Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
B. Epidemiologi
1
Wilayah Afrika ini mencakup 46 negara dengan jumlah populasi sebanyak 384,4
juta orang yang berusia 15-49 tahun. Insidensi kasus Gonnorhea per 1000 untuk wanita
sebesar 49,7 dan pria 60,3. Sedangkan prevalensi (dalam %) untuk wanita 2,3 dan pria 2,0.
[4]
Wilayah Amerika ini mencakup 35 negara dengan jumlah populasi sebanyak 476,9
juta orang yang berusia 15-49 tahun. Insidensi kasus Gonnorhea per 1000 untuk wanita
sebesar 18,5 dan pria 27,6. Sedangkan prevalensi (dalam %) untuk wanita 0,8 dan 0,7.[4]
Wilayah South-East Asia ini mencakup 11 negara dengan jumlah populasi sebanyak
945,2 juta orang yang berusia 15-49 tahun.Insidensi kasus Gonnorhea per 1000 untuk wanita
sebesar 16,2 dan pria 37,0. Sedangkan prevalensi (dalam %) untuk wanita 0,8 dan pria 1,2.[4]
Wilayah Eropa ini mencakup 53 negara dengan jumlah populasi sebanyak 450,8
juta orang yang berusia 15-49 tahun. Insidensi kasus Gonnorhea per 1000 untuk wanita
sebesar 8,3 dan pria 7,0. Sedangkan prevalensi (dalam %) untuk wanita 0,3 dan pria 0,2. [4]
Wilayah western pacific ini mencakup 37 negara dengan jumlah populasi sebanyak
986,7 juta orang yang berusia 15-49 tahun. Insidensi kasus Gonnorhea per 1000 untuk wanita
sebesar 34,9 dan pria 49,9. Sedangkan prevalensi (dalam %) untuk wanita 1,5 dan 1,3. [4
C. Patofisiologi
D.
seksual. Pada orang dewasa, membran mukosa superfisialis yang berlapis epitel columnar
dan cubodial merupakan bagian yang rentan terhadap infeksi gonorrhea. Bakteri melekat
pada sel epitel columnar, melakukan penetrasi dan berkembang biak di membran basal
(basement membrane). Perlekatan ini diperantarai melalui pili dan Opa (PII). Bakteri melekat
hanya pada microvili dari sel epitel columnar. Setelah itu bakteri dikelilingi oleh microvili
yang akan menariknya ke permukaan sel mukosa. Bakteri masuk ke sel epitel melalui proses
parasite-directed endocytosis. Selama endosistosis, membran sel mukosa menarik dan
mengambil sebuah vakuola yang berisi bakteri. Vakuola ini ditransportasikan ke dasar sel
dimana bakteri akan dilepaskan melalui eksositosis ke dalam jaringan sub-epitelial. [1][5]
E.
F.Protein porin utama dari membran luar gonococci yakni PI (protein 1) merupakan
media invasi (suatu substansi yang memperantarai penetrasi pada sel host). Penetrasi dari PI
6
terdapat nitrit sebagai aseptor elektron dalam konsentrasi yang rendah. Pada kondisi ini
gonococci akan memproduksi protein baru. Protein-protein ini akan diproduksi selama proses
infeksi karena adanya antibodi yang hadir untuk melawan gonococci pada pasien yang
terjakit penyakit gonorrhea tanpa komplikasi, Disseminated Gonococcal Infection (DGI),
atau Pelvic Inflammatory Disease (PID). [5]
I. Strain dari N. gonorrhoeae memproduksi dua protein ekstraseluler IgA1 protease,
yang akan memotong rantai panjang dari human immunoglobulin A1 (IgA1) pada posisi
yang berbeda di dalam daerah pemotongan. Protease tipe 1 memotong ikatan peptida antara
prolyl dan seryl, sedangkan protease tipe 2 memotong ikatan peptida antara prolyl dan
threonyl. Daerah pemotongan ini tidak terdapat pada human IgA2 sehingga protease yang
dihasilkan N. gonorrhoeae tidak dapat memotong isotype pada IgA2. Hasil terpisah dari
pemotongan IgA1 ini ditemukan pada sekresi genital wanita yang terjangkit penyakit
gonorrhea dan dapat menandakan bahwa sedang terjadi proses infeksi pada organ genital. [5]
J. Pemeriksaan Laboratorium
K. Kultur
7
L.
mendiagnosis infeksi gonorrhea adalah kultur. Kultur ini dilakukan dengan mengidentifikasi
mengisolasi isolat dan mengidentifikasi agen infeksi. Kultur isolat ini dilakukan penting
untuk mengetahui agen infeksi, antimikroba yang digunakan untuk terapi, uji kerentanan,
mendeteksi kegagalan dari terapi yang diberikan, dan karakteristik wabah. [6]
M.
N.
Neisseria gonorrhoeae, yaitu diantaranya terdapat uji biokimia, uji serologic, dan uji asam
nukleat. Pada uji biokimia, Neisseria gonorrhoeae dapat dibedakan dari spesies Neisseria,
spesies Moraxella, spesies Kingella lainnya. Hal ini didasari kemampuan Neisseria
gonorrhoeae yang dapat tumbuh pada media yang selektif maupun tidak selektif,
memproduksi asam dari glukosa, mengurangi nitrit, dan mengekspresikan DNase. [6]
O.
Pada uji serologic terdiri dari beberapa pemeriksaan, yaitu pemeriksaan
antibodi fluoresensi. Pemeriksaan antibodi fluorensesi dilakukan dengan mengikat antibodi
yang spesifik terhadap bakteri Neisseria gonorrhoeae pada protein IA dan IB (Por atau
protein yang berada di membran luar bakteri). Ketika diamati dibawah mikroskop
fluoresensi, kultur positif terhadap Neisseria gonorrhoeae akan berfluoresensi hijau apel dan
bentuk bakteri seperti diplococci.[6]
P.
Q.
Metode deteksi molekular diperbolehkan untuk diagnosis yang lebih cepat
dan spesifik terhadap patogen yang tidak dapat dikultur. Metode pengujian asam nukleat
dikembangkan untuk mendeteksi patogen yang menyebabkan infeksi penyakit menular
seksual secara cepat , sensutivitas yang tinggi, dan spesifik dalam pemeriksaan spesimen
klinis. [6]
R.
S. Manifestasi klinis
10
T.
U.
Masa inkubasi gonorrhea sangat singkat, pada pria berkisar antara 2-5
hari, pada wanita masa inkubasi sulit ditentukan karena umumnya asimptomatis. Infeksi
Neisseria gonorrhoeae pada pria bersifat akut yang didahului rasa panas di bagian distal
uretra di sekitar orifisium uretra eksternum (OUE), diikuti disuria dan polakisuria. Pada
pemeriksaan tampak OUE kemerahan dan edem. Terdapat duh tubuh yang bersifat purulen
atau seropurulen. Pada beberapa keadaan duh tubuh keluar bila dilakukan pemijatan atau
pengurutan korpus penis ke arah distal, tetapi pada keadaan penyakit yang lebih berat nanah
tersebut menetes keluar dengan sendirinya dan sering diikuti timbulnya pembesaran kelenjar
getah bening inguinal medial unilateral atau bilateral. Komplikasi akan timbul jika uretritis
tidak cepat diobati atau mendapat pengobatan yang kurang akurat. Komplikasi uretritis
gonorrhea pada umumnya bersifat lokal, yang terjadi dapat berupa: tysonitis, para uretritis,
11
12
A. Recommended Regimens
Uncomplicated
AA.
GonococcalInfections
B. Ceftriaxone250mgIMinasingledose
C. OR,IFNOTANOPTION
D. Cefixime400mgorallyinasingledose
E. OR
F. Singledoseinjectiblecephalosporinregimens
G. PLUS
H. Azithromycin1gorallyinasingledose
I.
AB.
AC.
OR
13
J.
Doxycycline100mgorallytwiceadayfor7days
menyembuhkan
99,2
dari
untuk menunda timbulnya cephalosporin resistance. Ada beberapa bukti in vitro sinergi
antara azitromisin dan sefalosporin , dan peningkatan pemberantasan faring gonore telah
dilaporkan ketika azitromisin dikombinasikan dengan cephalosporin.[10]
AI.
AJ.
AK.
AL.
tunggal.
AN.
Terapi alternatif
AM.
Antibiotik yang digunakan harus disertai dengan azitromisin 1 g oral dosis
Pasien dengan gejala yang bertahan setelah pengobatan harus dievaluasi dengan
culture untuk N. gonorrhoeae, dan setiap gonokokus terisolasi harus diuji untuk kerentanan
antimikroba . [8]
14
AO.
menjadi pilhan yang tepat dengan dosis 2,0 g. Dosis tinggi azitromisin (2,0 g sebagai dosis
tunggal) telah menunjukkan efikasi diterima dalam uji klinis , namun dikaitkan dengan high
gastrointestinal intolerance. Dosis azithromycin dinaikkan agar keefektifan pengobatan
menjadi lebih optimal. Kemanjuran klinis azitromisin tidak selalu berkorelasi dengan uji
sensitivitas secara in vitrodan tingkat resistensi azitromisin telah diamati di UK tinggi. Dosis
tunggal azitromisin 1,0 g saja tidak dianjurkan sebagai pengobatan untuk gonore. [10]
AQ.
[9]
AR.
AS.
15
16
AU.
AW.
Recommended
Regimen
AY.
Ceftriaxone 1gIMina
singledose
AZ.
17
BB.
perbaikan dimulai, pada saat terapi dapat beralih ke cefixime 400 mg oral dua kali sehari
untuk menyelesaikan minimal 1 minggu terapi antimikroba . Tidak ada kegagalan
treatment dilaporkan dengan regimen yang direkomendasikan .[8]
BD.
BE.
RecommendedRegimen
Ceftriaxone1gIMinasingle
dose
BF.
BG.
K. AlternativeRegimens
BH.
L. Cefotaxime1gIVevery8hours
BI.
BJ.
M. OR
N. Ceftizoxime1gIVevery8hours
BK.
BL.
RecommendedRegimen
BO.
Ceftriaxone 12 g IV every 12
hours
BP.
BQ.
18
BR.
BS.
Bayi yang lahir dari ibu yang memiliki gonore tidak diobati berisiko tinggi
terinfeksi.[8]
BT.
GonococcalInfection
BU.
BV.
P. Ceftriaxone 2550mg/kgIVorIM,nottoexceed125mg,ina
singledose
BW.
Q.
BX.
BY.Terapi antibiotik penderita infeksi Gonococcal pada anak-anak[8]
BZ.
CA.
TerapiNonFarmakologi
Menjauhkan diri dari hubungan seksual sampai terapi selesai dan sampai pasien dan
pasangan seks pasien tidak lagi memiliki gejala.
19
CB.
CC.
CE.
Outcome
keluhan purulent discharge dari penis yang menyebabkan bercak pada celana dalamnya,
terutama pada pagi hari. Pria tersebut merasakannya sejak 5 hari yang lalu. Pasien merasakan
sakit ketika buang air kecil, dan terasa sensasi terbakar di sepanjang penis ketika buang air
kecil, nyeri pada skrotum dan muncul benjolan di sela-sela paha kiri. Aktivitas seksual
terakhir pasien adalah 10 hari yang lalu dengan pasangan homoseksual barunya. Sebelumnya
pasien biasa melakukan aktivitas seksual dengan pasangan homoseksualnya yang permanen,
dengan frekuensi 2 kali dalam sebulan dan sudah berlangsung selama 1 tahun, tetapi tidak
ada keluhan dari pasangan. Pasien biasanya melakukan hubungan seksual secara anal dan
kadang-kadang secara oral. Kondisi pasien secara umum baik, sadar, dan semua tanda vital
dalam batas normal. Pemeriksaan kelamin menunjukkan adanya erythematous external
urethral orifice, edema, tanpa sekresi, tetapi setelah dilakukan milking pada corpus penis
outwards, tampak adanya sekresi purulenta dari external urethral orifice (Fig.1a).Scrotum kiri
terlihat membengkak dan terjadi inflamasi dengan inguinal lymphadenitis (Fig.1b).
CG. Dilakukan pewarnaan gram dan menunjukkan bakteri gram negative diplococcus
pada intraseluler dan ekstraseluler bakteri yang menandakan terdapat bakteri Neisseria
gonorrhoeae (Fig.2), diikuti dengan pengujian kultur gonnorhea, kultur dan sensitivitas
bakteri aerob dan anaerob, VDRL, TPHA, pemeriksaan urin lengkap, dan pemeriksaan darah
20
reguler. Hasilnya terjadi leucocyturia dan proteinuria, mengindikasikan urinary tract infection
(UTI) (detail: proteins +++ 300 mg/dl, blood +10 RBC/ul, leucocytes +++500 WBC/ul,
sediment filled leucocytes/large field view, 2-3/large field view erythrocyte sediment,
sediment 1-2/ large field view epithelial cells). Diagnosa pasien yaitu urethritis gonnorhea.
CH.
Azithromycin 2g dosis tunggal diberikan untuk pasien, yang merupakan treatment
untuk Gonnorhea dan diberikaan bersamaan secara simultan dengan rejimen yang tepat untuk
Chlamydia trachomatis, karena infeksi ini sering terjadi bersamaan dengan Gonnorhea. Nyeri
yang dirasakan pasien diobati dengan asam mefenamat 500mg, 3 kali sehari. [5]
CI.
Berdasarkan California Gonnorhea Treatment Guidelines, first-line terapi
untuk Gonnorhea adalah Ceftriaxone. Pada kasus ini pasien diberikan Azithromycin yang
merupakan second-line untuk terapi Gonnorhea dan pemberian obat ini tepat apabila pasien
mengalami resistensi ataupun alergi terhadap antibiotik golongan cephalosporin. Karena pada
kasus ini tidak dijelaskan bahwa pasien mengalami alergi dan resistensi cephalosporin, maka
kami menyarankan untuk menggunakan ceftriaxone karena dibandingkan dengan
azithromycin tingkat keberhasilan terapi menggunakan ceftriaxone lebih tinggi. Ketepatan
pemberian dosis azithromycin ini sudah tepat, karena berdasarkan guideline yaitu sebanyak
2g.
CJ.
CK.
CL.
CM.
CN.
21
CZ.
11. Manitoba Health and Healthy Living, 2014, Gonorrhea, Public Health and Primary
Health Care Division Communicable Disease Control , Winnipeg, Canada, pp.7-8.
DA.
12. Hatta, T.H., Amiruddin, M.d., dan Adam, M.A., 2012, Urethritis Gonnorrhea in
Homoseksual, IJDV, 1 (1), 73-77.
DB.
DC.
22