Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
FISIKA MODERN
Oleh :
Dwi Teguh Rahardjo, M.Si
Daftar Isi
Bab 1. Relativitas
01. Kerangka acuan
02. Transformasi Galileo
03. Interferometer Michelson Morley
04. Transformasi Koordinat Lorentz
05. Transformasi Kecepatan Lorentz
06. Transformasi Percepatan Lorentz
07. Relativitas Khusus Einstein
08. Keserempakan yang Relatif
09. Dilatasi Waktu
10. Kontraksi Panjang Lorentz Fitzgerald
11. Pemuaian Massa
12. Hubungan Massa dan Energi
13. Transformasi Momentum Energi
14. Efek Doppler Relativistik
15. Kovarian Lorentz pada Persamaan Maxwell
16. Sekilas Teori Relativitas Umum Einstein
Bab 2. Permulaan Teori Kuantum
01. Radiasi Benda Hitam
02. Efek Fotolistrik
03. Efek Compton
04. Dualitas Gelombang dan Partikel dari suatu Materi
05. Gelombang Materi de Broglie
06. Ketidakpastian Heisenberg
07. Gelombang Mekanik Schrodinger
Bab 3. Model model Atom
01. Model Atom Thomson
02. Model Atom Rutherford
03. Model Atom Bohr
04. Teori Kuantisasi Momentum Sudut Wilson-Sommerfeld
05. Model Atom Vektor
06. Model Atom Mekanika Kuantum
Bab 4. Radioaktivitas
01. Peluruhan Radioaktif
02. Umur Paruh Waktu
03. Umur Rata rata
04. Aktivitas Unsur Radioaktif
05. Koreksi Massa Berhingga Inti
06. Disintegrasi berturut-turut
07. Hukum Pergeseran Radioaktif
BAB 1
RELATIVITAS
1.2 Kerangka Acuan
Posisi/letak suatu benda ditentukan oleh ukuran jaraknya dari suatu benda
lain sebagai titik acuan, di mana titik acuan yang menentukan posisi benda-benda
lain ini juga dapat berupa sumbu-sumbu koordinat. Sekumpulan sumbu koordinat
sebagai acuan/referensi di mana posisi dan waktu sebuah benda/obyek diukur atau
ditentukan disebut kerangka acuan/referensi. Kerangka acuan sebagai referensi
waktu pengukuran ini dinyatakan secara bersamaan dengan posisi sebagai satu
kesatuan ruang dan waktu. Terdapat beberapa jenis sistem koordinat kerangka
acuan yaitu sistem koordinat kartesian, sistem koordinat bola, sistem koordinat
silinder, sistem koordinat kurvilinier, dan lain-lain. Nilai-nilai numerik koordinatkoordinat yang memberikan posisi sebuah obyek/benda pada saat itu adalah
berbeda-beda untuk sistem koordinat yang berbeda, sehingga memungkinkan
untuk menentukan hubungan matematika sederhana antara suatu sistem koordinat
kerangka acuan dengan sistem koordinat kerangka acuan yang lain dalam sistem
yang berbeda. Hubungan antara suatu sistem koordinat kerangka acuan dengan
sistem koordinat kerangka acuan lain disebut transformasi koordinat.
Kerangka acuan juga dapat bergerak relatif terhadap kerangka acuan lain.
Misal pengamat di dalam mobil yang bergerak dengan kecepatan v menjatuhkan
bola di dalam mobil, oleh pengamat di dalam mobil, bola tersebut terlihat jatuh
lurus ke lantai mobil dan memantul lurus ke atas, tetapi oleh pengamat yang
berada di pinggir jalan, bola tersebut terlihat jatuh dan memantul menurut lintasan
parabola. Pengamat di pinggir jalan yang berada dalam kerangka acuan diam,
melihat pengamat di mobil (yang berada dalam kerangka acuan bergerak dengan
kecepatan tetap) bergerak menjauhinya. Sedangkan menurut pengamat di dalam
mobil, merasa dirinya diam dan melihat pengamat di pinggir jalan yang bergerak
menjauhinya. Sehingga kerangka acuan diam dan kerangka acuan bergerak
merupakan istilah relatif yang bergantung di dalam kerangka mana seorang
pengamat menilai. Dua kerangka acuan yang bergerak lurus dengan kecepatan
tetap satu sama lain adalah ekuivalen dan hukum gerak Newton sama-sama dapat
diterapkan pada kedua kerangka acuan tersebut.
Pendahuluan
A. Deskripsi Maka Kuliah Fisika Modern
Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan referensi bagi mahasiswa
pada perkuliahan Fisika Modern. Materi modul ini disusun berdasarkan
pencapaian kompetensi yang tercantum dalam silabus. Di dalam modul ini
terdapat contoh contoh soal sebagai latihan bagi mahasiswa.
Setelah mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa dapat memahami
konsep konsep yang ada dalam mata kuliah Fisika Modern, sebagai berikut :
Definisi kerangka acuan dan gerak relatif, transformasi Galileo, interferometer
MichelsonMorley, transformasi Lorentz, postulat relativitas khusus Einstein,
Implikasi teori relativitas khusus Einstein, dan rumuskan efek Doppler
relativistik dari cahaya. Radiasi benda hitam, efek fotolistrik, efek Compton,
gelombang de Broglie, ketidakpastian Heisenberg, dan mekanika gelombang
Schroedinger. Model atom Thomson, Rutherford, dan Bohr, energi transisi
menurut model atom vektor, model atom mekanika kuantum, fungsi
gelombang elektron pada model atom mekanika kuantum, dan efek Zeeman,
pemisahan energi elektron akibat medan magnet luar pada efek Zeeman.
Peluruhan unsur radioaktif, umur paruh waktu unsur radioaktif, deskripsi
umur rata-rata unsur radioaktif, umur rata-rata unsur radioaktif, dan
disintegrasi berturut-turut unsur radioaktif
B. Petunjuk Belajar
Modul ini berisi kajian konsep konsep penting, contoh soal, dan latihan
soal yang telah dirancang sedemikian rupa sehingga mahasiswa dapat
mempelajari modul ini secara autodikdak. Untuk mencapai kompetensi yang
telah dideskripsikan dalam silabus dan RPP, maka mahasiswa sebaiknya
mempelajari modul dengan teliti, kemudian mengerjakan contoh soal dan
dilanjutkan latihan soal
4
1.2 Transformasi Galileo
Posisi suatu peristiwa sering kali perlu ditentukan berdasarkan suatu
kerangka acuan untuk melaporkan suatu peristiwa pada orang lain. Misal
pengamat di titik O berada di kerangka acuan S atau kerangka acuan (x,y,z) akan
melaporkan posisi suatu peristiwa di titik P pada gambar 1.1. sebagai P(2,1,2).
y
1
P
2
2
z
Gambar 1.1. Posisi suatu peristiwa P di kerangka acuan (x,y,z)
y'
O'
O
1
x
z
x , x'
x'
z'
5
kerangka acuan ( x' , y' , z' , t' ) di mana pada saat awal t = t' = 0 kedua kerangka
acuan tersebut berhimpit. Kerangka acuan ( x' , y' , z' , t' ) kemudian bergerak
dengan kecepatan tetap v searah sumbu x, sehingga terdapat hubungan
transformasi antara koordinat-koordinat dan waktu dari kerangka acuan (x,y,z,t)
ke kerangka acuan ( x' , y' , z' , t' ) pada suatu peristiwa di suatu titik P. Menurut
pengamat O' pada gambar 1.3., posisi koordinat suatu peristiwa di titik P yaitu
[(vtx), y' , z' , t' ], sedangkan menurut pengamat O pada gambar 1.4., posisi
koordinat suatu peristiwa di titik P yaitu [(v t' + x' ),y,z,t].
y
y'
vt
O'
x , x'
x'
x
z
z'
y' = y
.. (1.01)
z' = z
t' = t
y
y'
vt
P
O
x , x'
x'
z'
6
persamaan transformasi koordinat suatu peristiwa di titik P pada gambar 1.4.
menurut pengamat O yaitu
x = x' + vt'
y = y'
... (1.02)
z = z'
t = t'
Hubungan transformasi di atas dikenal sebagai persamaan transformasi
koordinat Galileo. Persamaan transformasi koordinat (1.02) biasanya disebut
transformasi koordinat invers. Jika persamaan tersebut didiferensialkan terhadap
waktu, maka akan didapatkan persamaan transformasi kecepatan Galileo yaitu
u'x = u x v
u 'y = u y
...(1.03)
u'z = u z
di mana u'x =
dx' dx' dt d ( x vt )
dx
=
=
v
=
dt'
dt
dt
dt dt'
dengan t = t' dan v = tetap, jika persamaan di atas didiferensialkan sekali lagi,
maka akan didapatkan persamaan transformasi percepatan Galileo, yaitu
a'x = a x
a' y = a y
..(1.04)
a'z = a z
Dari transformasi percepatan terlihat bahwa hukum gerak Newton tetap
sama di kerangka acuan yang diam atau di kerangka acuan yang bergerak lurus
dengan kecepatan tetap, yang artinya pengamat di suatu kerangka acuan akan
tidak dapat memutuskan apakah kerangka acuannya diam atau bergerak lurus
beraturan melalui percobaan mekanika dalam kerangka acuannya. Misal jika
percobaan menjatuhkan bola dilakukan dalam pesawat yang terbang dengan
kecepatan tetap dan seluruh jendela pesawat ditutup, maka pengamat di dalam
pesawat tidak akan mengetahui dari hasil percobaannya, apakah pesawatnya diam
atau bergerak. Ia akan memperoleh hasil percobaan yang sama dengan pengamat
yang ada di laboratorium di permukaan bumi (dianggap kerangka acuan diam).
Kerangka acuan yang bergerak lurus dengan kecepatan tetap relatif terhadap
7
kerangka acuan yang lain disebut kerangka inersial. Kesetaraan kerangka inersial
terhadap hukum mekanika klasik dikenal sebagai relativitas Newton.
Umumnya dianggap bahwa semua kerangka acuan yang berada di
permukaan bumi adalah kerangka-kerangka acuan inersial, walaupun anggapan
tersebut tidak sepenuhnya tepat, karena benda-benda di permukaan bumi bergerak
melingkar dengan kecepatan tetap yang tentu saja mengalami percepatan
sentripetal menuju pusat bumi. Newton beranggapan bahwa alam semesta ini
merupakan ruang absolut/mutlak dan dalam keadaan diam (tidak bergerak),
sehingga hukum gerak Newton tetap berlaku baik di kerangka acuan diam
maupun di kerangka acuan bergerak (dengan kecepatan tetap v) terhadap ruang
absolut ini. Jadi hukum gerak Newton tetap sama di semua kerangka-kerangka
inersial.
Contoh 1 :
Sebuah mobil A berkecepatan 72 km/jam melewati mobil B yang berkecepatan 18
km/jam, pada saat kedua mobil sejajar kedua pengemudi melihat arlojinya
masing-masing dan tepat jam 9.00. Lima detik kemudian pengemudi mobil B
melihat burung terbang searah mobilnya dan mengukur jarak burung 200 m di
depan mobil B. (mobil A, B, dan burung bergerak searah sumbu x).
1. Bagaimana koordinat burung menurut pengemudi mobil B dan A?
2. Lima detik kemudian pengemudi mobil B melihat burung lagi dan ia mengukur
jarak burung tersebut 225 m di depan mobilnya. Hitung kecepatan terbang
burung tersebut?
Jawab :
1. Koordinat burung menurut pengemudi mobil B
v B = 18 km/jam = 5 m/s
( x 2 , y2 , z2 , t 2 ) = (125 m, 0, 0, 5 s ) ,
di mana x 2 = x vt =225 ( 20 )( 5 ) = 125 m
2. Koordinat burung menurut pengemudi mobil B
8
kecepatan burung menurut pengemudi mobil B
x' x
225 200
v1 = 1 1 =
= 5 m/s
t 2 t1
10 5
koordinat burung menurut pengemudi mobil A
x'2 x 2
75 125
=
= 10 m/s
t 2 t1
10 5
Contoh 2 :
Seorang anak berenang bolak-balik dengan kecepatan c menyeberangi sungai
yang kecepatan arusnya v di mana lebar sungai yaitu L. Kemudian ia mencoba
berenang searah aliran sungai sejauh L dan kembali (menentang arus) sejauh L
juga. Tentukan waktu tempuh anak tersebut ketika bolak-balik menyeberangi
sungai dan tentukan juga waktu ketika ia berenang searah dan berlawanan arus
sungai.
Jawab :
v
L
Gambar 1.5. Aliran sungai dengan kecepatan tetap v
2L
c2 v 2
2L
c 1
v2
c2
2L
v2
1+
....(1.05)
c 2c 2
2Lc
=
2
c v2
2L
v2
c 1 2
c
(1+x )
2L v 2
1+ .. ...(1.06)
c c2
= 1+ nx +
n ( n 1)
2!
x2 + i i i
9
1.3 Interferometer Michelson Morley
Telah diketahui bahwa kecepatan gelombang elastik bergantung pada
kecepatan medium yang dilaluinya, jadi kecepatan gelombang bunyi dalam udara
akan berbeda jika angin bertiup dan jika kerapatan udara berbeda. Berdasarkan
prinsip tersebut Michelson dan Morley merancang percobaan untuk mendeteksi
apakah terdapat efek yang sama untuk kasus gelombang cahaya. Karena menurut
pendapat ilmuwan fisika klasik waktu itu, gelombang cahaya termasuk juga
gelombang elastik yang memerlukan medium untuk perambatannya dan karena
kecepatan gelombang cahaya sangat tinggi maka medium untuk perambatannya
harus mempunyai elastisitas yang sangat tinggi dan kerapatan yang sangat rendah.
Medium hipotetik (dugaan) ini mereka namakan ether. Ketika bumi mengelilingi
matahari, bumi dianggap akan melewati medium ether dan hal ini akan
menimbulkan angin ether yang dianggap akan mempengaruhi kecepatan cahaya
pada percobaan Michelson-Morley.
v
M1
LA
S
LB
M
M2
di mana
S = sumber cahaya
M = cermin semi transparan
M1 & M2 = cermin datar
v = kecepatan rotasi bumi
LA = jarak M ke M1
LB = jarak M ke M2
P = pengamat
P
Gambar 1.6. Interferometer Michelson-Morley
Dari gambar 1.4. didapatkan waktu tempuh cahaya dari M ke cermin yaitu
tA =
2L A
c 1
v2
c2
dan
tB =
2L B
v2
c 1 2
c
selisih waktu antara waktu tempuh cahaya dari M ke M1 dan dari M ke M2 yaitu
t = tA tB
2 LA
LB
t =
2
c
v2
v
1
1 2
2
c
c
10
Jika alat percobaan diputar 900 , maka
t'A =
2L A
v
c 1 2
c
2
2L B
t'B =
dan
c 1
2 LA
t' = t'A t'B =
c v2
1 2
v2
c2
LB
v2
1 2
c
2 L A
LB
LB
LA
t' t =
+
c v2
v2
v2
v2
1 2
1 2
c2
c2
c
c
2
1
t' t = ( L A + L B )
c
v2
1 2
c
v2
2
t' t ( L A + L B ) 2
c
2c
v2
1 2
c
( L A + LB ) v2
c3
Selisih ini menghasilkan perubahan fase antara 2 cahaya yang masuk teleskop
(pengamat) atau yang ditangkap layar. Jika periode vibrasi (getaran) sumber
cahaya monokromatik yaitu T, maka pergeseran lingkaran yang teramati
diharapkan menjadi
N =
L + LB v2
t' t
= A
2 .........(1.07)
T
Jika terjadi selisih lintasan 1 panjang gelombang () antara 2 cahaya, maka akan
menghasilkan pergeseran 1 lingkaran (fringe) yaitu lingkaran bagian dalam akan
menggantikan posisi lingkaran bagian luar dan seterusnya.
Dari gambar 1.6 di atas, panjang lintasan dari M ke M1 bolak-balik yaitu
MM1 +M1M = ct A =
2L A
1
v2
c2
v2
2L A 1 2
2c
11
Dan dari M ke M2 bolak-balik yaitu
v2
2L B
MM 2 +M 2 M = ct B =
2L
B 1 2
v2
c
1 2
c
Selisih lintasan cahaya yang sampai pengamat yaitu
ct B ct A =
Lv2
c2
(jika LA = LB = L)
2L
A 1 2
v2
c
1 2
c
2L A
MM1 +M1M = ct A =
MM 2 +M 2 M = ct B =
2L B
1
ct B
v2
c2
v2
2L B 1 2
2c
Lv 2
ct A = 2 (jika LA = LB = L)
c
Maka selisih lintasan cahaya sebelum dan sesudah alat diputar 900 yaitu
Lv 2 2Lv 2
Lv 2
2 =
c2
c2
c
...(1.08)
v2
Jika kecepatan revolusi bumi v 30 km/s. maka 2 108 dan jika L = 12,5
c
meter, sehingga perubahan yang diharapkan pada selisih lintasan karena
2
perputaran alat 900 yaitu 2Lv = 2 (12,5 ) 10 8 m = 2500 A
2
12
interferensi sebesar atau 0,5 yaitu posisi lingkaran pertama berubah menjadi
lingkaran yang terletak antara lingkaran pertama dengan lingkaran kedua (garis
putus-putus), lingkaran kedua menjadi lingkaran yang terletak antara lingkaran
kedua dengan lingkaran ketiga (garis putus-putus) dan seterusnya lihat gambar
1.7. Tetapi pergeseran lingkaran sebesar 0,5 tersebut ternyata tidak teramati pada
eksperimen, sehingga Michelson-Morley kemudian menyimpulkan :
1. Tidak terdapat kecepatan relatif antara bumi dan ether, dengan kata lain ether
sebenarnya tidak ada.
2. Kerangka acuan absolut yang diusulkan Newton tidak ada dalam kenyataan.
3. Kecepatan cahaya sama di semua kerangka inersial.
Alat interferometer dapat juga digunakan untuk menentukan panjang
gelombang () suatu sumber cahaya monokromatik, yaitu dengan memasang v = 0
(karena tidak ada ether maka tidak ada efek kecepatan rotasi bumi dan
interferometer dianggap berada dalam kerangka referensi diam ).
t = t A t B
2
c
t =
LA
1
v2
c2
LB
v2
1 2
c
2
LA LB
c
t =
d = LA LB
dengan
t 2d
=
T cT
N=
2d f
c
dengan
N=
t
T
N=
2d
dengan
c
f
dan
f=
1
T
2d
N
13
Contoh 3 :
Suatu percobaan dipakai interferometer Michelson-Morley untuk menguji
keberadaan zat eather sebagai medium perambatan cahaya. Jarak antara cermin
datar dan cermin semi transparan pada interferometer 22,5 meter dan kecepatan
o
2Lv 2
c
2 ( 22, 5 )( 30000 )
( 3.10 )
8 2
2 ( 22, 5 ) 9.10 8
9.10
16
) m = 4, 5.10 7 m =
4500 A
4500
x100% = 75%
6000
Contoh 4 :
Alat interferometer Michelson-Morley digunakan untuk menentukan panjang
gelombang () suatu sumber cahaya monokromatik. Jika selisih jarak lintasan
cahaya antara cermin tetap 1 cermin semi transparan dengan cermin tetap 2
cermin semi transparan untuk 10 kali pergeseran lingkaran interferensi adalah
3.106 m, tentukan sumber cahaya yang digunakan dalam percobaan ?
Jawab:
=
6
o
2d 2 ( 3.10 )
=
= 6.10 7 m = 6000 A
N
10
contoh 5 :
Di percobaan Interfero Michelson-Morley, jarak lintasan optik (L) yaitu 10 m dan
o
(
)(
2 (10 ) 3.104
2Lv 2
N=
=
= 0,5
7
8 2
c2
4.10
3.10
14
1.4 Transformasi Koordinat Lorentz
Ciri-ciri suatu transformasi persamaan yaitu :
a. Agar kedua kerangka inersial (x,y,z,t) dan ( x' , y' , z' , t' ) sama, maka persamaan
transformasi harus simetris, kecuali tanda kecepatan relatif antara dua sistem,
akan positif di suatu sistem dan negatif di sistem lain.
b. Jika semua kuantitas (x,y,z,t) berhingga, maka kuantitas ( x' , y' , z' , t' ) yang
diperoleh dari transformasi harus juga berhingga.
c. Ketika kecepatan relatif kedua kerangka nol, maka hubungan transformasi
harus memberikan nilai-nilai koordinat dan waktu yang sama untuk kedua
sistem yaitu x = x' , y = y' , z = z' , t = t' .
d. Hukum penjumlah kecepatan yang diperoleh dengan menggunakan hubungan
transformasi harus menggunakan kecepatan cahaya sama (invariant) di dalam
semua kerangka inersial.
Transformasi Lorentz didasarkan atas dua hal yaitu
1. Waktu pada kedua kerangka inersial berbeda (t t' )
2. Kecepatan cahaya sama menurut pengamat di kedua kerangka.
Didasarkan hal tersebut, transformasi Galileo perlu diubah bentuk persamaannya
dengan memasukkan konstanta (untuk kerangka acuan bergerak searah sumbu x
dengan kecepatan tetap v terhadap kerangka lain) yaitu
x' = ( x vt ) ....(1.09)
x' = ct'
dan
..... (1.10)
vt' = ( v ) t + 1 2 x
1 2
t' = t +
x . (1.12)
v
15
x' = ct'
1 2
( x vt ) = c t +
x
v
1 2
x c
x = ct + vt
v
1 2
x
c c = ct ( c + v )
v
x = ct
( c + v )
1 2 2
1 2 2
c
c
1 2 2
c = v
v
(1 2 ) c2 = 2 v2
c2 = 2 ( c2 v 2 )
=
maka
..... (1.13)
v2
1 2
c
1
v2
=
1
2
c2
atau
v2
1
= 1 2
2
c
1 2
t' = t + 2 x
v
1
2 1
t' = t +
v
maka
16
vx
t' = t 2 =
c
vx
t 2
c
v2
1 2
c
1
(x
x' =
vt )
..... (1.14)
v2
1 2
c
y' = y
..... (1.15)
z' = z
..... (1.16)
t' =
vx
t 2
c
v2
1 2
c
1
..... (1.17)
atau
vt = ( v ) t' + 2 1 x'
2 1
t = t' +
x'
v
atau
2 1
t = t ' + 2 x '
v
1 x'
t = t' + 1 2
v
x' + vt'
x=
v2
1 2
c
..... (1.18)
y = y'
..... (1.19)
z = z'
..... (1.20)
t=
vx'
c
v2
1 2
c
1
17
kecepatan cahaya selalu tetap pada pengamat diam maupun bergerak, untuk
pengamat diam, x = ct
x' =
x vt
v2
1 2
c
1
x' = ct
1 +
v2
1 2
c
vx
t
c2 =
v2
1 2
1
c
1
t' = t
1 +
1 +
c
v
t 1
c
=t
v
v
1 1 +
c
c
1 +
c
v
c
v
t
t' =
ct vt
ct 1
c
= ct
v
v
1 1 +
c
c
v
2 ct
c =
v2
2
c
c
v
maka untuk pengamat bergerak x' = ct' . Jadi kecepatan cahaya selalu tetap,
22
x + y + z c t = 0..... (1.22)
Menurut transformasi Galileo :
y 2 = ( y')
z 2 = ( z')
t 2 = ( t')
18
ke empat persamaan transformasi Galileo lalu disubstitusikan ke persamaan (1.22)
dalam contoh soal.
2
22
x +y +z c t =0
( x')2 + 2x'vt'+ v 2 ( t')2 + ( y')2 + ( z')2 c 2 ( t')2 = 0
y 2 = ( y')
z 2 = ( z')
2
2
2 2v
2
vx'
v2
t = t' + 2 = 2 ( t') + 2 x't'+ 4 ( x')
c
c
c
2 2v
2
2
2
2
2
v2
2 ( x') + 2x'vt'+ v 2 ( t') + ( y') + ( z') c 2 2 ( t') + 2 x't'+ 4 ( x') = 0
c
c
2
2
2
2
2
2
v2
2 ( x') + 2x'vt'+ v 2 ( t') + ( y') + ( z') 2 c 2 ( t') +2vx't'+ 2 ( x') = 0
2
2
v2
( y') + ( z') + 1 2 ( x') + 2 v2 c2 ( t') = 0
c
2
( y')
dengan
v2
2
2
v2 2
+ ( z') + 2 1 2 ( x') c2 2 1 2 ( t') = 0
c
c
1
v2
= 1 2
2
c
( x') + ( y')
2
+ ( z') c2 ( t') = 0
2
..... (1.24)
19
1.5 Transformasi Kecepatan Lorentz
Persamaan transformasi koordinat Lorentz untuk kerangka acuan yang
bergerak dengan kecepatan tetap v searah sumbu x terhadap kerangka acuan lain
yaitu
x' = ( x vt ) ; y' = y ;
z' = z ;
vx
t' = t 2
c
dy' dy
=
;
dt
dt
dx
dy
dz
= ux ;
= uy ;
= u z dan
dt
dt
dt
sehingga
dy'
dx'
= uy ;
= (ux v) ;
dt
dt
dz' dz
=
;
dt
dt
dt'
dt v dx
= 2
dt
dt c dt
dx'
dy'
dz'
= u'x ;
= u'y ;
= u'z
dt'
dt'
dt'
dz'
= uz ;
dt
dt'
vu
= 1 2 x
dt
c
jika
dx'
dt'
dibagi
, maka
dt
dt
(ux v)
(ux v)
dx'
=
=
dt'
vu vu
1 2 x 1 2 x
c
c
jika
dy'
dt'
dibagi
, maka
dt
dt
dy'
=
dt'
jika
dz'
dt'
dibagi
, maka
dt
dt
dz'
=
dt'
uy
vu
1 2 x
c
uz
vu
1 2 x
c
dengan
1
1
v2
c2
u' y =
u'z =
(ux v)
v ux
1 2
c
uy
vu
1 2 x
c
uz
vu
1 2 x
c
..... (1.25)
..... (1.26)
..... (1.27)
20
Benda bergerak yang berada di kerangka acuan yang bergerak dengan
kecepatan tetap v searah sumbu x terhadap kerangka acuan lain, jika kecepatan
kerangka acuan v << c maka
u'x = u x v atau
v
0 sehingga persamaan (1.25) menjadi
c2
dx' dx
=
v yang sesuai dengan persamaan transformasi
dt'
dt
( u x c)
c ux
1 2
c
, sehingga u'x =
( ux c)
1
(c ux )
c
= c , yang
menunjukkan kecepatan benda yang berada di kerangka acuan diam seolah olah
bergerak menuju ke sumbu x negatif, karena besarnya kecepatan kerangka acuan c
ke arah sumbu x positif, ini sesuai dengan postulat Einstein, di mana kecepatan
cahaya tetap c dan tidak bergantung pengamat diam maupun pengamat bergerak.
Dari persamaan transformasi koordinat Lorentz invers
vx'
t = t' + 2
c
x = ( x' + vt') ;
z = z' ;
y = y' ;
bergerak dengan kecepatan tetap v searah sumbu x dapat diturunkan di bawah ini.
dx
dt' dy dy'
dx'
=
=
+v ;
;
dt'
dt' dt' dt'
dt'
dengan
sehingga
dz dz'
=
;
dt' dt'
dx'
dy'
dz'
= u'x ;
= u'y ;
= u'z
dt'
dt'
dt'
dx
dy
= ( u'x + v ) ;
= u' y ;
dt'
dt'
jika
dx
dt
dibagi
, maka
dt'
dt'
jika
dy
dt
dibagi
, maka
dt'
dt'
jika
dz
dt
dibagi
, maka
dt'
dt'
dan
dz
= u'z ;
dt'
dt
dt' v dx'
= + 2
dt'
dt' c dt'
dx
dy
dz
= ux ;
= uy ;
= uz
dt
dt
dt
dt
v u'
= 1 + 2 x
dt'
c
( u'x + v )
( u'x + v )
dx
=
=
dt
v u' v u'
1 + 2 x 1 + 2 x
c
c
u'y
dy
=
dt
v u'
1 + 2 x
c
dz
u'z
=
dengan =
dt
v u'x
1 + 2
c
1
1
v2
c2
21
maka transformasi kecepatan Lorentz invers yaitu :
ux =
uy =
uz =
u'x + v
v
1 + 2 u'x
c
u'y
v u'
1 + 2 x
c
u'z
v u'
1 + 2 x
c
..... (1.28)
..... (1.29)
..... (1.30)
pengamat B?.
v
uB = u + v
Kecepatan relatif pengamat A menurut pengamat B
u A = u v
Berdasarkan Tansformasi kecepatan Lorentz :
Kecepatan relatif pengamat B menurut pengamat A
uB =
u+v
vu
1+ 2
c
22
Kecepatan relatif pengamat A menurut pengamat B
uA =
( u + v)
u v
=
vu
v ( u )
1+ 2
1
c
c2
Misal ada dua orang pengamat yaitu A dan B, pengamat A berada di luar gerbong
kereta dan diam di pinggir rel kereta, sedangkan pengamat B diam dan berada di
dalam gerbong kereta yang bergerak dengan kecepatan v relatif terhadap
pengamat A. Pengamat B menyalakan senter ke ujung depan gerbong (gambar P),
cahaya senter bergerak dengan kecepatan c dan jika pengamat A yang pegang dan
menyalakan senter (gambar Q dan R), jika B memegang senter sambil jalan
(gambar S) dan menyalakan senter ke depan dan pengamat A yang pegang dan
menyalakan senter (gambar T, U, dan V) bagaimana kecepatan cahaya relatif
menurut pengamat A? bagaimana kecepatan cahaya relatif menurut pengamat B?.
c
Gambar P.
Gambar Q.
v
B
c
Gambar R.
u
Gambar S.
u
Gambar T.
v
B
c
B
A
Gambar U.
Gambar V.
23
Berdasarkan transformasi kecepatan Galileo :
Kecepatan relatif cahaya menurut pengamat A pada gambar P (B pegang senter)
uC = c + v
Kecepatan relatif cahaya menurut pengamat B pada gambar Q (A pegang senter)
uC = c v
Kecepatan relatif cahaya menurut pengamat B pada gambar R (A pegang senter)
u C = c v = ( c + v )
Kecepatan relatif cahaya menurut pengamat A pada gambar S (B pegang senter)
uC = u + c + v
Kecepatan relatif cahaya menurut pengamat B pada gambar T (A pegang senter)
uC = c u v
Kecepatan relatif cahaya menurut pengamat B pada gambar U (A pegang senter)
u C = c u v = ( c + u + v )
Kecepatan relatif cahaya menurut pengamat B pada gambar V (A pegang senter)
u C = c + u v = c + ( u v )
Berdasarkan tansformasi kecepatan Lorentz
Kecepatan relatif cahaya menurut pengamat A pada gambar P
uC =
c + v c + v c (c + v)
=
=
=c
vc
v
c
v
+
(
)
1+ 2 1+
c
c
c v c v c (c v)
=
=
=c
vc
v
c
v
(
)
1 2 1
c
c
uC =
( c + v ) c ( c + v )
c v
=
=
= c
v
v ( c )
c
+
v
(
)
1+
1 2
c
c
c + ( u + v ) c + ( u + v ) c c + ( u + v )
=
=
=c
u + v) c
u + v)
c + ( u + v)
(
(
1+
1+
c2
c
24
Kecepatan relatif cahaya menurut pengamat B pada gambar T
uC =
c ( u + v ) c ( u + v ) c c ( u + v )
=
=
=c
u + v) c
u + v)
c (u + v)
(
(
1
1
c2
c
uC =
c ( u + v )
( c + u + v ) c ( c + u + v )
=
=
= c
u + v )( c )
u + v)
c + (u + v)
(
(
1
1+
c2
c
uC =
c ( u + v )
( c u + v ) c ( c u + v )
=
=
= c
u + v )( c )
u + v )
c + ( u + v )
(
(
1
1+
c2
c
Jadi kecepatan cahaya mempunyai nilai atau besar yang tetap yaitu c di semua
kerangka acuan inersial dan tidak bergantung kecepatan pengamat.
Contoh 7 :
Dalam kerangka S, 2 elektron mendekat dalam arah sumbu x satu sama lain,
masing-masing mempunyai laju v = 0,5 c. Berapakah laju relatif kedua elektron
tersebut?
Jawab :
Laju relatif 2 elektron adalah laju salah satu elektron dalam kerangka di mana
elektronnya diam. Misal kerangka O' sebagai pengamat bergerak dengan laju 0,5c
arah sumbu x (negatif). Elektron lain bergerak dengan laju 0,5c dalam arah
sumbu +x (positif).
u 'x =
u 'x =
ux v
v
1 2 ux
c
0, 5c ( 0, 5c )
c
c
4c
=
=
=
1 + 0, 25 1,25 5
0, 5c
1 2 0, 5c
c
u'x = 0,8c
di mana ux = gerak elektron (ke arah sumbu x+) dan v = gerak kerangka O' (ke
arah sumbu x )
25
Contoh 8 :
Dalam kerangka O, sebuah elektron mempunyai kecepatan 0,6c dalam arah
sumbu x, sebuah foton kecepatan c dalam arah sumbu y. Bagaimana kecepatan
relatif elektron dan foton ?
Jawab :
Kecepatan foton bila diamati oleh elektron
Kecepatan foton di kerangka O
ux = 0
uy = c
Pengamat di kerangka O' = elektron, kecepatan kerangka acuan v = 0,6c
u'x =
ux v
0 0,6c
=
= 0,6c
vu x
0,6c )( 0 )
(
1 2
1
c
( c )( c )
( 0,6c )
v2
uy 1 2
c 1
c =
c2
u'y =
= c 0,64 = 0,8c
vu x
0,6c )( 0 )
(
1 2
1
c
c2
2
u' =
( u'x )
( )
+ u'y
( 0,6c ) + ( 0,8c )
2
=c
( 0,36 ) + ( 0,64 ) = c
(c)
v2
ux 1 2
( 0, 6c ) 1 2
c =
c
u'x =
vu y
( c )( 0 )
1 2
1
c
c2
u' =
( u'x )
( )
+ u'y
( 0)
=0
+ ( c ) = c
2
26
1.6 Transformasi Percepatan Lorentz
Persamaan Transformasi kecepatan Lorentz jika didiferensialkan
terhadap waktu harus menggunakan differensial parsial, ini karena pada
transformasi kecepatan Lorentz, pembilang dan penyebut persamaan transfomasi
kecepatan
masing-masing
mengandung
variabel
waktu,
sehingga
da
db
b) + (a )
(
d a dt
dt
=
2
dt b
b
maka jika persamaan (1.25, 1.26, dan 1.27) didiferensialkan terhadap waktu
sumbu x :
du x v u x
v du
1 2 ( u x v) 2 x
du'x
dt
c
c dt
=
2
dt
v ux
1 2
c
v2
v u x a x v u x a x v 2a x
1 2 a x
ax
+
2
2
2
c
du'x
c
c
c
=
=
2
2
dt
v ux
v ux
1
c2
c2
sumbu y :
du'y
dt
du y v u x
1 2
c
dt
v du x
uy 2
c dt
vu
2 1 2 x
c
v u vu y a x
a y 1 2 x +
du'y
c
c2
=
2
dt
vu
2 1 2 x
c
sumbu z :
du z v u x
v du x
1 2 u z 2
du'z
dt
c
c dt
=
2
dt
vu
2 1 2 x
c
v u vu z a x
a z 1 2 x +
du'z
c
c2
=
2
dt
vu
2 1 2 x
c
perlu
27
jika
du'x
dt'
dt'
vu
dibagi
di mana
= 1 2 x
dt
dt
dt
c
v2
1 2
c
du'x
=
dt'
maka
v ux
a x 1 2
c
vu
1 2 x
c
v2
1 2 a x
c
du'x
ax
=
=
3
3
dt'
v ux
v ux
3
1 2
1 2
c
c
jika
du'y
dt
maka
dt'
dibagi
dt
dengan
v2
1
1 2 = 2
c
2
v ux
vu y a x
2
+
1 2
c2
c
vu
1 2 x
c
vu
a y 1 2 x
du'y
c
=
dt'
v u vu y a x
a y 1 2 x +
du'y
c
c2
=
3
dt'
v ux
3
1 2
c
du'y
dt'
jika
ay
vu
2 1 2 x
c
vu y a x
3
vu
2
( c ) 1 2 x
c
du'z
dt'
dibagi
dt
dt
maka
vu
a z 1 2 x
du'z
c
=
dt'
vu z a x
vu
2 1 2 x
+
2
c
c
vu
1 2 x
c
v u vu z a x
a z 1 2 x +
du'z
c
c2
=
3
dt'
vu
3 1 2 x
c
28
du'z
=
dt'
az
2
vu
1 2 x
c
vu z a x
2
vu
( c ) 1 2x
c
dengan
du y
du x
du z
= ay ;
= ax ;
= az
dt
dt
dt
dan
du'y
du'x
du'z
= a'x ;
= a'z
= a'y ;
dt'
dt'
dt'
a'x =
a'y =
a'z =
ax
vu
3 1 2 x
c
ay
2
vu
2 1 2 x
c
az
vu
2 1 2 x
c
..... (1.31)
vu y a x
2
..... (1.32)
..... (1.33)
vu
( c ) 1 2 x
c
vu z a x
2
vu
( c ) 1 2 x
c
sumbu x :
du'x v u'x
v du'x
1 + 2 ( u'x + v ) 2
du x
dt'
c
c dt'
=
2
dt'
v u'x
1 + 2
c
du x
=
dt'
a'x +
2
c2
c2
c
2
v u'x
1 + 2
c
v2
1 2 a'x
c
du x
=
2
dt'
v u'x
1 + 2
c
dengan
v2
1
1 2 = 2
c
29
sumbu y :
du'y v u'x
v du'x
1 + 2 u 'y 2
du y
dt'
c
c dt'
=
2
dt'
v u'x
2
1 + 2
c
=
2
dt'
v u'x
2
1 + 2
c
sumbu z :
du'z v u'x
v du'x
1 + 2 u'z 2
du z
dt'
c
c dt'
=
2
dt'
v u'x
2
1 + 2
c
=
2
dt'
v u'x
2
1 + 2
c
jika
du x
dt
dibagi
dt'
dt'
maka
dt
v u'
= 1 + 2 x
dt'
c
dengan
v2
v u 'x
1 2 a'x 1 + 2
c
c
du x
=
dt
v u'
1 + 2 x
c
v2
1 2 a'x
c
du x
a'x
=
=
3
3
dt
v u'x
v u 'x
3
1 + 2
1 + 2
c
c
jika
du y
maka
dt'
dibagi
dt
dt'
v u'x
v u'x vu'y a'x
2
a'y 1 + 2
1 + 2
du y
c
c2
c
=
dt
v u'
1 + 2 x
c
30
v u' vu'y a'x
a'y 1 + 2 x
du y
c
c2
=
3
dt
v u'x
3
1 + 2
c
du y
dt
jika
a'y
v u'
1 + 2 x
c
vu'y a'x
2
v u'
( c ) 1 + 2 x
c
du z
dt
dibagi
dt'
dt'
maka
v u'x
a'z 1 + 2
du z
c
=
dt
v u 'x
vu'z a'x
2
1 + 2
2
c
c
v u'
1 + 2 x
c
=
3
dt
v u'x
3
1 + 2
c
du z
=
dt
a'z
v u'
2 1 + 2 x
c
vu'z a'x
v u'
2
( c ) 1 + 2 x
c
ay =
az =
a 'x
v u'
3 1 + 2 x
c
a'y
2
v u'
2 1 + 2 x
c
a'z
v u'
2 1 + 2 x
c
..... (1.34)
vu'y a'x
2
..... (1.35)
..... (1.36)
v u'
( c ) 1 + 2 x
c
vu'z a'x
2
v u'
( c ) 1 + 2 x
c
31
Contoh 8 :
Sebuah partikel B (berada pada kerangka
acuan S yang berkecepatan tetap 0,6c)
v = 0,6c
20 m/s2
B?
dan
tentukan
v = 0,6c
=
1
1
a'x =
a'x =
a'y =
v2
c2
ay = 20 m/s2 .
=
1
( 0,6c )
1
10 5
=
=
1 0,36 8 4
c2
ax
3
vu
1 2 x
c
ax
3
vu
1 2 x
c
ay
2
vu
1 2 x
c
vu y a x
2
vu
( c ) 1 2 x
c
menurut
10 m/s2
x'
x
32
1.7 Relativitas Khusus Einstein
Percobaan MichelsonMorley sebenarnya tidak bertentangan dengan
prinsip relativitas, yaitu ekuivalensi kerangka-kerangka inersial berbeda. Tetapi
percobaan tersebut bertentangan dengan hukum penjumlahan kecepatan pada
hubungan transformasi Galileo, tetapi karena kecepatan cahaya c sama di semua
kerangka inersial, sehingga perlu merevisi persamaan transformasi Galileo.
Persamaan elektromagnet Maxwell tidak mematuhi prinsip relativitas
Newton karena tidak kovarian terhadap transformasi Galileo, sedang hukum
mekanika klasik mematuhi relativitas Newton, tetapi relativitas Newton tidak
merepresentasikan hukum mekanika klasik. Untuk mengatasi hal tersebut,
Einstein tahun 1905 mengusulkan prinsip relativitas baru yang dikenal sebagai
teori relativitas khusus yang berupa dua postulat sebagai berikut :
1. Semua hukum-hukum fisika, elektromagnet dan mekanika, harus kovarian di
dalam semua kerangka acuan yang bergerak linier dengan v tetap, relatif
terhadap kerangka acuan yang lain (di dalam semua kerangka inersial).
2. Kecepatan cahaya adalah sama di dalam semua kerangka acuan inersial dan
tidak bergantung kecepatan pengamat atau kecepatan sumber cahaya.
Sepintas nampak postulat pertama mirip dengan relativitas Newton, tapi
sebenarnya beda karena Newton mempostulatkan adanya kerangka acuan absolut
sedang Einstein tanpa kerangka acuan absolut dan berlaku baik hukum mekanika
maupun hukum-hukum ektromagnet. Inti dari postulat Enistein yaitu hukumhukum fisika sama di dalam kerangka acuan inersial dan kecepatan cahaya
sama di semua pengamat.
Postulat kedua Einstein menghendaki perubahan/penggantian hubungan
transformasi Galileo dengan hubungan transformasi baru antara 2 kerangka acuan
inersial O(x,y,z,t) dan O' ( x' , y' , z' , t' ). Transfomasi baru pengganti transformasi
Galileo telah dirumuskan oleh H.A. Lorentz yang juga menurunkan persamaan
transformasi dengan menganggap bahwa kecepatan cahaya tetap invarian di
transformasi baru tersebut. Lorentz menganggap bahwa koordinat waktu (t) tidak
sama di kerangka acuan inersial yang berbeda, tetapi dalam transformasi Galileo
waktu dianggap sama di kerangka acuan inersial yang berbeda. Relativitas khusus
Einstein dikatakan khusus karena hanya dibatasi pada kerangka acuan inersial.
33
Rangkuman Teori Relativitas :
1. Kecepatan cahaya mempunyai nilai yang sama di semua kerangka acuan
inersial dan tidak bergantung kecepatan pengamat.
2. Waktu di kerangka acuan diam sama dengan waktu di kerangka acuan
bergerak menurut transformasi Galileo.
3. Waktu di kerangka acuan diam berbeda dengan waktu di kerangka acuan
bergerak menurut transformasi Lorentz.
4. Menurut relativitas Galileo, hukum-hukum fisika mempunyai bentuk sama
(invarian) di semua kerangka acuan inersial.
5. Menurut relativitas Einstein, hukum-hukum fisika adalah sama di semua
kerangka acuan inersial.
6. Keserempakkan suatu kejadian adalah relatif dan bergantung pengamat.
7. Benda dikatakan bergerak atau diam adalah relatif dan bergantung pengamat
8. Persamaan gelombang elektromagnetik Maxwell tidak invarian terhadap
transformasi Galileo.
9. Persamaan
gelombang
elektromagnetik
Maxwell
invarian
terhadap
transformasi Lorentz..
10. Tidak terdapat kerangka acuan mutlak di alam semesta
11. Tidak terdapat zat ether di alam semesta
12. Dalam relativitas, peran pengamat sangat penting. Pengamat menentukan atau
mempengaruhi suatu kejadian.
13. Kerangka acuan inersial adalah kerangka acuan yang bergerak lurus dengan
kecepatan tetap relatif terhadap kerangka acuan lain
14. Dikatakan invarian jika persamaan hasil transformasi mempunyai bentuk
sama dengan persamaan keadaan awal atau sebelum transformasi.
15. Relativitas Einstein akan terlihat efeknya untuk benda-benda yang bergerak
mendekati kecepatan cahaya.
Konsekuensi-konsekuensi dari postulat Einstein yaitu :
1. Keserempakan yang Relatif
2. Dilatasi Waktu
3. Kontraksi Panjang
4. Pemuaian massa
34
1.8 Keserempakan yang Relatif
Einstein menunjukkan prinsip relativitas yang merupakan ekuivalensi
kerangka-kerangka inersial berbeda di mana kecepatan cahaya c sama di semua
kerangka inersial dengan ilustrasi sebagai berikut, misal sebuah kereta api
mempunyai panjang 2L bergerak dengan kecepatan tetap v, di tengah gerbong
seorang pengamat mengirim sinyal cahaya ke ujung depan gerbong dan ke ujung
belakang gerbong secara bersamaan. Menurut pengamat yang berada di tengah
gerbong (dalam gerbong), sinyal cahaya nampak mencapai kedua ujung gerbong
secara bersamaan dengan waktu t = L . Tetapi menurut pengamat di luar
c
gerbong yang diam di pinggir rel, sinyal cahaya nampak mencapai ke dua ujung
gerbong dengan waktu yang berbeda. Menurut Einstein, karena kecepatan
cahaya sama untuk kedua pengamat tersebut, sehingga waktu yang terukur
oleh pengamat di luar gerbong yaitu :
waktu tempuh cahaya ke gerbong belakang, yaitu :
L
ct1 = L + vt1 dan
t1 =
cv
waktu tempuh cahaya ke gerbong depan, yaitu :
L
ct2 = L + vt2 dan
sehingga
t2 =
c+v
2L
t1 t2
2L
v
v
Gambar 1.8. Ilustrasi tentang Keserempakan yang Relatif
Jadi dua peristiwa/kejadian yang nampak terjadi secara bersamaan oleh pengamat
di gerbong, akan nampak berbeda oleh pengamat di luar gerbong (diam di pinggir
rel). Dua kejadian pada lokasi berbeda yang nampak serempak di suatu
kerangka acuan, tidak akan serempak pada kerangka acuan inersial lain. Ini
menunjukkan bahwa keserempakan itu relatif dan koordinat waktu tidak sama
pada kerangka acuan inersial yang berbeda. Jika kecepatan gerbong sangat kecil
dari kecepatan cahaya yaitu v << c, maka t1 t2 yang sesuai dengan postulat
Newton.
35
1.9 Dilatasi Waktu
Peristiwa dilatasi waktu (pemuluran waktu) merupakan salah satu
implikasi dari teori relativitas khusus Einstein yang dapat dibuktikan secara
eksperimen. Pemahaman tentang dilatasi waktu dapat dirumuskan sebagai berikut,
misal dua kerangka acuan berimpit pada t = t' = 0. Pengamat B mencatat waktu
pada arlojinya sebagai t'1 dan pengamat A mencatat waktu pada arlojinya sebagai
t1. Menurut transformasi invers Lorentz
vx'
c2
v2
1 2
c
t'1 +
t1 =
vx'
c2
v2
1 2
c
t'2 +
dan
t2 =
t 2 t1 =
t'2 t'1
1
v2
c2
dan
maka
tA =
di mana
tB
v2
1 2
c
v2
<1
c2
........ (1.37)
dan
tA > tB
36
Pemahaman tentang dilatasi waktu dapat juga menggunakan ilustrasi yang
dijelaskan sebagai berikut. Misal pengamat A diam dan menembakkan cahaya ke
cermin yang berjarak L dari dirinya, sementara itu pengamat B (yang berada di
dekat pengamat A) bergerak (secara bersamaan saat pengamat A menembakkan
cahaya) tegak lurus arah cahaya (yang ditembakkan A) dengan kecepatan tetap v.
Menurut pengamat A cahaya menempuh cahaya lurus bolakbalik, tetapi menurut
pengamat B, cahaya menempuh lintasan berbentuk miring karena pengamat B
bergerak meninggalkan pengamat A (lihat gambar 1.9.).
L
A
L2 + ( vt')
v
A
2L
dan L = ct
c
2t' =
ct' =
2 L2 + ( vt')
c
( ct ) + ( vt')
( c ) ( t')
2
( v ) ( t') = ( c ) ( t )
2
37
t' =
t
1
..... (1.38)
v
c2
jadi menurut pengamat B, pengamat A mengalami dilatasi waktu karena t' > t
Efek dilatasi waktu adalah efek yang nyata dan telah dibuktikan secara
eksperimen di laboratorium, di mana waktu hidup partikel muon di laboratorium
yaitu 2.106 detik. Partikel muon tercipta secara alami pada ketinggian beberapa
kilometer di atas permukaan laut (di atmosfir bumi) dan ternyata banyak
terdeteksi partikel muon yang sampai di permukaan laut padahal jarak tempuh
muon kalau dihitung diperkirakan hanya x = vt = (3.108)(2.106) = 600 m
sehingga diduga tidak akan ada muon yang sampai di permukaan bumi.
Banyaknya muon yang sampai di permukaan bumi secara nyata dapat terdeteksi,
penjelasan dari fakta ini adalah karena waktu hidup muon yang bergerak
mengalami dilatasi waktu sehingga dapat menempuh jarak lebih dari 600 m.
Paradox Kembar
A dan B berteman, mempunyai usia yang sama yaitu 20 tahun. B
kemudian pergi ke planet X naik pesawat dengan kecepatan 0,8 c. Setelah sampai
di planet X, B lalu kembali ke Bumi dengan kecepatan pesawat 0,8c. Setelah
sampai di bumi, B bertemu lagi dengan A yang telah menunggu 10 tahun dan
saling membicarakan usia mereka.
Menurut A
Menurut B
38
Untuk menyelesaikan paradoks tersebut, perlu memakai pengamat lain yaitu
pengamat C yang sedang dalam perjalanan ke bumi dengan kecepatan 0,8c. Saat
C melintas planet X, tepat saat B sampai planet X, sehingga C tidak mengalami
percepatan/perlambatan.
Ketika C melintasi Bumi, A berusia 30 tahun (karena menunggu 5 tahun B
mencapai planet X dan menunggu 5 tahun perjalanan C dari planet X ke Bumi,
sedangkan menurut A, C hanya memerlukan 3 tahun perjalanan dari planet X ke
Bumi ). Menurut C yang menempuh 3 tahun perjalanan Bumi planet X, seolaholah A bergerak mendatanginya, sehingga menurut C, A menempuh waktu 1,8
tahun perjalanan. Jika A berusia 30 tahun ketika C sampai bumi, dan A
menempuh waktu 1,8 tahun selama perjalanan, maka A haruslah berusia 28,2
tahun menurut C.
Contoh 8 :
Sebuah partikel muon (meson) tercipta di ketinggian atmosfir dan mempunyai
kecepatan 0,9c. Muon akan meluruh setelah menempuh perjalanan 5,4 km. Berapa
waktu muon meluruh jika diukur
(i)
(ii)
(iii) berapa jarak yang ditempuh muon menurut kerangka acuan muon?
Jawab :
(i)
t' =
(ii)
t' =
5,4.103
( 0,9 ) ( 3.10
= 2.105 s
t
1
v2
c2
v2
dan t = t' 1 2 = 2.105
c
1 ( 0,9 )
39
1.10 Kontraksi Panjang Lorentz Fitzgerald
Pengukuran ruang dan waktu tidak absolut tetapi bergantung pada gerak
relatif pengamat dan obyek yang diamati. Misal sebuah batang logam panjang L0
bergerak searah sumbu x dan mempunyai koordinat ujung-ujungnya x1 dan x2
dalam kerangka A. Pengamat di kerangka A mengukur panjang batang logam L0
= x2x1. Misal kerangka B bergerak dengan kecepatan tetap v (sepanjang sumbu
x) terhadap kerangka A. Pengamat di kerangka B mengukur ujung koordinat
batang sebagai x'1 dan x'2 dengan panjang L = x'2 x'1 .
Menurut transformasi invers Lorentz.
x1 =
x'1 + vt'
1
x 2 x1 =
dan
v2
c2
x2 =
x'2 + vt'
1
v2
c2
x'2 x'1
1
L = L0 1
v2
c2
v2
c2
..... (1.39)
Ini menunjukkan bahwa benda akan terlihat lebih pendek oleh pengamat yang
bergerak.
Selain menggunakan transformasi invers Lorentz untuk menjelaskan
kontraksi panjang di atas, dapat juga menggunakan ilustrasi yang dijelaskan
sebagai berikut. Misal pengamat A diam dan menembakkan cahaya ke cermin
yang berjarak L dari dirinya, sementara itu pengamat B (yang berada di dekat
pengamat A) bergerak (secara bersamaan saat pengamat A menembakkan
cahaya) sejajar arah cahaya (ke arah cermin) dengan kecepatan tetap v (lihat
gambar 1.10).
Menurut pengamat A
2t =
2L
c
dan
L = ct
L'
A
B
c
v
40
Menurut pengamat B
Saat cahaya mendekat cermin
t'1 =
L'
c+v
t'2 =
L'
c v
L'
v
B
L'
v
c
B
L'
v
A
B
L'
L'
2cL'
+
= 2
c+v
c v
c v2
2t
1
v2
c2
2cL'
c v2
2
v2
L' 1 2
c
t =
v2
c 1 2
c
dan
v2
ct = L' 1 2
c
1
2
41
v2
L = L' 1 2
c
L' = L 1
1
2
v2
c2
......... (1.40)
L = L0
v2
1 2
c
atau
L=2 1
( 0,6c )
c2
= 2 1 0,36 = 2 0, 64
L = 1,6 meter
Contoh 10 :
Seseorang astronot pergi ke bintang X yang jaraknya 400 tahun cahaya dari bumi.
Menurut pengamat di bumi astronot tersebut memerlukan waktu berapa 4 tahun
untuk sampai ke bintang X. Tentukan jarak bintang X dari Bumi menurut astronot
tersebut ? (dalam satuan tahun cahaya !)
Jawab :
v2
v2
400
tahun
cahaya
1
x L
c2 =
c2
v= = =
t t
4 tahun
4 tahun
L0 1
dan
atau
v
v2
= 1 2
100c
c
v2
104 v 2
v 2 + 104 v 2 10001v 2
v 2 10000
+
=
1
atau
atau
=
=
1
=
104c 2 104c2
104 c 2
10000c 2
c 2 10001
L = L0
v2
10000
1 2 = 400 tahun cahaya 1
10001
c
42
1.11 Pemuaian Massa
Tinjau dua kerangka A dan B, di mana kerangka B bergerak dengan
kecepatan v sepanjang sumbu x relatif terhadap kerangka A. Sebuah partikel
bergerak sepanjang sumbu x, massa dan kecepatannya terhadap kerangka A yaitu
m1 dan u1 , massa dan kecepatannya terhadap kerangka B yaitu m2 dan u2 , maka
dari persamaan (1.13)
1
k=
dan
v
c2
k1 =
u12
2
c
k2 =
u 22
1 2
c
u2 + v
vu
1 + 22
c
k 2u2 =
k 2u 2 =
dan
u2 =
u1 v
u1 v
vu
1 21
c
, substitusikan nilai u2 ke sisi kanan
vu1
u 22
1 2 1 2
c
c
u1 v
vu1
1 2 1
c
( u1
k 2u 2 =
( u1
v)
vu
c 1 21
c
v) c
1
2
2
2
vu1
2
c 1 2 ( u1 v )
c
k 2u 2 =
u1 v
1 2
c
v2 2
1
c
k 2 u 2 = k k1 ( u1 v )
u12 2
2
u1 v
1
v 2 u12 v 2 u12 2
1 2 2 + 4
c
c
c
43
k 2u 2
= k ( u1 v )
k1
.... (1.41)
Untuk sejumlah besar partikel, selama massa dan momentum invarian dalam
kerangka A, maka
m1 = tetap
dan
m1ku1 = tetap
.... (1.42)
m1
. (1.43)
m2u2 = tetap
. (1.44)
m2u 2 =
m2
m
= 1 = tetap = m 0
k2
k1
m1 = k1m0
m2 = k2m0
atau m1 =
m0
1
u12
c2
dan
m2 =
m0
1
u 22
c2
m=
m0
v2
1 2
c
. (1.45)
44
Relativitas massa di atas dapat juga diturunkan dari hukum kekekalan
momentum berikut ini. Misal kerangka S' bergerak searah sumbu x dengan
kecepatan tetap v, di dalam kerangka S' bola A bergerak dengan kecepatan tetap u
searah sumbu x dan bola B juga bergerak dengan kecepatan u berlawanan arah
gerak bola A, pengamat S berada dalam kerangka inersial S.
Menurut pengamat S, sebelum tumbukan bola A nampak bergerak dengan
kecepatan u1 dan melalui penggunaan transfomasi invers kecepatan
u1 =
u+v
vu
1+ 2
c
..... (1.46)
di mana u1 = u'1
Bola B nampak bergerak dengan kecepatan u2
u2 =
u + v
vu
1 2
c
. (1.47)
di mana u 2 = u'2
y'
S'
v
A
0
0'
x'
z'
Gambar 1.11. Ilustrasi relativitas massa S'
Setelah bola A dan bola B tumbukan tidak lenting sempurna, kedua bola
bergabung. Oleh pengamat O kedua bola gabungan berkecepatan v.
Dari hukum konservasi momentum
mAu1 + mBu2 = (mA + mB)v ... (1.48)
Substitusikan persamaan (1.46) dan (1.47) ke dalam (1.48)
mA ( u + v )
m ( u + v )
+ B
= ( m A +m B ) v
vu
vu
1+ 2
1 2
c
c
45
( u + v)
mA
1 + vu
2
( u + v )
v = mB v
vu
1 2
v2u
v2u
u
+
v
2
2 + u v
c =m
c
mA
B
vu
vu
1+ 2
1 2
c
c
mA
mB
vu
c2
=
vu
1 2
c
1+
..... (1.49)
misal :
2
v 2 u 2 2vu u 2 v 2 2vu
1+
+ 2 2 2 2
2
( u+v ) /c
u
c4
c
c
c
c
1 12 = 1
=
2
vu
c
vu
1+ 2
1+ 2
c
u2
v2
u2
u 2
v2
1
c2
c2
c2
c 2
c2
u12
1 2 =
=
...... (1.50)
2
2
c
vu
vu
1+ 2
1+ 2
c
c
dan juga
u2
v2
1
c2
c2
u 22
1 2 =
2
c
vu
c2
. (1.51)
u2
1 22
1 +
c =
u2
1 12
1
c
1 +
vu
c2
=
vu
c2
vu
c2
2
vu
c2
u 22
c2
u2
1 12
c
dan
..... (1.52)
46
persamaan (1.52) disubstitusikan ke persamaan (1.49)
u 22
c2
u2
1 12
c
1
mA
=
mB
maka m A 1
u12
u 22
=
m
1
= m0
B
c2
c2
Kedua sisi persamaan ini bebas satu sama lain, maka harus keduanya sama dengan
tetapan sama, maka
m0
mA =
u12
c2
dan
mB =
m0
1
u 22
c2
m0
atau
v2
1 2
c
m0 = m 1
v2
c2
..... (1.53)
Contoh 11 :
Berapakah panjang 2 meter tongkat yang bergerak sejajar panjangnya jika massa
tongkat
3
2
massa diamnya.
Jawab :
m=
m0
dan L = L 0 1
v2
1 2
c
L
L
v2
= 0 1 2
m
m0
c
2
m m0
m0
L = L0
= L0
m
m0 m
2 4
L = ( 2 ) = = 1,33 m
3 3
v2
c2
47
1.12 Hubungan Massa Energi
Peningkatan energi kinetik (Ek) jika sebuah gaya F dikenakan pada sebuah
benda pada jarak sepanjang dS, diberikan oleh
dS
dE k = F.dS = F dt = Fvdt
dt
di mana F =
m0 v
maka dE k = vd ( mv ) = vd
v2
1 2
c
d
( mv )
dt
gunakan
1
v 2 2
dv
c2 v 2 + v 2 dv
v2
dE k = vm 0 1 2 +
=
1
1
v2
v2
2 2
2 2
c
v
v
1
1
c2 1 2 c2 c 2 1 2 c2
c
c
dE k =
vm0 dv
v2
1 2
c
3
2
di mana
m0
m=
m0 vdv
dan dm =
v
c2
v2 2
c 1 2
c
maka dE k = c dm
dan
dE k = c m dm = c ( m m )
2
sehingga E k = mc 2 m 0 c 2
Total energi = Ek benda bergerak + energi benda diam
E = E k + m0c2
..... (1.58)
E = ( mc 2 m 0 c 2 ) + m 0 c 2
..... (1.59)
di mana
E = mc 2
maka E 2 c 2 p 2 = m 2 c4 c 2 m 2 v 2
m=
m0
v2
1 2
c
48
E 2 c2 p 2 =
m 02 c 4
c2 m 02 v 2
v2
v2
1
c2
c2
v2
m 02 c 4 1 2
c
E 2 c2 p2 =
2
v
1 2
c
..... (1.60)
Contoh 12 :
Air 106 kg dipanaskan dari 273 K sampai 373 K. Hitung kenaikan massa air.
(panas jenis air = 103 kal/kg.K)
Jawab :
Panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu 106 kg air dari 273 K sampai 373 K
yaitu 106 x 103 x 100 = 1011 kalori (1 kalori = 4,18 joule)
Maka kenaikan energi E = 1011 x 4,18 joule
dan m =
E
4,18.1011
=
= 4,64.106 kg
2
2
c
( 3.108 )
Contoh 13 :
Berapa rasio laju elektron (yang energi kinetiknya 0,5 Mev) dengan laju cahaya ?
(m0 = 9,1.10-31 kg)
Jawab :
E = (m m0)c2 = 0,5 Mev = 0,5 x 106 x 1,6.10-19 joule = 0,8.10-13 J
0,8.10-13 J = (m 9,1.10-31 kg)(3.108 m/s)2
m = 18.10-31 kg
m
=
m0
1
1
v2
c2
1,8.1031
9,1.1031
v
= 0,7445
c
maka
v2
2
1
= ( 0,5055 )
maka
2
c
v
= 0,863
c
49
1.13 Transformasi Momentum Energi
Tinjau sebuah partikel bergerak dengan kecepatan ux diukur dari kerangka
S dan u'x jika diukur dari kerangka S' (yang bergerak dengan kecepatan v
terhadap kerangka S.
Dalam sistem kerangka acuan S
m0 u x
p x = mu x =
u2
1 2x
c
m0c2
E = mc 2 =
dan
u 2x
c2
p'x = m'u'x =
m 0 u'x
1
( u'x )
E' = m'c =
dan
m0c2
c2
( u'x )
c2
misal :
1
1
( u'x )
= 1
( u'x )
c2
2
= 1 c2 ( u'x )
c2
( u' )
1 x
c2
2 u x v
= 1 c
vu
1 2x
c
( u' )
1 x
c2
( u' )
1 x
c2
vu x 2 2
2
1 2 c ( u x v )
c
=
2
vu
1 2
c
vu
2vu x u
v 2vu x
1 + 4 2 + 2 2
c
c
c
c
c
=
2
vu x
1 2
c
2
x
u 2 v2 v2u 2
1 2x 2 + 4 x
c
c
= c
2
vu
1 2
c
2
x
2
u 2x v 2
1 2 1 2
c c
=
vu x 2
1 2
50
1
vu vu 2
vu x
1 2x 1 2x
1 2
c
c
c
=
=
1
1
2
2
u x v
2 2
2 2
ux v
1 2 1 2
1 2 1 2
c c
c c
( u' )
1 x
c2
maka
u v vu
1 2x
m0 x
c
1 vu x
c2
m0 ( u x v )
=
p 'x =
1
1
1
1
u 2x 2 v 2 2
u 2x 2 v 2 2
1 2 1 2
1 2 1 2
c c
c c
1
di mana =
v2
c2
m0 u x
m0 v
p 'x =
1
1
u 2x 2
u 2x 2
1 2
1 2
c
c
Ev
m 0c2
m 0 vu x
E' =
=
1
1
1
1
2 2
2 2
2 2
2 2
ux v
u
ux
1 2x
1 2 1 2
1 2
c
c c
c
vu
m 0 c 1 2x
c
E' = [ E vp x ]
..... (1.55)
misal :
1
1
(ux )
c2
= 1
2
(ux )
c 2
2
= 1 c 2 ( u x )
51
(u )
1 x
c2
(u )
1 x
c2
(u )
1 x
c2
u' + v
= 1 c 2 x
vu'
x
1 + 2
vu'x 2 2
2
1 + 2 c ( u'x + v )
c
=
2
vu'x
1
+
c2
=
2
vu'x
1 + 2
( u' )2 v 2 v 2 ( u' ) 2
2
1 22 2 +
4
c
c
c
=
2
vu'x
1 + 2
c
( u' )2 v 2
1 22 1 2
c c
2
vu'x
1 + 2
(u )
1 x
c2
2
vu'
vu'
vu'x
1 + x 1 + x
1+ 2
2
2
c
c
c
=
=
1
2
1
2
2 2
( u'x ) v
2 2
u'
(
)
v
1
1 x2 1 2
c 2 c 2
c c
maka
u' + v vu'
1 + 2 x
m0 x
c
vu'x
1 + c2
m0 ( u x + v )
px =
=
1
1
1
1
u 2x 2 v 2 2
u 2x 2 v 2 2
1 2 1 2
1 2 1 2
c c
c c
Untuk persamaan transformasi invers
E'v
p x = p 'x + 2
c
..... (1.56)
E = E'+vp'x
..... (1.57)
52
Contoh 14 :
Kerangka O' bergerak dengan kecepatan tetap v relatif terhadap kerangka O,
tunjukkan
( E' )2
2
2 ( p')
c
bahwa
adalah
invarian
terhadap
transformasi
p 2 = p2x + p 2y + p 2z
( p' )
( ) + ( p'z )
= ( p 'x ) + p 'y
2
2 =
dan
1
v2
1 2
c
Ev
E' = [ E vp x ]
dan
( E')2
k2
2
2
( p' )2 + p' 2 + ( p' )2
p
'
E
vp
maka
(
)
(
)
x
y
z
x
c2
c2
2
( E')2
k2
2
2
2
Ev
2
2 ( p') = 2 ( E vp x ) k 2 p x 2 p'y ( p'z )
c
c
c
( )
( )
( E')2
k2
2
2 ( p') = 2
c
c
( E')2
k2
2
2 ( p') = 2
c
c
( E')2
k2
2
2 ( p') = 2
c
c
2
2p x Ev E 2 v2
2 2
2 2
E
2p
Ev
+
v
p
c
p
+ 4 p'y
(
x
x
x)
2
c
c
( ) ( p'z )
2
E2 v2
2 2
2 2
E
+
v
p
c
p
p'y
x
x
2
c
( ) ( p'z )
2 v2 2 2 v2
E 1 2 c p x 1 2 p'y
c
c
( E')2
E2
2
2 ( p') = 2 p 2x p 2y p 2z
c
c
( E')2
E2
2
2 ( p') = 2 p 2
c
c
maka
( E')
c
( ) ( p'z )
2
53
1.14 Efek Doppler Relativistik
~ vtscos (~)
~ 900
vts
t p = t s +
vt s cos
v
= t s 1 + cos
c
c
. (1.61)
Selisih waktu teramati yaitu tp dan selisih waktu sumber cahaya yaitu ts.
Periode sumber Ts adalah interval waktu antara pemancaran dua muka gelombang
cahaya berturut-turut dari posisi 1 dan posisi 2 dalam kerangka acuan S. Karena
muka gelombang dihasilkan pada tempat sama dalam kerangka acuan S, maka
interval waktu antara pemancaran muka gelombang menurut kerangka acuan S
adalah lebih lama atau mengalami dilatasi waktu yaitu ts = Ts. Hubungan antara
periode waktu cahaya teramati (tp Tp) dengan periode sumber cahaya yaitu
v
Tp = Ts 1 + cos
c
dan
fp =
fs
v
1 + cos
c
..... (1.62)
54
a. Efek Doppler Longitudinal
Untuk bintang yang bergerak menjauhi pengamat, = 00
v2
c2 = f
f p = fs
s
v
1
+
c
1
f p = fs
v v
1 1 +
c c
= fs
v v
1 + 1 +
c c
v
1
c =f cv
s
c+v
v
1
+
v
1
c
v
1 +
c
dengan
f p < fs
v2
c2 = f
f p = fs
s
v
1
c
1
f P = fs
v v
1 1 +
c c
= fs
v v
1 1
c c
v
1 +
c = f c+v
s
cv
v
1
v
1 +
c
v
1
c
dengan
f p > fs
v2
di mana f p < fs
c2
Pada bintang bergerak menjauh secara tegak lurus pengamat bumi, frekuensi
f p = fs 1
cahaya yang diamati oleh pengamat di Bumi lebih kecil dari frekuensi sumber
cahaya bintang yang memancarkan cahaya dengan frekuensi khas. Spektrum
bintang menunjukkan garis-garis diskrit dari frekuensi khas cahaya yang
dipancarkan suatu bintang. Frekuesi khas ini berasal dari materi yang menyususn
suatu bintang. Telah teramati bahwa garis-garis spektrum dari galaksi-galaksi
bergeser ke arah frekuensi merah (red shift). Ini menunjukkan bahwa galaksigalaksi bergerak menjauhi bumi. Telah dihitung pula bahwa 13 milyar tahun yang
lalu, material awal alam semesta meledak dan mengembang yang setelah beberapa
waktu kemudian menjadi galaksi-galaksi (teori Big Bang).
55
1.15 Kovarian Lorentz pada Persamaan Maxwell
A.
sumbu koordinat, sedangkan koordinat x', y', z' berada pada kumpulan sumbu
koordinat yang lain.
z
0, 0
x
x
Kedua koordinat berbeda mempunyai titik P yang sama. Jarak r yaitu jarak P dari
titik asal 0 atau 0 yang memiliki angka sama dengan koordinat sistem yang
digunakan. Dengan kata lain r adalah sebuah invarian dan harus memiliki bentuk
yang sama yaitu
r 2 = x 2 + y 2 + z 2 = ( x') + ( y' ) + ( z' ) ...(1.63)
2
x2 = y
x 3 = z .. ...(1.64)
r2 =
x
j=1
2
j
( x' )
3
j=1
......(1.65)
a jk x k
k =1
( j = 1, 2, 3) ....(1.66)
56
persamaan ketiganya antara lain
x'1 = a11x1 + a12 x 2 + a13 x 3
x'2 = a 21x1 + a 22 x 2 + a 23 x 3 ......(1.67)
x'3 = a 31x1 + a 32 x 2 + a 33 x 3
Atau dalam bentuk matrik dapat dituliskan
untuk
sistem
tidak
utama
ditulis
r = x x + y y + z z ,
karena
keduanya
= 1 , y'.y'
= 1 dan
= 1 , z'.z'
menggambarkan vektor yang sama maka dengan x'.x'
= 1 , y.y
= 1 , serta r' = r , sehingga
= 1 , z.z
x.x
x + yx'.
y + zx'.
z = I xx x + I xy y + I xz z .........(1.68)
x' = r'.x ' = r.x ' = xx'.
dari
vektor
khusus
ini.
Oleh
karena
itu,
jika
a jk A k
k =1
( j = 1, 2, 3) ...(1.69)
57
Persamaan gelombang elektromagnetik menurut transformasi Lorentz,
dalam kuantitas S2 dapat diberikan
S2 = x 2 + y 2 + z 2 c 2 t 2 = ( x' ) + ( y' ) + ( z' ) c 2 ( t' ) .......(1.70)
2
x2 = y
x3 = z
x 4 = ict ........(1.71)
S2 = x 2 =
=1
( x' )
=1
4
......(1.72)
x' = a v x v
dengan ( = 1, 2, 3, 4) ......(1.73)
v =1
( x' ) = a x v a v x v =
a a v x x v ........(1.74)
v
a a v = v
.......(1.75)
x v = b v x'
=1
(v = 1, 2, 3, 4) ........(1.76)
58
v a v bv = ......(1.78)
Persamaan (1.78) dapat diselesaikan untuk mendapatkan b dengan mengalikan
kedua sisinya oleh a dan menggunakan persamaan (1.75)
a a v b v = a = a
........ (1.79)
= b v a a v = b v v = b
v
v
di mana b = a sehingga bentuk transformasinya dapat ditulis
jika
x' = a v x v
maka
Persamaan (1.78) dapat ditulis seluruh dalam bentuk a dari hasil subtitusi dalam a
dan menukarkan indeks dan v mendapatkan
a a v = v ......(1.81)
Dari persamaan transformasi koordinat Lorentz
x' = ( x vt )
y' = y
z' = z
vx
t' = t 2
c
v
c
x2 = y
, x3 = z
, x 4 = ict
t=
x4
ic
v = c
x
x' = x vt = x1 ( c ) 4
ic
y' = x 2
z' = x 3
= x1 + ix 4
59
t' = t
x 4 ix1
vx x 4 i ( )( x1 )
2 =
c
ic
ic
ic
ic
ict' = x 4 ix1
Jadi
x'1 = x' = x1 + ix 4
x'1 = x1 + 0x 2 + 0x 3 + ix 4
x'2 = y' = x 2
x'2 = 0x1 + 1x 2 + 0x 3 + 0x 4
x'3 = z' = x 3
x'3 = 0x1 + 0x 2 + 1x 3 + 0x 4
x'4 = ix1 + 0x 2 + 0x 3 + x 4
Sehingga
x' = x1
y' = x 2
x'1 a11
x' a
2 = 21
x'3 a 31
x'4 a 41
z' = x 3
ict' = x 4
atau
x' = a v x v
v =1
a11
4
a 21
av =
a 31
v=1
a 41
a12
a13
a 22
a 23
a32
a 33
a 42
a 43
a14
a 24
0
=
0
a 34
a 44
i
1
0
0
1
0
.(1.82)
0
oleh waktu. Oleh karena itu, rotasi sumbu secara fisika juga mengandung
transformasi koordinat Lorentz secara umum seperti terlihat pada persamaan
(1.73).
Dalam hal ini, akan digunakan untuk menghasilkan beberapa kuantitas
baru yang umumnya analog dengan ruang tiga dimensi. Invarian adalah sebuah
kuantitas yang angka tidak dapat berubah pada hasil dari transformasi Lorentz.
Sebagai perluasan dari vektor A dalam persamaan (1.69), empat vektor A
dinyatakan sebagai sekumpulan empat kuantitas
( A1,
A 2 , A3 , A 4 ) yang
60
dinyatakan oleh persamaan (1.80) maka komponen A dan A' dihubungkan
oleh
x'1
x'2 = 0
x'3
0
i
x'4
1
0
0
1
i x1
0 x2
0 x3
x 4
A'
didapat A' =
A
4
a v A v
v =1
x = ( x' + vt')
y = y'
z = z'
vx'
t = t' + 2
c
y' = x'2 ,
t' =
x'4
ic
v
v = c
c
persamaan transformasi koordinat Lorentz dimasukkan ke persamaan transformasi
di mana =
y = y'
z = z'
c2
c
x'4
x = x'1 + ( c ) ic = x'1 ix'4
= x'2
y = y'
= x'3
z = z'
x'4 + ix'1
x' x'1
=
t = 4 +
c
ic
ic
61
x = x'1 ix'4
y = x'2
z = x'3
ict = x'4 + ix'1
0
0
i
0
0
a v
a11
a 21
=
a 31
a 41
a12
a13
a 22
a 23
a 32
a 33
a 42
a 43
x1
x2 = 0
x3 0
x 4 i
a14
a 24 0
=
a 34 0
a 44 i
1
0
0
1
1
0
0
1
0
0
i x'1
0 x'2
0 x'3
x'4
A'
4
didapat A = a v A'
v =1
a v A v
v =1
dan
A = a v A' ......(1.83)
v =1
62
B.
1.
B
..(1.85)
t
. B = 0 .....(1.86)
H = J f +
D
...(1.87)
t
D = 0 E + P ..(1.88)
H=
M ...(1.89)
63
Meskipun syarat batas di permukaan tidak kontinu bisa selalu diperoleh dari
persamaan Maxwell dan hasil umum yang didapatkan, hal ini selalu dan tepat
untuk menjabarkan secara terpisah.
n . (D 2 D1 ) = f ...(1.90)
n (E2 E1 ) = 0
or
n . (E2 E1 ) = 0 ....(1.92)
n (H2 H1 ) = K f
atau
F = q(E + v B) (1.94)
di mana v adakah kecepatan dari muatan.
Hal tersebut selalu tepat untuk menggunakan persamaan Maxwell
dinyatakan hanya dalam dua bentuk vektor satu elektrik dan satu magnetik.
Sebagai contoh (1.88) dan (1.89) untuk menghilangkan D dan H menggunakan
persamaan Maxwell yang hanya mengungkapkan bentuk dari E dan B :
.E =
E =
. P .....(1.95)
B
..(1.96)
t
. B = 0 ..(1.97)
E P
B = 0 J f + M + 0
+
t t
2.
....(1.98)
64
Dari persamaan kontinuitas yang mengungkapkan secara dasar
konservasi muatan dapat menjadi kovarian
.J +
= 0 dan
t
' . J'+
'
= 0 ...(1.99)
t'
(J1, J 2 , J 3 , J 4 ) = (J X , JY , J Z , ic ) ......(1.100)
dengan menggunakan persamaan (1.99) dapat dituliskan
=0
J '
dan
= 0 .....(1.101)
adalah dV . Sekarang
0 d V0 = d V ...(1.102)
Dalam kasus ini, kecepatan relatif dari sistem S dan S0 adalah v karena dimensi
transversal gerak relatif tidak berpengaruh, maka kedua volume dihubungkan oleh
v2
d V = 1 2
c
1/ 2
d V0 ......(1.103)
[1 (v c )]
1/ 2
.....(1.104)
J x = vx =
0v x
[ ( c )]
2
1 v
1/ 2
= 0v1
65
analog didapat J y = 0U 2 , J z = 0U 3 , ic = 0U 4 sehingga persamaan (1.100)
dapat ditulis
J = 0U ........(1.105)
J 'y = J y
J 'z = J z
'=
v
...(1.106)
J
x
c2
J y = J 'y
J z = J 'z
= '+
v
......(1.107)
J
'
x
c2
' ......(1.108)
( A1 , A2 , A3 , A4 ) = Ax , Ay , Az , i ..(1.109)
Persamaan
2
1 2
2
=
c t 2
x 2
1 2A
Persamaan A 2
= 0 J
c t 2
di mana
2
(sebuah invarian)
66
A adalah sebuah vektor potensial
besar vektor A = ( A1 , A2 , A3 , A4 ) = Ax , Ay , Az ,
c
A = 0 J ....(1.110)
karena
1 2
2
=
2
0
c t
2
1 2 A4
A4 = A4 2
c t 2
2
i
2
1
c
2 i
2 i
= 2
t 2
c
c c
i
1 2
= 2 2 2
c
c t
i
=
c 0
J
= 24
c 0
di mana J 4 = ic
sehingga didapat
2
(i / c ) = i / c 0 = J 4 / c 2 0 = 0 J 4
x1 = x
Persamaan . A +
x2 = y
1
=0
c 2 t
x3 = z
x 4 = ict
t=
x4
ic
c A4
i
67
menjalankan vektor A diatas didapat
Ax Ay Az
1
+
+ 2
=0
+
y
z c t
x
A1 A2
+
x1 x 2
A1 A2
+
x1 x 2
cA
4
A
1
i
+ 3+ 2
=0
x3 c
x4
ic
A A
+ 3 + 4 =0
x3 x 4
cA
c
4
( A4 )
1 i 1 i
2
=
c
x4 c 2 1 (x )
4
ic
ic
A4
1
= 2 c2
x 4
c
( )
A4
x 4
= 0 ......(1.111)
A' x = Ax 2
c
A' z = Az
A' y = Ay
' = ( v Ax )
...(1.112)
68
x
A=
x
Ax
y
Ay
z
Az
A Ay
A
A
A A
+ y x z + z y x
= x z
z
x
y
z
y
x
A Ay
Bx = z
y
z
A A
By = x z
z
x
Ay Ax
Bz =
x
y
dari hasil Bx dituliskan menjadi bentuk umum
f v =
Av A
...(1.113)
x xv
E = x
y
z
t
x y z
A1 A2 A3
x
y
z
=
+
+
t
t
x y z t
Ax Ay Az
=
x
y
z
+
+
Ax
Ex =
x
t
Ay
Ey =
y
t
Az
Ez =
z
t
kemudian menggunakan persamaan (1.113)
A
t
69
f 11 =
A1 A1 Ax Ax
=0
x1 x1
x
x
f 12 =
A2 A1 Ay Ax
= Bz
x1 x 2
x
y
A3 A1 Az Ax
A A
= x z = B y
x1 x3
x
z
x
z
i
A4 A1
A
i 1 Ax
= c x =
=
x1 x 4
x ict c x ic t
f 13 =
f 14
iE
i 1 Ax
i Ax
=
+ 2
=
= x
c x i t
c x
c
t
Ay Ax
A Ay
A A
= Bz
f 21 = 1 2 = x
=
y
y
x
x 2 x1
x
Ay Ay
A A
f 22 = 2 2 =
=0
x 2 x 2
y
y
f 23 =
f 24
A3 A2 Az Ay
= Bx
x 2 x3
y
z
Ay i 1 Ay
A4 A2
= c
=
x 2 x 4
y ict c y ic t
i 1 Ay
i Ay
=
=
+ 2
t
c y i t
c y
A A
A A
f 31 = 1 3 = x z = B y
x3 x1
z
x
iE
= y
c
A Ay
A2 A3 Ay Az
= B x
= z
x3 x 2
z
y
A A
A A
= 3 3 = z z =0
x3 x3
z
z
f 32 =
f 33
i
A
A A
1 Ax i
= 1 4 = x c =
x 4 x1 ict
x
ic t c x
f 41
i 1 Ax
=
+
=
c x i 2 t
i Ax iE x
=
t
c x
c
70
A2 A4 Ay
1 Ay i
=
=
c =
x 4 x 2 ict
y
ic t
c y
f 42
i 1 Ay
=
=
+
c y i 2 t
i Ay iE y
c y
t
c
i
A3 A4 Az
1 Az i
=
=
c =
x 4 x3 ict
z
ic t c z
f 43
i 1 Az
=
+
c z i 2 t
A A
f 44 = 4 4 = 0
x 4 x 4
i Az
=
t
c z
iE z
=
c
f v
Bz
=
By
i Ex
Bz
By
Bx
Bx
i Ey
c
i Ez
c
i Ex
c
iE
y
c
iE
z
c
......(1.114)
+
+
f
xv
f
x
f
x
+
+
f
x
f
x
= 0 .........(1.115)
=0
= 0 J .....(1.116.)
71
Dalam komponen dari persamaan (1.115) yang membentuk dari indek
satu tidak terlihat, dengan menggunakan persamaan (1.114). Persamaan (1.115)
dengan menggunakan nilai = 3, = 4 dan v = 2 didapatkan
f34
x2
0=
f42
x3
f 23
x4
=0
i E z i E y 1 Bx
+
+
c y
c z ic t
i E z E y 1 Bx
0 =
c y
z i 2 t
i E z E y Bx
0 =
+
c y
z
t
E z E y Bx
i
+
0 =
t
c
Bx
Ez Ey
=
y
z
t
E=
x
Ex
y
Ey
z
Ez
E y
E
= x z
z
y
E z E y
Ex =
y
z
E
E
Ey = x z
z
x
E y E x
Ez =
x
y
E y E x
E
E
y x z + z
y
z
72
= 0 J
xv
f 1
xv
f 11
x1
f 1
xv
f12
x2
+
+
f 1
xv
f 13
x3
+
+
f1
xv
f 14
x4
= 0 J1
= 0 J1
f11
x1
f1 2
x2
0 J1 =
f 13
x3
f 14
x4
= 0 J1 =
B z B y 1 iE x
+
y
z i c t c
B z B y 1 iE x
+
y
z i c t c
Bz By
1 E x
= 0 J x + 2
y
z
c t
x
B=
x
Bx
y
By
B y
B
= x z
z
y
B y
B
Bx = z
y
z
B
B
By = x z
z
x
B y B x
Bz =
x
y
z
Bz
B
B
y x z
x
z
B y B x
+ z
f ' v = a av f ....(1.117)
73
dan dapat menggunakan ini dengan memasukkan nilai dari persamaan (1.114)
untuk memperoleh formula transformasi E dan B, ini hanya akan digunakan untuk
transformasi Lorentz khusus seperti digambarkan dalam persamaan (1.82).
Sebagai contoh, tinjau komponen 1 4 dari persamaan (1.117). Mengingatkan
bahwa f = f , diperoleh
f '14 =
i E'x
= a1 a4 f = a1 (a41 f 1 + a44 f 4 )
c
= f14 =
iE x
c
oleh karena itu E ' x = E x . Analog didapatkan bahwa komponen 4 2 dari persamaan
(1.117) mengantarkan untuk
f '42 =
i E' x
= a4 a2 f = a4 a22 f 2
c
iE
= a41 f12 + a44 f 42 = ( i )B z + y
c
Jadi bahwa
B' x = B x
E' y = (E y vB z )
vE
B' y = B y + 2 z ......(1.118)
c
vE
B' z = B z 2 y
c
E' z = (E z + vB y )
74
1.16 Sekilas Teori Relativitas Umum Einstein
Relativitas umum merupakan perluasan teori relativitas khusus Einstein
yang untuk kasus kerangka acuan dipercepat. Menurut teori ini semua gaya
inersial dan gaya gravitasi merupakan manifestasi peristiwa yang sama dan
dikenal sebagai prinsip ekuivalensi Einstein yang didapat dari persamaan eksak
massa inersial (dinyatakan oleh hukum gerak Newton) dan massa gravitasi (yang
diukur oleh R.V.Eotsos tahun 1922 dan R.H. Dicke tahun 1961)
Beberapa ramalan-ramalan penting teori relativitas umum.
1. Presessi perihelium planet Mercurius
Orbit sebuah benda langit mengelilingi sebuah benda langit lain umumnya
berbentuk ellips, tetapi jika yang mengelilingi benda langit tersebut lebih dari
satu benda langit, maka orbit ellips tersebut akan mengalami gangguan
(presessi). Teori gravitasi Newton dapat menghitung kecepatan presessi planet
Mercurius (dipilih planet Mercurius karena pengaruh medan gravitasi matahari
paling kuat sebab dekat dengan matahari, sedangkan planet lain efek presessi
sangat kecil), tetapi hitungan tersebut tidak sesuai dengan hasil pengamatan
eksperimen karena hukum gravitasi Newton hanya cocok untuk medan
gravitasi lemah. Teori relativitas umum dapat menghitung kecepatan presessi
perihelion planet Merkurius akibat distorsi ruang-waktu yang ditimbulkan oleh
planet lain dengan ketepatan yang sangat tinggi dengan hasil pengamatan
ekperimen. Hasil perhitungan menurut teori relativitas umum terhadap
kecepatan presessi perihelion planet Mercurius yaitu 43 second derajat per
abad.
2. Pergeseran merah gravitasi
Frekuensi garis spektral disebabkan transisi atom akan nampak
mengecil/berkurang jika cahaya menjalar menuju medan gravitasi. Efek
tersebut telah teramati dengan ketepatan tinggi oleh R.V.Pound dan G.A.Rebka
(tahun 1960) yang mengukur pergeseran panjang gelombang cahaya di bawah
medan gravitasi dengan menggunakan efek Mossbauer, hasil percobaan sekitar
2,5 bagian per 1015.
75
3. Pembelokan cahaya oleh medan gravitasi.
Tahun 1919 terjadi gerhana matahari, peristiwa ini kemudian digunakan
untuk mengamati posisi bintang dekat matahari pada saat siang hari dengan
cara memotretnya. Enam bulan kemudian posisi bintang tersebut dapat diamati
pada malam hari juga dengan cara memotretnya, dengan membandingkan
posisi pada siang dan malam hari pada bintang tersebut maka akibat medan
gravitasi di sekitar matahari, terlihat perubahan posisi bintang dan peristiwa
pembelokkan cahaya oleh medan gravitasi ini dapat diukur.
4. Perubahan Periode Pulsar
Pulsar adalah Pulsing Radio Star yang merupakan peristiwa di mana
sebuah bintang memancarkan denyut/gelombang radio. Pulsar diduga terjadi
pada bintang neutron termagnetisasi atau sistem bintang kembar yang
mengelilingi pusat massanya dapat memancarkan gelombang radio secara
teratur dengan interval beberapa detik sampai milli detik. Periode (bintang
kembar) pulsar berubah karena emisi gelombang gravitasi seperti yang
diramalkan teori relativitas umum Einstein. Emisi tersebut mengakibatkan
pengurangan jarak antara 2 bintang yang menghasilkan perubahan periode
rotasi ke 2 bintang tersebut. Ini belum dibuktikan secara eksperimen/melalu
pengamatan.
76
Soal-soal latihan Bab 1 :
1. Sebuah mobil A berkecepatan 36 km/jam melewati mobil B yang berkecepatan
18 km/jam, pada saat kedua mobil sejajar dengan orang yang berdiri di pinggir
jalan, kedua pengemudi melihat arlojinya masing-masing dan tepat jam 9.00.
Lima detik kemudian pengemudi mobil B melihat burung terbang searah
mobilnya dan berjarak 100 m di depan mobil B. (mobil A, B, dan burung
bergerak searah sumbu x).
a. Bagaimana koordinat burung menurut pengemudi mobil A, B dan orang
yang berdiri di tepi jalan?
b. Sepuluh detik kemudian pengemudi mobil B melihat burung lagi dan ia
memperkirakan burung tersebut berjarak 125 m di depan mobilnya. Hitung
kecepatan terbang burung tersebut menurut pengemudi mobil A, B, dan
orang yang berdiri di tepi jalan?
2. Dalam kerangka O, sebuah elektron mempunyai kecepatan 0,5c dalam arah
sumbu x, sebuah foton kecepatan c dalam arah sumbu y. Bagaimana laju relatif
elektron dan foton ?
3. Tunjukkan bahwa pernyataan differensial
( dx )
+ ( dy ) + ( dz ) c2 ( dt )
2
2 2 2 1 2
+
+
= 0 adalah invarian terhadap transformasi Lorentz
x 2 y 2 z 2 c2 t 2
5. Sebuah tongkat pada saat diam panjangnya 1 meter, berapakah panjang tongkat
yang bergerak searah panjangnya jika massa geraknya 4/3 massa diam.
6. Sebuah kelereng massa diamnya 10 gram, hitung massanya ketika kelereng
bergerak dengan laju 0,6c.
7. Sebuah partikel muon tercipta di ketinggian 1 km di atas permukaan laut bumi
dan bergerak menuju ke bumi dengan kecepatan 0,8c. Muon akan meluruh
setelah 3 menurut kerangka muon itu sendiri.
a. Secara klasik berapa jarak tempuh muon? Apakah muon sampai bumi?
b. Secara relativistik berapa waktu dan jarak tempuh muon menurut pengamat
di bumi
77
c. Secara relativistik berapa jarak dan waktu tempuh muon menurut kerangka
muon?
8. Massa diam proton adalah 2000 kali massa diam elektron. Hitung laju gerak
elektron agar massanya sama dengan massa diam proton?.
9. Energi total suatu partikel secara tepat 5/3 kali energi diamnya. Hitung berapa
kali kecepatan cahaya laju partikel tersebut?
10. Berapa rasio laju elektron yang energi kinetiknya 0,4 Mev dengan laju cahaya
? Jika massa diam elektron tersebut 0,6 Mev/c2 .
11. Berapa seharusnya laju partikel yang massa diamnya 4 Mev/c2, sehingga
massa relativistiknya 5 Mev/c2.
12. Sebuah partikel mempunyai massa diam
1,28 28
.10 kg dan energi kinetiknya
9
78
BAB 2
PERMULAAN TEORI KUANTUM
Pada akhir abad ke 19 terdapat beberapa eksperimen yang tidak dapat
dijelaskan oleh ilmuwan fisika klasik (fisikawan yang merujuk sepenuhnya pada
mekanika Newton dan teori gelombang elektromagnet Maxwell) yaitu : radiasi
benda hitam, efek fotolistrik, efek Compton, dan garis terang pada spektrum optik.
Peristiwa-peristiwa tersebut semuanya melibatkan interaksi antara radiasi dengan
materi. Pengukuran berulang-ulang pada eksperimen tersebut oleh fisikawan
dengan ketelitian yang tinggi, tetap tidak dapat dijelaskan oleh teori fisika klasik.
Masing-masing peristiwa tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
2.1. Radiasi Benda Hitam
Suatu benda jika dipanaskan akan memancarkan radiasi gelombang
elektromagnetik dengan rentang frekuensi yang lebar. Pengukuran terhadap
radiasi rongga (lubang kecil dari bejana tertutup yang dipanaskan oven)
menunjukkan bahwa intensitas radiasi berubah terhadap frekuensi radiasi. Jika
suhu benda naik, maka frekuensi puncak radiasi yang dipancarkan juga bergeser
naik. Suatu benda juga dapat menyerap radiasi gelombang elektromagnetik yang
mengenainya. Benda yang dapat memancarkan seluruh frekuensi radiasi maupun
menyerap seluruh frekuensi radiasi gelombang elektromagnetik yang mengenai
benda tersebut disebut benda hitam.
T4
T2
T1
m4
m2
m1
79
Distribusi Energi Radiasi Wien
Dari kurva distribusi energi radiasi benda hitam terlihat nilai panjang
gelombang maksimal (m) hanya bergantung pada suhu (T), dimana jika T naik
maka m mengalami pergeseran turun (lebih pendek panjang gelombangnya) dan
jika T turun maka m bergeser naik (lebih panjang), sehingga perkalian mT
merupakan suatu tetapan. Pergeseran puncak kurva distribusi intensitas terhadap
perubahan suhu ternyata mengikuti hubungan empirik yang kemudian dikenal
sebagai hukum pergeseran Wien (tahun 1893 dirumuskan) yaitu
mT = konstan
..... (2.01)
A
f ( T ) d
5
..... (2.02)
di mana A adalah tetapan dan f(T) adalah sebuah fungsi perkalian T. Hukum
Stefan-Boltzmann dan hukum pergeseran Wien dapat diturunkan melalui hukum
distribusi Wien (persamaan (2.02))
f ( T )
d
5
I = I d = A
0
misal x = T
f ( T ) dx
4 f (x)
I = A 5
= AT 5 dx
x 5 T
x
0
0
T
f (x)
dx bernilai tetap, sehingga
x5
0
di mana integral
I = T4
..... (2.03)
pada = m maka
dI
=0
d
di mana I =
watt
m2
80
AT '
5A
f ( mT ) 6 f ( mT ) = 0
5
m
m
x m f ' ( x m ) 5f ( x m ) = 0
di mana x m = m T
m T = tetap
..... (2.04)
a
exp b
d
T
5
..... (2.05)
p2
1
+ kx 2 , yang mempunyai 2 derajat kebebasan. Menurut
2m
2
1
kT , sehingga rata-rata energi osilator yaitu <> = kT , di mana k
2
1 2
..... (2.06)
c 2 t 2
2
= 2
t 2
81
2 2 2 2
+
+
+ =0
x 2 y2 z 2 c2
untuk gelombang stasioner = 0 pada x = y = z = 0 dan x = y = z =
Menggunakan metode pemisahan variabel
2 yz 2 yz
+
y
z 2
223
= 2 = tetap
c
karena persamaan kiri hanya fungsi fungsi x saja, maka persamaan kanan bernilai
tetap.
1 d 2 x 12
+
=0
x dx 2 c 2
; di mana 12 = 223
1x
x
+ B1cos 1 ....... (2.07)
c
c
1x
c
= n1 atau n1 = 1
c
c
n1x
, dan
y = A 2sin
n 2 y
n z
; z = A 3sin 3
n1x
n y
n z
sin 2 sin 3
12 2
c2 2
di mana n12 =
n 22 =
22 2
c2 2
..... (2.08)
; n 32 =
32 2
c2 2
2
2 2 4 2 f 2 2 2
2
2
2
n + n + n = 2 2 ( 1 + 2 + 3 ) = 2 2 = 2 2 =
c
c
c
2
1
2
2
2 2f
n +n +n = =
c
2
1
2
2
2
3
2
3
. (2.09)
82
Sekumpulan nilai-nilai n1 , n 2 , n 3 yang memenuhi persamaan (2.09)
menyatakan sebuah mode getaran khusus. Untuk menghitung jumlah mode-mode
getaran (stasioner) dalam interval frekuensi f s/d f + df , nilai-nilai n1 , n 2 , n 3
dinyatakan dalam diagram 3 dimensi dengan n1 sepanjang sumbu x, n2 sepanjang
sumbu y, n3 sepanjang sumbu z. Kombinasi nilai-nilai n1 , n 2 , n 3 dinyatakan
sebagai sebuah titik dalam diagram ini yang koordinatnya ( n1 , n 2 , n 3 ).
Jadi jumlah mode getaran antara f dan f + df dapat ditentukan dengan
menghitung
jumlah
2 ( f + df )
r + dr =
titik-titik
antara
dua
lingkaran
r=
2f
c
dan
dan n2 dianggap hanya bernilai positif. Jumlah titik-titik tersebut Nfdf sama
dengan volume kulit bola pada kuadrant pertama dibagi volume masing-masing
satuan kubus, yaitu
2
1
1
2f 2df
N f df = ( 4r 2 dr ) = ( 4 )
8
8
c c
3 2
4 f df
=
c3
n2
n2
n1
n1
n3
n3
Gambar 2.2 Mode-mode getaran
N f df =
4Vf 2 df
c3
di mana V = 3
maka jumlah mode-mode getaran per satuan volume selubung untuk frekuensi
antara f dan f + df yaitu
2N f df
8f 2 df
n f df =
=
V
c3
..... (2.10)
83
satuan volume radiasi yang dipancarkan dengan panjang gelombang antara dan
+ d yaitu
n d =
8d
4
..... (2.11)
8kTd
..... (2.12)
4
c
u
4
..... (2.13)
84
Jumlah osilator-osilator dalam sebuah keadaan energi n = hf ditentukan
menurut fungsi distribusi Maxwell Boltzmann yaitu
nhf
N n = N 0 exp - n = N 0 exp .. (2.14)
kT
kT
di mana untuk n = 0 maka Nn = N0 sehingga N0 adalah jumlah osilator-osilator
dalam keadaan ground.
n
3hf
n
3
emisi
2hf
hf
1
absorpsi
<> =
n=0
n=0
<> =
nhf
N nhf exp kT
0
n=0
N
n=0
nhf
exp
kT
hf
di mana x = exp
, sehingga rata-rata energi osilator yaitu
kT
hf
<> =
e
hf
kT
hf
kT
..... (2.15)
1+
hf
sehingga <> = kT (seperti pada fisika klasik)
kT
Dari hasil di atas, maka kerapatan energi radiasi benda hitam menurut Planck
yaitu
hf
8f 2 df 8hf 3
df
. (2.16)
u f df = < >n f df = hf
=
3
3
hf
kT
c
kT
1 c
e
e
1
85
u d =
8hc
d
5
hc
e kT 1
..... (2.17)
hc
kT
1 e
hc
kT ,
maka lim u =
0
misal
hc
= b dan 8hc = a
k
a
b
exp
jika
hc
kT
hc
kT
hc
hc
1 = 1+
1 =
maka lim u =
kT
kT
8kT
4
du
= 0 , sehingga
d
hc
hc
hc
= 5 1 e m kT dan
= 4,965 ,
m kT
m kT
sehingga m T =
hc
= 2,898.103 mK ,
4,965k
8h
f 3df
u = u f df = 2 hf
c 0 e kT 1
0
86
misal : z =
hf
h
zkT
dan dz =
df , di mana f =
kT
kT
h
dan df =
kT
dz
h
8h k 4 T 4 z 3dz
u = 3 4 z
c h 0 ( e 1)
4
kT
u = 8hc
( 4) ( 4)
hc
n p
n=1
(lihat lampiran A)
3
4
kT
u = 8kT
( 3!)
hc
90
I=
c
25 k 4 4
25k 4
u=
T
=
= 5,67.108 m 2 K 4
di
mana
3 2
3 2
4
15h c
15h c
I = T 4
. (2.18)
u=
hc
kT
di mana x =
jika
8hc
d
5
hc
e kT 1
; =
hc
hc
; d =
dx
xkT
kTx 2
=0 x=
kTx
u = 8hc
hc
u=
8k 4T 4
h 3c 3
x3
hc
dx
2
( e 1) kTx
1
0 ( ex 1) dx
87
u=
8k 4T 4 4
h 3c3 15
c
25 k 4 4
I= u=
T = T 4
3 2
4
15h c
didapat hasil yang sama dengan persamaan (2.18) di mana intensitas radiasi benda
hitam berbanding lurus suhu pangkat empat.
Contoh-contoh soal :
1. Berapa jumlah foton yang terdapat dalam 1 cm3 radiasi dalam kesetimbangan
termal pada 1000 K ? dan berapa energi rata-ratanya ?
Jawab :
a) Jumlah total foton per satuan volume yaitu
N
= n df ,
V 0 f
di mana n f df = jumlah foton per satuan volume dengan frekuensi antara f
dan f + df, karena foton tersebut berenergi hf, maka
n f df =
u f df
, u f df = kerapatan energi foton (rumus Planck)
hf
u f df 8V f 2 df
N = V
= 3 hf
c 0 e kT 1
0 hf
kT
N = 8V
hc
x 2dx
kT
0 ex 1 = 8V hc ( 3) ( 3)
(
)
(
)
)(
23
10
N = 2,027.10 foton
( 2!)(1,2025 )
b) Energi rata-rata <> dari foton sama dengan energi total per satuan volume
dibagi dengan banyaknya foton per satuan volume.
<> =
0 u f df
0 n f df
aT 4 4VT 4
=
N
Nc
V
88
<> =
4VT 4
3
kT
8cV
( 2 )(1,2025 )
hc
c 2 h 3T
2,405 2k 3
atau
8 ( kT )
<> =
<>=
( hc )
90
( 3!)
kT
8
( 2!)(1,2025 )
hc
( )
kT ( 3!) 4
( 2!)(1,2025)( 90 )
( ) = (1,38.1023 ) (1000 ) ( 22 7 )
kT 4
36,075
36,075
20
3, 73.10
= 0, 223 eV
1, 6.1019
m T = 2,898.103 mK
T=
2,898.10 3 mK
= 5700 K
5100.10 10 m
m T = 2,898.103 mK
2,898.103 mK 2,898.103 mK
T=
=
= 8300 K
m
3500.1010 m
E = T 4 = 5,67.10 8 W
E = 271 MW
m2
m2K 4
) (8300 K )
89
2.2. Efek Fotolistrik
Efek fotolistrik pertama kali ditemukan oleh Heinrich Hertz tahun 1888 di
Jerman. Telah diamati bahwa sebuah plat logam ketika disinari radiasi ultra violet
akan menjadi bermuatan positif, ini ditunjukkan dengan berkurangnya atau
lepasnya muatan negatif dari permukaan plat logam tersebut. Partikel-partikel
bermuatan negatif ini kemudian diidentifikasikan sebagai elektron oleh P. Lenard
tahun 1899. Peristiwa lepasnya partikel negatif dari permukaan logam akibat
disinari radiasi gelombang elektromagnetik dikenal sebagai efek fotolistrik dan
elektron yang dipancarkan dikenal sebagai fotoelektron.
Einstein kemudian memberikan penjelasan tentang efek fotolistrik (1905),
Einstein menganggap bahwa kuantum energi bukan merupakan sifat khusus atomatom pada dinding dalam rongga osilator (menurut Planck), tetapi merupakan sifat
radiasi itu sendiri. Energi cahaya datang diserap logam dalam bentuk paket-paket
atau quanta yang disebut juga foton dan energi foton tersebut E = hf. Sejumlah
energi foton diperlukan untuk melintas/melewati permukaan logam adalah tetap
untuk suatu logam tertentu yang disebut fungsi kerja fotolistrik. Semakin sedikit
energi elektron yang hilang dalam tumbukan dengan atom-atom, maka semakin
besar energi kinetik (Ek) elektron yang dilontarkan/dipancarkan permukaan
logam, oleh karena itu Ek maksimum elektron yang dipancarkan logam
berhubungan dengan tidak adanya kehilangan energi elektron dalam tumbukan
dengan atom-atom atau elektron yang terlepas dari ikatan atom berada pada
permukaan logam sehingga tidak sempat menumbuk atom-atom dalam logam
tersebut. Proses terjadinya efek fotolistrik dapat digambarkan sebagai berikut :
atom
elektron
hf
Ek
hf
hf
Ek
Ed
Ed
Ek max
90
Energi cahaya datang (E = hf) digunakan untuk :
1. Melepaskan elektron yang terikat dalam atom, setiap logam mempunyai nilai
W (energi ambang) tertentu. Cahaya datang dengan energi hf < W tidak akan
dapat melepaskan elektron dari ikatannya dalam atom.
2. Menggerakkan elektron menuju permukaan logam, diperlukan energi sebesar
Ed , semakin dalam letak elektron dari permukaan, semakin besar energi yang
diperlukan elektron untuk menuju permukaan.
3. Menggerakkan elektron setelah lepas dari permukaan logam, jika elektron
berada di permukaan logam maka tidak diperlukan energi untuk menuju
permukaan, sehingga energi kinetik (Ek) elektron akan maksimum.
Menurut hukum kekekalan energi
hf = W + (Ek + Ed)
di mana W = energi ambang/fungsi kerja logam
Ek = energi kinetik elektron setelah lepas dari permukaan logam
Ed = energi elektron menuju permukaan logam setelah lepas dari ikatan
atom.
hf = energi cahaya yang datang (foton)
Jika elektron berada jauh dari permukaan, ada kemungkinan energi
cahaya datang hanya digunakan untuk melepaskan elektron dari ikatan atom (W)
dan hanya untuk menggerakkan elektron menuju permukaan logam (Ed), sehingga
ketika elektron sampai permukaan sudah kehabisan energi dan tidak dapat lepas
dari permukaan logam, sehingga energi kinetiknya nol (Ek = 0) atau kecepatan
elektron lepas dari permukaan logam nol (v = 0), sehingga
hf = W + Ed ..... (2.19)
Jika elektron berada di permukaan logam, maka tidak diperlukan energi
elektron untuk menuju ke permukaan (Ed = 0), sehingga energi cahaya datang
hanya digunakan untuk melepaskan elektron dari ikatan atom (W) dan hanya
untuk menggerakkan elektron lepas dari permukaan logam (Ek), karena W tetap
maka energi kinetik elektron lepas dari permukaan logam akan maksimum (Ek max)
dan kecepatan elektron lepas dari permukaan logam juga akan maksimum (vmax),
sehingga Einsten merumuskan persamaan untuk efek fotolistrik yaitu
hf = W + Ek max ...... (2.20)
91
Jadi kecepatan elektron-elektron yang dilontarkan dari permukaan logam,
pada proses fotolistrik dapat bernilai 0 s/d vmax atau energi kinetik elektron dapat
bernilai 0 s/d Ek max. Ek max elektron yang terpental dari logam tidak bergantung
pada intensitas cahaya datang tetapi berbanding lurus dengan frekuensi cahaya
datang. Jika logam yang disinari cahaya diberi voltase positif maka mv2max =
eVs (Vs = stopping potensial/tegangan penghenti). Sehingga hf = W + eVs
hf = hf0 + eVs ..... (2.21)
di mana f0 = frekuensi ambang cahaya datang untuk melepaskan elektron dari
ikatan atom.
hf
vacum
S
V
I3
I2
I1
I1 < I2 < I3
f1 < f2 < f3
92
Ketika intensitas cahaya datang ditingkatkan dan frekuensi cahaya datang
dan voltase di logam S dibuat tetap, maka arus yang timbul di ammeter juga
meningkat (gambar 2.8), sehingga intensitas cahaya datang berbanding lurus arus
yang ditimbulkan. Ketika frekuensi cahaya datang diubah-ubah dan intensitas
cahaya datang dibuat tetap, ternyata arus listrik yang timbul tidak berubah,
walaupun voltase di logam S diturunkan/dikecilkan sampai 0 volt (gambar 2.9).
Jika voltase di logam S dikurangi
/diturunkan lagi di bawah 0 volt atau
hf
vacum
S
V
A
yang
terlontar
dari
I3
I1 < I2 < I3
I2
I1
suatu
ketika
elektron
yang
Vs
logam S dan kembali ke logam R. Voltase Gambar 2.11 Grafik antara i dan V pada
(karena
elektron
bermuatan
f1 < f2 < f3
f3
f2
f1
0
93
Arus listrik turun tajam menuju nol ampere (artinya tak ada elektron
yang sampai ke logam S) pada voltase tertentu (stopping potensial) logam S.
Ketika intensitas cahaya datang diubah-ubah dan frekuensi cahaya datang tetap,
maka arus akan menuju nol pada nilai stopping potensial (Vs) tetap (gambar
2.11). Untuk frekuensi f sinar datang yang berbeda-beda dan intensitas cahaya
tetap, ketika voltase listrik logam S diturunkan (lebih negatif), maka arus listrik
akan turun menuju nol pada voltase Vs yang berbeda-beda (gambar 2.12). Ketika
frekuensi diturunkan terus maka suatu ketika tidak ada pelontaran elektron dari
logam R yang disinari, meskipun intensitas cahaya datang dinaikkan. Jadi nilai
stopping potensial (Vs) suatu logam tidak bergantung intensitas cahaya
datang, tetapi bergantung frekuensi cahaya datang.
Grafik antara stopping potensial
Vs
Cesium
Calsium
f0(Ce)
f0(Ca)
beda.
I3
I2
I1
I1 < I2 < I3
-V s
dan jika gambar 2.9 dan gambar 2.12 digabungkan untuk f yang berbeda-beda
i
f1 < f2 < f3
f3
f2
f1
0
94
Kesimpulan yang dapat ditarik dari eksperimen efek fotolistrik di atas yaitu
1. Kecepatan elektron yang terlontar dari permukaan logam tergantung pada
frekuensi cahaya datang dan tidak tergantung intensitas cahaya datang. Energi
kinetik maksimum (Ek.max) elektron yang dipancarkan meningkat secara linier
terhadap frekuensi cahaya datang.
2. Pelontaran/pemancaran elektron adalah peristiwa spontan. Tidak ada selisih
waktu antara cahaya datang dengan pelontaran elektron.
3. Terdapat frekuensi ambang (f0) atau frekuensi minimum cahaya datang agar
elektron dapat terlontar dari permukaan logam. Frekuensi ambang ini nilainya
tergantung pada jenis material yang digunakan.
4. Arus fotolistrik tergantung pada intensitas cahaya datang dan tidak tergantung
fekuensi cahaya datang untuk voltase logam S lebih tinggi dari logam R.
5. Nilai potensial stopping tidak tergantung pada intensitas cahaya datang, tetapi
bergantung pada frekuensi cahaya datang.
Terdapat 4 karakteristik efek fotolistrik yang tidak dapat dijelaskan oleh
teori gelombang elektromagnetik maupun teori fisika klasik yaitu :
1. Ek.max elektron tidak bergantung intensitas cahaya datang, padahal menurut
teori gelombang elektromagnet, energi kinetik akan meningkat bersamaan
meningkatnya intensitas cahaya datang.
2. Untuk masing-masing permukaan logam terdapat frekuensi minimum (f0) yang
jika f < f0 , maka tidak terjadi pemancaran/pelontaran fotoelektron, padahal
menurut teori gelombang elektromagnet, pemancaran elektron akan terjadi
pada setiap frekuensi yang datang.
3. Tidak terdapat selisih waktu antara cahaya datang dengan pemancaran elektron
(terjadi secara spontan), sedang menurut teori gelombang elektromagnet,
elektron memerlukan waktu untuk menyerap energi cahaya datang sebelum
terlontar dari permukaan logam.
4. Kecepatan elektron yang terlontar dari permukaan logam bergantung pada
frekuensi cahaya datang, sedang menurut teori gelombang elektromagnet,
apapun frekuensi cahaya datang, elektron akan dipancarkan jika memperoleh
cukup waktu untuk mengumpulkan energi cahaya datang yang diperlukan
untuk pemancaran.
95
Contoh-contoh soal :
1. Berapa panjang gelombang cahaya datang yang seharusnya untuk permukaan
Tungsten (Wolfram) yang mempunyai fungsi kerja 4,0 eV.
Jawab :
W = 4,0 eV = 6,4.10
W = hf 0 =
hc
0
19
joule
0 =
hc
W
6,626.1034 )( 3.108 )
(
=
= 9,64.10
4,5 (1,6.1019 )
m = 9640 A
2. Permukaan sebuah fotolistrik mempunyai fungsi kerja 4 eV. Jika cahaya yang
menumbuk permukaan mempunyai frekuensi 1015 Hertz, berapakah kecepatan
maksimum fotoelektron yang dilontarkan ?
Jawab :
W = 4 eV = 4 (1,6.10
19
) joule
1 2
mvm = hf W = 6,626.1034 (1015 ) 6,4.1019 = 0,2.1019 joule
2
vm =
2 0,2.1019
9.10
31
) = 2,11.10
3. Hitung energi fotoelektron dari permukaan Tungsten (dalam eV), jika diradiasi
dengan cahaya = 1800 , misal panjang gelombang ambang (0) pancaran
fotolistrik yaitu 2300 .
Jawab :
1 1
E = h ( f f 0 ) = hc = hc 0
0
0
23.108 18.108
E = 6,626.1034 3.108
18.108 23.10 8
E = 2,4.10
)(
19
)(
joule
2,4.1019
E=
eV = 1,5 eV
1,6.1019
E = merupakan energi masing-masing elektron.
96
4. Hitung terpanjang dari radiasi sinar datang di mana akan melontarkan
elektron dari sebuah logam yang fungsi kerjanya W = 6 eV.
Jawab :
W = hf 0 =
hc
0 =
W
hc
0
6,626.1034 )( 3.108 )
(
=
= 2,07.107 m = 2070 A
19
6 (1,6.10 )
o
dan
5. Suatu logam disinari cahaya panjang gelombang 3000 . Jika fungsi kerja
logam tersebut 2 eV. Tentukan energi kinetik elektron yang terlontar dari
permukaan logam (dalam eV)?.
Jawab :
hc ( 6, 626.10 )( 3.10
E=
=
( 3000.1010 )
34
E=
) = 6, 626.10
19
J.s
6, 626.1019
eV = 4,14125 eV = 4,14 eV
1, 6.1019
E k = E W = 4,14 eV 2 eV = 2,14 eV
6. Suatu logam tidak akan melontarkan elektron jika disinari cahaya dengan
panjang gelombang di atas 600 nm. Jika ternyata dibutuhkan voltase 2,07 volt
untuk menghentikan elektron yang terpental dari permukaan logam akibat
cahaya datang tertentu. Tentukan panjang gelombang cahaya datang tersebut
(dalam nm)?.
Jawab :
hc hc
=
+ eV
0
atau
hc
hc
+ eV
0
)
(
)(
hc 0
0
=
hc + eV 0 1 + eV 0
hc
600.10
( 600 nm )
0
=
=
=
19
9
eV 0
( 3, 2 )( 2, 07 )
1, 6.10
( 2, 07 ) 600.10
1+
1+
1
+
hc
( 6, 626 )
6, 626.1034 3.108
( 600 nm ) = 300 nm
1 + 0,999
97
2.3. Efek Compton
Tahun 1923 A.H.Compton dapat menunjukkan bahwa ketika sinar-X
monokromatik diarahkan ke unsur ringan Carbon, radiasi hamburan terdiri dari
dua komponen, yang pertama lebih panjang dari sinar datang dan yang kedua
sama dengan radiasi sinar datang. Compton juga mengamati bahwa selisih antara
panjang gelombang sinar-X datang dengan panjang gelombang sinar-X
terhambur, meningkat terhadap sudut hamburan, peristiwa ini disebut efek
Compton. Selisih panjang gelombang ini tidak bergantung sinar datang dan juga
merupakan sifat alami dari bahan penghambur.
Susunan alat eksperimen untuk mempelajari hamburan Compton adalah
sebagai berikut :
A = Anoda
C = kristal Carbon
S = kristal dalam spektrometer
I = ruang ionisasi
B = kolimator/celah
B
I
98
Selisih
kedua
panjang
gelombang
0 = 0,0709 nm
1 = 0,0715 nm
2 = 0,0732 nm
3 = 0,0749 nm
yang
terpental)
diambil
oleh
90
maka
menghasilkan
gelombang
(diabaikan)
yang
sehingga
pergeseran
sangat
foton
135
kecil
terhambur
hf = hf ' + E k = hf ' + mc m 0 c
2
hf
elektron
dimana =
1
1
v2
c2
hf
x
Ek
99
Dari hukum kekekalan momentum
Pada sumbu x,
hf
hf '
=
cos + m0 v cos
c
c
Pada sumbu y,
0=
hf '
sin m 0 v sin
c
..... (2.23)
. (2.24)
h h
2
' + m 0 c = ( m 0 c )
h h
h h
2 2
2
2 2
+ m 0 c + 2m 0 c = m 0 c
'
'
h2
h2
2h 2
h h
+
+ 2m 0 c = 2 m 02 c 2 m 02 c 2 ..... (2.25)
2
2
( ')
'
'
Dari persamaan (2.23)
h
h
= cos + m 0 v cos
'
h h
cos = m 0 v cos
'
..... (2.26)
h
sin m 0 v sin
'
h
sin = m 0 v sin
'
..... (2.27)
2h
2
h h
2
cos = ( m 0 v cos )
+ cos
'
'
2
2
h
2
sin = ( m 0 v sin )
'
100
h2
h2
2h 2
h2
2
+
cos
cos
+
sin 2 = 2 m 02 v 2 cos 2 + 2 m 02 v 2sin 2
2
2 ( ' ) 2
'
( ')
h2
h2
2h 2
+
cos = 2 m 02 v 2
2
2
( ')
'
..... (2.28)
h2
h2
2h 2
h2
2h 2
h h h
= 2 m02c 2 m 02 c2 ( 2 m02 v 2 )
+
+
2m
c
cos
2
2
2
2
( ')
'
'
' ( ')
di mana 2 1 v
=1
c )
2
atau
2 c2 v 2 = c2
atau
2c 2 2 v 2 = c 2
2h 2
h h
( cos 1) + 2m0c = 2 m02c2 m20c2 2 m02 v2
'
'
2h 2
h h
( cos 1) + 2m0c = 0
'
'
..... (2.29)
h
h
disebut panjang gelombang Compton;
= 0,0242
m0c
m0c
Dari persamaan (2.29)
' =
h
(1 cos )
m 0c
1
1
h
= +
f' f
m0c2
2
2sin 2
1
1
hf
= 1 +
f'
f
m 0c2
2
2sin 2
f'=
..... (2.30)
1 + 2 sin
2
di mana =
recoil
hf
h
=
dan E k = hf hf ' , sehingga energi kinetik elektron
2
m0 c
m 0c
101
2
2sin 2
E k = hf
1 + 2sin 2
..... (2.31)
..... (2.32)
..... (2.33)
1 + 2 sin 2
hf ' sin
2
tan =
=
'
hf hf cos
f cos
f
1 + 2 sin 2
2
tan =
sin
2 sin cos
cot
2
2
2
tan =
=
1+
( )
2 sin 2 +2 sin 2
2
2
( )
sehingga hubungan antara sudut (arah elektron recoil) dengan sudut (arah
hamburan foton) yaitu
tan =
( 2)
cot
h
1+
m 0 c
..... (2.34)
102
2. Intensitas radiasi sinar datang berfrekuensi f akan menyebabkan elektronelektron unsur ringan (Carbon) berosilasi dengan frekuensi sama, padahal
menurut teori Compton elektron unsur ringan berosilasi dengan frekuensi beda.
3. Osilasi elektron-elektron ini kemudian akan meradiasikan gelombang
elektromagnetik dengan frekuensi yang sama dan arah berbeda, padahal
menurut teori Compton, osilasi elektron-elektron meradiasikan gelombang
elektromagnetik dengan frekuensi yang berbeda.
Dengan menggunakan teori kuantum Planck-Einstein, Compton membuat
rumusan teori yang didasarkan pada postulat-postulat berikut :
1. Radiasi sinar monokromatik dengan frekuensi f terdiri dari aliran foton-foton
yang masing-masing energinya hf dan momentumnya hf
2. Hamburan sinar-X datang oleh atom sebuah unsur adalah hasil tumbukan
elastik antara foton dan elektron, sehingga terdapat kekekalan energi dan
momentum.
Kesimpulan dari hasil eksperimen hamburan Compton yaitu :
1. Panjang gelombang () radiasi yang dihamburkan pada setiap sudut selalu
lebih besar dari radiasi sinar datang.
2. Selisih panjang gelombang () tidak bergantung sinar-X datang dan pada
sudut tetap hamburan adalah sama untuk semua unsur yang mengandung
elektron tidak terikat (bebas) pada keadaan lain.
3. Selisih panjang gelombang () meningkat terhadap sudut hamburan dan
mempunyai nilai maksimal pada = 1800.
Keterbatasan-keterbatasan teori Compton
1. Teori Compton tidak dapat menjelaskan keberadaan sinar-X dalam radiasi
terhambur yang mempunyai panjang gelombang sama dengan radiasi sinar-X
datang.
2. Teori Compton tidak dapat menjelaskan bahwa intensitas sinar-X terhambur
lebih besar dari pada sinar-X yang datang untuk unsur atom-atom ringan, tetapi
untuk unsur-unsur atom berat justru intensitas sinar-X terhambur lebih kecil
dari pada sinar-X yang datang.
103
Contoh-contoh soal :
1. Hitunglah selisih panjang gelombang () foton sinar-X yang dihamburkan
melalui sudut = 900 oleh elektron bebas yang diam.
Jawab :
=
0
h
6,626.10 34
1
cos
=
=
0,0242
A
(
)
m0c
9,1.1031 3.108
)(
c = 3.108 m/s
h
(1 cos ) = 2,42.1012 m
m0c
1 1
' = c + = 2,42.1012 m
f' f
dan
1 2,42.1012
1
12
=
+
+ 0,33.1019 = 0, 41.1019
8
19 = 0, 08.10
f'
3.10
3.10
f ' = 2, 43.1019 Hz
3. Sinar gamma 60 KeV dihamburkan oleh elektron bebas, anggap elektron mulamula diam, tentukan energi maksimum elektron terhambur ?
Jawab :
Energi sinar datang E = hf = 60 KeV = 9,6.10
)(
15
Joule
3.108 6, 626.1034
c ch
= =
=
= 0, 2184.1010 m
15
f E
9,6.10
=
h
(1 cos )
m0c
10
)(
)(
10
10
'
0, 2426.10
0, 2184.10
'
E=
9,1.1016
= 5, 69.103 eV = 5,69 KeV
19
1, 6.10
)(
104
2.4.Dualitas Gelombang dan Partikel dari suatu Materi
Konsep alami materi muncul dari karakter ganda radiasi yang kadangkadang berkelakuan sebagai sebuah gelombang dan pada saat lain berkelakuan
sebagai sebuah partikel. Perbedaan eksperimen-eksperimen antara radiasi yang
berkelakuan sebagai gelombang dan radiasi yang berkelakuan sebagai partikel
dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Radiasi-radiasi yang termasuk cahaya tampak, inframerah, ultraviolet dan
sinar-X berkelakuan sebagai gelombang dalam eksperimen-eksperimen
penjalaran yang didasarkan pada interferensi dan difraksi.
Eksperimen-
105
Fenomena interferensi dan difraksi cahaya adalah akibat interaksi cahaya
dengan cahaya, fenomena ini secara lengkap dijelaskan dalam teori radiasi
elektromagnetik dan teori gelombang. Eksperimen yang menampilkan tingkah
laku seperti gelombang dari partikel yaitu eksperimen G.P Thomson, eksperimen
Davisson & Germer, dan eksperimen Stern-Gerlach.
Fenomena radiasi benda hitam, efek fotolistrik, dan efek Compton adalah
akibat interaksi radiasi dengan materi. Untuk menjelaskannya, energi radiasi
dianggap sebagai aliran paket-paket kecil energi yang disebut quanta cahaya atau
foton, di mana energi masing-masing foton adalah E = hf. Frekuensi adalah
konsep dari gelombang dan quanta cahaya yang mempunyai paket energi (energi
terisolasi) hf adalah konsep dari partikel. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa
radiasi memiliki karakter ganda dan tidak pernah menampilkan kedua
karakteristik dalam setiap satu eksperimen.
106
2.5.Gelombang Materi de Broglie
Peristiwa interferensi dan difraksi disebabkan interaksi radiasi dengan
radiasi, di mana radiasi berkelakuan seperti gelombang. Peristiwa efekfotolistrik,
radiasi benda hitam dan efek Compton disebabkan interaksi radiasi dengan materi,
di mana radiasi berkelakuan sebagai partikel yang diskrit. Oleh karena itu, sama
dengan analogi radiasi, materi juga mempunyai sifat-sifat gelombang di bawah
kondisi yang sama. Tahun 1924 Louis de Broglie mengajukan hipotesis bahwa
seperti halnya radiasi yang berkelakuan seperti partikel, materi juga dapat
berkelakuan seperti gelombang dan hal ini telah dibuktikan secara eksperimen
oleh C.J. Davison dan L.H.Gremer dan juga oleh G.P.Thomson tahun 1927.
Hipotesis de Broglie ini didasarkan pada sifat simetris alam dan didasarkan
asumsi-asumsi berikut :
1. Frekuensi (f) gelombang yang berkenaan dengan sebuah partikel dalam gerak
dan energi relativistik total (E) dihubungkan oleh persamaan E = hf.
2. Partikel dalam gerak dipertimbangkan sebagai sebuah paket gelombang
perluasan kecil yang dibentuk oleh superposisi sejumlah besar gelombanggelombang yang panjang gelombangnya () sedikit berbeda.
3. Kecepatan partikel sama dengan kecepatan grup gelombang hasil superposisi
tersebut, yaitu vg =
d
=v
dk
y = a sin t
x
(2.35)
v
kecepatan gelombang juga disebut kecepatan fase, dalam persamaan (2.35) fase
gelombang () pada posisi x dan waktu t yaitu
(x,t) = t
dan
= t
t
1 x
v t
107
Untuk sebuah titik fase tetap, maka
= 0 sehingga t
t
1 x
= 0
v t
x
x
dan = v = v p di mana adalah kecepatan di mana perpindahan suatu
t
t
fase yang bergerak ke depan, oleh karena itu kuantitas ini disebut kecepatan fase
( vp ) .
y = a sin t
= a sin ( t kx ) ; di mana v p =
v p
k
y1
y2
y1 = a sin ( 1t
k1x )
y 2 = a sin ( 2 t
k2x )
y(x,t) = y1 + y 2 = a sin ( 1t
k1x ) + a sin ( 2 t k 2 x )
k k 2
2 k1 + k 2
+ 2
y(x,t) = 2a cos 1
x 1
t sin
x 1
t
2
2
2
2
108
k + k
+ 2
y(x,t) = A sin 1 2 x 1
t ..... (2.36)
2
2
Faktor sinus menyatakan sebuah gelombang pembawa yang menjalar dengan
kecepatan fase v p =
k k 2
2
A = 2a cos 1
x 1
t
2
2
+ 2
..... (2.37)
v p = lim 1
= 1 =
2 1 k + k
k
k
1
2
1
kecepatan grup yaitu kecepatan di mana amplitudo maksimum (pusat grup
gelombang) bergerak,
2
d
. (2.38)
vg = lim 1
=
2 1 k k
dk
1
2
jika kecepatan fase didiferensialkan terhadap k
1 d 1 d 1
= = vg v p
dk k dk k 2 k dk k k
dv p
dv p
vg = v p + k
= vp
.. (2.39)
dk
d
2
2
dan dk = d
di mana k =
2
dv p
Untuk gelombang cahaya dalam ruang hampa udara tidak terdapat dispersi
cahaya, oleh karena itu
dv p
dk
gelombang elektromagnetik. Hal ini juga dapat terjadi pada gelombang elastik
dalam medium homogen (medium non dispersif) di mana dari persamaan (2.36)
didapatkan vg < v p . Louis de Broglie mengusulkan bahwa kecepatan grup vg
sama dengan kecepatan partikel (v), maka berdasarkan persamaan Einstein
E = mc2 dan E = hf = dengan =
m0c2
(1 2 )
dan v p =
v
c
m0 c2
=
k
k 1 2
109
misal p = 1 2
dv p
dk
dv p
dk
, p' =
dp
dp d
=
dan q = k 1 maka, ( pq ) ' = pq '+ p ' q
dk
d dk
m0c2
k 2 (1 2 )
vp
k
k=
m0c
vp =
m 0 c 2
k (1 2 )
m0 c 2
k (1 2 )
v = c = v g = v p + k
dk =
m0c
(1
dv p
dk
d
dk
d
dk
m 0 c 2
(1 2 )
d
dk
d
2
1
h
h
= =
sebagai persamaan gelombang materi de Broglie
p
mv
Hubungan antara kecepatan fase dengan kecepatan grup
E = =
m0 c2
1 2
; p = k =
E c2
=
=
p
v
k
, menurut de Broglie v = vg
c2
vp =
;
vg
v p vg = c2
m0 c
1 2
22 = 2k 2c2 + m02c4
karena = v p k , maka
2 v p 2 k 2 = 2 k 2c2 + m 02c 4 = c2 ( 2 k 2 + m 20 c 2 )
m02c2
m02c2 2
vp = c 1 + 2 2 = c 1 +
k
4 2 2
. (2.40)
110
Sifat-sifat gelombang materi de Broglie.
1. Makin besar massa partikel, makin pendek panjang gelombangnya.
2. Gelombang materi tidak sama dengan gelombang elektromagnetik.
3. Gelombang materi dapat menjalar lebih cepat dari kecepatan cahaya.
4. Kecepatan gelombang materi bergantung kecepatan partikel materi (berarti
tidak tetap).
5. Kecepatan grup ( vg ) dari gelombang materi berbanding terbalik (sedangkan
gelombang elektromagnetik tidak bergantung ).
6. Gelombang materi disebut juga gelombang pemandu yang berfungsi memandu
partikel materi.
7. Gelombang materi bukan peristiwa fisika, tetapi merupakan representasi
simbol dari apa yang kita ketahui tentang partikel.
8. Gelombang materi adalah sebuah gelombang probabilitas.
Kecepatan fase sebuah gelombang tidak bergantung amplitudonya, tetapi
bergantung pada sifat-sifat dan keadaan medium. Sebuah gelombang cahaya yang
melewati medium gelas, kecepatan fase gelombang bergantung indeks refraksi
medium gelas. Sifat-sifat atau keadaan suatu medium dapat mempengaruhi
frekuensi gelombang, sebuah gelombang yang melewati suatu medium, kecepatan
fasenya dalam medium tidak akan tetap, tetapi bergantung frekuensi, peristiwa ini
disebut dispersif, di mana dalam medium dispersif gelombang-gelombang yang
-nya berbeda menempuh perjalanan dengan kecepatan fase berbeda. Gelombang
dispersif dalam suatu medium adalah gelombang yang kecepatan fasenya berubah
terhadap . Medium di mana kecepatan fase berubah terhadap atau frekuensi
disebut medium dispersif. Contoh gelombang dispersif adalah gelombang cahaya
dalam medium gelas dan gelombang pada permukaan air. Sebuah medium di
mana kecepatan fase sebuah gelombang tidak bergantung atau f disebut
medium non dispersif, contoh gelombang elektromagnetik dalam vakum,
gelombang bunyi dalam gas, gelombang transversal pada tali tegang yang
kontinyu. Ketika gelombang-gelombang bidang dengan berbeda secara serentak
menjalar dalam arah yang sama sepanjang garis lurus melalui medium dispersif,
maka grup gelombang akan terbentuk. Grup gelombang ini disebut juga paket
gelombang dan menjalar dengan kecepatan grup (vg).
111
Contoh-contoh soal :
1. Jika panjang gelombang de Broglie sebuah elektron 9.1010 m, hitung energi
kinetik elektron tersebut ?
Jawab:
Ek =
1
mv 2 ;
2
h
= mv
p=
6, 626.1034
h2
Ek =
=
2m 2
2 9,1.1031 9.1010
)(
= 2,955.1019 joule
E k = 1,8467 eV
2
0,51 MeV
0,51.106 .1,6.1019
=
= 9.1031 kg
2
2
c
3.108
Ek =
1
mv 2 ;
2
h
=
2mE k
v=
2E k
;
m
6, 626.1034
)(
2 9.1031 1, 6.1017
h
=
mv
h
2E k
m
m
= 1,234.1010 m = 1,234
= 3000 = 3.10
m ; 0 = 4000 = 4.10
112
hc hc
= Ek
0
hf - hf 0 = E k ;
4.107 3.107
1 1
E k = hc = 6,626.1034 3.108
3.107 4.107
0
)(
)(
E k = 1, 656.1019 joule
panjang gelombang de Broglie
h2
h
=
=
mv 2mE k
6, 626.1034
=
2 9,1.1031 1, 656.1019
)(
= 1,2.109 m = 12 A
Jawab :
1
eV = mv 2
2
h
=
=
mv
2eV
v=
m
h
2eV
m
m
h2
=
2meV
34 2
6,629.10
=
2 9,1.1034 1, 6.1019 V
150
=
V
)(
150
=
V
(1010 ) m
113
5. Buktikan bahwa panjang gelombang de Broglie sama dengan panjang
gelombang Compton, jika kecepatannya 0,707 kali kecepatan cahaya dalam
vakum.
Jawab :
panjang gelombang de Broglie
d =
h
=
mv
v2
c2
m0 v
h 1
d =
h
m0c
h
=
m0c
v2
c2
m0 v
h 1
v = c 1
v2
c2
v
v2
= 1 2
c
c
v
=
c
v
2 = 1 ;
c
1
1
=
2 = 0,707
2
2
v = 0,707c
27
21
kg.
Jawab :
1
3
mv 2 = kT
2
2
h h2
=
=
mv 3mkT
3kT
v=
m
;
1
34 2
6,
626.10
=
2 1, 67.1027 1,38.1021 ( 300 )
= 1,45.1011 m = 0,145
)(
114
2.6. Ketidakpastian Heisenberg
(x) = g ( k ) cos kx dk
. (2.41)
1
2
h
p
2
2p
=
115
k =
2p
h
xp
. (2.42)
p2
2pp
p p
di mana E =
dan E =
=
2m
2m
m
p
Et = p t =
m
mv
p
t = px
m
Et
. (2.43)
116
Contoh-contoh soal :
1.
0,005
31
p = mv = 9,1.1031 ( 600 ) kg m/s dan p =
( 600 )
9,1.10
100
0,005
31
p =
( 600 )
9,1.10
100
xp
dan
h
4p
6, 626.1034
)(
0,001923 m
tertentu, maka posisi elektron tidak dapat diukur secara tepat kurang dari 2 mm
2.
xp
h
4
x =
h
p
p = mv ; p = ( mv )
3.
h
p
( mv )
h
4
mv
;
4
maka v
10
p
4
v
4
m. Hitung
ketidakpastian momentumnya ?
Jawab :
p =
4.
h
4x
6, 626.1034
4 10
10
= 5, 276.1023 kg m/s
18
m.
Jawab :
m proton = 1,67.10
27
kg
117
2.7. Mekanika Gelombang Schrodinger
A. Kerapatan Arus Probabilitas (S)
Sebuah partikel massa m yang bergerak pada arah x positif dalam daerah
antara x1 sampai x2, misal dA adalah penampang lintang daerah antara x1 ke x2
maka probabilitas (peluang) menemukan partikel dalam daerah tersebut yaitu :
x2
PdxdA =
x1
x2
..... (2.44)
dA dt
S2 S1 =
t
2
PdxdA = t x Pdx
x1
x2
x2
*dx
... (2.46)
x1
S1
S2
x1
x2
*dx
t
*
S =
*+
dx
t
t
Dengan persamaan Schrodinger yang bergantung waktu yaitu
2 2
2 + V = i
2m x
t
118
atau
2 V
=
+
t
2im x 2 i
dan
*
2 * V*
=
t
2im x 2
i
S =
* +
dx
2
2
i
i
2im x
2im x
i * 2 *V i 2 * V*
+
S =
dx
2
2
2m
x
i
2m
x
i
i * 2 2 *
S =
dx
2
x 2
2m x
S =
i
*
*
dx
x 2m x
x
i
*
S=
dx
*
x x
2m x
maka
S=
i
*
*
...... (2.47)
2m x
x
Untuk sebuah partikel yang bergerak dalam arah x positif, momentum px pada
suatu posisi diberikan oleh
= px
i x
dan
*
= px *
i x
ip x *
i * ip x
i 2ip x *
2m
2m
px
k
* ) = ( * )
(
m
m
maka S = ( * )
hk
2m
dengan
px =
h h 2
=
= k
2
. (2.48)
119
B. Mekanika Gelombang Schroedinger
Persamaan penjalaran gelombang mekanik yaitu:
2
1 2
=
.. (2.49)
x 2 v2 t 2
2
di mana v = f = =
k 2 k
Solusi dugaan persamaan tersebut yaitu:
= ikAei(kx t)
x
2 2 2 i(kx t) 2 2
= i k Ae
= i k (x,t) ... (2.51)
x 2
i(kx t)
= i 22 (x,t) .... (2.52)
= iA ei(kx t) ; 2 = i 22 Ae
t
t
Persamaan (2.51) dan (2.52) digabung akan menjadi
2 1 2
=
; yang sama dengan persamaan (2.49) , sehingga persamaan (2.50)
x 2 v 2 t 2
merupakan solusi persamaan (2.49)
Dari gelombang materi de Broglie dan persamaan Planck
Px =
h h 2
=
= k
2
E = hf =
dan
k=
Px
h
E
2f = dan =
2
Sehingga
i (P x E t)
(x,t) = A e
......... (2.53)
atau
p2
+V =E
2m
p2
+ V = E ......... (2.54)
2m
Dari persamaan (2.53)
2
1 2
2 = 2 px
x
dan
E
maka persamaan (2.54) menjadi
=
t
i
2 2
........ (2.55)
2 + V = i
2m x
t
120
persamaan (2.55) adalah persamaan gelombang Schrodinger non relativistik
satu dimensi yang bergantung waktu dan dipengaruhi energi potensial luar
(V).
2 2
2 2
+ V = E atau H = E di mana H =
+V
2m x 2
2m x 2
2 2m
2m
2 2 ( V ) = 2 ( E )
x
2 2m
+
( E V ) = 0 ......... (2.56)
x 2 2
Persamaan (2.56) adalah persamaan gelombang Schrodinger non relativistik
satu dimensi yang tidak bergantung waktu dan dipengaruhi energi potensial
luar (V).
Persamaan Schrodinger dalam bentuk tiga dimensi yaitu:
2 2 2 2m
+
+
+
(E V) = 0
x 2 y 2 z 2 2
2 +
2m
( E V ) = 0 ... (2.57)
2
Solusi persamaan (2.56) dapat menggunakan solusi persamaan linier orde satu
secara bertahap.
( D i )( D + i ) = 0
di mana D =
misal
d
dx
dan
..... (2.58)
2 =
2m
(E V)
2
d
+ P = Q (persamaan differensial linier orde satu)
dx
maka solusinya = e b
( Q ebdx + c )
..... (2.59)
( ( 0 ) eix dx + c )
1
121
atau
d
+ i = c1eix
dx
= eix
=e
ix
( (c e ) e
ix
ix
dx + c 2 = eix
( c e2ixdx + c )
1
atau
c1 2ix
c1eix
e
+ c2 =
+ c 2 eix
2i
2i
c1
2i
Jika tidak terdapat energi potensial luar (V=0) yang mempengaruhi gerak
partikel, maka persamaan (2.56) menjadi
d 2 2mE
+ 2 = 0 ........... (2.60)
dx 2
......... (2.61)
8 2 m
2mE
serta A dan B adalah konstanta
2 E=
h
2
..... (2.62)
2m
(E V)
2
Untuk E < V
2 2m
(V E) = 0
x 2 2
Solusinya (x) = Fe x + Ge x
dimana 2 =
2m
(V E)
2
....... (2.63)
dan
2 = 2
122
Penerapan Persamaan Schrodinger
1. Partikel dalam sumur satu dimensi tanpa pengaruh energi potensial luar
Dari persamaan (2.56)
V=
2m
+
(E V) = 0
x 2 2
2
partikel
V=0
di mana 2 =
2mE
2
2 2
... (2.64)
2m
( x ) = Ae ix + Beix
( x ) = a sin ( x ) + b cos ( x )
( x ) = a sin ( x ) + b cos ( x )
nx
sehingga n ( x ) = a sin
123
dan persamaan E =
2 2
n 2 2 2
menjadi E n =
. (2.65)
2m
2m 2
n 2h 2
8m 2
atau E n =
karena E n =
p 2n
2m
maka p 2n =
n 2h 2
4 2
nh
2
. (2.66)
Eigen. Karena di dalam kotak hanya ada satu partikel, maka probabilitas
mendapatkan partikel dalam kotak antara 0<x< adalah satu. Menurut Max Born,
2
nx
n ( x ) dx = a 2 sin 2
dx = 1
0
nx 1 1
2nx
karena sin 2
= cos
2 2
maka a
2nx
dx = 1
0 2 2 cos
dan
2nx
a
sin
= 1
0
2 4n
2
atau a 2
sin ( 2n )
sin ( 0 ) = 1
2 4n
2 4n
maka a 2 = 1
2
atau a =
sehingga n ( x ) =
2
nx
sin
.. (2.67)
Dari persamaan (2.67) terlihat bahwa fungsi gelombang partikel dalam sumur satu
dimensi merupakan fungsi gelombang terkuantisasi.
124
Fungsi gelombang partikel dalam sumur potensial untuk n = 1, 2, 3 yaitu :
untuk n = 1
maka 1 ( x ) =
2
x
sin
untuk n = 2
maka 2 ( x ) =
2
2x
sin
untuk n = 3
maka 3 ( x ) =
2
3x
sin
1
3
2 2 nx
sin
... (2.68)
untuk n = 1
maka
2
2
x
1 ( x ) = sin 2
untuk n = 2
maka
2 ( x ) =
untuk n = 3
maka
2
2
3x
3 ( x ) = sin 2
2 2 2x
sin
125
Ketiga persamaan probabilitas menemukan partikel di dalam sumur untuk n = 1,
2, 3 jika digambarkan akan seperti di bawah
n
2
1 ( x )
2 ( x )
3 ( x )
x =
x*dx =
dx
Nilai expectation x suatu partikel dalam sumur potensial tak berhingga dengan
lebar yaitu
2
nx
x = x*dx = x dx = x sin 2
dx
0
0
0
2 1 1
1
2nx
2nx
x = x cos
dx = x x cos
dx
0 2 2
0
1 x 2 x
2nx
2nx
x =
sin
sin
dx
2 2n
0 2n
1 x 2 x
2
2nx
2nx
x =
sin
+
cos
2 2n
( 2n )2
1 x 2 x
2
2nx
2nx
x =
sin
cos
2 2n
( 2n )2
126
1 2
2
2 1 2
=
x = 0
2
2
2
2
2n
2n
(
)
(
)
x =
Dengan cara yang sama nilai expectation x2 suatu partikel dalam sumur potensial
tak berhingga (lebar ) yaitu
2
2
nx
x 2 = x 2 dx = x 2 sin 2
dx
0
0
x2 =
1 2
2nx
x x 2 cos
dx
1 x 3 x 2
2nx x
2nx
x2 =
sin
sin
dx
3 2n
0 n
1 x3 x 2
x 2
2
2nx
2nx
2nx
=
sin
cos
cos
+
dx
2
2
3 2n
2 ( n )
0 2 ( n )
1 x 3 x 2
x 2
3
2nx
2nx
2nx
x2 =
sin
cos
sin
2
3
3 2n
2 ( n )
4 ( n )
x2
1 x 3 x 2
x 2
3
2nx
2nx
2nx
=
sin
cos
+
sin
3 2n
2 ( n ) 2
4 ( n )3
1 3
1 3
3
3
x 2 = 0
+
0
0
+
0
=
[
]
2
3
3 2 ( )2
2
n
(
)
1
1
x2 = 2 2
3 2
127
2. Potensial Step (undakan) bentuk persegi empat
a. Kasus E < V (energi partikel lebih kecil dari potensial undakan)
untuk daerah 1 ( x <0) di mana V = 0
persamaan Schrodinger bebas waktu
d 2 1 8 2 mE
+
1 = 0
dx 2
h2
solusinya 1 ( x ) = Ae ix + Beix
1
x
dimana Aeix adalah gerak gelombang ke arah x negatif dan Beix adalah gerak
gelombang ke arah x positif
untuk daerah 2 (0 x ) di mana V 0 dan E < V
d 2 2 8 2 m
2 ( V E ) 2 = 0
dx 2
h
solusinya 2 ( x ) = Fe x + Ge x = Fe x
di mana Fe
adalah gerak
gelombang pantul ke arah atas (yang diambil adalah gerak gelombang ke arah
bawah atau yang mengalami redaman karena yang ke arah atas tidak realistis).
Penerapan syarat batas
Pada saat x = 0
1 ( 0 ) = 2 ( 0 )
A+B=F
dan
. (2.69)
d1
d 2
dx x=0 dx x=0
iA + iB = F
A + B =
iF
. (2.70)
F=
i
i
2A = 1 F
dan
i
2B = 1 + F
2
F=
A
i
dan
2
F=
B
+ i
serta
128
+ i
B=
A
i
Kerapatan Arus Probabilitas (S)
Daerah 1
Gelombang partikel terpantul (Sr) dari persamaan (2.47)
Sr =
ih *
*
4m
x
x
Sr =
ih
A*eix
4m
h A
ih
ih
( iAA*) ( iAA*) =
Sr =
( 2iAA*) =
4m
4m
2m
)(
) (
ih
B*e ix iBeix Beix
4m
)( iB*eix )
2
h B
ih
ih
( iBB*) + ( iBB*) =
Si =
( 2iBB*) =
4m
4m
2m
+ i
dimana B =
A
i
maka BB* =
h
2
2
B A
2m
dan
i
B* =
A*
+ i
( + i ) A ( i ) A* = AA*
i
+ i
atau
B = A
Daerah 2
Gelombang partikel transmisi (St)
St =
ih *
*
x
x
4m
St =
ih
( F*e x )( Fe x ) ( Fe x )( F*ex )
4m
St =
ih
FF*e2x + FF*e2x = 0
4m
129
Koefisien Refleksi (R) dan Transmisi (T)
h A
ih
ih
Sr =
( iAA*) ( iAA*) =
( 2iAA*) =
4m
4m
2m
h B
ih
ih
Si =
( iBB*) + ( iBB*) =
( 2iBB*) =
4m
4m
2m
2
h A
2
Sr
A
2m
R=
=
=1
2
2 =
Si
B
h B
2m
T=
St
0
=
=0
2
Si
h B
2m
R+T=1
d 2 1 8 2 mE
+
1 = 0
dx 2
h2
solusinya 1 ( x ) = Ae ix + Beix
2
0
1 ( 0 ) = 2 ( 0 )
A+B=D
. (2.71)
130
dan
d1
d 2
dx x=0 dx x=0
iA + iB = iD
A + B =
D . (2.72)
2A = 1 D
dan
2B = 1 + D
2
D=
A
dan
2
D=
B
+
serta
+
B=
A
ih *
*
4m
x
x
h A
Sr =
2m
dan
( x ) = Ae ix
dan
( x ) = Beix
ih *
*
4m
x
x
h B
2m
+
dimana B =
A
dan
+
B* =
A*
2
+ +
+
maka BB* =
A
A* =
AA*
atau
B A
131
Kerapatan Arus Probabilitas (S) total untuk daerah (1) yaitu
S = Si + Sr =
h
2
2
B A
2m
h
h
BB*
S=
BB*
( BB* AA*) =
2m
2m
+
h
1
S=
2m +
BB*
h ( + ) ( )
S=
2
2m
( + )
S=
BB*
h 4
BB*
2m ( + )2
Daerah 2
Gelombang partikel transmisi (St)
ih *
*
St =
4m
x
x
( x ) = Deix dan
di mana
)(
* ( x ) = D*e ix
) (
)( iD*e i )
St =
ih
D*eix iDeix Deix
4m
St =
ih
2h
( iDD*) ( iDD*) =
DD*
4m
4m
2
di mana
St =
2
DD* =
BB*
+
h 4 2
BB*
2m ( + )2
dan
h B
Si =
2m
132
2
serta
+
BB* =
AA*
2
2
h A
B
2
S
A
+
R = r = 2m2 = 2 =
2
Si
B
B
h B
2m
2
S
R = r =
Si +
T=
St
=
Si
h 4 2 2
B
2m ( + )2
2
h B
2m
( + )
4
R +T =
+
2
+ ( + )
( ) + 4
2
( + )
2
R +T =
R +T =
R +T =
2 2 + 2 + 4
( + )
2 + 2 + 2
( + )
( + )
=
2
( + )
2
=1
133
a. Kasus E < V (energi partikel lebih kecil dari potensial undakan)
untuk daerah 1 ( x <0) di mana V = 0
persamaan Schrodinger bebas waktu
V
d 2 1 8 2 mE
+
1 = 0
dx 2
h2
1
0
solusinya 1 ( x ) = Beix + Ae ix
1 ( 0 ) = 2 ( 0 )
B+A=G+F
dan
. (2.73)
d1
d 2
dx x=0 dx x=0
BA =
(G F)
i
maka
iB iA = G F
. (2.74)
2B = 1 + G + 1 F
i
i
. (2.75)
2A = 1 G + 1 + F
i
i
Pada saat x =
. (2.76)
134
2 ( ) = 3 ( )
Ge + Fe = Iei . (2.77)
dan
d
d2
= 3
dx x= dx x=
Ge Fe = iIei
Ge Fe =
i i
Ie
. (2.78)
dan
1 i
F = 1 e Iei
2
1 i
1 i
2B = 1 + 1 + e + 1 1 e Iei
i 2
i 2
2B =
1 i i i
+ e 1 + + e e 1 Ie
e
2
i
i
2B =
1 i i i
+ e
+ e
+ e + e e e + e Ie
e
2
i
2B =
i
i
1
+ e + + e Iei
2e + 2e
2
i
i
2B =
i
i
1
+ + e + e Iei
2 e + e
2
i
i
e e i
i
2B = e + e
+ Ie
2
i
e + e
e e
1
i
B=
+
2
2 i
2
di mana
e + e )
(
cosh ( ) =
2
dan
) Iei
e e )
(
sinh ( ) =
2
135
i
B = cosh + sinh Iei
2
i
B* = cosh sinh I*ei
2
1
2
BB* = cosh + sinh 2 II*
4
1 2 2 1 2
2
2
BB* = 1 + sinh +
+
sinh
II*
4 2 4 4 2
1 2 2 1 2
2
BB* = 1 +
+
+
sinh
II*
2 4 4 2
1 2
1 i
1 i
2A = 1 1 + e + 1 + 1 e Iei
i 2
i 2
2A =
1 i i i
e 1 + + e + e 1 Ie
e
2
i
i
2A =
1 i i i
+ + e Ie
e
2 i
i
1 i
2A = e + e Iei
2 i
A=
1 i
+ Ie sinh
2i
dan
A* =
1 i
sinh
+ I*e
2i
1
AA* = + II*sinh 2
4
2
2
2 1
BB* AA* = 1 + + sinh + sinh 2 II*
4
4
..... (2.79)
136
2
1
1
+ II*sinh 2
+
sinh 2
4
4
AA*
=
=
2
BB* 1 2
1
2
1 + + sinh II* 1 + + sinh 2
4
4
ih *
*
4m
x
x
Si =
ih
B*eix iBeix Beix
4m
Si =
h B
ih
h
( 2iBB*) =
( BB*) =
4m
2m
2m
)(
) (
)( iB*eix )
2
Sr =
ih
A*eix
4m
Sr =
h
( AA*)
2m
Kerapatan Arus Probabilitas (S) total untuk daerah (1) [persamaan (2.79)] yaitu
Si + Sr =
Daerah 2
h
h
( BB* AA*) =
( II*)
2m
2m
mempunyai fungsi 2 ( x ) = Ge
+ Fe
ih *
*
4m
x
x
Si =
ih
G*e x
4m
Si =
ih
GG*e2x GG*e2x = 0
4m
) (
ih *
*
x
x
4m
137
Sr =
ih
F*e x
4m
Sr =
ih
FF*e2x FF*e2x = 0
4m
) (
Daerah 3
ih *
*
x
x
4m
St =
ih
I*e ix iIeix Ieix
4m
St =
ih
h
( iII*) ( iII*) =
( II*)
4m
2m
)(
) (
)( iI*eix )
2
1
2
h A
2
+ sinh
Sr
A
4
AA*
= 2m2 = 2 =
=
R=
2
Si
BB*
B
h B
1
1 + + sinh 2
2m
4
Di mana E =
R=
h 2 2
8 2 m
dan
8 2 mE
h2
1 2
2
2
+
2
+
2
sinh
2
4
1 2
2
1 + 2 + 2 + 2 sinh 2
4
serta
8 2 m
h2
(V E)
1 (V E)
E
+
+ 2 sinh 2
4 E
(V E)
1 (V E)
E
1+
+
+ 2 sinh 2
4 E
(V E)
2
2
1 ( V E ) + E + 2E ( V E )
1 V2
2
sinh 2
sinh
4
E (V E)
4
E
V
E
)
(
R=
=
2
2
2
1 V
2
1 ( V E ) + E + 2E ( V E )
sinh 2 1 +
sinh
1+
4 E ( V E )
4
E (V E)
138
V2
sinh 2
4E ( V E )
R=
1+
..... (2.80)
V
sinh 2
4E ( V E )
BB*
1
= 1 + + sinh 2
II*
4
dan
1
1 2 2
V2
sinh 2
= 1 + 2 + 2 + 2 sinh 2 = 1 +
T
4
4E
V
E
(
)
T=
. (2.81)
V
1+
sinh 2
4E ( V E )
R +T =
V2
sinh 2
4E ( V E )
1
2
V
V
1+
sinh 2 1 +
sinh 2
4E ( V E )
4E ( V E )
=1
Kesimpulan:
1.
2.
8 2 m
h2
(V E)
menurun,
tetapi sinh 2 untuk nilai tetap lebar tanggul potensial akan menurun daripada
(V0 E).
3.
maka
8 2 m
1
1+
T
V2
8 2 m 2
(V E)
2 2 mV 2 2
h2
1+
4E ( V E )
Eh 2
ketika E V
1
2 2 mV 2
1+
T
h2
atau
h2
T 2
h + 2 2 mV 2
8 2 m 2
h2
(V E)
139
b. Kasus E > V (energi partikel lebih besar dari potensial undakan)
untuk daerah 1 ( x <0) di mana V = 0
persamaan Schrodinger bebas waktu
E
d 2 1 8 2 mE
+
1 = 0
dx 2
h2
solusinya 1 ( x ) = Beix + Ae ix
1 ( 0 ) = 2 ( 0 )
B+A=D+C
dan
. (2.82)
d1
d 2
dx x=0 dx x=0
BA =
( D C)
maka iB iA = iD iC
. (2.83)
2B = 1 + D + 1 C
. (2.84)
2B = 1 C + 1 + D
Pada saat x =
2 ( ) = 3 ( )
. (2.85)
140
dan
. (2.86)
d
d2
= 3
dx x= dx x=
maka iDe
Dei Cei =
. (2.87)
i
Ie
iCei = iIei
dan
1
C = 1 ei Iei
2
1
D* = 1 + ei I*ei
2
dan
1
C* = 1 ei I*e i
2
1
DD* = 1 + II* dan
4
1
DD* CC* = 1 + 1
4
1
CC* = 1 II*
4
2
1
2B = 1 + 1 + ei + 1 1 ei Iei
2
2
2B =
1
i
+ 2 ei Iei
2 + + e
2
) (
) (
i
i
i
i
i
i
1 e +e
e e
e e
B= 2
2
2
dengan 2i sin = e
) Iei
i
B = cos ( ) + sin ( ) Iei
2
i
B* = cos ( ) + + sin ( ) I*ei
2
1
2
BB* = cos ( ) + + sin 2 ( ) II*
4
141
2
1
2
BB* = 1 sin ( ) + + sin 2 ( ) II*
4
2 1 2 1 2
2
BB* = 1 + +
+
1
sin
(
)
II*
2 4 2
4 4
2 2
BB* = 1 + 2 + 2 + 2 sin 2 ( ) II*
1 2
dan
1
2A = 1 1 + e i + 1 + 1 ei Iei
2
2
1
2A = ei ei Iei
2
2
1 ei e i i
A =
Ie
2
2
i
A = Iei sin ( )
2
dan
i
A* = I*e i sin ( )
2
1
AA* = II* sin 2 ( )
4
2
1 2
1
BB* AA* = 1 + sin 2 ( ) II* II* sin 2 ( )
4
4
. (2.90)
1 2
sin 2 ( )
4
AA*
=
BB* 1 2
1 + sin 2 ( )
4
..... (2.91)
142
Kerapatan Arus Probabilitas (S)
mempunyai fungsi gelombang 1 ( x ) = Beix + Ae ix
Daerah 1
Si =
ih *
*
4m
x
x
h
( BB*)
2m
ih *
*
4m
x
x
Sr =
h
( AA*)
2m
Kerapatan Arus Probabilitas (S) total untuk daerah (2) [persamaan (2.90)] yaitu
Si + Sr =
Daerah 2
h
h
( BB* AA*) =
( II*)
2m
2m
ih *
*
4m
x
x
Si =
ih
D*eix iDeix Deix
4m
Si =
ih
h
( iDD*) ( iDD*) =
( DD*)
4m
2m
)(
) (
)( iD*eix )
ih *
*
4m
x
x
Sr =
ih
C*eix
4m
h
( CC*)
)( iCeix ) ( Ceix )(iC*eix ) = 2m
Kerapatan Arus Probabilitas (S) total untuk daerah (2) [persamaan (2.88)] yaitu
Si + Sr =
h
h
h
( DD* CC *) =
( II*)
II* =
2m
2m
2m
143
mempunyai fungsi gelombang 3 ( x ) = Ieix
Daerah 3
St =
4m
x
x
)(
) (
)( iI*eix )
St =
ih
I*e ix iIeix Ieix
4m
St =
ih
h
( iII*) ( iII*) =
( II*)
4m
2m
1 2
sin 2 ( )
h A
2
4
Sr
A
AA*
m
=
=
=
=
R=
2
2
2
Si
BB* 1
B
h B
1 + sin 2 ( )
2m
4
1 2
2 2
2 2 + 2 sin ( )
4
R=
1 2
2 2
1 + 2 2 + 2 sin ( )
4
Di mana E =
h 2 2
8 2 m
dan
2 =
8 2 mE
h2
serta
2 =
8 2 m
h2
1 E
EV 2
4 E V 2 + E sin ( )
R=
EV 2
1 E
1 + 4 E V 2 + E sin ( )
( )
R=
E 2 2E ( E V ) + ( E V )2
1
sin 2 ( )
E (E V)
4
( )
E 2 2E ( E V ) + ( E V )2
1
1 +
sin 2 ( )
4
E (E V)
(E V)
144
R=
V2
sin 2 ( )
4E ( E V )
. (2.92)
V2
1+
sin 2 ( )
4E ( E V )
V2
2
4E ( E V )
T=
II*
=
BB*
. (2.93)
V
1+
sin 2 ( )
4E ( E V )
2
V2
sin ( )
4E ( E V )
1
R +T =
+
2
2
2
V
V
1+
sin ( ) 1 +
sin ( )
4E ( E V )
4E ( E V )
R + T =1
sinh ( ) =
e e ei ei
=
= i sin ( )
2
2
sinh 2 ( ) = sin 2 ( )
R=
V2
sinh 2
4E ( V E )
V2
1+
sinh 2
4E ( V E )
V2
sin 2
4E ( E V )
1+
T=
1+
V
sinh 2
4E ( V E )
V2
sin 2
4E ( E V )
=
1+
V
sin 2
4E ( E V )
145
dan
R+T =
V2
sin 2
4E ( E V )
2
V
V
1+
sin 2 1 +
sin 2
4E ( E V )
4E ( E V )
=1
R + T =1
Kesimpulan:
1.
8m ( E V )
h2
akan << 1
8m ( E V )
8m ( E V ) 2
maka
sin ( )
sehingga
8m ( E V ) V
1
V2
2m 2 V 2
= 1
sin 2 = 1
=
1
T
4E ( E V )
4E ( E V ) h 2
Eh 2
dan
h2
sin 2 ( )
h2
2 2
1
2m 2 V
jika E V, maka = 1
T
h2
2.
8m ( E V )
h2
juga meningkat, (E V)
meningkat lebih cepat daripada sin 2 untuk nilai lebar tanggul tetap
3.
n
=
n
8m ( E V )
nh
8m ( E V )
h2
tetapi
h
2m ( E V )
146
4. Sumur potensial (partikel dalam keadaan bebas)
a. Kasus E < V (energi partikel lebih kecil dari energi potensial)
untuk daerah 1 ( x 0) di mana V 0
persamaan Schrodinger bebas waktu
d 2 1 8 2 m
2 ( V E ) 1 = 0
dx 2
h
Solusinya 1 ( x ) = Ge
+ Fe
1 ( x ) = Fe x
E
1
0
V
2
1 ( 0 ) = 2 ( 0 )
F=B+A
. (2.94)
dan
d1
d 2
dx x=0 dx x=0
maka
F = iB iA
i
F = (B A)
. (2.95)
1 i
B = 1 + F
2
atau
F = 2B
+ i
. (2.96)
1 i
A = 1 F
2
atau
F = 2A
. (2.97)
147
Pada saat x =
2 ( ) = 3 ( )
Bei + Aei = Fe
dan
. (2.98)
d
d2
= 3
dx x= dx x=
iBei iAei = Fe
Bei Ae i =
i
Fe
. (2.99)
1 i
B = 1 + Fe e i
2
dan
1 i
A = 1 Fe ei
2
i
F = 2
Be e
+ i
dan
i
F = 2
Ae e
i
+ i 2i
B=
Ae
i
dan
i
2i
B* =
A*e
+
i
dan
1 2
BB* = 1 + 2 FF*
4
BB* = AA*
1 i
B* = 1 F*e ei
2
1 ( x ) = Deix + Ce ix
4m
x
x
Si =
ih
F*e x
4m
Kerapatan Arus Probabilitas (S) total untuk daerah (1) [persamaan (2.101)] yaitu
Si + Sr =
h
h
( DD* CC*) =
( II*)
2m
2m
148
mempunyai fungsi gelombang 2 ( x ) = Beix + Ae ix
Daerah 2
Si =
4m
x
x
Si =
Si =
)(
) (
ih
B*eix iBeix Beix
4m
)( iB*eix )
h
( AA*)
2m
Sr =
4m
x
x
Sr =
ih
A*eix
4m
Sr =
h
( AA*)
2m
Kerapatan Arus Probabilitas (S) total untuk daerah (2) [persamaan (2.100)] yaitu
Si + Sr =
h
h
( BB* AA*) =
II*
2m
2m
Si + Sr =
h
( II*)
2m
Daerah 3
3 ( x ) = Heix
ih *
*
4m
x
x
St =
ih
I*e ix iIeix Ieix
4m
St =
ih
h
( iII*) ( iII*) =
( II*)
4m
2m
)(
) (
1
BB* AA* = 1 + 1
4
)( iI*eix )
II* = II*
... (2.100)
149
b. Kasus E > V (energi partikel lebih besar dari energi potensial)
untuk daerah 1 ( x 0) di mana V 0
persamaan Schrodinger bebas waktu
d 2 1 8 2 m
+ 2 ( E V ) 1 = 0
dx 2
h
2
E
0
Solusinya 1 ( x ) = Deix + Ce ix
1 ( 0 ) = 2 ( 0 )
C+D=A+B
dan
d1
d 2
dx x=0 dx x=0
maka
iD iC = iB iC
DC =
(B A)
. (2.94)
. (2.95)
. (2.96)
2C = 1 B + 1 + A
. (2.97)
150
Pada saat x =
2 ( ) = 3 ( )
Bei + Aei = Iei
dan
. (2.98)
d
d2
= 3
dx x= dx x=
i
Ie
. (2.99)
1
B = 1 + Iei e i
2
dan
A=
1
B* = 1 + I*e i ei
2
dan
1
A* = 1 I*e i e i
2
1 i i
1 Ie e
2
1
BB* = 1 + II* dan
4
1
AA* = 1 II*
4
1
BB* AA* = 1 + 1
4
II* = II*
... (2.100)
1
1
D = 1 + 1 + Iei e i + 1 1 Iei ei
4
4
D=
1
i i 1
+ 2 Iei ei
2 + + Ie e
4
4
i
i
ei + ei i 1 e e
i
D=
Ie
+ Ie
2
2
2
ei + ei ) i 1 ( ei ei ) i
(
D* =
I*e
+ I*e
2
i
D = Iei cos ( ) + Iei sin ( )
2
i
D* = I*ei cos ( ) + + I*e i sin ( )
2
151
2
1
2
DD* = cos ( ) + + sin 2 ( ) II*
4
1
2
DD* = 1 sin ( ) + + sin 2 ( ) II*
4
2
DD* = 1 + + 1 sin ( ) II*
1 1 2 1 2
2
DD* = 1 + +
1
sin
+
(
)
II*
2 4 2 4 2
2 2 2
DD* = 1 + 2 + 2 + 2 sin ( ) II*
1 2
1
1
C = 1 1 + Iei ei + 1 + 1 Iei ei
4
4
1
1
C = + Iei ei + Iei ei
4
4
i
i
i i i
1 e e
C=
Ie = Ie sin ( )
2
2
2
i
ei i
1 e
C* =
I*e
2
2
i
C* = I*ei sin ( )
2
2
1
CC* = II*sin 2 ( )
4
2
1 2
1
2
DD* CC* = 1 + sin ( ) sin 2 ( ) II*
4
4
... (2.101)
152
Kerapatan Arus Probabilitas (S)
mempunyai fungsi gelombang 1 ( x ) = Deix + Ce ix
Daerah 1
ih *
*
4m
x
x
Si =
ih
D*eix iDeix Deix
4m
Si =
)(
) (
)( iD*eix )
h
( DD*)
2m
Sr =
ih
C*eix
4m
Sr =
h
( CC*)
2m
Kerapatan Arus Probabilitas (S) total untuk daerah (1) [persamaan (2.101] yaitu
Si + Sr =
Daerah 2
h
h
( DD* CC*) =
( II*)
2m
2m
4m
x
x
Si =
)(
) (
ih
B*eix iBeix Beix
4m
h
( BB*)
)( iB*eix ) = 2m
ih *
*
4m
x
x
Sr =
ih
A*eix
4m
h
( AA*)
)( iAeix ) ( Aeix )(iA*eix ) = 2m
Kerapatan Arus Probabilitas (S) total untuk daerah (2) [persamaan (2.100)] yaitu
Si + Sr =
h
h
( BB* AA*) =
II*
2m
2m
Si + Sr =
h
( II*)
2m
153
mempunyai fungsi gelombang 3 ( x ) = Ieix
Daerah 3
St =
4m
x
x
)(
) (
)( iI*eix )
St =
ih
I*e ix iIeix Ieix
4m
St =
ih
h
( iII*) ( iII*) =
( II*)
4m
2m
2
1
h C
sin 2 ( )
2
S
C
4
CC*
R = r = 2m2 = 2 =
=
Si
DD* 1 2
D
h D
1 + sin 2 ( )
2m
4
1 2
2 2
2 2 + 2 sin ( )
4
R=
1 2
2 2
1 + 2 2 + 2 sin ( )
4
Di mana E =
E=
h 2 2
dan
8 2 m
h 2 2
8 2 m
8 2 mE
h2
serta
8 2 m
h2
+V
1 E
EV 2
4 E V 2 + E sin ( )
R=
EV 2
1 E
1 + 4 E V 2 + E sin ( )
( )
E 2 2E ( E V ) + ( E V )2
1
sin 2 ( )
E (E V)
4
R=
2
E 2 2E ( E V ) + ( E V )
1 + 1
sin 2 ( )
4
E (E V)
( )
(E V)
154
R=
V2
sin 2 ( )
4E ( E V )
V2
1+
sin 2 ( )
4E ( E V )
... (2.102)
dan
1 2
V 2 sin 2 ( )
2
T=
II*
=
DD*
R +T =
... (2.103)
V sin 2 ( )
1+
4E ( E V )
2
V 2 sin 2 ( )
4E ( E V )
V sin ( )
1+
4E ( E V )
2
1+
1
V sin 2 ( )
1+
4E ( E V )
2
=
1+
V 2 sin 2 ( )
4E ( E V )
V 2 sin 2 ( )
4E ( E V )
R + T =1
ketika =
T=
8 2 m
h2
( E V ) = n
1
V sin 2 ( )
1+
4E ( E V )
2
untuk n = 1, 2, 3,
=1
E meningkat, dan T berosilasi antara nilai maksimum 1 dan nilai kurang dari 1.
Nilai energi partikel untuk T = 1 dengan =
E=
n 2h 2
8m 2
+V
8 2 m
h2
( E V ) = n ,
yaitu
155
Contoh soal
1. Sinar/arus elektron, masing-masing energi E = 3 eV menumbuk tanggul
o
= 20 A = 20.1010 m
16E E 2k 2
T=
1 e
V V
2k 2 = 2
2m(V E ) 2
=
2m(V E )
2 x 2. 10 9
2k 2 =
1,504.10 -34
T=
1,6 E
E 2 k 16 x 3 3 1
1 e 2 =
1
V V
4 4 e 20 , 49
156
5. Partikel dalam kotak energi 3 dimensi tanpa pengaruh medan gaya luar.
2m
(E V) = 0
2
2 +
2mE
=0
2
dengan V = 0
2 2 2 2mE
+
+
+
=0
2x 2 y 2z
2
( x,y,z ) =X ( x ) Y ( y ) Z ( z )
YZ
d2 X
d2 Y
d 2 Z 2mE
+
ZX
+
XY
+
XYZ = 0
dx 2
dy2
dz 2 2
1 d 2 X 1 d 2 Y 1 d 2 Z 2mE
+
+
+
=0
X dx 2 Y dy 2 Z dz 2 2
+
+
2 +
2 Y dy 2
2 Z dz 2
X dx
d 2 X 2mE x
+
dx 2 2
X =0
d 2 Y 2mE y
+
Y = 0
dy 2 2
d 2 Z 2mE z
+
dz 2 2
Z = 0
2mE 12
X = X 0 sin 2 x x + x
2mE 12
Y = Y0 sin 2 x + y
2mE 12
Z = Z0 sin 2 z x + z
8 2
n x n y y n z z
8
(x,y,z) = 3 sin x sin
sin
; dengan 3
2
=
157
Nilai eigen partikel dalam kotak
2 2 n 2y
2 2 n 2x
2 2 n z2
E
=
Ex =
;
;
E
=
y
z
2m 2
2m 2
2m 2
total energi partikel dalam kotak, yaitu :
E=
22 2
n x + n 2y + n z2
2m 2
dengan ( nx = 1, 2, 3, . . . ; ny = 1, 2, 3, . . . dan nz = 1, 2, 3, . . . )
Energi terendah yang mungkin yaitu jika nx= ny= nz=1 atau dalam keadaan dasar
(ground state)
E111 =
22
3 2 2
1
+
1
+
1
=
(
)
2m 2
2m 2
Persamaan di atas disebut tingkat energi non degenerate karena keadaan ini hanya
mempunyai satu fungsi gelombang, yaitu :
3
2 2
x y z
111 = sin sin sin
Partikel yang mempunyai energi sama dalam keadaan hanya mempunyai satu
fungsi gelombang dan hanya mempunyai satu tingkat energi disebut tingkat energi
non-degenerate.
Partikel yang mempunyai energi sama dalam keadaan tereksitasi dapat
mempunyai tingkat energi berbeda dan mempunyai fungsi gelombang berbeda,
keadaan ini disebut tingkat energi degenerate.
Contoh :
Untuk keadaan tereksitasi pertama,
nilai-nilai bilangan kuantum yang mungkin adalah
nx
2
1
1
ny
1
2
1
nz
1
1
2
6 2 2
2m 2
158
terdapat 3 fungsi gelombang berbeda, maka derajat degenerasi tingkat energi
dikatakan lipat 3.
3
2 2
2x y z
211 = sin
sin sin
2 2
x 2y z
121 = sin sin
sin
112
2 2
x y 2z
= sin sin sin
Contoh :
Untuk keadaan tereksitasi kedua,
nilai-nilai bilangan kuantum yang mungkin adalah
nx
2
2
1
ny
2
1
2
nz
1
2
2
9 2 2
2m 2
2 2
2x 2y z
221 = sin
sin
sin
122
2 2
x 2y 2z
= sin sin
sin
212
2 2
2x y 2z
= sin
sin sin
Contoh :
nilai-nilai bilangan kuantum yang mungkin adalah
nx
2
ny
2
nz
2
E 222 =
12 2 2
2m 2
3
222
2 2
2x 2y 2z
= sin
sin
sin
159
Contoh-contoh soal
1. Seberkas sinar elektron, masing-masing energi elektron E = 4 eV, menumbuk
tanggul potensial setinggi, V = 6 eV. Jika lebar tanggul 10 , hitung persentasi
sinar elektron yang ditransmisikan melewati tanggul potensial.
Jawab :
o
= 10 A = 10 9 m
(
)
V = 6 eV = 6 (1,6.1019 ) = 9,6.1019 joule
E = 4 eV = 4 1,6.1019 = 6,4.1019 joule
16E E 2k
T=
1
e
V V
2k =
2kl =
2m ( V E )
2m ( V E )
k=
1
2.109
31
19 2
2
9,1.10
9,
6
6,
4
10
(
)
1, 054.1034
2k = 14,48
16 6,4.1019
T=
9,6.1019
9,6.1019
3 3
T = 1,829.106
atau
T = 1,829.104 %
r0 = 1,5.1015 A
1
3
misal r1 jarak dari pusat inti di mana energi potensial partikel adalah sama
dengan energi kinetiknya.
E=
2 ( Z 2 ) e2
4 0 r1
160
r1 =
2 ( Z 2 ) e2
4 0 E
) ( 9.109 )
( 4.106 )(1, 6.1019 )
2 ( 86 2 ) 1, 6.1019
r1 = 60, 48.1015 m
maka lebar tanggul potensial yaitu
= r1 r0 = ( 60, 48 9 ) .1015 m
= 51,48.1015 m
3. Seberkas sinar elektron menumbuk tanggul potensial V = 5 eV dan lebar
tanggul (l) = 0,5 nm. Berapakah energi yang seharusnya dimiliki elektronelektron agar 50% berkas elektron dapat melewati/menembus tanggul?
Jawab :
= 1,054.1034 J.s
m = 9,1.1031 kg
= 0,5 nm = 5.1010 m
T=
1
mv 2 2
1+
2E 2
1
2
T = 50% =
atau
mv 2 2 1
= 1
T
2E 2
mv2 2
1
=
1 = 1
2
1
2E
2
2 2
E=
mv
2 2
joule
65, 53.1019
eV = 40,95 eV
1, 6.1019
V=
1 2
kx ;
2
161
d 2 2m
+
(E V) = 0 ;
dx 2 2
d 2 2m
1
+ 2 E kx 2 = 0 ..... (a)
2
2
dx
maka
2
d
= 2ax Ae ax
dx
d 2
ax 2
ax 2
=
2a
Ae
2ax
2ax
Ae
(
)
dx 2
) . (c)
2a Ae ax
) + 4a x ( Ae ) + 2m
E kx
2
2 2
ax 2
2a + 4a 2 x 2 +
Ae
ax 2
=0
2m
1
E kx 2 = 0
2
2
ah 2 a 2 h 2 x 2 1 2
E=
+ kx
4 2 m 2 2 m 2
solusi harus valid untuk semua nilai x, maka koefisien x2 harus dihilangkan,
a 2h 2
=k
2m
sehingga
atau a =
E=
km
h
ah 2 1 2 1 2
ah 2
kx
+
kx
=
2
4 2 m 2
4 2 m
km h 2
h k
E =
=
h 4 m 4 m
dengan f =
E=
1
hf
2
1 k
2 m
5. Sebuah elektron dibatasi kotak satu dimensi, lebar sisi 0,1 nm. Hitunglah 2
nilai eigen pertama dalam elektron volt (eV).
Jawab :
162
n 2 6,626.1034
n 2 2 2 n 2 h 2
En =
=
=
joule
2m 2
8m 2 8 9,1.1031 0,1.109 2
)(
E n = 5, 5.1018 n 2 joule
E n = 34,4 n 2 eV
1
1
hf =
6, 626.1034 ( 50 ) = 1, 66.1032 joule
2
2
E=
7. Energi sebuah osilator harmonik dalam keadaan eksitasi ke 3 adalah 0,1 eV.
Hitung frekuensi getarannya.
Jawab :
E n = n + hf ; n = 3 ;
2
En
1,6.1020
=
= 6,895.1012 Hz
1
1
34
n + hf
3 + 6,626.10
2
2
f = 6,895.1012 Hz
8. Hitunglah energi terendah neutron (ground state) yang dibatasi oleh ukuran inti
10
-14
-27
kg.
Jawab :
En =
n 2h 2
8m2
6,626.1034
12 h 2
E1 =
=
joule
8m 2 8 1,67.10 27 1014 2
E1 = 3, 28.1013 joule =
E1 = 2,05 MeV
)(
3, 28.10 13
eV
1, 6.1019
163
Soal-soal latihan Bab 2
1. Permukaan suatu logam mempunyai fungsi kerja W = 4 eV. Berapa kecepatan
maksimum elektron yang dipancarkan permukaan logam ketika disinari cahaya
frekuensi 1015 Hz.
2. Hitung energi (dalam eV) elektron dari permukaan Tungsten (panjang
gelombang ambang 0 = 2300 ) jika diradiasi dengan cahaya = 1800 .
3. Cahaya = 4300 mengenai permukaan logam
a) Nickel yang mempunyai fungsi kerja W = 5 eV dan
b) Kalium yang mempunyai fungsi kerja W = 2,3 eV
Apakah elektron akan dipancarkan oleh kedua permukaan logam tersebut ?
Hitung kecepatan maksimum elektron yang dipancarkan.
4. Tunjukkan bahwa energi elektron recoil maksimum dari sebuah elektron bebas
bermassa diam m0 , ketika ditumbuk oleh foton panjang gelombang diberikan
oleh
2m0c 2 e2
E k max =
2 + 2 e
h=
oleh
( E 2 E1 ) 1 2
c ( 1 2 )
dan
W=
E 2 2 E11
1 2
2hf cos 2
(1 + )
2 cos 2
h 0
2mc ( 0 )
164
8. Jika E adalah energi foton datang dan E0 adalah energi elektron diam, buktikan
bahwa energi kinetik elektron recoil adalah
1
Ek = E
8
jika
= 600
dan
E = 2E 0
9. Jika E adalah energi foton datang dan E0 adalah energi elektron diam, buktikan
bahwa energi kinetik elektron recoil adalah
Ek =
2E 0 E 2cos 2
( E0 + E )
E 2cos 2
165
BAB 3
MODEL-MODEL ATOM
Garis-garis terang pada spektrum cahaya dari suatu gas yang memijar
merupakan salah satu eksperimen yang tidak dapat dijelaskan oleh fisika klasik.
Spektrum cahaya dari pijaran gas yang terurai melalui prisma (terlihat berupa
garis-garis terang) berbeda sekali dengan spektrum cahaya dari pijaran padatan
yang mirip pelangi. Pola spektrum setiap unsur suatu gas memiliki garis-garis
yang berbeda, di mana tidak ada dua unsur yang memiliki pola garis yang sama,
sehingga pola spektrum suatu gas memiliki kharakteristik tersendiri yang berbeda
dengan gas lain. Jika radiasi dari padatan panas dilewatkan melalui gas dingin,
maka akan tampak spektrum garis-garis gelap yang polanya tepat bersesuaian
dengan spektrum garis-garis terang ketika gas tersebut memijar. Jadi frekuensi
serapan gas dingin tepat sama dengan frekuensi pancaran pijaran gas dari unsur
yang sama, maka tingkat energi dalam gas dapat berubah-ubah di mana gas dapat
menerima maupun melepas energi. Eksperimen emisi cahaya dari pijaran gas yang
menampilkan spektrum garis-garis terang telah dipercaya dapat mengandung
informasi fundamental mengenai struktur atom, sehingga emisi cahaya dari suatu
gas akan dapat menyingkap rahasia struktur atom.
Penemuan Thomson tentang partikel bermuatan negatif yang kemudian
disebut elektron, telah meningkatkan kemajuan pesat ilmu pengetahuan fisika
khususnya yang menyangkut partikel elementer penyusun atom. Atom bukan lagi
sebagai bagian terkecil dari suatu unsur karena atom masih dapat dibagi-bagi lagi
ke dalam bagian muatan negatif (elektron) dan muatan positif (inti atom), padahal
pada era sebelumnya, Jhon Dalton berpendapat bahwa atom merupakan bagian
terkecil penyusun suatu unsur atau materi. Penemuan elektron oleh Thomson telah
mendorong ilmuwan untuk mencoba menggambarkan bagaimana hubungan
elektron (muatan negatif) dengan inti atom (muatan positif), bagaimana posisi
elektron dalam atom, bagaimana hubungan posisi elektron dengan inti atom
terhadap kestabilan atom, dan bagaimana hubungan elektron dengan inti atom
terhadap garis-garis terang spektrum suatu gas. Ilmuwan kemudian mencoba
membuat model-model atom untuk mencoba menggambarkan dan memahami
struktur atom setelah ditemukan elektron sebagai unsur penyusun atom.
166
3.1. Model Atom Thomson
Pada tahun 1897 J.J.Thomson berhasil menemukan partikel bermuatan
negatif yang kemudian dinamakan elektron. Thomson juga menemukan bahwa
elektron mempunyai rasio antara muatan elektron terhadap massa elektron,
Thomson menganggap elektron adalah sebuah partikel dan bukan sinar katoda
(gelombang). Pada waktu itu telah diketahui bahwa atom secara total bermuatan
netral, sehingga atom haruslah mengandung partikel-partikel bermuatan positif
untuk mengimbangi elektron yang bermuatan negatif. Berdasarkan hal tersebut
Thomson merumuskan model atom yang juga disebut model atom roti kismis
pada tahun 1907, yang diuraikan sebagai berikut :
- Atom tersusun atas muatan-muatan positif yang tersebar
merata dalam seluruh volume bola.
- Muatan-muatan
negatif
(elektron)
melekat
pada
167
Pada eksperimen hamburan partikel (inti He yang bermuatan positif)
yang kemudian dilakukan Rutherford, dimana partikel ditembakkan ke lapisan
tipis logam emas, diperoleh data bahwa kebanyakan partikel diteruskan atau
dihamburkan dengan sudut yang kecil dan jarang sekali partikel dipantulkan
balik atau dihamburkan dengan sudut besar, sehingga disimpulkan bahwa massa
atom yang bermuatan positif terletak di tengah atom dan atom hampir kosong
sama sekali. Muatan positif tidak terdistribusi merata secara merata tetapi
terkonsentrasi di tengah-tengah atom. Hal ini bertentangan dengan model atom
Thomson yang menyatakan massa keseluruhan atom terdistribusi secara merata
dalam seluruh volume bola atom sehingga seharusnya partikel (pada waktu itu
sudah diketahui bermuatan positif) banyak yang dipantulkan, tetapi dari
eksperimen justru didapatkan banyak partikel yang menembus selaput tipis
emas dengan sudut hambur kecil, ini menunjukkan bahwa atom banyak terdapat
ruang kosong.
Menurut model atom Thomson ini, atom Hidrogen hanya mempunyai satu
elektron yang bergetar pada suatu frekuensi tertentu sehingga spektrum emisi gas
Hidrogen diharapkan akan berupa satu garis frekuensi, padahal kenyataannya dari
eksperimen didapatkan bahwa spektrum emisi/pancaran gas Hidrogen memiliki
banyak garis-garis terang berfrekuensi berbeda, seperti terlihat pada gambar 3.1 di
bawah ini.
2.
168
3.2. Model Atom Rutherford
Tahun 1908 Rutherford bersama Hans Geiger (mahasiswanya dari Jerman)
mempelajari hamburan partikel (inti atom He) yang ditembakkan pada selaput
emas tipis. Dengan mikroskop Rutherford mengamati sinar kecil ketika partikel
menumbuk layar yang dapat berpendar. Rutherford merumuskan model hamburan
partikel oleh selaput tipis logam, berdasarkan asumsi-asumsi sebagai berikut :
a. Partikel dan inti atom logam adalah sangat kecil sehingga dianggap sebagai
massa titik dan muatan titik.
b. Gaya yang bekerja antara partikel dengan inti atom logam adalah gaya tolak
elektrostatik.
c. Inti atom logam dianggap sangat berat/besar dibanding partikel , sehingga
dianggap diam di tempat.
d. Gaya tolak elektrostatik antara partikel dan inti atom berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak antara keduanya. Karena itu sebuah partikel
menggambarkan satu cabang dari sebuah hiperbola dengan inti terletak pada
fokus luar.
Perumusan matematik dari peristiwa hamburan partikel (partikel umumnya
diperoleh dari zat radioaktif alam) oleh Rutherford adalah sebagai berikut :
Parameter tumbukan (b) adalah jarak terdekat di mana partikel dapat
melewati dekat inti tanpa mendapat gaya tolak inti. Misal momentum awal p1 dan
momentum akhir p 2 , maka perubahan momentum p = p 2 p1 di mana p
adalah impuls yang diberikan inti pada partikel .
lintasan partikel
partikel
garis asymtot
inti atom
169
p = F dt
di mana F adalah gaya yang dikenakan oleh inti pada partikel , adalah sudut
antara p inti partikel , dan adalah sudut hamburan.
Menurut asumsi-asumsi di atas, inti berada dalam keadaan diam, oleh karena itu
momentum dan energi kinetiknya tetap. Misal massa partikel adalah m dan
besarnya kecepatan partikel yaitu v , maka p2 = p1 = mv ,
jika DBA = DBC =
=
2
D
p
P1
P2
p
=
sin
mv
mv
.... (3.1)
=
sin
cos
2
2
Fdt = F cos dt
di mana p = Fdt
pada saat t = 0,
maka =
t = ,
2mv sin =
2
dt
F cos d ...... (3.2)
d
170
Gaya tolak elektrostatik yang diberikan inti pada partikel , bekerja di sepanjang
garis antara partikel dengan inti. Oleh karena itu momentum sudut partikel di
sekitar inti harus tetap konstan.
Momentum sudut partikel saat awal adalah
m
dan
d 2
r = mvb = konstan
dt
dt
r2
=
d
vb
2mv sin =
2
r2
F
cos
d
vb
di mana partikel bermuatan +2e. Jika nomor atom inti Z maka muatan inti +Ze,
maka gaya elektrostatik yang dikerjakan inti pada partikel yaitu :
F=
1 2Ze 2 2kZe2
1
; di mana k =
=
Nm 2 / C 2
2
2
4
4 o r
r
o
maka
2kZe
2mv sin =
vb
2
cos d =
2kZe2
sin
sin
vb 2
2
2
2
2kZe
4kZe
2mv sin =
=
cos
2 sin
vb
vb
2
2
2
maka b =
kZe2
b=0
= b2
= luas penampang lintang interaksi
b
inti atom
171
Misal selaput tipis suatu unsur logam berat mengandung n atom per satuan
volume dan ketebalan tipis t. Jika luas selaput tipis, di mana partikel menumbuk
adalah A, maka jumlah inti atom target yang ditumbuk oleh partikel yaitu ntA.
Dianggap bahwa selaput sangat tipis sehingga penampang lintang inti tetangganya
atau
sebelahnya
tidak
overlap
(tumpang
tindih)
dan
bahwa
defleksi
partikel
Rsin
R
ntk 2 Z2e 4
cot 2
2
T
2
Rd
layar
df =
cot cosec 2 d .... (3.4)
2
T
2
2
tanda () menunjukkan bahwa selama meningkat, f menurun.
R = jarak antara selaput tipis dengan layar.
Di mana luas cincin di layar yaitu 2R 2sin d , maka jumlah partikel yang
dihamburkan antara sudut dan + d yaitu dan menumbuk layar, yaitu :
N = Ni
df
2
2R sin d
cot cosec2 d
N ntk Z e 2
2
N = i
2
2
T
2R sin d
2 2 4
N i n t k 2 Z2e4
2 2
4R T
cosec 4 .. (3.5)
2
172
Jarak terdekat (D) partikel dapat mendekati inti suatu atom yaitu pada titik di
mana energi kinetik (Ek) partikel sama dengan energi potensial partikel yang
disebabkan oleh inti atom.
2Ze 2
2kZe2
Ek =
=
D
4 0 D
2kZe2
D=
Ek
contoh :
Dalam eksperimen Geiger-Marsden pada hamburan partikel dari foil (selaput
tipis) emas, digunakan partikel dengan Ek =8 MeV. Hitung jarak terdekat
partikel mendekati inti atom emas. (nomor atom emas Z = 79)
jawab :
9
19
2kZe2 2 9.10 ( 79 ) 1, 6.10
D=
=
Ek
8.106 1, 6.1019
)(
D = 2,844.1014 m
173
ke inti yang bermuatan positif oleh gaya tarik elektrostatik. Untuk menjelaskan
pertanyaan-pertanyaan tersebut, Rutherford kemudian mengajukan model atom
planet, di mana elektron mengelilingi inti yang kecil dan gaya sentrifugal elektron
yang mengelilingi inti akan mengimbangi gaya tarik elektrostatik, sehingga
elektron tetap pada orbitnya. Model planet Rutherford ini ternyata masih
memunculkan persoalan lain yaitu :
- elektron yang bergerak mengelilingi inti akan mengalami percepatan
sentripetal dan karena elektron partikel bermuatan, maka percepatan elektron
akan memancarkan radiasi kontinyu gelombang elektromagnetik.
- Elektron akan kehilangan energinya terus-menerus dan akhirnya secara spiral
elektron akan jatuh ke inti.
Persoalan-persoalan tersebut di atas menunjukkan elektron mempunyai
jumlah orbit lintasan yang tak terbatas karena bergerak spiral menuju inti atom,
padahal menurut eksperimen lintasan elektron stabil dan tidak jatuh ke inti,
sehingga model planet Rutherford masih mengandung kelemahan yaitu tidak
dapat menjelaskan
- masalah stabilitas atom secara keseluruhan
- masalah distribusi elektron-elektron di luar inti atom.
Atom dengan dua elektron menurut model atom planet Rutherford adalah sebagai
berikut : Gaya sentrifugal akibat gerak elektron mengelilingi inti atom dapat
mengimbangi gaya tarik elektrostatik antara elektron dengan inti.
gaya sentrifugal
: F=
gaya elektrostatik
: F=
( 2e ) e
mv
=
r
4 0 r 2
2
maka
mv 2
r
( 2e ) e
4 0 r 2
2e
mv2 ( Ze ) e
=
r
4 0 r 2
Karena mengalami percepatan sentrifugal, maka elektron akan meradiasikan
gelombang elektromagnetik, sehingga elektron akan kehabisan energi dan akan
segera jatuh ke inti atom.
174
Contoh Soal :
1. Sebuah elektron dengan kecepatan v = 4.105 m/s mendekati inti dari jarak jauh,
di mana parameter tumbukan inti b = 0,5.1010 m . Hitung momentum sudut
elektron di sekitar inti.
Jawab :
m = 9,1.1031 kg ; v = 4.105 m/s ; r = 0,5.1010 m di mana r = b
)(
)(
13
J dihamburkan oleh
sebuah atom Aluminium melalui sudut 90. Hitung jarak terdekat ke inti (b)
dari arah mula-mula.
Jawab :
b=
kZe2
T = 2.1013 J ;
cot =
=1
0
2 tan 45
Z = 13 ;
(1)
b = 1, 4976.1014 m
)(
( Ze )( 2e ) = 2kZe
V=
4 0 r
T=V
3, 64032.1026
=
J
r
6, 4.1013 J =
3, 64032.1026
J
r
175
r = 5, 688.1014 m
V=
4 22
r 3 = 5, 688.10 14
3
3 7
4
= 7, 7.1040 m3
9
19
kZe2
9.10 ( 79 ) 1, 6.10
b=
cot =
T
2
5.106 1, 6.1019
)(
1
100
tan
227, 52.1016
0, 0875
b = 2, 6.1013 m
9
19
2kZe2 2 9.10 ( 79 ) 1, 6.10
D=
=
Ek
10.106 1, 6.1019
)(
D = 2, 2464.1014 m
)
(
9
19
2kZe 2 2 9.10 ( 79 ) 1, 6.10
Ek =
=
D
1.1014
176
3.3. Model Atom Bohr
Selama 150 tahun, percobaan emisi cahaya dari berbagai gas, telah
dilakukan dilakukan di laboratorium-laboratorium fisika di Eropa. Beberapa
fisikawan percaya percobaan ini akan menyingkap rahasia struktur atom. Pada
tahun 1752 Thomas Melvill (Fisikawan Scotlandia) meneliti emisi cahaya dari
berbagai pijaran gas. Melvill menemukan bahwa spektrum cahaya dari gas panas
yang terlihat melalui prisma berbeda sekali dengan spektrum cahaya padatan
panas (berpijar). Pijaran gas memberikan spektrum cahaya dengan garis-garis
terang yang berbeda-beda, masing-masing memiliki warna dalam bagian spektrum
dan setiap gas memiliki pola spektrum yang khas. Sedangkan padatan yang
berpijar menghasilkan spektrum mirip pelangi (kontinyu).
Pola spektrum setiap gas memiliki ukuran yang sangat pasti. Tidak ada
dua unsur yang memiliki pola garis yang sama. Jadi spektrum dapat dipakai untuk
mengenali gas yang tidak diketahui, seperti penemuan gas Helium dari spektrum
matahari. Gas panas (berpijar) menampakkan pola spektrum garis-garis terang
yang disebut spektrum emisi. Sedangkan radiasi dari padatan berpijar yang
dilewatkan pada gas dingin akan menampakkan spektrum garis-garis gelap pada
layar yang disebut spektrum absorpsi dan polanya tepat bersesuaian dengan
spektrum garis terang ketika gas tersebut memijar. Jadi frekuensi serapan gas
dingin (tak tereksitasi) tepat sama dengan frekuensi pancaran pijaran gas tersebut,
artinya gas dapat menerima dan melepas energi. Dari uraian di atas disimpulkan
bahwa spektrum garis pasti mengandung informasi penting mengenai struktur
atom.
Unsur paling sederhana yang dapat digunakan untuk menyelidiki
keterkaitan antara spektrum garis dengan teori struktur atom yaitu unsur
Hidrogen. Pada tahun 1862 A.J.Angstrom (astronom Swedia) mengukur frekuensi
4 garis terang dalam spektrum emisi gas Hidrogen melalui metode difraksi kisi
dengan alat spektrometer. Eksperimen dilakukan dengan cara mengukur sudut
garis terang dan dari data lebar celah kisi maka frekuensi tiap-tiap garis terang
spektrum dapat dihitung menggunakan rumus di bawah ini.
n = d sin
dengan f = c
177
Tabel 3.1 Frekuensi 4 garis terang hasil eksperimen Angstrom dan perhitungan
Balmer.
6
no
warna garis
Merah
Biru-kehijauan
617,190
617,181
Ungu-kebiruan
691,228
691,242
Ungu
731,493
731,473
f ni
dan R =
Ra
c
178
Nicholson, pada tahun 1913 Niels Bohr memperkenalkan 2 postulat untuk model
struktur atom Hidrogen, yaitu :
1. Elektron dapat berada di suatu orbit stasioner tanpa memancarkan radiasi dan
mempunyai harga momentum sudut orbital L = mvr = n.
2. Elektron dapat memancarkan dan menyerap energi, jika melompat dari suatu
keadaan stasioner ke keadaan stasioner lainnya.
Peristiwa transisi elektron dari suatu orbit stasioner ke orbit stasioner
lainnya akan dapat menghasilkan proses serapan atau pancaran radiasi dengan
energi hf = Ei Ef. Di mana Ei dan Ef adalah energi atom awal dan akhir dalam
keadaan stasioner.
n=3
n=2
n=1
hf
hf
Gambar 3.6 Transisi elektron dari suatu orbit ke orbit lain
179
a) Jejari orbit elektron (rn)
gaya sentripetal = gaya elektrostatik
1
mv 2 kZe 2
= 9.109 Nm 2 /C2
= 2 di mana k =
4 0
r
r
mv r = kZe
2
mkZe 2
r= 2 2
m v
m2 v2r 2 = n 22
mvr = n ;
maka rn =
n 2 2
mkZe2
6,626.1034 )
(
r1 = 2
=
4 mke 2 4 ( 22 )2 9,11.1031 9.109 1,6.1019 2
(
)( )(
)
(7)
h2
1034 )
( 2151,289924 ) (108 )
(
r1 =
=
2
2
2
( 406355,5584 )
4 ( 22 ) ( 9,11)( 9 )(1,6 ) (1031 )(109 )(1019 )
( 7 ) ( 6,626 )
2
r1 = 0,529411.1010 m
o
rn = 0,53 n 2 A
vn =
; v=
n n mkZe2
=
mr m n 2 2
kZe 2
n
)(
9
19
2ke2 2 ( 22 ) 9.10 1, 6.10
v1 =
=
h
( 7 ) 6, 626.1034
(1013, 76 ) (105 )
v1 =
= ( 2,185676 ) (106 )
46,382
(
)
v1 = 2,185676.106 m/s
180
Kecepatan elektron pada orbit stasioner pertama (n = 1) pada atom Hidrogen,
bandingkan dengan kecepatan cahaya c = 299, 79.106 m/s
vn =
2,2.106
m/s
n
f=
v
1 kZe 2 mkZe2
=
=
2 2r 2 n n 2 2
fn =
mk 2 Z2e4
2 n 33
)(
)(
)
(
)
4 ( 484 )( 9,11)( 81)( 6,5536 ) (1031 )(1018 )(1076 )
f1 =
= ( 6,568078 ) (106 )
93
( 49 )( 290,907082376 ) (10 )
2
31
9.109 1, 6.1019
4 2 mk 2e 4 4 ( 22 ) 9,11.10
f1 =
=
3
2
h3
( 7 ) 6, 626.1031
2
1
1 kZe 2
mk 2 Z2e 4
E k = mv 2 = m
=
2
2 n
2 n 22
Energi potensial elektron (Ep)
V=
kQ kZe
=
r
r
E p = V(e) =
mkZe2
kZe 2
mk 2 Z2e4
= kZe2 2 2 =
r
n 22
n
mk 2 Z2 e 4 mk 2 Z2 e 4
+
n 2 2
2n 2 2
maka E n =
mk 2 Z2 e 4
2n 2 2
181
Dari perumusan energi orbital elektron dapat dijelaskan keadaan atom Hidrogen
1. Jika elektron berada pada orbit n = 1, maka atom Hidrogen dikatakan dalam
keadaan normal. Elektron dalam keadaan energi terendah (n = 1 atau kulit K)
yang disebut ground state (keadaan dasar).
2. Jika elektron berada pada orbit selain n = 1 dan masih berada dalam orbit,
maka atom Hidrogen dikatakan dalam keadaan tereksitasi.
3. Jika elektron secara penuh keluar dari orbit (tidak berada dalam orbit), maka
atom Hidrogen dikatakan dalam keadaan terionisasi.
Pada keadaan ground state, elektron stabil dan mengelilingi inti tanpa menyerap
atau memancarkan energi. Pada postulat ke dua Bohr, peristiwa transisi elektron
dinyatakan dengan rumus
hf = Ei E f
mk 2 Z2e 4 mk 2 Z2e 4
hf =
2n i2 2
2n f2 2
hc mk 2 Z2 e 4 1
1
=
2 2
2
2
n f ni
1
1
1
= RZ2 2 2
n
f ni
di mana R =
mk 2e 4
atau
43c
1
1
= RZ2 2 2
n
f ni
di mana h = 2
R=
me 4
8 02 h 3c
dan
R = 1, 097374.107 m 1
1 1
1
= R 2 2
1 n
182
Deret Balmer (terletak di daerah cahaya tampak)
1
1
1
= R 2 2
2
n i
; di mana n f = 2 ; n i = 3, 4,5...
n i
n i
; di mana n f = 4 ; n i = 5, 6, 7...
n i
; di mana n f = 5 ; n i = 6, 7,8...
hcRZ2
n2
di mana n = 1, 2,3,...
13, 6 eV
n2
E 2 = 3, 4 eV
E 3 = 1,5 eV dan
E = 0 eV
n 22
rn =
= n 2 r1
2
mkZe
untuk n = 1 maka r1 = 0,53.1010 m
di mana k = 9.109 Nm 2 /C2 ; m = 9,1.1031 kg dan
sehingga radius elektron pada orbit ke n adalah
0
rn = 0,53A n 2
n merupakan bilangan kuantum utama.
= 1, 05459.1034 J.s
183
Beberapa istilah yang berkenaan dengan energi elektron pada suatu orbit yaitu :
Potensial resonansi adalah potensial minimum yang diperlukan untuk
menyediakan energi bagi elektron untuk melompat dari ground state
(keadaan dasar) ke keadaan tereksitasi pertama, misal dari n = 1 ke n = 2.
Misal : energi elektron dalam keadaan dasar atom Hidrogen yaitu 13,6 eV dan
energi elektron dalam keadaan tereksitasi pertama yaitu 3,4 eV, oleh
karena itu energi untuk menggerakkan elektron dari keadaan dasar ke
keadaan tereksitasi pertama adalah 3,4 (13,6) = 10,2 eV, jadi potensial
resonansi untuk atom Hidrogen adalah 10,2 eV.
Potensial Eksitasi adalah potensial yang dikehendaki untuk menyediakan energi
dan menaikkan elektron dari keadaan dasar ke keadaan n > 1 yaitu n=2,3,4,.
Potensial ionisasi adalah potensial minimum yang diperlukan menyediakan
energi untuk membawa elektron dari keadaan dasar ke luar atom.
1. Jika energi yang diberikan ke atom hanya cukup/sama dengan energi
yang diperlukan untuk menggerakkan elektron dari keadaan dasar ke
keadaan eksitasi pertama, elektron akan bergerak di orbit tereksitasi
pertama.
2. Jika energi yang diberikan ke atom sama atau lebih dari energi yang
diperlukan untuk menggerakkan elektron dari keadaan dasar ke luar
atom, elektron dalam atom akan menyerap energi dan lepas dari atom.
Efek Screening
Energi untuk atom satu elektron dalam berbagai orbit seperti Hidrogen
+
13,6 Z2 ) eV
(
=
n2
En
13,6 Z2 ) eV
(
=
eff
di mana Zeff = Z 1
n2
Untuk kulit K dari atom-atom besar, Zeff adalah Z 1 untuk keadaan energi lebih
tinggi dan Zeff menururn secara perlahan-lahan dari Z 1 ke 1.
184
Koreksi Massa Berhingga Inti
Dalam teori Bohr dianggap bahwa elektron mengelilingi sebuah inti yang
diam di tempat (di pusat orbit lingkaran elektron). Anggapan Bohr ini akan benar
jika massa inti tak berhingga besarnya jika dibanding massa elektron.
Kenyataannya massa inti berhingga besarnya, misal massa inti atom Hidrogen
hanya sekitar 2000 kali massa elektron, jadi inti tidak akan diam di tempat tetapi
inti juga akan bergerak mengelilingi pusat massa. Elektron (e) dan inti Hidrogen
(H) mengelilingi pusat massa (P) dalam posisi e, P, dan H berada dalam garis
lurus.
Misal : massa inti Hidrogen = mH ; massa elektron = me
jarak inti Hidrogen ke pusat massa P = rH
jarak elektron ke pusat massa P = re
maka rH m H = re me
dan
r = rH + re
Atom Hidrogen
rH
e
re
rH =
re m e
mH
dan rH + re =
re me
+ re = re e + 1
mH
mH
me
mH
rH
me
re
me
mH
mH
dan
=
=
=
=
rH + re m e
rH + re m H
( me + m H )
( me + m H )
+ 1
+ 1
mH
me
rH =
me r
( me + mH )
dan
re =
mH r
( me + m H )
185
Momentum sudut total atom yaitu m H rH2 + mere2 = n
2
me r
mH r
mH
+ me
= n
me + m H
me + m H
2
2
m H me + m e m H
[ me m H ]
r 2
( me + m H )
( me + mH ) r 2
2
( me + m H )
me m H
me + m H
= n
= n
2
r = n atau
er 2 = n
me m H
di mana e =
adalah massa reduksi elektron
me + m H
me m H 4
e
me + mH
ee4
RH =
=
=
8 02 h 3c
8 02 h 3c
me e4
m + mH
8 02 h 3c e
mH
R =
me e 4
8 02 h 3c
Bohr : R =1,097374.107m1
RH =
R
me
1 +
mH
dan
R H = 1, 096778.107 m 1
me
1 +
m He
dan
R He = 1, 097225.107 m 1
Jadi konstanta Rydberg bergantung pada massa inti suatu atom dan perumusan
frekuensi garis-garis spektrum suatu atom menjadi
1
1
1
= R Z2 2 2
n
f ni
186
mI 1
1
1
= R Z2
2 2
me + m I n f n i
R
R m 1
1
1
= Z2 I 2 2 = 22
1+ e
me + m I n f n i
4m
R
1
= 4
m
1+ e
4m
1
1
2 2
n f n i
1
1
1
1
2 2 4R H 2 2
n
n f n i
f ni
1
1
1
1
1
= 4R H 2 2 = R H 2 2
6
3
4
2
dari rumus di atas maka garis spektrum Helium transisi dari orbit 6 ke orbit 4
berhimpit dengan deret Balmer spektrum Hidrogen transisi dari orbit 3 ke 2
(warna merah).
R He =
R
R m He
=
m e ( m He + m e )
1 +
m He
dan
RH =
R mH
( m H + me )
R He m He ( m H + m e ) 4m H ( m H + m e )
=
=
R H m H ( m He + m e ) m H ( 4m H + m e )
R He ( 4m H + 4me )
=
RH
( 4m H + me )
maka R He > R H
sehingga garis pada spektrum Helium akan agak mempunyai frekuensi yang
lebih besar dan panjang gelombang lebih pendek dari spektrum Hidrogen.
2. Penentuan rasio massa elektron dan proton
R He 4 ( m H + m e )
=
R H ( 4m H + m e )
4m H + 4m e 4m H me 3m e
R He R H
=
=
1
4m
+
m
m
3m H
H
e
H
e
R H R He
4
187
me
R RH
1, 097225.107 1, 096778.107
1
= He
=
=
1
mH R 1 R
1, 096778.107 (1, 097225.107 ) 1840
H
He
4
4
3. Penemuan Deuterium atau Hidrogen berat ( Urey, Murphy & Brikwedde 1931)
Deuterium (Z = 1) merupakan isotop Hidrogen (Z = 1) dan mempunyai massa
dua kali Hidrogen. Di alam ini terdapat Hidrogen 99,985% dan Deuterium
0,015%.
Selisih panjang gelombang () antara Hidrogen dan Deuterium yaitu
R
1
= Z2
1 + me
mI
1
1
2 2
n f n i
me
1 +
mH
H =
dan
1
1
R 2 2
n
f ni
me
1 +
mD
D =
1
1
R 2 2
n
f ni
me me
me
1 1
2
mH mD
mH
= H D =
=
1
1
1
1
R 2 2 R 2 2
n
f ni
f ni
m
m
H e H mH e
2m H
H me
2m H =
=
=
me
( m H + me ) 2 ( m H + m e )
1 +
mH
karena me < m H maka
=
H me
= H
2m H 3682
188
Contoh-contoh soal :
1. Panjang gelombang Balmer garis H yaitu 6563 . Hitunglah panjang
gelombang garis H ?
Jawab :
Garis H :
1
1 1 5
= R 2 2 = R
1
2 3 36
Garis H :
1
1 3
1
= R 2 2 = R
2
4 16
2
2 ( 5 )(16 ) 20
=
=
1 ( 3)( 36 ) 27
2 =
0
0
20
6563A
=
4861A
27
hcZ2 R hcZ2 R
1
2 1
E 2 E1 =
=
hcZ
R
12 22
22
12
)(
)(
)(
6, 626.1034 3.108
hc
E 2 E1 = hf =
=
= 3,37.1019 joule
590.10
)(
(
)(
34
3.108 1, 097374.107 ( 5 )
1 6, 626.10
1
E 3 E 2 = hcZ R 2 2 =
3
2
1, 6.10 19 ( 36 )
2
E 3 E 2 = 1,88 eV
189
5. Potensial ionisasi atom Hidrogen yaitu 13,6 eV. Hitung panjang gelombang
yang dipancarkan dalam sebuah transisi yang dimulai dari keadaan tereksitasi
pertama atom Hidrogen.
Jawab :
E1 = 13, 6 eV ;
E2 =
13, 6 eV
= 3, 4 eV
22
E 2 E1 = (13, 6 3, 4 ) eV = 10, 2 eV
hc
= 10, 2 eV = (10, 2 ) 1, 6.1019 joule
E =
6, 626.1034 )( 3.108 )
(
=
= 1217 A
(10, 2 ) (1, 6.1019 )
0
6. Hitunglah jejari dan laju elektron pada orbit Bohr pertama atom Hidrogen dan
tunjukkan bahwa laju meningkat sebanding dengan bilangan atom Z.
Jawab :
rH =
r=
v=
0 h 2 n 2
mZe2
rH
Z
kZe
n
v = Zv H
vH
= 2, 2.106 m/s
R H = 1, 096778.107 m 1
RH =
R
m
1+
mH
m
m
= 2,7174.104 =
2mH
mD
m = me = 5, 4348.104 m H
RD =
R
m
1+
mD
190
RD
RH
m
m H 1 + 5, 4348.104 1, 00054348
=
=
=
= 1, 000272
m 1 + 2, 7174.104 1, 00027174
1+
mD
1+
H =
36
= 6,564683.107 m 1
5R H
1
1 5
1
= RD 2 2 = RD
D
2 3 36
D =
36
36
=
= 6,5629.107 m 1
7
5R D 5 1, 097076.10
8. Dalam atom Hidrogen, elektron diganti oleh muon bermassa 200 kali massa
elektron dan muatannya sama seperti elektron, hitung potensial ionisasi pada
teori Bohr.
Jawab :
Potensial ionisasi ()
me 4
8 02 h 2
200me4
muon 1 =
8 02 h 2
1
= 200
; 1 = 200 (13,6 eV )
1 = 2,72.103 eV
191
pidqi = n i h
; n = 1, 2, 3, . . .
pdq = nh
elektron
p = momentum elektron
inti
p d = kh
0
2
pr dr = n r h
192
dr
; pr = momentum radial
pr = m
dt
Gaya yang dialami oleh elektron disebabkan tarikan elektrostatik antara inti
muatan positif dan elektron muatan negatif. Gaya ini bekerja sepanjang radius
vektor pada setiap saat, konsekuensinya tidak terdapat gaya (akibat percepatan)
pada sudut 900 terhadap radius vektor, oleh karena itu komponen transversal
(tegak lurus) percepatan selalu nol.
d d
=0
dt dt
yang artinya
r2
atau
1 d 2 d
r
=0
r 2 dt dt
d
= konstan
dt
d
oleh karena itu p = mr 2 = p yang juga konstan
dt
2
p d =
0
0 pd = 2p = kh
kh
p=
= k
2
dan
p = mvr
mvr = k
FA = ( AC )
r = ( AC ) = ( OB ) = ( OF + FB)
r = + r cos = + r cos
= (1 cos )
r
r = (1 cos )
r didifferensialkan terhadap
dr
sin
=
d (1 cos )2
di mana
1 dr
=
r d
sin
r (1 cos )2
1 dr
sin
= (1 cos ) sehingga
=
r
r d (1 cos )
dr
dr d
d
p r = m = m di mana p = mr 2 = p
dt
d dt
dt
193
p dr
pr = 2
r d
dr
dr = d
d
dan
2
2
sin
p dr
1 dr
p r dr = 2 d = p
d
d = p
r d
r d
(1 cos )
2
sin
p
dr
p
=
0 r
0 (1 cos ) d = n r h
2
1
2 0
misal I =
p = k
di mana
sin
nr
d =
(1 cos )
k
2
sin
d
(1 cos )
misal : U = sin
dU = cos d
I = UdV = UV VdU
2
2
sin
cos d
I=
+
0 (1 cos )
(1 cos ) 0
I=
I=
cos d
=
(1 cos )
2
(1 )
2
1 2
Maka
2
2
1
(1 2 )
Sehingga
maka
V=
n
2 = r
k
nr
k
(1 2 )
k2
(nr + k )
(1 )
b2 k 2
=
a2 n2
0 1 cos 1 d
1 =
(1 ) =
2
dV =
=
2
nr + k
k
di mana n = k + n r
k2
= 2 di mana untuk ellips
n
(1 )
2
b2
= 2
a
sin
(1 cos )
1
1 cos
194
Energi total elektron pada orbit ellips yaitu :
E = Ek + Ep
1
m ds
E k = mv 2 =
2
2 dt
Ek =
m dr d
+ r
2 dt dt
Ek =
1 2 p2
pr + 2
2m
r
dr
di mana p r = m ;
dt
pr =
di mana
2
1 p 2 dr p 2
p2
Ek =
4 + 2=
2m r d
r 2mr 2
Ep =
ds2 = dr 2 + ( rd )
di mana
d
p = p = mr 2
dt
p dr
r 2 d
1 dr 2
+ 1
r d
Ze2
kZe2
=
4 0 r
r
1 dr 2 kZe2
+ 1
r
r d
2Emr 2 2mrkZe2
1 dr
=
+
1
p2
p2
r d
dengan
1 dr
sin
=
r d (1 cos )
2 sin 2
r2 2
1 dr
=
=
sin 2
2
2
r d
(1 cos )
dengan
r
cos = 1 =
r r
r 2 2
1 dr
=
2
r d
r
cos =
dan
r
sin 2 = 1 cos 2 = 1
= (1 cos )
r
2
r 2 r 2 2
1
= 2
( r )2
1 2 2
r
2
r 2 2 r 2 + 2 2r r 2 2
1
2
2
1 dr
=
1
=
1
+ 2
2
2 2
2
2
2 2
r
r r
r d
2
2
2
r 2 2 r 2
2r r 1 2r
1 dr
+ 1
= 2 2 1+ =
2
r d
195
2
2
2Emr 2 2mrkZe2 r 1 2r
+
=
+
p2
p2
2
2
2
2mE 1
=
p2
2
mkZe 2 1
=
p2
dan
maka =
p2
mkZe 2
2 1
2mE
=
mkZe 2
2
2mE
jika dieliminasi :
maka E =
E=
atau
p 2 2 1
1
2
2
m 2 k 2 Z2e 4 1
= 2
p4
dan
p4
) = k 22 (1 2 ) =
p 2 2 1
2m 2
) = m2k 2 Z2e4 p2 (2 1)
mk 2 Z2e 4 2 1
2p 2
E=
sehingga
kZe2 1 2
2m 2
2m
k 42
2mn 2 2
E=
mk 4 Z2e4
mk 2 Z2e 4
=
2p 2 n 2
2n 2 2
dan
b k
=
a n
E=
mZ2e4
mZ2e4 b 2
=
8 02 n 2 h 2
2 2 a 2
dan
k=
1
4 0
Jadi energi total sebuah elektron dalam lintasan ellips bergantung pada sumbu
mayor (a) dan minor (b).
b k
k
= =
a n k + nr
untuk n = 1
n = k + nr
maka k = 0 , nr = 1 atau
jika k = 0 ;
b 0
= = 0 ; b = 0 dan a = 1; maka orbit akan berupa garis
a 1
k = 1 , nr = 0
n=1
k=0
b 1
= = 1 ; b = 1 dan a = 1; maka orbit akan berupa lingkaran
a 1
n=1
k=1
196
untuk n = 2
n = k + nr
maka k = 0, nr = 2 ; k = 1 , nr = 1; atau k = 2 , nr = 0
jika k = 0 ;
b 0
= = 0 ; b = 0 dan a = 2; maka orbit akan berupa garis
a 2
b 1
= = 0,5 ; b = 1 dan a = 2; maka orbit akan berupa ellips
a 2
jika k = 2
b 1
= = 1 ; b = 1 dan a = 1; maka orbit akan berupa lingkaran
a 1
n=2
k=0
n=2
k=2
n=2
k=1
ii.
2 a 2 = a 2 b 2
dan
1 Z2 e4
=
c2 p 2
mZ2e4 Z2 2 n 3
E = 2 2 2 1 + 2
8 n h
n k 4
0
1
( disebut konstanta fine structure)
137
dan
2e2
=
( 4 0 ) hc
197
Penjelasan efek Zeeman secara klasik
Sebuah garis spektrum dari atomatom yang tereksitasi dapat terpisah
menjadi dua atau tiga garis, ketika atomatom yang tereksitasi tersebut diletakkan
dalam medan magnet luar. Efek pemisahan sebuah garis spektral di bawah
pengaruh medan magnet luar dikenal sebagai efek Zeeman Normal. Untuk
menghasilkan efek Zeeman, sumber cahaya dari lampu Sodium atau dari lecutan
gas ditempatkan di antara kutub magnet. Cahaya yang keluar dari sumber diamati
melalui spektroskop resolusi tinggi, secara tegak lurus atau sejajar medan magnet.
dibor
S
U
198
misal : F1 adalah gaya tambahan pada elektron karena pengaruh medan magnet.
v1 adalah kecepatan elektron yang meningkat setalah diberi medan magnet
maka F1 = Bev1
mv12
mv 2
F + F1 =
+ Bev1 =
r
r
v1 = 1r
dan
v=r
mr 212 mr 22
=
+ Ber1
r
r
12 2 =
Be1
m
dan
( 1 + )
karena 1 maka
( 1 ) = 2m
Be
( 1 ) = m
Be1
( 1 + )
atau
1 = +
Be
atau
2m
f1 = f +
Be
4m
mv 22
mv 2
Bev 2 =
r
r
dan
v2 = 2 r
mr 222 mr 22
= Ber2
r
r
22 2 =
Be2
m
karena 2
dan
maka
( 2 ) = 2m
Be
( 2 ) = m
Be2
( 2 + )
( 2 + ) 22
atau
2 =
Be
atau
2m
f2 = f
Be
4m
Garis spektrum yang mula-mula tunggal lalu terpisah secara sama di kedua sisi
f1 = f + f
dengan f =
f 2 = f f
dan
Be
4m
dan
B =
eh
4m
f2
f1 f 2 =
f1
Be
Be
dan
dikenal sebagai
2m
2m
199
Contoh Soal :
1. Hitung nilai magneton Bohr (diketahui massa elektron m = 9,1.10 31 kg)
Jawab :
)(
(
1, 6.1019 6, 626.1034
eh
B =
=
= 9, 27.1024
31
4m
4 ( 3,14 ) 9,1.10
2. Hitung pergeseran Zeeman yang teramati pada efek Zeeman Normal ketika
sebuah garis spektral = 500 nm dikenai medan magnet luar 0,4 T.
( e m = 1,76.10
c kg 1
11
Jawab :
Pergeseran Zeeman yaitu f =
d =
eB
4m
; f=
; df =
cd
2
2df
2 f 2eB
; d =
;
=
c
c
4mc
500.109 ) (1,76.1011 ) ( 0, 4 )
(
d =
= 4, 67.1012 m = 4,67 pm
8
4 ( 3,14 ) ( 3.10 )
2
3. Berapa besar B yang dikehendaki untuk mengamati efek Zeeman Normal jika
sebuah spektrometer dapat memisahkan garis garis spektral terpisah 0,05 nm
pada 500 nm ?
Jawab :
)(
)(
)
)
2
9
4mc 4 3.10 0, 05.10
B=
=
= 4, 28 T
2
2e
500.109 1, 76.107
Be 2
2mc
)(
8
10
e 2c 2 3.10 0, 417.10
=
=
= 1,756.1011 C/kg
2
2
m
B
(1, 5) 5461.1010
200
5. Berapa kali elektron mengelilingi inti dalam orbit pertama Bohr atom Hidrogen
per detik ?
Jawab :
Jumlah revolusi per detik yaitu
f=
v
1 kZe2 mkZe2 mk 2 Z2e4
=
=
2r 2 n n 2 2
2n 33
dan k =
1
= 9.109 Nm 2 /C2
4 0
)(
31
9.109 (1) 1, 6.1019
4 2 mk 2 Z2e 4 ( 4 )( 3,14 ) 9,1.10
f=
=
3
3
n 3h 3
(1) 6, 626.1034
2
Rp =
R
1+ m
R
1+ m
( m)
R
= 0,5485.103 1
2
1
1
= Rp 2
n n 2
i
f
E ion =
n f = 1 dan
dengan
ni =
1
hc
1
1
1
= hcR p 2 2 = hcR p 2 2 = hcR p
n
1
f ni
)(
)(
201
3.5. Model Atom Vektor
A. Kuantisasi Ruang
Menurut teori BohrSommerfeld, diperlukan 2 bilangan kuantum untuk
menjelaskan gerak elektron dalam atom, yaitu bilangan kuantum n dan bilangan
kuantum azimuth k [dalam teori model atom mekanika kuantum (k1) kemudian
diganti dengan variabel ]. Penggambaran gerak elektron dalam 2 bilangan
kuantum menyebabkan gerak elektron dibatasi pada bidang orbital yang
mempunyai 2 derajat kebebasan yaitu r dan .
S
inti
Bint
Gambar 3.11 Elektron mengelilingi inti
B
B p =L
e e
,
=
T 2
( )
e ea
= a 2 =
2
2
202
B
p = me a 2
sehingga rasio antara momen magnetik
L = L = ( + 1)
ea 2
e
=
=
2
p 2me a
2me
untuk = 2
m = 0, 1, 2,...,
dengan
dan
cos =
( + 1)
sehingga
ep e ( + 1) e
=
=
( + 1) = B ( + 1)
2me
2me
2me
B adalah magneton Bohr yang adalah satuan dasar momen magnetik atom.
Loop arus listrik disebabkan gerak elektron pada orbitnya, lalu bertindak
sebagai sebuah magnet kecil berukuran atom. Telah diketahui bahwa jika sebuah
magnet diletakkan dalam sebuah medan magnet luar (Gambar 3.12), maka magnet
tersebut cenderung mensejajarkan diri dalam arah medan magnet luar. Vektor
momen magnet berpresessi di sekitar arah medan magnet, terletak pada sudut
tertentu terhadap arah medan magnet luar.
Energi potensial elektron disebabkan interaksi magnetik antara momen
magnetik orbital dengan medan magnet luar, yaitu
B = iB = B cos
B = densitas flux magnetik dan = sudut antara p dengan B (Gambar 3.12).
Momentum sudut orbital elektron (L ) dalam atom dapat terorientasi hanya
dalam arah tertentu (aturan kuantisasi ruang) (Gambar 3.13), jadi hanya dalam
arah tertentu vektor L dapat memiliki nilai
L cos = m
dan
L = ( + 1)
203
dengan adalah sudut antara L dengan arah medan magnet luar B, dan m adalah
bilangan kuantum magnetik untuk gerak orbital yang mempunyai nilainilai
m = 0, 1, 2, i i i, , maka untuk nilai tertentu (Gambar 3.14), m
= m BB
B = B cos = B ( + 1) B
( + 1)
e
E nm = E n + m
B = E n + m L
2me
dengan L =
eB
= 8, 782.1010 B/s dan
2m e
fL =
L
2
Transisi
dari
keadaan
sub
tingkat
atas
dengan
nilai
=2
= 1 ( m = 1, 0, 1)
E = E =2 E =1 = ( E n 2 + m 2 BB ) ( E n1 + m1 B B )
dan frekuensi cahaya spektral transisi tersebut yaitu
f=
E ( E n 2 + m 2 BB ) ( E n1 + m1 B B )
=
h
h
( E E n 2 ) B B m m
1 E
=
= n1
( 1 2 )
hc
hc
hc
204
= 0
BB
eB
m = 0
m
hc
4mec
f = c = c0
f = f0
BB
eB
m = c0
m
h
4me
eB
m
4me
E = hc =
hc
= hf
dan
E = hf = hf 0
heB
m
4me
m = 1 , 1 = 0
eB
= 0 L
4me c
2c
m
2
1
=2
1
2
walaupun
nampak
terpisah
m= 0
Jadi
eB
= 0 + L
4m ec
2c
m= 1
m = 1 , 3 = 0 +
m= 1
m = 0 , 2 = 0
=1
Anomali.
B. Spin Elektron
Untuk menjelaskan efek Zeeman Anomali dan garis spektral dobel pada
spektrum unsur alkali, tahun 1925 G.E. Uhlenbeck dan S.A. Goudsmit
mengusulkan hipotesis spin elektron. Elektron selain bergerak mengelilingi inti,
elektron juga berputar terhadap sumbunya sendiri, sehingga momentum sudut spin
intrinsik elektron yaitu
205
dan
ps = s ( s + 1)
dengan nilai s = ,
s
e
= gs
ps
2m e
dengan nilai gs = 2
s = gs
e
e
ps = ( 2 )
s ( s + 1) = 2 B s ( s + 1)
2me
2me
p cos = m
m
cos =
( + 1)
dengan
m = 0, 1, 2,...,
ms
ms
kuantum magnetik ms .
Karena elektron dalam sebuah atom
mempunyai 2 momentum sudut berbeda p dan
ps , maka momentum sudut total p j -nya yaitu
p j = p + ps
dan
j= +s
206
E = jB cos = g B j ( j+1) B
mj
j ( j+1)
= m j g B B
( )
E = m jg B B
Frekuensi transisi :
( )
f = m jg
BB
h
1
B
= m jg B = m jg L
hc
31
4m
4 ( 22 ) 9,1.10
)(
207
3.6 Model Atom Mekanika Kuantum
z
e
4 0 r
x = r sin cos
dx =
y = r sin sin
dx
dx
dx
d +
d +
dr
d
d
dr
z = r cos
dx = r sin sin d + r cos cos d + sin cos dr
dy = r sin cos d + r cos sin d + sin sin dr
dz = r sin d + cos dr
( dx )
2r 2sin cos sin cos d d 2r sin 2 sin cos d dr + 2r sin cos cos2 ddr
( dy )
+2r 2sin cos sin cos d d + 2r sin 2 sin cos d dr + 2r sin cos sin 2 ddr
( dz )
( ds )
= ( dx ) + ( dy ) + ( dz ) = r 2sin 2 (d ) + r 2 ( d ) + ( dr )
( ds )
= h12 ( dr ) + h 22 ( d ) + h 32 (d )
maka h1 = 1 ; h 2 = r ; h 3 = r sin
h 2 h 3 h1h 3 h1h 2
+
+
r h1 r h 2 h 3
2 =
1
h1h 2 h 3
2 =
1 2
1
1 2
r
+
sin
+
r 2sin 2 2
r 2 r r r 2sin
2m
e2
+ 2 E +
4 0
2
= 0
r
208
Melalui metode pemisahan variabel
( r,, ) = R ( r ) Q ( ) F ( )
QF d 2 dR
RF d
dQ
RQ d 2F 2m
e2
r
+
sin
+
+
E
+
d r 2 sin 2 d 2 2
4 o
r 2 dr dr r 2 sin d
dikali
RQF = 0
r
r 2sin 2
RQF
sin 2 d 2 dR sin d
dQ
r
+
sin
R dr dr
Q d
d
2
e2
1 d F 2m
+ F 2 + 2 E + 4
o
d
sin 2 d 2 dR sin d
dQ
r
+
sin
R dr dr
Q d
d
e2
2m
+ 2 E + 4
o
2 2
r sin = 0
r
2 2
1 2F
r sin = 2 .......... (3.6)
r
F
1 d2F
misal : 2 = m 2
F d
d2F
maka 2 + m 2 F = 0 .... (3.7)
d
persamaan (3.7) disebut persamaan gelombang azimuth
persamaan (3.6) dibagi sin2
1 d 2 dR
1
d
dQ 2mr 2
e2
r
sin
+
+ 2 E +
R dr dr Q sin d
d
4 o
1 d 2 dR 2mr 2
e2
r
+ 2 E +
R dr dr
4 o
m 2
=
r sin 2
m 2
1
d
dQ .... (3.8)
=
sin
r sin 2 Q sin d
d
m 2
2
sin
1
d
dQ
sin
Qsin d
d
Q = 0 ... (3.9)
sin d
d
sin 2
R dr dr
4 o
R
r2
=
r
209
1 d 2 dR 2m
e2
r
+
E
+
4 o
r 2 dr dr 2
R = 0 ........ (3.10)
r r 2
( D2 + m2 ) F = 0
F ( ) = Ae
im
+ Be
im
; di mana = 0 s/d 2
F ( ) = F ( + 2 )
Ae
im
im
Ae
+ Be
im
(1 e
karena Ae
2im
im
sehingga e
= Ae
) + Be
dan Be
2im
im ( + 2 )
=1
im
im
dan
+ Be
(1 e
im ( + 2 )
2im
)=0
(
2im
2im
) = 0 dan (1 e
2im
)=0
=1
orbital
Fungsi gelombang azimuth
F ( ) = Be
i m
F ( ) = C cos m
i m
F ( ) = D cos m
F ( ) = Ae
im
210
untuk fungsi F ( )
2
FF*d = 1 maka
Ae
A=
sehingga
maka Fm ( ) =
0 (
im
)(
A *e
im
d = 1 dan
A2
0 d = 1
1
1
=
2
2
im
......................................................................... (3.11)
e 2i
2
sin d
d
sin
misal : x = cos ;
............................................................. (3.12)
dx
d
d
= sin ;
= sin
d
d
dx
dQ dQ dx
dQ
=
= sin
d dx d
dx
sin
dQ
dQ
dQ
= sin 2
= 1 x2
d
dx
dx
maka
m 2
d
dQ
1 1 x 2
+
dx
dx
1 x2
m 2
d
2 dQ
+
1 x
dx
dx
1 x2
Q = 0
Q = 0
dan
1 d
d
=
sin d
dx
211
(1 x )
2
m 2
d 2Q
dQ
2x
+
dx
dx 2
1 x2
Q = 0 ................................................... (3.13)
= ( k + m )( k + m + 1)
di mana k dan m adalah masing-masing nol atau bilangan bulat. Oleh karena itu
perlu disubstitusikan k + m = , sehingga
= ( + 1)
= 0, 1, 2, 3,
di mana
jadi harus nol atau bilangan bulat positif. Untuk suatu nilai , parameter m
mempunyai nilai m = 0, 1, 2, 3, . dan dikenal sebagai bilangan
kuantum momentum sudut orbital atau bilangan kuantum orbital.
Solusi persamaan (3.13) yaitu (lihat lampiran 1)
Qm ( ) = Nm P
( cos )
. (3.14)
dan
m
N m =
( cos )
( 2 + 1) ( m )!
. (3.15)
2 + m !
( cos ) = (1 cos
P ( cos )
d ( cos )
..... (3.16)
( cos ) = 0
!
2( 1)
2i4( 2 1)( 2 3)
1 d ( cos) 1
P ( cos ) =
2 ! d( cos)
.... (3.17)
212
misal jika cos = x , maka
2
1 d ( x) 1
P ( x) =
2 ! d( x)
m
P
dan
( x ) = (1 x
P ( x )
dx
Contoh 1:
tentukan Q10 ( ) ?
Jika = 1, m = 0
N10 =
( 2 + 1)(1 0 ) ! =
2 (1 + 0 ) !
3 1
=
6
2 2
2
1 d x 1 1
P1 ( x) = 1
= ( 2x) = x = cos
2
21! dx
P10
( x ) = (1 x
d 0cos
= 1 x2
0
dx
cos = cos
1
6 cos
2
Contoh 2:
tentukan Q22 ( ) ?
Jika = 2, m = 2
Q 22 ( ) = N 22 P22 ( cos )
N 22 =
( 4 + 1)( 2 2 )! =
2 ( 2 + 2)!
5
5
1
=
=
15
2.24
48 12
2 2
2 4
2
3x2 1
1 d x 1 1 d x 2x +1 1
2
P2 ( x) = 2
=
=
12x
4
=
8
8
2 2! dx2
dx2
2 2
2 3x
1
d
2
2
2
d ( 3x )
P22 ( x ) = 1 x 2 2 2
= 1 x2
= 1 x 2 ( 3) = 1 cos 2 ( 3)
dx
dx
P22 ( x ) = 3sin 2
Q 22 ( ) = N 22 P22 ( cos ) =
1
1
15 3sin 2 =
15 sin 2
12
4
213
Solusi Persamaan Gelombang Radial
1 d 2 dR 2m
e2 ( +1)
r
+
E
+
2 R =0
4 o r
r2 dr dr 2
r
( +1)
d2R 2 dR 2mE
2me2
+
+
+
R = 0
2
2
2
r dr
dr
4 o r
r2
misal : =
8mE
2
n=
e2
m
4 0
2E
......................................(3.18)
= r
d
=
dr
dR dR d
dR
=
=
dr d dr
d
2
d 2R
d 2 R d
2 d R
= 2
=
dr 2
d dr
d 2
( + 1)
d2R 2 dR 2mE
2me2
+
+
+
R =0
d2 r d 2 4 o 2r
r2
2
8mE e2
m
2me2
misal : n =
2E 4 0 2
2 4 0
maka 2
2
d2R 22 dR 2 2n ( +1)
+
+
R = 0
d2 d 4
2
d2R 2 dR 1 n ( + 1)
+
+ +
R =0
d2 d 4
2
2 2mE
= 2 ; r=
4
lalu
dibagi 2
(3.19)
d 2R R
sehingga persamaan (3.19) tersebut menjadi:
= 0 yang mempunyai
d 2 4
solusi persamaan:
R() = Ae
+ Be
..... (3.20)
214
b. Jika sangat kecil
Maka nilai
( + 1) n
dan
( + 1) 1
4
2
d 2 R 2 dR ( +1)
+
R = 0 .. (3.21)
d 2 d
2
( + 1)
=100 tapi
= 20000
R = k
dR
d 2R
= k k 1 dan
= k ( k 1) k 2
2
d
d
( + 1) k
2
k ( k 1) k2 + kk1
=0
2
k ( k 1) + 2k ( + 1) k 2 = 0
k 2 + k = 2 +
( +1)
atau
R =
( +1)
. (3.22)
sangat kecil maka solusinya adalah R = . Sehingga solusi fungsi radial dari
nilai tengah yang mungkin adalah
R() = L() e
215
dL ( ) 2 1
dR
= 1L ( ) e 2 +
e
L () e 2
d
d
2
dL ( ) 1
dR 1
= L ( ) +
L ( ) e 2
d
d
2
2
2
d2R
2
1 dL ( ) 2 1
1
1
=
e
+
e
(
)
(
)
(
)
d
2
d 2
+ 1
dL ( )
d
d2L ( )
d 2
1 dL ( ) 2
e
2
d
1
1 dL ( ) 2 1
1L ( ) e 2
e
+ L () e 2
2
2
d
4
2
d2R
2 1
1 1
1 1
=
e
(
)
(
)
2
2
4
d 2
2
1
1 dL ( ) d L ( ) 2
+ 1 + 1
+
e
2
2 d
d 2
2
d 2 R d L ( )
2
1
dL ( )
2
1 1
=
+
(
)
(
)
d
4
d 2
d 2
dR
d2R
Substitusikan R,
dan
ke persamaan (3.19) sehingga diperoleh:
d
d 2
d2R 2 dR 1 n ( + 1)
+
+ +
R =0
d2 d 4
2
d2L ( )
1
dL ( )
2
1 1
+
(
)
(
)
e 2
2
d
4
d
1 n ( + 1)
dL ( ) 1
2
2
+ 1L ( ) +
L ( ) e 2 + +
L()
e
=0
d
2
2
d2L ( )
1
1 dL ( )
2
1 1
2
1
+
2
+
2
+
+
2
(
)
(
)
e 2
2
d
4
d
+ + n1 ( + 1) 2 L() e 2 = 0
4
d2L ( )
dL ( )
2
1 1
( 2 + 2) 1
+
+
+
1
+
1
(
)
(
)
(
)
e 2
2
d
4
d
+ + n1 ( + 1) 2 L() e 2 = 0
4
216
d2L ( )
dL ( )
+ 21 + 21
+ n1 ( +1) 1 L ( ) e 2 = 0
2
d
d
dan 1
2
d L ( )
dL ( )
2
2
+
+ n ( +1) L ( ) = 0
1 d2
1 d
d 2L ( )
2
+ ( 2 + 2 )
dL ( )
d
+ ( n 1) L ( ) = 0 . (3.23)
d 2 L2n++1 ()
d 2
+ [2( + 1) ]
dL2n++1 ()
+ (n 1)L2n++1 () = 0 ........................(3.24)
d
maka solusi dari persamaan radial total merupakan gabungan solusi untuk
bernilai sangat kecil, bernilai sedang/menengah, dan bernilai sangat besar
yaitu (lihat lampiran 2)
+1
R() = L2n+1
() e
(3.25)
2 2
2 +1
L
()
e
n+1
0
d = 1 ..(3.26)
Batasan integral untuk nilai yaitu dari 0 sampai dan faktor 2 masuk
ke persamaan sebab elemen volume d adalah sama dengan 2 d, sehingga nilai
normalisasinya adalah
3
N n
dengan =
(n 1)!
=
...(3.27)
3
r 2n [ (n + )!]
2Zr
. Fungsi gelombang radial ternormalisasi dari suatu atom juga
na o
disebut fungsi eigen radial dan solusi khusus persamaan gelombang radial gerak
elektron dalam suatu atom dapat dinyatakan sebagai:
217
Zr na
2Z (n 1)! 2Zr 2 +1
0
.... (3.28)
R n (r) =
L
(
)
n+
3
na
na
2n{(n
)!}
+
0
0
n dan ditambahkan pada fungsi R(r) karena fungsi tersebut bergantung pada 2
variabel n dan .
Untuk atom Hidrogen maka Z = 1 dan solusi khusus persamaan gelombang radial
gerak elektron dalam atom Hidrogen yaitu
R n ( r ) = N n L2n++1 ( ) e
dengan
2 ( n 1) !
N n =
3
na 0 2n ( n + ) !
dan
L2n++1
dan
L n + ( ) = e
dengan nilai =
2r
na 0
( ) =
d 2+1
d 2+1
Ln + ( )
d n +
d
n +
. (3.29)
1
. (3.30)
. (3.31)
( n + e )
. (3.32)
218
Soal-soal Latihan
1. Berapakah energi, momentum dan panjang gelombang foton yang dipancarkan
oleh sebuah atom Hidrogen ketika sebuah elektron membuat transisi dari n=2
ke n=1. Di mana potensial ionisasi = 13,6 eV.
2. Hitung energi yang dikehendaki untuk membuat kekosongan pada
a) kulit K atom tembaga
R = r0 A
1
3
di mana r0 = 1,2.1015m .
219
BAB 4
RADIOAKTIVITAS
Pada Tahun 1896 Henry Becquerel menemukan bahwa garam Uranium
memancarkan radiasi yang dapat menembus kertas maupun selaput tipis perak. Ia
menunjukkan bahwa pancaran radiasi dari garam Uranium tidak bergantung dari
pengaruh luar tetapi dari material itu sendiri. Ia juga menunjukkan bahwa radiasi
dari garam Uranium dapat menyebabkan garam terionisasi. Peristiwa yang
ditemukan oleh Henry Becquerel tersebut dikenal sebagai radioaktivitas. Radiasi
yang dipancarkan dari garam Uranium disebut sinar Becquerel. Tahun 1898 Pierri
Curie dan Marie Curie menemukan dua unsur radioaktivitas yaitu Radium dan
Polonium serta menunjukkan bahwa radioaktivitas tidak terpengaruh proses
kimia.
4.1. Peluruhan Radioaktif
Beberapa inti suatu unsur menunjukkan ketidakstabilan, walaupun
mempunyai gaya inti yang kuat. Sebuah inti yang tidak stabil akan menjadi
pecah/terpisah untuk mencapai sebuah konfigurasi yang lebih stabil. Misal jumlah
inti yang tidak meluruh dari unsur radioaktif pada suatu saat adalah N, maka
kecepatan di mana N berubah terhadap waktu berbanding lurus N, jadi
dN
= N (4.1)
dt
dimana merupakan tetapan peluruhan dan tanda (-) menunjukkan selama t
meningkat N akan berkurang. Jika diintegralkan terhadap N dan t maka akan
menjadi
ln N = t + C
Misal jumlah inti yang belum meluruh (N) pada t = 0 adalah N0 (jumlah inti suatu
unsur radioaktif pada saat awal), maka
ln N0 = C
sehingga
ln N = -t + ln N0
ln
dan
N
= t .... (4.2)
N0
N = N 0e t (4.3)
220
4.2. Umur Paruh Waktu
Didapatkan bahwa dalam sebuah interval waktu T yang tetap, sebuah
unsur radioaktif akan berkurang jumlah atom-atomnya menjadi setengah jumlah
awal interval. Dalam interval waktu T berikutnya, jumlah atom akan berkurang
menjadi setengah dari jumlah atom pada interval waktu T sebelumnya. Interval
waktu T ini disebut Umur Paruh Waktu dari suatu unsur radioaktif (lihat gambar
4.1)
N
N0
N0/2
N0/4
N0/8
0
2T
3T
N 0 /2
= -T
N0
ln2
0,693
=
.. (4.4)
0,693
t
T
... (4.5)
221
4.3. Umur Rata-Rata
Umur rata-rata suatu unsur radioaktif adalah perbandingan jumlah umur
semua inti saat sekarang dalam suatu sampel dengan jumlah total inti.
N t dt
t=
.... (4.6)
N dt
t N e
-t
t=
dt
di mana
N e
0
-t
udv = uv - vdu
dt
t =
t e-t
e-t
dt
-
-
t =
t e-t e-t
- 2
0
-
e-t
- 0
t=
e-t
- 0
1
.... (4.7)
Terlihat bahwa umur rata-rata ( t ) suatu unsur berbanding terbalik dengan tetapan
peluruhan .
222
4.5. Disintegrasi berturut-turut
Suatu unsur meluruh menjadi unsur lain dan unsur hasil peluruhan itu
dapat meluruh menjadi unsur yang lain juga, misal unsur A (induk) meluruh
menjadi unsur B (anak), lalu unsur B meluruh menjadi unsur C. Jika tetapan
peluruhan unsur A menjadi unsur B adalah 1 dan tetapan peluruhan unsur B
menjadi unsur C adalah 2, maka
1
2
A
B
C
Misal suatu saat sampel mengandung hanya unsur A, jadi pada t = 0 jumlah inti A
adalah N0. Pada waktu t misal jumlah inti A dalam bentuk campuran menjadi N1,
maka
N1 = N 0e
-1t
.... (4.8)
2 t
( )t
dN 2
t
+ 2 N 2 e 2 = 1 N 0 e 2 1
dt
d
( ) t
t
N 2 e 2 = 1 N 0 e 2 1
dt
N2e
2 t
. (4.10)
1
( - )t
N 0e 2 1 + C
2 -1
N2 =
1 N 0
2 -1
N - t
1
- t
N 0e 1 - 1 0 e 2
2 -1
2 -1
223
- t
Ne 1
N2 = 1 0
2 -1
1 - e-( 2 -1 ) t
N2 =
N 0 1 -1t -1t -2 t 1t
e
-e e e
2 -1
N2 =
N 0 1 -1t - 2t
e -e
2 -1
.... (4.11)
Jika umur paruh waktu induk (TA) lebih besar umur paruh waktu anak (TB),
sehingga 1 << 2 dan setelah beberapa interval waktu e
-( 2 -1 ) t
0 , maka
- t
N2 =
1N 0e 1
N
= 1 1
2 -1
2 -1
.. (4.12)
2 N 2 = 1 N 1
.... (4.13)
Oleh karena itu pada kecepatan di mana atom-atom anak meluruh sama
dengan kecepatan di mana atom anak terbentuk, sehingga jumlah atom-atom anak
tetap. Jenis kesetimbangan ini disebut kesetimbangan secular.
226
88
Ra
A
ZL
222
86
A-4
Z-2 M
Rn + 24 He (partikel )
+ 42 He
224
Misal :
Bentuk Umum :
241
94 Pu
A
ZX
241
95 Am
A
Z+1Y
+ -10 e (partikel )
+ -10 e
Soal-soal latihan :
1. Umur paruh waktu Thorium X adalah 3,64 hari. Setelah berapa hari massanya
tinggal 0,1 massa awal ?
2. Uranium 238 dan Uranium 235 terjadi/terdapat di alam dalam perbandingan
140 : 1. Anggap bahwa saat pembentukan bumi, dua isotop tersebut berada
dalam jumlah yang sama. Hitunglah usia bumi ? (di mana umur waktu paruh
U-238 = 4,5.109 tahun dan umur waktu paruh U-235 = 7,13.108 tahun).
3. Umur paruh waktu Radium = 1600 tahun dan umur paruh waktu Radon = 3,8
hari. Hitung volume Radon (Rn-222) yang akan setimbang dengan 1 gm
Radium (Ra-226).
4. Aktivitas sebuah sampel radioaktif turun menjadi 1/16-nya dari nilai awal
dalam waktu 1 jam 20 menit, hitung umur paruh waktunya?
5. Umur paruh waktu U-238 = 4,5.109 tahun. Hitung aktivitas 1 gm U-238.
6. Perbandingan massa Pb-208 dengan massa U-238 dalam suatu batu yaitu 0,5.
Anggap bahwa batu tersebut tidak mengandung Pb. Perkirakan umur batu
tersebut? (di mana umur paruh waktu U-238 = 4,5.109 tahun).
225
Lampiran
Lampiran 1
Polinomial Legendre
Persamaan diferensial Legendre adalah
d2y
dy
1 x
2 x + l (l + 1) = 0 .
2
dx
dx
2
..................................................... (1)
d
2 dy
1 x
+ l (l + 1) y = 0
dx
dx
Persamaan diferensial Legendre dapat diselesaikan dengan menggunakan
deret positif tak berhingga dari x, sehingga :
dy
= ar (m + r )x m + r 1 dan
dx r = 0
sehingga
d2y
=
ar (m + r )(m + r 1)x m + r 2
2
dx
r =0
(1 x ) a (m + r )(m + r 1)x
2
r =0
m+r 2
r =0
r =0
2 x ar (m + r )x m + r 1 + l (l + 1) ar x m + r = 0
atau
a (m + r )(m + r 1)x
r =0
m+r 2
atau
r =0
m+ r 2
+ {l (l + 1) (m + r )(m + r + 1)}x m + r ar = 0
..... (3)
226
a0 {l (l + 1) m(m + 1)} = 0
{l (l + 1) m(m + 1)} = 0
l 2 + l m2 m = 0
(l m )(l + m + 1) = 0
sehingga l = m atau m = - l 1
b. Jika xm-1 = 0 dengan r = 1, akan diperoleh
a1 l 2 + l m 2 + m = 0
a1 = 0dengan(l + m )(m l 1) 0
c. Jika xm+r-2 = 0
(l + 1)l a
2(1)
(l + 2)(l 1) a
3( 2)
227
a4 =
=
(l + 3)(l 2) a
4(3)
(l 2)l (l + 1)(l + 3) a
4!
(l + 3)(l 2) (l + 1)l a
4(3)
2(1)
a5 =
y = a0 1
x +
x ..... +
2!
4!
..................... (5)
(
l 1)(l + 2 ) 3 (l 3)(l 1)(l + 2 )(l + 4 ) 5
a1 x
x +
x ......
3!
5!
Dari persamaan (5) dapat diperoleh suku- banyak-suku banyak Legendre dimana
suku banyak tersebut manjadi sama dengan satu jika x sama dengan satu. Dalam
hal ini besar a0 dan a1 adalah sembarang. Adapun suku banyak-suku banyak
tersebut adalah sebagai berikut :
Pl ( x ) = 1
P0 ( x ) = 1
P1 ( x ) = x
l (l + 1) 2
P2 ( x ) a0 1
x =1
2!
1
2(3) 2
a0 1
x = 1 1 3 x 2 a0 = 1 a0 =
2 .1
2
(l 1)(l + 2) x3 = 1
P3 (x ) a1 x
3!
2 .5 3
1
a1 x
x = 1 a1 3 x 5 x 3 = 1 a1 =
3 .2
2
1
a0 3 10 x 2 + 35 x 4 = 1 a0 = dst
8
1
63 x5 70 x 3 + 15 x
8
1
P6 ( x ) = 231x 6 315 x 4 + 105 x 2 5
8
P5 ( x ) =
228
Pl ( x ) = ( 1)
r =0
dimana
(2l 2r )! xl 2 r
2 r!(l r )!(l 2r )!
l
............................................... (19)
(x
( ) ( 1) =
r =l
1 = Cr x
l
Pl ( x ) =
r =0
2 l r
r =l
( 1)r
r =0
l!
x 2l 2 r
r!(l r )!
l
1 dl 2
1 r =l
l!
d l 2l 2 r
r
(
)
x
x
1
=
2l l! dx l
2l l! r = 0
r!(l r )! dx l
r
(
1) (2l 2r )! l 2 r
Pl ( x ) = l
x
r = 0 2 r!(l r )!(l 2r )!
N
Jadi akan terlihat bahwa suku banyak Legendre Pl (x) genap atau ganjil
menurut derajat l apakah ganjil atau genap. Karena
Pl(1) = 1
............................................................................ (20)
........................................................................... (21)
........................................................................... (22)
dv
l 1
= 2lx x 2 1
dx
............................................................... (23)
................................................................ (24)
Jadi , 1 x 2
) dv
+ 2lxv = 0
dx
d 2v
dv
1 x
+ 2(l 1)x + 2lv = 0
2
dx
dx
2
.................................................... (25)
(1 x ) ddxv
2
dengan
r
2
vr =
+ 2(l r 1)x
d rv
dx r
dvr
+ (r + 1)(2l r )vr = 0 ............................ (26)
dx
................................................................ (27)
229
(1 x ) ddxv
2
l
2
2x
dvl
+ (l + 1)lvl = 0 .................................................... (28)
dx
l
d lv d l 2
= l x 1
l
dx
dx
................................................................ (29)
maka vl merupakan suatu suku banyak derajat l, dan karena persamaan Legendre
mempunyai satu dan hanya satu penyelesaian dari bentuk Pl (x) , maka berarti
Pl (x) merupakan suatu kelipatan tetapan dari vl. Jadi akan diperoleh :
Pl ( x ) = C
l
dl 2
x 1
l
dx
................................................................ (30)
(2l )! xl
2
2l (l!)
=C
C=
Jadi,
(2l )! xl
d l 2l
x =C
l
dx
l!
1
2l l!
.................................................... (31)
............................................................... (32)
l
1 dl 2
Pl ( x ) = l
x 1
l
2 l! dx
............................................................... (33)
........................................................................... (34)
maka diperoleh :
d 2v
dv
1 x
2 x(m + 1) + (l m )(l + m + 1)v = 0
2
dx
dx
2
............................ (35)
230
v=
dm
Pl (x)
dx m
........................................................................... (36)
............................................................................ (37)
maka diperoleh
(1 x ) d
w
dw
m2
(
)
2
x
+
l
l
+
1
w = 0 ..................................... (38)
dx 2
dx
1 x2
w = 1 x2
m/2
dm
Pl (x )
dx m
............................................................... (39)
m/2
dm
Pl ( x ) ............................ (40)
dx m
........................................................................................ (41)
(z ).
adalah fungsi
+1
Jika :
Pl
(l + m )
.................................................... (43)
Persamaan (43) akan digunakan untuk normalisasi fungsi gelombang yang
tergantung pada . Bentuk akhir dari ( ) adalah
231
(x )
dan Pl '
(x )
(x )
dan Pl '
(x ) .
dengan Pl
(x )
(x )
d
2 dPl
1 x
dx
dx
d
2
1 x
dx
)P
m d
2 dPl '
Pl
1 x
dx
dx
dPl
m dPl '
Pl
dx
dx
l'
....................... (45)
1
+1
m
m dPl m
m dPl '
Pl
Pl '
dx
dx
+1
= 0
....................................................................................... (46)
+1
P (x )P (x )dx = 0 ..........................................(47)
m
l'
Hasil pada persamaan (47) benar untuk beberapa harga dari m, sehingga
hasil persamaan (47) juga benar untuk fungsi Legendre Pl (x) jika Pl (x) = Pl 0 ( x ) .
Rumusan Normalisasi berasal Fungsi Legendre Pl (cos ) = Pl (x) yang
dapat didefinisikan sebagai fungsi umum T (t,x) seperti
T (t,x) Pl ( x )t l
l =0
1
1 2tx + t 2
.................................................. (48)
T
1 / 2( 2 x + 2t )
lPl t l 1
atau
3/ 2
t
l =0
1 2 xt + 2t 2
232
(1 2 zt + t ) lPt
2
l 1
( z t ) Pl t l ............................... (49)
1
{(2l 1)xPl 1 (x ) (l 1)Pl 2 (x )} ................................................ (51)
l
+1
2l 1
2
{Pl (x )} dx =
Pl 1 (x )xPl (x )dx
l
................................................... (52)
1
{(l + 1)Pl +1 (x ) + lPl 1 (x )} .................................................. (53)
2l + 1
+1
2l + 1 1
2l 1
2
2
{Pl (x )} dx =
{Pl 1 (x )} dx
......................................................... (54)
+1
(
2l 1)(2l 3)(2l 5).....3.1
2
1{Pl (x )} dx = (2l + 1)(2l 1)(2l 3).....5.3 1{P0 (x )} dx
+1
+1
1
{P0 (x )}2 dx ........................................................... (55)
=
2l + 1 1
P0(x) menurut definisi persamaan (48) adalah koefisien t0 dalam luasan
( 1 2tz + t2 )-1/2 dalam keadaan t. Sehingga :
+1
2
{Pl (x )} dx =
+1
1
2
......................................................... (56)
dx =
2l + 1 1
2l + 1
(1 x )
2 1/ 2
dPl ( x )
= 1 x2
dx
m
m +1
2
d
dx
m +1
m +1
Pl ( x ) m x 1 x
m 1
2
d
dx
m
m
Pl ( x )
233
= pl
{P
+1
m +1
m +1
(x ) dx = 1 x 2
1
+1
l
l
dx
1 x2
dx
2
2
d
dPl ( z )
m2 x 2
m
m
= Pl ( x ) 1 x 2
Pl ( x ) dx
dx m Pl ( x ) dx +
2
dx
dx
1 x
1
1
1
+1
+1
+1
.......................................................................... (58)
Dalam persamaan umum udv = uv vdu
) dPdx
u = 1 x2
Dimana :
, jika, u = x, maka
{ }
dP
m dPl
m
dv = l , dv = 2 Pl
dx = d Pl
dx
dx
(x )
(x )
jika m 0.
Jika digunakan persamaan (42) dengan Pl
{P
m +1
{P
+1
+1
+1
(x )} dx = (1 m )(l + m + 1) {Pl m (x )} dx
........................................................................................ (59)
sehingga diperoleh hasil
2 (l + m )!
{P (x )} dx = 2l + 1 (l m )! .............................................................. (60)
+1
lm ( ) =
(2l + 1) (l m )! (1 x 2 )m / 2
2
dimana x = cos
(l + m )!
dm
Pl ( x ) ..................................... (61)
dx m
234
Lampiran 2
Polinomial Lagguerre
Polinomial Laguerre adalah turunan pada orde tertentu untuk sebuah
fungsi yang mengandung eksponensial. Polinomial Laguerre merupakan sebuah
fungsi diskret sebagai differensial orde ke-n.
y = xk e x .....................................................(5)
dk y
x d
Lk ( x) = e
= e k ( x k e x )
k
dx
dx
Atau
.........................................(7)
dp
d p x d k k x
=
[
L
(
x
)
]
( x e ) ...(8)
e
k
dx p
dx p dx k
misal:
y = x3 e x
d3y
= (6 18 x + 9 x 2 x 3 )e x
3
dx
Polynomial Laguerre nya adalah:
L3(x ) = e x (6 18 x + 9 x 2 x 3 )e x
= 6 18 x + 9 x 2 x 3
Polinomial Laguerre gabungan dari orde 1 akan mempunyai derajat 3 1 =2
L13 ( x ) =
d
[(6 18 x + 9 x 2 x 3 )]
dx
= 18 18 x + 3x 2
235
Persamaan deferensial di mana solusinya akan menjadi sebuah polinomial
Laguerre gabungan Lkp (x ) adalah :
d 2 [ Llk ( x)]
d [ Lkp ( x)]
x
+ ( p + 1 x)
+ (k p ) Lkp ( x) = 0 (9)
2
dx
dx
Jika kita mengganti x dengan , k diganti dengan n+l dan p diganti
2l+1persamaan (9) menjadi:
d 2 2l +1
d
[ Ln +1 ( )] + [2(l + 1) ] [ L2nl++11 ( )] + (n l 1) L2nl++11 ( ) = 0 ...........(10)
2
d
d
Ls ( ) r
e 1 u
u (1) s
us
berikut: U s ( , u ) r
s +1
r!
(1 u )
r =s
Ls ( ) t
e 1 v s
secara mirip misal: Vs ( , v) t
v (1) s
v
t!
(1 v) s +1
t =s
dengan
mengalikan
secara
bersama
dan
memasukkan
factor
mengintegralkannys diperoleh:
u r v t s +1 s
e Lr ( ) Lst ( )d
0
r , t = s r!t!
u
1+
+
(uv) s
( s + 1)!(u , v) s (1 u )(1 v)
s +1
1 u 1 v
=
e
d
=
(1 u ) s + t (1 v) s +1 0
(1 uv) s + 2
( s + k + 1)!
(uv) s + k
k = 0 k!( s + 1)!
= ( s + 1)!(1 u v + uv)
ini
dan
236
Integral yang kita cari adalah (r!)2 kali koefisien (uv)r dalam perluasan sebagai
(r + 1)!
(r!)3 (2r s + 1)
r!
2
(
r
!
)
(
s
+
1
)!
+
berikut:
=
(
r
s
)!
(
s
+
1
)!
(
r
1
)!
(
s
+
1
)!
(r s )!
1 d
dP
M 2P
sin
+ P 2 = 0
sin d
d
sin
d 2 P cos dP
M2
+
+ 2
d 2 sin d
sin
atau,
P = 0
(1)
8 2 r 2 E
dimana P = P (), =
, dan M = 0, 1, 2,
h2
ambil x = cos dan mengubah P() dengan L (x); maka
dP dL dx
dL
=
= sin
d dx d
dx
d 2P
d
dL
dL
d dL
=
sin
sin
= cos
2
d
d
dx
dx
d dx
dL
d dL dx
= cos
sin .
dx
dx dx d
= cos
dL
d 2L
+ sin 2 2
dx
dx
M2
L = 0
(1 x ) L' '2 xL'+
2
1
...(2)
d 2L
dL
dimana L = L (x), L =
dan L =
dx
dx 2
kasus 1: M = 0
persamaan (2) menjadi
(1 x 2 ) L' '2 xL'+ L = 0
...(3)
237
L = a0 + a1 x + a2 x 2 + a3 x 3 + ...
L = a0 + 2a2 x + 3a3 x 2 + ...
.(4)
L = 2a2 + 3 a3 x + 4 a4 x 2 + ...
substitusikan ini kedalam persamaan (3) dan kelompokkan menurut pangkat x,
(2a2 + a0) + (3 x 2a3 2a1 + a1)x + (4 x 3a4 6a2 + a2)x2 +
(5 x 4a5 12a3 + a2)x3 + = 0
..... (5)
persamaan (5) dapat terpenuhi jika koefisien masing-masing pangkat x adalah nol,
yaitu jika :
a 0
2
untuk x0,
(2a2 + a0) = 0,
atau, a2 =
untuk x1,
3 x 2a3 2a1 + a1 = 0
atau, a3 =
2-
a1
3x 2
untuk x2,
4 x 3a4 6a2 + a2 = 0
atau a4 =
6-
a2
4x3
untuk x3,
5 x 4a5 12a3 + a3 = 0
atau a5 =
12 -
a3
5x 4
atau,
ak+2 =
k(k + 1) -
ak
( k + 2)( k + 1)
..... (6)
Jadi, kita mempunyai rumus rekursi untuk menentukan koefisien ak+2 dari xk+2
dalam deret persamaan (4) dalam bentuk ak dari xk, dimana k = 0, 1, 2, .
adalah bilangan.
Kasus 2 : M 0
Persamaan 2 menyebabkan dualisme pada 2 titik (dikenal sebagai titik singular),
M2
yaitu x = 1. Ini disebabkan oleh bentuk
yang mana akan menjadi tak
1 x2
terhingga. Untuk membuangnya kita mensubstitusi y = 1 x dan z = 1 + x dan
mengganti L(x) dengan fungsi lain R (y). Sehingga persamaan menjadi
M2
(2y-y2) R"-2(1-y)R'+ 2y y2
R = 0
..(7)
..(8)
238
sehingga
M
2
Deret negatif dari y akan menyulitkan kita, sehingga kita hanya mengambil akar
positif s = +
M
2
L( x) = y
M /2
.z
M /2
.G( x) = (1 x 2 )
M /2
.G( x)
dimana G(x) adalah fungsi lain dari L(x) oleh karena itu
L ' ( x ) = (1 x 2 )
M /2
G ' M x (1 x 2 )
L" ( x) = (1 x 2 )
M /2
M / 2 1
G"2 M x(1 x 2 )
M
+ 2 M
1 x 2 .(1 x 2 )
/ 22
(G = G ( x ))
.G
M / 2 1
.G '
M (1 x 2 )
M / 2 1
..(8)
persamaan (8) mirip dengan persamaan (3) dan kita memperoleh rumus rekursi di
bawah ini
ak +2 =
(k + M )(k + M + 1)
(k + 2)(k + 1)
.a k
....(9)
dimana koefisien a k + 2 dari xk+2 dapat ditentukan jika a k dari xk diketahui, atau
akhirnya jika a 0 dan a1 diketahui.
(ii). Dengan bantuan rumus rekursi (6) atau (9) kita dapat memperoleh deret
koefisien dengan indek genap ( a 2 , a 4 , a 6 ,..... ) dalam bentuk
indeks ganjil ( a 2 , a 4 , a 6 ,..... ) dalam bentuk
a 0 dan dengan
239
tersebut lalu diperoleh akan mempunyai bilangan tak hingga. Kecuali jika kita
membuat pilihan yang layak untuk , a 0 dan a1 . Bagaimanapun rumus rekursi
itu sendiri menyatakan bahwa koefisien a k + 2 akan lenyap jika = k(k+1) ( dalam
kasus M = 0 ) atau jika = ( k+ M )( k+ M +1) ( dalam kasus M 0 ) menuju
deret pada a k dan merubahnya ke bentuk polinomial x.
Tetapi bahkan jika koefisien deret dengan indek genap dihilangkan
koefisien dengan indek ganjil dapat membentuk deret tak hingga dan sebaliknya.
Salah satu cara adalah membuat a 0 = 0 atau a1 = 0. Jika kita memasang a1 = 0
polinomial akan hanya terdiri dari pangkat x genap dan jika a 0 = 0 polinomial
akan hanya terdiri dari pangkat x ganjil, derajat dari polinomial, k, ditentukan
dalam bentuk hubungan
= ( k+ M )( k+ M +1)
.....(10)
= l (l + 1)
dimana nilai l adalah M , M +1, M +2,
.....(11)