Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Definisi
Kehamilan multipel (multiple pregnancy) adalah suatu kehamilan dengan dua janin atau
lebih. Kehamilan ganda dapat didefinisikan sabagai suatu kehamilan dimana terdapat dua
atau lebih embrio atau janin sekaligus. Kehamilan Ganda terjadi apabila dua atau lebih ovum
dilepaskan dan dibuahi atau apabila satu ovum yang dibuahi membelah secara dini hingga
membentuk dua embrio yang sama pada stadium massa sel dalam atau lebih awal. Kehamilan
kembar dapat memberikan resiko yang lebih tinggi terhadap ibu dan bayi. Oleh karena itu
dalam menghadapi kehamilan Ganda harus dilakukan perawatan Antenatal yang Intensif.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan Kehamilan Ganda yaitu :
Faktor ras
Faktor keturunan
Faktor umur
Faktor paritas
Jenis Kehamilan Ganda yaitu :
1. Kehamilan monozigotik
Merupakan kehamilan ganda yang berasal dari satu ovum yang dibuahi dan membelah secara
dini hingga membentuk dua embrio yang sama, kehamilan ini juga disebut hamil kembar
identik atau hamil kembar homolog atau hamil kembar uniovuler, karena berasal dari satu
ovum, hamil Ganda ini mempunyai ciri sebagai berikut:
Pada kembar monozigotik dapat terjadi kelainan pertumbuhan seperti kembar siam.
2. Kehamilan Dizigotik
Merupakan kehamilan Ganda yang berasal dari 2 atau lebih ovum yang telah dibuahi
sebagian besar kehamilan ganda adalah dizigotik atau kehamilan kembar fraternal.kehamilan
Ganda ini memiliki ciri-ciri yaitu :
Untuk dapat menegakan diagnosis kemungkinan hamil ganda haruslah dipikirkan keadaan
sebagai berikut :
1. Besarnya kehamilan melebih lamanya terlambatnya menstruasi
2. Besarnya rahim bertambah lebih cepat dari biasanya
3. Berat badan bertambah lebih cepat
4. Dapat diraba banyaknya bagian kecil janin
5. Dapat diraba tiga bagian janin dan teraba dua balotemen
6. Sering disertai dengan hidramnion
Diagnosis pasti kehamilan kembar dapat ditegakan dengan :
1. Teraba 2 kepala
2. Teraba 2 bokong atau dua pungung
3. Perbedaan denyut jantung janin dengan jumlah lebih dari 10 deyut
4. Dengan alat bantu ulrasonografi dan foto abdominal akan tampak dua janin dalam
rahim
Komplikasi
Pada ibu :
Anemia
Hipertensi
Partus prematur
Atonia uterus
Pada anak :
Hidramion
Malpresentasi
Placenta previa
Solusio placenta
KPD
Prolapsus vuniculi
PJT
Kelainan bawaan
Ibu yang bekerja sebaiknya berhenti bekerja pada umur kehamilan 28 minggu, istirahat yang
cukup, coitus ditinggalkan pada 3 bulan terakhir.
Pada persalinan karena penyulit kehamilan ganda terjadi gangguan kontraksi otot rahim.
Kelambatan persalinan dan pendarahan post partum dan bayi prematur maka persiapan
pertolongan persalinan perlu lebih cepat dan tepat. Persiapan darah ibu perlu dilakukan dan
pertolongan bayi prematur dengan lebih baik. Penanganan kala I dilakukan seperti biasa.
Setelah anak pertama lahir segera dilakukan pemeriksaan luar dan dalam untuk menetapkan
posisi anak kedua. Pada umumnya anak kedua lahir dalam waktu 10 sampai 15 menit. Bila
kedudukan anak kedua membujur, dapat ditunggu sampai terjadi his, selanjutnya ketuban
dipecahkan dan pertolongan ditolong spontan belakang kepala atau pertolongan letak
sungsang.
Apabila anak kedua letak lintang dapat dilakukan versi luar menjadi letak membujur.
seandainya letak lintang disertai gawat janin maka versi ekstraksi merupakan pilihan utama.
Indikasi lainnya untuk versi ekstraksi. Letak lintang adalah bila ketuban pecah disertai
prolapsus foenikulli atau solusio plasenta. Dalam pertolongan persalinan hamil ganda
dilakukan operasi persalinan primer bila berhadapan dengan.
Prolapsus funikulli
Plasenta Previa
Kesulitan lain yang mungkin terjadi adalah interlocking, dimana setelah badan bayi pertama
lahir, maka kedua dagu bayi saling tersangkut. Keadaan ini jarang terjadi karena kehamilan
kembarpun tidak banyak. Segera setelah plasenta lahir diberikan uterotonika untuk
menghindari pendarahan.
Kehamilan kembar paling baik di lakukan operasi karena mengingat bahwa ini merupakan
persalinan patologis dimana menyangkut nyawa ibu dan kedua bayinya.
DAFTAR PUSTAKA:
1. Manuaba IBG, 1998, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan
Bidan, Cetakan I, Bab 5, Hal 265, Jakarta : EGC
2. Christina Y, 2001, Esensial Obstetri dan Ginekologi, Edisi 2, Bab 21, Hal 265 274,
Jakarta : EGC
3. Sastrawinata S, 2005, Obstetri Patologi, Edisi 2, Bab 3, Hal 52 62, Jakarta : EGC
Leave a comment
Merokok : kehamilan ektopik meningkat sebesar 1,6 3,5 kali dibandingkan wanita
yang tidak merokok. Hal ini disebabkan karena merokok menyebabkan penundaan
masa ovulasi (keluarnya telur dari indung telur), gangguan pergerakan sel rambut silia
di saluran tuba, dan penurunan kekebalan tubuh
Tindakan medis : seperti operasi saluran tuba atau operasi daerah panggul,
pengobatan infertilitas seperti bayi tabung > menyebabkan parut pada rahim dan
saluran tuba.
Nyeri subdiafragma atau nyeri bahu tergantung ada atau tidaknya perdarahan intraabdominal.
Perdarahan Perdarahan uterus abnormal (biasanya berupa bercak perdarahan ) terjadi pada
75% kasus yang merupakan akibat dari lepasnya sebagian desidua.
Amenorea Amenorea sekunder tidak selalu terdapat dan 50% penderita KE mengeluhkan
adanya spotting pada saat haid yang dinanti sehingga tak jarang dugaan kehamilan hampir
tidak ada.
Sinkope Pusing, pandangan berkunang-kunang dan atau sinkope terjadi pada 1/3 sampai
kasus KET.
Desidual cast 5 10% kasus kehamilan ektopik mengeluarkan desidual cast yang
sangat menyerupai hasil konsepsi.
b. Tanda
Ketegangan abdomen
Rasa tegang abdomen yang menyeluruh atau terlokalisir terdapat pada 80% kasus
kehamilan ektopik terganggu
Nyeri goyang servik (dan ketegangan pada adneksa) terdapat pada 75% kasus
kehamilan ektopik.
Masa adneksa Massa unilateral pada adneksa dapat diraba pada sampai kasus KE.
Kadang-kadang dapat ditemukan adanya masa pada cavum Douglassi (hematocele)
Perubahan pada uterus Terdapat perubahan-perubahan yang umumnya terjadi pada
kehamilan normal seperti ada riwayat terlambat haid dan gejala kehamilan muda
Apabila seorang wanita dengan kehamilan ektopik mengalami gejala diatas, maka dikatakan
bahwa wanita tersebut mengalami Kehamilan Ektopik Terganggu. Apabila anda merasa hamil
dan mengalami gejala-gejala seperti ini maka segera temui dokter anda. Hal ini sangat
penting karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa apabila ruptur (pecah) dan
menyebabkan perdarahan di dalam.
Patofisiologi
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi
dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba
tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa
kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :
1. Kemungkinan tubal abortion, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung
distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan
ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya
tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari
distensi berlebihan tuba.
3. Faktor abortus ke dalam lumen tuba.
Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada
kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan
pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadangkadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian.
a. Abortus Tuba
1.
Perjalanan Lebih Lanjut Ruptur Tuba
Terjadi pada 35% kasus dan seringkali terjadi pada kasus kehamilan ektopik dengan
implantasi didaerah isthmus.
Ruptura pars ampularis umumnya terjadi pada kehamilan 6 10 minggu , namun
ruptura pada pars isthmica dapat berlangsung pada usia kehamilan yang lebih awal.
Pada keadaan ini trofoblast menembus lebih dalam dan seringkali merusak lapisan
serosa tuba, ruptura dapat berlangsung secara akut atau gradual .
Bila ruptur terjadi pada sisi mesenterik tuba maka dapat terjadi hematoma ligamentum
latum.
Pada kehamilan ektopik pars interstitisialis, ruptura dapat terjadi pada usia kehamilan
yang lebih tua dan menyebabkan perdarahan yang jauh lebih banyak.
Patologi
Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama halnya
di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau interkolumner.
Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya
telur mati secara dini dan kemudian diresobsi. Setelah tempat nidasi tertutup, maka
telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan
dinamakan pseudokapsularis. Pembentukan desidua di tuba tidak sempurna.
Perkembangan janin selanjutnya bergantung pada beberapa faktor, seperti tempat
implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi
trofoblas.
Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan. Sebagian
besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu.
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
3) appendicitis akut
4) rupture korpus luteum
5) torsi kista ovarium
6) mioma submukosa yang terpelintir
7) retrofleksi uteri gravida inkarserata
8)rupture pembuluh darah mesenterium
Di bawah ini dikemukakan perbedaan gejala dan tanda :
GEJALA
Amenore
KET
Ada (75%)
Abortus
Semua
Kista ovarium
Tidak
Infeksi pelvis
Ada (25%)
Perdarahan
pervaginam
Sedikit
Banyak
Tidak
Bisa ada
Banyak
Tidak
Tidak
Tidak
Perdarahan
abdominal
<38 C
Tidak
Tidak
>38 C
Pireksia
Di bawah
Tidak
Ada
Ada bilateral
Massa pelvis
Tidak
Tidak besar
Uterus
Hebat
Tidak
Hebat
Nyeri
Nyeri
Ada
Bias ada
Tidak
Tidak
Anemia
Bisa ada
Tidak
Tidak
Ada
Lekositosis
(+)75%
(+)
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan seseorang, sedangkan
untuk mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter dapat melakukan:
Laboratorium
Hematokrit
Tes kehamilan
Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan -hCG positif. Pada
kehamilan intrauterin, peningkatan kadar -hCG meningkat 2 kali lipat setiap dua hari, 2/3
kasus kehamilan ektopik menunjukkan adanya peningkatan titer serial hCG yang abnormal,
dan 1/3 sisanya menunjukkan adanya peningkatan titer hCG yang normal. Kadar hormon
yang rendah menunjukkan adanya suatu masalah seperti kehamilan ektopik.
Pemeriksaan Penunjang/Khusus
D & C Dilakukan untuk konfirmasi diagnosa pada kasus dimana pasien tak
menghendaki kehamilan. Bila hasil kuretase hanya menunjukkan desidua, maka
kemungkinan adanya kehamilan ektopik harus ditegakkan.
2.11 Tatalaksana
Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan pengakhiran
kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran kehamilan dapat dilakukan
melalui:
1. Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang digunakan adalah
methotrexate (obat anti kanker).
2. Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi adalah tindakan
yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar daripada obat-obatan. Apabila
memungkinkan, akan dilakukan operasi laparaskopi.
Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah pembedahan :
1. Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi) atau
insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung
kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali.
2. Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi pada tepi
superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.
Operasi Laparoskopik : Salfingostomi
Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta kadar -hCG rendah
maka dapat diberikan injeksi methrotexate kedalam kantung gestasi dengan harapan bahwa
trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau diberikan injeksi methrotexate 50 mg/m3
intramuskuler.
Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik:
1. Ukuran kantung kehamilan <>
2. Keadaan umum baik (hemodynamically stabil)
3. Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik
Keberhasilan pemberian methrotexate yang cukup baik bila :
1. Masa tuba <>
2. Usia kehamilan <>
3. Janin mati
4. Kadar -hCG <>
Kontraindikasi pemberian Methrotexate :
1. Laktasi
2. Status Imunodefisiensi
3. Alkoholisme
4. Penyakit ginjal dan hepar
5. Diskrasia darah