6.1
Anamnesis
Pada anamnesis ditanyakan mengenai riwayat sakit dada, seperti di mana
sakitnya, berapa lama, dan pengobatan apa yang telah dilakukan. Dapat juga
ditanyakan kebiasaan riwayat kebiasaan, seperti merokok, penggunaan obatobatan seperti mariyuana dan kokain.5
2.6.2
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, kelainan yang akan dijumpai tergantung dari
organ yang terlibat. Pada pleuritis akibat tuberculosis paru, kelainan yang didapat
tergantung dari luas kelainan struktur paru. Pada permulaan penyakit umumnya
sulit menemukan kelainan. Kelainan pada paru umumnya terletak di daerah lobus
superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 & S2), serta daerah
apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan antara lain
12
suara napas bronchial, amorfik, suara napas melemah, ronkhi basah, tanda-tanda
penarikan paru, diafragma, dan mediastinum.2
Permukaan dari pleura parietal dan visceral yang biasanya halus menjadi
kasar karena peradangan. Seperti permukaan yang bergesekan satu sama lain,
suara menggaruk kasar, atau menggosok gesekan, dapat di dengar saat inspirasi
dan ekspirasi.Friction rub adalah gambaran khas dari pleuritis. Hal ini juga dapat
terjadi pada sekitar4 % pasien dengan pneumonia dan4 % pasien dengan emboli
paru.
Temuan fisik tambahan pada pemeriksaan paru mungkin termasuk suara
napas menurun, rales, danegophony, terutama pada pasien dengan penyebab
pneumonia.7 Temuan pemeriksaan fisik lainnya yang menimbulkan kecurigaan
klinis untuk kondisi tertentu termasuk gesekan pericardial karena perikarditis dan
hiperresonansi serta penurunan gerakan dinding yang terjadi pada pneumotoraks.
Temuan pemeriksaan fisik terkait dengan kondisi yang mengancam jiwa
yang menyebabkan nyeri pleuritik tercantum dalam Tabel 3, pemeriksaan fisik
lanjutan diarahkan sesuai etiologi berdasarkan anamnesis.7
Tabel 3. Riwayat medis dan pemeriksaan fisik efusi pleura
13
2.6.3
Torakosentesis
Penyedotan cairan pleural dengan suntikan penting dalam mendiagnosis
penyebab dari pleuritis. Warna, konsistensi, dan kejernihan dari cairan dianalisis
dalam laboratorium. Analisa cairan didefinisikan sebagai exudate
apabila
didapatkan tinggi protein, rendah gula, tinggi enzim LDH, dan terjadi peningkatan
jumlah sel darah putih; karakteristik dari proses peradangan. Didefinisikan
sebagai transudate apabila mengandung nilai normal dari kimia tubuh.
Cairan juga dapat diuji untuk mengetahui adanya organisme infeksius dan
sel kanker. Pada beberapa kasus, potongan kecil dari pleura mungkin diangkat
14
untuk studi mikroskopik (dibiopsi) jika ada kecurigaan dari tuberculosis (TB) atau
kanker.10
Dibawah ini merupakan tabel evaluasi inisial untuk cairan pleura:
Tabel 4. Evaluasi inisial untuk cairan pleura7
Kualitas
Tes indikasi Interpretasi
Bentuk
Darah
Hematokrit
Berawan atau
keruh
Sentrifugas
Noda dan
kultur
Bau
Busuk
Konfirmasi
kriteria Light
2.6.
Cairan eksudat bila: level Serum albumin- pleural 1.2 g/ dL (12 g/L)
4 EKG
15
2.6.5
pneumonia, emboli paru, atau pneumotoraks, maka semua pasien dengan gejala
nyeri dada harus dilakukan pemeriksaan radiologi.
Modalitas pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan adalah :3, 5
1.
2.
3.
4.
16
Gambar 3. Pneumotoraks
17
Gambar 4. TB Paru. Terdapat infiltrat pada lobus atas kanan dengan air space
consolidation dan formasi dari beberapa kavitas.Dikelilingi oleh lesi satelit
retikulonodular dan fibrosis dan traksi dari hilus atas kanan
Gambar 5. ini merukan foto pasien yang menderita TB selama bertahuntahun.Foto posisi PA, memperlihatkan gambaran fibrosis, kavitasi,
dankalsivikasi, terutama di lobus kiri atas.
18
Pneumonia
Gambar 6. Pneumonia
19
20
Perhatikan batas tegas fisura interlobaris antara lobus medius dan lobus
atas.Garis tegas yang memisahkan lobus atas kanan dengan lobus medius kanan
adalah fisura horizontalis.
SLE
Abses Paru
Gambar 11. Foto PA dan Lateral.Suatu abses besar pada lobus bawah
kanan.Terlihat air-fluid level: berarti anses berhubungan dengan bronkus
atau abses disebabkan oleh organisme yang membentuk gas.
21
Gambar 12. Foto lateral (Abses Paru karena Amoeba). Terlihat suatu
massa di dekat diafragma kanan dengan nekrosis di bagian sentral (panah).
Semua abses bisa terlihat solid karena adanya nanah.Adanya Air-fluid
level di dalam abses menunjukkan bahwa terdapat hubungan dengan
bronkus.
23
Gambar 17. Posisi PA pada pasien dengan efusi pleura bilateral. Tampak kedua
sudut kostofenikus cekung (tumpul).
24
Gambar 18. Posisi lateral pada pasien dengan efusi pleura bilateral. Tampak sudut
kostofenikus cekung (tumpul).
2.6.5.2 USG
USG pada dada merupakan metode yang sensitif untuk mendeteksi
kehadiran cairan pleural.Pemeriksaan ini dapat menilai kavitas cairan di dalam
paru dan jaringan paru. Hal ini sangat membantu menentukan lokasi pleuritis dan
membuat rencana untuk mengeluarkan dari jaringan paru.Selain pleura efusi,
banyak abnormalitas lainnya dari pleura viseral dan parietal yang dapat dilihat
dengan menggunakan USG.
USG mampu mendeteksi adanya cairan yang sangat sedikit, 5-50 mL, dari
cairan di pleura dan 100% sangat sensitif untuk efusi.USG dapat digunakan dalam
berbagai kondisi berbeda, termasuk di antaranya: 1) menentukan keberadaan
cairan, 2) mengidentifikasi kemungkinan lokasi untuk torakosentesis, biopsi
pleura, ataupun letak chest tube, 3) mengidentifikasi lokalisasi cairan pleura, 4)
membedakan cairan pleura dengan penebalan pleura, 5) semiquantitation terhadap
jumlah cairan pleura; 6) membedakan pyopneumothorax dengan abses paru; 7)
memeriksa kemungkinan adanya pleurodesis; dan 8) mengevaluasi pasien dengan
trauma toraks yang menyebabkan hemotoraks atau pneumotoraks. USG juga
25
seiring
berjalan
waktu
dan
plura
efusi
menjadi
solid
dan
26
viseral.Keganasan primer dari pleura sangat langka kecuali tumor jinak dan
mesotelioma malignansi. Tumor metastasis pleura atau mesotelioma dapat terlihat
sebagai nodul polipod pleura or sheetlike penebalan pleura bergabung dengan
efusi pleura. Terkadang, diferensiasi antara fibrosi pleura dan tumor pleura sulit
untuk dinilai dengan USG. Untuk itu diperlukan biopsi yang dipandu oleh USG
untuk menentukan diagnosis secara patologi dari tumor pleura. USG dada
merupakan metode imajing yang sangat berguna untuk penyakit pleura dan untuk
memandu biopsi.8,12
1. Kelainan pleura
Efusi pleura tampak seperti lapisan hipoechoicdiantara pleura
parietal dan visceral. Gerakanbagian paru yang atelektasis dapat
terlihat melaluicairan pleura. Efusi pleura paling baik terlihat
daridinding luar dada dibelakang linea midaksilarispada posisi
terlentang dengan probe mengarahke atas. Pasien yang duduk atau
berdiri dapat terlihat dari posterior atau lateral dinding dada.
Gambaran efusi pleura dapat dilihat pada gambar. Transudat dan
eksudat terlihat anechoic atauhypoechoic. Efusi pleura dengan
echogenicity merata tampak seperti badai salju umumnya
menandakan empiema yang mengandung protein atau sisa
jaringan. Lokulasi atau kantong-kantong empiema menandakan
empiema kompleks danlebih bagus terlihat dengan USG toraks
dariCT scan. Perbedaan antara abses paru danempiema kadang
sulit karena pusat hypoechoicatau daerah echogenic digambarkan
sama padalapisan darah. Penebalan pleura, empiema danpelebaran
27
2. Pneumotoraks
Udara terlokalisir dalam kavum pleura palingbagus terlihat pada
posisi terlentang dengan posisiprobe dipegang tegak lurus di
dinding anteriordada. Kedalaman pneumotoraks tidak dapatdiukur.
Pneumotoraks umumnya didiagnosisdengan tidak terdapat tanda
gerakan normalpleura viseral dan parietal seperti ekor kometdan
terdapat
gambaran
gema
yang
berlebihan.Operator
handal
paru,karsinoma
bronkoalveolardan
infark
paru.
28
Gambar 19. Gambaran Sonogradi pleura normal dan dinding dada menggunakan
skaner linear 5-10 MHZ, (A) Gambar transverse melewati ruang interkostal.
Dinding dada digambarkan sebagai lapisan multipel ekhogenisitas yang mewakili
otot dan fasia. Pleura viseral dan parietal muncul sebagai garis terang ekhogenik
yang glide selama respirasi (gliding sign). Reverberation echo artifacts beneath
the pleural lines imply an underlying air-filled lung. (B) Gambar longitudinal
menyilang iga. Iga normal terlihat sebagai permukaan ruangan hiperekhoik
(perhatikan panah) dengan prominent acoustic shadows beneath the ribs.(Pp,
parietal pleura; Pv, visceral pleura; L, lung.)
29
Gambar 21. USG dada dengan linear probe memperlihatkan penebalan pleura
sebagai lapisan hipoekhoik, lebar 0.42cm
Gambar 22. USG yang memperlihatkan efusi pleura karena pada saat pemeriksaan
terdapat pergerakan anekhoik saat bernapas.
30
31
2.6.5.3 CT-Scan
CT-scan pada pleura efusi dapat digunakan untuk membedakan cairan atau
massa yang terdapat pada pleura, melokalisasi cairain, memperlihatkan kelainan
parenkim paru, membedakan empiema dengan abses baru, mengidentifikasi
penebalan pleura, mengevaluasi fisura mayor dan minor, dan menilai efusi ringan
atau berat. Penemuan CT-scan yang dicurigai keganasan biasanya berupa nodul
pleura, pleura yang mengelupas, keterlibatan pleura mediastinum, dan penebalan
pleura lebih dari 1 cm.
32
33
Gambar 28. Efusi Pleura. Menunjukkan koleksi cairan bilateral posterior pada
kedua sisi kanan dan kiri (panah). Jadi tampak bahwa cairan tersebut pada bagian
rendah (gelap) dari jaringan lunak dan pleura tidak menebal menunjukkan bahwa
ini adalah efusi dibanding empiema. Perhatikan bahwa beberapa kepadatan paruparu yang berdekatan dilihat dari atelektasis
34
MRI
Magnetic resonance imaging atau MRI pada dada seringkali tidak
memuaskan dan juga mengeluarkan biaya yang lebih tinggi dibanding CT-scan
maupun USG. Ditambah lagi resolusi spasial yang rendah dan artifak yang
bergerak.Sehingga jarang digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis
pleuritis.32
35
penyebab penting lainnya dari nyeri dada pleuritik yang harus dipertimbangkan
sebelum didiagnosis pleuritis.7 Selain itu, pajanan asbes juga merupakan salah
satu diagnosis banding pleuritis.26,30
Asbestosis
Perikarditis
36
Emboli Paru
37
2.8 Tatalaksana
Tata laksana tergantung dari penyebab pleuritis. Infeksi akibat bakteri
dapat diobati dengan pemberian antibiotik. Infeksi akibat virus normalnya tidak
memerlukan pengobatan. Penggunaan acetaminophen ataupun ibuprofen dapat
membantu mengurangi rasa nyeri. Operasi untuk mengeluarkan cairan mungkin
diperlukan.23,25
1. Pungsi pleura / Pengosongan cairan (torasentesis)
Pada tindakan ini, komplikasi yang dapat terjadi seperti syok, perdarahan,
sakit, pneumotoraks, infeksi.
2. Pemasangan Water Seal Drainase (WSD)
3. Pleurodesis, merupakan tindakan memasukkan bahan ke ruang antar
pleura untuk melekatkan pleura parietalis dan viseralis.
2.9 Komplikasi
Kesulitan bernapas
Paru kolaps saat dilakukan torakosentesis
Komplikasi akibat penyakit dasarnya
Pneumonia
2.10 Prognosis
38
BAB III
PENUTUP
39
Kesimpulan
Pleuritis adalah peradangan pada selaput paru-paru dan dada (pleura) yang
menyebabkan rasa sakit di dada. Radang pleura dapat berlangsung secara akut,
subakut, atau kronik. Jika disertai dengan penimbunan cairan di rongga pleura,
maka disebut efusi pleura. Sebaliknya, jika tidak disertai adanya penimbunan
cairan maka disebut pleuritis kering. Setelah terjadi peradangan, pleura bisa
kembali normal atau terjadi perlengketan.2
Diperlukan pemeriksaan radiologi untuk mengetahui penyebab sekaligus
tata laksana yang tepat untuk pleuritis. Modalitas yang dapat dipakai untuk
membantu menegakkan diagnosis pleuritis diantaranya dengan foto toraks, USG
toraks, CT-scan, dan MRI.Diharapkan dengan diagnosis yang tepat
sesuai
penyebab maka pleuritis dapat ditata laksana secara cepat untuk mencegah
komplikasi dan memberikan angka kesembuhan yang lebih tinggi.
Saran
Diharapkan dokter layanan primer mampu mendiagnosis pleuritis secara
DAFTAR PUSTAKA
40
1.
2.
3.
4.
5.
6.
2014.
Pleural
effusion.
Diakses
di
di:
:http://www.med-
ed.virginia.edu/courses/rad/cxr/pathology7chest.html
pada
18
Januari
7.
2015.
Astowo, P. Efusi Pleura, Efusi Pleura Ganas, Empiema. Medical Faculty
8.
University Of Indonesia.
Slamet H. Efusi Pleura. Dalam: Alsagaff H, Abdul Mukty H, Dasar-Dasar
9.
erythematosus.
Diakses
di
http://radiologymasterclass.co.uk/tutorials/chest/chest_pathology/chest_pat
hology_page4.html pada tanggal 18 Januari 2015.
14. Intan I. Hakimah, Othman Norlijah. Etc. The unexcepted bilateral
tuberculous empyema: a case report in a child. International journal of
health research. 2008.
41
15. Chest
x-ray
abnormalities.
Diakses
di
http://radiologymasterclass.co.uk/tutorials/chest/chest_pathology/chest_pat
hology_page4.html pada tanggal 18 Januari 2015.
16. The
lungs
in
rheumatoid
arthritis.
Diakses
di
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1815307/?page=6 pada 19
Januari 2015.
17. Stark DD, et all. Diferentiating Lung Absces and Empyema: Radiography
and Computed Tomography. American Roentgen Ray Society. Diakses di
http://www.ajronline.org/doi/pdf/10.2214/ajr.141.1.163 pada 17 Januari
2015.
18. Pleurisy.
Diakses
di
:http://www.nlm.nih.gov/medlineplus
Diakses
di
:
di
et
all.
Pleural
Effusion.
Diakses
di
di
http://radiologymasterclass.co.uk/tutorials/chest/chest_pathology/chest_pat
hology_page4.html pada 17 Januari 2015.
29. Radiography. Diakses di http://emedicine.medscape.com/article/355524overview#a19 pada 18 Januari 2015.
42
30. Pleural
Effusion.
Diakses
di
ed.virginia.edu/courses/rad/cxr/pathology7chest.html
https://www.medpada 19 Januari
2015.
31. Diagnosis of exudative pleural effusion using ultrasound guided versus
medical
thoracoscopic
pleural
biopsy.
Diakses
di
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S042276381300188X
pada 19 Januari 2015
32. What Is Chest MRI. Diakses di http://www.nhlbi.nih.gov/health/healthtopics/topics/cmri pada 17 Januari 2015.
43