Вы находитесь на странице: 1из 58

BAB.

1
PROFIL KABUPATEN
AGAM

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Agam Tahun 2004 2014


belum sepenuhnya menjadi acuan dalam pemanfaatan ruang dan fokus
hanya pada perencanaan, sehingga terjadi inkonsistensi pelaksanaan
pembangunan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah serta lemahnya
pengendalian dan penegakan hukum terhadap pemanfaatan ruang.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagai pengganti
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 1992, pada tahun
2009 telah dilakukan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Agam sehingga diharapkan dengan

tersusunnya RTRW

Kabupaten Agam tahun 2010-2030 yang mengacu kepada undangundang penataan ruang yang baru, pemanfaatan ruang 20 tahun
kedepan dapat memberikan arahan yang lebih jelas serta mampu dan
berdampak luas terhadap mengantisipasi perkembangan wilayah
Kabupaten Agam baik dari segi ekonomi, sosial maupun budaya.

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I- 1

1.1

LANDASAN HUKUM
Undang Undang
1.

Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun


1945;

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1956 tentang


Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam Lingkungan Daerah
Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 61 tahun 1958 tentang
Penerapan Undang-Undang Republik Indonesia Darurat Nomor 19
Tahun 1957 Tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat I
Sumatera Barat, Jambi, dan Riau menjadi Undang-Undang Republik
Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor
112) jo. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1979;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2043);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang
Perumahan dan Pemukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3469);
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 tentang
Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3470);
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1996 Tentang
Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor
73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996
Nomor 3647);

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I- 2

8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Tentang


Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888),
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi UndangUndang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4412);
10. UndangUndang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4247);
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 134,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3477);
12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 Tentang
Pembentukan

Peraturan

Perundang-Undang

Republik

Indonesia

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53,


Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2004 Tentang
Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 85 Tahun
2004, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4411);
14. UndangUndang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2004 nomor 104, tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia nomor 4421);
RTRW Kab. Agam 2010-2030

I- 3

15. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437), sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 Tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang
Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 132 Tahun 2004,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444);
17. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4722);
18. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4723);
19. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Tahun 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4725);
20. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

(Lembaran

Negara Republik Indonesia tahun 2007 Nomor 84, Tambahan


Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I- 4

21. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang


Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4956);
22. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik


Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4959);
23. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4966);
24. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentang
Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5014);
25. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5025);
26. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3699);
27. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068);

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I- 5

28. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang


Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun
2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5074);
Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1996
tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, Serta Bentuk Tata Cara
Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3660);
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 1998
tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 132,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3776);
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000
tentang Ketelitian Peta untuk RTRW (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3034);
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2004
tentang

Perencanaan

Kehutanan

(Lembaran

Negara

Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara


Republik Indonesia Nomor 4452);
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005
tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4490);
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006
tentang Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia 2006 Nomor 46,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 2006 Nomor 4624);
RTRW Kab. Agam 2010-2030

I- 6

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006


tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4655);
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007
tentang

Pembagian

Urusan

Pemerintahan

antara

Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/


Kota, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 86,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2009
tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5070);
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010
tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 16,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5098);
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010
tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 17, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5099);
13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010
tentang

Penyelenggaraan

Penataan

Ruang

(Lembaran

Negara

Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 15, Tambahan Lembaran


Negara Republik Indonesia Nomor 1503);
14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010
tentang Wilayah Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
RTRW Kab. Agam 2010-2030

I- 7

Tahun 2010 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik


Indonesia Nomor 5110);
15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5111);
16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010
tentang Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5112);
Keputusan Menteri
1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata
Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata
Ruang Daerah;
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang
Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;
4. Peraturan Menteri PU No.11/PRT/2009 tentang Pedoman Persetujuan
Substansi Dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tetang
Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata
Ruang Wialayah Kabupaten/Kota beserta Rencana Rincinya;
5. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia

Nomor

630/KPTS/M tahun 2009 tentang Penetapan Ruas Jalan Menurut


Fungsi;
6. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor
631/KPTS/M tahun 2009 tentang Penetapan Ruas Jalan Menurut
Status;

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I- 8

1.2

PROFIL TATA RUANG

1.2.1

Gambaran Umum Kabupaten Agam


Kabupaten Agam terletak pada kawasan yang sangat strategis, dimana
dilalui jalur Lintas Tengah Sumatera dan Jalur Lintas Barat Sumatera
dan dilalui oleh Fider Road yang menghubungkan Lintas Barat, Lintas
Tengah dan Lintas Timur Sumatera yang berimplikasi pada perlunya
mendorong daya saing perekonomian, serta pentingnya memanfaatkan
keuntungan geografis yang ada.
1.2.1.1 Letak Geografis
Kabupaten Agam mempunyai luas daerah seluas 2.232,30 km
atau (5,29 %) dari luas wilayah Provinsi Sumatera Barat yang
memiliki luas 42.229,04 km. Secara geografis, Kabupaten
Agam berada pada pada 000 01 34 000 28 43 LS dan 990 46
39 1000 32 50, dengan batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pasaman dan


Kabupaten Pasaman Barat.

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lima Puluh


Kota.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Padang


Pariaman dan Kabupaten Tanah Datar.

Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.

Berdasarkan data BPS dalam angka Tahun 2009, Kabupaten


Agam memiliki 16 kecamatan dan 82 Nagari. Disamping itu
Kabupaten Agam juga mempunyai sebuah danau yaitu Danau
Maninjau yang mempunyai luas perairan 9.950 Ha dengan
kedalaman 157 m dari permukaan air rata-rata.
Kabupaten Agam juga memiliki wilayah pantai dengan panjang
garis pantai 43 km dan memiliki 2 (dua) buah pulau yaitu pulau
Tangah dan Pulau Ujung dengan luas masing-masing pulau
seluas 1 Km.

Kabupaten Agam juga memiliki dua buah

gunung, yaitu Gunung Merapi dengan ketinggian 2.891 m dpl


dan Gunung Singgalang dengan ketinggian 2.877 m dpl. Selain
RTRW Kab. Agam 2010-2030

I- 9

itu juga terdapat 3 aliran sungai yang cukup besar, yaitu Batang
Antokan, Batang Masang dan Batang Agam.

Gambar I.1 Citra Landsat Spot 5 Kab. Agam

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 10

Tabel 1.1
Jumlah Kecamatan, Nagari, Luas Daerah di Kabupaten Agam Tahun 2005-2008
Tahun 2005
No

Tahun 2006

Tahun 2007

Tahun 2008

Kecamatan
Jumlah
Nagari

Luas
Daerah
(km2)

Jumlah
Nagari

Luas
Daerah
(km2)

Jumlah
Nagari

Luas
Daerah
(km2)

Jumlah
Nagari

Luas
Daerah
(km2)

1.

Tanjung Mutiara

205,73

205,73

205,73

205,73

2.

Lubuk Basung

278,40

278,40

278,40

278,40

3.

Ampek Nagari

268,69

268,69

268,69

268,69

4.

Tanjung Raya

244,03

244,03

244,03

244,03

5.

Matur

93,69

93,69

93,69

93,69

6.

IV Koto

11

173,21

11

173,21

68,80

68,80

7.

Banuhampu

28,45

28,45

28,45

28,45

8.

Sungai Pua

44,29

44,29

44,29

44,29

9.

Ampek Angkek

30,66

30,66

30,66

30,66

10.

Canduang

52,29

52,29

52,29

52,29

11.

Baso

70,30

70,30

70,30

70,30

12.

Tilatang
Kamang

56,07

56,07

56,07

56,07

13.

Kamang Magek

99,60

99,60

99,60

99,60

14.

Palembayan

349,81

349,81

349,81

349,81

15.

Palupuah

237,08

237,08

237,08

237,08

16

Malalak

104,41

104,41

2.232,30

82

2.232,30

Jumlah

81

2.232,30

81

82

2.232,30

Sumber : Badan Statistik Kabupaten Agam tahun 2008

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 11

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 12

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 13

1.2.1.2 Topografi
Kabupaten Agam mempunyai kondisi topografi yang cukup
bervariasi, mulai dari dataran tinggi hingga dataran yang relatif
rendah, dengan ketinggian berkisar antara 0 - 2.891 meter dari
permukaan laut.
Menurut kondisi fisiografinya, ketinggian atau elevasi wilayah
Kabupaten Agam, bervariasi antara 2 meter sampai 1.031 meter
dpl, adapun pengelompokkan yang didasarkan atas ketinggian
adalah sebagai berikut:
1. Wilayah dengan ketinggian 0-500 m dpl seluas 44,55%
sebagian besar berada di wilayah barat yaitu Kecamatan
Tanjung Mutiara, Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan
Ampek Nagari dan sebagian Kecamatan Tanjung Raya.

DANAU
MANINJAU

Gn. MERAPI

Gn.
SINGGALANG

Gambar 1.2: Gunung api Maninjau dengan danau kawah dibandingkan besarnya Gunung
Merapi Singgalang yang mencapai 12 : 1

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 14

2. Wilayah dengan ketinggian 500-1000 m dpl seluas 43,49%


berada pada wilayah Kecamatan Baso 725-1525 m dpl,
Kecamatan Ampek Angkek Canduang, Kecamatan Malalak
425 -2075 m dpl, Kecamatan Tilatang Kamang, Kecamatan
Palembayan 50 - 1425 m dpl, Kecamatan Palupuh 325
-1650 m dpl, Kecamatan Banuhampu 925-2750 m dpl dan
Kecamatan Sungai Pua 625-1150 m dpl.
3. Wilayah dengan ketinggian > 1000 m dpl seluas 11,96%
meliputi sebagian Kecamatan IV Koto 850-2750 m dpl,
Kecamatan Matur 825-1375 m dpl dan Kecamatan
Canduang, Sungai Pua 1150-2625 m dpl.
Kawasan sebelah barat merupakan daerah yang datar sampai
landai (0 8 %) mencapai luas 71.956 ha, sedangkan bagian
tengah dan timur merupakan daerah yang berombak dan
berbukit sampai dengan lereng yang sangat terjal (> 45%)
yang tercatat dengan luas kawasan 129.352 ha. Kawasan
dengan kemiringan yang sangat terjal (> 45%) berada pada
jajaran Bukit Barisan dengan puncak Gunung Merapi dan
Gunung Singgalang yang terletak di Selatan dan Tenggara
Kabupaten Agam.

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 15

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 16

1.2.1.3 Klimatologi
Temperatur udara di Kabupaten Agam terdiri dari dua macam,
yaitu di daerah dataran rendah dengan temperatur minimum
250C dan maksimum 330C (Lubuk Basung), sedangkan di
daerah tinggi yaitu minimum 200C dan maksimum 290C
(Tilatang

Kamang).

Kelembaban

udara

rata-rata

88%,

kecepatan angin antara 4-20 km/jam dan penyinaran matahari


rata-rata 58%.
Musim hujan di Kabupaten Agam terjadi antara bulan Januari
sampai dengan bulan Mei dan bulan September sampai bulan
Desember, sedangkan untuk musim kemarau berlangsung
antara bulan Juni sampai dengan bulan Agustus.
Berdasarkan peta iklim yang dibuat Oldeman (1979) serta data
base hidroklimat yang diterbitkan Bakosurtanal (1987), wilayah
Kabupaten Agam memiliki 4 kelas curah hujan, yaitu:
1. Daerah dengan curah hujan > 4500 mm/tahun tanpa
bulan kering (daerah dengan iklim Tipe A), berada di
sekitar lereng gunung Merapi-Singgalang meliputi sebagian
wilayah Kecamatan IV Koto dan Sungai Pua.
2. Daerah dengan curah hujan 3500-4500 mm/tahun tanpa
bulan kering (daerah dengan tipe A1) mencakup sebagian
wilayah Kecamatan Tilatang Kamang, Baso dan Ampek
Angkek.
3. Daerah dengan curah hujan 3500-4000 mm/tahun dengan
bulan kering selama 1-2 bulan berturut-turut meliputi
sebagian Kecamatan Palembayan, Palupuh, dan IV Koto.
4. Daerah dengan curah hujan 2500-3500 mm/tahun dengan
bulan kering selama 1-2 bulan berturut- turut, meliputi

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 17

sebagian wilayah Kecamatan Lubuk Basung dan Tanjung


Raya.

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 18

1.2.1.4 Geologi
Formasi batuan yang dijumpai pada daerah Kabupaten Agam
dapat digolongkan kepada Pra Tersier, Tersier, dan Kuarter yang
terdiri dari batuan endapan permukaan, sedimen, metamorfik,
vulkanik dan intrusi. Batuan induk yang berasal dari zaman Pra
Tersier terdiri dari batuan sedimen, vulkanik, dan intrusi. Batuan
yang berasal dari zaman Tersier bahwah atau peralihan Tersier
ke Kuarter berupa batuan vulkanik yang terdiri dari lahar,
aglomerat dan koluvium. Batuan dari zaman Kuarter terdiri dari
endapan permukaan dan vulkanik. Batuan vulkanik terdapat di
Gunung Merapi, Gunung Singgalang dan Danau Maninjau.
Wilayah Kabupaten Agam yang ditutupi oleh jenis batuan beku
ekstrusif dengan reaksi intermediet (andesit dari Gunung
Merapi,

Gunung

Singgalang,

Gunung

Tandikek,

Danau

Maninjau, dan Gunung Talamau) seluas 68.555,10 ha (32,43%),


batuan beku ekstrusif dengan reaksi masam (pumis tuff) seluas
55.867,90 ha (26,43%), batuan sedimen dengan jenis batu
kapur

seluas

80.011,80

ha

(3,79%),

endapan

alluvium

mencapai luas 48.189 ha (22,79%).


Struktur batuan yang terdapat di Pulau Sumatera Tengah-Barat
merupakan perbukitan bergelombang yang tersusun oleh
batuan vulkanik berupa batuan breksi, lava, batuan piroklastik
bersifat agak padu sampai padu, berumur tersier hingga kuarter.
Sementara untuk daerah sekitar Maninjau terjadi lekukan besar
kawah Maninjau yang saat ini berisi air danau merupakan hasil
dari ledakan maha dahsyat dari erupsi gunung api yang tipenya

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 19

hampir sama dengan ledakan maha besar dari Gunung api


Purba Toba.

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 20

1.2.2

Kependudukan
1.2.2.1 Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk di Kabupaten Agam selama periode 5 tahun
telah terjadi peningkatan sebesar 13.784 jiwa, dimana pada
tahun 2004 penduduk Kabupaten Agam berjumlah 431.603 jiwa
dan pada tahun 2008 meningkat sebanyak 445.387 jiwa. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut.
Tabel I.2
Jumlah Penduduk di Kabupaten Agam
No

Tahun

Jumlah Penduduk

1.

2004

431.603

2.

2005

435.276

3.

2006

439.611

4.

2007

443.857

5.

2008

445.387

Sumber : Badan Statistik Kabupaten Agam

Grafik 1.1
Jumlah Penduduk di Kabupaten Agam

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 21

Sumber : Badan Statistik Kabupaten Agam

1.2.2.2 Kepadatan Penduduk


Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Agam, masih relatif
kecil. Berdasarkan perhitungan rata-rata kepadatan penduduk di
Kabupaten Agam sebesar 200 jiwa/Km 2., namun untuk beberapa
kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota Bukittinggi,
tingkat kepadatan penduduk relatif tinggi seperti di Kecamatan
Banuhampu dan Kecamatan Ampek Angkek.
Tabel I.3
Kepadatan Penduduk di Kabupaten Agam Tahun 2009

No

Kecamatan

1.
Tanjung Mutiara
2.
Lubuk Basung
3.
Ampek Nagari
4.
Tanjuang Raya
5.
Matur
6.
IV Koto
7.
Banuhampu
8.
Sungai Pua
9.
Ampek Angkek
10. Canduang
11. Baso
12. Tilatang Kamang
13. Kamang Magek
14. Palembayan
15. Palupuah
RTRW Kab. Agam 2010-2030
16. Malalak
Jumlah

Kepadatan

Luas
(Km2)

Penduduk

205,73
278,40
268,69
244,03
93,69
173,21
28,45
44,29
30,66
52,29
70,30
56,07
99,60
349,81
237,08
2.232,30

26.452
62.132
22.622
30.607
18.581
23.259
33.207
23.033
37.515
23.179
33.112
32.718
20.605
33.759
13.981
10.635
445.387

Penduduk
(Km2)
129
223
84
125
198
134
1.167
520
1.224
443
471
584
207
97
59
I - 22
200

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2009

Grafik 1.2
Kepadatan Penduduk di Kabupaten Agam

Dari hasil analisa tingkat kepadatan penduduk, katagori tingkat


kepadatan penduduk di Kabupaten Agam dikategorikan menjadi
3 yaitu kepadatan rendah, kepadatan sedang dan kepadatan
tinggi. Untuk lebih jelasnya berikut tabel hasil analisis kepadatan
penduduk di Kabupaten Agam:
Tabel I.4
Analisis Katagori Tingkat Kepadatan Penduduk
di Kabupaten Agam Tahun 2009

No

Tingkat Kepadatan
Penduduk

Range

1.

Kepadatan Rendah

0-447 jiwa/km2

2.

Kepadatan Sedang

447-835 jiwa/km2

3.

Kepadatan Tinggi

> 835 jiwa/km2

Kecamatan
Tanjung Mutiara, Lubuk
Basung, Ampek Nagari,
Tanjuang Raya, Matur, IV
Koto, Canduang,
Kamang Magek,
Palembayan,
Malalak.
Sungai Pua,
Baso,
Tilatang Kamang.
Banuhampu,
Ampek Angkek

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2009

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 23

1.2.2.3 Proyeksi Penduduk


Proyeksi

penduduk

dilakukan

guna

memprediksi

tingkat

perkembangan penduduk untuk 20 tahun kedepan, sehingga


diharapkan

dari

hasil

proyeksi

tersebut

dapat

diketahui

kebutuhan-kebutuhan saran dan prasarana yang diperlukan,


termasuk kebutuhan lahan yang harus disediakan.
Dari hasil proyeksi yang dilakukan berdasarkan metode
eksponensial, dapat diketahui bahwa pada tahun 2030,
diperkirakan penduduk Kabupaten Agam berjumlah 659,461 jiwa
atau terjadi penambahan penduduk sebesar 214.074 Jiwa.
Tabel I.5
RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 24

Proyeksi Jumlah Penduduk di Kabupaten Agam


Tahun 2009 - 2030
No

Tahun

Proyeksi
Jumlah Penduduk
(Jiwa)

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.

2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030

453.404
461.565
469.873
478.331
486.941
495.706
504.629
513.712
522.959
532.372
541.955
551.710
561.641
571.751
582.043
592.520
603.185
614.042
625.095
636.347
647.801
659.461

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2009

1.2.3

Potensi Bencana Alam


Kabupaten Agam merupakan daerah yang memiliki banyak bencana,
baik bencana alam maupun bencana geologi. Berdasarkan profil rawan
bencana yang telah disusun pada tahun 2008, jenis-jenis bencana yang
ada, dapat di uraikan sebagai berikut:
1.

Bahaya Sesar Aktif


Bahaya sesar aktif adalah bagian dari lempeng bumi yang
mengalami patahan atau tersesarkan dan masih bergerak hingga
saat ini. Sesar aktif ditunjukkan oleh bentuk kelurusan topografi
dimana lokasi pusat gempa terjadi disekitarnya.

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 25

Pada wilayah Kabupaten Agam, sesar aktif memotong 6 kecamatan


yang terdapat di Kabupaten Agam yaitu :
1.

Kec. Palupuh

2.

Kec. Palembayan

3.

Kec. Matur

4.

Kec. IV Koto

5.

Kec. Banuhampu

6.

Kec. Sungai Pua

Gambar I.3 : Sesar Sumatera sebagai daerah rawan gempa

AGAM

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 26

Gambar I.4:

2.

Hancuran permukaan (Ground surface rupture) akibat


pergerakan sesar aktif ketika terjadi gempa bumi 6 Maret
2007 disepanjang sesar Solok hingga Bukittinggi. (Danny
H. Natawijadja, Adrin Tohari, Eko Soebowo & Mudrik R.
Daryono; EERI Special Earthquake Report May 2007)

Bahaya Seismisitas Gempa


Bahaya seismisitas gempa merupakan bencana yang terjadi
disebabkan oleh terlepasnya energi tektonik kerak bumi. Akibat
terpaan dari gelombang seismisitas gempa.
Di wilayah Kabupaten Agam zonasi kerusakan akibat

terpaan

gelombang siesmik gempa berdasarkan analisis dapat diperlihatkan


pada Gambar I.5. Dari gambar tersebut kemungkinan

zona

kerusakan paling tinggi, warna merah, tersebar disepanjang


Pegunungan

Bukit

Barisan,

kurang

lebih

daerah

yang

menghubungkan antara Danau Singkarak, Kota Bukittinggi sampai


sekitar Bonjol di sebelah barat laut. Zona kerusakan lebih rendah
diapit oleh dua sesar/patahan yang diperlihatkan oleh warna merah
muda.

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 27

Gambar I.5: Hasil analisis probabilitas hazard 2% (atas) dan 10%


(bawah) berdasarkan gempa periode ulang 50 tahunan
(Petersen M.D. Dkk, 2004).
3.

Bahaya Tsunami
Daerah lepas pantai Kabupaten Agam merupakan tempat dimana
subduksi tektonik terjadi. Distribusi pusat gempa dilepas pantai
menunjukkan potensi gempa yang menyebabkan terjadi tsunami
besar.
Untuk wilayah Kabupaten Agam yang termasuk dalam daerah yang
potensial terhempas hantaman tsunami adalah pada daerah sekitar
Jorong Subang-subang,

Jorong Labuhan, Jorong Muara Putus,

Jorong Masang, dan Nagari Tiku Selatan dan sebagian Nagari


Bawan di Kecamatan Ampek Nagari.
4.

Letusan Gunung Api


Pada wilayah Kabupaten Agam mempunyai 2 gunung aktif yaitu
Gunung Marapi dan Gunung Tandikat. Sebaran produk letusan dari
Gunung Marapi cenderung menuju ke arah tenggara sedangkan
letusan dari Gunung Tandikat menuju ke arah selatan.
Daerah-daerah yang perlu mendapat perhatian dari letusan gunung
api di Kabupaten Agam antara lain:
1.

Letusan Gunung Marapi: aliran Batang Sarik, Lima Kampung,


Tabek, Kepala Koto, Lukok 1, Suraubaru, Padang laweh, Lubuk
dan Pulungan.

2.

Letusan

Gunung

Tandikat:

letusan

ini

tidak

terlalu

membahayakan kecuali di sekitar daerah Toboh.

Gunung Marapi
I - 28

RTRW Kab. Agam 2010-2030


Gunung
Tandikat

Gambar I.6: Sebaran hasil letusan G. Marapi dan G. Tandikat (data


PVMBG DESD).

5.

Bahaya Gerakan Tanah/Longsoran


Gerakan tanah/longsoran adalah proses pemindahan/pergerakan
massa tanah dan batuan karena pengaruh gaya gravitasi. Jenis
gerakan tanah yang umum dijumpai adalah: jatuhan (falls), gelincir
(slides), nendatan (slumps), aliran (flows) dan rayapan (creeps).
Gerakan tanah/longsoran terjadi akibat beberapa faktor seperti jenis
dan sifat batuan/tanah, sudut kemiringan lereng, curah hujan,
tutupan vegetasi, ulah manusia atau akibat pembangunan fisik dan
keteknikan.

Jatuhan (Debris Falls)


Jatuhan (Debris Falls) merupakan gerakan bebas dari massa
atau material tanah atau batuan yang berasal dari lereng curam.
Tipe jatuhan yang terdapat di Kabupaten Agam diwakili oleh
Batuan Tufa Kuarter seperti yang terdapat di Ngarai Sianok.
Batuan penyusunnya adalah pasir tufa yang sangat mudah
hancur dan lepas-lepas akibat rekahan-rekahan yang terdapat
didalamnya serta membentuk lereng sangat curam dan hampir
tegak. Jatuhan terjadi akibat meresapnya air hujan ke dalam
batuan tufa yang porus sehingga menambah berat dari massa
batuan dan memperlemah ikatan antar rekahan dan pori di dalam
batuan

RTRW Kab. Agam 2010-2030

tersebut.

Proses lain

yang

dapat mengakibatkan
I - 29

longsoran antara lain karena kikisan atau erosi maupun


pekerjaan galian dibagian dasar ngarai.

Gelinciran (Sliding)
Gelinciran (Sliding) adalah gerakan massa tanah atau batuan
sepanjang lereng perbukitan dan pegunungan yang terlepas dari
ikatan tanah atau batuan asalnya. Gelinciran berlangsung secara
cepat dan tiba-tiba dengan kecepatan tinggi. Pergerakan
umumnya disebabkan oleh pertambahan massa air yang
bercampur

dengan

rombakan

tanah

atau

batuan

dan

mengakibatkan massa tanah atau batuan berkurang daya ikatnya


dan menjadi berat. Tanah atau batuan yang menyusun tipe
gelinciran pada umumnya terjadi dari massa pasiran atau
bongkah-bongkah batuan lepas dalam beberapa ukuran mulai
dari ukuran kerikil sampai bongkahan berukuran besar lebih dari
5 meter. Di Kabupaten Agam tipe gelinciran paling banyak
dijumpai diberbagai dinding jalan dan lereng/lembah sungai
dalam berbagai ukuran seperti yang terdapat di sekitar nagari
Galapung Sungai lintabung sebelah selatan Danau Maninjau.

Nendatan (Slumps)
Longsoran ini dikenali oleh adanya retakan dipermukaan.
Pergerakan longsoran diperlihatkan dari bentuk permukaan
berupa lingkaran atau bentuk tapal kuda. Di Kabupaten Agam,
longsoran tipe ini terdapat disekitar lereng luar Gunung Maninjau
yaitu di jalan antara Koto Tuo Balingka di jalan masuk ke
stasiun

transmisi

Telkom

dan

di

jalan

antara

Matur

Palembayan.

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 30

Gambar I.7: Gerakan tanah Avalance/Longsoran Aliran di Nagari


Malalak Selatan
Tabel I.6
Bencana Gerakan Tanah/Longsor di Kabupaten Agam
No

Keterangan

1.

Kecamatan

Jatuhan
(Debris Falls)

Nagari

Tanjung Raya

Tanjung- Sani
Sungai Batang
Maninjau

Palembayan

Baringin Ampek Koto Palembayan


Tigo Koto Silungkang

Lubuk Basung

Lubuk Basung

Ampek Nagari

Batu Kambiang

Matur

Matua Hilia

IV Koto

Balingka
Koto Gadang

Malalak

Malalak Timur

Palupuh

Koto Rantang
Pasia Laweh
Pagadih

2.

Gelinciran
(Sliding)

3
Palembayan

4
Baringin
Ampek Koto Palembayan
Tigo Koto Silungkang

Lubuk Basung

Lubuk Basung

Ampek Nagari

Batu Kambing

Matur

Matua Hilir

Palupuh

Koto Rantang
Pasia Laweh

3.

Nendatan
(Slumps)

RTRW Kab. Agam 2010-2030

Matur

Tigo Balai

Palembayan

Baringin
Sungai Pua

I - 31

6.

IV Koto

Balingka

Malalak

Malalak Utara

Banjir
Banjir terjadi apabila ekses atau kelebihan air tidak dapat ditampung
pada tempatnya sehingga melimpah keluar. Tempat penyimpanan
air secara alamiah diantaranya adalah sungai, rawa, danau atau
bendungan. Daerah banjir terjadi sepanjang aliran sungai seperti
Batang Tiku dan Batang Sungai Pingai, Batang Kalulutan, Batang
Dareh, Batang Bawan, Batang Sitanang, bagian hilir dari Batang
Simpang Jernih dan Simpang Keruh dan Batang Layah. Banjir pada
sungai sungai tersebut di atas pada umumnya terbatas pada
morfologi dataran banjir (flood plain). Selain dari lokasi lokasi
tersebut banjir juga terjadi pada daerah rawa yang terdapat di
sekitar dataran pantai, yang juga berhubungan dengan aliran sungai
di bagian hilir.
Lokasi banjir di wilayah Kabupaten Agam antara lain :

Kecamatan Palembayan: Nagari Salareh Aia.


Kecamatan Lubuk Basung: Nagari Lubuk Basung.

Kecamatan Ampek Nagari: Nagari Bawan, Nagari Batu

Kambiang, Nagari Sitalang.


Kecamatan Tanjung Mutiara: Nagari Tiku V Jorong.
Kecamatan IV Koto: Nagari Balingka.
Kecamatan Tilatang Kamang: Nagari Koto Tangah.
Kecamatan Palupuh: Nagari Pasia Laweh.

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 32

Gambar I.8 Banjir di Ampek Nagari dan di Manggopoh

7.

Abrasi
Abrasi merupakan salah satu bagian dari proses perubahan muka
air laut setempat yang dalam istilah ilmiah disebut relative sea level
change (RSLC). Abrasi atau erosi garis pantai mengubah garis
pantai berpindah ke arah daratan. Lawan dari abrasi adalah akresi
atau sedimentasi yang menyebabkan garis pantai maju ke arah laut.
Proses yang terlibat dalam perubahan garis pantai diakibatkan oleh
banyak hal diantaranya kondisi geologi dan morfologi pantai, kondisi
ekologi, klimatologi dan oseanologi. Dari semua faktor tersebut di
atas pengaruh gelombang dan arus laut merupakan faktor dominan.
Gelombang berfungsi menghancurkan sedimen yang menyusun
garis pantai dan arus laut mengangkut hasil rombakan searah
dengan arah arus laut.
Pada wilayah Kabupaten Agam, wilayah yang terkena abrasi yaitu :
1. Masang (800 meter).
2. Ujungmasang (1.100 meter).
3. Muaraputus (300 meter).
4. Ujung Labung (500 meter).
5. Pasia Paneh (200 meter).
6. Pelabuhan Tiku (100 meter).

Abrasi
RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 33

Akresi

Gambar 1.9 Abrasi dan akresi pantai di Kabupaten Agam

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 34

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 35

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 36

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 37

1.2.4

Potensi Sumberdaya Alam


Sumber Daya Alam yang terdapat di Kabupaten Agam terdiri atas
sumber daya alam pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan,
perikanan dan kelautan serta mineral dan pertambangan.
1.2.4.1 Sektor Pertanian
Perkembangan tanaman padi sawah untuk periode tahun 2006
hingga tahun 2008 dapat di gambarkan sebagai berikut, luas
baku lahan yang tersedia di wilayah Kabupaten Agam untuk
periode

2006-2008,

tidak

terjadi

penambahan

maupun

pengurangan lahan, dimana berdasarkan data yang ada, luas


baku lahan yang tersedia seluas 28.819 Ha. Sementara untuk
luas tanam dalam periode 2006-2008 terjadi penurunan sekitar
4,41 %.

Tabel I.7
Perkembangan Tanaman Padi Sawah Tahun 2006-2007
Tahun
No.

Perkembangan

Uraian
2005

2006

2007

2007-2008

1.

Luas Baku Lahan (ha)

28.819

28.819

28.819

0,00

2.

Luas Tanam (ha)

52.715

53.449

51.192

-2.257

-4,41

3.

Luas Panen (ha)

49.585

51.157

51.462

305

0,59

4.

Produksi (Ton)

233.490

233.561

243.119

9.558

3,93

5.

Produktivitas (Ton/ha)

4,71

4,57

4,72

0,15

3,18

6.

IP (%)

182,92

185,46

182,92

-2,54

-1,39

Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Agam Tahun 2008

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 38

1.2.4.2 Sektor Perkebunan


Untuk sektor perkebunan, produksi tertinggi di sektor ini adalah
jenis produksi kelapa sawit yang mencapai 182,740 ton, dimana
sebaran perkebunan yang ada di Kabupaten Agam tersebar di
wilayah Barat Kabupaten Agam.
Tabel I.8
Produksi Pekebunan di Kabupaten Agam Tahun 2007
No
1.

Jenis Produksi
Tanaman Perkebunan
a. Kelapa Dalam

Luas Panen
(Ha)

Produksi (Ton)

11.150

32.916

8.764

182.740

c. Karet

814

913

d. Cengkeh

414

54

e. Kulit Manis

7.493

17.542

f. Kopi

3.297

2.078

g. Gardamunggu

106

52

h. Kemiri

297

2.224

i. Pinang

2.520

9.671

j. Pala

1.051

2.350

k. Tebu

3.983

20.627

l. Temulawak

m. Jahe

15

n. Laos

o. Kunyit

18

p. Kejibeling

q. Kapulaga

1.227

1.065

b. Kelapa Sawit

r. Kakao

Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Agam Tahun 2008

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 39

1.2.4.3 Sektor Peternakan


Kondisi geografis yang sangat beraneka ragam, tentunya sangat
mempengaruhi keragaman jenis ternak. Untuk jenis ternak sapi
yang ada di Agam wilayah timur umumnya jenis sapi Simenthal
dan Brahman, sedangkan Agam wilayah Barat lebih dominan
dengan jenis peranakan Onggole (PO), dengan tingkat populasi
ternak sapi terbesar adalah jenis sapi potong yang mencapai
32.017

ekor. Sementara

untuk populasi

terbesar sektor

peternakan yang ada di Kabupaten Agam adalah jenis ternak


ayam buras yang mencapai 432.315 ekor. Untuk lebih memberi
gambaran tentang populasi ternak yang ada di Kabupaten
Agam, dapat dilihat pada tabel .
Tabel I.9
Populasi Ternak di Kabupaten Agam Tahun 2007
No

Jenis Ternak

Populasi (Ekor)

1.

Sapi Potong

32.017

2.

Sapi Perah

40

3.

Kerbau

4.

Kuda

5.

Kambing dan Domba

13.187

6.

Ayan Buras

432.315

7.

Ayam Ras Petelur

161.548

8.

Ayam Ras Pedaging

53.673

9.

Itik

105.167

10.

Puyuh

44.787

11.

Anjing

31.778

12.

Kelinci

7.320

17.787
172

Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Agam tahun 2008

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 40

1.2.4.4 Sektor Kehutanan


Luas hutan berdasarkan fungsi yang ada di Kabupaten Agam
berdasarkan peta Padusarasi RTRW-TGHK tahun 1996/1997
adalah 85,883.40 Ha atau sekitar 38,51 % dari luas keseluruhan
wilayah Kabupaten Agam. Adapun perincian luas hutan di
Kabupaten agam adalah: Hutan PPA seluas, 27,533.40 Ha,
Hutan Lindung seluas 31,560.00 Ha, Hutan Produkasi seluas
6,140.00 Ha dan Hutan Produksi Terbatas seluas 20,883.40.
Tabel I.10
Luas Hutan di Kabupaten Agam
No

Jenis

Luas (Ha)

1.

Hutan PPA

27.533,40

2.

Hutan lindung

31,560,00

3.

Hutan produksi

6,140,00

4.

Hutan produksi terbatas


Jumlah

20,650,00
85.883,40

Sumber : TGHK dan RTRWP Dati II Agam Th 1996/1997

1.2.4.5 Sektor Perikanan dan Kelautan


Kabupaten Agam memiliki panjang pantai 43 Km dengan luas
laut mencapai 313,04 Km. Sementara untuk luas perairan
umum (air tawar) yang ada di Kabupaten Agam, luasnya
mencapai 10.518 Ha.
Untuk perikanan laut, terdapat di Kecamatan Tanjung Mutiara,
dimana hasil tangkapan ikan laut dominan adalah jenis ikan
tembang, ikan teri, tongkol, ikan layang, ikan kembung, ikan
layur, cakalang, mayang dan udang. Sementara untuk kegiatan
budidaya ikan, terdapat di danau maninjau dengan jumlah
keramba jaring apung (KJA) sebanyak 8.930 petak dengan
jumlah pengelola 330 orang. Usaha budidaya lainnya adalah
pada kolam air deras, kolam air tenang, keramba irigasi dan
RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 41

sawah. Untuk penangkapan ikan di perairan umum, dilakukan di


Danau Maninjau dan sungai-sungai yang tersebar di Kabupaten
Agam seperti di Batang Masang Kiri, Masang Kanan, Batang
Antokan dan Batang Tiku.
Tabel I.11
Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya
di Kabupaten Agam Tahun 2007
No

Jenis Produksi

Hasil Tangkapan (Ton)

1.

Ikan Laut

4.966,8

2.

Budidaya

55.670,35

3.

Perairan Umum

755,98

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Agam Tahun 2008

Untuk produksi perikanan di Kabupaten Agam terbagi menjadi 3


jenis produksi yaitu jenis ikan laut, budidaya dan perairan umum.
Dari ketiga jenis tersebut, untuk jenis budidaya merupakan jenis
yang paling banyak terdapat di Kabupaten Agam dengan jumlah
tangkapan 55.670,36 ton sedangkan untuk jenis perairan umum
memiliki nilai tangkapan yang paling rendah yaitu hanya 755,98
ton.
Sektor pengolahan dan pemasaran ikan yang ada di Kabupaten
Agam,

umumnya

masih

dalam

tahap

pengolahan

dan

pemasaran sederhana. Dari data yang ada, jumlah unit


pengolahan ikan terdapat 278 unit, sementara jumlah produksi
ikan olahan pada tahun 2009 mencapai 679,27 ton, dengan
jumlah tenaga pemasar sebanyak 672 orang.

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 42

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 43

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 44

1.2.4.6 Sektor Mineral dan Pertambangan


Tingkat pemanfaatan sumber daya mineral dan energi di
Kabupaten Agam masih sangat rendah. Sedangkan potensi
sumber daya mineral dan energi yang terkandung di wilayah ini
sangat potensial. Oleh karena itu prospek pengembangan dan
pemanfaatan sumber daya mineral dan energi masih sangat
terbuka.
Potensi bahan galian tambang golongan B yang dimiliki daerah
ini seperti biji besi di Kecamatan Matur, pasir besi di Kecamatan
Tanjung Mutiara. Sedangkan potensi bahan galian golongan C
seperti andesit, granit, dolomit, dan marmer terdapat di
Kecamatan Tilatang Kamang, Kecamatan Palupuh, Kecamatan
IV

Koto,

Kecamatan

Tanjung

Raya,

Kecamatan

Matur,

Kecamatan Baso dan Kecamatan Lubuk Basung.


Berdasarkan data Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
Provinsi Sumatera Barat, terdapat beberapa izin pertambangan
yang ada di Kabupaten Agam sampai akhir tahun 2008. Ijin
pertambangan yang diberikan bervariasi, dari mulai izin
eksplorasi, pengolahan, penyelidikan umum, pengangkutan dan
penjualan sampai pada ijin eksplorasi. Untuk bahan galian yang
mendapat ijin terdiri dari bahan galian pasir besi, dolmit dan
juga batu kapur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
I.19, I.20 dan I.21.

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 45

Tabel I.12
Potensi Sumber daya Mineral di Kabupaten Agam tahun 2007
No

Jenis

1
1.

2.

Lokasi

2
Batu Kapur

Marmer

Potensi

Keterangan

Palembayan, Palupuh dan Padang


Tarok

Sumber daya

Penyelidikan umum

Simarasok

109.375.000 ton

Kecamatan Baso

9.375.000 ton
(hipotetik)

Kamang Mudik, Kecamatan


Kamang Magek

25.000.000 ton
(hipotetik)

Kamang, Kecamatan Kamang


Magek

500.000.000 ton
(sumber daya)

Penyelidikan umum

Matur

Sumber daya

Penyelidikan umum

Kecamatan Palupuh

62.500.000 ton (700


ha) sumber daya

3.

Dolimit

Mudik Pauh, Kecamatan Palupuh

5.900.000 ton (45 ha)


sumber daya

Sebagian sudah diusahakan oleh PT


Bukit Ayu Tunas Lestari
Unsur MgO = 17,93-20,86
CaO = 30,20 32,0%
SiO = ttd 0,6%
Fe2O3 = 0,10 0,30%
SiO2 = 1,76 2,24%

4.

Kalsit

Tersebar di Kecamatan Baso

Sumber daya

Penyelidikan umum

5.

Fosphat

Ngalau Baja, Biaro, Durian dan


Bunian

Sumber daya

Penyelidikan umum

6.

Granit

Bukit Cimpago, Malalak Cimpago


Kecamatan IV Koto

Sumber daya

Penyelidikan umum

Bukit Antokan, Bukit Masang, Bukit


Labuhan, dan Bukit Pandih Dusun
Durian Kapeh, Kecamatan Tanjung
Mutiara

Sumber daya

Penyelidikan umum
Granit kemungkinan dalam bentuk stock
granodiorit, berwarna abu-bau tua
kehitaman, masif, fanerik halus,
sedang,subhedral, equigranular, kuarsa,
arthoktas hornblende, plagioklas keras.

Batu Kambing, Malabur dan batang


Dareh, Kecamatan Lubuk Basung

Sumber daya

Penyelidikan umum

Ladang hutan dan Panambahan


Kecamatan Baso

Sumber daya

Penyelidikan umum
Hutan lindung

Paninggiran Ateh, Paninggiran


Bawah dan Bukit Bateh Dagang,
Kecamatan Palupuh

Sumber daya

Penyelidikan umum

Tersebar di Kecamatan Matur

5.280.000 M3

Sebaran dalam satuan batuan tufa


berbatu apung

Tersebar di Kecamatan Palupuh

61.600.000 M3

Penyelidikan umum

Baso, Palembayan, IV Koto, Batu


Kambing, Sipisang dan Tilatang
Kamang

Sumber daya

Penyelidikan umum

7.

8.

Andesit

Trass

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 46

9.

Balerang

Koto Baru

100 ton (hipotetik)

Penyelidikan umum

10.

Tufa

Tersebar di Kecamatan Matur

5.280.000 M3

Sebaran dalam satuan batuan tufa


berbatu apung, berupa jarum-jarum gelas
(0,1) bersifat lepas, mudah terurai.

Tersebar di Kecamatan Palupuh

61.600.000 M3

Penyelidikan umum

Baso, Palembayan, IV Koto, Batu


Kabing, Sipisang dan Tilatang
Kamang

Sumber daya

Penyelidikan umum

Dunit
Harzburgit

Sungai Air, Tiga Koto Silungkang,


Kecamatan Palembayan

50 Ha (Sumber daya)

Penyelidikan umum

Toseki

Tersebar di Kecamatan
palembayan dan Palupuh

Sumber daya

11.

12.

Dunit merupakan batuan beku ultra basa


yang berwarna abu-abu, masif,
holokristalin, fenerik kasar, anhedral
equigranular, didominasi oleh mineral
olive dan sedikit plagioklas. MgO = 3347%
Penyelidikan umum
Luas sebaran toseki di Palembayan
mencapai 200 ha.

13.

Pasir dan Batu

Tersebar di Sungai Batang Jabur


(Baso dan IV Angkat Canduang),
Mancung, Padang Tarab (Baso),
Batang Masang (Palembayan), dan
Batang Bawan (Lubuk Basung)

Sumber daya

Pasir dan batu (sitru) berupa sitru sungai


dan daerah limbah banjir.

14.

Tanah Liat

Tersebar pada lereng perbukitan


sisi utara Danau Maninjau mulai
dari Malabur-Lubuk Basung sampai
Matur. Dan Komplek perbukitan
Gunung Sirabungan dari Pagadis
Hilir Ampai Nan Limo, Kecamatan
Palupuh

Sumber daya

Penyelidikan umum

Desa Durian Kapeh dan Tiku V


Jorong, Kecamatan Tanjung
Mutiara

2.800 M3 (spekulatif),
luas wilayah 2.500
ha

Diluar sempadan (200 m dari garis


pantai)

Pada sempadan
pantai 80 ha (4 km x
200 m)

15.

Pasir Besi

Sebaran tanah liat umumnya merupakan


perbukitan landai bergelombang dan
tingkat keseburan tanah yang kurang
subur.

Sebagian sedang diusahakan oleh PT


Andalas Minang Malindo

60.000 M3 (spekulatif)
16.

Emas

Desa Pagadis Sei. Guntung dan


Pasir Lawas Kecamatan Palupuh

337.500 ton
(spekulatif)

Luas wilayah 24 Ha.

Sumber : Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sumatera Barat Tahun 2008

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 47

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 48

1.2.4.7

Sektor Pariwisata
Objek wisata yang dapat ditemukan di daerah Kabupaten Agam,
sangat beragam dan berpotensi untuk dikembangkan. Objek
wisata tersebut antara lain wisata alam, wisata sejarah atau situs
budaya, seni budaya dan wisata minat khusus. Oleh karena
beragamnya objek wisata tersebut maka Agam menjadi daerah
tujuan wisata yang utama di Sumatera Barat.
Adapun bentuk potensi wisata alam adalah berupa keindahan
alam yang mempesona karena masih sangat alami, dengan
adanya perbukitan/pegunungan, air terjun, pemandian, panorama
danau, lembah, lautan dan pantai. Semua objek wisata alam
yang terdapat di Kabupaten Agam terdata lebih kurang 56 objek,
dan mayoritas terdapat dikawasan barat seperti Kecamatan
Tanjung Raya dan Tanjung Mutiara.
Sementara itu, potensi wisata sejarah dan budaya dalam wujud
benda-benda bukti sejarah yang

tangible (berwujud) dan

intangible (tidak berwujud). Sedangkan potensi wisata minat


khusus adalah dalam bentuk arung jeram, buru babi, paralayang
dan perahu naga.
Ragam Potensi Alam dan Budaya Kabupaten Agam
Potensi alam sebagai objek wisata di Kabupaten Agam terdapat
sebanyak 56 objek wisata antara lain: Danau Maninjau, Puncak
Lawang, Kelok 44, Ambun Pagi, Air Panas, Telaga Anggrek, Air
Tiga Raso, Ngarai Sianok, Ngalau Kamang, Aia Janiah, Bunga
Raflesia, Bandar Mutiara, Pulau Ujung dan Pulau Tangah dan
lain-lain.
Disamping itu terdapat 61 objek wisata budaya, 11 objek wisata
sejarah, 84 kegiatan wisata minat khusus.

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 49

Sebagai

penunjang

kawasan

wisata,

aksesibilitas

menuju

kawasan wisata berupa prasarana jalan sudah cukup baik.


Sudah terdapat empat buah hotel berbintang dengan 196 kamar
dan 377 buah tempat tidur. Hotel non bintang (hotel melati)
berjumlah 32 buah dilengkapi dengan 286 kamar dan 513 tempat
tidur. Tenaga kerja pada hotel berbintang 139 orang dan 90 orang
pada hotel Melati. Rumah makan yang ada sebanyak 53 buah
dengan tenaga kerja sebanyak 238 orang.
Kunjungan wisatawan selama tahun 2008 berjumlah 77.743
orang terdiri dari wisatawan nusantara 69.895 orang dan
wisatawan mancanegara sebanyak 7.848 orang.
Tabel 1.13
Jumlah Objek Wisata Berdasarkan Jenis
Menurut Kecamatan Tahun 2007
No

Kecamatan

Alam

Budaya

Minat
Khusus

Jumlah

Tanjung Mutiara

Lubuk Basung

Ampek Nagari

Tanjung Raya

11

10

21

Matur

13

IV Koto

Malalak

Banuhampu

Sungai Pua

10

IV Angkat Canduang

11

Canduang

12

Baso

11

13

Tilatang Kamang

14

Kamang Mangek

15

Palembayan

11

16

Palupuh

13

56

84

140

Total
Sumber : BPS Tahun 2008

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 50

1.2.5

Potensi Ekonomi Wilayah


1.2.5.1 Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat dilihat melalui
perkembangan

nilai

nominal

PDRB

yang

merupakan

perkembangan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh


unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan
perkembangan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh seluruh unit ekonomi.
Pada tahun 2004 secara nominal terjadi kenaikan PDRB atas
dasar harga berlaku sebesar 448.922,81 juta rupiah, dari
2.106.790,66 juta rupiah menjadi 2.555.713,47 juta rupiah.
Namun

kenaikan

ini

belum

mencerminkan

perbaikan

perkembangan ekonomi secara riil karena masih mengandung


unsur inflasi. Secara riil, pertumbuhan ekonomi wilayah dapat
dilihat dari perkembangan nilai PDRB yang dihitung atas dasar
harga konstan tahun 2004 yang mencapai 2.066.647,63 juta
rupiah, naik menjadi 2.190,815,65 juta rupiah pada tahun 2005.
artinya, perekonomian Wilayah Kabupaten Agam pada tahun
2005 mengalami pertumbuhan sebesar 5,71%.
Jika dikaitkan dengan jumlah penduduk, nilai PDRB perkapita
Kabupaten Agam mengalami peningkatan yang signifikan setiap
tahunnya dalam lima tahun terakhir ini (terhitung sejak tahun
2004). Hal ini disebabkan oleh cukup tingginya peningkatan
nominal PDRB dan relatif rendahnya pertumbuhan penduduk
Kabupaten Agam. PDRB perkapita dihitung berdasarkan nilai total
PDRB dengan jumlah penduduk kabupaten pertengahan tahun
pada tahun yang sama. Lebih rincinya mengenai pekembangan
nilai PDRB perkapita selama 5 tahun dapat dilihat pada tabel
1.15.

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 51

Tabel I.14
PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku
Kabupaten Agam Pada Tahun 2004-2007
No

Tahun

Nilai Nominal (Rp)

2004

2.555.713,47

2005

2.867.878,81

2006

3.377.957,22

2007

3.924,766,90

Sumber: BPS Kabupaten Agam, 2008

Tabel I.15
Kontribusi PDRB Sektoral Kab. Agam Berdasarkan Harga Konstan 1993
Menurut Lapangan Kerja Tahun 2004-2007
No

Lapangan
Usaha

2004

2005

2006

2007

10

1.

Pertanian

685.611,11

33,18

749.063,79

34,19

813.823,80

35,00

884.512,79

35,83

a.

Pertanian
Tanaman Pangan

385.715,25

18,66

406.621,01

18,56

439.972,21

18,92

476.124,31

19,28

b.

Perkebunan

190.271,46

9,21

225.183,14

10,28

250.760,15

10,78

279.304,07

11,31

c.

Peternakan dan
hasil-hasilnya

59.602,73

2,88

63.049,10

2,88

65.673,35

2,82

68.433,89

2,77

d.

Kehutanan

16.203,69

0,78

17.967,81

0,82

18.433,18

0,79

18.708,39

0,76

e.

Perikanan

33.817,98

1,64

36.242,73

1,65

38.984,91

1,68

41.942,13

1,69

Pertambangan &
Penggalian

80.210,87

3,88

84.654,54

3,86

88.977,89

3,83

93.586,76

3,79

2.
a.

Minyak dan gas


bumi

b.

Pertambangan
tanpa migas

c.

Penggalian

80.210,87

3,88

84.654,54

3,86

88.977,89

3,83

93.586,76

3,79

Industri
Pengolahan

304.965,84

14,76

314.602,77

14,36

327.923,50

14,10

341.875,08

13,84

3.
a.

Industri migas

b.

Industri tanpa
migas

304.965,84

14,76

314.602,77

14,36

327.923,50

14,10

341.875,08

13,84

RTRW Kab. Agam 2010-2030

10

I - 52

4.

Listrik, Gas
dan Air Minum

18.690,13

0,90

19.839,07

0,91

21.232,67

0,91

22.752,34

0,92

a.

Listrik

17.623,47

0,85

18.688,94

0,85

20.003,01

0,86

21.434,70

0,87

b.

Gas

c.

Air bersih

1.066,66

0,05

1.150,13

0,05

1.229,66

0,05

1.317,64

0,05

5.

Bangunan

94.327,17

4,56

98.487,02

4,50

103.554,24

4,45

108.906,29

4,41

6.

Perdagangan,
Hotel, dan
Restoran

364.414,82

17,63

383.676,68

17,52

407.574,24

17,53

432.916,64

17,54

a.

Perdagangan
besar dan
enceran

348.427,38

16,86

367.134,25

16,76

390.186,61

16,78

414.817,59

16,80

b.

Hotel

7.220,86

0,35

7.409,41

0,34

7.715,76

0,33

8.038,37

0,33

c.

Restoran

8.766,58

0,42

9.133,02

0,42

9.671,87

0,42

10.060,68

0,41

Pengangkutan
& Komunikasi

92.796,55

4,49

98.710,51

4,51

102.693,90

4,42

107.251,63

4,34

Pengangkutan

86.135,70

4,17

91.484,18

4,18

95.018,85

4,09

98.830,57

4,00

1. Angkutan rel

85.061,69

4,12

90.352,52

4,12

93.811,55

4,03

97.542,07

3,95

249,24

0,01

256,27

0,01

262,59

0,01

7.
a.

2. Angkutan
jalan raya
3. Angkutan air

245,57

4. Angkutan
udara

0,01

831,44

0,04

882,42

0,04

951,03

0,04

1.025,90

0,04

Komunikasi

6.660,85

0,31

7.226,33

0,33

7.675,05

0,33

8.421,06

0,34

Keuangan,
Persewaan
dan Jasa
Perusahaan

73.690,57

3,57

78.823,03

3,60

82.437,83

3,55

86.427,68

3,50

a.

Bank

17.070,85

0,84

18.651,27

0,85

19.583,35

0,84

20.593,92

0,83

b.

Lembaga
keuangan
tanpa bank

9.713,15

0,45

10.771,89

0,49

11.217,46

0,48

11.792,91

0,48

c.

Sewa
bangunan

46.637,84

2,27

49.123,64

2,24

51.352,28

2,21

53.746,36

2,18

d.

Jasa
perusahaan

268,73

0,01

276,23

0,01

284,74

0,01

294,49

0,01

17,36

362.958,24

16,57

376.942,98

16,21

390.532,61

5. Jasa
penunjang
angkutan
b.
8.

9.

Jasa-jasa

3
351.940,57

RTRW Kab. Agam 2010-2030

10
15,82

I - 53

a.

Pemerintah
umum

307.044,15

15,20

315.224,75

14,39

326.989,47

14,06

338.191,97

13,69

b.

Swasta

44.896,42

2,16

47.733,49

2,18

49.953,51

2,15

52.341,03

2,12

1. Sosial
kemasyarakat
an

10.048,39

0,49

10.549,81

0,48

11.224,60

0,48

11.971,97

0,48

2. Hiburan dan
rekreasi

759,68

0,04

808,00

0,04

836,20

0,04

879,69

0,04

3. Perorangan
dan
rumahtangga

34.088,35

1,63

36.375,68

1,66

37.892,71

1,63

39.489,37

1,60

2.066.647,63 100,00

2.190.815,65

100,00 2.468.761,82

100,00

Jumlah PDRB

100,00 2.325.161,05

Sumber: PDRB 2005-2008, BPS Kab. Agam, dan Kab. Agam Dalam Angka 2008

Secara umum, semua sektor sampai tahun 2007 mengalami


pertumbuhan yang positif, kecuali sektor pengangkutan dan
komunikasi dan jasa- jasa yang mengalami pertumbuhan negatif
pada tahun 2007
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa sektor yang tingkat
pertumbuhannya tetap positif selama kurun waktu 2004-2007
adalah sektor listrik dan air bersih. Sedangkan sektor yang paling
besar mengalami kemunduran (penurunan negatif) adalah sektor
perdagangan besar dan eceran dan hotel, pengangkutan dan
komunikasi serta jasa-jasa. Dari kedua hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa sektor listrik

dan air bersih merupakan

sektor yang paling kuat bertahan (stabil) di Kabupaten Agam,


sedangkan sektor perdagangan besar dan eceran dan hotel,
pengangkutan dan komunikasi serta jasa-jasa merupakan sektor
yang paling rapuh atau mudah berfluktuasi.
1.2.5.2 Sektor-Sektor Basis Kabupaten
Jika dilihat dari kegiatan ekonomi yang paling produktif, maka
wilayah ini merupakan wilayah yang masih bergantung terhadap
kegiatan primer, tepatnya kegiatan pertanian yang merupakan
penyumbang terbesar terhadap PDRB Kab. Agam, yang disusul
oleh kegiatan perdagangan, industri dan jasa. Dengan kondisi
RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 54

perekonomian seperti itu, maka kegiatan perdagangan, industri


dan

jasa

sebaiknya

lebih

diarahkan

kepada

kegiatan

perdagangan, industri dan jasa yang mendukung kegiatan


pertanian,
mengingat

ataupun

kegiatan

besarnya

yang

sektor

mendukung

pariwisata

pariwisata

untuk

terus

dikembangkan.
Kondisi lain yang juga perlu untuk dicermati berkaitan dengan
struktur ekonomi Kabupaten Agam adalah penelaahan sektor
sektor yang menjadi sektor basis dan non-basis. Dari data hasil
olahan dengan menggunakan PDRB Atas Dasar Harga Konstan
1993 nampak beberapa sektor yang menjadi sektor basisi
dimana sektor tersebut memiliki angka LQ lebih besar dari 1.
Dari sektor primer terdapat beberapa sektor yang menjadi sektor
basis yaitu sektor tanaman bahan makanan, sektor tanaman
perkebunan serta sektor peternakan. Ketiga sektor tersebut
dapat dikatakan telah dapat memenuhi kebutuhan didalam
perekonomian Kabupaten Agam bahkan telah dapat pula di
ekspor ke luar kabupaten tersebut. Hal ini menjadikan ketiga
sektor tersebut adalah sektor basis.
Sementara itu untuk sektor sekunder yang dalam hal ini adalah
sektor industri pengolahan yang dimiliki oleh Kabupaten Agam
memiliki kondisi yang juga menjadikan sektor tersebut adalah
sektor basis. Output yang dihasilkan oleh sektor industri
pengolahan kabupaten ini tidak hanya di arahkan pada
pemenuhan kebutuhan didalam perekonomian Kabupaten Agam
namun juga untuk memenuhi kebutuhan yang terdapat diluar
perekonomian kabupaten tersebut.
Dilihat dari kondisi sebagaimana diuraikan di atas nampak
perekonomian Kabupaten Agam memiliki banyak sektor basis
dan hal ini merupakan salah satu keunggulan dari perekonomian
RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 55

tersebut. Dilain pihak dengan kenyataan bahwa sektor primer


dan sektor sekunder telah dapat menjadi sektor basis maka
perekonomian kabupaten ini telah berorientasi pada pemenuhan
kebutuhan untuk perekonomian diluar kabupaten.
Tabel I.16
Penghitungan Location Quotient Kabupaten Agam 2005 2008
No

Sektor

2005

2006

2007

2008

Tanaman Bahan Makanan

1.76

1.93

1.95

1.98

Tanaman Perkebunan

1.45

1.37

1.39

1.39

Peternakan

1.16

1.15

1.17

1.25

Kehutanan

0.40

0.37

0.38

0.35

Perikanan

0.42

0.44

0.46

0.51

Pertambangan & Penggalian

0.81

0.82

0.86

0.87

Industri Pengolahan

1.16

1.14

1.15

1.21

Listrik

0.78

0.78

0.75

0.83

Air Bersih

0.39

0.38

0.38

0.45

10

Bangunan

1.10

1.08

1.08

1.14

11

Perdagangan besar & Eceran

1.13

1.12

1.12

1.16

12

Hotel

2.00

1.83

1.90

2.32

13

Restoran

0.78

0.80

0.81

0.80

14

Pengangkutan

0.34

0.37

0.36

0.39

15

Komunikasi

0.25

0.27

0.26

0.26

16

Bank

0.42

0.43

0.42

0.46

17

Lembaga Keuangan tanpa Bank & Jasa


Penunjang Keuangan

0.36

0.33

0.32

0.35

18

Sewa Bangunan

0.95

0.95

1.02

1.13

19

Jasa Perusahaan

0.15

0.15

0.16

0.17

20

Jasa-jasa

0.92

0.91

0.96

0.98

Sumber : Hasil Analisis, 2009

1.3 ISU ISU STRATEGIS

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 56

Perkembangan suatu wilayah tidak terlepas dari isu-isu strategis, terkait


dengan hal tersebut dapat disampaikan beberapa isu-isu strategis, antara
lain:
1. Secara geografis terletak pada daerah rawan bencana (tsunami,
gempa, gerakan tanah/lonsor, banjir, abrasi serta letusan gunung api);
2. Posisi Kabupaten Agam yang terletak pada kawasan yang sangat
strategis yang dilalui jalur Lintas Tengah Sumatera dan Jalur Lintas
Barat Sumatera dan dilalui oleh Fider Road yang menghubungkan
Lintas Barat, Lintas Tengah dan Lintas Timur Sumatera yang
berimplikasi pada perlunya mendorong daya saing perekonomian,
pentingnya memanfaatkan keuntungan geografis;
3. Masih adanya kesenjangan antar wilayah dalam Kabupaten Agam,
ketimpangan pembangunan antara Agam wilayah Timur dan Agam
wilayah Barat, dimana Agam wilayah Timur (Kecamatan Banuhampu,
Kecamatan Baso, Kecamatan Tilatang Kamang, Kecamatan Sungai
Pua, Kecamatan

Ampek Angkek, Kecamatan

Canduang dan

Kecamatan IV Koto) yang berbatasan langsung dengan Kota


Bukittinggi lebih berkembang dibanding dengan Agam wilayah Barat
(Kecamatan Malalak, Kecamatan Matur, Kecamatan Tanjung Raya,
Kecamatan Ampek Nagari, Kecamatan Palembayan, Kecamatan
Tanjung Mutiara, Kecamatan Palupuh).
4. Disamping itu Kabupaten Agam terletak pada Pantai Barat Sumatera
( 43 Km) yang dapat memanfaatkan sumber daya laut seperti
perikanan tangkap;
5. Penurunan luas kawasan hutan dan kawasan resapan air, serta
meningkatnya luas DAS kritis yang disebabkan alih fungsi lahan
untuk perkebunan serta adanya penebangan liar;
6. Basis perekonomian Kabupaten Agam masih berada pada sektor
primer yang berpotensi untuk dikembangkan;
7. Pemanfaatan sumber daya alam yang belum terkelola dengan baik
seperti Kawasan Danau Maninjau, sumber-sumber energi terbarukan,
RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 57

potensi wisata sehingga belum berjalan secara sinergis yang


berdampak kepada tingkat kesejahteraan masyarakat (tingginya
angka kemiskinan (KK) dan masih rendah angka IPM)
8. Masih

terbatasnya

penyediaan

prasarana

dan

sarana

dalam

mendukung pengembangan wilayah.

RTRW Kab. Agam 2010-2030

I - 58

Вам также может понравиться