Вы находитесь на странице: 1из 12

Tiara Ramadhani

20050014023

METODOLOGI
PENELITIAN
KUANTITATIF

JUDUL PENELITIAN
PENGARUH

RATIONAL EMOTIVE
BEHAVIOUR THERAPY (REBT)
TERHADAP REGULASI EMOSI PADA
ORANG DEWASA KORBAN CHILD
ABUSED

Latar Belakang
Masalah

Child Abuse atau kekerasan terhadap anak adalah tindak


kekerasan secara fisik, seksual, penganiyaan emosional,
atau pengabaian terhadap anak.
Siswanto (2007) Dalam bahasa indonesia, istilah Child
Abused diterjemahkan sebagai perlakuan yang salah atau
kejam terhadap anak, yang sering dilakukan oleh orang
lain dan umumnya dilakukan oleh orang dewasa. Kata
abused sendiri memiliki banyak arti, antara lain: 1.
penyalahgunaan, salah pakai. 2. Perlakuan kejam, siksaan.
3. Makian. 4. Menyalahgunakan (misuse). 5.
Memperlakukan dengan kasar/kejam/keji (mistreat). 6.
Memaki-maki, mencaci- maki (scold, insult). 7.
Menghianati. Pengertian abused di atas sama seperti yang
akan diuraikan lebih lanjut, yaitu meliputi penyalahgunaan,
salah pakai, perlakuan kejam, siksaan, makian,
menyalahgunaan, memperlakukan dengan kejam atau
kasar atau keji dan memaki-maki atau mencaci maki.

Menurut

Siswanto (2007) kebanyakan orang


berpikir bahwa Child Abused hanya meliputi
physichal dan sexual abuse. Padahal ada
beberapa macam abuse yang lain, yaitu
emotional abuse dan neglect. Pengertian dari
beberapa abuse tersebut menurut American
Medical Association dan American Academy of
Pediatrics (Siswanto 2007) adalah sebagai
berikut :
1. Physical Abuse (perlakuan salah secara
fisik)
2. Sexual Abuse (perlakuan salah secara
seksual)
3. Neglect (diabaikan/dilalaikan)
4. Emotional Abuse (perlakuan salah secara
emosi)

Child abuse ini menimbulkan dampak (Moore, 2004)


diantaranya :
Anak kehilangan hak untuk menikmati masa kanakkanaknya. Anak bisa saja kehilangan keceriaannya karena
kekerasan yang dialaminya hingga malas untuk bermain.
Sering menjadi korban eksploitasi dan penindasan dari
orang dewasa. Anak yang pernah menjadi korban
kekerasan lagi dan semakin ditindas orang dewasa bila
tidak mendapatkan penanganan yang tepat.
Sering pada saat dewasa membawa dampak psikologis :
labilitas emosi, perilaku agresif, tindak kekerasan,
penyalahgunaan NAPZA, perilaku sex bebas, dan perilaku
anti sosial.
Kerusakan fisik : pertumbuhan dan perkembangan tubuh
kurang normal atau bahkan mengalami kecacatan dan
rusaknya sistem syaraf.
Besar kemungkinan setelah dewasa akan memberi
perlakuan keras secara fisik pada anaknya.
Akibatnya yang paling fatal adalah kematian.

KPAI

menyatakan anak-anak di bawah umur yang


menjadi korban kekerasan fisik maupun seksual
akan memiliki trauma yang dibawa hingga dewasa.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan
permasalahan yang dialami oleh anak dan korban
child abuse dapat berupa perilaku maupun emosi.
Anak-anak yang tinggal dalam lingkup keluarga yang
mengalami KDRT memiliki resiko yang tinggi
mengalami penelataran, menjadi korban
penganiayaan secara langsung, dan juga resiko
kehilangan orang tua sebagai tonggak
penyelenggaraan kehidupan mereka selama ini
(Dauvergne & Johnson, 2001). Pengalaman
menyaksikan, mendengar, mengalami kekerasan
dalam lingkup keluarga dapat menimbulkan
pengaruh-pengaruh negatif pada keamanan,
stabilitas hidup dan kesejahteraan anak (Carlson,
2000; McKay, 1994).

Anak

yang melihat perilaku kekerasan setiap hari di


lingkungan rumah, dapat mengalami gangguan fisik
(Bair-Merritt, Blackstone & Feudtner, 2006), mental dan
emosional (Edleson, 1999; Emery, 2011). Carlson
(2000) mengklasifikasi 3 kategori pengaruh negatif
KDRT yang dapat terjadi dalam kehidupan anak yang
menjadi saksi kekerasan dalam lingkup keluarga, yaitu:
1) masalah emosional, perilaku dan sosial; 2) masalah
kognitif dan sikap; serta 3) rasional jangka panjang.
Pada jangka panjang, problem-problem ini juga akan
menunjukkan pengaruhnya pada masa dewasa, yaitu
ketidakmampuan mengembangkan kemampuan coping
yang efektif. Kebanyakan anak-anak ini akan menjadi
orang-orang dewasa yang rentan terhadap depresi dan
menunjukkan gejala-gejala traumatis, bahkan beresiko
tinggi menjadi pelaku kekerasan dalam rumah tangga
mereka sendiri ketika dewasa (McKay, 1994; Kerig,
1999; Robinson, 2007).

Salah

satu teknik terapi yang melihat hubungan


antara emosi, pikiran dan perilaku adalah REBT
(Rational Emotif Behaviour Therapy).
Konsep dasar dari REBT adalah emosi dan
perilaku merupakan hasil dari proses kognitif.
Gangguan emosi berasal dari adanya kesalahan
dalam berfikir terhadap suatu kejadian.
Kesalahan dalam proses berfikir menyebabkan
timbulnya pikiran-pikiran yang irasional yang
tidak masuk akal, menyalahkan diri sendiri
serta menimbulkan masalah emosi.

Identifikasi Masalah
Rational

Behaviour Emotive Therapy (REBT)


merupakan suatu pendekatan yang mempunyai
asumsi bahwa kognisi, emosi dan perilaku mempunyai
interaksi satu sama lain dan mempunyai hubungan
sebab akibat. Asumsi dasar dari REBT adalah setiap
orang mempunyai kontribusi terhadap masalah
psikologis mereka sendiri yang merupakan hasil dari
intepretasi mereka terhadap situasi dan kejadian.
Menurut Gonzalez & Nelson (2004) REBT merupakan
suatu pendekatan kognitif dan perilaku yang
dihasilkan bukan berasal dari kejadian yang dialami
namun dari keyakinan keyakinan yang tidak
rasional.

Keyakinan

yang tidak rasional akan membawa


individu pada emosi dan perilaku negatif yang tidak
sehat. REBT merupakan suatu metode yang
menggunakan pendekatan kognitif dalam mengatasi
masalah emosi dan perilaku yang berasal dari
keyakinan yang irrasional. Menurut Ellis (dalam
Corey, 1996), REBT dapat digunakan dalam
mengatasi berbagai masalah seperti Conduct
Disorder, agresi, kecemasan, perilaku distruktif,
ADHD, self-esteem yang rendah, pikiran-pikiran yang
irasional, general anxiety dan prestasi akademik
yang rendah.
Formulasi yang dipakai dalam terapi REBT adalah AB-C-D-E, yaitu antecedent, belief, emotional
consequence, desputing dan effect.

Berdasarkan

uraian di atas, maka


permasalahan yang dapat dirumuskan
dalam penelitian ini adalah apakah terapi
Rational Emotive Behaviour Therapy
(REBT) berpengaruh terhadap regulasi
emosi pada orang dewasa korban child
abuse ?

Desain

Penelitian: penelitian ini menggunakan


desain penelitian desain pre-test/post-test.
Identifikasi Variabel Penelitian :
a. Variabel terikat : Regulasi Emosi
b. Variabel bebas : Rational Emotive Behaviour
Therapy (REBT)
Karateristik subyek penelitian adalah:
- Dewasa muda berusia 20-30 tahun
- Korban child abuse
Memiliki kesulitan dalam regulasi emosi ( skor
DERS > 132)
Alat Ukur : Difficulties in Emotion Regulation
Scale (DERS); Gratz, K.L. & Roemer, L, 2004)
merupakan skala untuk mengukur kesulitan
dalam regulasi emosi pada anak, remaja dan
orang dewasa.

Вам также может понравиться