Вы находитесь на странице: 1из 3

Mencari Jumlah Penyerapan CO2 oleh Tanaman dengan

Penginderaan Jauh
12 Juni 2010 La An
Perkembangan ekonomi suatu daerah biasanya tidak selalu diikuti perkembangan daerah
tersebut secara ekologi. Hal ini menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem yang
berupa penurunan jumlah tutupan vegetasi dan peningkatan pencemaran udara seperti
peningkatan jumlah CO2 udara. Besarnya populasi manusia merupakan faktor penting dalam
permasalahan lingkungan dimana tingginya laju pertumbuhan penduduk menyebabkan semakin
terdesaknya alokasi ruang untuk vegetasi yang mempunyai fungsi sangat penting di di suatu
daerah (As-syakur dan Adnyana, 2009).
Perubahan luasan tutupan vegetasi dan peningkatan kadar gas CO2 atmosfer di perkotaan
merupakan isu yang sangat penting. CO2 bersama gas-gas rumah kaca yang lain berperan dalam
meningkatkan suhu global dan perubahan iklim. Vegetasi memerlukan CO2 dalam proses
fotosisntesis. Penyerapan CO2 oleh vegetasi merupakan proses dalam pengendalian pencemaran
udara dalam menguragi kadar CO2 di udara. Teknologi penginderaan jauh dengan pendekatan
berbasis spasial dapat merekam dan menganalisa secara spasial kondisi penyerapan CO2 oleh
vegetasi.
CO2 merupakan salah satu gas rumah kaca yang memberikan efek terhadap pemanasan
global dan perubahan iklim. Gas-gas rumah kaca menyebabkan energi panas yang berupa
gelombang panjang terperangkap didalam atmosfer bumi sehingga menimbulakan efek
pemanasan global. Gas-gas Rumah Kaca (GRK) dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia,
seperti kegiatan industri, transportasi, kebakaran hutan, perubahan tata guna lahan, pertanian,
peternakan, sampah dan sebagainya. Bulan Desember 2008 kandungan gas CO 2 atmosfer secara
global telah mencapai 385.88 ppm dan bila dibandingkan dengan bulan Januari 1980 kandungan
CO2 atmosfer hanya 337.70 ppm (http://www.esrl.noaa.gov/gmd/ccgg/trends), yang berarti
kandungan CO2 atmosfer global telah naik 48.18 ppm atau 1.72 ppm/thn.
Berdasarkan laporan IPCC tahun 2007 kemungkinan manusia yang menyebabkan
terjadinya perubahan iklim adalah sebesar 90%, keadaan ini lebih tinggi dari laporan terakhir

dari IPCC pada tahun 2001 dimana kemungkinan manusia sebagai penyebab perubahan iklim
adalah sebesar 60%. Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa penyebab utama terjadinya
peningkatan Gas Rumah Kaca (GRK) seperti peningkatan gas Carbon Dioksida yang disebabkan
oleh penggunaan bahan bakar fosil dan perubahan penggunaan lahan, yaitu dari lahan hutan
menjadi lahan yang bernilai ekonomi seperti pemukiman dan perkebunan.

Sensor penginderaan jauh mempunyai kemampuan dalam menangkap gelombang yang


dipantulkan oleh vegetasi dan non vegetasi serta mampu membedakan kualitas (jumlah klorofil)
dan kuantitas (Leaf Area Index/LAI) vegetasi melalui pemanfaatan nilai indeks vegetasi. Nilai
indeks vegetasi merupakan suatu nilai yang dihasilkan dari persamaan matematika dari beberapa
band penginderaan jauh (citra) yang menghasilkan satu nilai indeks (As-syakur dan Adnyana,
2009). Indeks vegetasi dirancang untuk memperjelas tampilan objek berklorofil (vegetasi)
dibandingkan dengan objek-objek yang tidak berklorofil. Nilai indeks vegetasi dapat
memberikan informasi tentang persentase penutupan vegetasi, indeks tanaman hidup (Leaf Area
Index), biomassa tanaman, fAPAR (fraction of Absorbed Photosynthetically Active Radiation),
kapasitas fotosintesis dan estimasi penyerapan karbon dioksida (CO 2) (Horning, 2004; Ji and
Peters, 2007).
Indeks vegetasi juga bisa digunakan untuk menghitung jumlah assimilasi CO2 oleh
vegetasi melalui pendekatan produktivitas primer kotor (PPK)/gross primary productivity (GPP)
dan produkstivitas primer bersi (PPB)/net primary productivity (NPP). Beberapa model dalam
pemanfaatan penginderaan jauh yang digunakan untuk menghitung pertukaran CO2 antara
atmosfer dengan vegetasi antara lain adalah light use efficiency (LUE) (Monteith, 1972). canopy
photosynthesis models (CPM), production efficiency models (PEM) (Gitelson et al., 2008) dan

vegetation photosynthesis models (VPM) (Xiao et al., 2004a; Xiao et al., 2004b; Xiao et al.,
2005a; Xiao et al., 2005b).

Estimasi produktivitas primer menggunakan dasar pendekatan biofisik dari tanaman yaitu
nilai indeks vegetasi, parameter efisiensi penggunaan cahaya, dan nilai PAR (Photosynthetically
Active Radiation) (Running et al., 1999). Normalized difference vegetation index (NDVI)
berhubungan erat dengan fraction absorbed photosynthetically active radiation (fAPAR)
(Myneni and Williams, 1994; Kumar and Monteith, 1981 dalam Hooda and Dye, 1996; Inoue et
al., 2008). Hubungan antara NDVI dengan fAPAR bisa digunakan untuk menghitung
produktivitas primer kotor dengan pendekatan model LUE (Running et al., 1999) atau model
VPM (Xiao et al., 2004a; Xiao et al., 2004b; Xiao et al., 2005a; Xiao et al., 2005b) yang
merupakan gambaran dari jumlah karbon yang diasimilasi oleh tanaman. Semoga artikel ini
berguna khususnya bagi yang ingin meneliti tentang penyerapan CO2 oleh tanaman. Selain
menggunakan pendekatan PPK/PPB, perhitungan tentang penyerapan CO2 oleh tanaman juga
bisa menggunakan pendekatan biomassa tanaman yang juga bisa menggunakan data
penginderaan jauh. Karena belum pernah melakukan analisis pemanfaatan biomassa tanaman,
maka di tulisan ini tidak menjelaskannya secara detail.

Вам также может понравиться